fitnah kepada Aisyah

Embed Size (px)

Citation preview

Taktik Licik Orang-orang Munafikoleh Webmaster SQ 01.04.2003, updated .. "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kalian juga. Janganlah kalian kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kalian, bahkan ia adalah baik bagi kalian, tiap-tiap seorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang ia kerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya adzab yang besar".(QS an-Nur: 11) Peperangan Bani Musthaliq yang dimenangkan oleh kaum Muslimin dengan gilang-gemilang, tidak serta-merta membuat gagap dan gembira berkepanjangan, bahkan timbul kejadian yang menggemparkan, dikarenakan tersiarnya berita bohong. Akibatnya selama sebulan, udara Madinah ditaburi mendung keragu-raguan, kebimbangan, kegundahan dan kegelisahan.Berita ini merupakan ulah licik tokoh munafiq yang dengan gaya bahasa elok dan mengagumkan meracik informasi sedemikian rupa untuk menjerumuskan Aisyah r.a dalam fitnah yang hina. Adapun ringkasan tersiarnya berita bohong itu sebagai berikut:Dalam peperangan Bani Musthaliq, Aisyah r.a turut menyertai Rasulullah Saw. karena dialah istri yang mendapatkan giliran menyertai beliau. Setelah pulang dari peperangan, mereka singgah di suatu tempat. Aisyah r.a keluar dari rombongan untuk suatu keperluan. Saat itu tanpa disadari, kalungnya jatuh. Maka ia kembali ke tempat itu untuk mencari-cari kalungnya yang jatuh. Tatkala itu, datanglah orang-orang yang bertugas membawa sekedup (tandu) Aisyah r.a. Orang-orang itu menyangka bahwa Aisyah sudah berada di dalam sekedup, maka diangkatlah sekedup itu dan diikatkan pada punggung onta. Lalu berangkatlah mereka semua.Saat kembali ke tempat persinggahan, tak seorangpun berada di sana. Dengan berselimutkan jilbab, Aisyah r.a berbaring di tempat itu dan tertidur. Tatkala berbaring, tiba-tiba Shafwan bin Mu'atthol lewat dan berucap, (kalimat istirja') "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un"! istri Rasulullah. Aisyah pun terbangun. Shafwan adalah orang yang bertugas di belakang pasukan untuk menghalau dan mengamati kalau-kalau ada anggota pasukan yang tertinggal. Setelah mengucapkan istirja', dia mendekatkan dan merendahkan ontanya ke sisi Aisyah r.a tanpa berkata sepatah katapun, Aisyah menaikinya. Shafwan menuntun onta itu hingga dapat menyusul rombongan di Nahruz-Zhahirah, tempat pasukan beristirahat. Di sinilah mulai tersiar fitnah tentang diri Aisyah r.a yang bersumber dari mulut busuk Abdullah bin Ubay bin Salul. Setiba di Madinah Aisyah r.a jatuh sakit dan orang-orang mulai mendesas-desuskan berita itu. Sementara Rasulullah Saw. hanya diam dan tidak menanggapinya. Selama sakit, Aisyah r.a tidak mengetahui sedikitpun tentang berita bohong ini. Pada saat keadaan Aisyah r.a membaik, malam-malam ia keluar bersama Ummu Misthah untuk membuang hajat. Ummu Misthah terpeleset dan mengata-ngatai anak lelakinya. Ketika itulah Ummu Misthah menceritakan berita bohong yang menyebar di Madinah tentang Aisyah.Aisyah segera kembali ke rumah dan meminta izin kepada Rasulullah Saw. untuk pulang ke rumah orang tuanya dan mencari tahu tentang berita yang tersebar. Rasulullah Saw. mengizinkan dan pulanglah Aisyah. Di rumah orang tuanya, Aisyah mendapati kejelasan perihal berita bohong itu yang menyebabkan kesedihan pada dirinya sehingga selama sehari dua malam, Aisyah menangis.Rasulullah Saw. datang mengunjungi Aisyah r.a beliau bersyahadat, lantas bersabda, "Wahai Aisyah, aku telah mendengar mengenai apa yang dibicarakan orang tentang dirimu. "jika engkau tidak bersalah, maka Allah pasti akan membebaskan dirimu. Jika engkau telah melakukan dosa maka minta ampunlah kepada Allah Swt. dan bertaubatlah kepada-Nya" seusai Rasulullah Saw. mengucapkan perkataannya itu, cucuran air mata Aisyah r.a semakin bertambah-tambah. Ia berkata kepada ayahnya,"Berilah jawaban kepada Rasulullah mengenai diriku !" Ayahnya menjawab, "Demi Allah, aku tidak tahu bagaimana aku harus menjawab." Aisyahpun berkata pada ibunya, "Berilah jawaban mengenai diriku"!. Ibunya menjawab, "Demi Allah, aku tidak tahu bagaimana harus menjawab". Lalu Aisyah berkata, "Demi Allah, aku sudah tahu bagaimana kalian juga mendengarnya. Hati kalian terusik dan mempercayainya. Jika ku katakan kepada kalian, sesungguhnya aku bebas dari tuduhan itu, padahal memang Allah tahu bahwa aku bebas darinya, tentunya kalian tidak akan percaya begitu saja kepadaku. Namun jika aku mengakui tuduhan itu, padahal Allah tahu aku bebas darinya, tentunya kalian akan mempercayaiku". "Demi Allah aku tidak mendapatkan perumpaan antara diriku dan diri kalian kecuali seperti perkataan ayah Yusuf "Maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Dan Allah sajalah yang dimohonkan pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian ceritakan"(QS Yusuf: 18)Kemudian Aisyah beranjak dan berbaring di tempat tidur. Saat itu turunlah wahyu. Maka hati Rasulullah Saw. berbunga-bunga seraya tersenyum. Lalu beliau bersabda,"Wahai Aisyah, "Allah telah membebaskanmu dari tuduhan ". Ibunya berkata, "bangunlah dan hampirilah beliau"!. Aisyah menjawab, "Demi Allah aku tidak mau menghampiri beliau, dan tidak memuji kecuali Allah Swt. karena Dialah yang telah menurunkan pembebasanku". Wahyu dari Allah itu adalah ayat 11 dari surat an-Nur, begitu pula sembilan ayat berikutnya.Adapun orang-orang yang paling getol menyiarkan berita bohong dijatuhi hukuman pukul sebanyak delapan puluh kali pukulan. Mereka adalah Misthah bin Utsatsah, Hasan bin Tsabit dan Hamnah binti Jahsy. Sementara tokoh berita bohong, Abdullah bin Ubay tidak dijatuhi hukuman, hanya saja Allah mengancam dengan adzab akhirat yang pedih. Setelah kejadian itu setiap kali Abdullah bin Ubay berbicara, maka kaumnya pasti mencela, mencaci dan mencemoohnya. Dari kisah ini, kita dapat mengambil hikmah mengenai pentingnya sikap sabar tatkala menghadapi ujian berupa fitnahan. Fitnah dapat mendatangi seseorang tanpa pandang bulu tidak terkecuali orang-orang mulia seperti Aisyah r.a. dan derajat ujian tentunya berbanding lurus dengan derajat seseorang di sisi Allah Swt.