Fiks Word Epilepsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lalalalalalalalalaal

Citation preview

PRESENTASI KASUSEPILEPSI LOBUS FRONTALIS

Disusun oleh:Lind Octaviani Irawan0818011072

Preceptordr. Fitriyani, Sp.S, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SYARAFFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNGRUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDOEL MOELOEK2015

KATA PENGANTAR

Pertama saya ucapkan terima kasih kepada Allah SWT. karena atas rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Epilepsi Lobus Frontalis tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf RSUD Abdul Moeloek.Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Fitriyani, Sp.S, M.Kes yang telah meluangkan waktunya untuk saya dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Saya menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk saya, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.

Bandar Lampung, Juni 2015

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

Dari studi epidemiologi yang dilakukan Hauser dkk, dikatakan sekitar 2 juta individu di Amerika Serikat menderita epilepsi dan diperkirakan sekitar 44 kasus baru per 100.000 populasi terjadi tiap tahun. Studi ini juga memperkirakan sekitar 1% penduduk AS akan menderita epilepsi sebelum usia 20 tahun, di mana pada periode umur ini epilepsi menunjukkan bentuk paling beragam. Lebih dari 2 per 3 dari seluruh bangkitan epilepsi dimulai pada masa anak-anak (sebagian besar pada tahun pertama kehidupan). Insidens ini kembali meningkat setelah usia 60 tahun. Di bidang neurologi pediatrik, epilepsi merupakan salah satu kelainan tersering. J. Engels mengemukakan bahwa meskipun jenis terapi telah banyak tersedia, 80-90% penderita epilepsi di negara berkembang tidak pernah memperoleh pengobatan.Epilepsi lobus frontal adalah seizure berulang yang berkembang dari lobus frontal. Bentuk serangan dapat berupa simple partial seizure atau dapat juga berupa complex partial seizure, sering juga disertai dengan generalisasi sekunder. Manifestasi klinis mencerminkan area spesifik dari onset seizure dan bervariasi dari perubahan perilaku hingga perubahan motorik atau tonik/postural. Status epileptikus lebih umum terjadi pada seizure lobus frontal dibandingkan yang berkembang dari area lain. Insidensi epilepsi lobus frontal tidak diketahui secara tepat, namun mencakup 20-30% dari prosedur operasi yang terkait dengan kasus epilepsi intractable. Tidak ada perbedaan bermakna pada frekuensi berdasarkan gender. Epilepsi lobus frontal simtomatik dapat mengenai semua usia.

BAB ITINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Epilepsi di definisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan (seizure) berulang sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otaik secara intermiten yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik abnormal dan berlebihan di neuron-neuron secara paroksismal, didasari oleh berbagai faktor etiologi.1 Epilepsi ditandai dengan perubahan mendadak dan selintas dalam fungsi otak, biasanya dengan gejala motorik, autonom, atau psikis; keadaan ini sering disertai dengan perubahan dalam kesadaran.2Yang disebut sebagai bangkitan epilepsi (epileptic seizure) adalah manifestasi klinik dari bangkitan serupa (stereotipik), berlangsung secara mendadak dan sementara dengan atau tanpa perubahan kesadaran, disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak, bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut (unprovoked).1Sindrom epilepsi adalah sekumpulan gejala dan tanda klinik epilepsi yang terjadi secara bersama-sama yang berhubungan dengan etiologi, umur, awitan (onset), jenis bangkitan, faktor pencetus dan kronisitas.1

ETIOLOGI

Penelitian yang telah dilakukan didapatkan etiologi epilepsi, yaitu:1Idiopatik: penyebabnya tidak diketahui, umumnya mempunyai predisposisi genetik.Kriptogenik: dianggap simptomatik tapi penyebabnya belum diketahui, termasuk di sini adalah sindrom West, sindrom Lennox-Gestaut dan epilepsi mioklonik. gambaran klinik sesuai dengan ensepalopati difus.Simptomatik: disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf pusat, misalnya trauma kepala, infeksi susunan saraf pusat (SSP), kelainan kongenital,lesi desak ruang, gangguan peredaran darak otak, toksik (alkohol,obat), metabolik dan kelainan neurodegeneratif.

PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan fisiologi neuron melepaskan muatan listriknya oleh karena potensial membran direndahkan oleh potensial post sinaptik yang tiba pada dendrit. Potensial aksi tersebut disalurkan melalui akson yang bersinaps dengan dendri neuron lain. Beberapa penyelidikan mengungkapkan bahwa asetilkolin merupakan zat yang merendahkan potensial memebran post sinaptik. Asetilkolon diproduksi oleh neuron-neuron kolinergik. Apabila asetilkolin sudah tertimbun dipermukaan otak maka akan menyebabkan pelepasan muatan listrik neuron kortikal dengan mudah. 3

Pada jejas otak terdapat lebih banyak asetilkolin daripada dalam keadaan otak yang sehat. pada tumor serebri atau adanya sikatrik setempat pada permukaan otak sebagai gejala sisa dari meningitis, encephalitis atau trauma akan mengakibatkan penimbunana asetilkolin setempat. Penimbunan asetilkolin setempat harus mencapai suatu konsentrasi tertentu untuk dapat merendahkan potensial membran sehingga lepas muatan listrik dapat terjadi. Waktu yang diperlukan sehingga mencapai konsentrasi yang dapat mengungguli ambang lepas muatan listrik neuron sehingga fenomena muatan listrik epileptik terjadi secara berkala. 3

KLASIFIKASI DAN MANIFESTASI KLINIK

Klasifikasi yang ditetapkan oleh International League Against Epilepsy (ILAE) terdiri dari dua jenis, yaitu klasifikasi untuk jenis bangkitan epilepsi dan klasifikasi untuk sindrom epilepsi.1

Klasifikasi ILAE 1981 untuk jenis bangkitan epilepsi:1,4Bangkitan ParsialBangkitan parsial sederhanaMotorikTidak menjalar: terbatas pada satu bagian tubuh saja Menjalar: dimulai dari satu bagian tubuh dan menjalar meluas ke daerah lain Versif: disertai gerakan memutar kepala, mata dan tubuhPostural: disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam sikap tertentuDisertai gangguan fonasi: disertai arus bicara yang terhenti atau pasien mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu.

Sensorik

Somatosensoris: timbul rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk jarumvisual: terlihat cahayaauditoris: terlihat sesuatuolfaktorius: terhidu sesuatugustatorius: terkecap sesuatudisertai vertigo

Otonom

(sensasi epigastrium, pucat, berkeringat, membera, piloereksi, dilatasi pupil)

Psikis (gangguan fungsi luhur)

Disfasia: gangguan bicara misalnya mengulang suatu suku kata, kata atau bagian kalimatDismnesia: gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti sudah negalami, medengar, melihat atau sebaliknya tidak pernah mengalami, mendengar, melihat, mengetahui sesuatu. mungkin mendadak mengingat suatu peristiwa di masa lampau, merasa seperti melihatnya lagi.kognitif: gangguan orientasi waktu, merasa diri berubahafektif: merasa sangat senang, susah, marah, takutilusi: Perubahan persepsi benda yang dilihat nampak lebih kecil atau lebih besar.halusinasi kompleks atau terstruktur: mendengar ada yang bicara, musik, melihat suatu fenomena tertentu dan lain-lain

Pada epilepsi parsial sederhana, serangan disebabkan oleh iritasi fokal pada sebagian korteks motorik dapat terbatas pada daerah perifer yang sesuai. Kesdaran mungkin tetap terpelihara, dan serangan mungkin menyebar ke sisi korteks motorik yang berdekatan untuk melibatkan bagian-bagian yang berdekatan. Jenis serangan ini paling sering dihubungkan dengan lesi organik seperti tumor otak, edema otak, atau jaringan parut belia. rangsangan listrik terhadap korteks yang terbuka selama bedah syaraf telah membantu memetakan korteks dan memahami serangan partial serangan ini.2Epilepsi Parsial dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regio setempat pada korteks serebri atau struktur-struktu yang lebih dalam pada serebrum dan batang otak. Hampir selalu epilepsi parsial disebabka oleh lesi organik setempat atau adanya kelainan fungsional, seperti jaringan parut diotak yang mendorong jasringan neuron didepannya, adanya tumor yang menekan daerah otak, rusaknya suatu area dari jaringan otak, atau kelainan sirkuit setempat yang kongenital.5Serangan epilepsi parsial dapat terbatas hanya di suatu area otak, namun pada sebagian besar kasus, signal yang kuat dari daerah korteks yang mengalami kejang dapat merangsang bagian mesencephalic sistem aktivasi otak begitu kuatnya sehingga seperti layaknya serangan epilepsi grand mal.5Ada tipe lain dari epilepsi partial yang disebut kejang psikomotor, yang dapat menyebabkan timbulnya:periode amnesia singkat serangan marah yang abnormalanxietas, rasa tak nyaman, atau rasa takut yang timbul mendadakbicara inkoheren yang singkat atau bergumam dari ungkapan basa-basi (trite frase)grakan motorik seperti akan menyerang seseorang, atau menghapus wajah dengan tangannya dan lain-lain.5

Kadangkala penderita tidak dapat mengingat aktivitas yang telah dilakukan selama terjadi serangan, namun pada saat lainnya, ia akan menyadari segala sesuatu yang telah dilakukan, namun tidak mampu mengendalikannya. Serangan kejang tipe ini secara khas melibatkan bagian limbik otak, seperti hipokampus, amigdala, septum atau korteks temporalis.5Bangkitan Parsial kompleksBangkitan parsial sederhana yang diikuti dengan gangguan kesadaran, kesadaran mua-mula baik, kemudianbaru menurun

Dengan gejala parsial sederhana diikuti dengan menurunnya kesadaranDengan automatisme. Automatisme yaitu gerakan-gerakan, perilaku yang timbul dengan sendirinya, misalnya gerakan mengunyah-ngunyah,menelan, wajah muka berubah seringkali seperti ketakutan, menata-nata sesuatu, memegang-megang kancing baju, berjalan, berjalan, mengembara tak tentu, berbicara dan lain-lain.

Bangkitan parsial yang disertai gangguan kesadaran saat awal bangkitan

Hanya dengan penurunan kesadaranDengan automatisme

Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunderParsial sederhana yang menjadi umum tonik klonikParsial kompleks menjadi umum tonik klonikParsial sederhana menjadi partial kompleks kemudian menjadi umum tonik klonik

Bangkitan umumLena (absense)

Pada bangkitan ini, kegiatan yang sedang dikerjakan berhenti, muka tampak membengong, bola mata dapat memutar ke atas, tidak ada reaksi jika diajak bicara. Biasanya bangkitan ini berlangsung selama -1/2 menit dan biasanya dijumpai pada anak.hanya dengan penurunan kesadarandengan komponen klonik ringan. gerakan klonik ringan biasanya dijumpai pada kelopak mata atas, sudut mulut, atau otot-otot lainnya bilateral.dengan komponen atoonik. Pada bangkitan ini, dijumpai otot-otot leher,lengan, tubuh, mendadak melemas sehingga tampak mengulaidengan komponen klonik. Pada bangkitan ini dijumpai otot-otot ekstremitas, leher atau penggung mendadak mengejang, kepala, badan menjadi melengkung ke belakang, lengan dapat mengetul atau mengedang.dengan automatismedengan komponen autonom

b hingga f dapat tersendiri atau kombinasi

Lena tak khas (Atipikal absense)Dapat disertai:Gangguan tonus yang lebih jelasPermulaan dan bangkitan tidak mendadak

Mioklonik

Pada bangkitan ini terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat kuat atau lemah, sebagian otot atau semua otot-otot sekali atau berulang-ulang. bangkitan ini dapat dijumpai pada semua umur

Klonik

Pada bangkitan ini tidak ada komponen tonik, hanya terjadi kejang kelojot. dijumpai terutama sekali pada anak. Tonik

Pada bangkitan ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku, juga terdapat pada anak.

Tonik-klonik

Bangkitan ini sering dijumpai pada umur diatas balita yang terkenal dengan nama grand mal. serangan dapat diawali dengan aura yaitu tanda-tanda yang mendahului suatu bangkitan. pasien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. kejang kaku berlangsung kira-kira -1/2 menit diikuti kejang kelojot di seluruh badan. bangkitan ini biasanya berhenti sendiri. tarikan napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. bila pembentukan ludah ketika kejang meningkat, mulut menajdi berbusa karena hembusan napas. mungkin pula pasien kencing ketika mendapat serangan. setelah kejang berhenti pasien tidur beberapa lamanya, dapat pula bangun dengan kesadaran yang masih rendah, atau langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah, nyeri kepala.

Atonik

Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga pasien terjatuh. kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. bangkitan ini terutama sekali dijumpai pada anak.

Tak tergolongkan

Termasuk golongan ini adalah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola mata yang ritmik, mengunyah-ngunyah, gerakan seperti berenang, menggigil atau pernapasan yang mendadak berhenti secara sementara.

Klasifikasi ILAE 1989 untuk sindrom epilepsi:1Berkaitan dengan lokasi kelainanIdiopatik (primer)Epilepsi benigna dengan gelombang paku di daerah sentrotemporal (childhood epilepsy with sentrotemporal spikes)Epilepsi benigna dengan gelombang paroksismal pada daerah oksipitalEpilepsi membaca primer (primary reading epilepsy)

Simtomatik (sekunder)Epilepsi parsial kontinua yang kronik pada anak-anak (sindrom Kojenlkow)Sindrom dengan bangkitan yang dipresipitasi oleh suatu rangsangan (kurang tidur, alkohol, obat-obatan, hipersalivasi, epilepsi refleks, stimulasi fungsi kortikal tinggi, membaca)Epilepsi lobus temporalEpilepsi lobus frontalEpilepsi lobus parietalEpilepsi lobus oksipital

Kriptogenik

Epilepsi umum dan berbagai sindrom epilepsi berurutan sesuai dengan peningkatan umurIdiopatik (primer)Kejang neonatus familial benignaKejang neonatus benignaKejang epilepsi mioklonik pada bayiEpilepsi lena pada anakEpilepsi lena pada remajaEpilepsi mioklonik pada remajaEpilepsi dengan bangkitan tonik klonik pada saat terjagaEpilepsi umum idiopatik lain yang tidak termasuk salah satu diatasEpilepsi tonik klonik yang dipresipitasi dengan aktivasi tertentu

Kriptogenik atau simtomatik berurutan sesuai dengan peningkatan usiaSindrom West (spasme infantil dan spasme salam)Sindrom Lennox-GestautEpilepsi mioklonik astatikEpilepsi lena mioklonik

SimtomatikEtiologi non spesifik

Ensefalopati mioklonik diniEnsefalopati infantil dini dengan burst supressionEpilepsi simtomatik umum lainnya yang tidak termasuk diatas

Etiologi spesifik

Bangkitan epilepsi sebagai komplikasi penyakit lain

Epilepsi dan sindrom yang tak dapat ditentukan fokal atau umumBangkitan fokal dan umum

Bangkitan neonatalEpilepsi mioklonik berat pada bayi Epilepsi dengan gelombang paku (spike wave) kontinyu selama tidur dalamEpilepsi afasia yang didapat (sindrom Landau Kleffner)Epilepsi yang tidak terklasifikasikan selain yangh diatas

Tanpa gambaran tegas fokal atau umum

Sindrom khusus

Bangkitan yang berkaitan dengan situasi tertentuKejang demamBangkitan Kejang/ status epileptikus yang timbul hanya sekali (isolated)Bangkitan yang hanya terjadi bila terdapat kejadian metabolik akut, atau toksis, alkohol, obat-obatan, eklamsia, hiperglikemia non ketotikBangkitan berkaitan dengan pencetus spesifik (epilepsi Reflektorik)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah EEG (Elektroencephalografi) yang dapat memberikan informasi berharga dalam diagnosis epilepsi. Karena pada penderita epilepsi dapat ditemukan serangan elektroensefalografi diluar masa serangan . Ada kalanya serangan elektroensefalogarfi tersebut sebagai serangan klinis, sehingga penderita yang direkam, baik diatas kertas EEG, maupun secara klinis, dapat disaksikan memperlihatkan jenis epilepsi tertentu. walaupun EEG dapat menyumbangkan informasi untuk menegakkan diagnosis epilepsi namun EEG tidak boleh dijadikan alat yang menyodorkan diagnosis dan juga tidak menyingkirkan diagnosis epilepsi. 3

Adapun pola-pola EEG yang khas untuk epilepsi dengan berbagai etiologi adalah sebagai berikut:3Disritmia bilateral sinkron dengan pola klasik yang terdiri dari pola kompleks gelombang runcing lambat atau gelombang tajam lambat yang khas untuk grand malDisritmia derajat 3 dengan gelombang tajam fokal yang mengarah kepada epilepsi fokal akibat lesi atrofiDisritmia derajat 1 atau 2 dengan gelombang delta fokal yang mungkin menunjuk pada lesi neoplasma.Pola kompleks gelombang runcing lambat 3spd yang khas untuk petit malPola hiparitmia dengan gelombang tajam dan runcing secara menyeluruhDisritmia dengan munculnya gelombang runcing lambat yang tidak khas dengan letupan yang terdiri dari gelombang-gelombang runcing, yang mengarah pada mioklonia epileptik.

Namun apabila didapatkan EEG normal, dignosis klinis harus tetap dibuat epilepsi jika secara klinis bangkitan yang timbul jelas bersifat epileptik.3

PENATALAKSANAAN

Tujuan utama terapi epilepsi adalah mencapai kualitas hidup yang optimal bagi pasien, sesuai dengan perjalanan penyakit epilepsi dan disabilitas fisik dan mental yang dimiliki. untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan bebrapa upaya antara lain menghentikan bangkitan, mengurangi frekuensi bangkitan, mencegah timbulnya efek samping, menurunkan angka kesakitan dan kematian, mencegah timbulnya efek samping obat antiepilepsi (OAE). 1

Prinsip terapi farmakologi1OAE mulai diberikan bila:Diagnosis epilepsi telah dipastikanSetelah pasien dan atau keluarganya mendapatkan penjelasan tentang tujuan pengobatanpasien dan atau keluarganya telah diberitahu kemungkinan efek samping OAE yang akan timbul Terapi dimulai dengan monoterapi, menggunakan OAE pilihan sesuai dengan jenis bangkitanPemberian obat diberikan mulai dengan dosis rendah dan dinaikkan secara bertahap sampai dosis efektif tercapai atau timbul efek samping, kadar obat dalam plasma ditemntukan bila bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif.Bila dengan penggunaan dosis maksimum obat pertama tidak dapat mengontrol bangkitan maka perlu ditambahkan OAE ke-2. Bila OAE telah mencapai kadar terapi, maka OAE pertama diturunkan bertahap perlahan-lahan.penambahan obat diberikan bila sudah terbukti bangkitan tidak dapat diatasi dengan menggunakan dosis maksimal kedua OAE pertamaPasien dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk diberi terapi bila:

Dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEGPada pemeriksaan CT-scan atau MR-I otak dijumpai lesi yang berkorelasi dengan bangkitanPada pemeriksaan neurologis dijumpai kelainan yang mengarah pada adanya kerusakan otak.Terdapatnya riwayat epilepsi pada saudara sekandung (bukan orang tua)Riwayat bangkitan simptomatikRiwatyat trauma kepala terutama yang disertai dengan penurunan kesadaran, stroke, infeksi SSPBangkitan pertama berupa status epileptikus

Efek samping OAE perlu diperhatikan demikian pula halnya dengan interaksi farmakokinetik antar OAE

JENIS OBAT ANTI-EPILEPSI

Pemilihan OAE didasarkan atas jenis bangkitan epilepsi, efek samping OAE, interaksi antar obat anti-epilepsi

Pemilihan OAE didasarkan atas jenis bangkitan1

JENIS BANGKITANOAE LINI PERTAMAOAE LINI KEDUAOAE LAIN YG DPT DIPERTIMBANG-KANOAE YANG SEBAIKNYA DIHINDARIBANGKITAN UMUM TONIK KLONIKSodium -Valproat

LamotrigineTopiramateCarbamazepinClobazamLevetiracetamOxcarbazepineClonazepamPhenobarbitalPhenytoinAcetazolam

BANGKITAN LENASodium- Valproate

lamotrigineClobazamTopiramate

CarbamazepinGabapentinOxcarbazepineBANGKITAN MIOKLONIKSodium- Valproate

TopiramateClobazamTopiramateLevetiracetamLamotriginePiracetam

CarbamazepinGabapentinOxcarbazepineBANGKITAN TONIKSodium- Valproate

lamotrigineClobazamTopiramateLevetiracetam

PhenobarbitalPhenytoin

CarbamazepinOxcarbazepineBANGKITAN ATONIKSodium- ValproatelamotrigineClobazamTopiramateLevetiracetam

PhenobarbitalacetazolamidCarbamazepinOxcarbazepinephenitoinBANGKITAN FOKAL DGN/TANPA UMUM SEKUNDERCarbamazepinOxcarbazepineSodium- ValproateTopiramatelamotrigineClobazamGabapentinLevetiracetamPhenitoinTiagabinClonazepamPhenobarbitalacetazolamid

Dosis obat anti epilepsi untuk orang dewasa1OBATDosis awal (mg/hari)Dosis rumatan (mg/hari)Jumlah dosis perhariWaktu paruh plasma (jam)Waktu tercapainya steady state (hari)Carbamazepin400-600400-16002-3x (utk yg CR 2x)15-352-7Phenitoin200-300200-4001-2x10-803-15As. Valproat500-1000500-25002-3x (utk yg CR 1-2x)12-182-4Phenobarbital50-10050-200150-170

Clonazepam141 atau 220-602-10Clobazam1010-302-3x (utk yg CR 2x)10-302-6Oxcarbazepine600-900600-30002-3x8-15

Levetiracetam1000-20001000-30002x6-82Topiramate100100-4002x20-302-5Gabapentin900-1800900-36002-3x5-72Lamortrigin50-10020-2001-2x15-352-6CR: Controlled Released

Efek samping obat anti epilepsi klasik1

ObatEfek Samping

Terkait dosisidiosinkrasiCarbamazepinDiplopia, dizzines, nyeri kepala, mual, mengantuk, neutropenia, hiponatremiRuam morbiliform, agranulositosis, anemia aplastik, hepatotoksik, SSJ, efek teratogenikPhenitoinNistagmus, ataksia, mual, muntah, hipertrofi gusi, depresi, mengantuk, paradoxical increase seazure, anemia megaloblastikJerawat, coarse facies, hirsutism, lupus like syndrome, ruam, SSJ, dupuytrens contracture, hepatotoksik, teratogenikAsam valproatTremor, BB bertambah, dispepsia, mual muntah, kebotakan, teratogenikPancreatitis akut, hepatotoksik, trombositopeni, ensefalopati, edema periferPhenobarbitalKelelahan, restlegless, depresi, insomnia (pd anak), distructability (pd anak), hiperkinesia (pd anak), iritability (pd anak)Ruam makulopapular, eksfoliasi, nekrosis epedermal toksik, hepatotoktik, artritic changes, dupuytrens contractur, teratogenikClonazepamKelelahan, sedasi, mengantuk, dizzines, agresi dan hiper kinesia pd anakRuam, trombositopeniEfek samping obat anti epilepsi baru1

ObatEfek samping UtamaEfek samping serius namun jarangLevetiracetamSomnolen, astenia, sering ataxia, penurunan ringan jml ertrosit, kadar hb da hematokrit

gabapentinSomnolen, kelelahan, ataxia, dizzines, gg saluran cerna

LamotriginRuam, dizzines, tremor, ataxia, diplopia, nyeri kepala, gg sal cernaSSJClobazamSedasi, dizzines, iritability, depresi, disinhibisi

OxcarbazepinDizzines, diplopia, ataxia, nyeri kepala, kelemahan, ruam, hiponatremi

TopiramateGg kognitif, tremor, dizzines, ataxia, nyeri kepala, kelelahan, gg sal cerna, batu ginjal.

BAB IIIIlustrasi Kasus

IDENTITAS PASIENNama:

Jenis Kelamin: PerempuanUsia: 51 tahunAlamat: Way HuiAgama: IslamStatus Pernikahan: Sudah menikahPendidikan Terakhir: SLTAPekerjaan : Ibu Rumah TanggaTanggal Pemeriksaan: 27 Mei 2015

ANAMNESISKELUHAN UTAMAKejang berulang

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien An. R, usia 13 tahun, pendidikan kelas 1 SMP. Datang ke poli saraf RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tanggal 19 November 2007 dengan keluhan utama riwayat kejang kelojotan berulang sejak 3 bulan sebelum datang ke RSCM (SMRS). Dari riwayat penyakit sekarang didapatkan sejak 3 bulan SMRS pasien mengalami kejang kelojotan seluruh tubuh berulang 3x, kira-kira 1 x/bulan dengan pola serupa. Serangan biasanya terjadi saat pasien sedang duduk menonton TV.Pre iktal: pasien mengaku tidak merasakan gejala apapun. Iktal: pandangan pasien kosong ke depan, kedua lengan tertekuk dan bergetar, pasien tidak dapat merespon orang lain. Kemudian pasien pingsan dan terjatuh (miring ke kiri atau ke kanan), sementara kedua lengan kelojotan, kedua mata mendelik ke atas, durasi 2-3 menit. Kepala tidak menoleh, mulut tidak mengeluarkan busa, lidah tidak tergigit. Post iktal: pasien tertidur selama 10 menit, kemudian terbangun dan sadar seperti biasa, pasien mengaku ingat saat serangan berlangsung, namun tidak dapat menjelaskan/menirukan deskripsi serangan.Sejak 2 tahun sebelumnya (kelas 6 SD) keluarga dan guru memperhatikan bahwa pasien sering bengong. Terkadang pasien harus dikagetkan agar terbangun. Bila tidak dibangunkan durasi bengong dapat hingga 5 menit. Frekuensi 10-20 x/hari. Setelah terbangun pasien tidak ingat apa-apa mengenai kejadian saat pasien bengong.Dari penuturan ibu pasien didapatkan beberapa cerita saat serangan bengong terjadi, antara lain saat menunggu mobil angkutan umum bersama teman-teman, ketika mobil datang teman yang lain naik ke mobil sedangkan pasien hanya diam saja sehingga tertinggal. Saat di angkutan umum pasien juga sering tidak sadar, tiba-tiba sudah terlewat beberapa ratus meter dari tempat biasa turun. Di sekolah guru pasien mengatakan pasien lambat saat mengerjakan tugas karena sering melamun. Namun sejauh ini nilai prestasi sekolah relatif baik. Saat sedang diajak bicara oleh ibu, pasien sering tiba-tiba bengong, dan baru akan terbangun setelah dikagetkan.Dari riwayat penyakit dahulu diketahui pasien pernah mengalami kejang demam 1x saat usia 9 bulan, durasi 10 menit. Riwayat trauma kepala disangkal. Riwayat imunisasi lengkap. Riwayat kehamilan, persalinan, dan tumbuh kembang normal. Tidak ada anggota keluarga atau sanak saudara pasien yang menderita kejang berulang.

DAFTAR PUSTAKA

PERDOSSI. 2006. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Penerbit PERDOSSI Bagian Neurologi FKUI/RSCM: Jakarta.

de Groot, Jack. 1997. Neuroanatomi korelatif. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Mardjono, Mahar dkk. 2003. Neurologi klinis Dasar. Penerbit Dian Rakyat: Jakarta.

Mansjoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius FKUI: Jakarta.

Guyton and Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta