19
SARANA ILMIAH (BAHASA, MATEMATIKA, LOGIKA, DAN STATISTIKA) Oleh: Syafieh, M.Fil. I A. Pendahuluan Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi. Tanpa komunikasi apakah manusia dapat bersosialisasi, dan apakah manusia layak disebut makhluk sosial? Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berfikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur. Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah mempergunakan matematika, baik matematika sebagai pengembangan aljabar maupun statistik. Phylosopy modern tidak akan tepat bila pengetahuan tentang matematika tidak mencukupi. Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, berfikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti; setengah tidak boleh lebih dari satu. Dalam kamus ilmiah populer, kata statistik berarti tabel, grafik, daftar informasi, angka- angka, informasi. Statistik berarti ilmu pengumpulan, analis, dan klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi. B. Bahasa sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan Bahasa mempunyai peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa,

Filosofi pendidikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Peranan bahsa,logika, matematika, dan statistika

Citation preview

Page 1: Filosofi pendidikan

SARANA ILMIAH (BAHASA,

MATEMATIKA, LOGIKA, DAN

STATISTIKA)

Oleh: Syafieh, M.Fil. I

A. Pendahuluan

Bahasa sebagai sarana komunikasi antar

manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi.

Tanpa komunikasi apakah manusia dapat

bersosialisasi, dan apakah manusia layak

disebut makhluk sosial? Sebagai sarana

komunikasi maka segala yang berkaitan

dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa,

seperti berfikir sistematis dalam menggapai

ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa

mempunyai kemampuan berbahasa seseorang

tidak dapat melakukan kegiatan berpikir

secara sistematis dan teratur.

Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan,

semuanya sudah mempergunakan matematika,

baik matematika sebagai pengembangan

aljabar maupun statistik. Phylosopy modern

tidak akan tepat bila pengetahuan tentang

matematika tidak mencukupi. Hampir dapat

dikatakan bahwa fungsi matematika sama

luasnya dengan fungsi bahasa yang

berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu

pengetahuan.

Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis,

valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

Karena itu, berfikir logis adalah berpikir

sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti;

setengah tidak boleh lebih dari satu.

Dalam kamus ilmiah populer, kata statistik

berarti tabel, grafik, daftar informasi, angka-

angka, informasi. Statistik berarti ilmu

pengumpulan, analis, dan klasifikasi data,

angka sebagai dasar untuk induksi.

B. Bahasa sebagai Sarana Ilmu

Pengetahuan

Bahasa mempunyai peranan penting dan suatu

hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan

manusia. Kelaziman tersebut membuat

manusia jarang memperhatikan bahasa dan

menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa,

Page 2: Filosofi pendidikan

seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa

mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar

biasa dan termasuk yang membedakan

manusia dari ciptaan lainnya.[1] Ernest

Cassirer berpendapat bahwa keunikan manusia

bukanlah terletak pada kemampuan

berpikirnya melainkan terletak pada

kemampuannya berbahasa.Oleh karena itu,

Ernest menyebut manusia sebagai Animal

Symbolicum, yaitu makhluk yang

menggunakan simbol.[2]

Wittgenstein menyatakan: “Batas bahasaku

adalah batas duniaku”. Melalui pernyataan ini

orang-orang yang berpikir (homo sapiens)

akan bertanya dalam diri apa itu bahasa? Apa

fungsinya? Bagaimana peran bahasa dalam

berpikir Ilmiah?

Bloch and Trager mengatakan: a language is a

system of arbitrary vocal symbols by means of

which a social group cooperates (Bahasa

adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang

arbitrer yang dipergunakan oleh suatu

kelompok sosial sebagai alat untuk

berkomunikasi.

Joseph broam mengatakan: bahasa adalah

suatu sistem yang berstruktur dari simbol-

simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh

para anggota suatu kelompok sosial sebagai

alat bergaul satu sama lain.

Batasan diatas memerlukan sedikit penjelasan

agar tidak terjadi salah paham. Oleh karena

itu, perlu diteliti setiap unsur yang ada

didalamnya:

Simbol-simbol

Simbol-simbol berarti sesuatu yang

menyatakan sesuatu yang lain. Hubungan

antara simbol dan “sesuatu” yang

dilambangkannya itu tidak merupakan sesuatu

yang terjadi dengan sendirinya atau sesuatu

yang bersifat alamiah, seperti yang terdapat

antara awan hitam dan turunnya hujan,

ataupun antara tingginya panas badan dan

kemungkinan terjadinya infeksi. Awan hitam

adalah tanda turunnya hujan; panas suhu

Page 3: Filosofi pendidikan

badan yang tinggi tanda suatu penyakit.

Simbol-simbol vokal

Simbol-simbol yang membangun ujaran

manusia adalah simbol-simbol vokal, yaitu

bunyi-bunyi yang urutan-urutan bunyinya

dihasilkan dari kerjasama berbagai organ atau

alat tubuh dalam sistem pernafasan. Untuk

memenuhi maksudnya, bunyi-bunyi tersebut

haruslah didengar oleh orang lain dan harus

diartikulasikan sedemikian rupa untuk

memudahkan sipendengar untuk

merasakannya secara jelas dan berbeda dari

yang lainnya. Dengan kata lain, tidak semua

bunyi yang dihasilkan oleh organ-organ vokal

manusia merupakan simbol-simbol bahasa,

lambang-lambang kebahasaan. Contoh: bersin,

batuk, dengkur, biasanya tidak mengandung

nilai simbolis, semua itu tidak bermakna apa-

apa diluar mereka sendiri.

Simbol-simbol vokal arbitrer

Istilah arbitrer disini bermakna “mana suka”

dan tidak perlu ada hubungan yang valid

secara filosofis antara ucapan lisan dan arti

yang dikandungnya. Hal ini akan lebih jelas

bagi orang yang mengetahui lebih dari satu

bahasa. Misalnya, untuk menyatakan jenis

binatangEquus Caballus, orang Inggris

menyebutnya horse, orang Perancis cheval,

orang Indonesia kuda, dan orang Arab hison.

Semua kata ini sama tepatnya, sama

arbitrernya. Semuanya adalah konvensi sosial

yakni sejenis persetujuan yang tidak

diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam

antara sesama anggota masyarakat yang

memberi setiap kata makna tertentu.

Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-

simbol yang arbitrer.

Walaupun hubungan antara bunyi dan arti

ternyata bebas dari setiap suara hati nurani,

logika atau psikologi, namun kerjasama antara

bunyi-bunyi itu sendiri, didalam bahasa

tertentu, ditandai oleh sejumlah konsistensi,

ketetapan intern. Misalnya; setiap bahasa

beroperasi dengan sejumlah bunyi dasar yang

Page 4: Filosofi pendidikan

terbatas (dan ciri-ciri fonetik lainnya seperti

tekanan kata dan intonasi).

Yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu

kelompok sosial sebagai alat bergaul satu

sama lain.

Fungsi bahasa memang sangat penting dalam

dunia manusia. Dengan bahasa para anggota

masyarakat dapat mengadakan interaksi sosial.

[3]

a. Fungsi Bahasa

Para pakar telah berselisih pendapat dalam

hal fungsi bahasa. Aliran filsafat bahasa dan

psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai

sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan

dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik

berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah

sarana untuk perubahan masyarakat.

Walaupun tampak perbedaan tetapi saling

melengkapi. Secara umum dapat dinyatakan

bahwa fungsi bahasa adalah:

1) Koordinator kegiatan-kegiatan

masyarakat.

2) Penetapan pemikiran dan

pengungkapan.

3) Penyampaian pikiran dan perasaan.

4) Penyenangan jiwa.

5) Pengurangan kegoncangan jiwa.

Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip

oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah

sebagai berikut:

1) Fungsi Instrumental: penggunaan

bahasa untuk mencapai suatu hal yang

bersifat materi seperti makan, minum dan

sebagainya.

2) Fungsi Regulatoris: penggunaan bahasa

untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.

3) Fungsi Interaksional: penggunaan

bahasa untuk saling mencurahkan perasaan

pemikiran antara seseorang dan orang lain.

4) Fungsi Personal : seseorang

mengunakan bahasa untuk mencurahkan

perasaan dan pikiran.

5) Fungsi Heuristik: penggunaan bahasa

untuk mencapai mengungkap tabir fenomena

Page 5: Filosofi pendidikan

dan keinginan untuk mempelajarinya.

6) Fungsi Imajinatif: penggunaan bahasa

untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan

gambaran-gambaran tentang discovery

seseorang dan tidak sesuai dengan realita

(dunia nyata).

7) Fungsi Representasional: penggunaan

bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan

wawasan serta menyampaikannya pada orang

lain.

Kneller mengemukakan 3 fungsi bahasa yaitu

simbolik, emotif dan afektif. Fungsi simbolik

dan emotif menonjol dalam komunikasi

ilmiah, sedangkan fungsi afektif menonjol

dalam komunikasi estetik.[4]

Sedangkan Buhler membedakan fungsi bahasa

kedalam bahasa ekspresif, bahasa konatif, dan

bahasa representasional. Bahasa ekspresif

yaitu bahasa yang terarah pada diri sendiri

yakni si pembicara; bahasa konatif yaitu

bahasa yang terarah pada lawan bicara; dan

bahasa representasional yaitu bahasa yang

terarah pada kenyataan lainnya, yaitu apa saja

selain pembicara atau lawan bicara.

b. Bahasa sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Ada dua hal yang harus diperhatikan masalah

sarana ilmiah, yaitu pertama, sarana ilmiah

itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa

ia merupakan kumpulan pengetahuan yang

didapatkan berdasarkan metode ilmiah,

seperti menggunakan pola berpikir induktif

dan deduktif dalam mendapatkan

pengetahuan. Kedua, tujuan mempelajari

sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan

penelaahan ilmiah secara baik.

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang

digunakan dalam proses berpikir ilmiah

dimana bahasa merupakan alat berpikir dan

alat komunikasi untuk menyampaikan jalan

pikiran tersebut kepada orang lain, baik

pikiran yang berlandaskan logika induktif

maupun deduktif. Dengan kata lain, kegiatan

berpikir imiah ini sangat berkaitan erat

dengan bahasa. Menggunakan bahasa yang

Page 6: Filosofi pendidikan

baik dalam berpikir belum tentu mendapatkan

kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa

yang tidak baik dan benar. Premis yang salah

akan menghasilkan kesimpulan yang salah

juga. Semua itu tidak terlepas dari fungsi

bahasa itu sendiri sebagai sarana berpikir.

c. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Agama

Bahasa ilmiah adalah bahasa yang digunakan

dalam kegiatan ilmiah, berbeda dengan bahasa

agama. Ada dua pengertian mendasar tentang

bahasa agama, pertama, bahasa agama adalah

kalam Ilahi yang terabadikan dalam kitab suci.

Kedua, bahasa agama merupakan ungkapan

serta perilaku keagamaan dari seseorang atau

kelompok sosial. Dengan kata lain, bahasa

agama dalam konteks kedua ini merupakan

wacana keagamaan yang dilakukan oleh

ummat beragama maupun sarjana ahli agama,

meskipun tidak selalu menunjuk serta

menggunakan ungkapan-ungkapan kitab suci.

[5]

Bahasa ilmiah dalam tulisan-tulisan ilmiah,

terutama sejarah, selalu dituntut secara

deskriptif sehingga memungkinkan pembaca

(orang lain) utuk ikut menafsirkan dan

mengembangkan lebih jauh. Sedangkan bahasa

agama selain menggunakan bahasa deskriptif

juga menggunakan gaya preskriptif, yakni

struktur makna yang dikandung selalu bersifat

imperatif dan persuasif dimana pengarang

menghendaki pembaca mengikuti pesan

pengarang sebagaimana terformulasikan dalam

teks. Dengan kata lain gaya bahasa ini

cenderung memerintah.[6]

C. Matematika sebagai Sarana Ilmu

Pengetahuan

Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan

manusia sudah mempergunakan matematika,

baik matematika ini sangat sederhana hanya

untuk menghitung satu, dua, tiga maupun

yang sampai sangat rumit, misalnya

perhitungan antariksa.

Penalaran ilmiah menyadarkan kita kepada

proses logika deduktif dan logika induktif.

Page 7: Filosofi pendidikan

Matematika mempunyai peranan penting

dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika

mempunyai peran penting dalam berpikir

induktif.[7]

Matematika Sebagai Bahasa

Matematika adalah bahasa yang

melambangkan serangkaian makna dari

serangkaian pernyataan yang ingin kita

sampaikan. Lambang-lambang matematika

bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti

setelah sebuah makna diberikan kepadanya.

Tanpa itu maka matematika hanya merupakan

kumpulan rumus-rumus yang mati.[8]

Bahasa verbal mempunyai beberapa

kekurangan, untuk mengatasi kekurangan yang

terdapat pada bahasa verbal, kita berpaling

pada matematika. Dalam hal ini kita katakan

bahwa matematika adalah bahasa yang

berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk

dan emosional dari bahasa verbal. Contoh:

menghitung “kecepatan jalan kaki seorang

anak” kita lambangkan X, “jarak tempuh

seorang anak” kita lambangkan Y, “waktu

berjalan kaki seorang anak” kita lambangkan

Z, maka kita dapat melambangkan hubungan

tersebut sebagai Z=Y/X. Pernyataan Z=X/Y

kiranya jelas tidak mempunyai konotasi

emosional dan hanya mengemukakan

informasi mengenai hubungan antara X, Y dan

Z. Dalam hal ini pernyataan matematika

mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan

informatif dengan tidak menimbulkan

konotasi yang tidak bersifat emosional.[9]

Matematika sebagai Sarana Berpikir Deduktif

Matematika merupakan ilmu deduktif. Karena

penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi

tidak didasari atas pengalaman, melainkan

didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaran-

penjabaran). Matematika lebih mementingkan

bentuk logisnya. Pernyataan-pernyataannya

mempunyai sifat yang jelas. Pola berpikir

deduktif banyak digunakan baik dalam bidang

ilmiah maupun bidang lain yang merupakan

proses pengambilan kesimpulan yang

Page 8: Filosofi pendidikan

didasarkan kepada premis-premis yang

kebenarannya telah ditentukan. Contoh: jika

diketahui A termasuk dalam lingkungan B,

sedangkan B tidak ada hubungan dengan C,

maka A tidak ada hubungan dengan C.

Matematika untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial

Matematika merupakan salah satu puncak

kegemilangan intelektual. Disamping

pengetahuan mengenai matematika itu sendiri,

matematika juga memberikan bahasa, proses

dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk

dan kekuasaan.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam

matematika memberikan kontribusi yang

cukup besar. Kontribusi matematika dalam

perkembangan ilmu alam, lebih ditandai

dengan penggunaan lambang-lambang

bilangan untuk penghitungan dan pengukuran,

disamping hal lain seperti bahasa, metode dan

lainnya.

Adapun ilmu-ilmu sosial dapat ditandai oleh

kenyataan bahwa kebanyakan dari masalah

yang dihadapinya tidak mempunyai

pengukuran yang mempergunakan bilangan

dan pengertian tentang ruang adalah sama

sekali tidak relevan.

D. Logika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan

Logika adalah sarana berpikir sistematis, valid

dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu

berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan

aturan-aturan berpikir.

Hukum-hukum pikiran beserta mekanismenya

dapat digunakan secara sadar dalam

mengontrol perjalanan pikiran yang sulit dan

panjang itu.

1. Aturan Cara Berpikir yang Benar

Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya

sesuatu dapat terwujud, dapat terlaksana.

Untuk berpikir baik, yakni berpikir benar,

logis-dialektis, juga dibutuhkan kondisi-

kondisi tertentu:[10]

a. Mencintai kebenaran

Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir

yang baik, sebab sikap ini senantiasa

Page 9: Filosofi pendidikan

menggerakkan si pemikir untuk mencari,

mengusut, meningkatkan mutu penalarannya;

manggerakkan si pemikir untuk senantiasa

mewaspadai “ruh-ruh” yang akan

menyelewengkannya dari yang benar.

Misalnya, menyederhanakan kenyataan,

menyempitkan cakrawala/perspektif, berpikir

terkotak-kotak. Cinta terhadap kebenaran

diwujudkan dalam kerajinan (jauh dari

kemalasan, jauh dari takut sulit, dan jauh dari

kecerobohan) serta diwujudkan dengan

kejujuran, yakni disposisiatau sikap kejiwaan

(dan pikiran) yang selalu siap sedia menerima

kebenaran meskipun berlawanan dengan

prasangka dan keinginan/kecenderungan

pribadi atau golongannya.

b. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang

sedang Anda kerjakan

Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah

kegiatan berpikir. Seluruh aktivitas intelek kita

adalah suatu usaha terus menerus mengejar

kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya

pengetahuan tentang kebenaran tetapi parsial

sifatnya. Untuk mencapai kebenaran, kita

harus bergerak melalui berbagai macam

langkah dan kegiatan.

c. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang

Anda katakan

Pikiran diungkapkan ke dalam kata-kata.

Kecermatan pikiran diungkapkan ke dalam

kecermatan kata-kata, karenanya kecermatan

ungkapan pikiran ke dalam kata merupakan

sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi. Anda

senantiasa perlu menguasai ungkapan pikiran

kedalam kata tersebut. Waspadalah terhadap

term-term ekuivokal (bentuk sama, tetapi arti

berbeda), analogis (bentuk sama, arti sebagian

sama sebagian berbeda). Ketahuilah pula

perbedaan kecil arti (nuansa) dari hal-hal yang

Anda katakan.

d. Buatlah distingsi (pembedaan) dan

pembagian (klasifikasi) yang semestinya

Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk

yang sama, hal itu jelas berbeda. Tetapi

Page 10: Filosofi pendidikan

banyak kejadian dimana dua hal atau lebih

mempunyai bentuk sama, namun tidak

identik. Disinilah perlu dibuat suatu distingsi,

suatu pembedaan. Karena realitas begitu luas,

perlu diadakan pembagian ( klasifikasi).

Peganglah suatu prinsip pembagian yang

sama, jangan sampai Anda menjumlahkan

bagian atau aspek realitas prinsip klasifikasi

yang sama.

e. Cintailah definisi yang tepat

Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu

kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana

yang akan diungkapkan atau yang

dimaksudkan. Karenanya jangan segan

membuat definisi. Definisi artinya

pembatasan, yakni membuat jelas batas-batas

sesuatu. Hindari uraian-uraian yang tidak jelas

artinya.

f. Ketahuilah (dengan sadar) mengapa

Anda menyimpulkan begini atau begitu

Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi-

asumsi, implikasi-implikasi, dan konsekuensi-

konsekuensi dari suatu penuturan (assertion),

pernyataan, atau kesimpulan yang Anda buat.

Jika bahan yang ada tidak cukup atau kurang

cukup untuk menarik kesimpulan, hendaknya

orang menahan diri untuk tidak membuat

kesimpulan atau membuat pembatasan-

pembatasan (membuat reserve) dalam

kesimpulan.

g. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan

segala usaha dan tenaga, serta sangguplah

mengenali jenis, macam, dan nama kesalahan,

demikian juga mengenali sebab-sebab

kesalahan pemikiran (penalaran)

Dalam belajar logika Ilmiah (scientific) Anda

tidak hanya mau tahu hukum-hukum, prinsip-

prinsip, bentuk-bentuk pikiran sekadar untuk

tahu saja. Anda perlu juga;

1) Dalam praktik, menjadi cakap dan

cekatan berpikir sesuai dengan hukum,

prinsip, bentuk berpikir yang betul, tanpa

mengabaikan dialektika, yakni proses

perubahan keadaan. Logika ilmiah melengkapi

Page 11: Filosofi pendidikan

dan mengantar kita untuk menjadi cakap dan

sanggup berpikir kritis, yakni berpikir secara

menentukan karena menguasai ketentuan-

ketentuan berpikir yang baik.

2) Selanjutnya sanggup mengenali jenis-

jenis, macam-macam, nama-nama, sebab-

sebab kesalahan pemikiran, dan sanggup

menghindari, juga menjelaskan segala bentuk

dan sebab kesalahan dengan semestinya.[11]

2. Klasifikasi

Sebuah konsep klasifikasi, seperti “panas” atau

“dingin”, hanyalah menempatkan objek

tertentu dalam sebuah kelas. Pertimbangan

yang berdasarkan klasifikasi tentu saja lebih

baik daripada tak ada pertimbangan sama

sekali. Misal; terdapat tiga puluh lima orang

yang melamar pekerjaan yang membutuhkan

kemampuan tertentu, dan perusahaan yang

akan menerima mempunyai psikolog harus

menetapkan cara-cara pelamar dalam

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Ahli psikologi tersebut membuat klasifikasi

kasar berdasarkan keterampilan, kemampuan

dibidang matematika, stabilitas emosional,

dan sebagainya. Ketiga puluh lima orang

tersebut dibandingkan dengan pengetahuan

yang berdasarkan klasifikasi kuat, lemah dan

sedang, kemudian ditempatkan dalam urutan

berdasarkan kemampuannya masing-masing.

[12]

3. Aturan Definisi

Definisi secara etimologi adalah suatu usaha

untuk memberi batasan terhadap sesuatu yang

dikehendaki seseorang untuk memindahkannya

kepada orang lain.

Sedangkan pengertian definisi secara

terminologi adalah sesuatu yang menguraikan

makna lafadz kulli yang menjelaskan

karakteristik khusus pada diri individu.

Definisi yang baik adalah jami’ wa mani

(menyeluruh dan membatasi). Hal ini sejalan

dengan kata definisi itu sendiri, yaitu definite

(membatasi).

E. Statistika sebagai Sarana Ilmu

Page 12: Filosofi pendidikan

Pengetahuan

1. Pengertian statistik

Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai

keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh

negara dan berguna bagi negara.[13]

Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari

kata status (bahasa latin) yang mempunyai

persamaan arti dengan kata state (bahasa

Inggris), yang dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya,

kata “statistik” diartikan sebagai “kumpulan

bahan keterangan (data), baik yang berwujud

angka (data kuantitatif) maupun data yang

tidak berwujud angka (data kuantitatif), yang

mempunyai arti penting dan kegunaan yang

besar bagi suatu negara”. Namun pada

perkembangan selanjutnya, arti kata statistik

hanya dibatasi pada kumpulan bahan

keterangan yang berwujud angka (data

kuantitatif) saja.[14]

Ditinjau dari segi terminologi, dewasa ini

istilah statistik terkandung berbagai macam

pengertian;

1. Istilah statistik kadang diberi

pengertian sebagai data statistik, yaitu

kumpulan bahan keterangan berupa angka

atau bilangan.

2. Sebagai kegiatan statistik atau

kegiatan perstatistikan atau kegiatan

penstatistikan.

3. Kadang juga dimaksudkan sebagai

metode statistik yaitu cara-cara tertentu yang

perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan,

menyusun, atau mengatur, menyajikan,

menganalisis, dan memberikan interpretasi

terhadap sekumpulan bahan keterangan yang

berupa angka itu dapat berbicara atau dapat

memberikan pengertian makna tertentu.

4. Istilah statistik dewasa ini juga dapat

diberi pengertian sebagai “ilmu statistik”, ilmu

statistik adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari dan memperkembangkan secara

ilmiah tahap-tahap yang adadalam kegiatan

statistik atau ilmu pengetahuan yang

Page 13: Filosofi pendidikan

membahas (mempelajari) dan

memperkembangkan prinsip-prinsip, metode

dan prosedur yang perlu ditempuh dalam

rangka;

a. Pengumpulan data angka

b. Penyusunan atau pengaturan data angka

c. Penyajian atau penggambaran atau

pelukisan data angka

d. Penganalisisan terhadap data angka

e. Penarikan kesimpulan (conclusion)

f. Pembuatan perkiraan (estimation)

g. Penyusunan ramalan (prediction) secara

ilmiah (dalam hal ini secara matematik) atas

dasar pengumpulan data angka tersebut.[15]

Dalam kamus ilmiah populer, kata statistik

berarti tabel, grafik, daftar informasi, angka-

angka, informasi. Sedangkan kata statistika

berarti ilmu pengumpulan, analisis dan

klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk

induksi.[16]

2. Sejarah Perkembangan Statistik

Peluang yang merupakan dasar dari teori

statistika, merupakan konsep baru yang tidak

dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno,

Romawi dan bahkan Eropa dalam Abad

Pertengahan. Teori mengenai kombinasi

bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang

dikembangkan sarjana Muslim, namun bukan

dalam lingkup teori peluang. Begitu dasar-

dasar peluang ini dirumuskan, maka dengan

cepat telaahan ini berkembang. Konsep

statistik sering dikaitkan dengan distribusi

variabel yang ditelaah dalam suatu populasi

tertentu.

a. Abraham Demoitre (1667-1754)

mengembangkan teori galat atau kekeliruan

(theory of error).

b. Thomas Simpson (1757) menyimpulkan

bahwa terdapat sesuatu distribusi yang

berlanjut (continuous distribution) dari suatu

variabel dalam suatu frekuensi yang cukup

banyak.

c. Pierre Simon de Laplace (1749-1827)

mengembangkan konsep Demoivre dan

Page 14: Filosofi pendidikan

Simpson ini lebih lanjut dan menemukan

distribusi normal sebuah konsep mungkin

paling umum dan paling banyak dipergunakan

dalam analisis statistika disamping teori

peluang.

d. Distribusi lain, yang tidak berupa

kurva normal, kemudian ditemukan Francis

Galton (1822-1911) dan Karl pearson

(1857-1936)

e. Karl Friedrich Gauss (1777-1855)

mengembangkan teknik kuadrat terkecil (least

squares) simpangan baku dan galat baku untuk

rata-rata (the standard error of the mean).

Pearson melanjutkan konsep-konsep Galton

dan mengembangkan konsep regresi, korelasi,

distribusi, chi-kuadrat dan analisis statistika

untuk data kualitatif Pearson menulis buku

The Grammar of science sebuah karya klasik

filsafat ilmu.

f. William Searly Gosset, yang terkenal

dengan nama samaran “student”,

mengembangkan konsep tentang pengambilan

contoh. Desigent Experiment dikembangkan

oleh Ronald Alylmer Fisher (1890-1962)

disamping analisis varians dan covarians,

distribusi –z, distribusi –t, uji signifikan dan

teori tentang perkiraan (theory of estimation).

[17]

Di Indonesia sendiri kegiatan dalam bidang

penelitian sangat meningkat, baik kegiatan

akademik maupun pengambilan keputusan

telah memberikan momentum yang baik untuk

pendidikan statistika.

3. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa,

Matematika, logika dan Statistika

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, agar

dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah

dengan baik, diperlukan sarana yang berupa

bahasa, matematika, logika dan statistika.

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal

yang dipakai dalam seluruh proses berpikir

ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir

dan alat komunikasi untuk menyampaikan

jalan pikiran tersebut kepada orang lain.

Page 15: Filosofi pendidikan

Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu

merupakan gabungan berpikir deduktif dan

berpikir induktif. Untuk itu penalaran ilmiah

menyandarkan diri pada proses logika

deduktif dan logika induktif. Matematika

mempunyai peranan yang penting dalam

berpikir deduktif, sedangkan statistika

mempunyai peranan penting dalam berpikir

induktif. Jadi keempat sarana ilmiah ini saling

berhubungan erat satu sama lain.[18]

4. Tujuan Pengumpulan Data Statistik

Tujuan ini dibagi menjadi dua golongan besar

yaitu;

a. Tujuan kegiatan praktis

Dalam kegiatan praktis hakikat alternatif yang

sedang dipertimbangkan telah diketahui,

paling tidak secara prinsip, dimana

konsekuensi dalam memilih salah satu dari

alternatif tersebut dapat dievaluasi

berdasarkan serangkaian perkembangan yang

akan terjadi.

b. Tujuan kegiatan keilmuan

Kegiatan statistika dalam bidang keilmuan

diterapkan pada pengambilan suatu keputusan

yang konsekuensinya sama sekali belum

diketahui. Dengan demikian konsekuensi

dalam melakukan kesalahan dapat diketahui

secara lebih pasti dalam kegiatan praktis

dibandingkan dengan kegiatan keilmuan.

5. Statistika dan Cara Berpikir Induktif

Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan

sebagai pengetahuan yang telah teruji

kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah

adalah sesuai faktual, dimana konsekuensinya

dapat diuji baik dengan jalan mempergunakan

pancaindera, maupun dengan alat-alat yang

membantu pancaindera tersebut. Statistika

merupakan pengetahuan untuk melakukan

penarikan kesimpulan induktif secara lebih

seksama.

Kesimpulan yang ditarik dalam penalaran

deduktif adalah benar jika premis-premis yang

dipergunakan adalah benar danprosedur

penarikan kesimpulannya adalah sah.

Page 16: Filosofi pendidikan

Sedangkan dalam penalaran induktif meskipun

premis-premisnya adalah benar dan prosedur

penarikan kesimpulannya adalah sah, maka

kesimpulan itu belum tentu benar. Tapi

kesimpulan itu mempunyai peluang untuk

benar.

Statistik merupakan sarana berpikir yang

diperlukan untuk memproses pengetahuan

secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat

metode ilmiah, statistik membantu kita untuk

melakukan generalisasi dan menyimpulkan

karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti

dan bukan terjadi secara kebetulan.[19]

6. Peranan statistika dalam tahap-tahap

Metode Keilmuan

Langkah-langkah yang lazim dipergunakan

dalam kegiatan keilmuan yang dapat dirinci

sebagai berikut;

a. Observasi

Statistik dapat mengemukakan secara

terperinci tentang analisis yang akan dipakai

dalam observasi.

b. Hipotesis

Untuk menerangkan fakta yang diobservasi,

dugaan yang sudah ada dirumuskan dalam

sebuah hipotesis. Dalam tahap kedua ini

statistika membantu kita dalam

mengklasifikasikan hasil observasi.

c. Ramalan

Dari hipotesis dikembangkanlah deduksi. Jika

teori yang dikemukakan memenuhi syarat

deduksi akan menjadi pengetahuan baru. Fakta

baru ini disebut ramalan.

d. Pengujian kebenaran

Untuk menguji kebenaran ramalan, mulai dari

tahapan-tahapan berulang seperti sebuah

siklus.

7. Penerapan Statistika

Statistika diterapkan secara luas dalam hampir

semua pengambilan keputusan dalam bidang

manajemen. Statistika diterapkan dalam

penelitian pasar, penelitian produksi,

kebijaksanaan penanaman modal, kontrol

kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan

Page 17: Filosofi pendidikan

industri, ramalan ekonomi, auditing dan

masih banyak lagi.

F. Kesimpulan

Bahasa mempunyai peranan penting dan suatu

hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan

manusia. Kelaziman tersebut membuat

manusia jarang memperhatikan bahasa dan

menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa,

seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa

mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar

biasa dan termasuk yang membedakan

manusia dari ciptaan lainnya.

Matematika adalah bahasa yang

melambangkan serangkaian makna dari

serangkaian pernyataan yang ingin kita

sampaikan. Lambang-lambang matematika

bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti

setelah sebuah makna diberikan kepadanya.

Tanpa itu maka matematika hanya merupakan

kumpulan rumus-rumus yang mati.

Logika adalah sarana berpikir sistematis, valid

dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu

berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan

aturan-aturan berpikir.

Statistik yaitu kumpulan bahan keterangan

berupa angka atau bilangan. Metode statistik

yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh

dalam rangka mengumpulkan, menyusun, atau

mengatur, menyajikan, menganalisis, dan

memberikan interpretasi terhadap sekumpulan

bahan keterangan yang berupa angka itu dapat

berbicara atau dapat memberikan pengertian

makna tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu. Jakarta:

Rajawali Pers. 2010.

Suriasumantri,Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah

Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1995.

Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa

Agama, Jakarta: Paramadina, 1996.

Salam, Burhanuddin, Logika Materiil Filsafat

Ilmu Pengetahuan, Jakarta: PT Rineka Cipta,

1997.

Page 18: Filosofi pendidikan

Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu (Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 2002.

Poespoprojo, W, Logika Scientifika; Pengantar

Dialektika dan Ilmu,Bandung: Pustaka Grafika,

1999.

Suriasumantri, Jujun S, Ilmu Dalam

Perspektif, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2001.

Dajan, Anto, Pengantar Metode Statistik, Jilid

I,Pustaka LP3ES Indonesia, 2000.

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik

Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1996.

Pratanto, Pius A. dan Al-Barri, M. Dahlan,

Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola,

1994.

[1]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2010), hal. 175.

[2]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah

Pengantar Populer, (jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1995), hal. 171.

[3] Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu..., hal. 180.

[4] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu…, hal.

175

[5]Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa

Agama (Jakarta: Paramadina, 1996), hal. 75.

[6]Ibid, hal. 77.

[7]Burhanuddin Salam, Logika Materiil Filsafat

Ilmu Pengetahuan (Jakarta: PT Rineka Cipta,

1997), hal. 134.

[8]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu

(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002), hal.

190.

[9]Ibid, hal. 191.

[10]W. Poespoprojo, Logika Scientifika;

Pengantar Dialektika dan Ilmu (Bandung:

Pustaka Grafika, 1999), hal. 61

[11] Ibid, hal. 64

[12] Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam

Perspektif (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2001), hal. 148.

[13]Anto Dajan, Pengantar Metode Statistik,

Jilid I (Pustaka LP3ES Indonesia, 2000), hal. 2.

[14]Anas Sudijono, Pengantar Statistik

Page 19: Filosofi pendidikan

Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1996), hal. 1

[15] Ibid, hal. 4.

[16] Pius A. Pratanto, dan M. Dahlan Al-Barri,

Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola,

1994), hal.724.

[17] Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam

Perspektif…, hal. 213.

[18] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu…, hal.202

[19] Ibid, hal. 206.