24
FILUM PORIFERA Kata porifera berasal dari bahasa Latin porus (lubang kecil) dan ferre (membawa). Jadi Porifera berarti hewan yang mempunyai tubuh berpori, dikenal juga sebagai hewan sponge atau spons. Porifera ini hidup menetap (sessil) pada dasar perairan. Sebagian besar hewan ini hidup di laut dan sebagian kecil yang hidup di air tawar. Bentuk tubuhnya beraneka ragam, menyerupai tumbuhan, warnanya juga sangat bervariasi dan dapat berubah-ubah. Porifera memiliki beberapa karakteristik. Tubuhnya bersel banyak, simetri radial, atau asimetris. Sel-sel tersebut menyusun tubuh Porifera dalam dalam 2 lapis (dipoblastik), membentuk jaringan yang belum sempurna dan di antaranya terdapat gelatin yang disebut mesenkim. Tubuhnya mempunyai banyak pori, saluran- saluran, dan rongga sebagai tempat air mengalir. Sebagian atau seluruh permukaan dalam tubuhnya tersusun dari sel-sel yang berleher yang berflagelum, disebut koanosit. Porifera melakukan pencernaan makanan di dalam sel atau secara intrasel. Umumnya Porifera mempunyai rangka dalam. Hewan berkembangbiak secara kawin dan tak kawin. Secara kawin dilakukan dengan sel telur dan sel spermatozoid. Larvanya berbulu getar dan dapat berenang. Sedangkan secara tidak kawin dengan bertunas. Gambar 1. Tipe saluran air pada Porifera Berdasarkan tingkat kompleksitasnya, sistem saluran air pada Porifera dibedakan menjadi tiga, yaitu tipe askon, tipe sikon, dan tipe leukon (rhagon). Perhatikan Gambar 1. Tipe askon merupakan tipe saluran air paling sederhana. Saluran air dimulai dari ostia yang dihubungkan langsung oleh saluran ke spongocoel. Dari spongocoel air keluar melalui oskulum. Tipe sikon merupakan tipe saluran air yang terdiri atas dua saluran yaitu inkruen dan radial. Air masuk melalui ostia menuju ke saluran inkruen. Melalui porosit, air dari saluran in kruen menuju ke saluran radial, terus ke spongocoel dan akhirnya keluar melalui oskulum. Sedangkan tipe leucon (rhagon), merupakan tipe saluran air yang

Filum Porifera

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mengenai filum porifera

Citation preview

Page 1: Filum Porifera

FILUM PORIFERA

Kata porifera berasal dari bahasa Latin porus (lubang kecil) dan ferre (membawa). Jadi Porifera berarti hewan yang mempunyai tubuh berpori, dikenal juga sebagai hewan sponge atau spons. Porifera ini hidup menetap (sessil) pada dasar perairan. Sebagian besar hewan ini hidup di laut dan sebagian kecil yang hidup di air tawar. Bentuk tubuhnya beraneka ragam, menyerupai tumbuhan, warnanya juga sangat bervariasi dan dapat berubah-ubah.

Porifera memiliki beberapa karakteristik. Tubuhnya bersel banyak, simetri radial, atau asimetris. Sel-sel tersebut menyusun tubuh Porifera dalam dalam 2 lapis (dipoblastik), membentuk jaringan yang belum sempurna dan di antaranya terdapat gelatin yang disebut mesenkim. Tubuhnya mempunyai banyak pori, saluran-saluran, dan rongga sebagai tempat air mengalir. Sebagian atau seluruh permukaan dalam tubuhnya tersusun dari sel-sel yang berleher yang berflagelum, disebut koanosit.

Porifera melakukan pencernaan makanan di dalam sel atau secara intrasel. Umumnya Porifera mempunyai rangka dalam. Hewan berkembangbiak secara kawin dan tak kawin. Secara kawin dilakukan dengan sel telur dan sel spermatozoid. Larvanya berbulu getar dan dapat berenang. Sedangkan secara tidak kawin dengan bertunas.

Gambar 1. Tipe saluran air pada Porifera

Berdasarkan tingkat kompleksitasnya, sistem saluran air pada Porifera dibedakan menjadi tiga, yaitu tipe askon, tipe sikon, dan tipe leukon (rhagon). Perhatikan Gambar 1. Tipe askon merupakan tipe saluran air paling sederhana. Saluran air dimulai dari ostia yang dihubungkan langsung oleh saluran ke spongocoel. Dari spongocoel air keluar melalui oskulum. Tipe sikon merupakan tipe saluran air yang terdiri atas dua saluran yaitu inkruen dan radial. Air masuk melalui ostia menuju ke saluran inkruen. Melalui porosit, air dari saluran in kruen menuju ke saluran radial, terus ke spongocoel dan akhirnya keluar melalui oskulum. Sedangkan tipe leucon (rhagon), merupakan tipe saluran air yang paling kompleks. Air dari ostium masuk melalui saluran menuju ke rongga-rongga yang dibatasi oleh koanosit. Dari rongga ini air melalui saluran-saluran lagi menuju ke spongocoel dan akhirnya keluar melalui oskulum.

Porifera banyak menghasilkan spikula yang dihasilkan oleh scleroblast (bagian dari gelatin mesenkim). Hasil sekresi yang berupa silika (zat kersik) atau karbonat (zat kapur) ini memiliki bentuk yang bermacam-macam. Ada yang berbentuk monakson, tetrakson, poliakson, heksakson, atau benang-benang spongin. Spikula merupakan struktur tubuh yang berperan penting untuk membedakan jenis-jenis Porifera. Bentuk dan kandungan spikula ini digunakan sebagai dasar klasifikasi Porifera. Berdasarkan sifat spikulanya, Filum Porifera dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Kelas Calcarea, Hexatinellida, dan Demospongia. Berikut penjelasannya:

Page 2: Filum Porifera

1. Kelas Calcarea

Anggota kelas ini mempunyai rangka yang tersusun dari zat kapur (kalsium karbonat) dengan tipe monoakson, triakson, atau tetrakson. Koanositnya besar dan biasa hidup di lautan dangkal. Tipe saluran airnya bermacam-macam. Hidup soliter atau berkoloni.

Mereka memiliki ciri khusus berupa spikula yang terbuat dari kalsium karbonat dalam bentuk kalsit atau aragonit. Beberapa spesies memiliki tiga ujung spikula, sedangkan pada beberapa spesies lainnya memiliki 2 atau empat spikula.

Sponge Calcarea pertama kali muncul pada masa Cambrian dan memiliki keanekaragaman paling tinggi pada periode Cretaceous. Analisis molekuler terbaru menunjukkan bahwa, kelas Calcarea seharusnya dimasukkan sebagai filum, khususnya untuk kelas calcacea yang pertama kali menyimpang dari kingdom Animalia. Jenis sponge lainnya termasuk dalam filum Silicarea. [

1.1. Diversitas (Keanekaragaman) CalcareaAda sekitar 400 spesies sponge pada kelas Calcarea.

1.2. Daerah Persebaran CalcareaSponge Calcarea dapat ditemukan di seluruh daerah lautan, khususnya pada daerah laut yang memiliki suhu yang hangat.

1.3. Habitat CalcareaHabitat sponge Calcarea sebagian besar pada laut yang bersuhu hangat, sponge Calcarea biasanya ditemukan di perairan dangkal yang terlindung dan memiliki kedalaman kurang dari 1000 m. Pada daerah tropis calcarea berasosisasi dengan terumbu karang.

1.4. Reproduksi CalcareaKebanyakan sponge bereproduksi secara aseksual dengan regenerasi jaringan. Sponge juga dapat bereproduksi secara seksual dengan menjadi hermaprodit, sperma dan telur dapat direproduksi secara berurutan atau pada waktu yang sama. Sel sperma dan telur dilepaskan di dalam air dan dibuahi antar spesies. Telur yang dibuahi akan berkembang menjadi larva yang berenang bebas.

1.5. Perkembangan Calcarea

Sponge ini memiliki sel amoeboid yang berbeda di dalam mesohil (lapisan gelatin  yang tersusun atas sel-sel amoebosit yang dapat bergerak mengambil makanan dari sel koanosit dan mendistribusikannya ke seluruh bagiann tubuh porifera.). Di dalam mesohil, sponge memiliki bentuk sel sepeti amoeba yang berbeda-beda. Acheochytes adalah sel berukuran besar dengan ukuran inti sel yang besar. Sel-sel ini bersifat totipoten, yang artinya sel ini dapat berkembang menjadi berbagai macam jenis sel. Sklerosit, mampu mengakumulasi kalsium di dalam mesohil untuk memproduksi spikula, tiga sklerosit akan melebur menjadi satu untuk membentuk spikula pada ruang antar sel. [3, 4]. Sklerosit adalah sel khusus yang mensekresi struktur termineralisasi pada dinding tubuh beberapa invertebrata. Pada sponge, sklerosit mensekresikan spikula kalkareus atau silikeus yang terdapat pada lapisan mesohil.

Contoh jenis yang menjadi anggota kelas ini adalah Leucosolenia sp., Scypha sp., Cerantia sp., dan Sycon gelatinosum. Perhatikan Gambar 2.

Page 3: Filum Porifera

Gambar 2. Sycon gelatinosum (museum.wa.gov.au)

1.6. Subkelas dari Kelas Calcarea1.6.1. Subkelas Calcinea

Memiliki larva yang disebut parenchymella (padat, kompak, dengan lapisan luar berupa sel berflagela; flagela koanosit (collar cells) muncul secara independen di inti, sebagian besar spesies memiliki 3 spikula; sistem penecernaannya bertipe ascon, sycon, atau jenis leucon; sponge pharetronid dengan kerangka kaku yang terdiri dari spikula yang menyatu atau jaringan berkapur; genus yang termasuk dalam subklas ini adalah Clathrina, Leucetta, Petrobiona (pharetronid).

Berikut ini adalah ordo dari Subkelas Calcinea, yaitu :

1.6.1.1. Ordo ClathrinidaClathrinida merupakan ordo dari Calcinea. Anggota ordo ini memiliki kerangka berkapur, dan merupakan organisme laut laut. Sponge ini memiliki struktur asconoid dan tidak memiliki membran kulit dermal atau korteks. Spongocoel ini dilapisi dengan koanosit (collar cell). [6]

1.6.1.2. Ordo LeucettidaLeucettida merupakan ordo dari subklas Calcinea. Sponge pada ordo ini memiliki susunan ruang berflagella atau struktur leukonoid yang memutar. Leukonoid adalah saluran air dari ostium dihubungkan ke spongocoel melalui banyak percabangan. Ordo ini juga memiliki membran kulit atau korteks. pongocoel ini tidak dilapisi dengan koanosit, sel-sel koanosit hanya ada pada ruang berflagella. Leucascidae dan Leucaltidae adalah dua famili dari ordo ini.

1.6.1.3. Ordo MurrayonidaMurrayonida adalah jenis sponge laut yang merupakan ordo dari Calcinea. Murrayonida berbeda dari Calcinea lainnya, dimana sponge ini dengan memiliki kerangka yang lebih kuat, sponge Murrayonida juga memiliki korteks yang melindungi cormus dan sistem aquiferous leukonoid [8]. Ordo ini terdiri dari tiga spesies yang sudah dikenal, masing-masing berada dalam famili sendiri: Murrayona phanolepis pada famili Murrayonidae, Lelapiella incrustans pada famili Lelapiellidae, dan Paramurrayona corticata pada famili Paramurrayonidae. Murrayona phanolepis ditemukan oleh CW Andrews di Pulau Christmas, kemudian dideskripsikan dan dinamai oleh Kirkpatrick (1910); [10] Kirkpatrick mengusulkan nama spesies itu untuk menghormati Sir John Murray, yang membiayai ekspedisi ke Pulau Natal. [10]

Page 4: Filum Porifera

1.6.2. Subkelas Calcaronea

Calcaronea adalah subclass di Calcarea. Subkelas ini adalah Calcarea dengan triactines dan sistem basal tetractines sagital (yaitu sinar spicula membuat sudut yang tidak sama satu sama lain), sangat teratur. Pada masa ontogenesis atau morfogenesisnya, spikula pertama yang disekresikan adalah diactina. Choanositanya memiliki apinucleata. Calcaronea memiliki larva amphiblastula.

Berikut ini adalah ordo dari Subkelas Calcaronea, yaitu:

1.6.2.1. Ordo BaeridaBaerida merupakan ordo dari kelas Calcaronea. Berida merupakan Calcaronea Leukonoid dengan kerangka yang tersusun dari microdiactines, di mana microdiactines berada pada bagian ter tentu dari kerangkanya, seperti pada bagian choanoskeleton atau kerangka atrium. Pada umumnya memiliki spikula yang besar di dalam kerangka kortikal, di mana spikula tersebut menginvasi sebagian atau seluruh bagian choanoderm. Pada sponge dengan korteks yang diperkuat, pori-pori inhalansia dapat dibatasi dengan saringan yang berbentuk seperti bagian pada bantalan ostia. Tetractines kecil berbentuk seperti belati (pugioles) pada umumnya merupakan satu-satunya kerangka yang berfungsi sebagai sistem aquiferous exhalant. Meskipun kerangkanya dapat sangat diperkuat oleh adanya lapisan padat microdiactines di wilayah tertentu, kerangka berkapur aspicular tidak ada pada ordo ini.

1.6.2.2. Ordo LeucosolenidaLeucosolenida merupakan ordo dari sponge berkapur pada kelas Calcarea di dalam filum Porifera. Leucolenida adalah Calcronea yang pada kerangkanya tidak memiliki spikula. [13]

1.6.2.3. Ordo LithonidaLithonida adalah ordo dari sponge berkapur pada kelas Calcarea di dalam filum Porifera. Lithonida merupakan Calcaronea dengan kerangka yang diperkuat, yang tersusun dari basal actines yang terdiri dari tetractines atau basal kaku yang terdiri dari kalsit. Spikula diapason umumnya ada pada ordo ini dan memiliki sistem saluran leukonoid. [14]

1.6.2.4. Ordo SycettidaSycettida merupakan ordo dari Calcaronea pada kelas Calcarea. Sycettida terdiri dari kelompok sponge berkapur yang agak beragam, yang termasuk pada famili Sycettidae, Heteropiidae, Grantiidae, Amphoriscidae, dan Lelapiidae. Koanosit dengan inti apikal terbatas pada ruang flagella dan secara umum tidak pernah melapisi spongocoel. Famili dari Sycettidae menyerupai ordo Leucosoleniida dalam hal hampir tidak memiliki membran dermal atau korteks yang dimiliki oleh lima famili lainnya. Kerangka yang paling besar (spikula triradiate) ditemukan pada famili Lelapiidae.

Page 5: Filum Porifera

2. Kelas Hexatinellida

Pada anggota Kelas Hexatinellida, spikula tubuh yang tersusun dari zat kersik dengan 6 cabang. Kelas ini sering disebut sponge gelas atau porifera kaca (Hyalospongiae), karena bentuknya yang seperti tabung atau gelas piala. Tubuh berbentuk silinder atau corong, tidak memiliki permukaan epitel. Contoh anggota kelas ini adalah Hyalonema sp., Pheronema sp., dan Euplectella suberea. Perhatikan Gambar 3.

Gambar 3. Euplectella aspergillum (Wikimedia Commons)

2.1. Deskripsi Hexactinellida atau sering disebut sponge kaca tersebar di seluruh dunia, terutama pada kedalaman antara 200 dan 1000 m. Kelompok sponge ini jumlahnya sangat melimpah di Antartika.

Semua sponge kaca berdiri tegak, dan memiliki struktur khusus di pangkalnya untuk melekat kuat pada dasar laut. Secara morfologi bentuknya radial simetris, biasanya silinder, tetapi ada juga yang berbentuk cangkir, guci, atau bercabang. Ketinggian rata-rata hexactinellida adalah antara 10 dan 30 cm, tetapi beberapa dapat tumbuh menjadi cukup besar. Hexactinellida memiliki rongga sentral yang luas (atrium) dimana air melewati rongga tersebut, spikula yang berbentuk seperti anyaman topi yang rapat melapisi osculum pada beberapa spesies. Hexactinellida kebanyakan memiliki warna yang pucat. Sponge kaca paling mirip dengan sponge syconoid, tetapi sponge kaca terlalu banyak berbeda secara internal dibandingkan dengan syconoid.

2.1. Biologi Sponge kaca dapat dengan mudah dibedakan dengan sponge lainnya dengan pemeriksaan secara internal. Kerangka hexactinellida seluruhnya terbuat dari silika. Spikula yang mengandung silika ini umumnya terdiri dari tiga duri perpendicular (oleh karena itu mereka memiliki enam titik, sehingga mereka disebut sebagai hexactine), yang pada umumnya menyatu, sehingga membuat hexactinellids memiliki kekakuan struktural yang berbeda dari sponge lainnya. Bagian yang tegang di antara spikula jaringan syncytial yang besar dari sel-sel tubuh yang lembut. Air memasuki tubuh melalui ruang di dalam untaian syncytial. Di dalam syncytia terdapat unit fungsional mirip dengan koanosit yang ditemukan pada sponge lainnya, tetapi unit-unit ini sangatlah kekurangan inti sel, sehingga lebih sering disebut sebagai collar bodies daripada collar cells. Hexactinellida berflagella, pergerakan dari flagela merekalah yang menyebabkan aliran air melewati sponge ini. Di dalam syncytia ada sel fungsional sebanding dengan archaeocytes yang ada pada sponge lainnya, tetapi sel-sel ini tampaknya memiliiki mobilitas yang terbatas. Hexactinellida kekurangan miosit, sehingga tidak mampu berkontraksi. Sementara Hexactinellid tidak memiliki struktur saraf, mereka mengirimkan sinyal-sinyal listrik di seluruh tubuh melalui jaringan lunak syncytial.

Page 6: Filum Porifera

2.2. Reproduksi Hanya sedikit yang diketahui tentang reproduksi hexactinellid dan perkembangannya. Sperma ditransfer ke organisme lain melalui air, dan kemudian harus membuat jalan sendiri menuju ke sel telur. Setelah pembuahan, larva diinkubasi selama waktu yang relatif lama, sehingga mereka bahkan membentuk spikula dasar sebelum dilepaskan sebagai larva parenchymella. Hal ini berbeda dari larva sponge lainnya yang jarang memiliki flagela atau alat gerak lainnya. Setelah larva menempel di dasar laut, larva bermetamorfosis, dan sponge dewasa mulai tumbuh. Hexactinellids merupakan sponge yang mudah berkembangbiak.2.3. Perkembangan dan Pola Makan Sponge kaca murni filter feeder. Sponge hidup pada material detritus makroskopik, mengkonsumsi bahan selular, bakteri, dan partikel abiotik yang sangat kecil. Partikel kecil diambil ke dalam melalui arus yang diciptakan oleh collar bodies, partikel tersebut diserap pada saat melalui saluran di dalam sponge. Collar bodies dilapisi dengan microvili yang menjebak makanan, dan kemudian melewati vakuola melalui collar bodies menuju ke dalam syncytia. Archaeocytes di antara helai syncytial bertanggung jawab untuk distribusi dan penyimpanan makanan. Archaeocytes kemungkinan juga bertanggung jawab pada beberapa hal untuk menangkap makanan. Hexactinellida tampaknya kurang selektif terhadap makanan yang mereka telan (setiap makanan yang cukup kecil untuk menembus syncytium dicerna oleh mereka). Karena mereka meiliki sedikit membaran luar dan kurangya ostia, hexactinellida tidak dapat mengkontrol seberapa banyak air yang melewati tubuh mereka. Diyakini bahwa stabilitas lingkungan perairan dalam memungkinkan hexactinellids untuk bertahan meskipun kekurangan dalam hal ini.

2.4. Pola Hidup Hexactinellida hidup secara sessile / menetap. Bahkan larvanya pun tampaknya tidak menunjukkan gerakan, tidak seperti spons lainnya, hexactinellida tidak berkontraksi ketika dirangsang.

2.5. Nilai Ekonomis Seperti sponge lainnya, hexactinellida bisa menjadi sumber obat-obatan, meskipun potensi mereka sebagian besar belum dieksploitasi. Sebagian besar sponge kaca belum terpegaruh oleh kegiatan manusia. Di Jepang, sponge ini diberikan sebagai hadiah pernikahan. Hexactinellida dari spesies tertentu terlibat dalam hubungan simbiosis dengan udang. Pada saat kecil, dua udang dengan jenis kelamin berbeda memasuki atrium sponge, dan setelah tumbuh dengan ukuran tertentu kedua udang tersebut tidak bisa pergi. Mereka makan dari materi yang dibawa oleh arus yang dihasilkan oleh sponge, dan kemudian akhirnya udang tersebut bereproduksi. Sebuah kerangka sponge kaca yang di dalamnya terdapat dua udang diberikan sebagai hadiah pernikahan di Jepang.

Saat ini hanya sedikit usaha yang sedang dilakukan untuk melestarikan spesies hexactinellida. Ada nilai yang besar untuk tetap menjaga populasi sponge kaca yang sehat, karena dapat memegang rahasia ratusan juta tahun evolusi, dan mungkin telah menghasilkan evolusi bahan kimia potensial yang berguna bagi kemanusiaan. Hexactinellida dianggap berkerabat dekat dengan Demospongiae.

2.6. Ordo dari Kelas Hexatinellida

Berikut ini adalah ordo dari Kelas Hexatinellida, yaitu :2.6.1. Ordo AmphidiscosidaAmphidiscosida Schrammen (Hexactinellida: Amphidiscophora) terdiri dari tiga famili yang terdiri dari dua belas genera, hanya Hyalonema yang dibagi menjadi subgenera berjumlah 12. Ordo ini ditandai dengan adanya amphidiscs dan tidak adanya hexasters sebagai microscleres. Semua anggotanya lophophytous, dengan bentuk tubuh yang bervariasi dari bulat telur sederhana hingga kerucut, cangkir, silinder, dan varian simetris bilateral lainnya. Dermalia dan atrialia merupakan pentactins pinular dan, jarang mempunyai hexactins, sedangkan hypodermalia dan

Page 7: Filum Porifera

hypoatrialia adalah oxypentactins. Jangkar Basal diketahui berupa monactins yang bergigi. Tiap famili dibedakan oleh bentuk choanosomal megascleres utama: diactins di Hyalonematidae, pentactins di Pheronematidae, dan tauactins di Monorhaphididae. [17]

2.6.2. Ordo AmphidiscosaAmphidiscosa adalah ordo dari hexactinellida, ditandai dengan adanya amphidisc spikula, yaitu, spikula yang memiliki disk stellata di setiap akhir bagiannya. Mereka berada di kelas Hexactinellida dan subclass Amphidiscophora. Organisme ini telah ada sejak periode Ordovisium, dan masih berkembang hingga saat ini.  

2.6.3. Ordo AulocalycoidaAulocalycoida Tabachnick & Reiswig (Hexactinellida, Hexasterophora) terdiri dari dua famili dan tujuh genera. Ordo ini ditandai dengan kerangka dictyonal longgar yang dibangun di sekitar untaian / helai longitudinal utama yang tersusun dari duri dictyonal yang memanjang. Jala berbentuk tidak teratur. Antar famili dibedakan oleh detail dari konstruksi untai. Untaian Aulocalycidae mengandung filamen aksial berurutan tunggal yang terbatas panjangnya. Untaian uncinateridae mengandung filamen aksial yang tumpang tindih yang disebabkan oleh serangkaian hexactins, duri dictyonal dari tiap individu memanjang tapi tidak terbatas pada panjangnya. Kerangkanya halus dan fleksibel karena adanya jarak pada pertumbuhan distal, tidak seperti sponge dari hexactinosidans dan lychniscosidans yang kaku dan rapuh. [19]

2.6.4. Ordo HexactinosidaHexactinosa merupakan ordo dari subkelas Hexasterophora padakelas Hexactinellida. Parenkim megascleres pada ordo ini bersatu untuk membentuk kerangka kaku dan seluruhnya terdiri dari hexactins sederhana yang tersusun secara linier paralel. Kerangka tersebut bersatu di dalam amplop sekunder silika. Beberapa contoh dari ordo ini adalah Hexactinella, Aphrocallistes, Eurete, dan Farrea.

2.6.5. Ordo LychniscosidaOrdo Lychniscosida Schrammen (Hexactinellida, Hexasterophora), merupakan ordo yang mencakup kelompok fosil yang beragam dan dominan dari komunitas bentik Cretaceous. Namun, saat ini hanya memiliki dua famili dan tiga genera sebagai anggota terbaru. Kelompok ini ditandai dengan pembentukan kerangka dictyonal kaku oleh fusi hexactins lychniscid terutama oleh fusi duri dictyonalia berdekatan yang tersusun bersampingan (pola euretoid). Panjang duri yang membentuk bagian sisi jala dictyonal sangat terbatas hanya untuk lebar satu jala, biasanya berukuran 150-400μm. Famili pada ordo ini dibedakan oleh ketebalan unit struktural (dinding, pilar, piring) dan organisasi dictyonalia, baik dalam susunan yang terdeteksi maupun tidak terdeteksi. Unit struktural (dinding tubulus, pilar) tidak saling terhubung, namun ada kemungkinan untuk menafsirkan dinding tubulus dari Diapleuridae sebagai schizorhyses.

2.6.6. Ordo LyssacinosidaLyssacinosida adalah ordo dari sponge kaca subkelas Hexasterophora. Sponge ini dapat dikenali dengan adanya parenkim spikula yang biasanya tidak berhubungan, dimana hal ini tidak seperti pada sponge lainnya pada subkelas yang sama, di mana spikula saling berhubungan bak secara kuat maupun lemah untuk membentuk kerangka.

Page 8: Filum Porifera

3. Kelas Demospongia

Kelas ini memiliki tubuh yang terdiri atas serabut atau benangbenang spongin tanpa skeleton. Kadang-kadang dengan spikula dari bahan zat kersik. Tipe aliran airnya adalah leukon. Demospongia merupakan kelas dari Porifera yang memiliki jumlah anggota terbesar. Sebagian besar anggota Desmospongia berwarna cerah, karena mengandung banyak pigmen granula dibagian sel amoebositnya. Contoh kelas ini antara lain Suberit sp., Cliona sp., Microciona sp., Spongilla lacustris, Chondrilla sp., dan Callyspongia sp. Perhatikan Gambar 4.

Gambar 4. Microciona sp. (dpr.ncparks.gov)3.1. Habitat Kelas Demospongiae memiliki sekitar 4.750 spesies yang berada di dalam 10 ordo. Distribusi geografis mereka berada di lingkungan laut dari daerah intertidal ke zona abyssal, dan beberapa spesies menghuni air tawar.

3.2. Biologi Anggota dari Demospongiae berbentuk asimetris. Demospongians tumbuh pada berbagai ukuran dari beberapa milimeter sampai lebih dari 2 meter. Mereka dapat berbentuk krusta tipis, benjolan, pertumbuhan seperti jari, atau bentuk guci. Butiran pigmen pada sel amoebocytes sering membuat anggota kelas ini berwarna cerah, seperti warna: kuning terang, oranye, merah, ungu, atau hijau.

Pada demospongia, di dalam mesohil kemungkinan terdapat dua jenis spikula; megascleres dan microscleres dengan 1-4 duri, serat kolagen (spongin). Anggota Demospongiae mudah dibedakan dari Hexactinellida karena tidak memiliki enam duri spikula. Mereka memiliki struktur leukonoid, dengan choanoderm yang terlipat. Lapisan pinacoderm ada pada seluruh bagian tubu, dan menebal pada bagian mesohil. Semakin tebal mesohil, semakin beragam bentuk Demospongiae.

3.3. Reproduksi Demospongiae dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Pada reproduksi seksual, spermatosit berkembang dari transformasi koanosit, dan oosit timbul dari archeocytes. Pembelahan sel telur zigot terjadi di mesohil dan membentuk larva parenchymula dengan massa sel internal berukuran besar yang dikelilingi oleh sel flagella eksternal yang lebih kecil. Larva yang dihasilkan berenang memasuki kanal rongga pusat dan dikeluarkan dengan arus exhalant.

Metode reproduksi aseksual mencakup pertunasan dan pembentukan gemmules. Pada pertunasan, agregat sel berdiferensiasi menjadi sponge kecil yang dikeluarkan melalui oscula. Gemmules ditemukan pada famili Spongellidae yang hidup di air tawar. Mereka diproduksi dalam mesohyl berupa gumpalan dari archeocytes yang dikelilingi oleh lapisan keras yang dikeluarkan oleh amoebocytes lainnya. Gemmules dilepaskan ketika tubuh induk rusak, dan gemmules ini mampu bertahan dalam kondisi yang keras. Dalam situasi yang menguntungkan, sebuah lubang yang disebut micropyle muncul dan melepaskan amoebocytes, yang berdiferensiasi menjadi berbagai macam jenis sel.

Page 9: Filum Porifera

3.4. Perkembangan dan Pola Makan Demospongiae bersifat sessile (menetap) dan merupakan organisme bentik. Namun, larvanya memiliki flagela dan mampu berenang bebas. Semua sponge dari kelas ini adalah filter feeder, hidup dari bakteri dan organisme kecil lainnya. Air mengantarkan partikel-partikel makanan masuk melalui pori-pori luar. Koanosit menangkap sebagian besar makanan yang masuk, namun pinocytes dan amoebocytes juga dapat mencerna makanan. Partikel makanan juga dapat dicerna langsung oleh sel-sel mesohil. Sponge dari kelas ini sangat jarang dimakan oleh hewan lain karena rasanya yang tidak enak. Namun, beberapa organisme dapat hidup pada sponge, dan tinggal bersama mereka sebagai simbion. Beberapa sponge pada kelas ini merupakan “pelabuhan” bagi bakteri fotosintetik, sementara beberapa jenis lainnya berfungsi sebagai perlindungan bagi organisme lain.

3.5. Nilai Ekonomis Kelompok yang paling penting  dan ekonomis dari demospongians untuk manusia adalah sponge yang digunakan untuk mandi. Sponge jenis ini dipanen oleh penyelam dan juga dapat ditanam secara komersial. Sponge ini di bleaching kemudian dipasarkan, sponge jenis ini memiliki spongin sehingga mampu memberikan kelembutan dan daya serap.

Meskipun tidak demospongian kurang dilestarikan dengan, masih ada catatan fosil untuk sponge pada kelas ini. Beberapa Demospongiae ada pada periode Paleozoic awal. Pada awal Cretaceous, semua ordo dari Demospongiae sudah ada.

Tingkatan organisasi merupakan petunjuk yang dapat diandalkan untuk  mengetahui hubungan filogenetik pada kelas Demospongiae. Namun, di antara kelas dari filum Porifera, sulit untuk membedakan hubungan evolusioner. Organisasi tidak selalu berhubungan dengan filogeni, misalnya, struktur leukonoid telah berevolusi secara independen beberapa kali.

3.6. Ordo dari Kelas DemospongiaBerikut ini adalah ordo dari Kelas Demospongia, yaitu

3.6.1. Ordo LithistidaLithistida adalah ordo dari kelas Demospongia yang memiliki kerangka retikular yang tersusun atas spikula bersilika yang bentuknya teratur dan menonjol.

Sponge pada ordo Lithistida dikenal menghasilkan beragam senyawa mulai dari poliketida, peptida siklik dan linier, alkaloid, pigmen, lipid, dan sterol. Sebagian besar senyawa ini memiliki struktur yang kompleks serta memiliki aktivitas biologis yang sangat kuat dan menarik. Sudah ada satu dekade sejak review menyeluruh yang merangkum tentang produk alami yang dihasilkan ordo sponge yang menakjubkan ini

3.6.2. Ordo AgelasidaAgelasida adalah ordo dari Demospongiae dengan acanthostyles tegak berduri (Agelas spicule), kadang-kadang disebut juga acanthoxeas. Serat spongin (serat Agelas) berintikan dan tersusun oleh acanthostyles lebih dominan hadir dalam satu famili (Agelasidae). Famili lain (Ceratoporellidae dan Astroscleridae: Astrosclera willeyana) yang disebut sclerosponges memiliki lapisan tipis jaringan hidup diatas kerangka berkapur basal. Di daerah Mediterania ada satu spesies Agelasida yang masih ada, yaitu Agelas oroides.

3.6.3. Ordo AstroporidhaDefinisi: Sponge dengan astrose microscleres (euaster, sterraster, metaster) kadang-kadang disertai dengan microrhabds (microxeas dan microstrongyles). Megascleres berbentuk tetractines (tetraxones), biasanya berbentuk triaenes, biasanya hampir selalu berkombinasi dengan oxeotes (hugeoxeas, strongyloxeas atau strongyles). Kerangka skeletal radial teratur, setidaknya di

Page 10: Filum Porifera

daerah perifer. Kedua megascleres tetractinal atau astrose microscleres terkadang bisa hilang, dan menghasilkan genera havingoxeas dan aster, atau oxeas hanya untuk spikula. Kerangkanya radiate dan umumnya bertekstur kasar.

Astrophorida (Porifera, Demospongiaep) terdistribusi luas secara geografis dan batimetrik didistribusikan secara luas. Astroporidha saat ini meliputi lima famili : Ancorinidae, Calthropellidae, Geodiidae, Pachastrellidae dan Thrombidae. Sampai saat ini, studi filogenetik molekuler termasuk spesies Astrophorida sangat langka dan jumlah sampelnya terbatas. Hubungan filogenetik pada ordo sebagian besar tidak diketahui dan hipotesis berdasarkan morfologi sebagian besar belum teruji. Astrophorida memiliki spikula yang sangat beragam seingga membuat mereka menjadi subjek pilihan untuk menyelidiki evolusi spikula.

Keterangan: Gamet dari Astrporidha hanya dikenal pada beberapa marga, dan tahap larva masih belum diketahui.

Nomenklatur: nama Astrophorida sering digunakan sebagai sinonim dari Choristida. Pada takson ini, selain Astrophorida juga terdapat Spirophorida, yang memiliki megascleres seperti Astrophorida tetapi memiliki sigmaspires yang berfungsi sebagai microscleres.

3.6.4. Ordo ChondrosidDefinisi: Sponge tanpa megascleres, tetapi dengan bagian perifer yang sangat berkolagen, encrusting, berukuran massive hingga kecil. Tidak ada megasklera, tapi satu genus (Chondrilla) mempertahankan euaster microscleres (spheraster), yang lain (Chondrosia) tidak memiliki spikula. Contoh: Chondrilla nucula dan Chondrosia reniformis Ates.

Keterangan: Hanya satu famili yang diakui, yaitu famili Chondrillidae, dengan 3 genera yang valid (total 5 genera). Biasanya, kelompok ini dimasukkan ke dalam ordo Hadromerida, tapi hanya ada bukti yang sangat sedikit mengenai hubungan kekerabatan di antara keduanya.

3.6.5. Ordo DendroceratidDalam taksonomi, Dendroceratida adalah spongedari kelas Demospongiae. Mereka biasanya ditemukan di daerah pesisir dangkal dan pasang surut, dan ada pada sebagian besar pantai di seluruh dunia. Sponge ini pada umumnya dicirikan oleh lapisan konsentris serat spongin, dan ruang berfalgella besar yang terbuka langsung ke kanal exhalant.

Dendroceratida (Demospongiae) terdiri dari dua famili dan delapan genera. Sponge ini biasanya lembut dan rapuh, kerangkanya berserat, tetapi seratnya berkurang akibat sehubungan dengan volume jaringan lunak, dan mengandung sedikit kolagen pada matriks endosomal. Seratnya bersifat dendritik atau anastomosing, di mana dalam kasus terakhir tidak ada perbedaan yang jelas antara serat primer dan serat lainnya. Serat selalu berisi empulur, tebal dan berlapis. Beberapa genera memiliki elemen seluler (degenerate spongocyte) yang ada pada kulit dan empulur (dengan jumlah yang lenih rendah). Spikula berserat bebas ada pada satu genus.  [33]

3.6.6. Ordo Dendroceratida Definisi : Dendroceratida memiliki kerangka berupa serat, serat tersebut biasanya berkurang sehubungan dengan volume jaringan lunak dan hampir tidak ada pada beberapa genera. Kerangka terbentuk dari piringan basal yang menyebar secara terus menerus, dan berbentuk kerangka dendritik maupun anastomosing atau retikular. Serat banyak dilapisi, biasanya cukup kuat, dan sering memasukkan unsur-unsur seluler. Spikula berserat bebas (spikuloid) dapat muncul sebagai tambahan pada kerangka utama. Choanocyte chambers berukuran besar, berbentuk seperti kantung atau tubular-memanjang. Jumlah mesohyl rendah karena berkaitan dengan volume ruang dan kanal, dan hanya terdapat sedikit kolagen. Hal ini, membuat sponge pada ordo ini lembut dan rapuh. Empulur di fibresis sangat berbeda dari unsur-unsur pada kulit, dan  strukturnya hampir sama dengan Verongida. Sangatlah umum untuk menemukan serat dengan pigmentasi gelap yang kontras dengan pigmentasi dari mesohil, hal ini seragam pada sponge di ordo ini. (Dictyodendrilla sp.) (Aplysilla rosea) (Aplysilla cross section)

Page 11: Filum Porifera

ECHINODERMATA

Filum Echinodermata (dari bahasa Yunani untuk kulit berduri) adalah sebuah filum hewan laut

yang mencakup bintang laut, Teripang, dan beberapa kerabatnya. Kelompok hewan ini

ditemukan di hampir semua kedalaman laut. Filum ini muncul di periode Kambrium awal dan

terdiri dari 7.000 spesies yang masih hidup dan 13.000 spesies yang sudah punah.

Echinodermata adalah filum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota yang hidup di air tawar

atau darat. Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya: kebanyakan memiliki

simetri radial, khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima). Walaupun terlihat primitif,

Echinodermata adalah filum yang berkerabat relatif dekat dengan Chordata (yang di dalamnya

tercakup Vertebrata), dan simetri radialnya berevolusi secara sekunder. Larva bintang laut

misalnya, masih menunjukkan keserupaan yang cukup besar dengan larva Hemichordata.

Banyak di antara anggotanya yang berperan besar dalam ekosistem laut, terutama ekosistem

litoral pantai berbatu, terumbu karang, perairan dangkal, dan palung laut. Spesies bintang laut

Pisaster ochraceus misalnya, menjadi predator utama di ekosistem pantai berbatu di pesisir barat

Amerika Utara, spesifiknya mengendalikan populasi tiram biru (Mytilus edulis)sehingga spesies

yang lain dapat menghuni pantai tersebut dan bivalvia tersebut tidak mendominansi secara

berlebihan. Contoh lain adalah Acanthaster planci yang memakan polip karang di perairan Indo-

Pasifik. Kendati sering dianggap desktruktif, ada beberapa teori yang mengatakan bahwa A.

planci sebenarnya adalah predator yang penting untuk ekosistem terumbu karang, sehingga

terjadi rekruitmen karang baru yang menggantikan koloni-koloni tua, juga mengurangi tekanan

kompetisi antara satu spesies karang dengan yang lain.

Page 12: Filum Porifera

A. CIRI-CIRI  ECHINODERMATA

1. Bentuk tubuh dewasanya adalah simetris radial

2. Bentuk tubuh larvanya adalah simetris bilateral

3. Kulitnya terdiri atas lempeng-lempeng kapur dan duri-duri kecil pada permukaannya

4. Merupakan hewan pemakan sampah laut

5. Pergerakannya dengan sistem ambulakral

6. Saluran pencernaan masih sederhana

7. Sistem syaraf dengan batang cincin yang bercabang ke arah radial.

B. SISTEM TUBUH ECHINIDERMATA

1.   AMBULACRAL-GERAK ECHINODERMATA

Sistem Ambulakral Merupakan sistem aliran air lewat pembuluh yang dilakukan oleh

kelompok Echinodermata kelompok hewan berkulit duri). sistem kerjanya diawali dari

masuknya air dari laut melalui lubang madreporit dabagian punggung yang kemudian

dasalurkan ke saluran saluran yang berakhir ke ampula yang menyerupai balon/tabung (kaki

tabung) ampula yang berisi air ini nanti akan di tekankan ke obyek batuan sehingga bisa

membawa badannya bergerak , tentu penekanan ampula mempunyai konsekwensi air di

ampula keluar sehingga kempes lagi air bergerak ke mulut - begitu seterusnya. OK

Berikut jalur jalur pembuluh air ditubuhnya

• Madreporit, merupakan lubang tempat masuknya air dari luar tubuh.

• Saluran batu

• Saluran cincin

• saluran radial, meluas ke seluruh tubuh.

• Saluran lateral

• Ampula

• Kaki tabung

MEKANISME SISTEM AMBULAKRAL

Sistem ini berfungsi untuk bergerak, bernafas atau membuka mangsa. Pada hewan ini air laut

masuk melalui lempeng dorsal yang berlubang-lubang kecil (madreporit) menuju ke

pembuluh batu. Kemudian dilanjutkan ke saluran cincin yang mempunyai cabang ke lima

tangannya atau disebut saluran radial selanjutnya ke saluran lateral. Pada setiap cabang

terdapat deretan kaki tabung dan berpasangan dengan semacam gelembung berotot atau

disebut juga ampula.Dari saluran lateral, air masuk ke ampula. Saluran ini berkahir di ampula

Jika ampula berkontraksi, maka air tertekan dan masuk ke dalam kaki tabung. Akibatnya

Page 13: Filum Porifera

kaki tabung berubah menjulur panjang. Apabila hewan ini akan bergerak ke sebelah kanan,

maka kaki tabung sebelah kanan akan memegang benda di bawahnya dan kaki lainnya akan

bebas. Selanjutnya ampula mengembang kembali dan air akan bergerak berlawanan dengan

arah masuk. Kaki tabung sebelah kanan yang memegang objek tadi akan menyeret tubuh

hewan ini ke arahnya. Begitulah cara hewan ini bergerak. Di samping itu hewan ini juga

bergerak dalam air dengan menggunakan gerakan lengan-lengannya

2. SISTEM REPRODUKSI

Echinodermata mempunyai jenis kelamin terpisah, sehingga ada yang jantan dan betina.

Fertilisasi terjadi di luar tubuh, yaitu di dalam air laut. Telur yang telah dibuahi akan

membelah secara cepat menghasilkan blastula, dan selanjutnya berkembang menjadi

gastrula. Gastrula ini berkembang menjadi larva. Larva atau disebut juga bipinnaria

berbentuk bilateral simetri. Larva ini berenang bebas di dalam air mencari tempat yang cocok

hingga menjadi branchidaria, lalu mengalami metamorfosis dan akhirnya menjadi dewasa.

Setelah dewasa bentuk tubuhnya berubah menjadi radial simetri.

3. SISTEM PERNAFASAN DAN EKSKRESI

Echinodermata bernafas menggunakan paru-paru kulit atau dermal branchiae (Papulae) yaitu

penonjolan dinding rongga tubuh (selom) yang tipis. Tonjolan ini dilindungi oleh silia dan

pediselaria. Pada bagian inilah terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida. Ada pula

beberapa jenis Echinodermata yang bernafas dengan menggunakan kaki tabung. Sisa-sisa

metabolisme yang terjadi di dalam sel-sel tubuh akan diangkut oleh amoebacyte (sel-sel

amoeboid) ke dermal branchiae untuk selanjutnya dilepas ke luar tubuh.

4. SISTEM PEREDARAN DARAH

Sistem peredaran darah Echinodermata umumnya tereduksi, sukar diamati. Sistem peredaran

darah terdiri dari pembuluh darah yang mengelilingi mulut dan dihubungkan dengan lima

buah pembuluh radial ke setiap bagian lengan.

5. SISTEM SARAF

Sistem saraf terdiri dari cincin saraf dan tali saraf pada bagian lengan-lengannya.

6. SISTEM PENCERNAAN MAKANAN

Sistem pencernaan makanan hewan ini sudah sempurna. Sistem pencernaan dimulai dari

mulut yang posisinya berada di bawah permukaan tubuh. Kemudian diteruskan melalui

faring, ke kerongkongan, ke lambung, lalu ke usus, dan terakhir di anus. Anus ini letaknya

ada di permukaan atas tubuh dan pada sebagian Echinodermata tidak berfungsi. Pada hewan

Page 14: Filum Porifera

ini lambung memiliki cabang lima yang masing-masing cabang menuju ke lengan. Di

masing-masing lengan ini lambungnya bercabang dua, tetapi ujungnya buntu.

C. KLASIFIKASI PHYLUM ECHINODERMATA

1.    Kelas Asteroidea

2.    Kelas Echinoidea

3.    Kelas Ophiuroidea

4.    Kelas Crinoidea

5.    Kelas Holoturoidea

•    Kelas Asteroidea

Asteroidea merupakan spesies Echinodermata yang paling banyak jumlahnya, yaitu sekitar 1.600

spesies.Asteroidea juga sering disebut bintang laut.Contoh spesies ini adalah Acanthaster sp.,

Linckia sp., dan Pentaceros sp.Tubuh Asteroidea memiliki duri tumpul dan pendek.Duri tersebut

ada yang termodifikasi menjadi bentuk seperti catut yang disebut Pediselaria.Fungsi pediselaria

adalah untuk menangkap makanan serta melindungi permukaan tubuh dari kotoran.Pada bagian

tubuh dengan mulut disebut bagian oral, sedangkan bagian tubuh dengan lubang anus disebut

aboral.Pada hewan ini, kaki ambulakral selain untuk bergerak juga merupakan alat pengisap

sehingga dapat melekat kuat pada suatu dasar.

Sistem ambulakral Asteroidea terdiri dari :

- Medreporit adalah lempengan berpori pada permukaan cakram pusat dibagian dorsal tubuh.

- Saluran cincin terdapat di rongga tubuh cakram pusat

- Saluran radial merupakan cabang saluran cincin ke setiap lengan

- Kaki ambulakral merupakan juluran saluran radial yang keluar.

Anggota Asteroidea memiliki kemampuan regenerasi yang sangat besar.Setiap bagian lengannya

dapat beregenerasi dan bagian cakram pusat yang rusak dapat diganti.Asteroidea merupakan

hewan dioseus, organ kelamin berpasangan pada setiap lengan, dan fertilisasi terjadi di luar

tubuh.

•    Kelas Echinoidea

Tubuh hewan ini dipenuhi oleh duri tajam. Duri ini tersusun dari zat kapur. Duri ini ada yang

pendek dan ada pula yang panjang seperti landak.Itulah sebabnya jenis hewan inisering disebut

landak laut. Jenishewan ini biasanya hidup disela-sela pasir atau sela-selabebatuan sekitar pantai

atau didasar laut. Tubuhnya tanpa lengan hampir bulat atau gepeng. Ciri lainnya adalah mulutnya

yang terdapat di permukaan oral dilengkapi dengan 5 buah gigi sebagai alat untuk mengambil

makanan. Hewan ini memakan bermacammacam makanan laut, misalnya hewan lain yang telah

mati, atau organisme kecil lainnya. Alat pengambil makanan digerakkan oleh otot yang disebut

Page 15: Filum Porifera

lentera arisoteteles. Sedangkan anus, madreporit dan lubang kelamin terdapat di permukaan atas.

•    Kelas Ophiuroidea

Hewan ini jenis tubuhnya memiliki 5 lengan yang panjang-panjang. Kelima tangan ini juga bisa

digerak-gerakkan sehingga menyerupai ular. Oleh karena itu hewan jenis ini sering disebut

bintang ular laut (Ophiuroidea brevispinum). Mulut dan madreporitnya terdapat di permukaan

oral. Hewan ini tidak mempunyai anus, sehingga sisa makanan atau kotorannya dikeluarkan

dengan cara dimuntahkan melalui mulutnya. Hewan ini hidup di laut yang dangkal atau dalam.

Biasanya bersembunyi di sekitar batu karang, rumput laut, atau mengubur diri di lumpur/pasir. Ia

sangat aktif di malam hari. Makanannya adalah udang, kerang atau serpihan organisme lain

(sampah).

•    Kelas Crinoidea

Jenis Echinodermata ini yang hampir menyerupai tumbuhan. Memang sekilas hewan ini mirip

tumbuhan bunga. Ia memiliki tangkai dan melekat pada bebatuan, tak beda seperti tumbuhan

yang menempel di bebatuan. Ia juga memiliki 5 lengan yang bercabang-cabang lagi mirip bunga

lili. Oleh karena itu hewan ini sering disebut lili laut (Metacrinus sp). Ciri lainnya mulut dan

anus hewan ini terdapat di permukaan oral dan tidak mempunyai madreporit. Hewan ini sering

ditemukan menempel dengan menggunakan cirri (akar) pada bebatuan di dasar laut. Ia juga bisa

berenang bebas, sehingga jika lingkungan tidak menguntungkan akan pindah dan menempel

pada tempat lain. Jenis lainnya adalah Antedon tenella, dengan tubuhnya kecil-kecil, bentuk

piala disebut calyx (kaliks) tanpa tangkai.

•    Kelas Holoturoidea

Hewan jenis ini kulit durinya halus, sehingga sekilas tidak tampak sebagai jenis

Echinodermata. Tubuhnya seperti mentimun dan disebut mentimun laut atau disebut juga

teripang. Hewan ini sering ditemukan di tepi pantai. Gerakannya tidak kaku, fleksibel, lembut

dan tidak mempunyai lengan. Rangkanya direduksi berupa butirbutir kapur di dalam kulit. Mulut

terletak pada ujung anterior dan anus pada ujung posterior (aboral). Di sekeliling mulut terdapat

tentakel yang bercabang sebanyak 10 sampai 30 buah. Tentakel dapat disamakan dengan kaki

tabung bagian oral pada Echinodermata lainnya. Tiga baris kaki tabung di bagian ventral

digunakan untuk bergerak dan dua baris di bagian dorsal berguna untuk melakukan pernafasan.

Selain itu pernafasan juga menggunakan paru-paru air. Kebiasaan hewan ini meletakkan diri di

atas dasar laut atau mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir tubuhnya

diperlihatkan. Jika makhluk ini diganggu/diberi rangsangan dari luar maka ia akan mengkerut