Filsafat Hukum Zakat dan Wakaf.rtf

Embed Size (px)

Citation preview

1

FILSAFAT HUKUM ZAKAT DAN WAKAF

MAKALAH MATA KULIAH

Metodologi dan Filsafat Hukum Islam

Dosen:

Prof. Dr. H. Juhaya S Pradja, MA.

Oleh:

Neneng Hasanah

PROGRAM PASCASARJANA (S3)

KONSENTRASI HUKUM ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

1435 H / 2014 M

Filsafat Hukum Zakat dan Wakaf

Pendahuluan

Berbicara tentang filsafat adalah pembicaraan tentang hakikat dari segala sesuatu yang ingin atau yang ada dan sedang dibicarakan Alaiddin Koto, Filssafat Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada) 2012.. Misalkan berbicara masalah alam, berarti ada dalam pembicaraan yang mendalam tentang alam, dan demikian ketika berbicara masalah hukum zakat dan wakaf berarti ada pada pembicaraan mendalam tentang hukum zakat dan wakaf.

Dalam pada`itu menurut Alaiddin Koto, filsafat dapat juga disebut sebagai induk dari ilmu pengetahuan. Sebagai contoh filsafat tentang alam, lahir ilmu pengetahuan alam (natural sience), dari filsafat tentang masyarakat, lahir ilmu pengetahuan sosial (social sience). Dan selanjutnya berbicara masalah filsafat hukum zakat dan wakaf tentunya ia adalah bagian dari filsafat kemanusiaan yang kemudiannya melahirkan ilmu hukum zakat dan wakaf, sebagaimana akan dibahas dalam makalah ini.

Filsafat hukum zakat dan wakaf berarti bagian dari kegiatan berfikir dan temuan yang sangat fundamental tentang hukum keduanya yang merupakan bagian dari hukum Islam, sehingga akhirnya dapat diketahui rahasia-rahasia tersembunyi yang terdapat dari pensyariatan hukum Allah kepada manusia atau yang disebut dengan maqasid al-Syariah dari masalah zakat dan wakaf. Yang dengan itu sebagai manusia yang beriman dan berakal akan menggunakan iman dan logikanya untuk melaksanakan syariat Allah sebagai bentuk ketaatan dan ketundukan kepada-Nya. Dengan zakat dan wakaf yang sarat dengan hikmah dan manfaat bagi banyak orang yang membutuhkannya. Maka dengan mengimplementasikan zakat dan wakaf dalam kehidupan di masyarakat, akan tercipta sebuah kedamaian dan kerukunan antar sesama umat Islam dari kalangan masyarakat ekonomi atas, menengah dan bawah, mereka saling menghargai, saling membutuhkan satu sama lainnya dan meminimalisir terjadi konflik social yang terjadi di masyarakat.

Dengan membicarakan filsafat hukum zakat dan wakaf berarti tidak akan terlepas dari filsafat hukum Islam. Yang menurut prof. Juhaya bahwa tugas filsafat hukum Islam seperti halnya tugas filsafat pada umumnya yang mempunyai dua tugas, yaitu tugas kritis dan tugas konstruktif. Tugas kritis hukum Islam adalah mempertanyakan kembali paradigma-paradigma yang telah mapan di dalam hukum Islam. Sementara tugas konstruktif filsafat hukum Islam ialah mempersatukan cabang-cabang hukum Islam dalam kesatuan system hukum Islam dengan lainnya tidak terpisahkan Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Antar MadzhabMadzhab Barat dan Islam, (Bandung: Latifah Press), 2014, 126. Sehingga dengan demikian, maka dengan judul tulisan ini akan timbul pertanyaan-pertanyaan apa hakikat hokum Islam tentang perintah zakat dan wakaf, apa landasannya dan tujuan juga hikmah atau filosofi dari zakat dan wakaf.

Zakat dan Wakaf merupakan lembaga yang dikenal dalam hukum Islam dan sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan pemberdayaan ekonomi umat. Berdasarkan fakta sejarah yang ada, Zakat dan Wakaf dapat mengatasi permasalahan ekonomi umat.

Zakat merupakan salah satu kewajiban umat Islam bagi yang mampu, perintahnya selalu seiring dengan perintah shalat, secara mafhum muwafaqat bahwa kewajibannya sama seperti halnya perintah shalat yang tidak boleh ditinggalkan bagi mereka yang sudah memiliki harta yang sampai kepada nishabnya.

Sedangkan Wakaf merupakan shadaqah jariyah yang dianjurkan dalam hukum Islam. Mengingat pentingnya kedua lembaga ini, pemerintah Indonesia memfasilitasinya antara lain dengan membuat peraturan, kebijakan yang mempermudah pelaksanaan dan pengelolaan Zakat dan Wakaf. Kondisi ini didukung oleh para ulama di Indonesia dengan adanya pemikiran baru tentang Zakat produktif dan Wakaf tunai.

Makalah ini penulis buat untuk memenuhi persyaratan akademik, yaitu sebagai tugas kuliah pada`mata kuliah Filsafat dan Metodologi Hukum Islam dengan judul Filsafat Hukum Zakat dan Wakaf semoga dengan makalah yang sarat dengan kekurangan ini akan sedikit mengurai tentang filosofi dari hukum zakat dan wakaf.

Hukum Zakat Dan Wakaf

I. Definisi Zakat

Dalam al-Mujam al-Wasith, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu (keberkahan), (tumbuh), , , (suci), (tertata, baik, rapih dan laik). . Majma Lughah al-Arabiyah, al-Mujam al-Wasith, (Mesir: Daar al-Maarif, 1972), jilid 1, 398 lihat pula dalam Lisan al-Arab jlid 10 Dari sisi bahasa yang diungkap, maka zakat merupakan sebuah perbuatan jika dilakukan oleh seseorang yang mengeluarkan hartanya untuk dizakatkan, ia akan mendapatkan hartanya sebagai harta yang penuh keberkahan, bertambah banyak, bersih dari campuran hak-hak orang lain, dan akan dirasakan kebaikan-kebaikan yang ada pada harta tersebut dengan berdampak pada kehidupan si pemilik harta.

Zakat adalah ibadah yang memiliki dua dimensi, yaitu vertikal dan horizontal. Zakat merupakan ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah secara vertikal dan sebagai kewajiban kepada sesama manusia secara horizontal. Ia juga sering disebut sebagai ibadah kesungguhan dalam harta (maaliyah ijtihadiyah). Tingkat pentingnya zakat terlihat dari banyaknya ayat yang menyandingkan perintah zakat dengan perintah shalat. Sebagaimana pernyataan Yusuf Qaradhawi yang dikutif dari buku al-Islam Said Hawwa bahwa : al-Quran menjadikan zakat selain taubat dari syirik dan menegakkan shalat-sebagai tanda masuknya seseorang ke dalam Islam, berhaknya menjadi saudara kaum Muslimin dan keterikatannya menjadi masyarakat Islam.

Sebagai landasan hukum zakat, ada beberapa ayat al-Quran diantaranya :

QS. 9: 5

Artinya : Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Kemudian dalam QS. 9:11

Artinya : jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.

Qs. An-Naml : 2-3

Artinya :untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat

Qs. 23: 1-4

.

Artinya Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat,

Qs. Al-Hajj:41

Artinya : (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

Orang yang tidak menuanikan zakat tidak dapat dibedakan dari kaum musyrikin, seperti berikut firman-Nya: QS. Fusshilat :6-7

Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat

Qs. Al-Taubah: 34-35

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,

pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."

Demikian beberapa ayat yang diungkap di atas merupakan pembuktian bahwa Islam menyatakan dengan sangat dan tegas bahwa zakat hukumya adalah wajib dan kewajibannya setara dengan kewajiban shalat dan orang yang tidak menunaikannya sama halnya dengan orang musyrik, bahkan dalam riwayat Muttafaq alaihi, di zaman Abu Bakr para pembangkang zakat wajib diperangi.

Dalam suatu atsar diriwayatkan :Ketika Rasulullah SAW. meninggal dunia dan Abu Bakr menggantikan sebagai khalifah, sekelompok orang Arab berbalik menjadi kafir. Kemudian Umar berkata, Bagaimana kita akan memerangi mereka, sedangkan Rasulullah SAW. Pernah bersabda, Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan Laa ilaha illa Allah. Barangsiapa telah mengucapkannya maka ia telah melindungi darah dan jiwanya dariku, kecuali dengan haknya (Islam), dan urusannya terserah pada Allah. Kemudian Abu Bakar berkata, Demi Allah, pasti akan ku perangi orang-orang yang membedakan antara shalat dan zakat, karena sesungguhnya zakat itu hak harta. Demi Allah, jika mereka enggan membayar zakat yang pernah mereka serahkan kepada Rasulullah SAW, niscaya kuperangi mereka karenanya. Umar lalu berkata, Demi Allah, tidaklah ia kecuali aku rasakan bahwa Allah telah membukakan dada Abu Bakar untuk berperang, kemudian aku menyadari bahwa pendapatnya itu benar. (HR. Bukhari Muslim)

2. Prinsip Prinsip Zakat

Zakat juga merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi Islam, karena zakat merupakan salah satu implementasi asas keadilan dalam sistem ekonomi Islam. Zakat mempunyai enam prinsip, yaitu :

Prinsip keyakinan keagamaan, bahwa orang yang membayar zakat merupakan satu manifestasi dari keyakinan agamanya.Prinsip pemerataan dan keadilan; merupakan tujuan sosial zakat, yaitu membagi kekayaan yang diberikan Allah lebih merata dan adil kepada manusia..Prinsip produktivitas, yaitu menekankan bahwa zakat memang harus dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk tertentu setelah lewat jangka waktu tertentu.Prinsip nalar, yaitu sangat rasional bahwa zakat harta yang menghasilkan itu harus dikeluarkan.Prinsip kebebasan, yaitu bahwa zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas merdeka (bukan budak).Prinsip etika dan kewajaran, yaitu zakat tidak dipungut secara semena-mena, tapi melalui aturan yang disyariatkan Qultummedia.com/21-artikel/muamalah/419-fungsi- dan tujuan-zakat .

Sedangkan tujuan zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial ekonomi. Zakat merupakan transfer sederhana dari sebagian harta dengan ukuran tertentu harta si kaya untuk dialokasikan kepada si miskin.

Yusuf al-Qaradhawi memaknai zakat dari kata arab al-zakaat dengan dua makna yaitu, makna kesucian dan pembersihan serta makna pengembangan dan pertambahan. Dari kedua makna ini menurutnya zakat berarti memiliki tujuan sebagai berikut :

Mensucikan jiwa orang kaya dari kekikiran dan kemarahan. Mensucikan jiwa orang fakir dari iri dan dengkiMensucikan harta, QS. 9: 103Zakat merupakan pengembangan dan penambahan bagi kepribadian dan eksistensi maknawi orang kaya. Zakat merupakan pengembangan bagi kepribadian orang fakir. Yusuf al-Qaradhawi, Ibadah dalam Islam, (Jakarta: Akbar), 2005, cet. 1, 348-350

Zakat merupakan hak terpenting di dalam harta. Karena itu ia menjadi symbol penyerahan total kepada Allah dalam persoalan harta Said Hawwa, al-Islam, (Jakrta: al-Itisham), cet. ke 3, 203. 2004 . Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

( ) Kutub al-Tisah, Shahih muslim, hadits no 328

Zakat adalah bukti (penyerahan)

3. Hikmah dan Filosofi Zakat

Dalam kitab Hikmah al-Tasyri wa Falsafatuhu, Syekh al-Jurjawi menjelaskan bahwa hikmah zakat antara lain:

Mencegah sifat bakhil. Sebagaimana nafsu selalu condong kepada sifat-sifat tamak dan rakus. Dengan zakat akan melatih jiwa untuk melakukan sesuatu yang mulia sedikit demi sedikit, sehingga lama kelamaan akan terbiasa dengan pekerjaan yang mulia tersebut. Berzakat berarti bersyukur kepada Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya yang tak terbilang. QS. 14:7Orang yang menunaikan zakat berarti orang yang berhati mulia (penyantun). Karena jika seseorang yang mempunyai hati yang rusak (keras hati) tidak akan memiliki perasaan untuk menyantuni para fuqara wal masakinDengan berzakat berarti melanggengkan kenikmatan yang sudah dikaruniakan Allah kepadanya. Sebagaimana diketahui bahwa hidup ini seperti roda terkadang di atas dan terkadang ada di bawah. Orang yang berzakat berarti sudah mengantisipasi agar roda kehidupannya tidak berada di bawah sekalipun di bawah cepat kembali naik (mampu mengendalikan diri), sebagaimana janji Allah dalam QS. 30:39Menunaikan zakat berarti menciptakan keamanan dalam sebuah Negara. Karena zakat adalah salah satu lembaga keuangan Negara, dengan berzakat dapat menanggulangi dan meminimalisir kemiskinan yang terjadi di sebuah Negara. Kemiskinan/kefakiran akan membuat bencana dan mengundang malapetaka.. Ali Ahmad al-Jurjawy, Hikmah al-Tasyri wa Falasifah, (Bairut: Dar al-Fikr, [t.th], Juz I, 172-180

II. Wakaf

A. Definisi Wakaf

Wakaf adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, bentuk asalnya adalah waqafa - yaqifu-waqfan, berarti secara bahasa adalah berdiri, abadi, berhenti dan menahan. Sedangkan secara ishtilah adalah memberikan harta kekayaan dengan suka rela, atau suatu pemberian yang berlaku abadi, untuk kepentingan keagamaan atau untuk kepentingan umum. Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 432 Kata lain yang memiliki arti sama dengan wakaf yaitu al-habs/al-tahbis dan al-tasbil yang berarti menahan atau menghentikan.

Wakaf menurut Jumhur Ulama (dua shahabat dari pengikut Imam Hanafi, Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hambal) adalah menahan harta benda yang mungkin dapat digunakan dijalan yang baik dan benar dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan mencari ridha-Nya. Maka dari definisi ini, keluarlah harta tersebut dari milik si wakif dan menjadi milik Allah SWT., si wakif tidak memiliki kewenangan lagi dan ia wajib menyedekahkannya sesuai dengan tujuan wakaf. Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islamy wa adillatuhu , (Beirut: Da