3
MENABUR: Perhatikan Kualitas Benihnya! (2) Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 September 2013 - Baca: Matius 13:1-23 "...dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." Matius 13:23 Inilah janji Tuhan kepada Abraham, "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat." (Kejadian 12:2). Abraham menanti-nantikan janji Tuhan itu dengan iman dan penuh kesabaran. Ia pun menabur ketaatan, kesetiaan, kasih dan melakukan yang terbaik bagi Tuhan sampai akhirnya ia menuai. Abraham mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya meski itu membutuhkan waktu penantian yang tidak singkat. Janji-janji Tuhan tergenapi dalam hidupnya. Dikatakan, "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." (Ibrani 10:36). Pemazmur pun berkata, "Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu." (Mazmur 119:38). Pertanyaan: benih jenis apa yang Saudara tabur saat ini? Apakah kita menabur untuk tuaian yang tahan lama atau tidak? Biarlah kita semakin giat menabur, khususnya untuk hal-hal yang berhubungan dengan Roh, karena inilah taburan yang dapat bertahan lama atau bersifat kekal, sebab "barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:8). Mari kita menabur waktu, tenaga, pikiran, materi, talenta dan seluruh keberadaan hidup kita untuk melayani Tuhan dan mendukung pekerjaanNya di bumi ini. Pada saatnya kita pasti akan menuai berkat/upah dari Tuhan. Ada banyak orang Kristen yang begitu hitung-hitungan dengan Tuhan sehingga mereka enggan untuk berkorban. Jangankan berkorban materi, berkorban waktu dan tenaga untuk melayani Tuhan saja kita ogah-ogahan. Banyak sekali alasan dan dalih yang kita kemukakan: sibuk, tidak bisa meninggalkan pekerjaan, nanti saja kalau sudah berhasil atau kalau anak-anak sudah menikah. Atau kita sudah menabur untuk Tuhan, baik itu melalui pelayanan ataupun berkorban secara materi, tapi mungkin secara asal-asalan, terpaksa, tidak sepenuh hati dan tidak disertai motivasi yang benar. Jika kita menabur dengan tujuan menyenangkan manusia, dan bukan untuk menyenangkan hati Tuhan, yang kita tuai adalah sebatas pujian manusia itu!

FIRTU 1 PP

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pp

Citation preview

Page 1: FIRTU 1 PP

MENABUR: Perhatikan Kualitas Benihnya! (2)Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 September 2013 -

Baca:  Matius 13:1-23

"...dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."  Matius 13:23

Inilah janji Tuhan kepada Abraham,  "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat."  (Kejadian 12:2).  Abraham menanti-nantikan janji Tuhan itu dengan iman dan penuh kesabaran.  Ia pun menabur ketaatan, kesetiaan, kasih dan melakukan yang terbaik bagi Tuhan sampai akhirnya ia menuai.  Abraham mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya meski itu membutuhkan waktu penantian yang tidak singkat.  Janji-janji Tuhan tergenapi dalam hidupnya.  Dikatakan, "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."  (Ibrani 10:36).  Pemazmur pun berkata,  "Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu."  (Mazmur 119:38).

     Pertanyaan:  benih jenis apa yang Saudara tabur saat ini?  Apakah kita menabur untuk tuaian yang tahan lama atau tidak?  Biarlah kita semakin giat menabur, khususnya untuk hal-hal yang berhubungan dengan Roh, karena inilah taburan yang dapat bertahan lama atau bersifat kekal, sebab  "barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."  (Galatia 6:8).  Mari kita menabur waktu, tenaga, pikiran, materi, talenta dan seluruh keberadaan hidup kita untuk melayani Tuhan dan mendukung pekerjaanNya di bumi ini.  Pada saatnya kita pasti akan menuai berkat/upah dari Tuhan.

     Ada banyak orang Kristen yang begitu hitung-hitungan dengan Tuhan sehingga mereka enggan untuk berkorban.  Jangankan berkorban materi, berkorban waktu dan tenaga untuk melayani Tuhan saja kita ogah-ogahan.  Banyak sekali alasan dan dalih yang kita kemukakan:  sibuk, tidak bisa meninggalkan pekerjaan, nanti saja kalau sudah berhasil atau kalau anak-anak sudah menikah.  Atau kita sudah menabur untuk Tuhan, baik itu melalui pelayanan ataupun berkorban secara materi, tapi mungkin secara asal-asalan, terpaksa, tidak sepenuh hati dan tidak disertai motivasi yang benar.

Jika kita menabur dengan tujuan menyenangkan manusia, dan bukan untuk menyenangkan hati Tuhan, yang kita tuai adalah sebatas pujian manusia itu!

Baca:  2 Korintus 9:6-15 

"Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan

sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan

sukacita."  2 Korintus 9:7

Page 2: FIRTU 1 PP

Setiap orang yang menanam benih pasti berharap pada saatnya ia akan mendapatkan

panenan.  Tapi seringkali terjadi kita menanam benih yang baik, tetapi mengapa hasil

panen kita menjadi berasa masam?  Ini seperti tertulis:  "Apatah lagi yang harus

diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya?  Aku menanti

supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah

anggur yang asam?"  (Yesaya 5:4).  Jika demikian halnya, adakah yang salah dengan

taburan kita?  Mungkin kita berkata,  "Aku sudah banyak menolong orang lain;  aku jadi

donatur pembangunan gereja.",  dan lain-lain.  Sedikit motivasi kita saat menanam atau

menabur benih tersebut!

     Kalau kita menabur dengan hati yang tidak baik:  bersungut-sungut, sedih hati,

terpaksa dan memiliki motivasi yang salah, hasil tuaian kita juga tidak baik.  Sikap hati

kita saat menabur adalah penentu bagi benih yang kita taburkan.  Seorang janda miskin

memberikan dua peser uangnya ke dalam peti persembahan dan persembahannya itu

menyenangkan hati Tuhan.  Memang jumlah benih yang ditabur janda itu sangat sedikit

jika dibandingkan dengan persembahan orang kaya, tapi ia memberinya dengan

sepenuh hati dan dari seluruh nafkahnya.  Benih yang baik, hati yang baik dan motivasi

yang baik akan menghasilkan tuaian yang baik pula.  Banyak orang Kristen yang ingin

diberkati melimpah tapi tidak mau menabur dan suka menunda-nunda waktu untuk

menabur dengan berkata,  "Penghasilanku pas-pasan, aku belum bisa memberi;  aku

belum digerakkan oleh Roh Kudus."  dan sebagainya.  Itu hanyalah alasan bagi orang-

orang yang tidak mau menabur atau sengaja menghindarkan diri dari hukum menabur.

     Orang yang malas menabur jangan pernah berharap tuaian!  Apabila kita ingin

menanam atau menabur, milikilah hati yang baik.  Setiap kita pasti tidak ingin menuai

buah yang masam, bukan?  Penabur benih yang baik pada saatnya akan menuai hasil

yang baik pula.

"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-

limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya."  Amsal 3:9-10

Renungan Kristen: Menabur dan menuai?

Yoh 4:38

Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu

datang memetik hasil usaha mereka.”

Page 3: FIRTU 1 PP

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 2; Matius 2; 1 Raja-Raja 19-20

Tidak ada yang lebih menggembirakan bagi seorang petani kecuali tiba saat menuai. Segala jerih payah

dan waktu penantian kemudian seolah terbayar lunas, bahkan lebih, pada saat menuai.

Seorang penginjil muda dari Eropa berangkat dengan penuh semangat ke tanah Afrika sebagai seorang

misionaris. Dia membawa serta istrinya dan anak perempuannya yang masih kecil. Lama dia berusaha,

tidak ada hasil. Istrinya mati dengan menyedihkan di tempat misi mereka. Tak ada hasil. Satu-satunya

yang dia dapat, hanyalah seorang anak desa yang kumuh dan ingusan yang mendengarkan cerita

tentang Yesus.

Pulanglah dia dengan kepahitan dan sakit hati. Dia mengabaikan anaknya dan meninggalkan Tuhan.

Hidup mabuk-mabukan dalam kesengsaraan yang merobek jiwa. Tahun demi tahun berlaku, anak

perempuannya tumbuh dan menikah dengan pria baik-baik dan kemudian berusaha mencari ayahnya.

Menyertai dia, adalah seorang penginjil kulit hitam yang telah berkhotbah di hadapan ribuan orang di

berbagai Negara. Penginjil itu adalah anak kecil yang dikhotbahi penginjil yang sakit hati itu, dahulu kala.

Lihatlah ladang market place kita. Apa yang kita lihat? Tuaian yang menguning. Kita bisa melihat dengan

pahit dan kecewa seperti sang penginjil itu, atau kita melihat dengan mata iman, bahwa sungguh Allah

yang menyediakan tuaian.

Kenali ladang tuaian anda dan kerjakan bagian anda.