9
1. Jelaskan bagaimana cara menentukan massa inti menggunakan spektrometer massa! Jawab: Berkas ion positif diperoleh dengan memanaskan garam di atas lempeng platinum atau dengan cara ditembaki electron. Ion- ion positif yang dihasilkan oleh sumber ion (S 1 ) ditarik oleh beda potensial V dan dilewatkan pada celah sempit (S 2 ) dan masuk pada ruang defleksi yang diberi medan magnet B dengan arah tegak lurus bidang baca. Ion dengan massa M dan muatan q yang bergerak karena potensial pemercepat V akan mempunyai energi kinetic sebesar …….(a) Dengan v adalah kecepatan ion yang melewati S 2 . Sesuai hukum Lorentz jejari lintasan ion, R, ditentukan oleh besarnya medan magnet, B, dan kecepatan ion. Arah medan magnet tegak lurus terhadap arah kecepatan ion sehingga ion akan bergerak melingkar. Gaya sentripetal ion sama dengan gaya Lorentz, sehingga ……………(b) Dari persamaan (a) dan (b) diperoleh

fisika inti

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fisika inti

Citation preview

1. Jelaskan bagaimana cara menentukan massa inti menggunakan spektrometer massa!Jawab:

Berkas ion positif diperoleh dengan memanaskan garam di atas lempeng platinum atau dengan cara ditembaki electron. Ion-ion positif yang dihasilkan oleh sumber ion (S1) ditarik oleh beda potensial V dan dilewatkan pada celah sempit (S2) dan masuk pada ruang defleksi yang diberi medan magnet B dengan arah tegak lurus bidang baca.Ion dengan massa M dan muatan q yang bergerak karena potensial pemercepat V akan mempunyai energi kinetic sebesar

.(a)

Denganv adalah kecepatan ion yang melewati S2. Sesuai hukum Lorentz jejari lintasan ion, R, ditentukan oleh besarnya medan magnet, B, dan kecepatan ion. Arah medan magnet tegak lurus terhadap arah kecepatan ion sehingga ion akan bergerak melingkar. Gaya sentripetal ion sama dengan gaya Lorentz, sehingga

(b)Dari persamaan (a) dan (b) diperoleh

Yang berarti jika beda potensial dan kuat medan magnet dibuat tetap, jejari lintasan R hanya tergantung pada q/M. Atau R dapat dibuat tetap untuk massa ion yang berbeda-beda dengan mengatur besarnya kuat medan magnet (dengan besar potensial pemercepat tetap) atau mengatur potensial pemercepat (dengan kuat medan magnet tetap).

Massa atom yang belum diketahui dapat ditentukan dengan membandingkan hasil pengukurannya terhadap massa atom standar (atom yang sudah diketahui massanya).2. Mungkinkah diperoleh beberapa nilai massa berbeda pada pengukuran massa inti atom suatu unsur tertentu, misal Potassium? Jelaskan jawaban anda!

Jawab: Ya, mungkin bisa diperoleh beberapa nilai massa berbeda pada pengukuran massa inti atom unsur tertenu.

Misalkan terdapat dua isotop potassium(kalium) dengan jumlah relatifnya sebanding dengan area di bawah dua puncak. Puncak yang lebih kecil telah dikalikan dengan faktor 10.

Untuk unsur potassium (kalium) Kurva khas yang diperoleh ditunjukkan pada gambar di atas. Kurva tersebut menunjukkan tentang intensitas sinar yang diamati sebagai potensial pemercepat dengan variasi untuk membawa berbagai bagian sinar ke celah S2. Terdapat dua buah isotope dengan berat atomnya yaitu 39 dan 41. Rasio intensitas sekitar adalah 18:1, dengan rasio tersebut dapat diketahui berat atom rata-rata yaitu 39,10 yang sesuai dengan berat atom kimia.3. Bagaimana cara menentukan densitas (kerapatan) inti suatu atom bernomor massa A, berjejari R, dan bermassa M?

Jawab: volume sebuah inti atom sebanding dengan jumlah nukleon pada suatu inti atom berada dalam jarak yang tetap, tidak bergantung pada jumlah partikel nukleon sehingga volume tiap nukleon merupakan konstanta yang sama untuk semua inti atom. Dengan kata lain, inti materi memiliki rapat yang konstan.

Permukaan inti atom tidak dapat digambarkan dengan jelas. Dengan permukaan yang tidak jelas itu, maka jari jari yang dapat ditentukan hanyalah jari jari rata rata. Factor yang memengaruhi jari-jari inti ini adalah massa, jumlah proton, dan neutron. Maka dari itu, jari-jari inti dirumuskan secara empiris sebagai suatu pendekatan, yaitu

dengan R0 = 1.35 x 10-13 cm

Dengan A = nomor massa atom dan R = jari-jari inti (fm).

Meskipun permukaan inti atom tidaklah rata, melalui kesepakatan bahwa inti suatu atom dianggap sebagai bola. Akan tetapi, faktanya distribusi muatan beberapa inti atom tidak simetri layaknya bola. Meskipun demikian, dari hitungan matematis bahwa volume bola berbanding lurus dengan R3, maka persamaan di atas menunjukkan bahwa volume inti berbanding lurus dengan nomor massanya. Karena itu, untuk semua inti kecepatannya berbanding lurus dengan AR3, sehingga dengan pendekatan tertentu, semua inti mempunyai kerapatan yang sama, yaitu:

Kerapatan inti akan selalu bernilai konstan di bagian dalam inti dan nilai tersebut akan berkurang menuju nol di seluruh daerah permukaan yang kabur.4. Apa yang dimaksud dengan packing fraction?

Jawab :

Packing fraction dapat didefinisikan sebagai energi pengikat inti per nukleon. Dengan massa inti sebagai kuantitas yang paling pentingd dan menjadi pertimbangan dalam packing fraction ini. Packing fractin biasanya dituliskan dalam satuan massa, yaitu u, sehingga ketika terdapat massa atom dengan harga satu atom C12, maka dapat dituliskan dengann 12.00 . . . u.

Energi ikat total Btot (A,Z) dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara massa inti sebenarnya dan massa seluruh nukleon. Energi ikat total menggambarkan besar energi yang dibutuhkan untuk memisahkan inti menjadi inti terpisah atau, sebaliknya, energi akan terlepas jika nukleon yang telah terpisah dipasangkan menjadi sebuah nukleus. Untuk memudahkan dalam semua perhitungan, massa atom lebih besar dari massa inti yang digunakan pada semua perhitungan. Tidak ada kesulitan dalam perhitungan, kecuali pada energi ikat pada elektron atom harus dipertimbangkan juga. Untuk memudahkannya, kita biasanya mengabaikannya sehingga secara matematis dapat dituliskan sebagai beriutBtot (A,Z)=[ ZMH + NM- M(A,Z) ] c2

(1)

Rata-rata energi ikat per nukleon adalah :

EMBED Equation.3

(2)Mass excess = M A

(3)Packing Fraction

(4)

Separasi energi S adalah bentuk usaha untuk memisahkan proton, neutron, deuteron atau partikel alfa dari inti dan sebaliknya, energi ini dilepaskan ketika partikel ditangkap oleh sebuah nukleus. Untuk neutron

(5)

Semua separasi energi dapat dinyatakan dalam bentuk total energi ikat dari inti yang terlibat dengan cara mensubstitusi persamaan untuk massa,yang didapatkan dari persamaan (1), ke dalam persamaan (5). Sehingga diperoleh persamaan

(6)

(7)5. Proton dan neutron masing masing momentum sudut spin intrinsik 1/2 (dalam satuan h bar) tentukan resultan momentum sudut spin inti ?

Elektron, proton dan neutron sebagai partikel penyusun atom berputar mengelilingi sumbu yang melalui dirinya, atau dikatakan setiap partikel penyusun atom mempunyai sifat instrinsik yang disebut spin. Spin ini didefinisikan oleh bilangan kuantum keempat untuk setiap fungsi gelombang yang diperoleh dengan menyelesaikan persamaan Schrdinger dalam bentuk relativitas. Spin mewakili sifat umum dari partikel-pertikel yang dapat dijelaskan dengan menggunakan sifat dari elektron. Elektron-elektron yang mengalir dalam sebuah konduktor berbentuk kumparan akan menimbulkan medan magnet dalam arah tertentu. Sifat ini yang menjadi dasar cara kerja sebuah motor listrik. Dengan cara yang sama elektron dalam atom beredar dalam suatu lintasan mengelilingi inti atom (orbit) dan menimbulkan medan magnet. Medan magnet yang ditimbulkan ini memiliki momentum sudut orbital

yang dikaitkan dengan medan magnet tersebut. Selain itu, elektron memiliki gerakan spin maka partikel elektron itu sendiri memiliki momentum sudut yang dinotasikan oleh

bilangan kuantum spin, m

Momentum sudut spin dikuantisasikan dan nilainya berupa bilangan bulat yang berbeda-beda atau setengah-bilangan bulat (1/2, 3/2, 5/2, . . . ), tergantung dari sistem yang dipelajari. Jika kita menyelesaikan persamaan Schrdinger dalam bentuk relativitas untuk elektron, akan didapatkan nilai + and -. Oleh karena prinsip larangan Pauli menyatakan bahwa tidak terdapat dua elektron dalam sebuah atom yang dapat berada keadaan kuantum yang sama (tidak ada dua buah fermionyang memiliki bilangan kuantum yang sama), maka maksimum hanya ada dua buah elektron berpasangan secara antiparalel (satu dengan spin positif dan satu dengan spin negatif) pada satu orbital atom. Sama halnya dengan elektron, maka proton dan neutron juga memiliki momentum sudut spin yang dapat bernilai + dan . Dalam inti atom, proton dapat berpasangan dengan proton antiparalel lainnya dengan cara yang serupa dengan pasangan elektron pada ikatan kimia. Neutron juga melakukan hal yang sama. Dua buah partikel yang berpasangan, salah satu memiliki spin positif dan yang lainnya memiliki spin negatif, maka total spin yang dihasilkan adalah "0". Kita dapat melihat bahwa sebuah inti atom dengan proton yang tidak berpasangan dan neutron secara keseluruhan akan memiliki sebuah spin. Proton yang tidak berpasangan akan berkontribusi terhadap bilangan kuantum spin secara keseluruhannya (total), I. Apabila bilangan kuantum spin total lebih besar dari nol, sebuah inti atom akan memiliki sebuah momentum sudut spin yang diasosiasikan sebagai momen magnetik, , yang arahnya tergantung dari arah spin yang bersangkutan. Momen magnetik inilah yang akan dimanipulasi dalam percobaan NMR modern. Gambar 2.3 Spin sebuah proton yang menimbulkan momen magnetik. Penting untuk diperhatikan di sini bahwa inti atom dapat memiliki lebih dari satu proton yang tidak berpasangan dan satu neutron yang tidak berpasangan. Dalam cara yang hapir mirip, struktur elektron logam transisi juga dapat memiliki sejumlah spin yang tidak berpasangan. Sebagai contoh

27 Al, Al memiliki spin keseluruhan I=5/2. Dapat disimpulkan bahwa inti atom yang memiliki jumlah nukleon ganjil menunjukkan gejala yang lain, yaitu bahwa inti atom tersebut memiliki momen magnetik anguler

dengan vektor magnetik yang tegak lurus terhadap sumbu rotasinya, gambar 2.3. Momen magnetik ini disebabkan karena gerakan berutar (spin) dari nukleon yang bermuatan listrik.

Gambar 2.3 nukleon (positif) elektron (negatif)

6. Tentukan pengaruh nomor massa dan nomor atom inti terhadap nilai momentum sudut spin inti!

Jawab :Hasil dari sebuah percobaan Stern-Gerlach terbukti bahwa berkas partikel yang ditembakkan melalui medan magnet tidak homogen, yang defleksinya diamati memiliki momentum sudut intrinsik yang serupa dengan momentum sudut sebuah objek klasik yang berputar seperti gasing (spinning). Namun dalam kenyataannya nilai momentum sudut ini hanya mengambil nilai-nilai tertentu yang terkuantisasi. Untuk menghindarkan defleksi besar terhadap orbit sebuah partikel bermuatan yang bergerak melalui medan magnet dan memungkinkan efek yang terjadi akibat spin mendominasi maka digunakanlah partikel yang netral atau atom. Bila partikel tersebut diperlakukan sebagai dipol klasik yang berotasi, akan terjadi presesi dalam medan magnet karena torsi yang dikerahkan oleh medan magnet terhadap dipol tersebut. Bila partikel tersebut bergerak melalui medan magnet homogen, torsi akibat medan magnet yang dikenakan terhadap ujung-ujung dipol akan saling melenyapkan, dan lintasan partikel tersebut tidak terpengaruh. Namun bila medan magnet tersebut tidak homogen, gaya pada salah satu ujung dipol akan lebih besar daripada gaya terhadap ujung lain, sehingga ada gaya netto yang membelokkan lintasan partikel.Dari perjanjian awal, partikel dianggap sebagai objek klasik yang berputar, distribusi spin vektor momentum sudutnya acak dan kontinu. Gaya yang membelokkan setiap partikel akan berbeda beda nilainya yang seharusnya menghasilkan distribusi mulus di layar detektor. Akan tetapi pengamatan pada peralatan percobaan Stern-Gerlach menunjukkan bahwa partikel yang lewat dibelokkan ke atas atau ke bawah dalam jarak tertentu.Dari pengamatan ini terlihat bahwa momentum sudut spin terkuantisasi (hanya dapat mengambil nilai-nilai diskret), sehingga tidak ada distribusi kontinu dari momentum sudut yang mungkin. Bila percobaan ini dilakukan menggunakan partikel bermuatan seperti elektron, akan ada gaya Lorentz yang cenderung membengkokkan lintasan dalam bentuk lingkaran. Gaya ini dapat dilenyapkan menggunakan medan listrik dengan kekuatan yang sesuai, dengan orientasi tegak lurus terhadap arah partikel bermuatan tersebut.Elektron adalah partikel dengan spin-12. Partikel seperti ini hanya memiliki dua nilai momentum sudut yang diukur sepanjang sembarang sumbu, +/2 atau /2. Bila nilai ini naik karena partikel berotasi layaknya planet, masing-masing partikel haruslah berotasi sangat cepat yang tidak mungkin. Bahkan bila jari-jari elektron sebesar14 nm (jari-jari elektron klasik), permukaannya haruslah berotasi dengan kecepatan 2.31011 m/s. Kecepatan rotasi permukaan ini akan melebihi laju cahaya 2.998108 m/s, dan karena itu tidak mungkin.Momentum sudut spin ini merupakan fenomena mekanika kuantum murni. Karena nilainya selalu sama, nilai ini dianggap sebagai sifat intrinsik elektron, dan karena itu disebut sebagai "momentum sudut intrinsik" (untuk membedakannya dengan momentum sudut orbital, yang dapat bervariasi dan tergantung kepada kehadiran partikel lain).

Untuk elektron ada dua nilai yang mungkin buat momentum sudut spin yang diukur sepanjang sebuah sumbu. Hal ini juga berlaku untuk proton dan neutron, yang merupakan partikel komposit yang terdiri atas tiga kuark(yang masing-masingnya merupakan partikel spin-12). Partikel lain memiliki nilai-nilai spin yang mungkin.Untuk memerikan percobaan menggunakan partikel spin +12 secara matematis, lebih mudah menggunakan notasi bra-ket dari Dirac. Bila partikel melewati peranti Stern-Gerlach, mereka "diamati". Aksi pengamatan ini dalam mekanika kuantum setara dengan pengukuran. Peranti pengukuran ini adalah detektor, dan dalam hal ini kita dapat mengamati salah satu dari dua nilai yang mungkin, yaitu spin atas dan spin bawah. Ini dideskripsikan oleh bilangan kuantum momentum sudut j, yang dapat bernilai salah satu, +/2 ata /2. Pengamatan (pengukuran) ini berkorespondensi dengan operator Jz. Dalam persamaan matematika, |=C_1 | _(j=/2) + C_2 | _(j=-/2) Konstanta c1 dan c2 adalah bilangan kompleks. Kuadrat dari nilai mutlaknya, (|c1|2 dan |c2|2) menentukan probabilitas menemukan salah satu dari dua nilai j yang mungkin dalamm keadaan . Konstanta ini juga harus dinormalisasi agar probabilitas menemukan salah satu nilai ini adalah 1. Namun, informasi ini tidak cukup untuk menentukan nilai c1 dan c2, karena keduanya mungkin saja bilangan kompleks. Karena itu pengukuran hanya menghasilkan nilai mutlak nilai konstanta.Momentum sudut total atau spin inti (I) merupakan jumlah vektor dari momentum sudut orbital L dan momentum sudut spin S setiap nukleon :I =_(k=1)^AL_k+_(k=1)^AS_k Dengan L_k dan S_kmasing masing adalah momentum sudut orbital dan momentum sudut spin dari nukleon ke k. Nilai skalar momentum sudut inti memenuhi :I=(i(i+I))Dengan i menyatakan bilangan kuantum momentum sudut total inti._1473439163.unknown

_1473439165.unknown

_1473529799.unknown

_1473529800.unknown

_1473529801.unknown

_1473512962.unknown

_1473439164.unknown

_1473439161.unknown

_1473439162.unknown

_1473439159.unknown