25
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.........................................Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hal yang dicari oleh semua orang. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental, dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit. Salah satu cara menjaga agar tubuh tetap dalam keadaan sehat adalah dengan gaya hidup yang bersih dan sehat. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang diperlukan oleh dokter untuk membantu menegakkan diagnosis. Salah satu pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan darah. Darah mempunyai peran penting dalam tubuh manusia. Hasil pemeriksaan darah secara tidak langsung dapat memantau keadaan dalam tubuh. (Brown, B. 1993). Agar darah yang diperiksa jangan sampai membeku dapat dipakai bermacam-macam antikoagulan. Tidak semua antikoagulan dapat dipakai karena ada yang terlalu

Fibrinogen Hemostasis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Fibrinogen Hemostasis

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kesehatan merupakan hal yang dicari oleh semua orang. Menurut World

Health Organization (WHO) kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara

fisik, mental, dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit. Salah

satu cara menjaga agar tubuh tetap dalam keadaan sehat adalah dengan gaya hidup

yang bersih dan sehat.

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang

diperlukan oleh dokter untuk membantu menegakkan diagnosis. Salah satu

pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan darah. Darah

mempunyai peran penting dalam tubuh manusia. Hasil pemeriksaan darah secara

tidak langsung dapat memantau keadaan dalam tubuh. (Brown, B. 1993).

Agar darah yang diperiksa jangan sampai membeku dapat dipakai bermacam-

macam antikoagulan. Tidak semua antikoagulan dapat dipakai karena ada yang

terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau leukosit yang akan

diperiksa morfologinya. Yang dapat dipakai ialah : EDTA, Heparin, Natrium sitrat

3,8%, campuran amoniumoxalat dan kaliumoxalat (Gandasoebrata 2007).

Sumber potensial kesalahan atau kegagalan dalam proses pemeriksaan

meliputi jenis tes yang diminta, kesalahan identifikasi sampel, waktu yang tidak

tepat, puasa yang tidak benar, tidak tepatnya jenis dan perbandingan antikoagulan

dengan darah, pencampuran yang tidak tepat, serta spesimen hemolisis atau lipemik.

Kesalahan yang paling sering terjadi pada tahap pra-analitik termasuk mengisi

sampel ke dalam tabung dengan tidak benar, penggunaan pengawet yang tidak

sesuai, dan memilih jenis tes yang tidak tepat (Kiswari, R. 2014).

Page 2: Fibrinogen Hemostasis

2

Natrium Sitrat (Trisodium Citrat) yang digunakan berbentuk larutan 3,2 % dan

3,8%. Antikogulan ini mencegah pembekuan dengan cara mengikat ion kalsium.

Larutan Natrium Sitrat 3,2 % digunakan untuk pemeriksaan soal-soal proses

pembekuan darah (Koagulasi) dan agregasi trombosit, Volume : 1 volume

antikoagulan : 9 volume darah. Larutan Natrium Sitrat 3,8 % digunakan

pemeriksaan Laju Endap Darah dan Eritrosit Sedimen Rate (ESR), Volumenya : 1

volume antikoagulan : 4 volume darah. Sampel darah segera dikerjakan, harus

selesai dalam 3 jam setelah pengambilan darah. Bila harus ditunda, plasma sitrat

disimpan dalam tempat plastik tertutup dalam keadaan beku (http://laboratorium-

analisys-rafsan.blogspot.com/2012).

Dari latar belakang diatas maka peneliti bermaksud untuk melakukan

penelitian tentang Analisis Pengaruh Konsentrasi Natrium Citrat 3,2% dan Natrium

Citrat 3,8% Sebagai Antikoagulan Serta Waktu Penyimpanan Sampel Terhadap

Pemeriksaan Fibrinogen.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh dari konsentrasi yang berbeda pada antikoagulan

Natrium Citrat yakni 3,2% dan 3,8% serta lamanya waktu penyimpanan terhadap

hasil pemeriksaan Fibrinogen ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat berapa besar pengaruh dari

konsentrasi yang berbeda dari antikoagulan Natrium Citrat 3,2% dan 3,8% serta

lamanya waktu penyimpanan terhadap hasil pemeriksaan Fibrinogen.

Page 3: Fibrinogen Hemostasis

3

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari pemeriksaan ini adalah :

1. Meningkatkan pengetahuan kepada analis kesehatan laboratorium terutama

dalam pemeriksaan Fibrinogen.

2. Menambah pengetahuan kepada peneliti mengenai pemeriksaan Fibrinogen

dengan antikoagulan Natrium Citrat dengan konsentrasi yang berbeda yaitu

3,2 % dan 3,8 % serta lamanya waktu penyimpanan terhadap hasil

pemeriksaan Fibrinogen.

3. Memberikan informasi kepada masyarakat secara umum tentang pemeriksaan

Fibrinogen.

1.5. Hipotesis

H1 : Terdapat pengaruh dari konsentrasi yang berbeda dari antikoagulan

Natrium Citrat 3,2% dan 3,8% serta lamanya waktu penyimpanan terhadap hasil

pemeriksaan Fibrinogen.

Page 4: Fibrinogen Hemostasis

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Darah

Darah adalah jaringan cairan yang mengandung elektrolit yang fungsinya sebagai

medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar.

Komposisi darah terdiri dari bagian cairan yang disebut cairan darah (55%) dan element

yang berbentuk padat yaitu sel-sel darah (45%) (Sylvia, dkk., 2002).

Setiap orang rata-rata mempunyai kira-kira 70 mL darah setiap kilogram berat badan,

atau kira-kira 3,5 L untuk orang dengan berat badan 50 kg (Rukman, 2014). Dalam

keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat

menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen, mekanisme pertahanan tubuh dan

mekanisme hemostasis. Sel-sel darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel

darah putih), dan trombosit (sel pembekuplatelet) ( I Made Bakta,2006).

2.1.1 Plasma

Darah disusun oleh 2 komponen, yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah

termasuk dalam kesatuan cairan ekstraseluler dengan volume ±5% dari berat badan.

Apabila sejumlah volume darah ditambah dengan zat pencegah anti pembekuan darah

secukupnya kemudian diputar selama 20 menit dengan kecepatan 3000rpm maka cairan

yang terdapat pada bagian atas disebut plasma. Plasma darah mengandung fibrinogen.

Oleh karena itu dalam memperoleh plasma, darah dicampur dengan antikoagulan untuk

mencegah terjadinya pembekuan darah ( Depkes RI,1989).

Page 5: Fibrinogen Hemostasis

5

Sitrat merupakan antikoagulan yang langsung mengikat Ca, sehingga digunakan

untuk pemeriksaan waktu rekalsifikasi. Plasma yang diabsorpsi dengan barium sulfat

mengandung fibrinogen, faktor V, VIII, XI, XII, XIII. Plasma ini tidak dapat membeku

karena tidak mengandung protrombin, faktor X dan faktor VII yang diperlukan untuk

aktivasi intrinsik. Faktor XI dan XII stabil dalam plasma simpan, tidak diabsorpsi oleh

barium dan tidak habis oleh proses pembekuan (Frances K.Widmann,1995).

2.2 Hemostasis

Hemostasis adalah istilah kolektif untuk semua mekanisme faali yang di gunakan

oleh tubuh untuk melindungi diri dari kehilangan darah. Hemostasis adalah proses tubuh

yang secara simultan menghentikan perdarahan dari tempat yang cidera, sekaligus

mempertahankan darah dalam keadaan cair didalam kompartemen vaskular. Hemostasis

melibatkan kerja sama terpadu antara beberapa sistem fisiologik yang saling berkaitan.

Kegagalan hemostatis menimbulkan perdarahan, kegagalan mempertahankan darah

dalam keadaan cair menyebabkan trombosis. Mekanisme hemostatik normal terdiri dari

empat sistem utama :

1.) Sistem pembuluh darah atau vaskular.

2.) Trombosit.

3.) Sistem pembekuan.

4.) Sistem fibrinolotik (Ronald, 2004).

2.2.1 ) Sistem Pembuluh Darah atau Vaskular.

Peran vasokonstriksi pada hemostasis. Cedera pada pembuluh darah arteri

yang besar atau sedang adau vena akan memerlukan tindakan bedah yang cepat

untuk mencegah perdarahan.

Page 6: Fibrinogen Hemostasis

6

Akan tetapi, ketika pembuluh yang lebih kecil, seperti arteriol, venula, atau

kapiler terluka, maka akan terjadi kontraksi untuk kendali mengurangi

perdarahan. Kontraksi dari dinding pembuluh darah disebut vasokonstriksi.

Vasokonstriksi adalah reaksi refleks yang singkat dari otot polos pada dinding

pembuluh yang berasal dari cabang simpatis dari sistem saraf otonom.

Penyempitan atau stenosis dari lumen pembuluh darah akan mengurangi

aliran darah pada pembuluh yang luka dan di sekitar vaskular, dan mungkin

cukup untuk menutup kapiler yang luka (Rukman, 2014).

2.2.2) Trombosit.

Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit

dalam keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Namun,

dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh, trombosit tertarik ke

daerah tersebut sebagai respons terhadap kolagen yang terpejan di lapisan

subendotel pembuluh. Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan

mengeluarkan beberapa zat (termasuk serotonin dan histamin) yang menyebabkan

vasokonstriksi pembuluh. Ini adalah langkah pertama untuk mengurangi aliran

darah ke daerah tersebut. Fungsi lain dari trombosit adalah untuk mengubah

bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera. Trombosit

tersebut menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk sumbat

trombosit. Sumbat trombosit tersebut secara efektif menambal daerah yang luka

(Elizabeth, 2000).

Page 7: Fibrinogen Hemostasis

7

2.2.3) Sistem Pembekuan.

Sumbat trombosit menjadi suatu bekuan sejati seiring dengan pembesarannya

dan menghambat sirkulasi sel-sel darah merah dan makrofag. Keseluruhan

bekuan distabilkan oleh jaringan serat fibrin, proses ini disebut sebagai tahap

koagulasi sebagai langkah akhir dalam jalur esensial hemostasis (Elizabeth,

2000).

Pembekuan darah (koagulasi) adalah suatu proses kimiawi yang protein-

protein plasmanya berinteraksi untuk mengubah molekul protein plasma besar

yang larut, yaitu fibrinogen menjadi gel stabil yang tidak larut yang disebut fibrin

(Ronald,2004).

Reaksi koagulasi melibatkan serangkaian faktor atau protein koagulasi yang

diaktifkan dengan cara seperti domino. Koagulasi terjadi melalui jalur intrinsik

dan ekstrinsik. Terdapat total 13 protein yang terlibat dalam jalur koagulasi,

sebagian diaktifkan di jalur intrinsik dan sebagian di jalur ekstrinsik. Kedua jalur

tersebut pada akhirnya mengaktifkan satu protein, disebut faktor X, yang

menyebabkan pembentukan serat-serat fibrin untuk membentuk dan menstabilkan

bekuan (Elizabeth, 2000).

Sebagian besar faktor beredar dalam sirkulasi darah berperan serta dalam

proses koagulasi yang diberi tanda dengan angka Romawi. Masing-masing faktor

koagulasi memiliki beberapa karakteristik yang unik. Karakteristik ini meliputi :

1. Faktor I (Fibrinogen)

Fibrinogen adalah protein globulin berukuran besar yang stabil.

Fibrinogen adalah perkursor fibrin yang menghasilkan bekuan.

Page 8: Fibrinogen Hemostasis

8

Ketika fibrinogen beraksi dengan trombin, dua peptida memisahkan

diri dari molekul fibrinogen, menghasilkan fibrin monomer.

Monomer-monomer agregat bersama-sama membentuk produk

terpolimerisasi bekuan fibrin akhir.

Fibrinogen trombin fibrin monomer bekuan fibrin

2. Faktor II (Protrombin)

Protrombin adalah protein yang stabil. Dengan dipengaruhi oleh

kalsium terionisasi, protrombin diubah menjadi trombin oleh aksi

enzimatik tromboplastin dari kedua jalur ekstrinsik dan intrinsik.

Protrombin memiliki waktu paruh hampir 3 hari dan digunakan kira-

kira 70% selama pembekuan.

3. Faktor V (Proaccelerin)

Faktor V adalah protein globulin yang sangat labil, berubah dengan

cepat, memiliki waktu paruh 16 jam. Faktor V digunakan dalam

proses pembekuan dan sangat penting untuk tahap selanjutnya, yaitu

pembentukan tromboplastin.

4. Tromboplastin Jaringan (Sebelumnya disebut Faktor III)

Tromboplastin jaringan adalah istilah yang diberikan untuk setiap

substansi nonplasma yang mengandung kompleks lipopoprotein

jaringan. Jaringan ini dapat berasalah dari otak, paru-paru, endotel

pembuluh darah, hati, plasenta, atau ginjal, yang merupakan jenis

jaringan yang mampu mengonversi protrombin menjadi trombin.

5. Faktor VII (Proconvertin)

Faktor VII, beta-globulin, bukan merupakan komponen penting dari

mekanisme yang menghasilkan tromboplastin dalam jalur intrinsik.

Page 9: Fibrinogen Hemostasis

9

Fungsi faktor VII adalah aktivasi tromboplastin jaringan dan

percepatan pembentukan trombin dari protrombin. Faktor ini

dihambat oleh antagonis vitamin K.

6. Faktor VIII (Faktor Antihemofilik)

Faktor ini adalah reaktan pada fase akut, digunakan selama proses

pembekuan dan tidak ditemukan dalam serum. Faktor VIII sangat

labil, dan berkurang sebanyak 50% dalam waktu 12 jam pada suhu

4oC in vitro. Faktor VIII dapat dibagi ke dalam berbagai komponen

fungsial.

7. Faktor IX (Plasma Thromboplastin Component)

Faktor IX adalah faktor protein yang stabil yang tidak dipakai selama

pembekuan. Ini adalah komponen penting dari sistem pembangkit

tromboplastin jalur intrinsik, dimana dapat mempengaruhi laju

pembentukan tromboplastin.

8. Faktor X (Stuart Factor)

Merupakan alfa-globulin, faktor yang relatif stabil. Bersama dengan

faktor V, faktor X bereaksi dengan ion kalsium membentuk jalur

akhir yang umum di mana produk-produk dari kedua jalur ekstrinsik

dan intrinsik yang menghasilkan tromboplastin bergabung untuk

membentuk tromboplastin akhir yang mengubah protrombin menjadi

trombin. Aktivitas faktor x tampaknya terkait dengan faktor VII.

9. Faktor X1 (Tromboplastin Plasma)

Faktor XI, beta-globulin, dapat ditemukan dalam serum karena hanya

sebagian yang digunakan selama proses pembekuan. Faktor ini sangat

Page 10: Fibrinogen Hemostasis

10

penting untuk mekanisme yang menghasilkan tromboplastin dalam

jalur intrinsik.

10. Faktor XII (Faktor Hageman)

Faktor XII merupakan faktor yang stabil. Adsorpsi faktor XII dan

kininogen (dengan prekallikrein terikat dan faktor XI) pada

permukaan pembuluh darah yang cedera akan memulai koagulasi

dalam jalur intrinsik. Karena mekanisme umpan balik, kallikrein

(diaktifkan faktor Fletcher) memotong sebagian aktivitas molekul

XIIa untuk menghasilkan bentuk yang lebih kinetik efektif XIIa.

11. Faktor XIII (Fibrin-Stabilizing Facktor, Faktor Penstabilisasi

Fibrin)

Faktor ini bersama kalsium terionisasi menghasilkan bekuan fibrin

yang stabil (Rukman, 2014).

Faktor-faktor pembekuan dengan pengecualian faktor III (tromboplastin)

dan faktor IV ion Ca), merupakan protein plasma. Mereka bersirkulasi dalam

darah sebagai molekul-molekul nonaktif. Pengaktifan faktor pembekuan diduga

terjadi karena enzim memecahkan fragmen. Bentuk prekursor yang tidak aktif

dinamakan “prokoagulan” . Hati adalah tempat sintesis semua faktor pembekuan

kecuali faktor VIII atau mungkin faktor XI dan XIII. Vitamin K mempertahankan

kadar normal atau sintesis faktor-faktor protrombin (faktor II,VII,IX, dan X )

( Sylvia Anderson Price,dkk, 2005 ).

2.2.4) Sistem Fibrinolitik.

Fibrinolisis adalah proses fisiologis untuk menghilangkan timbunan fibrin.

Setelah terjadi penyembuhan, gumpalan dilisis oleh plasmin. Plasmin mencerna

Page 11: Fibrinogen Hemostasis

11

fibrin dan fibrinogen dengan cara hidrolisis untuk diubah menjadi fragmen yang

semakin kecil. Proses yang berlangsung lambat ini secara bertahap melarutkan

bekuan saat perbaikan jaringan sedang berlangsung, dengan difagosit oleh sistem

fagositik mononuklear. Sejumlah kecil plasmin menjadi terperangkap dalam

bekuan darah. Kekhususan plasmin yaitu bahwa pemusnahan gumpalan terjadi

tanpa proteolisis luas protein lainnya. Plasminogen non-aktif beredar dalam

plasma dan baru aktif ketika terjadi cedera. Aktivator-aktivator plasminogen

terdiri dari kelompok endogen dan eksogen. Plasminogen menjadi plasmin adalah

hasil dari aktivitas sejumlah enzim proteolitik (Rukman, 2014).

2.3. Antikoagulan Untuk Pemeriksaan Darah

Agar darah yang akan diperiksa jangan sampai membeku dapat dipakai bermacam-

macam antikoagulan. Tidak semua macam antikoagulan dapat dipakai karena ada yang

terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau leukosit yang akan diperiksa

morfologinya. Antikoagulan tersebut antara lain :

1. EDTA ( Ethylene Diamine Tetra Acetate), sebagai garam natrium atau kaliumnya.

Garam-garam itu mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion.

Dalam pemeriksaan hematologi selain pemeriksaan apusan darah, antikoagulan

EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya eritrosit dan tidakjuga

terhadap bentuk leukosit. Namun untuk pemeriksaan apusan darah, sampel

darahEDTA memiliki batasan waktu penyimpanan maksimal selama 2 jam didalam

lemari es dengan suhu 40 C, karena jika lebih dari batasan waktu eritrosit dapat

mengkerut dan trombosit dapat mengalami disintegrasi. Tiap 1 mg EDTA

menghindarkan membekunya 1 ml darah. EDTA sering dipakai dalam bentuk

larutan 10%.

Page 12: Fibrinogen Hemostasis

12

Kalau ingin menghindarkan terjadi pengenceran darah, zat kering pun boleh dipakai.

Akan tetapi dalam hal terakhir ini perlu sekali menggoncangkan wadah berisi EDTA

dan darah selama 1-2 menit.

2. Heparin berdaya seperti antitrombin, tidak berpengaruh terhadap bentuk eritrositdan

leukosit. Dalam praktek sehari-hari heparin kurang banyak dipakai karena mahal

harganya. Tiap 1 mg heparin mencegah membekunya 10 ml darah. Heparin boleh

dipakai sebagai larutan atau dalam bentuk kering.

3. Natrium sitrat adalah jenis antikoagulan yang direkomendasikan oleh International

Committee for Standardization in Haematology (ICSH) dan International Society for

Thrombosis and Haematology sebagai antikoagulan terpilih untuk tes koagulasi.

Cara kerjanya dengan mengendapkan ion kalsium, sehingga menjadi bentuk yang

tidak aktif (Rukman, 2014). Natriumsitrat dalam larutan 3,8%, yaitu larutan yang

isotonik dengan darah. Dapat dipakai untuk beberapa macam percobaan hemoragik

dan untuk laju endap darah cara westegren.

4. Campuran amoniumoxalat dan kaliumoxalat menurut Paul dan Heller yang juga

dikenal sebagai campuran oxalat seimbang. Dipakai dalam keadaan kering agar

tidak mengencerkan darah yang diperiksa (Gandasoebrata, 2007).

Page 13: Fibrinogen Hemostasis

13

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

Darah

Natrium Citrat 3,2%

Natrium Citrat 3,8%

Perbandingan 1:4

PemeriksaanSampel

Perbandingan 1:9

0 Jam 2 Jam 0 Jam 2 Jam

PemeriksaanHasil

Kesimpulan

Page 14: Fibrinogen Hemostasis

14

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan mengamati ada tidaknya

pengaruh dari konsentrasi yang berbeda pada antikoagulan Natrium Citrat yakni 3,2%

dan 3,8% serta lamanya waktu penyimpanan terhadap hasil pemeriksaan fibrinogen.

3.2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Postes Only

Design.

3.3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah darah orang normal.

3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

purposive random sampling. Metode yang diambil dengan tujuan

tertentu. Sampel yang akan diambil dari suatu populasi

dikelompokkan atas dasar dan ciri-ciri tertentu (Notoatmodjo, 2002).

3.5. Definisi Operasional

1.  Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lainnya, berada

dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai

pembuluh darah dan menjalankan fungsi transport sebagai bahan serta fungsi

hemostasis.

Page 15: Fibrinogen Hemostasis

15

2. Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah vena dengan antikoagulan Natrium

Sitrat 3.2% dengan perbandingan 1:9 dan Natrium Sitrat 3,8% dengan perbandingan

1:4.

3. Waktu penundaan pada pemeriksaan fibrinogen adalah 0 jam dan 2 jam pada masing-

masing konsentrasi Natrium Citrat yakni 3,2% dan 3,8% yang kemudian hasil

pemeriksaan akan diteliti.

3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.6.1. Lokasi

Tempat penelitian ini akan di lakukan Laboratorium Rumah Sakit Permata

Bekasi.

3.6.2.Waktu Penelitian

Akan dilakukan penelitian pada bulan Februari 2013 di Laboratorium Rumah

Sakit Permata Bekasi.

3.7. Alat, Bahan Dan Cara kerja

3.7.1. Alat

a) Spuit

b) Kapas alkohol

c) Torniquet

d) Tabung reaksi yang berisi zat antikoagulan Natrium Citrat 3,2% dan 3,8%

e) Centrifuge

f) Microcentrifuge

g) Waterbath

h) Tabung kapiler

Page 16: Fibrinogen Hemostasis

16

3.7.2. Bahan

a) Darah

b) Antikoagulan Natrium Citrat 3,2% dan 3,8%

3.7.3. Cara kerja

1. Diambil sampel darah vena dengan menggunakan spuit

2. Homogenkan darah citrat, putar selama 10 menit dengan kecepatan 2000rpm

3. Ambil plasma dengan tabung kapiler non heparin sampai volume ¾ tabung

4. Inkubasi 15 menit pada suhu 56oC di waterbath

5. Putar di microcentrifuge selama 5 menit kecepatan 1000rpm

6. Hitung tinggi endapan putih kekuningan menggunakan kalkulator hematokrit

Page 17: Fibrinogen Hemostasis

17

DAFTAR PUSTAKA

Notoadmodjo.2002. Metode Penelitian Kesehatan : Jakarta

Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.

Corwin, Alizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Kiswari, Rukman. 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta : Erlangga.

Sacher, Ronald. A. 2004. Tinjauan Hasil Klinis Laboratorium. Jakarta : EGC.