6
FISIOLOGI MENELAN Selama proses menelan, otot-otot diaktifkan secara berurutan dan secara teratur dipicu dengan dorongan kortikal atau input sensoris perifer. Begitu proses menelan dimulai, jalur aktivasi otot beruntun tidak berubah dari otot-otot perioral menuju kebawah. Jaringan saraf, yang bertanggung jawab untuk menelan otomatis ini, disebut dengan pola generator pusat. Batang otak, termasuk nucleus tractus solitarius dan nucleus ambiguus dengan formatio retikularis berhubungan dengan kumpulan motoneuron kranial, diduga sebagai pola generator pusat. Tiga Fase Menelan Deglutition adalah tindakan menelan, dimana bolus makanan atau cairan dialirkan dari mulut menuju faring dan esofagus ke dalam lambung. Deglutition normal adalah suatu proses halus terkoordinasi yang melibatkan suatu rangkaian rumit kontraksi neuromuskuler valunter dan involunter dan dan dibagi menjadi bagian yang berbeda: (1) oral, (2) faringeal, dan (3) esophageal. Masing-masing fase memiliki fungsi yang spesifik, dan, jika tahapan ini terganggu oleh kondisi patologis, gejala spesifik dapat terjadi. Fase Oral Fase persiapan oral merujuk kepada pemrosesan bolus sehingga dimungkinkan untuk ditelan, dan fase propulsif oral berarti pendorongan makanan dari rongga mulut ke dalam orofaring. Prosesnya dimulai dengan kontraksi lidah dan otot-otot rangka mastikasi. Otot bekerja dengan cara yang berkoordinasi untuk mencampur bolus makanan dengan saliva dan dan mendorong bolus makanan dari rongga mulut di bagian anterior ke dalam orofaring, dimana reflek menelan involunter dimulai. Cerebellum mengendalikan output untuk nuklei motoris nervus kranialis V (trigeminal), VII (facial), dan XII (hypoglossal). Dengan menelan suatu cairan, keseluruhan urutannya akan selesai dalam 1 detik. Untuk menelan makanan padat, suatu penundaaan selama 5-10 detik mungkin terjadi ketika bolus berkumpul di orofaring. Fase Faringeal

FISIOLOGI MENELAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penelanan

Citation preview

Page 1: FISIOLOGI MENELAN

FISIOLOGI MENELAN

Selama proses menelan, otot-otot diaktifkan secara berurutan dan secara teratur dipicu dengan dorongan kortikal atau input sensoris perifer. Begitu proses menelan dimulai, jalur aktivasi otot beruntun tidak berubah dari otot-otot perioral menuju kebawah. Jaringan saraf, yang bertanggung jawab untuk menelan otomatis ini, disebut dengan pola generator pusat. Batang otak, termasuk nucleus tractus solitarius dan nucleus ambiguus dengan formatio retikularis berhubungan dengan kumpulan motoneuron kranial, diduga sebagai pola generator pusat. Tiga Fase MenelanDeglutition adalah tindakan menelan, dimana bolus makanan atau cairan dialirkan dari mulut menuju faring dan esofagus ke dalam lambung. Deglutition normal adalah suatu proses halus terkoordinasi yang melibatkan suatu rangkaian rumit kontraksi neuromuskuler valunter dan involunter dan dan dibagi menjadi bagian yang berbeda: (1) oral, (2) faringeal, dan (3) esophageal. Masing-masing fase memiliki fungsi yang spesifik, dan, jika tahapan ini terganggu oleh kondisi patologis, gejala spesifik dapat terjadi.

Fase OralFase persiapan oral merujuk kepada pemrosesan bolus sehingga dimungkinkan untuk ditelan, dan fase propulsif oral berarti pendorongan makanan dari rongga mulut ke dalam orofaring. Prosesnya dimulai dengan kontraksi lidah dan otot-otot rangka mastikasi. Otot bekerja dengan cara yang berkoordinasi untuk mencampur bolus makanan dengan saliva dan dan mendorong bolus makanan dari rongga mulut di bagian anterior ke dalam orofaring, dimana reflek menelan involunter dimulai. Cerebellum mengendalikan output untuk nuklei motoris nervus kranialis V (trigeminal), VII (facial), dan XII (hypoglossal). Dengan menelan suatu cairan, keseluruhan urutannya akan selesai dalam 1 detik. Untuk menelan makanan padat, suatu penundaaan selama 5-10 detik mungkin terjadi ketika bolus berkumpul di orofaring. Fase FaringealFase faringeal adalah sangat penting karena, tanpa mekanisme perlindungan faringeal yang utuh, aspirasi paling sering terjadi pada fase ini. Fase inimelibatkan rentetan yang cepat dari beberapa kejadian yang saling tumpang tindih. Palatum mole terangkat. Tulang hyoid dan laring bergerak keatas dan kedepan. Pita suara bergerak ke tengah, dan epiglottis melipat ke belakang untuk menutupi jalan napas. Lidah mendorong kebelakang dan kebawah menuju faring untuk meluncurkan bolus kebawah. lidah dubantu oleh dinding faringeal, yang melakukan gerakan untuk mendorong makanan kebawah. Sphincter esophageal atas relaksasi selama fase faringeal untuk menelan dan dan membuka oleh karena pergerakan os hyoid dan laring kedepan. Sphincter akan menutup setelah makanan lewat, dan struktur faringeal akan kembali ke posisi awal. Fase faringeal pada proses menelan adalah involunter dan kesemuanya adalah reflek, jadi tidak ada aktivitas faringeal yang ter jadi sampai reflek menelan dipicu. Reflek ini melibatkan traktus sensoris dan motoris dari nervus kranialis IX (glossofaringeal) dan X (vagus). Fase EsophagealPada fase esophageal, bolus didorong kebawah oleh gerakan peristaltik. Sphincter esophageal bawah relaksasi pada saat mulai menelan, relaksasi ini terjadi sampai bolus makanan mecapai

Page 2: FISIOLOGI MENELAN

lambung. Tidak seperti shincter esophageal bagian atas, sphincter bagian bawah membuka bukan karena pengaruh otot-otot ekstrinsik. Medulla mengendalikan reflek menelan involunter ini, meskipun menelan volunter mungkin dimulai oleh korteks serebri. Suatu interval selama 8-20 detik mungkin diperlukan untuk kontraksi dalam menodorong bolus ke dalam lambung. PATOFISIOLOGIGangguan pada proses menelan dapat digolongkan tergantung dari fase menelan yang dipengaruhinya. Fase OralGagguan pada fase Oral mempengaruhi persiapan dalam mulut dan fase pendorongan oral biasanya disebabkan oleh gangguan pengendalian lidah. Pasien mungkin memiliki kesulitan dalam mengunyah makanan padat dan permulaan menelan. Ketika meminum cairan, psien mungki kesulitan dalam menampung cairan dalam rongga mulut sebelum menelan. Sebagai akibatnya, cairan tumpah terlalu cepat kadalam faring yang belum siap, seringkali menyebabkan aspirasi. Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan tanda dan gejala gangguan menelan fase oral sebagai berikut: • Tidak mampu menampung makanna di bagian depan mulut karena tidak rapatnya pengatupan bibir • Tidak dapat mengumpulkan bolus atau residu di bagian dasar mulut karena berkurangnya pergerakan atau koordinasi lidah • Tidak dapat menampung bolus karena berkurangnya pembentukan oleh lidah dan koordinasinya • Tidak mampu mengatupkan gigi untukmengurangi pergerakan madibula • Bahan makanan jatuh ke sulcus anterior atau terkumpul pada sulcus anterior karena berkurangnya tonus otot bibir. • Posisi penampungan abnormal atau material jatuh ke dasar mulut karena dorongan lidah atau pengurangan pengendalian lidah • Penundaan onset oral untuk menelan oleh karena apraxia menelan atau berkurangnya sensibilitas mulut • Pencarian gerakan atau ketidakmampuan unutkmengatur gerakan lidah karena apraxia untuk menelan• Lidah bergerak kedepan untuk mulai menelan karena lidah kaku. • Sisa-sisa makanan pada lidah karena berkurangnya gerakan dan kekuatan lidah• Gangguan kontraksi (peristalsis) lidah karena diskoordinasi lidah • Kontak lidah-palatum yang tidaksempurna karena berkurangnya pengangkatan lidah • Tidak mampu meremas material karena berkurangnya pergerakan lidah keatas• Melekatnya makanan pada palatum durum karena berkurangnya elevasi dan kekuatan lidah • Bergulirnya lidah berulang pada Parkinson disease • Bolus tak terkendali atau mengalirnya cairan secara prematur atau melekat pada faring karena berkurangnya kontrol lidah atau penutupan linguavelar• Piecemeal deglutition • Waktu transit oral tertundaFase FaringealJika pembersihan faringeal terganggu cukup parah, pasienmungkin tidak akan mampu menelan

Page 3: FISIOLOGI MENELAN

makanan dan minuman yang cukup untuk mempertahankan hidup. Pada orang tanpa dysphasia, sejumlah kecil makanan biasanya tertahan pada valleculae atau sinus pyriform setelah menelan. Dalam kasus kelemahan atau kurangnya koordinasi dari otot-otot faringeal, atau pembukaan yang buruk dari sphincter esofageal atas, pasien mungkin menahan sejumlah besar makanan pada faring dan mengalami aspirasi aliran berlebih setelah menelan. Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan tanda dan gejala gangguan menelan fase faringeal sebagai berikut: • Penundaan menelan faringeal• Penetrasi Nasal pada saat menelan karena berkurangnya penutupan velofaringeal • Pseudoepiglottis (setelah total laryngectomy) – lipata mukosa pada dasar lidah • Osteofit Cervical• Perlengketan pada dinding faringeal setelah menelan karena pengurangan kontraksi bilateral faringeal• Sisa makanan pada Vallecular karena berkurangnya pergerakan posterior dari dasar lidah • Perlengketan pada depresi di dinding faring karena jaringan parut atau lipatan faringeal• Sisa makanan pada puncak jalan napas Karena berkurangnya elevasi laring • penetrasi dan aspirasi laringeal karena berkurangnya penutupan jalan napas • Aspirasi pada saat menelan karena berkurangnya penutupan laring • Stasis atau residu pada sinus pyriformis karena berkurangnya tekanan laringeal anterior Fase EsophagealGangguan fungsi esophageal dapat menyebabkan retensi makanan dan minuman didalam esofagus setelah menelan. Retensi ini dapat disebabka oleh obstruksi mekanis, gangguan motilitas, atau gangguan pembukaan Sphincter esophageal bawah. Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan tanda dan gejala gangguan menelan pada fase esophageal sebgai berikut: • Aliran balik Esophageal-ke-faringeal karena kelainan esophageal • Tracheoesophageal fistula • Zenker diverticulum • RefluxPENYEBAB DYSPHAGIAManifestasi klinis yang paling umum dari gangguan esofagus adalah disfagia (susah menelan) yang bermanifestasi bila terdapat gangguan gerakan-gerakan pada otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari mulut ke lambung   . Jika saat menelan terasa sakit ( painfull ), itu disebut sebagai odynophagia. Disfagia dapat disebabkan oleh akibat kelainan orofaring, respirasi, neurologik, dan kolagen atau karena pengaruh toksin atau pengobatan . Gangguan obstruktif, termasuk tumor esofagus sedangkan motor dosorders berhubungan dengan achalasia dan gangguan neuromuskuler seperti diabetes mellitus, penyakit parkinson, dan stroke. disfagia sering disertai dengan ragu-ragu menelan, kebutuhan untuk berulang kali mencoba untuk menelan dan kliring tenggorokan. tersedak dan muntah juga dapat terjadi. manifestasi lainnya termasuk regurgitasi, nyeri (yang mungkin terkait dengan spasme), dan peyrosis mulas.

disfagiaDisfagia dapat disebabkan oleh gangguan kerongkongan. Penyebab spesifik termasuk kerusakan neuromotor, obstruksi mekanik, kelainan kardiovaskular, dan penyakit neurologis.

Disfagia disebabkan oleh Obstruksi Mekanik

Page 4: FISIOLOGI MENELAN

Penghalang mekanik menyebabkan disfagia termasuk cacat bawaan, kanker dan kondisi yang diperoleh seperti hernia hiatus. Ketika gangguan obstruksi mempersempit lumen esofagus, klien dyusphagia pengalaman pertama menjadi terkait dengan makanan semipadat dan cairan. Akhirnya, klien tidak dapat menelan ludah mereka sendiri. Obstruktif disertai dengan penurunan berat badan dan cachexia.

Disfagia Disebabkan oleh Kelainan KardiovaskularDisfagia dapat dihasilkan dari kelainan kardiovaskular, terutama pada orang tua. Kondisi tertentu yang menyebabkan pembuluh darah disfagia termasuk pembesaran jantung, dan aneurisma aorta, dan pengapuran aorta turun (meninjau anatomi arteri jantung dan besar untuk kerongkongan).

Disfagia yang disebabkan oleh Penyakit neurilogicDisfagia juga dapat disebabkan oleh penyakit neurologis tertentu, seperti stroke, multiple sclerosis, poliomielitis, dan amyotrophic lateral sclerosis (ALS). Stroke adalah penyebab paling frecuent disfagia.

Disfagia akibat penyebab lainDisfagia dapat dialami setelah menelan, jika makanan tertangkap di kerongkongan. Klien dapat memperoleh bantuan dengan minum cairan untuk memaksa bolus berdampak melalui segmen sempit atau dengan muntah-muntah untuk mengusir makanan. Jika muntah tidak succed, endoskopi dapat digunakan untuk menghapus makanan tersangkut di kerongkongan.