28
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas perairan yang sangat luas. Luas perairan laut Indonesia mencapai 5,8 juta km 2 yang terdiri dari perairan territorial 3,1 juta km 2 dan 2,7 juta km 2 perairan ZEE. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan perikanan telah memiliki modal yang sangat kuat untuk dikembangkan di Indonesia (Yuniarti, 2000 dalam atira 2011). Perikanan merupakan salah satu upaya manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati perairan untuk kepentingan hidupnya, baik berupa sumberdaya hayati hewani maupun tumbuh-tumbuhan. Pengelolahan sumberdaya perairan, secara garis besarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu perikanan budidaya dan perikanan penangkapan. Dalam perikanan budidaya termasuk pendederan, pembenihan dan pembesaran. Sedangkan penangkapan meliputi penangkapan ikan dan organisme

Fiswan Prak Sirip

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan ini berhubungan dengan mata kuliah ikhtiologi,untuk Fakultas perikanan dan ilmu kelautan.Semoga bermanfaat ya.

Citation preview

I

PAGE 18

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas perairan yang sangat luas. Luas perairan laut Indonesia mencapai 5,8 juta km2 yang terdiri dari perairan territorial 3,1 juta km2 dan 2,7 juta km2 perairan ZEE. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan perikanan telah memiliki modal yang sangat kuat untuk dikembangkan di Indonesia (Yuniarti, 2000 dalam atira 2011).Perikanan merupakan salah satu upaya manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati perairan untuk kepentingan hidupnya, baik berupa sumberdaya hayati hewani maupun tumbuh-tumbuhan. Pengelolahan sumberdaya perairan, secara garis besarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu perikanan budidaya dan perikanan penangkapan. Dalam perikanan budidaya termasuk pendederan, pembenihan dan pembesaran. Sedangkan penangkapan meliputi penangkapan ikan dan organisme lainnya yang berada di perairan umum dan laut (Lesmana, 2001 dalam atira 2011).

Pakan merupakan salah satu penentu yang sangat besar peranannya dalam usaha budidaya ikan baik dilihat sebagai faktor penentu pertumbuhan maupun dilihat dari segi biaya produksi. Dari keterkaitan hubungan antara fisiologi, pencernaan, nutrisi dan pertumbuhan maka jelas bahwa pemahaman tentang fisiologi pencernaan sangat dibutuhkan dalam pengembangan budidaya (Affandi, 2002).

Ikan mempunyai peranan yang tinggi sebagai sumber gizi, hal ini disebabkan karena ikan relatif mudah didapat dan harganya terjangkau untuk semua lapisan ekonomi masyarakat, kandungan gizinya yang tinggi, dan nilai biologis ikan itu sendiri yaitu 20 %. Nilai biologis adalah perbandingan antara jumlah protein yang diserap dan jumlah protein yang dikeluarkan oleh tubuh. (Feliatra dkk, 2003). Ikan terkenal sebagai makhluk hidup yang mempunyai potensi fekunditas yang tinggi dimana kebanyakan jenis ikan merupakan penghasil telur beribu-ribu bahkan berjuta-juta butir setiap tahun. Apabila alam tidak mengaturnya maka dunia ini akan sangat padat sekali dengan ikan (Anonim, 2006). 1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum adalah untuk mengamati aktivitas pergerakan dari masing-masing sirip baik sirip dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip ekor (caudal fin), sirip anus (anal fin), dan sirip punggung (dorsal fin) sementara itu pada mekanisme ikan mengambil makanan dan laju menghancurkan makanan di dalam lambung adalah untuk mempelajari cara beberapa jenis ikan mengambil makanan dan kecepatan kemampuan saluran pencernaan menghancurkan jenis makanan yang dimakan oleh ikan.1.3. ManfaatPertama, dengan praktikum ini praktikan diharapkan mengetahui kebiasaan pergerakan sirip ikan dan caranya mengambil suatu jenis makanan.Kedua, para praktikan juga diharapkan dapat mengetahui waktu yang diperlukan ikan dalam penghancuran suatu jenis makanan tertentu.II. TINJAUAN PUSTAKA

Sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan arah dan gerak ikan. Sirip pada ikanb terdiri dari sirip punggung (Dorsal ), sirip perut (Ventral), sirip anus (Anal), sirip dada (Pectoral), dan sirip ekor (Caudal), kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lainnya bersifat tunggal. Tidak semua spesies ikan dipermukaan bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna melainkan ada yang tidak lengkap

Bentuk dan posisi masing-masing sirip pada ikan sangat bervariasi antara satu spesies dengan spesies lainnya. Bahkan ada beberapa jenis ikan yang kekurangan satu dari macam sirip seperti halnya pada ikan selais (Cryptppterus sp), bawal laut (Sromateus sp). Ada juga ikan yang memiliki sirrip yang telah termodifikasi salah satu nya ikan gurami (Osphronemus gouramy) dan ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis) (Pulungan dkk, 2007). Cara ikan mengambil makanan dari alam lingkungan sangat bervariasi yaitu tergantung pada ukuran, umur ikan, spesies ikan dan sipat ikannya. Dalam upaya mendapatkan dan memakan makanannya sangat dipengaruhi oleh posisi keberadaan mangsa yang akan dimakan, aktivitas gerak dari mangsa, bentuk makanan, ukuran makanan dan warna dari makanan yang akan dimakan (Ridwan dkk, 2006).

Menurut Alifuddin (2001) ukuran lambung biasanya berkaitan dengan jenis dan ukuran makanan yang dimakan, ikan yang secara rutin memangsa makanan yang besar mempunyai lambung yang besar dan sebaliknya bagi ikan yang memangsa makanan yang kecil, ukuran lambungnya kecil atau tidak mempunyai lambung.

Ikan tidak pernah mengunyah dan menghancurkan makanan secara fisik di dalam rongga mulut karena tidak memiliki gigi geraham seperti pada mamalia. Maka dari itu proses penghancuran makanan berlangsung di dalam lambung pada ikan karnivora, pada lambung palsu yaitu ikan Cyprinidae dan pada intestinum pada ikan herbivora. Oleh karena itu kecepatan dan kemampuan lambung, lambung palsu serta intestinnum ikan menghancurkan makanan tergantung pada jenis makanan yang dimakan, jenis enzim yang terdapat dalam saluran pencernaan, bentuk serta ukuran saluran pencernaan yang dimiliki oleh setiap spesies ikan (Pulungan dkk, 2007).Secara anatomis, struktur alat pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk tubuh, kebiasaan makanan dan kebiasaan memakan (katagori ikan) serta umur (stadia hidup) ikan. Struktur dan fingsi dari bagian-bagian alat pencernaa. 1) saluran pencernaan yang maliputi mulut, rongga mulut, pharynx, esofagus, lambung, pylorus, usus, rectum dan anus. 2) kelenjar pencernaa yang meliputi : hati dan empedu serta pankreas (Affandi, 2002).Dapnia sp dan moina sp, kutu air adalah udang-udangan renik yang termasuk dalam. Filum: Arthropoda, kelas: Crustacea, Subkelas: Entomostraca, familia: Daphnidae, Ordo: Phylopoda, subordo: Cladosera. Moinai berukuran 500-1.000 mikron) dan Daphnia berukuran 1.000-5.000 mikron. Diatara udang-udangan renik lainya, kutu air termasuk yang paling primitif.

Cacing Tubifex sering disebut cacing rambut karena bentuk dan ukurannya seperti rambut. Ukurannya kecil dan ramping, panjang 1-2 cm. Warna tubuh kemerah-merahan. Termasuk kelompok nematoda. Tubuhnya beruas-ruas. Cacing ini memiliki saluran pencernaan. Mulutnya berupa celah kecil, terletak di bagian terminal. (Yurisman, 2004).

III. BAHAN DAN METODE3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan pada Hari Senin Tanggal 9 Maret 2015, Pukul 13.00-15.00 WIB yang bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.3.2. Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Hewan Air ini adalah ikan patin (Pangasius sutchi) sebanyak 8 ekor yang berukuran panjang 6 8 cm, jenis makanan ikan seperti pellet dan tubifex secukupnya. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah toples yang digunakan untuk wadah meletakkan ikan sebagai pengganti akuarium,stopwatch untuk menghitung waktu, tangguk kecil untuk menangkap ikan, gunting bedah untuk membedah tubuh ikan, tissue untuk membersihkan alat-alat praktikum, serbet untuk membersihkan meja praktikum, mistar untuk mengukur panjang ikan,buku penuntun, pensil (alat tulis lain nya), dan nampan.3.3. Metode Praktikum

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengamatan secara langsung yang dilakukan di Laboratorium Biologi Perairan Universitas Riau.3.4. Prosedur Praktikum Pengamatan Pergerakan Sirip-Sirip Ikan`pada saat sesudah dan sebelum diberi makan

Pertama siapkan toples 3 buah untuk wadah,kemudian masukkan air dan ikan sampel pada masing-masing toples secara bersamaan kedalam masing-masing toples tersebut dimana pada toples pertama terdiri dari 3 ekor ikan patin,pada toples ke 2 masukan 3 ekor ikan patin juga sedangkan pada toples yang ketiga masukan 2 ekor ikan patin saja,kemudian amati secara berkala pergerakan sirip-sirip yang digiunakan sebelum diberi makanan baik itu tubifex dan pellet.Kemudian setelah selesai pengamatan pertama dilanjutkan dengan mengamati kembali pergerakan sirip pada saat ikan diberi makanan yaitu sirip-sirip apa saja yang digunakan ikan saat ikan mengambil makanan yang di atas mengambil makanan yang di dasar dan terakhir mengambil makanan yang bergerak ke atas dan ke bawah. Mekanisme Ikan Mengambil Makanan Dan Laju Menghancurkan Makanan Di Dalam Lambung

Pada 3 toples tadi diantaranya toples pertama terdiri dari 3 ekor ikan patin dimasukkan pellet secukupnya saja,sedangkan pada toples ke 2 yang terdapat 3 ekor ikan patin tadi masukkan Tubifex sedangkan pada toples yang ketiga yang terdapat 2 ekor ikan patin tidak dimasukkan apa-apa(kontrol).Lalu diamkan selama 5 menit lalu diambil dengan menggunakan tangguk sebanyak 1 ekor ikan pada setiap toples tersebut kemudian amati cara ikan memakan kemudian ukur SL/TL,lalu bedah ikan tersebut dan amati jenis makanan yang di makan pada bagian Intestinum (usus) dengan memperhatikan apakah makanan dalam keadaan hancur,sangat hancur atau masih utuh.Kemudian ambil lagi 1 ekor ikan pada menit ke 10 disetiap masing-masing toples dengan melakukan tahapan kerja yang sama seperti pada 5 menit pertama,begitu juga 15 menitnya lakukan pengamatan dengan tahap-tahap yang sama pada tahap sebelumnya.IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil

Ikan Patin ( Pangasius sutchi )Klasifikasi ikan patin ( Pangasius suctki )antara lain:

Phylum: Chordata

Klas

: Pisces

Sub-klas: Teleostei

Ordo

: Ostariophisy

Famili

: Clariidae

Genus

: PangasiusSpesies: ( Pangasius sutchi )

Gambar 1: Ikan Patin ( Pangasius sutchi )

Dari praktikum pengamatan pergerakan sirip-sirip ikan dan mekanisme ikan mengambil makanan dan laju menghancurksan makanan di dalam lambung maka di dapatkan hasilnya sebagai berikut:

Table 1.Pergerakan sirip ikan Patin(Pangasius sutchi)sebelum duberi makanan.SiripArah

MajuMundurDiamAtasBawahBelok

Dorsal

Ventral

Pektoral

Anal

Caudal

Tabel 2 .Pergerakan sirip ikan Patin (Pangasius sutchi)sesudah diberi makanan.SiripArah

MajuMundurDiamAtasBawahBelok

Dorsal

Ventral

Pektoral

Anal

Caudal

Table 3. Mekanisme ikan mengambil makanan dan laju menghancurkan makanan di dalam lambungWaktu (Menit)Ukuran

SL/TL

(cm)Keadaan Makanan

(Pelet)Keadaan Makanan

(Tubifex)Keadaan Makanan

(Kontrol)

HSHMUHSHMUHSHMU

5 MenitIkan Pertama Toples 1

(6,5/8)

Ikan Pertama Toples 2

(5,7/7)

Ikan Pertama Toples 3

(6,5/8)

10 MenitIkan Kedua

Toples 1

(7/8,5)

Ikan Kedua

Toples 2

(6,5/8)

Ikan Kedua

Toples 3

(6,5/7)

15 MenitIkan Ketiga

Toples 1

(6,5/8)

Ikan Ketiga

Toples 2

(6,7/8)

4.2. Pembahasan Pengamatan Pergerakan Sirip Sirip Ikan

Sirip yang terdapat paada tubuh ikan terdiri dari 2 macam sirip berpasangan yaitu sirip dada (pectoral fin) dan sirip perut (ventral fin), dan 3 macam sirip tidak berpasangan yaitu sirip ekor (caudal fin), sirip anus (anal fin), dan sirip punggung (dorsal fin). (Pulungan et al dalam buku penuntun Praktikum Fisologi Hewan Air 2007).

Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan yang dilakukan selama praktikum dalam mengamati pergerakan sirip-sirip ikan Patin adalah ikan ini mempunyai kelengkapan sirip yaitu anal fin, ventral fin, pectoral fin, dorsal fin dan caudal fin yang kelima sirip tersebut mempunyai fungsi masing-masing. Untuk pergerakan sirip sebelum diberi makanan yaitu sebagai berikut pada saaat ikan maju yang paling berfungsi adalah sirip dada dan ekor. Pada saat ikan mundur yang paling sirip tidak berfungsi.Pada saat bergerak keatas sirip yang paling berfungsi adalah sirip dada,punggung, perut dan sirip ekor yang memberikan tenaga dorongan sedangkan sirip Anal tidak berperan. Pada saat turun ke bawah semua sirip berperan.Pada waktu ikan Patin berbelok sirip yang berfungsi adalah sirip dada sebagai kendali dan sirip ekor mendorong.

Sirip pada ikan berfungsi sebagai alat pergerakan ketika ikan berada dalam peraiaran dan masing-masing sirip pada ikan tersebut punya peranan tersendiri dan dalam melakukan aktivitasnya kesemua macam sirip itu saling berinteraksi. Kemampuan sirip-sirip tesebut membuat pergerakan sehingga mempengaruhi kecepatan pergerakan tubuh ikan adalah dipengaruhi oleh urat daging bergaris yang terdapat pada sendi-sendi pangkal sirip (Pulungan dkk, 2007).

Pergerakan sirip ikan setelah diberi makanan pada saat mengambil makanan sirip-sirip bergerak lebih cepat ketika mengambil makanan keatas dan kebawah. Pada saat mengambil makanan yang didasar sirip yang bergerak hanya sirip dada.Untuk proses kimiawi diperlukan berbagai macam enzim yang dihasilkan oleh kelenjar eksokrin dan beberapa sel yang terdapat dalam dinding usus. Jadi pencernaan merupakan kombinasi dari proses mekanis dan kimia (Tim Ikhtiologi, 2012).

Pergerakan ikan ke atas menggunakan sirip punggung (Dorsal), sirip dada (Pectoral), sirip perut (Ventral), sirip anus (Anal) dan sirip ekor (Caudal). Pergerakan ikan menuju ke bawah perairan menggunakan sirip sirip punggung (Dorsal), sirip dada (Pectoral), sirip anus (Anal) dan sirip ekor (Caudal). Pergerakan ikan ke depan menggunakan sirip dada (Pectoral), dan sirip ekor (Caudal). Pergerakan ikan ke belakang menggunakan sirip dada (Pectoral), sirip perut (Ventral), dan sirip ekor (Caudal). Pergerakan ikan yang diam menggunakan sirip dada (Pectoral) dan sirip ekor (Caudal). (Sumantadinata, 2003).Untuk mendapatkan Makanan yang diatas ikan bergerak dengan menggunakan sirip ekor, sirip dada dan sirip punggung. Untuk makanan yang berada di dasar ikan menggunakan sirip ekor dan sirip dada sementara itu untuk mendapatkan makanan yang bergerak ke atas dan ke bawah maka ikan ini menggunakan sirip ekor dan sirip dada. Mekanisme ikan mengambil makanan dan laju menghancurkan makanan di dalam lambung

Dasar gerak mendorong saluran pencernaan adalah gerak peristaltic. Peristaltic merupakan sifat yang terdapat pada otot polos, dan perangsangan pada sembarangan tempat menyebabkan cincin kontraksi. Peregangan akibat sejumlah makanan mengumpul pada bagian usus akan merangsang pada bagian usus berkontraksi. Meskipun secara teoritis, peristaltic dapat terajadi pada masing-masing arah dan tempat perangsangan, tetapi dalam keadaan normal, peristaltic yang menuju kemulut, cepat hilang sedangkan yang menuju ke anus terus berlangsung sampai jarak yang cukup jauh Fujaya (2004).

Dari table di atas dapat dilihat bahwa sirip ekor lebih banyak bergerak pada saat mengambil makanan dari pada sirip sirip lainnya,. Proses pencernaan makan pada pellet dan tubifex dapat di cerna dengan sempurna karena jenis yang dimakan berbentuk lunak sehingga dengan mudah usus mencernanya.

Beberapa ikan dapat dikategorikan menjadi herbivor, karnivor dan omnivor. Ikan herbivor saluran pencernaan lebih panjang dari ikan karnivor ini dipengaruhi oleh jenis makanan, panjang usus dan jumlah makanan yang tidak dapat dicerna (Lumban Batu, 1979 dalam nardi 2012).

Alat-alat pencernaan makanan secara berturut-turut dari awal makanan masuk kemulut dapat dikemukakan sebagai berikut : mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, usus dan anus. Dalam beberapa hal terdapat adaptasi alat-alat tersebut terhadap makanan dan kebiasaan makannya, organ pencernaan ini diengkapi dan dibantu oleh hati dan pancreas (Boer, 2006).

Ukuran lambung biasanya berkaitan dengan jenis dan ukuran makanan yang dimakan, ikan yang secara rutin memangsa makanan yang besar mempunyai lambung yang besar dan sebaliknya bagi ikan yang memangsa makanan yang kecil, ukuran lambungnya kecil atau tidak mempunyai lambung.

Cara ikan mengambil makanan dari alam lingkungan sangat bervariasi yaitu tergantung pada ukuran, umur ikan, spesies ikan dan sipat ikannya. Dalam upaya mendapatkan dan memakan makanannya sangat dipengaruhi oleh posisi keberadaan mangsa yang akan dimakan, aktivitas gerak dari mangsa, bentuk makanan, ukuran makanan dan warna dari makanan yang akan dimakan (Ridwan dkk, 2006).Ikan tidak pernah mengunyah dan menghancurkan makanan secara fisik di dalam rongga mulut karena tidak memiliki gigi geraham seperti pada mamalia. Maka dari itu proses penghancuran makanan berlangsung di dalam lambung pada ikan karnivora, pada lambung palsu yaitu ikan Cyprinidae dan pada intestinum pada ikan herbivora. Oleh karena itu kecepatan dan kemampuan lambung, lambung palsu serta intestinnum ikan menghancurkan makanan tergantung pada jenis makanan yang dimakan, jenis enzim yang terdapat dalam saluran pencernaan, bentuk serta ukuran saluran pencernaan yang dimiliki oleh setiap spesies ikan (Pulungan dkk, 2007).V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada saat ikan bergerak menggunakan sirip baik sebelum dan sesudah mengambil makanan, sirip yang digunakan semua siripnya baik dalam keadaan maju,atas,bawah,dan belok tapi yang paling berperan adalah sirip dada dan sirip ekor, karena pada sirip dad dan ekor merupakan penyeimbang gerakan tubuh ikan. Sedangkan sirip-sirip tidak berguna pada saat ikan dalam keadaan mundur dan diam.Pada pakan yang di berikan ikan juga dapat mencerna dengan sempurna karena pakan yang dimakan lunak sehingga usus dengan mudah mencernanya dan memiliki tingkat kehancuran yang berbeda berdasarkan tingkatan waktunya.5.2. Saran

Pada waktu praktikum terdapat kesulitan pada saat mengamati ikan dalam toples karena ikan cukup tampak dilihat dengan mata telanjang. Jadi tidak ada permasalahan yang berarti pada saat praktikum.

DAFTAR PUSTAKAAffandi, R et al. 2002. Fisiologi Hewan Air. Institut Pertanian Bogor. 213 hal.Anonim. 2006. Fisiologi Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 78 hal. fandi, R dan U. M. Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Pekanbaru. 213 hal.Feliatra et al. 2003. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta: Jakarta.179 hal

.

Hernowo. 2003. Pembenihan Patin . Penebar Swadaya : Jakarta. 66 hal.

Lesmana. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta. 160 hal.Manda, R., I. Lukystiowati., C. Pulungan dan Budijono. 2006. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.Mudjiman, A. 2001. Makanan ikan. Cet. Ke 15. PT. Penebar swadaya. Jakarta. 190 hal.Pulungan, C.,I. Lukystiowati dan Windarti. 2007. Pennuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauran. Universitas Riau. Pekanbaru.

Sumantadinata, K. 2003. Pengembangbiakan Ikan ikan Peliharaan di Indonesia. Sastra Budaya. Bogor. 132 hal.

Sunarwanto, 2004. Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Gajah Mada University. 554 hal. Susanto, H. 2002. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 152 hal.

Yuniarti. 2000. Inventarisasi Dan Identifikasi Ikan Channidae yang terdapat di Sungai Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek Lapang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru. 32 hal (tidak diterbitkan).

LAMPIRANLampiran 1.Alat-alat yang digunakan selama praktikum:

Nampan

Serbet

Tissu

Alat Tulis

Tangguk

Buku Penuntun

Toples

Gunting Bedah Ikan Patin