6
Nama : Jannatin Aliyah Kelas : XI IPA 3 (16) Mata Pelajaran : Fiqih PERNIKAHAN A. PENGERTIAN PERNIKAHAN Menurut bahasa, nikah berarti penyatuan. Diartikan juga sebagai akad atau hubungan badan. Selain itu, ada juga yang mengartikannya dengan percampuran. Sedangkan menurut istilah nikah adalah akad yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga(suami-istri) antara pria dan wanita dan mengadakan tolong menolong serta memberi batas hak bagi pemiliknya dan pemenuhan kewajiban masing- masing. B. HUKUM PERNIKAHAN Hukum asal melakukan perkawinan adalah mubah (boleh). Hukum tersebut bisa berubah menjadi sunnah, apabila seorang dipandang dari segi pertumbuhan jasmaninya wajar dan cenderung ia mempunyai keinginan untuk nikah dan sudah mempunyai penghasilan yang tetap. Wajib, apabila ia sudah sangat berkeinginan untuk menikahi sehingga apabila ia tidak menikah ikhawatirkan terjerumus kepada perbuatan zina. Makruh apabila seorang secara jasmani atau umur telah cukup walau terlalu mendesak, tetapi belum mempunyai penghasilan tetap sehingga bila ia nikah akan membawa kesengsaraan hidup bagi anak dan istrinya. Dan haram apabila seorang menikahi seorang wanita engan maksud untuk menganiayanya atau mengolok-olok atau membalas dendam. C. PERSIAPAN PELAKSANAA PERNIKAHAN 1. Meminang (permintaan atau ajakan seorang laki-laki kepada perempuan atau untuk menikah dengan cara-cara yang berlaku di masyarakat). 2. Mahram nikah (orang-orang yang haram dinikahi). D. RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN

FIQIH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fiqih muamalah

Citation preview

Page 1: FIQIH

Nama : Jannatin Aliyah

Kelas : XI IPA 3 (16)

Mata Pelajaran : Fiqih

PERNIKAHAN

A. PENGERTIAN PERNIKAHAN

Menurut bahasa, nikah berarti penyatuan. Diartikan juga sebagai akad atau hubungan badan. Selain itu, ada juga yang mengartikannya dengan percampuran. Sedangkan menurut istilah nikah adalah akad yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga(suami-istri) antara pria dan wanita dan mengadakan tolong menolong serta memberi batas hak bagi pemiliknya dan pemenuhan kewajiban masing-masing.

B. HUKUM PERNIKAHANHukum asal melakukan perkawinan adalah mubah (boleh). Hukum tersebut bisa

berubah menjadi sunnah, apabila seorang dipandang dari segi pertumbuhan jasmaninya wajar dan cenderung ia mempunyai keinginan untuk nikah dan sudah mempunyai penghasilan yang tetap. Wajib, apabila ia sudah sangat berkeinginan untuk menikahi sehingga apabila ia tidak menikah ikhawatirkan terjerumus kepada perbuatan zina. Makruh apabila seorang secara jasmani atau umur telah cukup walau terlalu mendesak, tetapi belum mempunyai penghasilan tetap sehingga bila ia nikah akan membawa kesengsaraan hidup bagi anak dan istrinya. Dan haram apabila seorang menikahi seorang wanita engan maksud untuk menganiayanya atau mengolok-olok atau membalas dendam.

C. PERSIAPAN PELAKSANAA PERNIKAHAN1. Meminang (permintaan atau ajakan seorang laki-laki kepada perempuan atau untuk

menikah dengan cara-cara yang berlaku di masyarakat).2. Mahram nikah (orang-orang yang haram dinikahi).

D. RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN1. Calon suami, dengan syarat: beragama islam, laki-laki, jelas orangnya, dapat memberi

persetujuan, tidak terdapat halangan pernikahan.2. Calon istri, dengan syarat: beragama islam, perempuan, jelas orangnya, dapat dimintai

persetujuannya, tidak terdapat halangan pernikahan.3. Wali nikah, dengan syarat: laki-laki, dewasa, mempunyai hak perwakilan, tidak terdapat

halangan perwaliannya.4. Saksi nikah, dengan syarat: minimal dua orang laki-laki, hadir dalam ijab qobul, dapat

mengerti maksud akad, islam, dewasa.5. Ijab qobul

Page 2: FIQIH

E. MAHARMahar (shoodaq) merupakan pemberian wajib ari suami kepada istri dengan sebab

pernikahan. Hukum membayar mahar aalah wajib bagi laki-laki yang menikahinya. Jika mahar tersebut tidak disebutkan saad akad maka mahar yang wajib dibayar adalah mahar misil. Mahar disunnahkan tidak kurang dari 1 dirham, tidak lebih dari 500 dirham.

F. WALIMAHWalimah berasal dari kata “walama” artinya mengumpulkan. Waliamah juga

disebut dengan pesta pernikahan dengan tujuan memberikan do’a restu agar kedua mempelai mau berkumpul dengan rukun. Hukum mengaakan walimah adalah sunnah, sedangkan menghadiri walimah hukumnya wajib, kecuali ada halangan.

G. PERNKAHAN YANG HARAMKAN1. Pernikahan mut’ah, yaitu pernikahan yang ilaksanakan semata-mata untuk

melampiaskan hawa nafsu dan bersenang-senang untuk sementara waktu atau kawin kontrak

2. Nikah tahlil, yaitu nikah yang ilakukan seseorang engan tujuan untuk menghalalkan erempuan yang inikahinya bagi bekas suaminya yang telah talak tiga untuk nikah lagi.

3. Nikah syighar, yaitu seorang laki-laki menikahikahkan anak perempuannya engan ketentuan laki-laki lain itu mengawinkan pula anaknya kepadanya dan tidak ada diantara keduanya mahar.

H. PERJANJIAN PERNIKAHANPernikahan telah diatur dalam Al-qur’an dan Sunnah Rosul, dan diatur pula dalam

UU No.I Tahun 1974 yang implementasinya dilaksanakan dalam pasal 2 Peraturan Menteri Agama No.3 Tahun 1975. Dan juga diatur pula di dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 45-52.

I. HAK DAN KEWAJIBAN DALAM PERNIKAHANHak dan kewajiban suami istri antara lain: 1) Suami wajib member nafkah kepada

istri an anak-anaknya, 2) suami wajib melindungi istrinya, 3) suami wajib member bimbingan kepada istri dan anak-anaknya sesuai dengan ajaran islam. Sedangkan kewajiban bersama antara lain: 1) suami-istri wajib menciptakan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah yang bahagia, 2) suami-istri wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, member bantuan lahir batin, 3) suami-istri wajib mengasuh anak-anak mereka dengan baik, 4) suami-istri wajib memelihara kehomatannya.

J. TALAKTalak artinya memutuskan ikatan pernikahan dengan lafadz sesuai dengan rukun

dan syarat. Talak halal namun perbuatan tersebut dibenci oleh Allah SWT. Talak hukumnya halal dan juga bisa menjadi wajib, sunnah, makruh, dan bid’ah. Dilihat dari faktor eksternal (sikap) : wajib, dengan iilaa’. sunnah, apabila istrinya buruk. Makruh, apabila istrinya adalah wanita yang sholihah.Dilihat dari faktor internal (keadaan) : sunnah, apabila istri dalam keadaan suci atau belum pernah dijimak. Bid’ah, apabila istri dalam keaaan suci/haid atau suah pernah dijimak. Laa sunnah laa bid’ah, apabila istrinya masih kecil, sudah lansia, hamil, dan khulu’

Page 3: FIQIH

Rukun dan syarat talak:1. Suami (subjek yang menjatuhkan talak), dengan syarat ada ikatan pernikahan yang sah

dengan istrinya, baligh, islam, berakal, tidak dipaksa.2. Istri (objek yang akan mendapatkan talak) dengan syarat ada ikatan pernikahan yang

sah dengan suaminya, dan masih dalam masa iddah talak raja’I yang ijatuhkan sebelumnya.

3. Lafadz talak (yang menunjukkan adanya talak). Bentuk-bentunya :a. Talak dengan ucapan dalam bentuk shorih (tegas) dan kinayah (sindiran).b. Talak dengan tulisanc. Talak dengan syarat hanya berlaku bagi orang yang tidak dapat berbicara (bisu)d. Saksi

Macam-macam talak :1. Talak sunni, yaitu apabila serang suami mentalak istrinya yang telah disetubuhi dengan

talak satu pada saat suci, sebelum disetubuhi.2. Talak bid’ah, yaitu apabila seorang suami menceraikan istrinya ketika sedang dalam

keadaan haid atau nifas, atau ketika dalam keadaan suci dan suami mentalak istrinya dengan 3 kalimat dalam satu waktu.

3. Talak ba’in, yaitu seorang suami masih mempunyai hak untuk menikah kembali dengan istri yang ditalaknya.

4. Talak raja’I, yaitu talak yang dijatuhkan oleh seorang suami kepada isterinya yang telah disetubuhi.

5. Talak sharih, yaitu dimana suami tidak lagi membutuhkan adanya niat, akan tetapi cukup dengan mengucapkan “Aku cerai,” atau “Kamu telah aku cerai”.

6. Talak munjaz dan mu’allaq, yaitu talak yang diberlakukan terhadap istri tanpa aanya pengetahuan.

7. Talak takhyir dan tamlik, yaitu dua pilihan yang diajukan oleh suami kepada istrinya.8. Talak dengan pengharaman9. Talak wakalah dan kitabah10. Talak haram11. Talak sindiran, yaitu talak yang memerlukan adanya niat pada diri suami.

K. KHULU’Khulu’ menurut bahasa berati melepaskan. Menurut istilah khulu’ berarti

menceritakan istri dengan ditebus oleh pihak istri karena khulu’ sering disebut engan talak tebusan. Hukum khulu’ sama dengan talak paa dasarnya makruh. Kemudian dapat berubah menjadi sunnah, mubah, wajib, dan haram.-Khulu’ diperbolehkan karena sebab-sebab tertentu, yaitu:1. Apabila dikhawatirkan suami istri tidak dapat menjalankan secara ma’ruf.2. Apabila istri sangat benci kepada suaminya karena alasan tertentu, sehingga

ikhawatirkan akan membuat istri tidak apat menaati suaminya.

-Rukun khulu’ ada 4, yaitu

1)suami, 2 istri, 3)ucapan yang menunjukan khulu’, 4)tebusan

Page 4: FIQIH

Ucapan khulu’ dapat menggunakan kata khulu’dan dapat juga menggunakan kata talak. Besarnya tebusan itu tidak boleh melebihi maskawin yang diberikan oleh suami. Khulu’ termasuk talak ba’in karena tidak boleh I rujuk lagi, khulu’ satu dan dan termasuk talak ba’in sughra an khulu’ tiga termasuk talak ba’in kubra.

L. FASAKHFasakh adalah batalnya ikatan pernikahan antara suami dan istri akibat sebab-sebab

tertentu. Sebab-sebabnya ada dua, yaitu: Sebab-sebab yang merusak akad nikah dan sebab-sebab yang menghalangi tercapainya tujuan pernikahan.Perbedaan fasakh dan talak:1. Dalam talak, pihak yang menjatuhkannya adalah suami. Sedangkan dalam fasakh bisa

terjadi dengan sendirinya atau dijatuhkan oleh hakim.2. Dalam talak ada batas bilangannya yaitu sampai tiga kali sedangkan fasakh tidak

mengurangi bilangan talak. 3. Dalam talak raj’I suami boleh merujuk istrinya sebelum berakhirnya masa iddah,

sedangkan dalam fasakh suami tidak boleh rujuk kembali pada istrinya.M. IDDAH

Iddah adalah masa menunggu yang diwajibkan kepeda perempuan yang dicerai oleh suaminya dan ia sudah dicampuri, atau perempuan yang ditinggal meninggal oleh suaminya baik sudah pernah dicampuri atau belum. Perempuan yang dicerai oleh suaminya dan belum dicampuri tidak perlu mempunyai iddah.Macam-macam iddah:1. Iddah istri yang dicerai dan ia masih biasa haid lamanya tiga kali suci.2. Iddah istri yang dicerai dan ia sudah tidak haid lamanya iddahnya adalah tiga bulan.3. Iddah istri yang ditinggal wafat suami. Lama iddahnya aalah empat bulan sepuluh hari

bila ia tidak hamil.4. Iddah istri yang dicerai dalam keadaan hamil lamanya sampai melahirkan kandungannya.5. Iddah istri yang ditinggal meninggal suaminya dalam keadaan hamil.

N. RUJUKRujuk berasal dari bahasa arab “raja’a - yarji’u – rujuu’un” yang bermakna kembali.

Sedangkan menurut istilah rujuk berarti kembali kepada ikatan pernikahan lama yang sempat terputus.Hukum rujuk pada dasarnya adalah mubah dan juga berlaku hukum haram, makruh, sunnah, dan wajib.1. Haram , apabila rujuk pihak istri irugikan seperti keadaannya lebih menderita

dibandingkan sebelum rujuk.2. Makruh, apabila diketahui bahwa meneruskan perceraian lebih bermanfaat bagi

keduanya dibandingkan bila keduanya rujuk.3. Sunnah, apabila iketahui bahwa rujuk lebih bermanfaat dibanding meneruskan

perceraian juga sunnah hukumnya rujuk yang dilakukan oleh suami yang mentalak istrinya dengan talak bid’i.

4. Wajib khusus bagi laki” yang beristri lebih dari satu jika salah seorang ditalak sebelum gilirannya di sempurnakan.