20
Dentisha's Blog Just another WordPress.com site Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara Filed under: Uncategorized — 2 Comments October 30, 2010 I. Mekanisme Mastikasi Pergerakan yg terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit, mengunyah, dan menelan makanan dan cairan, serta dalam berbicara. Aktivitas yang terintegrasi dari otot rahang dalam merespon aktivitas dari neuron eferen pada saraf motorik di pergerakan mandibular yang mengontrol hubungan antara gigi rahang atas dan bawah. Pergerakan rahang adalah suatu pergerakan yang terintegrasi dari lidah dan otot lain yang mengontrol area perioral, faring, dan laring. Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan otot rahang bukan secara resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir secara bilateral. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembukaan dan penutupan rahang selama penguyahan yang secara relatif merupakan pergerakan sederhana dengan pengaturan pada limb sebagai penggerak. Bagaimanapun, pergerakan dalam mastikasi adalah suatu yang kompleks dan tidak hanya berupa mekanisme pergerakan menggerinda simple yang mana merupakan pengurangan ukuran makanan. Selama mastikasi, makanan dikurangi ukurannya dan dicampur dengan saliva sebagai tahap awal dari proses digesti. I.1 Pergerakan Pengunyahan Pemahaman mengenai pola pergerakan rahang telah menjadi topic yang menarik dalam hal klinis di kedokteran gigi, terutama dalam bidang orthodonti dan prostodonti. Salah satu tujuan memugar bentuk oklusal adalah untuk memastikan kontak gigi terintegrasi dengan pola pergerakan rahang. Oleh karena itu, beberapa penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan bagian mandibula selama pengunyahan dan untuk mengidentifikasikan posisi mandibula setelahnya. Dokter gigi mencari posisi stabil mandibula untuk menfasilitasi penelitian tentang rahang pada alat yang bernama simulator atau artikulator. Seluruh otot rahang bekerja bersamaan menutup mulut dengan kekuatan di gigi incidor sebesar 55 pounds dan gigi molar sebesar 200 pounds. Gigi dirancang untuk mengunyah, gigi anterior (incisors) berperan untuk memotong dan gigi posterior ( molar) berperan untuk menggiling makanan.

Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fisiologi stomatognatik

Citation preview

Page 1: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 1/20

Dentisha's Blog

Just another WordPress.com site

Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara

Filed under: Uncategorized — 2 CommentsOctober 30, 2010

I. Mekanisme Mastikasi

Pergerakan yg terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit, mengunyah, danmenelan makanan dan cairan, serta dalam berbicara. Aktivitas yang terintegrasi dari ototrahang dalam merespon aktivitas dari neuron eferen pada saraf motorik di pergerakanmandibular yang mengontrol hubungan antara gigi rahang atas dan bawah. Pergerakanrahang adalah suatu pergerakan yang terintegrasi dari lidah dan otot lain yang mengontrolarea perioral, faring, dan laring.

Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan otot rahang bukan secararesiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir secara bilateral. Jadi, dapat disimpulkanbahwa pembukaan dan penutupan rahang selama penguyahan yang secara relatif merupakanpergerakan sederhana dengan pengaturan pada limb sebagai penggerak. Bagaimanapun,pergerakan dalam mastikasi adalah suatu yang kompleks dan tidak hanya berupa mekanismepergerakan menggerinda simple yang mana merupakan pengurangan ukuran makanan.Selama mastikasi, makanan dikurangi ukurannya dan dicampur dengan saliva sebagai tahapawal dari proses digesti.

 

I.1 Pergerakan Pengunyahan

Pemahaman mengenai pola pergerakan rahang telah menjadi topic yang menarik dalam halklinis di kedokteran gigi, terutama dalam bidang orthodonti dan prostodonti. Salah satu tujuanmemugar bentuk oklusal adalah untuk memastikan kontak gigi terintegrasi dengan polapergerakan rahang. Oleh karena itu, beberapa penelitian dimaksudkan untuk menjelaskanbagian mandibula selama pengunyahan dan untuk mengidentifikasikan posisi mandibulasetelahnya. Dokter gigi mencari posisi stabil mandibula untuk menfasilitasi penelitian tentangrahang pada alat yang bernama simulator atau artikulator.

Seluruh otot rahang bekerja bersamaan menutup mulut dengan kekuatan di gigi incidorsebesar 55 pounds dan gigi molar sebesar 200 pounds. Gigi dirancang untuk mengunyah, gigianterior (incisors) berperan untuk memotong dan gigi posterior ( molar) berperan untukmenggiling makanan.

Page 2: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 2/20

Sebagian besar otot mastikasi diinervasi oleh cabang nerevus cranial ke lima dan prosespengunyahan dikontrol saraf di batang otak. Stimulasi dari area spesifik retikular di batangotak pusat rasa akan menyebabkan pergerakan pengunyahan secara ritmik, juga stimulasi areadi hipotalamus, amyglada dan di korteks cerebral dekat dengan area dengan area sensoriuntuk pengecapan dan penciuman dapat menyebabkan pengunyahan.

Kebanyakan proses mengunyah dikarenakan oleh refleks mengunyah, yang dapat dijelaskansebagai berikut :

1.  kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsiasi refleks penghambat dariotot mastikasi yang membuat rahang bawah turun.

2.  penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaks melonggarkan otot rahangmemimpin untuk mengembalikan kontraksi.

3.  secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga menekan bolus lagi,melawan lining mulut, yang menghambat otot rahang sekali lagi, membuat rahang turundan mengganjal (rebound) di lain waktu. Hal ini berulang terus menerus.

4.  pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna semua makanan, khususnyauntuk kebanyakan buah dan sayuran berserat karena mereka memiliki membrane selulosayang tidak tercerna di sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus dihancurkan sebelummakanan dapat dicerna.

 

Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan dengan alasan sebagai berikut:

–          enzim pencernaan bekerja hanya di permukaan partikel makanan, sehingga tingkatpencernaan bergantung pada area permukaan keseluruhan yang dibongkar oleh sekresipencernaan.

–          Penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik mencegah penolakan darigastrointestinal tract dan meningkatkan kemudahan untuk mengosongkan makanan darilambung ke usus kecil, kemudian berturut‑turut ke dalam semua segmen usus.

 

I.1.1 Pergerakan

Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka dan menutup. Tingkat danpola pergerakan rahang dan aktivitas otot rahang telah diteliti pada hewan dan juga manusia.Pola pergerakan rahang pada beberapa hewan berbeda tergantung jenisnya. Pengulanganpergerakan pengunyahan berisikan jumlah kunyahan dan penelanan. Selama mastikasikarakteristik pengunyahan seseorang sangat bergantung pada tingkatan penghancuranmakanan. Urutan kunyah dapat dibagi menjadi tiga periode. Pada tahap awal, makananditransportasikan ke bagian posterior gigi dimana ini merupakan penghancuran dalamperiode reduksi. Selanjutnya bolus akan dibentuk selama final periode yaitu sebelumpenelanan. Pergerakan rahang pada ketiga periode ini dapat berbeda tergantung pada bentukmakanan dan spesiesnya. Selama periode reduksi terdapat fase opening, fast‑opening dan slow‑opening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga fase selama rahang membuka dan duafase selama rahang menutup.

Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol pergerakan

Page 3: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 3/20

Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol pergerakanmakanan dan pembentukan menjadi bolus. Untuk makanan yang dihancurkan, diposisikanoleh lidah pada konjugasi dengan otot buccinators pada pipi diantara oklusal permukaan gigi.Makanan yang padat dan cair ditransportasikan di dalam rongga mulut oleh lidah. Selama faseslow‑opening pada pengunyahan, lidah bergerak ke depan dan memperluas permukaanmakanan. Tulang hyoid dan badan lidah kembali tertarik selama fase fast‑opening dan fase‑closing, membuat gelombang yang dapat memindahkan makanan ke bagian posterior padarongga mulut. Ketika makanan  sudah mencapai bagian posterior rongga mulut, akanberpindah ke belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan dari lidah. Lidah amat pentingdalam pengumpulan dan penyortiran makanan yang bias ditelan, sementara mengembalikanlagi makanan yang masih dalam potongan besar ke bagian oklusal untuk pereduksian lebihlanjut. Sedikit yang mengetahui mengenai mekanisme mendasar mengenai pengontrolan lidahselama terjadinya aktivitas ini.

 

I.1.2 Aktivitas Otot

Kontraksi otot yang mengontrol rahang selama proses mastikasi terdiri dari aktivitas polaasynchronous dengan variabilitas yang luas pada waktu permulaan, waktu puncak, tingkatdimana mencapai puncak, dan tingkat penurunan aktivitas. Pola aktivitas ditentukan olehfactor‑faktor seperti spesies, tipe makanan, tingkat penghancuran makanan, dan faktorindividu. Otot penutupan biasanya tidak aktif selama rahang terbuka, ketika otot pembukarahang sangat aktif. Aktivitas pada penutupan rahang dimulai pada awal rahang menutup.Aktivitas dari otot penutup rahang meningkat secara lambat seiring dengan bertemunyamakanan di antara gigi. Otot penutupan pada sebelah sisi dimana makanan akan dihancurkan,lebih aktif daripada otot penutupan rahang kontralateral.

 

I.2 Struktur batang otak dalam control mastikasi

Pergerakan‑pergerakan yang terlibat dalam mastikasi membutuhkan gabungan aktivitasbeberapa otot, yaitu trigeminal, hypoglossal, fasial, dan nuclei motorik lain yangmemungkinkan dari batang otak. Struktur batang otak lain seperti formasi reticular jugaterlibat.

 

I.2.1 Nukleus Trigeminal Sensorik

Nukleus trigeminal sensorik merupakan kolom neuron yang berada di sepanjang batas lateralbatang otak, dari pons sampai spinal cord. Porsi rostral paling banyak dari nucleus ini disebutnucleus sensorik principal (kadang lebih sering sering disebut nucleus sensorik utama) dansisanya adalah nucleus spinal trigeminal. Nukleus spinal dibagi lagi dari rostral ke kaudalmenjadi subnukleus oralis, interpolaris, dan kaudalis.

Inervasi perifer dari kolom sel ini muncul dari nervus trigeminus. Cabang utama akanbercabang menjadi limb ascending dan descending, atau secara sederhana turun memasukibatang otak untuk membentuk traktus trigeminal menutupi sekeliling aspek lateral darinucleus sensori utama, sementara secara kaudal limb descending membentuk traktus spinal

Page 4: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 4/20

trigeminal di sepanjang aspek lateral nucleus spinal. Cabang akson kolateral meninggalkantraktus trigeminal dan memasuki nucleus sensori untuk membentuk sumbu terminal padabeberapa nucleus dengan tingkat yang berbeda. Akson yang menginervasi rostral mulut danwajah berakhir di medial dan akson yang menyuplai wajah kaudal berakhir lebih lateral.

Nukleus terdiri dari kelas‑kelas neuron yang berbeda. Sirkuit neuron local mempunyai aksonyang dibatasi area batang otak; proyeksi neuron akan mengirimkan akson ke rostral nucleibatang otak yang lain; dan interneuron termasuk ke interkoneksi dalam nucleus sensorik.Berdasarkan pada perbedaan morfologi neuron dan pola proyeksi, subnukleus oralis terdiridari 3 subdivisi utama: ventrolateral, dorsomedial, dan garis batas. Divisi ventrolateral terdiridari interneuron dan 2 populasi neuron proyeksi (satu yang memproyeksi spinal cord, dansatu lagi yang mengirimkan akson ke tanduk dorsal medular). Di dalam subdivisidorsomedial, terdapat seri neuron proyeksi korteks cerebral. Sedangkan grup neuron padagaris batas memproyeksi cerebellum dan tanduk dorsal medullar.

Nukleus sensori utama berada pada tingkat nucleus trigeminal motorik, dan dikelilingi olehakar trigeminal motorik di medial, serta oleh akar trigeminal sensorik di lateral. Nukleussensori utama dapat dibedakan dengan nukleus spinal dari kepadatan neuronnya yang lebihrendah, dan rendahnya populasi neuron besar dengan dendrit primer yang tebal, panjang, danlurus. Perbedaan lain antara nucleus spinal dan nucleus utama adalah adanya sejumlahgelondong akson bermyelin pada nucleus spinal. Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya danelectron menunjukkan adanya neuron berbentuk fusiform, triangular, dan multipolar padanucleus sensori utama. Pada cabang dendritnya pun relative sederhana. Dendrit primerberasal dari sedikit perpanjangan badan sel atau secara langsung dari badan sel. Dendritsekunder lebih panjang, tapi terlihat tidak melebihi batas nucleus.

 

I.2.2 Nukleus Trigeminal Mesencefalic

Badan sel dari serabut aferen yang menginervasi gelondong otot penutup rahang dan badansel dari ligament periodontal, gingival, dan mekanoreseptor palatal berlokasi di dalam nucleusmesencefalic. Penyusunannya unik di dalam sistem saraf pusat. Nukleus neuron mesencefalicberupa unipolar; akson tunggal yang bercabang 2 menjadi cabang perifer dan sentral. Cabangsentral mengeluarkan sejumlah cabang kolateral yang berakhir di nucleus motorik, spinal cord,dan area lain dari batang otak. Badan sel neuron yang menginervasi gelondong otot,ditemukan di sepanjang nucleus, dan badan sel yang berasal dari reseptor ligamentperiodontal dibatasi setengah kaudalnya.

 

I.2.3 Nukleus Tigeminal Motorik

Motoneuron yang mengatur otot‑otot mastikasi terdapat pada nucleus trigeminal motorik.Analisis distribusi ukuran soma motoneuron menandakan bahwa nucleus trigeminal motorikterdiri dari motoneuron gamma dan alfa. Sejumlah studi pembuktian neuralmendemostrasikan bahwa motoneuron gamma yang menginervasi otot‑otot mastikasidipisahkan secara anatomi di dalam nucleus; Motoneuron penutup rahang berlokasi didorsolateral, sedangkan motoneuron pembuka rahang berlokasi di divisi ventromedialnucleus. Pengamatan intraselular dan ekstraselular terhadap motoneuron mastikasi

Page 5: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 5/20

menunjukkan bahwa input sinaps untuk motoneuron pembuka dan penutup rahang berbeda.Contohnya adalah aktivitas yang memulai gelondong otot untuk menutup rahang tidakmempengaruhi motoneuron pembuka rahang, tapi aktivitas neural yang memulaimekanoreseptor pada regio oral dan fasial akan menghambat otot penutup rahang danmeningkatkan aktivitas otot pembuka rahang.

Dendrit dari motoneuron trigeminal ekstensif dan kompleks. Dendrit dari semua grupmotoneuron yang berbeda, memperpanjang di luar batas nucleus motorik, tapi di sini terdapatsedikit tumpang tindih antara dendrite motoneuron di region dorsolateral dan ventromedialnucleus motorik. Teknik ini menghasilkan gambaran yang lebih rinci dari struktur mikronucleus trigeminal motorik, dan penting untuk memahami mekanisme reflek mastikasi.

 

I.2.4 Nukleus Hipoglosal Motorik

Nukleus hipoglosal motorik yang mengatur otot lidah lebih homogen daripada nucleustrigeminal motorik. Ia terbentuk dari motoneuron yang besar dan multipolar dan sebuahpopulasi dari interneuron‑interneuron kecil. Dendrit‑dendrit motoneuron besar melintasi garistengah ke nucleus hipoglosal kontralateral atau berseberangan dalam formasi reticular.Interneuron‑interneuron kecil memiliki hanya satu atau dua dendrite yang terdiri oleh nucleussecara total.

 

I.2.5 Nukleus Fasial Motorik

Nukleus fasial motorik terdiri atas tiga kolom longitudinal motoneuron. Kolom‑kolom medialdan lateral yang lebih besar terpisah oleh kolom intermediet yang lebih kecil. Studi pembuktanneural menunjukkan bahwa otot fasial direpresentasikan secara topografi di dalam nucleus.Otot yang mengontrol bibir atas dan nares mempunyai motoneuron sendiri pada bagianventral dan dorsal kolom sel lateral. Otot bibir bawah disuplai oleh motoneuron pada kolomsel intermediet. Otot‑otot yang berhubungan dengan telinga dikontrol oleh motoneuron padakolom sel medial. Terdapat perbedaan utama pada pola dendrit antara motoneuron di 3 kolomsel. Dendrit pada motoneuron fasial secara luas berada di subdivisi yang sama yangmengandung soma, tapi terkadang meluas di luar batas nucleus fasial motorik.

 

I.2.6 Kontrol Mastikasi

Nuclei sensori dan motorik yang terdapat pada brain stem memiliki peranan yang yang sangatpenting dalam proses pengontrolan mastikasi.  Pola dasar oscillatory pergerakan mastikasiberawal dari generator neural yang terdapat di brain stem. Input sensori afferent yang terjadipada nuclei ini juga merupakan faktor yang tak kalah pentingnya dalam pembentukan prosesmastikasi. Dan faktor yang berpengaruh besar lagi adalah pusat otak akan mempengaruhisystem koordinasi brain stem mastikatori. Setelah sekian banyak penelitian dilakukan, tiga halinilah yang merupakan faktor utama yang berpengaruh besar terhadap pengontrolan prosesmastikasi.

 

Page 6: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 6/20

I.3 Aktivitas brain stem selama mastikasi

Gerakan dasar mastikasi dapat terjadi tanpa adanya input sensori dalam kavitas oral, faktamenunjukkan bahwa gerakan mandibula ke atas dan bawah berasal dari dalam brain stem.Hasil percobaan juga membuktikan bahwa faktor‑faktor pemicu gerakan mastikasi adalahadanya hubungan dari sirkuit neural yang membentuk jaringan neural oscillatory yangmampu merangsang terjadinya pola gerakan mastikasi. Neural oscillator ini disebut sebagaigenerator pola mastikasi atau pusat mastikasi. Selain mastikasi, brain stem juga bertanggungjawab dalam proses respiratori dan proses penelanan. Selain adanya neural generator,mastikasi juga terjadi karena aktivitas gerak reflex otot yang diinisiasi oleh stimulasi daristrukur orofacial.

Gerak refleks yang timbul dari area orofacial bermacam‑macam, termasuk juga gerak lidah,facial, dan berbagai gerak rahang. Dalam gerak refleks orofacial ini terdapat sekurang‑kurangnya satu motor nucleus dan beberapa sinaps, dan prosesnya termasuk sederhana biladibandingkan dengan refleks‑refleks lain yang lebih kompleks (sebagai contohnya prosespenelanan).

Gerak refleks orofacial yang paling sering diteliti adalah gerak refleks pada jaw‑closing danrefleks jaw‑jerk, yang dapat terjadi dengan mengetuk ujung dagu. Saat mengetuk ujung daguini, muscle spindle pada otot‑otot jaw‑closing tertarik dan menhasilkan input sensori yang akanmenginisiasi gerak refleks. Setelah waktu yang singkat (sekitar 6 detik) electromyography(EMG) menunjukkan adanya aktivitas yang terjadi pada otot masseter dan temporalis. EMGjuga menunjukkan output berupa gerak motorik pada otot yang akan menutup rahang. Karenawaktu terjadinya yang sangat singkat, gerak refleks ini sama dengan gerak knee‑jerk refleksdimana hanya satu sinaps yang bekerja (refleks monosynaptic). Input refleks jaw‑closing selainmuscle spindle adalah stimulasi ligament periodontal, TMJ, dll dapat menimbulkan refleks jaw‑closing dalam waktu singkat. Hal ini dibuktikan dengan percobaan anestesi yang diaplikasikanpada gigi dan rahang bawah menurunkan input tapi tidak menghentikan refleks.

Proses jaw‑opening diinisiasi oleh stimuli mekanik dari ligament periodontal danmekanoreseptor pada mukosa. Stimuli ini menghasilkan eksitasi otot jaw‑opening dan inhibisipada otot jaw‑closing. Proses ini tidak termasuk refleks monosynaptic dan sekurang‑kurangnyasatu interneuron bekerja.

Proses mastikasi diinisiasi oleh stimuli elektrik dari cortex yang menyokong otot jaw‑closingdan jaw‑opening. Begitu kompleks proses terjadinya gerak mastikasi, pada intinya ritmemastikasi dihasilkan dari generator pada brain stem yang diaktivasi oleh pusat dibantu denganinput peripheral yang pada akhirnya menghasilkan output ritmikal dengan frekuensi yangsesuai dengan input yang terjadi.

Aktivitas motoneuron trigeminal saat proses pengunyahan diteliti menggunakan aktivitasitrasel dari motoneuron α yang mengontrol otot masseter (jaw‑closing) dan digastrics (jaw‑opening). Motoneuron masseter depolarisasi saat fase closing dan hiperpolarisasi (inhibisi) saatfase opening. Motoneuron digastrics depolarisasi saat opening, akan tetapi tidak hiperpolarisasisaat closing.

II Penelanan

Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan

Page 7: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 7/20

Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkanmakanan kedalam tubuh melalui mulut “the process of taking food into the body through themouth”.

Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yangberperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan inidiperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasangotot menelan.

Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalamlambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadikegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.

 

II.1 Neurofisiologi menelan

Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase esophageal.

 

II.1.1 Fase oral

Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan olehgigi geligi, lidah, palatum mole, otot‑otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentukbolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secaradisadari. Proses ini bertahan kira‑kira 0.5 detik

 

Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral.

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Mandibula

 

 

Bibir

 

 

 

 

 

Mulut & pipi

n. V.2 (maksilaris)

 

 

n. V.2 (maksilaris)

 

 

 

 

 

n.V.2 (maksilaris)

N.V : m. Temporalis, m. maseter, m.pterigoid

 

n. VII : m.orbikularis oris, m.zigomatikum, m.levator labius oris,m.depresor labius oris, m. levatoranguli oris, m. depressor anguli oris

 

n.VII: m. mentalis, m. risorius,m.businator

 

Page 8: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 8/20

 

 

Lidah

 

 

n.V.3 (lingualis)

n.XII : m. hioglosus, m. mioglosus

 

 

 

Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring segera terjadi, setelah otot‑otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidahberkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagiananterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring.

Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring sehinggamenimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. palatofaringeus (n. IX, n.X dan n.XII)

 

Peranan saraf kranial fase oral

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Bibir

 

 

 

Mulut & pipi

 

 

 

Lidah

 

Uvula

n. V.2 (mandibularis), n.V.3(lingualis)

 

 

n. V.2 (mandibularis)

 

 

 

n.V.3 (lingualis)

 

n.V.2 (mandibularis)

n. VII : m.orbikularis oris, m.levatorlabius oris, m. depressor labius,m.mentalis

 

n.VII: m.zigomatikus,levator angulioris, m.depressor anguli oris,m.risorius. m.businator

 

n.IX,X,XI : m.palatoglosus

 

n.IX,X,XI : m.uvulae,m.palatofaring

 

 

Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3 sebagai serabutafferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut efferen (motorik).

 

Page 9: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 9/20

 

II.1.2 Fase Faringeal

Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus palatoglosus)dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :

1.  m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI) berkontraksimenyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas dan ke posteriorsehingga menutup daerah nasofaring.

2.  m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis(n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.

3.  Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi m.stilohioid,(n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).

4.  Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring inermedius(n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan faring tertekankebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)

5.  Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan doronganotot‑otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk kedalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelancairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

 

Peranan saraf kranial pada fase faringeal

Organ Afferen Efferen

Lidah

 

 

 

 

Palatum

 

 

 

Hyoid

 

 

n.V.3

 

 

 

 

n.V.2, n.V.3

 

 

n.Laringeus superiorcab internus (n.X)

 

n.V :m.milohyoid, m.digastrikus

n.VII : m.stilohyoid

n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid

n.XII :m.stiloglosus

 

n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini

n.V :m.tensor veli palatini

 

n.V  : m.milohyoid, m. Digastrikus

n.VII : m. Stilohioid

n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid

 

Page 10: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 10/20

Nasofaring

 

Faring

 

 

 

 

Laring

 

Esofagus

 

n.X

 

n.X

 

 

 

 

n.rekuren (n.X)

 

n.X

n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus

 

n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring,m.konstriktor faring sup, m.konstriktorffaring med.

n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.

 

n.IX :m.stilofaring

 

n.X  : m.krikofaring

 

 

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai serabutafferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.

 

Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan waktugelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas.Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah,pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bagianatas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.

 

Kecepatan gelombang peristaltik faring rata‑rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam penelitiannyamelihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :

1.  Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga lidah 2/3depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi darim.konstriktor faring.

2.  Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibatterangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap kearah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk olehm.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus bagiansuperior.

 

Page 11: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 11/20

 

II.1.3 Fase Esofageal

Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebihlambat dari fase faringeal yaitu 3‑4 cm/ detik.

 

Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :

1.       Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer terjadiakibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal.Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yangmerupakan respons akibat regangan dinding esofagus.

2.       Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikusyang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang inibergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.

 

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak peristaltikdan berlangsung selama 8‑20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia akibat dariberkurangnya tonus otot‑otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.

 

 

 

II.1.4 Peranan sistem saraf dalam proses menelan

Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :

1.  Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring langsungakan berespons dan menyampaikan perintah.

2.  Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi) padatrunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses menelan)dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke motor neuronotot yg berhubungan dgn proses menelan.

3.  Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah

 

II.2 Gangguan deglutasi/ menelan

Secara medis gangguan pada peristiwa deglutasi disebut disfagia atau sulit menelan, yangmerupakan masalah yang sering dikeluhkan baik oleh pasien dewasa, lansia ataupun anak‑anak.

Page 12: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 12/20

Menurut catatan rata‑rata manusia dalam sehari menelan sebanyak kurang lebih 2000 kali,sehingga masalah disfagia merupakan masalah yang sangat menggangu kualitas hidupseseorang.

Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampaike lambung.

Kegagalan dapat terjedi pada kelainan neuromuskular, sumbatan mekanik sepanjang saluranmulai dari rongga mulut sampai lambung serta gangguan emosi. Disfagia dapat disertaidengan rasa nyeri yang disebut odinofagia.

Berdasarkan difinisi menurut para pakar (Mettew, Scott Brown dan Boeis) disfagia dibagiberdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga mulut, orofaring, esofagus atau berdasarkanmekanismenya yaitu dapat menelan tetapi enggan, memang dapat menelan atau tidak dapatmenelan sama sekali, atau baru dapat menelan jika minum segelas air, atau kelainannya hanyadilihat dari gangguan di esofagusnya.

 

III Berbicara

Percakapan  digunakan untuk berkomunikasi antar individu Untuk menyempurnakan prosespercakapan ini, diperlukan aktivitas otot. Bagian penting dalam percakapan dan bahasa adalahcerebral cortex yang berkembang sejak lahir dan memperlihatkan perbedaan pada orangdewasa. Perbedaan ini memperlihatkan bahwa pengalaman phonetic bukan hal yang perluuntuk perkembangan area pusat saraf dalam sistem percakapan.

 

Otot‑otot yang mengkomando organ bicara diatur oleh motor nuclei di otak, dengan produksisuara diatur oleh control pusat di bagian rostral otak.

Respirasi. Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara. Pada bicara yangnormal, aparatus pernapasan selama ekshalasi menyediakan aliran berkesinambungan dariudara dengan volume  yang  cukup dan tekanan (di bawah kontrol volunteer  adekuat) untukphonasi. Aliran dari udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru‑paru oleh fasial danstruktur oral dan memberikan peningkatan terhadap simbol suara yang dikenal sebagai bicara

 

III.1 Struktur fungsional organ pengucapan

III.1.1 Laring

Laring merupakan penghubung antara faring dan trakea, didisain untuk memproduksi suara(fonasi). Laring ini terdiri dari 9 kartilago, 3 kartilago yang berpasangan dan 3 yang tidakberpasangan. Organ ini terletak pada midline didepan cervikal vertebra ke 3 sampai c 6.

Organ ini dibagi ke dalam 3 regio:

*        Vestibule

Page 13: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 13/20

*        Ventricle

*        Infraglotitic

Vocal fold (true cord) dan vestibular fold (false cord) terletak pada regio ventricle.

Didalam faring ini terdapat pita suara yang dapat menghasilkan gelombang suara yangnantinya akan di modifikasi oleh resonator dan articulator yang kemudian  dihasilkan suarayang seperti kita ucapkan sehari‑hari. Pergerakan pita suara (abduksi, adduksi dan tension)dipengaruhi oleh otot‑otot yang terdapat disekitar laring, dimana fungsi otot‑otot tersebutadalah:

M. Cricothyroideu                                 menegangkan pita suaraM. Tyroarytenoideus (vocalis)               relaksasi pita suaraM. Cricoarytenoideus lateralis               adduksi pita suaraM. Cricoarytenoideus posterior             abduksi pita suaraM. Arytenoideus transversus            menutup bagian posterior rima glotidis

 

III.1.2 Vocal Tract

Vocal tract pada manusia merupakan acoustic tube dari cross section dengan panjang sekitar17 cm dari vocal fold hingga bibir. Area cross section ini bervariasi dari 0‑20 cm2 denganpenempatan bibir, rahang, lidah, dan velum(soft palate). Perangkap (trap‑door action) yangdibuat sepasang velum pada vocal tract membuat secondary cavity yang berpartisipasi dalamspeech production‑ nasal tract. Nasal cavity memiliki panjang sekitar 12 cm dan luas 60 cm3.

Untuk bunyi suara, sumber rangsang adalah velocity volume dari udara yang melewati vocalcords. Vocal tract bertindak pada sumber ini sebagai filter dengan frekuensi yang diinginkan,berkorespondensi dengan resonansi akustik dari vocal tract

 

III.1.3 Voiced Sounds (Suara)

Suara, contohnya huruf vokal (a,i,u,e,o), diproduksi dengan meningkatkan tekanan udara diparu‑paru dan menekan udara untuk bergerak ke glottis (lubang antara vocal cords), sehinggavocal cords bergetar.

Getaran tersebut mengganggu aliran udara dan menyebabkan getaran broad spectrum quasi‑periodic  yang berada di vocal tract. Ligament yang bergetar dari vocal cords memiliki panjang18 mm dan glottal yang secara khusus bervariasi dalam area dari 0‑20 mm2. Otot laryngealyang mengatur  vocal folds dibagi menjadi tensors, abductors, dan adductors.  Naik danturunnya pitch dari suara dikontrol oleh aksi dari tensor – crico‑thyroid dan otot vocalis.Variasi dalam tekanan subglottal juga penting untuk mengatur derajat getaran laryngeal.

 

 

Page 14: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 14/20

 

III.1.4 Artikulasi dan Resonansi

Ketika suara dasar dihasilkan oleh vocal tract, suara tersebut dimodifikasi  untukmenghasilkan suara yang jelas dengan proses resonansi dan artikulasi

Dengan kegunaan sifat‑sifat resonant dari vocal tract, bunyi suara dasar disaring. Kualitasakhir dari suara tergantung dari ukuran dan bentuk berbagai cavitas yang berhubungandengan mulut dan hidung. Bentuk dari beberapa cavitas ini bisa diubah oleh berbagai macamaktivitas bagian yang dapat bergerak dari pharynx dan cavitas oral.

Cavitas yang berhubungan dengan dengan hidung adalah cavitas nasal, sinus, dannasopharynx. Nasopharynx dengan cepat berubah‑ubah dan variasi ini dihasilkan olehkontraksi otot‑otot pharyngeal dan gerakan dari palatum lunak.

Cavitas yang berhubungan dengan mulut adalah cavitas oral dan oropharynx. Kedua cavitasini bisa diubah‑ubah oleh kontraksi dari otot‑otot. Semua cavitas ini mengambil danmemperkuat suara fundamental yang dihasilkan oleh getaran dari vocal cords. Fungsi inidikenal dengan sebutan resonansi. Pergerakan dari palatum lunak, laring, dan pharynxmembuat manusia dapat mencapai keseimbangan yang baik antara resonansi oral dan nasalyang akhirnya menjadi karakteristik dari suara tiap‑tiap individu.

Artikulasi adalah proses penghasilan suara dalam berbicara oleh pergerakan bibir, mandibula,lidah, dan mekanisme palatopharyngeal dalam kordinasi dengan respirasi dan phonasi

Fungsi dari mekanisme pengucapan adalah untuk mengubah bentuk dari tonsil laryngeal danuntuk membuat suara dalam rongga mulut. Suara yang penting terbentuk adalah pengucapankonsonan, yang ditekankan sebagai iringan suara oleh gesekan bunyi. Konsonan dibentuk darigelombang udara yang berkontak dari arah yang berlawanan. Misalnya pada kontak antaradua bibir saat pengucapan huruf “p” dan “b”. Contoh lainnya juga pada lidah yangmenyentuh gigi dan palatum saat pengucapan huruf “t” dan “d”.

Tanpa kemampuan (kapasitas) pengucapan, suara yang dihasilkan hanya berupa faktorkekuatan, volume, dan kekuatan, seperti suara yang hanya dihasilkan oleh huruf vocal. Hal initerbukti secara klinis ketika kemampuan berbicara seseorang hilang pada penderita paralyticstroke. Kemampuan berbicaranya hanya seperti pengucapan huruf vocal saja dengan sedikitkonsonan.

Disamping menyuarakan suara‑suara, sistem vokal dapat menghasilkan dua macam suara‑suara yang tak terdengar: fricative sounds dan plosive sounds.

Fricative sounds dicontohkan oleh konsonan s,sh, f, dan th, yang dihasilkan ketika traktusvokal setengah tertutup pada beberapa titik dan udara tertekan melewati konstriksi padakecepatan yang cukup tinggi untuk menghasilkan turbulensi.         Konsonan fricativemembutuhkan sangat sedikit penyesuaian pada artikulator, dan sering terdengar  tidaksempurna pada kasus maloklusi atau penggunaan denture.

Plosive sounds, konsonan p, t, dan k, diproduksi ketika traktus vokal tertutup seluruhnya (biasanya dengan bibir atau lidah), membiarkan tekanan udara meningkat saat menutup, dankemudian membuka dengan tiba‑tiba. Untuk beberapa suara, seperti fricative consonant v dan

Page 15: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 15/20

z yang terdengar, adanya kombinasi dari dua sumber suara.

Pembentukan pada pergerakan untuk kemampuan bicara berkaitan dengan  fungsi kontinyudari sensorik informasi dari reseptor otot  dan mechanoreceptor cutaneous yangdidistribusikan sepanjang respiratosy, laringeal, dan sistem orofacial.

 

 

 

 

 

III.2 Vokalisasi

 

 

Laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator). Elemen yang bergetar adalah pitasuara. Pita suara menonjol dari dinding lateral laring ke arah tengah dari glotis. pita suara inidiregangkan dan diatur posisinya oleh beberapa otot spesifik pada laring itu sendiri.

Gambar 37‑10B menggambarkan pita suara. Selama pernapasan normal, pita akan terbukalebar agar aliran udara mudah lewat. Selama fonasi, pita menutup bersama‑sama sehinggaaliran udara diantara mereka akan menghasilkan getaran (vibrasi). Kuatnya getaran terutamaditentukan oleh derajat  peregangan pita,  juga oleh bagaimana kerapatan pita satu sama laindan oleh massa pada tepinya.

Gambar 37‑10A memperlihatkan irisan pita suara setelah mengangkat tepi mukosanya. Tepatdi sebelah dalam setiap pita terdapat ligamen elastik yang kuat dan disebut ligamen vokalis.Ligamen ini melekat pada anterior dari kartilago tiroid yang besar, yaitu kartilago yangmenonjol dari permukaan anterior leher dan (Adam’s Apple”). Di posterior, ligamen vokalisterlekat pada prosessus vokalis dari kedua kartilago aritenoid. Kartilago tiroid dan kartilagoaritenoid ini kemudian berartikulasi pada bagian bawah dengan kartilago lain, yaitu kartilagokrikoid.

Pita suara dapat diregangkan oleh rotasi kartilago tiroid ke depan atau oleh rotasi posteriordari kartilago aritenoid, yang diaktivasi oleh otot‑otot dari kartilago tiroid dan kartilagoaritenoid menuju kartilago krikoid. Otot‑otot yang terletak di dalam pita suara di sebelahlateral ligamen vokalis, yaitu otot tiroaritenoid, dapat mendorong kartilago aritenoid ke arahkartilago tiroid dan, oleh karena itu, melonggarkan pita suara. Pemisahan otot‑otot ini jugadapat mengubah bentuk dan massa pada tepi pita suara, menajamkannya untuk menghasilkanbunyi dengan nada tinggi dan menumpulkannya untuk suara yang lebih rendah (bass).

Akhirnya, masih terdapat beberapa rangkaian lain dari otot laringeal kecil yang terletak diantara kartilago aritenoid dan kartilago krikoid, yang dapat merotasikan kartilago ini ke arahdalam atau ke arah luar atau mendorong dasarnya bersama‑sama atau memisahkannya, untuk

Page 16: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 16/20

menghasilkan berbagai konfigurasi pita suara.

 

IV Basis neural bahasa

Salah satu perbedaan terpenting antara manusia dan binatang rendah adalah adanya fasilitaspada manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Selanjutnya, karena tes neurologicdapat dengan mudah menaksir seberapa besar kemampuan seseorang untuk berkomunikasisatu sama lain, maka kita dapat mengetahui lebih banyak tentang sistem sensorik dan motorikyang berkaitan dengan proses  komunikasi daripada mengenai fungsi segmen kortikal lainnya.

Terdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi, yaitu: aspek sensorik (input bahasa),melibatkan telinga dan mata, dan kedua, aspek motorik (output bahasa) yang melibatkanvokalisasi dan pengaturannya.\

 

IV.1 Aspek Sensorik pada Komunikasi

Pada korteks bagian area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual, bila mengalami kerusakan,maka dapat menimbulkan ketidakmampuan untuk mengerti kata‑kata yang diucapkan dankata‑kata yang tertulis. Efek ini secara berturut‑turut disebut sebagai afasia reseptif auditorik danafasia reseptif visual atau lebih umum, tuli kata‑kata dan buta kata‑kata (disleksia). Studi dariafasia ini mempunyai peran penting pada pemahaman neural basis dari bahasa. Penyebabpaling sering ialah trauma kepala (head trauma). Penyebab selanjutnya ialah stroke: 40% majorvascular events pada hemisfer cerebral yang mengakibatkan language disorders.

Afasia anomik (Anomic aphasia)

Pada afasia ini, satu‑satunya gangguan ialah pada kemampuan untuk menemukan kata‑katayang benar. Ini merupakan bentuk afasia yang tidak biasa. Akan tetapi, biasanya merupakanlesi pada aspek posterior dari lobus temporal inferior kiri, dekat dengan garis temporal‑occipital.

Afasia Wernicke dan Afasia Global

Beberapa orang mampu mengerti kata‑kata yang diucapkan ataupun kata‑kata yang dituliskannamun tak mampu menginterpretasikan pikiran yang diekspresikan walaupun saatmendengar music atau suara nonverbal akan normal. Biasanya pasien berbicara sangat cepatbaik ritme, grammar, dan artikulasi. Apabila tidak benar‑benar didengarkan, akan terdengarhampir normal.  Keadaan ini sering terjadi bila area Wernicke yang terdapat di bagianposterior hemisfer dominan girus temporalis superior mengalami kerusakan. Oleh karena itu,tipe afasia ini disebut afasia Wernicke.

Bila lesi pada are Wernicke ini meluas dan menyebar (1) ke belakang ke region girus angular,(2) ke inferior ke area bawah lobus temporalis, (3) ke superior ke tepi superior fisura sylviandari hemisfer kiri, maka penderita tampak seperti benar‑benar terbelakang secara total (totallydemented) untuk mengerti bahasa atau berkomunikasi, dan karena itu dikatakan menderitaafasia global.

Page 17: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 17/20

Transcortical sensory aphasia

Merupakan pemutusan area Wernicke dari posterior parietal temporal association area. Hal inimenyebabkan fluent aphasia dengan kurangnya pemahaman dan juga kecacatan saat berpikirataupun mengingat arti dari suatu tanda atau kata‑kata. Pasien tidak dapat membaca, menulisdan juga ditandai dengan kesusahannya mendapat kata‑kata, tetapi dapat mengulang apayang telah dibicarakan dengan mudah dan fasih.

 

IV.2 Aspek Motorik Komunikasi

Proses bicara melibatkan dua stadium utama aktivitas mental:

1.  Membentuk buah pikiran untuk diekspresikan dan memilih kata‑kata yang akandigunakan, kemudian

2.  mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri.

Pembentukan buah pikiran dan bahkan pemilihan kata‑kata merupakan fungsi area asosiasisensorik otak. Sekali lagi, area Wernicke pada bagian posterior girus temporalis superiormerupakan hal yang penting untuk kemampuan ini. Oleh karena itu, penderita yangmengalami afasia Wernicke atau afasia global tak mampu memformulasikan pikirannya untukdikomunikasikan. Atau bila lesinya tak begitu parah, maka penderita masih mampumemformulasikan pikirannya namun tak mampu menyusun kata‑kata yang sesuai secaraberurutan dan bersama‑sama untuk mengekspresikan pikirannya. Seringkali, penderita fasihberkata‑kata namun kata‑kata yang dikeluarkannya tidak berurutan.

Afasia Motorik akibat Hilangnya Area Broca.

Kadang‑kadang, penderita mampu menentukan apa yang ingin dikatakannya, dan mampubervokalisasi, namun tak dapat mengatur sistem vokalnya untuk menghasilkan kata‑kataselain suara ribut.  Efek ini, disebut afasia motorik, disebabkan oleh kerusakan pada areabicara Broca, terletak di regio prefrontal dan fasial premotorik korteks (kira‑kira 95%kelainannya di hemisfer kiri). Oleh karena itu, pola keterampilan motorik yang dipakai untukmengatur laring, bibir, mulut, sistem respirasi, dan otot‑otot lainnya yang dipakai untuk bicaradimulai dari daerah ini.

 

 

Artikulasi

Berarti gerakan otot‑otot mulut, lidah, laring, pita suara, dan sebagainya, yang bertanggungjawab untuk intonasi, waktu, dan perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara. Regiofasial dan laryngeal korteks motorik mengaktifkan otot‑otot ini, dan serebelum, ganglia basalis,dan korteks sensorik semuanya membantu mengatur urutan dan intensitas kontraksi otot,dengan mekanisme umpan balik serebelar dan fungsi ganglia basalis. Kerusakan setiap regioini dapat menyebabkan ketidakmampuan parsial atatu total untuk berbicara dengan jelas.

Lesi yang tidak mempengaruhi cerebral cortex, khususnya lesi vascular pada basal ganglia dan

Page 18: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 18/20

Lesi yang tidak mempengaruhi cerebral cortex, khususnya lesi vascular pada basal ganglia danthalamus, dapat juga menyebabkan afasia yang disebut afasia subcortical.

Lesi kecil pada otak dapat merusak kemampuan untuk membaca dan/atau menulis, tanpamenganggu bicara ataupun fungsi kognitif lainnya. Alexia (ketidakmampuan untuk membaca)dengan agraphia (ketidakmampuan menulis) berhubungan dengan lesi kortex pada lobusparietal kiri, dibelakang cortex area auditorik. Alexia tanpa agraphia berhubungan denganlobus occipital kiri.

IV.3 Lokalisasi pusat kontrol bahasa

Vokalisasi mamalia  membutuhkan koordinasi pergerakan pernapasan, laryngeal artikulatori(supralaryngeal). Moto neuron bertanggung jawab untuk pergerakan respiratori yang beradadalam corda spinalis lumbar atas, toraxic dan servikal. Kontrol – kontrol ditemukan dalamnucleus ambiguus. Neuron yang bertanggung jawab untuk kontrol pergerakan artikulatorterlokalisasi dalam nukleus motorik trigeminal, nukleus facial, rostal nucleus ambiguus,nucleus hipoglosal, dan corda spinalis servical atas. Demikian, bahkan pada tingkat kontrolefferen kontrksi otot (jalur final) yang umum, vokalisasi melibatkan suatu satuan ekstensivepada motoneuron yang bersambung dari pons ke corda spinalis.

Transeksi pusat otak diatas nucleus motorik trigeminal pada hewan mengakibatkan hewan”ini bisu. Karena itu, pertukaran informasi sraf antara nuclei motor cranial, motoneuronrespiratorius spinalis, dan informasi somato sensorik yang memasuki batang otak bawah dancorda spinalis tidak cukup u8ntuk menginisiai vokalisasi. Input koordinasi dari pusat cerebralyang lebih tinggi diperlukan. Dengan beberapa penelitian behavioral yang hati” padaproduksi bahasa, para neurologis telah mendeskripsikan beberapa aphasia yang biasanyaterlibat dalam area berbeda di hemisver otak. Salah satu aphasia yang paling awal, wernicke’saphasia, yang mana pasien dapat berbicara sangat cepat, tanpa peduli irama, pola kalimat, danartikulasi. Kata”, jika tidak didengarkan secara baik”, dapat terdenga hampir normal. Pasiengagal menggunakan kata” yang benar dan justur menggunakan frase circumlacutory.Karakteristik lain parafrasia, yang mana satu kata atau frase disubsitusi untuk yang lain,terkadang pada makasud yang terkait, ataupun tidak terkait. Pasien ini dapat memilikikehilangan percakapan yang parah walaupun pendengaran suara non verbal dan musik bisajadi sepenuhnya normal. Lesi saraf ini berhubungan dengan gangguan linguistik asosiasiseperti ketidak mampuan membaca (aleksia) dan ketidak mampuan menulis (agrafia).

Pada Broca’s apasia , kata‑kata terjadi secara perlahan, artikulasi tidak rapi, dan kata”gramatikal kecil dan akhiran huruf mati dan kata kerja bersambung jadi kata‑kata diucapkanmemiliki gaya telegrafik. Lesi ini terlokalisasi dalam zona bahasa anterior, dan bukan lesikombinasi.

Conduction aphasia, menyerupai Wernicke’s aphasia pada keberadaan kata” yang kebanyakannormal dan lancar tapi repetisi yang buruk, juga kompensasi auditori yang baik. Lesi inimengkompromisasi struktur yang cecara normal mentransfer informasi auditori ke sistemmotor, langkah fisiologis diperlukan untuk tindakan mengulangi kalimat.

Pasien dengan global aphasia tidak dapat berbicara atau memahami bahasa. Mereka tidakdapat membaca, menulis, mengulangi, atau menyebutkan nama barang‑barang. Lesi iniektensive dan yang secara esensial di suplai oleh cabang cortical pada arteri tengah otakmengarahnkan semua perisylvian territory pada hemisver kiri.

Page 19: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 19/20

Pada anomic aphasia, satu‑satunya gangguan adalah dalam menemukan kata” yang tepat. Iniadalah bentuk aphasia yang tidak biasa yang secara khas mengikuti lesi di aspek posteriorlobus temporalis inferior kiri, dekat border temporal‑occipital.

Transcortical motor aphasia dihasilkan dari lesi yang memutuskan hubungan area broca’s daricortex motori suplementer. Pasien akan melakukan percakapan tapi hanya dapatmengucapkan sedikit syllables.

Transcortical sensory mengikuti diskoneksi dari Wernicke’s area pada area asosiasi temporalparietal posterior. Ini menyebabkan aphasia lancar dengan pemahaman yang defektif, dandefek dalam berfikir atau mengingat maksud sinyal dan tanda‑tanda.

Pasien tidak bisa membaca dan menulis dan juga memiliki kesulitan dalam menemukan kata‑kata tapi dapat mengulangi kata‑kata verbal secara mudah dan lancar.

Lesi yang tidak mempengaruhi cortex cerebral, biasanya lesi vaskuler dalam ganglia basalisdan talamus, dapat juga dihasilkan dalam aphasia yang biasanya disebut subcortical aphasia.

 

 

IV.4 Dominasi Cerebral

Kerusakan di area korespondensi di sisi lain otak meninggalkan kemampuan berbahasa yangutuh. Hanya sedikit keruskan di hemisfer kanan otak menyebabkan kerusakan bahasa. 97%dari mereka memiliki kerusakan di hemisver kiri otaknya. Kontrol unilateral pada fungsitertentu disebut dominasi cerebral.

Tanda bahasa juga menyediakan pengertian untuk produksi bahasa. Tidak seperti kata‑kata,penandaan terdiri atas serangkaian bahasa tubuh yang di interpretasikan oleh sistem visualdaripada sistem auditorial. Pengertian tanda juga dilokalisasi dihemisver kiri. Lesi pada otakkiri menyebabkan individu tuli menjadi aphasic pada bahasa tanda.

 

IV.5 Teori pemrosesan bahasa

Berdasarkan pembelajaran ekstensive pada kelainan berbahasa dan lesi anatomis terasosiasi,dibuatlah model aktivitas otak selama produksi bahasa. Teori para connectionist menjelaskanbahwa ketika sebuah kata terdengar, output dari area auditorial primer pada cortex diterimaoleh Wernicke’s area. Jika kata‑kata tersebut adalah untuk diucapkan, polanya ditranmisikandari Wernicke’s area ke Broca’s area dimana bentuk artikulatori dibangun dan dikirim ke areamotorik yang mengontrol pergerakan otot‑otot berbicara. Jika kata‑kata yang digunakan dieja,pola auditorial dikirim ke cortex agranular, dimana ia mendapatkan pola visualnya. Saatsebuah kata dieja, output dari area visual primer melewati gyrus anguler, yang padagilirannya membangkitkan bentuk auditori korespondensi pada kata dalam Wernick’s area.

Bahasa mengandung banyak tipe informasi linguistik termasuk informasi yang mengenalistruktur suara dari ungkapan (fonologi), informasi tentang bentuk tata kalimat (sintaksis), daninformasi yang mengenali maksud ungkapan (semantik). Bukti‑bukti tekah menujukkan

Page 20: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, Dan Bicara _ Dentisha's Blog

29/3/2015 Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara | Dentisha's Blog

https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologipengunyahanpenelanandanbicara/ 20/20

bahwa area cortical yang terlibat dengan bahasa tidaklah bekerja sendiri, tapi kemungkinandibagi‑bagi menjadi area terpisah untuk menangani bahasa yang berbeda, karena ada lesi‑lesipada orang‑orang multilingual yang meninggalkan hanya satu keutuhan. Area‑area terpisahini juga dijelaskan sebagai yang memegang taspek‑aspek tata bahasa berbeda. Berdasarkanpenelitian ini yang lainnya, teori para connectionist telah digantikan oleh teori modulerdimana bahasa diproses secara paralel dengan banyak area berbeda yang bertanggung jawabuntuk tugas‑tugas kognitif yang berbeda.

 

 

 

 

 

Comments RSS (Really Simple Syndication) feed

2 Comments:

fiiFebruary 18, 2011 at 10:18 amthanks 

Replydentisha1990March 4, 2011 at 11:23 amyour welcome.. 

Reply

Blog at WordPress.com. | The Motion Theme.Follow

Follow “Dentisha's Blog”

Build a website with WordPress.com

About these ads