FILSAFAT MANUSIA

Embed Size (px)

Citation preview

APAKAH FILSAFAT MANUSIA ?

APAKAH FILSAFAT MANUSIA ?FILSAFAT MANUSIA:Bagian atau cabang filsafat yang mengupas apa artinya menjadi manusia.Mencoba memberi jawaban terhadap pertanyaan apakah dan siapakah manusia? Apakah makna hidup dan berkegiatan itu?Jadi filsafat manusia tidak menciptakan persoalan mengenai manusia, tetapi menemukan, mengakui, merumuskan, memeriksa secara kritis dan berusaha tanpa mengenal lelah untuk memberikan jawaban yang diharapkan dapat menyinari permasalahan konkrit dan eksistensial.Objek material filsafat manusia: semua gejala atau fenomena-fenomena manusiawi. Objek formal filsafat manusia: struktur-struktur hakiki manusia yang sedalam-dalamnya, yang berlaku selalu dan dimana-mana untuk sembarangan orang.HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI OBJEK FILSAFAT MANUSIA MELIPUTI 2 (DUA) ASPEK, YAITU:Manusia dipahami se-ekstensif atau seluas mungkin, artinya: pemahaman manusia harus meliputi dan melingkupi semua sifat, semua kegiatan, semua pengertian, prinsipnya semua aspek-aspeknya pada seluruh bidang. Semuanya perlu dipandang sebagai satu keseluruhan.Manusia dipahami se-intensif atau sepadat mungkin, artinya: manusia tidak hanya dipahami pada taraf tertentu saja, yang bersifat regional. Tetapi seluruh manusia harus dipandang sekadar manusiawi. Semua aspeknya dilihat di dalam keseluruhan sejauh berhubungan dengan intisari manusia.Jadi objek filsafat manusia terdiri dari manusia seluruhnya, menurut semua sudutnya.PERBEDAAN FILSAFAT MANUSIA DENGAN ILMU-ILMU MANUSIA LAINNYAIlmu-ilmu manusia yang lain, misalnya antropologi budaya, biologi, psikologi, sosiologi hanya mempelajari satu segi saja dari tindak-tanduk manusia atau dari bentuk fisiknya. Ilmu-ilmu tersebut mengemukakan kesimpulan-kesimpulan mereka dengan bahasa matematika, yang menunjukkan bahwa mereka dalam objeknya mencapai secara langsung hanya apa yang dapat diukur dan dihitung jumlahnya.Ilmu-ilmu tersebut tidak mengajukan pertanyaan sedalam seperti diselidiki di dalam filsafat. Konsep & istilah-istilah yang dipakai tidak diteliti sampai pada akarnya, melainkan hanya diartikan sesuai dengan pemahaman pada taraf ilmu itu sendiri.Ilmu-ilmu tersebut menyimpulkan gejala-gejala yang diamati dengan metode-metode positif untuk dirumuskan menjadi hukum-hukum tetap dan disusun teori-teori umum yang sungguh-sungguh memberikan pemahaman mengenai manusia.Ilmu-ilmu tersebut berkewajiban menyelidiki soal-soal itu menurut metodenya sendiri tanpa dipengaruhi secara logis, dengan mengambil alih hasil-hasil filsafat manusia.Lanjutan perbedaan ........ (2)Filsafat manusia : penyelidikannya lebih fundamental & mempertanyakan apa nyang tidak dipertanyakan secara mendalam dalam ilmu-ilmu manusia lain itu.Filsafat manusia memberikan insight (wawasan, cara pandang) yang radikal & mutlak mengenai hakikat manusia. Filsafat manusia tidak memberi informasi baru tentang manusia.Filsafat manusia dapat memberikan petunjuk/peringatan kepada ilmu-ilmu positif tentang hal-hal/pola-pola yang dialpakannya, sebagai pengaruh psikologis-ekstrinsik.

Jadi secara garis besar ilmu-ilmu positif penekanannya pada hal-hal yang sifatnya ilmiah, empiris pada salah satu/beberapa aspek/dimensi manusia saja. Sedangkan filsafat manusia lebih argumentatif, reflektif, spekulatif (melihat dengan mata batin untuk menemukan hal-hal yang essensial & eksistensial; menjelaskan hakikat manusia, eksplisitasi dari hal-hal yang implisit: inti, dasariah melampaui yang empiris). KELUHURAN/KEKHASAN MANUSIA YANG MEM-BEDAKAN DENGAN MAKHLUK-MAKHLUK LAIN:Dasar martabat manusia terletak dalam kodratnya sebagai manusia yang berakal budi, berkehendak bebas, dan berkesadaran moral.Hanya manusia secara pribadi diciptakan dan dipanggil Tuhan kepada keselamatan abadi. Panggilan adalah dasar paling dalam martabat setiap pribadi sebagai manusia.

IMPLIKASI TUNTUTAN :Sebagai makhluk yang berakal budi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa setiap pribadi bernilai pada dirinya sendiri. Ia tidak hanya bernilai selagi ia masih berguna, melainkan sebagai pribadi.Perbedaan-perbedaan dalam status dan manfaat sosial tidak mengurangi nilai setiap orang itu (Tujuan pada dirinya sendiri).Setiap insan wajib/harus dihormati sebagai manusiaCORAK PEMIKIRAN MANUSIA DALAM SEJARAH FILSAFAT : Kosmosentris Filsafat Yunani KlasikAntroposentris Sofisme dan SokratesTeosentris Filsafat Abad PertengahanAntroposentris dan logosentris Filsafat Abad ModernSekular Filsafat Abad KontemporerTESIS-TESIS TENTANG MANUSIAHomo Mechanicus Homo ErectusHomo LudensHomo FaberHomo SapiensHomo RecentisHomoVolensHomo MensureHomoEducandumHomo EconomicusHomo SociusHomo ViatorHomoReligiosusHomo ConcorsHomo Homini LupusHomo Homini Res SacraHomo CreatorZoon Politicon, dan sebagainya

ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT MANUSIAAliran yang menitikberatkan pada asal-usul (asas pertama) segala sesuatu:MonismeSpiritualismeMaterialismeAtomismeDualismePluralismeEvolusionalismeMonopluralis

II. Aliran yang corak pemikirannya mengagungkan atau memberi tempat yang tertinggi pada jiwa atau unsur-unsur dalam.IdealismeSpiritualismeRasionalisme

III. Aliran yang corak pemikirannya mengagungkan atau memberi tempat yang tertinggi pada unsur-unsur ragawi atau unsur-unsur luar.MaterialismeEmpirismeSensisme

Lanjutan corak ...... (2)IV. Aliran yang corak pemikirannya mengagungkan sifat individu dalam pengejawantahannya.IndividualismeLiberalisme

V. Aliran yang corak pemikirannya mengagungkan sifat sosialnya dalam pengejawantahannya.AltruismeSosialisme

VI. Aliran yang melihat/memandang manusia dari kedudukan kodratnya.Atheisme (anti-theistik)Theisme

VII. Eksistensialisme

VIII. Dan lain sebagainya

DIMENSI KEJASMANIAN DAN KEROHANIANDimensi kejasmanian dan kerohanian: dimensi yang menggambarkan bahwa dalam struktur susunan kodrat manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Unsur-unsur jasmani dan rohani itu terdiri dari tubuh, akal budi (jiwa), dan roh. Unsur-unsur itu dapat dijelaskan sebagai berikut.A. Manusia Mempunyai Struktur Fisik (Tubuh) Manusia merupakan makhluk yang sangat kompleks. Sering dikatakan bahwa ia (manusia) merupakan puncak dari evolusi. Walaupun ia mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan makhluk hidup lainnya, tubuh manusia berbeda dari tubuh organisme hidup lainnya. Hal ini dapat dilihat atau ditunjukkan dari aspek antropologis biologis, sebagai berikut.- Pertunbuhan fisik manusia berjalan lebih lama jika dibandingkan dengan organisme hidup lainnya; hal ini memungkinkan manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan menyerap kebudayaan.- Manusia tidak diperlengkapi naluri seperti hewan, dengan demikian manusia harus mencari cara-cara bertindak sendiri dengan akal budinya.- Anggota tubuh manusia tidak dikhususkan untuk fungsi-fungsi terbatas seperti organisme hidup lainnya, melainkan terbuka untuk bermacam fungsi dan ekspresi.Manusia memiliki posisi vertikal yang memungkinkan untuk bergerak lebih leluasa dan mempunyai kesan optik yang lebih luas; posisi vertikal ini diperoleh manusia dengan kemauan dan perjuangan.Lanjutan ...... (2 dkr)Berdasarkan pengamatan mengenai struktur manusia itu terlihat bahwa perbedaan manusia dengan hewan tidak hanya terletak dalam akal budinya, tetapi juga dalam aspek fisiknya. Dengan melalui tubuhnya, terutama melalui lima panca inderanya, manusia mengalami dunia dan berkomunikasi dengan lingkungannya. Oleh karena tubuhnya itu juga manusia dapat menderita sakit dan dapat juga menikmati berbagai hal. Tubuh manusia menjadi sumber berbagai kebutuhan, keinginan dan dorongan-dorongan. B. Manusia Mempunyai Akal Budi (Jiwa) Akal budi yang dimiliki manusia ini seringkali dipandang sebagai unsur pembeda yang utama antara manusia dengan organisme hidup lainnya. Akal budi merupakan salah satu kekhasan atau keistimewaan manusia yang membedakannya dari makhluk-makhluk lain di bumi. - Dengan kata lain, akal budi merupakan salah satu kekhasan manusia yang menjadi dasar martabatnya. Manusia melalui akal budinya disebut makhluk yang mengerti, yang mengarahkan kehidupannya berdasarkan pengertiannya. Pengertiannya tidak terbatas pada lingkungan kebutuhan fisiologis (tubuhnya, instinknya), melainkan terbuka pada seluruh realitas. Ia bahkan terbuka bagi sapaan Tuhan. Karena keterbukaan itu manusia dapat mengambil sikap berdasarkan kesadarannya sendiri: ia berkehendak bebas. Kebebasan itu tercermin dalam kesadaran manusia bahwa ia bertanggungjawab terhadap sikap dan perbuatannya: manusia berkesadaran moral. Jadi, dasar martabat manusia terletak dalam kodratnya sebagai makhluk yang berakal budi, berkehendak bebas dan berkesadaran moral.Lanjutan ...... (3dkr) Manusia melalui akal budinya memungkinkan mampu berpikir, membentuk konsep-konsep dan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri (mawas diri). Kemampuan berpikir ini memungkinkannya juga untuk mengorganisir segala kebutuhannya. Kegiatan mental ini mencakup proses kognitif, afektif dan psiko-motoris. Proses kognitif bersangkut paut dengan proses mengetahui, menyerap dan membuat penalaran. Proses afektif berkaitan dengan perasaan. Proses psiko-motoris mencakup kegiatan keinginan, kehendak dan tindakan. Ketiga proses ini harus berkaitan dan serasi. Bila orang hanya menekankan aspek kognitif, pendekatannya menjadi inteletualistik. Bila orang hanya menekankan aspek afektif, maka ia mudah tersinggung dan kurang mengikuti penalaran. Mereka yang menekankan tindakan saja, akan mengalami kesulitan karena berbagai tindakan kurang rasional.Lanjutan ...... (4dkr)C. Manusia Memiliki Dimensi Roh

Manusia melalui dimensi roh yang memungkinkan keterbukaan kepada yang mutlak dan tak terbatas, kemampuan melampaui keterbatasan-keterbatasan fisik, wawasan ke depan, cakrawala yang luas, visi, insight, cinta kasih yang total. Rohlah yang memberi makna pada eksistensi manusia. Roh mengekspresikan diri lewat akal budi dan juga lewat tubuh. Roh memungkinkan manusia mampu berharap bila akal budinya mengalami frustasi; beriman bila akal budi mengalami keraguan; mencintai kendati ada rasa benci. Ini semua merupakan kegiatan rohaniah. Maka kegiatan rohaniah tidak hanya terbatas pada penghayatan agama, lebih luas dari itu. Tubuh, akal budi dan roh saling meresapi. Roh berfungsi sebagai faktor integrasi, membimbing akal budi dalam mengambil keputusan konkrit dan dalam bertindak. Manusia mengalami keharmonisan dan kedamaian dalam dirinya kalau ia mampu mengintegrasikan tubuh, akal budi dan roh dalam kesatuan. Dengan demikian tubuh juga harus diperlakukan dengan hormat, dilatih untuk menjadi responsif dan aktif. Akal budi dilatih untuk menjadi lebih tajam dan cerdas. Roh diperkuat dengan berbagai kebiasaan berefleksi, berwawasan lebih luas dan semakin memiliki kepekaan.DIMENSI SOSIALITAS DAN KEUNIKAN MANUSIADimensi sosialitas yang menggambarkan bahwa manusia sadar akan diri bersama dengan orang lain dan dengan infra-human. Setiap orang memiliki ciri-ciri yang sama dengan manusia lain. Namun, setiap orang (manusia) sebagai persona-individu memiliki keunikan sendiri-sendiri. Kenyataan manusia bersifat plural, dengan banyak pusat-pusat otonom. Keunikan atau kekhasan manusia sebagai persona-individu dapat kita lihat pada: kemampuan, potensionalitas dan keter- batasan yang dimiliki. Sehingga ia mempunyai nama sendiri-sendiri. Hubungan antara aku dan yang lain sampai kini hanya di-eksplisitasikan secara formal saja. Maksudnya adanya yang lain dituntut sebagai syarat mutlak: yang-lain itu juga berupa substansi dan subjek. Namun belum dijawab pertanyaan mengenai hubungan antara aku dan yang-lain.- Hubungan tersebut diekpresikan dalam bentuk masyarakat manusia. Dimensi sosialitas adalah dimensi yang menggambarkan suatu kondisi atau suasana bahwa manusia secara hakiki sosial, makhluk yang bermasyarakat, adanya hubungan antar manusia dalam keunikan kehidupannya. Kenyataan manusia bersifat plural, dengan banyak pusat-pusat otonom (Bakker, 2000: 35).Manusia dan masyarakatnya bukan merupakan dua realitas yang asing satu sama lain, yang saling mempengaruhi dari luar, melainkan membentuk horison dinamis dalam hubungan yang dialektis. Keduanya merupakan lapangan kerjasama dengan dorongan dialektis, saling memajukan dan saling memperkembangkan. Untuk itu kemajuan manusia merupakan hasil kerjasama antar manusia bukan hasil seseorang. Sebagai konsekuensinya, manusia dan masyarakatnya merupakan dua momen dari satu realitas hidup manusia, sebab kedua momen itu saling melengkapi atau komplementer. Manusia itu pada dasarnya tidak hanya ko-eksistens, melainkan juga kooperans. Konkritnya, dalam kehidupan bersama (masyarakat) harus terdapat keteraturan antara anggota masyarakat. Keteraturan itu diatur dengan prinsip solidaritas dan subsidiaritas.Lanjutan ........ (2 dsk)Solidaritas adalah prinsip yang menggambarkan adanya sikap kepedulian setiap pribadi individu untuk memberikan sumbangan kepada kelompok (masyarakat). Sumbangan itu berujud tanggung jawab bagi kesejahteraan bersama (umum), seperti rasa memiliki kelompok, rasa wajib berpartisipasi di dalamnya, kesediaan membela kehormatan masyarakat. Dengan kata lain, manusia hanya menjadi diri sejauh ia dalam korelasi dengan yang-lain, terutama dengan manusia lain. Dalam korelasi itu, setiap pribadi individu harus mempromosikan kemanusiaan orang lain, untuk menjadi manusia dirumuskan sebagai keadilan sosial.Subsidiaritas menggambarkan adanya sikap rasa wajib bagi masyarakat untuk mengakui dan memberikan fungsi kepada masing-masing anggota (pribadi individu). Fungsi itu wajar dan sebaik mungkin (moral), masing-masing anggota menurut kemampuan dan kesanggupannya, yang dapat dilaksanakannya dengan tanggung jawab dan inisiatif (Suseno, 1988: 307-308; Bakker, 1993: 8). Jadi otonomi dari masing-masing pribadi individu yang merupakan bagian dari masyarakat tidak akan hilang. Subsidiaritas dirumuskan sebagai keadilan distributif.Lanjutan ........ (3 dsk)Kesimpulan: manusia sebagai makhluk sosial berada di dunia ini dan sadar bersama dengan orang lain. Ia tidak dapat melepaskan diri dari realitas dunia ini tanpa kemanusiaan. Manusia di dunia ini tidak sendirian; ia berjumpa dengan orang lain dan perjumpaan ini tidak dapat diacuhkan begitu saja. Manusia merupakan subjek perencana, pemberi arti pada dunianya, tetapi manusia lain yang dijumpai tidak dapat begitu saja dimasukkan dalam kerangka perencanaannya . Pendek kata, Aku dan yang lain (entah manusia entah bukan) sejauh merupakan substansi yang berdikari, begitu jauh pula berhubungan timbal-balik, dengan saling memberikan arti dan nilai, dan saling mengadakan. Bersama-sama merupakan keseluruhan pusat-pusat yang berotonomi-di dalam-korelasi dan berkorelasi-di dalam-otonomi. Atau dengan mengungkapkan secara lebih radikal lagi: yang identik-di dalam-distingsi, dan disting-di dalam -identitas. Adanya masyarakat bermula dari kesadaran akan Aku yang terdalam. Kesadaran akan Aku itu sendiri barulah terwujud sejauh ia mengakui Aku orang lain. Misalnya, dalam hubungan guru dan murid; adanya guru karena ada murid, begitu pula sebalik- nya adanya murid karena ada guru, guru dan murid saling mengakui adanya. Dengan kata lain, masyarakat timbul karena masing-masing individu saling mengakui adanya. Setiap individu memanusiakan dirinya dan diri yang lain. Bermasyarakat merupakan keharusan kodrat, tidak dapat ditiadakan. 19Lanjutan ....... (4 dsk)Setiap orang meskipun mempunyai ciri-ciri yang sama dengan manusia, tetapi memiliki keunikan sendiri sebagai persona-individu: ia memiliki kemampuan, potensionalitas dan keterbatasan. Semuanya ini menjadikannya khas. Ia mempunyai nama sendiri-sendiri. Pada saat yang sama manusia adalah makhluk yang berada dalam jaringan hubungan dengan manusia lain. Kesosialan manusia mewujudkan diri dalam kebudayaan:- Bahasa sebagai alat komunikasi dan ekspresi- Pranata-pranata sosialOrganisasi sosial: masyarakat, negara dan berbagai bentuk kerjasama

Manusia mampu mengetahui dirinya lewat manusia lain; dan hanya dapat mewujudkan dirinya dengan bekerjasama dengan manusia lain. DIMENSI IDEALITA DAN PANGGILANDimensi ini menggambarkan bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan memiliki tujuan atau cita-cita. Dalam usaha mewujudkan tujuan itu manusia sekaligus juga memiliki panggilan atau missi yang harus diperhatikannya. Manusia merupakan salah satu dari sekian makhluk ciptaan yang memiliki tujuan dan juga kemampuan untuk mencipta. Namun, manusia mencipta bukan sebagaimana yang dilakukan oleh Sang Pencipta. Manusia mencipta dengan pikirannya dan perbuatannya. Manusia berusaha memerdekakan dirinya dari segala sesuatu yang menghalangi perwujudan potensialitasnya. Manusia dalam aktivitasnya itu berusaha juga memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya untuk mencapai apa yang menjadi tujuan atau idaman dan cita-citanya. Manusia bertujuan mewujudkan dirinya dalam kepenuhan. Ia melihat makna, tujuan hidupnya dengan secara terus-menerus mencipta, memerdekakan dan mewujudkan dirinya sebagai manusia. Dengan perkataan lain, manusia memiliki panggilan atau missi untuk menciptakan kesempatan yang memungkinkan manusia semakin menjadi manusia; memerdekakan manusia dengan mentransformasikan tatanan-tatanan masyarakat sehingga memungkinkan setiap warga masyarakat berkembang menjadi pribadi yang utuh. Adanya tujuan hidup yang membawa serta panggilan itulah memungkinkan manusia menciptakan sejarah. Ia mampu belajar dari sejarah masa lampau, merencanakan dan membuat masa kini terbuka bagi masa depan. Dimensi idealita adalah dimensi yang menggambarkan bahwa dalam diri manusia adanya keyakinaan akan pemikiran abstrak berupa gagasan atau ide tentang kehidupan yang lebih baik. Apabila seseorang secara sadar menjalani hidup, konkritnya sadar akan perbuatannya, maka sebenarnya perbuatan itu merupakan perwujudkan dari suatu gagasan atau ide tertentu. Ide tentang kehidupan bahagia, kesejahteraan bersama, sering dikumandangkan, digelorakan untuk diwujudkan dalam realita. Lanjutan ..... (2dip)Dimensi idealita memberi semangat sekaligus pengarahan, pada tujuan mana akan menuju, dengan cara apa tujuan itu dicapai. Dimensi idealita ini akan mempunyai makna: Pertama, setidak-tidaknya terdapat wadah/jalur untuk mewujudkannya, yang lazim disebut lembaga. Kedua, terdapat sarana dan prasarana penunjangnya. Ketiga, dimensi idealita harus ditunjang oleh suatu iklim/kondisi, dimana masing-masing fihak yang bersangkutan memahami makna ide tsb. Lanjutan ........ (3dip) Manusia Sebagai Panggilan:Manusia dianggap sebagai suatu panggilan, yang mendapat kewajiban moral untuk secara bersama-sama menemukan nilai-nilai hidup dan menuangkan ke dalam berbagai bentuk kebudayaan menuju pada ideal manusia yang dilihat dan dicita-citakan, sehingga terjadilah apa yang sering kali disebut-sebut dalam dunia filsafat, yaitu perpaduan antara eksistensi dan esensi.

Ideal manusia adalah manusia yang secara otentik berhasil memanusiakan dirinya dalam hubungannya dengan ketiga faktor esensial, yaitu dunia, sesama (masyarakat) dan prinsip ketuhanan (religiusitas). Dalam perkembangannya tidak cukup dilaksanakan dalam salah satu dari ketiga dimensi tersebut, karena penekanan satu dimensi dengan melupakan dimensi lain berarti ekstremitas yang berbahaya bagi masyarakat. Dunia, sesama (masyarakat) dan prinsip ketuhanan (religiusitas) adalah lingkungan yang sama esensial dan fundamentalnya bagi perkembangan manusia, sebab itu hubungan terhadap ketiganya serta peningkatannya harus berjalan secara seimbang pula.DIMENSI KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWABMartabat manusia sebagai makhluk yang berakal budi terletak dalam kebebasannya. Hanya karena manusia bebas, persembahannya berkenan dihadapan Tuhan. Karena kebebasannya itu manusia membawa citra Tuhan dalam dirinya. Oleh karena itu, kita hendaknya membela, menjaga dan mengembangkan kebebasan kita secara bertanggung jawab. Kebebasan merupakan sumber martabat manusia.

Kebebasan dalam maknanya yang umum berarti sebagai kondisi tanpa paksaan, penghalang, dan beban. Kebebasan dalam maknanya yang khusus dapat digolongkan dalam dua jenis. Pertama, kebebasan eksistensial, artinya kemampuan manusia untuk menentu- kan dirinya dan tindakannya. Kebebasan ini disebut kebebasan batin. Kedua, kebebasan sosial, artinya kebebasan yang diterima dari orang lain. Kebebasan ini terkait dengan kondisi-kondisi sosial-budaya-ekonomi-politik yang memungkinkan orang menjalankan kebebasan dalam arti pertama. Kedua makna kebebasan dalam arti khusus itu dalam implementasinya tetap berkaitan.Manusia sebagai makhluk sosial melaksanakan kebebasannya dalam kerjasama dengan manusia lain. Maka kebebasan selalu memuat aspek sosial pula. Manusia tidak hanya memiliki kebebasan tetapi juga tanggung jawab. Ia bertindak secara bertanggung jawab apabila ia menjalankan tindakan dengan kesadaran, sesuai pula dengan hati nurani. Hal ini dapat dikatakan pula bahwa kebebasan selalu dalam determinis (keterikatan). Lanjutan ....... (2dktj)Dilihat dari sudut faktor mana yang dianggap sebagai penentu arah tindakan manusia, dibedakan 4 (empat) macam aliran determinisme (Pehan, 1995: 6). Pertama, determinisme biologis. Aliran ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh faktor-faktor biologis keturunan. Kedua, determinisme psikologis dengan anggapan bahwa manusia dalam tingkah lakunya, ditentukan oleh unsur-unsur bahwa sadar. Menurut paham ini, tekanan bahwa sadarlah yang menjadi penyebab atau pendorong utama tindakan-tindakan manusia.Ketiga, determinisme sosial, menganggap tingkah laku manusia baik sebagai perorangan maupun kelompok, telah ditentukan oleh lingkungan sosial yang melingkupinya. Keempat, determinisme teologis, dengan pendapat bahwa manusia hidup di dunia ini bagaikan wayang-wayang di tangan dalang suatu pergelaran lakon, yang sudah dengan cermat ditentukan oleh Tuhan/Dewa. Nasib manusia sudah tersurat dalam rencana kebijakan Tuhan.Lanjutan ....... (3dktj)Determinisme menurut derajat atau kadar penentuannya, ada aliran determinisme keras dan determinisme lunak. Determinisme keras adalah paham yang tidak ragu-ragu menegaskan adanya nasib suratan tangan manusia, adanya perbudakan kehendak oleh nafsu-nafsu hingga orang tidak bebas lagi untuk memilih, adanya keniscayaan tindakan. Singkatnya, aliran ini menolak dengan tegas kebebasan manusia dan tanggung jawab moral. Determinisme lunak adalah paham yang menegaskan tidak adanya pertentangan antara determinisme dan kebebasan manusia. Semua kejadian, termasuk tindakan manusia, pasti ada penyebabnya. Jadi, ada kausalitas. Kausalitas inilah yang dipandang sebagai sesuatu yang menentukan adanya sekarang, sebagai hal yang men-determinasi-kan. Lanjutan ...... (4dktj)Orang yang menolak memenuhi tanggung jawab adalah orang yang melihat apa yang menjadi kewajibannya, namun tidak peduli. Bukan karena ia memiliki pandangan lain tentang tanggung jawabnya, melainkan karena ia merasa acuh tak acuh, malas, sebab tidak bertanggung jawab itu ringan, lebih enak, kurang susah, kurang berbahaya, atau karena nafsu dan emosi tidak dapat diatasi. Hal ini berarti ia membiarkan diri ditentukan oleh unsur-unsur di luar kehendaknya sendiri: oleh perasaannya, oleh emosinya dan sebagainya. Ini mempunyai dua implikasi atau akibat.Pertama, semakin ia menjadi sempit: ia terikat pada dirinya sendiri, takut kalau-kalau diancam orang lain, maka tidak lagi memahami orang lain. Ia menjadi semakin miskin dalam persepsinya terhadap semua nilai yang tidak langsung dirasakan manfaatnya.Kedua, ia menjadi lemah. Ia tidak dapat dan semakin tidak sanggup mengatasi perasaan malas, takut, dan emosinya. Apalagi bila ia masih menginginkannya, untuk menentukan sikapnya sesuai dengan apa yang sebenarnya dinilai tepat, ia semakin menjadi orang yang tidak kuat melawan arus (Suseno, 1993: 71).

Sebaliknya, orang yang berani mengambil keputusan dasar untuk selalu bertanggung jawab justru akan menjadi luas, terbuka, kuat dan mencapai suatu kepribadian yang terintegrasi. Ia semakin menjadi manusia yang utuh. Ia sepi ing pamrih dan oleh karena itu sanggup untuk rame ing gawe. Ia tidak dikalahkan oleh rasa malas dan takut, tidak dibelenggu oleh emosi-emosinya, tidak didikte oleh nafsu-nafsunya.Lanjutan ....... (dktj)Dalam hubungan ini Magnis-Suseno (1993: 72) menyebut pembedaan antara sikap moral yang otonom dan yang heteronom (pembedaan sikap moral yang diberikan oleh I. Kant). Sikap moral otonom: manusia menaati norma-norma moral bukan karena terpaksa, takut, atau karena suatu motivasi yang rendah, melainkan karena ia menginsyafi dan mengiyakannya. Manusia melihat bahwa kewajiban itu memang menyangkut sesuatu yang bernilai, dan karena nilai itulah ia sendiri - seakan-akan juga andaikata tidak ada kewajiban - menyadarinya. Sikap moral heteronom: sikap di mana seseorang memenuhi kewajiban moral bukan karena ia insyaf, atau karena ia melihat nilainya, atau karena ia dalam hatinya menyadarinya sebagai sesuatu yang benar, melainkan karena terpaksa, takut, ikut-ikutan, dan karena ia tunduk saja terhadap suatu autoritas.DIMENSI MOTIVASI DAN KEBUTUHANDimensi yang menggambarkan sesuatu hal yang konkrit dari setiap manusia dalam kehidupan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan kata lain, dimensi ini menggambarkan bahwa untuk mempertahankan hidupnya, kebutuhan-kebutuhan tertentu dari manusia harus dipenuhi.

Pengertian motivasi, yaitu: suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Sedangkan kata motif adalah suatu alasan/dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu/melakukan tindakan/bersikap tertentu (Handoko, 1992: 9).

Kebutuhan hidup manusia itu pada dasarnya dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori, yaitu :Kebutuhan tingkat vital biologis, antara lain berupa : sandang, pangan, papan atau tempat tinggal, perlindungan (rasa aman), air, udara, seks, dan lain-lain.2. Kebutuhan tingkat sosio-budaya (human-kultural), antara lain berupa: empati, simpati cinta kasih, pengakuan diri, penghargaan, status sosial, prestise, ilmu pengetahuan, kebutuhan berkumpul, dan lain-lain.3. Kebutuhan tingkat relegius (metafisik, absolut), yaitu : kebutuhan merasakan terjamin, aman sentosa bahagia di dunia dan akherat dan kebutuhan untuk bersatu manunggal dengan Tuhan Yang Maha Esa Lanjutan ..... (2dmk)Pengertian kebutuhan) adalah segala sesuatu yang dirasakan perlu ada untuk keseimbangan jiwa. Kebutuhan adalah tegangan yang tercipta karena kekurangan apa yang diinginkan sehingga memberi semangat/motivasi individu untuk berperilaku searah dengan tujuan yang ingin dicapai. Contoh: apabila individu lapar, maka ia akan termotivasi melakukan sesuatu yang menghasilkan makan, ia akan diarahkan untuk pergi ke rumah makan/warung makan atau akan memasak makanan.Pengertian motivasi, yaitu: suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Sedangkan kata motif adalah suatu alasan/dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu/melakukan tindakan/bersikap tertentu.Motivasi dalam kehidupan manusia memiliki makna yang sangat penting, yaitu mempengaruhi perilaku dan kinerjanya dalam upaya memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Beberapa arti yang dimiliki motivasi itu, antara lain: (1) proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Terdapat 3 (tiga) elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya; (2) kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkan, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.