File Sinopsis

  • Upload
    tareza

  • View
    297

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN QURAN HADIS DI MTS SYAROFUL MILLAH SEMARANG

SINOPSIS

Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Islam

oleh: AHMAD MUHTARIZUL MAHASIN SYAROFI NIM : 095112061

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO 2011

Implementasi Metode Pembelajaran Inkuiri Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Quran Hadis Di MTs Syaroful Millah Semarang A. MUHTARIZUL MAHASIN S. Abstrak : Pembelajaran mata pelajaran Quran Hadis di madrasah saat ini masih menunjukkan berbagai permasalahan. Mayoritas metode pembelajaran yang digunakan selama ini lebih ditekankan pada metode konfensional seperti ceramah dan hafalan, akibatnya siswa kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi Quran Hadis. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Syaroful Millah Penggaron Kidul Pedurungan Semarang, menunjukkan bahwa hasil belajar dan aktivitas belajar siswa masih rendah (ketuntasan belajar klasikal masih sebesar 47,6% dan aktivitas belajar siswa 52%). Salah satu penyebabnya adalah metode pembelajaran yang digunakan berupa metode ceramah dan hafalan. Penelitian ini menerapkan metode pembelajaran inkuiri. Alasan pemilihan metode inkuiri adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kandungan Quran dan Hadis dengan investigasi yang dilakukan oleh siswa yang merupakan tulang punggung metode inkuiri. Metode ini mengupayakan penanaman dasardasar berfikir pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajarannya siswa lebih banyak belajar sendiri dan mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Dari sini diharapkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dirancang dua siklus dengan tiga kali pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Syaroful Millah Penggaron Kidul Pedurungan Semarang, pada semester II tahun pelajaran 2010/2011, yang berjumlah 42 orang siswa terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 20 siswi perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april sampai dengan bulan mei 2010. Setelah melakukan aplikasi model, observasi proses, evaluasi hasil, dan refleksi perilaku pembelajaran sebanyak dua siklus, diperoleh data bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Quran Hadis. Evaluasi selama proses pembelajaran berupa tes dan observasi menunjukkan adanya peningkatan. Aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 76% dan menjadi 87% pada siklus II dan Hasil belajar dari siklus I sebesar 73,8% menjadi 95,2% pada siklus II ini berarti ketuntasan individual dan klasikal tercapai.

Kata Kunci: Inkuiri, aktivitas belajar, prestasi belajar.

1

A. Pendahuluan Masalah yang terjadi di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Syaroful Millah Penggaron Kidul Pedurungan Semarang dalam pembelajaran Quran Hadis di kelas VII adalah kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran yang akhirnya mengakibatkan kurang tuntasnya hasil belajar yang dicapai. Indikasi ini berdasarkan pengamatan awal peneliti terhadap proses pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Quran Hadis siswa kelas VII MTs Syaroful Millah. Hasil observasi awal peneliti, menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang selama ini sering digunakan adalah metode ceramah, maju hafalan dan mengerjakan soal LKS. Penggunaan metode-metode tersebut menyebabkan beberapa siswa terlihat agak bosan, kurang aktif dan kurang bersemangat dalam pembelajaran, terutama siswa dari latar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) non keagamaan. Beberapa siswa juga terlihat kurang memperhatikan guru yang sedang mengajar, tidak bertanya tentang materi yang belum dipahami dan tidak pernah mengungkapkan pendapat terkait materi pembelajaran. Hal tersebut dikuatkan dengan ketuntasan hasil belajar siswa yang masih banyak dibawah KKM (nilai 65). Berdasarkan data yang diperoleh dari guru mata pelajaran Quran Hadis, Fauzi, S.Ag., dari 42 siswa kelas VII, nilai mid semester ganjil tahun 2010/2011, yang berada dibawah KKM sebanyak 19 siswa (44,23%), sedangkan pada semester ganjil tahun 2010/2011, nilai siswa yang berada dibawah KKM sebanyak 11 siswa (26,19%). Melihat hasil observasi awal ini, maka dapat diketahui beberapa permasalahan pembelajaran Quran Hadis di kelas VII MTs Syaroful Millah Semarang., yakni: 1. Hasil belajar siswa masih rendah (nilai rata-rata kelas 62,5 masih di bawah nilai ketuntasan individual yaitu 6,5 dan ketuntasan klasikal 47,6% masih jauh dari standar nilai ketuntasan klasikal yaitu 85% siswa mencapai nilai ketuntasan individu 6,5.

2

2.

Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah seperti yang tercantum dalam tabel 3.1, adapun aktivitas yang paling rendah yaitu aktivitas partisipasi dalam penyampaian ide atau gagasan dan aktivitas bertanya.

3.

Rendahnya nilai hasil belajar siswa ini diasumsikan disebabkan oleh rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang disebabkan oleh penggunaan metode mengajar guru yang tidak mengacu pada metode mengajar siswa aktif (guru lebih sering menggunakan metode ceramah). Peneliti tidak menilai bahwa metode pembelajaran yang selama ini

digunakan adalah salah atau kurang baik, akan tetapi perlu dilakukan inovasi penggunaan metode pembelajaran mata pelajaran Quran Hadis agar siswa dapat ikut aktif terlibat dalam pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan mata pelajaran Quran Hadis pada tingkat MTs yaitu agar peserta didik gemar untuk membaca al-Quran dan Hadits dengan benar, serta mempelajari, memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.1 Uzer, mengemukakan bahwa untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif setidaknya ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa, yakni (1) melibatkan siswa secara aktif, (2) menarik minat dan perhatian siswa, (3) membangkitkan motivasi siswa, (4) prinsip individualitas, serta (5) peragaan dalam pengajaran.2 Penggunaan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, baik kesesuaian waktu maupun kesesuaian penggunaan perangkat pembelajaran yang ada, agar mampu membantu mensukseskan standar kompetensi yang akan dilaksanakan dalam kurikulum tersebut. Berbagai macam metode pembelajaran yang berkembang saat ini, antara satu dengan yang lain mempunyai karakteristik yang berbeda.3 Tetapi dari berbagai macam bentuknya, metode pembelajaran diterapkan untuk mencapai tujuan yang sama yaitu untuk memotivasi belajar siswa sehingga tercipta proses belajar mengajar yang aktif, kondusif dan menyenangkan.

3

Menyikapi perihal di atas, diperlukan suatu perumusan dan pemilihan penggunaan metode yang tepat, terarah, efektif dan efisien dalam pembelajaran, agar proses pembelajaran akan benar-benar menghasilkan peserta didik yang berkepribadian, memiliki keterampilan dalam menjalani kehidupannya dengan baik.4 Salah satu metode pembelajaran yang dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inkuiri. David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry, mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: Inkuiri merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, Inkuiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu.5 Istilah discovery sering dipertukarkan pemakaiannya dengan penyelidikan (inquiry). Menurut pendapat Sund (1975) sebagaimana dikutip oleh Suryosubroto, discovery adalah proses mental di mana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Sedangkan inquiry menurut dia dibentuk meliputi discovery. Dengan kata lain, inquiry adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya.6 Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran Inkuiri sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode Inkuiri memiliki lima komponen umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources.7 Alasan rasional penggunaan metode Inkuiri adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kandungan Quran dan Hadis. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode Inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep Quran dan Hadis.

4

Metode Inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajarannya siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode Inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan, namun dimungkinkan juga, masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.8 Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti apakah dengan menggunakan metode pembelajaran Inkuiri ini dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Quran Hadis di MTs Syaroful Millah Penggaron Kidul Pedurungan Semarang.

B. Implementasi Metode Pembelajaran Inkuiri Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Quran Hadis 1. Belajar Dalam bukunya the Psychology Of Learning And Memory, Hintzman berpedapat bahwa learning is a change in behavior as a result and experience. Artinya, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.9 Menurut Arno F. Wittig: learning is relatively permanent change in behavior that occurs as a result of experience. Artinya belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang di hasilkan dari praktek pengalaman.10 Proses belajar adalah berbuat, bereaksi, menjalani, mengalami menghayati.11

5

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan.

2. Aktivitas Belajar Saat ini, pendidikan lebih menekankan pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan apabila siswa mengalami aktivitas yang baik, maka dapat mengoptimalkan hasil belajar. Aktivitas siswa tersebut meliputi seluruh aspek dalam diri siswa, baik fisik, mental, intelektual, maupun emosional. Aktivitas siswa dalam pembelajaran dikembangkan melalui tanya jawab, berfikir kritis, diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam pelaksanaan praktikum, pengamatan, diskusi dan mempertanggungjawabkan segala hasil dari pekerjaan yang ditugaskan. Aktivitas, dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah keaktifan, kegiatan, atau kesibukan.12 Dalam kegiatan belajar mengajar, setiap siswa terdapat prinsip aktif yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Kemauan berbuat dan bekerja dalam belajar inilah yang dinamakan aktivitas belajar.13 Berdasarkan pemaparan diatas, aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran untuk mengembangkan aspek fisik, mental, intelektual, maupun emosional sebagai pengalaman dan latihan siswa dalam interaksi dengan lingkungannya. Soemanto,14 Djamarah15 menyebutkan contoh aktivitas belajar dalam beberpa situasi, yaitu: a. b. c. d. e. f. g. Mendengarkan. Memandang Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap Menulis atau mencatat Membaca. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan. 6

h. i. j. k.

Menyusun paper atau kertas kerja. Mengingat. Berpikir. Latihan atau praktek Oemar Hamalik,16 dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, menyebutkan

pengklasifikasian aktivitas belajar oleh para ahli sebagai berikut: a) Paul D. Dierich, membagi aktivitas belajar dalam 8 kelompok, yaitu: a. Kegiatan-kegiatan visual. b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral). c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan. d. Kegiatan-kegiatan menulis. e. Kegiatan-kegiatan menggambar. f. Kegiatan-kegiatan metrik. g. Kegiatan-kegiatan mental. h. Kegiatan-kegiatan emotional. b) Gretude M. Whipple, membagi aktivitas belajar siswa sebagai berikut: a. Bekerja dengan alat-alat visual. b. Ekskursi dan trip. c. Mempelajari masalah-masalah. d. Mengapresiasi literatur. e. Ilustrasi dan konstruksi. f. Bekerja menyajikan informasi. g. Cek dan test. 3. Hasil Belajar Dalam Kamus Praktis Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan oleh usaha, pikiran.17 Hasil adalah perolehan, atau tercapainya suatu maksud atau tujuan. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari suatu kegiatan belajar mengajar (KBM). Hasil belajar dapat juga dipandang sebagai ukuran seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai. Dengan kata lain hasil belajar

7

siswa dapat diartikan sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 18 Adapun faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: 1. Faktor Eksternal a) Lingkungan Ketika siswa berada di sekolah, maka dia berada dalam system sosial di sekolah. Peraturan dan tata tertib sekolah harus ditaati. Lahirnya peraturan sekolah bertujuan untuk mengatur dan membentuk perilaku siswa yang menunjang keberhasilan belajar di sekolah. Lingkungan sosial budaya diluar sekolah ternyata merupakan sisi kehidupan yang mendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan siswa di sekolah.19 b) Instrumental Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tersebut tentu saja pada tingkatan kelembagaan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Semua dapat diperdayagunakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah. Kurikulum dapat dipakai guru dalam merencanakan program pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaikbaiknya agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar siswa di sekolah. 2. Faktor Internal a) Kondisi Fisiologis Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi; mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar

8

menerima pelajaran. Aspek fisiologis ini diakui mempengaruhi pengelolaan kelas yang akhirnya menyebabkan turunnya hasil belajar mereka. b) Kondisi Psikologis Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang, itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri. (Mulyasa, 2006: 190). Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Faktorfaktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial dan dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajar adalah Intelegensi siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi siswa, kemampuan-kemampuan kognitif siswa dan sikap siswa. Selain itu, Menurut Wasty Soemanto,20 salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah Faktor stimuli. Yang dimaksud stimuli belajar disini yaitu segala hal diluar individu yang merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup materiil, penegasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh anak didik. Faktor-faktor stimuli belajar antara lain: 1) Panjangnya Bahan Pelajaran Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan jumlah bahan pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang pula waktu yang dibutuhkan. Kesulitan peserta didik tidak hanya semata-mata karena panjangnya waktu untuk belajar, melainkan lebih berhubungan dengan faktor kelelahan serta kejenuhan peserta didik dalam memahami bahan yang begitu banyak. Panjangnya waktu belajar juga dapat menimbulkan beberapa interferensi atas bagian-bagian materi yang dipelajari. Interferensi dapat diartikan sebagai gangguan kesan ingatan akibat terjadinya pertukaran reproduksi antara kesan lama denagn kesan baru. Kedua kesan itu muncul bertukaran sehingga terjadi kesalahan maksud yang tidak disadari.

9

2) Kesulitan Bahan Pelajaran Tingkat kesulitan bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan peserta didik dalam mempelajari suatu bahan pelajaran. Makin sulit suatu bahan, maka makin lambat anak didik mempelajarinya. Sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran, makin cepat pula peserta didik mempelajarinya 3) Berartinya Bahan Pelajaran Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali dan memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan yang tanpa arti sukar dikenali dan akibatnya tak ada pengertian siswa terhadap bahan itu 4) Berat-Ringannya Tugas Mengenai berat ringannya suatu tugas, hal ini erat hubungannya dengan tingkat kemampuan individu. Tugas yang sama kesukarannya berbeda bagi masing-masing individu. Hal ini disebabkan karena kapasitas intelektual serta penglaman mereka tidak sama. Tugas-tugas yang terlalu ringan atau mudah adalah mengurangi tantangan belajar, sedangkan tugas yang terlalu berat atau sukar membuat individu kapok/jera untuk belajar. 5) Suasana lingkungan Eksternal Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal, antara lain: cuaca, kondisi tempat, dan sebagainya. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajarnya, sebab individu yang belajar adalah interaksi dengan lingkunganya. 4. Metode Pembelajaran Inkuiri Dalam bahasa Inggris, inkuiri (inquiry) berarti pertanyaan, atau pemeriksaan.21 Sund (1975), berpendapat bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam.22 Jadi, bila dibandingkan dengan diskoveri, inkuiri

mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Pembelajaran berbasis inkuiri adalah pembelajaran yang menekankan agar siswa terlibat dalam pembelajaran mereka, merumuskan pertanyaan, menyelidiki secara luas dan kemudian membangun pemahaman, makna dan pengetahuan

10

baru. Pengetahuan tersebut adalah hal yang baru bagi para siswa dan dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan, mengembangkan pemecahan masalah atau untuk mendukung suatu pendapat.23 Kohaang dan Harman, mengartikan inquiry adalah melibatkan siswa dalam proses sengaja untuk mendiagnosa masalah, mengkritisi

percobaan/eksperimen, membedakan alternatif, merencanakan penyelidikan, meneliti dugaan, mencari informasi, berdebat dengan teman sebaya, mencari informasi dari para ahli dan membentuk argumen yang jelas.24 Dalam proses pembelajaran dengan metode inkuiri seorang guru dalam menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final (utuh dari awal hingga akhir) atau dengan kata lain, guru hanya menyajikan sebagian. Kemudian guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mencari dan menemukannya sendiri apa yang belum disampaikan oleh guru kemudian ditarik kesimpulan bersama-sama.25 Menurut Muhibbin, Secara garis besar prosedur pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: a) Simulation. Guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. b) Problem Statement. Anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Sebagian besar memilih permasalahan yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih ini selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau bentuk hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. c) Data Collection. Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, anak diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya. d) Data Processing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semua diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,

11

bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. e) Verification. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. f) Generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.26 Branch dan Oberg, menjelaskan langkah pembelajaran inkuiri sebagai berikut:27 1. Tahap Perencanaan (Planning) 2. Tahap Pencarian Informasi (Retrieving) 3. Tahap Pengolahan (Processing) 4. Tahap Menciptakan (Creating) 5. Tahap Berbagi (Sharing) 6. Tahap Evaluasi (Evaluating) Langkah-langkah diatas seperti tercantum dalam gambar berikut :

Gambar 2.1 Langkah-langkah pembelajaran Inkuiri menurut Branch dan Oberg

12

5. Mata Pelajaran Quran Hadis di Madrasah Tsanawiyah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. 28 Quran Hadis merupakan unsur mata pelajaran Agama Islam pada madrasah yang memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang Al-Quran dan Hadits sebagai sumber ajaran agama Islam. Kurikulum Quran Hadis di Madrasah Tsanawiyah dikembangkan dengan pendekatan berikut: a) Lebih menitik beratkan target kompetensi dari pada penguasaan materi. b) Lebih mengakomodasi keragaman kebutuhan dan dan sumber daya pendidikan yang tersedia. c) Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan dan situasi kondisi dengan dituangkannya dalam KTSP. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis di Madrasah Tsanawiyah meliputi: a) Membaca dan menulis yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid. b) Menerjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat, dan hadis dalam memperkaya khazanah intelektual. c) Menerapkan isi kandungan ayat/hadis yang merupakan unsur pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.29 Adapun tujuan mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis adalah: a) b) Meningkatkan kecintaan siswa terhadap al-Qur'an dan hadis. Membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam al-Qur'an dan hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan. c) Meningkatkan kekhusyukan siswa dalam beribadah terlebih salat, dengan menerapkan hukum bacaan tajwid serta isi kandungan surat/ayat dalam surat-surat pendek yang mereka baca.30

13

C. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah peneitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR), yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.31 Wiriatmadja mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah bagaimana guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.32 Tujuan penelitian tindakan kelas, menurut McNiff, sebagaimana dikutip Arikunto adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan professional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar.33 Sedangkan menurut Aqib, PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.34 Suyadi, menyebutkan tujuan penelitian tindakan kelas sebagai berikut: 1. Untuk memperbaiki dasar pemikiran, pemahaman dan kepantasan dari praktik-praktik belajar mengajar 2. Untuk memperbaiki situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilakukan.35 Menurut kemmis dan Taggart, penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang yang merupakan ciri penelitian tindakan. Keempat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam setiap siklus tersebut berupa: 1) rencana tindakan (action plan), 2) tindakan (action), 3) pengamatan (observasi), 4) refleksi (reflection).36 Keempat rangkaian kegiatan dalam siklus berulang tersebut

sebagaimana tampak pada gambar berikut ini :

14

SIKLUS I

Perencanaan

Refleksi

Tindakan

ObservasiSIKLUS II

Perencanaan Ulang

Refleksi Observasi

Tindakan

Gambar. 3.1 Rangkaian Kegiatan PTK 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang

menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati. Penelitian kualitatif pada umumnya lebih berorientasi kepada teoritis. Pendekatan ini disebut juga dengan pendekatan fenomenologis yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu.37 Peneliti berupaya mempelajari masalah-masalah yang ada dalam penerapan metode pembelajaran Inkuiri terhadap aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Quran Hadis Di MTs Syaroful Millah Semarang, dengan memperhatikan tata cara yang berlaku mulai dari persiapan, pelaksanaan dan situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, proses yang yang sedang berlangsung serta pengaruh dari fenomena tersebut.

15

Selain itu, penelitian kualitatif pada dasarnya adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna.38 3. Setting Penelitian a. Tempat penelitian Penelitian ini mengambil lokasi pada Madrasah Tsanawiyah Syaroful Millah yang terletak di Kelurahan Penggaron Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah. b. Waktu penelitian Waktu penelitian direncanakan pada semester genap pada bulan April sampai Mei 2011. 4. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Syaroful Millah Penggaron Kidul Pedurungan Semarang tahun pelajaran 2010/2011. 5. Data dan Teknik Pengumpulan Data a. Sumber Data Data pada penelitian ini terdiri dari dua sumber yaitu: sumber data primer yakni segala rangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa saat melaksanakan proses pembelajaran Quran Hadis. Rangkaian aktivitas ini merupakan implementasi dari pelaksanaan kurikulum, direalisasikan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar di kelas, melalui penggunaan metode pembelajaran inkuiri yang berlangsung pada kelas VII MTs Syaroful Millah Penggaron Kidul Pedurungan Semarang. Sumber data sekunder penelitian ini adalah data yang memberikan informasi secara tidak langsung dengan permasalahan yang diteliti. Data ini misalnya informasi tentang pelaksanaan pembelajaran secara umum

16

yang dilakukan di MTs Syaroful Millah Penggaron Kidul Pedurungan Semarang. b. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi melakukan merupakan strategi terhadap pengumpulan obyek data dengan Menurut penelitian.39

pengamatan

Koentjaraningrat bahwa dengan strategi observasi ini akan diketahui kondisi riil yang terjadi di lapangan serta mampu menangkap gejala suatu fenomena sebanyak mungkin mengenai apa yang akan diteliti.40 Penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap gejalagejala subjek yang diteliti, yaitu pelaksanaan proses pembelajaran Quran Hadis di MTs Syaroful Millah Penggaron Kidul Pedurungan Semarang yang menggunakan metode pembelajaran Inkuiri. dan mengobservasi lingkungan sekolah untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Observer adalah peneliti, teman atau mitra sejawat dan tim kolaborasi. Observasi dilakukan sejak awal sampai akhir penelitin, agar diperoleh data penelitian yang lebih tepat maka setiap permasalahan yang berkaitan dengan hasil pengamatan selalu dicatat dalam catatan lapangan. b. Wawancara Wawancara (interview) merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan pedoman berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan langsung kepada obyek untuk mendapatkan jawaban secara langsung. Danim menjelaskan bahwa wawancara adalah percakapan antara peneliti dengan dua orang atau lebih, peneliti mengajukan pertanyaan kepada obyek atau sekelompok obyek penelitian untuk memperoleh jawaban.41 Berkaitan dengan hal ini, penulis melakukan wawancara terhadap responden yaitu kepala sekolah, guru Mata pelajaran Quran Hadis dan siswa kelas VII berkaitan dengan penerapan

17

metode pembelajaran Inkuiri dalam pembelajaran Quran Hadis di MTs Syaroful Millah Penggaron Kidul Pedurungan Semarang. c. Dokumentasi Dokumentasi, menurut Arikunto adalah mencari data mengenai halhal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. 42 Peneliti mengumpulkan data-data yang ada di MTs Syaroful Millah Penggaron Kidul Pedurungan Semarang, khususnya yang berhubungan dengan penerapan metode pembelajaran Inkuiri dalam pembelajaran Quran Hadis. Dokumentasi ini penulis gunakan untuk memperoleh data sebagai pelengkap dari data-data yang didokumentasikan, diantaranya; nilai hasil belajar siswa yang diperoleh dari daftar nilai harian, daftar presensi siswa, daftar laporan kependidikan, rencana tindakan kegiatan belajar mengajar (KBM) serta foto kegiatan pembelajaran. d. Tes Metode tes yaitu instrumen pengumpulan data dengan menggunakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok,43 atau dengan kata lain, tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya dalam jangka waktu tertentu.44 Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes prestasi yang dilaksanakan setelah berlangsungnya setiap akhir siklus. Tes ini akan peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang prestasi belajar pada tiap akhir siklus dan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan baik secara individual maupun klasikal. 6. Teknik Analisis Data Menurut Miles dan Hubermen sebagaimana dikutip oleh Sugiono analisa melalui proses data, reduction, display, dan verification.45 18

Langkah-langkah analisis data yaitu : 1. Reduksi Data (Data Reduction) Data diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu di catat secara teliti dan rinci, dan segera dilakukan analisis data melalui reduksi data yaitu dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting.46 2. Penyajian Data (Data Display) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaikan data, yaitu dengan teks yang bersifat naratif. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penyajian data melalui uraian singkat atau ringkasan-ringkasan penting dari data yang telah direduksi untuk mendapatkan suatu kesimpulan. 3. Penarikan Kesimpulan (Coclusion Drawing / Verivication) Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Peneliti bersama guru kolaborator menerapkan metode pembelajaran Inkuiri pada mata pelajaran Quran Hadis dengan materi toleransi dalam kehidupan beragama pada siklus I, materi memahami dan menerapkan isi kandungan Q.S. al-Lahab dan an-Nasr tentang problematika dakwah pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian, implementasi metode pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran Quran Hadis dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi dalam pembelajaran Quran Hadis di tingkat madrasah, diantaranya minimnya aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa yang masih di bawah kriteria. Hal tersebut dapat kita lihat dari hasil penelitian tentang aktivitas belajar siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

19

Tabel. 4.1 Data Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Parameter Aktivitas Siswa Siswa yang hadir tepat waktu Siswa memperhatikan keterangan guru Siswa yang aktif bertanya pada guru Siswa yang mencatat keterangan guru Siswa yang aktif menjawab pertanyaan guru Siswa aktif mendengarkan jawaban dari teman Siswa yang aktif mendengarkan pertanyaan teman Siswa menjaga ketenangan dalam mengikuti pembelajaran Siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran Siswa membuat rangkuman hasil pembelajaran Jumlah Prosentasi Data Awal 4 3 2 3 2 2 2 3 3 2 26 52% Siklus Siklus I II 4 5 4 3 4 3 3 3 5 4 38 76% 4 4,5 5 4,5 4 3,5 4 4 5 5 43,5 87%

Keterangan: Skor tertinggi perparameter = 5, Skor total maksimal = 50 Kriteria penilaian : 80% - 100% = sangat baik 70% - 79% = baik 60% - 69% = cukup, < 59% = kurang. Berdasarkan data tabel 4.1 tentang aktivitas belajar siswa pada siklus II dapat diketahui bahwa aktivitas siswa pada siklus II yaitu 87% ini berada pada ketegori sangat baik dan sudah melampaui batas minimal aktivitas belajar siswa yang diharapkan yaitu 80%. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari aktivitas belajar siswa siklus I yang hanya 76% menjadi 87% pada siklus II. Ini berarti aktivitas belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan tindakan.

20

Sedangkan Hasil belajar siswa, perkembangan peningkatan hasil belajar siswa dapat kita lihat dalam tabel berikut : Tabel 4.2 Data Perkembangan Hasil Belajar Siswa dalam penelitian Perolehan No 1 2 3 4 5 6 Keterangan Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata kelas Jumlah siswa yang belum tuntas Jumlah siswa yang sudah tuntas Prosentasi ketuntasan klasikal Observasi awal 40 85 62,5 22 20 52,3% Siklus I 50 100 72,1 11 31 73,8% Siklus II 60 98 77,5 2 40 95,2%

Dari tabel diatas, pada observasi awal menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan, nilai rata-rata siswa hanya 62,5 masih di bawah kriteria nilai ketuntasan minimum individu yaitu 65, jumlah siswa yang tuntas hanya 20 siswa atau ketuntasan klasikalnya 52,3% masih di bawah standar ketuntasan klasikal yaitu 85%. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil belajar siklus I, sebagai gambaran ketuntasan klasikal dan individual pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Inkuiri melalui tes akhir, maka diketahui hasil tes akhir siklus I yaitu nilai terendah 50, nilai tertinggi 100, rata-rata kelas 72,1 telah melampaui nilai ketuntasan minimal 65, jumlah siswa yang belum tuntas masih ada 11 orang siswa yang masih di bawah nilai ketuntasan minimal. Prosentase ketuntasan klasikal 73,8 %. Hasil tes akhir siklus I telah menunjukkan peningkatan dari hasil belajar siswa, akan tetapi nilai ketuntasan klasikal belum tercapai, karena indikator ketuntasan klasikal jika 85 % dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual (skor 65). Hasil belajar siswa pada siklus I meningkat karena siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, siswa diberikan keleluasaan dalam mengekplorasi materi 21

pelajaran dan materi yang disajikan dapat mencapai tingkat kemampuan yang lebih tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya. Hasil belajar siswa telah dicapai pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I dimana pada siklus I ketuntasan klasikal hanya 73,8%, pada siklus II ketuntasan klasikal telah mencapai angka 95,2% dimana ada 40 siswa yang mencapai ketuntasan individual. Nilai terendah 60, rata-rata nilai kelas 77,5. Ini berarti hasil siklus II telah mencapai indikator keberhasilan tindakan yaitu ketuntasan klasikal sebesar 85%. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I, Metode pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada siklus II. Hal ini dikarenakan diadakannya perbaikan pada hal-hal yang kurang pada siklus I, seperti penekanan guru pada manfaat materi dalam kehidupan sehari-hari para siswa dan lebih memotivasi siswa untuk percaya diri. Hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan menunjukkan hasil belajar ulangan harian mata pelajaran Quran Hadis, siswa masih rendah. Nilai ketuntasan klasikal sebesar 52,3% masih di bawah standar ketuntasan klasikal yaitu 85%. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil belajar siklus I dan II dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri, menunjukkan adanya suatu peningkatan hasil belajar siswa, peningkatan dari prosentasi ketuntasan klasikal mencapai 95,2 %. Nilai ketuntasan klasikal mengalami peningkatan. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri, merupakan metode yang melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah. Karena pada dasarnya secara intuitif setiap individu cenderung melakukan kegiatan ilmiah (mencari tahu/memecahkan masalah). Kemampuan tersebut dapat dilatih sehingga setiap individu kelak dapat melakukan kegiatan ilmiahnya secara sadar (tidak intuitif lagi) dan dengan prosedur yang benar. Pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan ketuntasan klasikal hingga 96% yang sebelumnya ketuntasan klasikal masih dibawah kriteria nilai ketuntasan minimum individu yaitu 65.

22

E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan metode pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan aktivitas belajar dan hasil siswa pada mata pelajaran Quran Hadis di MTs Syaroful Millah Penggaron Kidul Pedurungan Semarang tentang materi Toleransi dalam beragama dan Problematika dakwah, dapat peneliti kemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran Quran Hadis dapat meningkatkan aktivitas belajar Quran Hadis siswa. Hal ini terlihat dari hasil prosentase pengamatan aktivitas belajar siswa yang selalu meningkat di setiap siklusnya yaitu dari observasi awal sebesar 52% ke siklus I menjadi 76% dan dari siklus I sebesar 76% meningkat pada siklus II menjadi 87%. 2. Metode pembelajaran inkuiri yang diterapkan pada pembelajaran Quran Hadis di MTs Syaroful Millah Penggaron Kidul Pedurungan Semarang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ini terlihat dari peningkatan ketuntasan klasikal hasil tes akhir observasi awal ke siklus I yaitu dari 52,3% pada observasi awal, menjadi 73,8% pada siklus I dan dari siklus I ke siklus II yaitu dari 73,8% pada siklus I menjadi 95,2% pada siklus II. 2. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diatas, maka ada beberapa saran yang dapat dikemukakan disini diantaranya: 1. Kepada guru-guru dan sekolah yang memiliki karakteristik permasalahan yang sama dapat menerapkan metode pembelajaran inkuiri dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa. 2. Bagi guru, untuk mencapai kualitas proses belajar mengajar dan kualitas hasil belajar yang baik dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri diperlukan persiapan penguasaan materi dengan baik, menggali pengetahuan

23

dan wawasan yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas dan halhal yang terkait dengan unsur metode pembelajaran inkuiri. 3. Bagi Peneliti yang akan datang, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi kegiatan penelitian berikutnya.

24

1

2 3

4

5

6

7

8 9

10

11 12 13 14

15 16 17 18 19 20 21 22 23

24

25 26 27 28 29 30 31

32

33 34

35 36 37 38

Peraturan Menteri Agama RI No 2 Tahun 2008, tentang Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah. Usman, Moh. Uzer, 2004, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya. hal. 21-31. Sulhan, Najib, 2006, Pembangunan Karakter pada Anak, Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Sekolah Efektif, Surabaya: Intelektual Clib. hal. 5. Zamroni, 2007, Pendidikan dan Demokrasi dalam Transisi (Prakondisi Menuju Era Globalisasi), Jakarta, Muhammadiyah, hal. 228. Haury, L. David, 1993, Teaching Science Through Inquiry. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED359048). Suryosubroto, 2009, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Cet II, Jakarta: PT. Rineka Cipta, hal. 193. Garton, Janetta, 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District, Technology Integration Academy. Sagala, Syaiful, 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta. Syah, Muhibbin, 2007, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 89. Wittig, Arno F, 2001, Introduction to Psychology, Second edition, New York: MC Graw hill International Book Company, hal. 109. Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 99. Depdikbud, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hal.17 Nasution, S. Op. Cit., hal. 92. Soemanto, Wasty, 1990, Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: Renika Cipta, hal. 102-107. Djamarah, Syaiful Bahri, 2008, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 38-45. Hamalik, Oemar ,2008, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, hal. 172-175. Waskito, AA, 2009, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Wahyu Media, hal 203. Sudjana, Nana, 1989, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru . Djamarah, Op. Cit., hal. 176-178. Soemanto, Op. Cit., hal. 108-110. Wojowasito, S dan Tito Wasito, 2007, Kamus Lengkap, Bandung: Penerbit Hasta, hal.87. Suryosubroto, Op. Cit, hal.179. Branch, Jennifer, Dr. dan Dianne Oberg, Dr, 2004, Focus On Inquiry: a teachers guide to implementing inquiry-based learning, Kanada: Alberta Learning, hal.1. Kohaang, Alex dan Harman, Keith, 2007, Learning Objects and Instructional Design, California: Informing Science Press, hal. 329. Muhibbin, Op. Cit., hal. 244. Muhibbin, Op. Cit. Branch, Op. Cit., hal. 10-13. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Lampiran Permenag No. 2 tahun 2008, hal. 53. Ibid, hal. 49. Arikunto, Suharsimi, Dkk, 2009, Penelitian Tindakan Kelas, cet.VIII, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 3. Wiriatmadja, Rochiati, 2009, Metode penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 13. Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, hal.106. Aqib, Zaenal, 2006, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru, cet. 1, Bandung: Yrama Widya, hal.18. Suyadi, 2011, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, Jogjakarta: DIVA Press, hal.22. Wiriatmadja, Op. Cit, hal. 66-67. Moleong, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, hal.17. Sugiono, 2009, Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, hal.15.

25

39 40

41 42 43 44 45

46

Riyanto, Yatim, 2001, Strategi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Penerbit SIC, hal. 96. Koentjaraningrat, 1997, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Grafindo Pustaka Utama, hal.109. Danim, Sudarwan, 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, hal.130. Arikunto, 2006, Op. Cit, hal. 231. Ibid, hal. 127. Purwanto M. Ngalim, MP., 2001, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, hal. 33. Sugiono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif: Dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, Bandung: Alfabeta, hal. 147. Sugiono, 2009, Op. Cit, hal. 249.

26

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Dkk, 2009, Penelitian Tindakan Kelas, cet.VIII, Jakarta: Bumi Aksara. _________, 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. Aqib, Zaenal, 2006, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru, cet. 1, Bandung: Yrama Widya. Branch, Jennifer, Dr. dan Dianne Oberg, Dr, 2004, Focus On Inquiry: a teachers guide to implementing inquiry-based learning, Kanada: Alberta Learning. Danim, Sudarwan, 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia. Depdikbud, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri, 2008, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta. Garton, Janetta, 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District, Technology Integration Academy. Hamalik, Oemar ,2008, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Haury, L. David, 1993, Teaching Science Through Inquiry. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED359048). Koentjaraningrat, 1997, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Grafindo Pustaka Utama. Kohaang, Alex dan Harman, Keith, 2007, Learning Objects and Instructional Design, California: Informing Science Press. Moleong, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya. Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Purwanto M. Ngalim, MP., 2001, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya. Riyanto, Yatim, 2001, Strategi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Penerbit SIC. Sagala, Syaiful, 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta. 27

Soemanto, Wasty, 1990, Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: Renika Cipta. Sudjana, Nana, 1989, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru. Sugiono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif: Dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, Bandung: Alfabeta. ________, 2009, Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta. Sulhan, Najib, 2006, Pembangunan Karakter pada Anak, Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Sekolah Efektif, Surabaya: Intelektual Clib. Suryosubroto, 2009, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Cet II, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suyadi, 2011, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, Jogjakarta: DIVA Press. Syah, Muhibbin, 2007, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya. Usman, Moh. Uzer, 2004, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya. Waskito, AA, 2009, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Wahyu Media. Wiriatmadja, Rochiati, 2009, Metode penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja Rosdakarya. Wittig, Arno F, 2001, Introduction to Psychology, Second edition, New York: MC Graw hill International Book Company. Wojowasito, S dan Tito Wasito, 2007, Kamus Lengkap, Bandung: Penerbit Hasta. Zamroni, 2007, Pendidikan dan Demokrasi dalam Transisi (Prakondisi Menuju Era Globalisasi), Jakarta, Muhammadiyah.

Peraturan Menteri Agama RI No 2 Tahun 2008, tentang Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah. Undang-undang No. 20 Tahun 2003.

28