22
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Obesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebih daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Mayer, 1973). Kegemukan didefinisikan sebagi kelebihan akumulasi lemak tubuh sedikitnya 20% dari berat rata-rata untuk usia, jenis kelamin, dan tinggi badan (Doengoes, Marilynn E. 1999). Kegemukan adalah keadaan dimana berat badan seseorang melebihi berat badan normal, sedanagkan obesitas adalah suatu kelainan yang ditandai dengan penimbunan lemak secara berlebihan. Untuk tubuh seorang perempuan terdiri dari 25-30 % lemak, sementara pada laki-laki 18-23 %. Bila tubuh melebihi 30 % pada perempuan dan 25 % pada laki-laki maka orang tersebut sudah bisa dikategorikan obesitas ( Rimbawan dan Siagian, 2004). Kegemukan dan obesitas pada anak merupakan konsekuensi dari asupan kalori (energi) yang melebihi jumlah kalori yang dilepaskan atau dibakar melalui proses metabolism di dalam tubuh. Kegemukan dan obesitas pada anak dapat dinilai melalui berbagai metode atau teknik pemeriksaan. Salah satunya dengan indeks massa tubuh. Obesitas ditandai dengan nilai BMI di atas persentil ke-95 pada kurva pertumbuhan, sesuai umur dan jenis kelaminnya. Pengukuran BMI pada anak dapat dilakukan pada rentang usia 2-20 tahun. Di Indonesia, untuk anak usia 5 tahun dipantau melalui Kartu Menuju Sehat. Selain metode tersebut dapat pula dilakukan pemeriksaan lingkar pinggul dan ketebalan lemak kulit (Wahyu, 2009). Berikut ini adalah tabel klasifikasi obesitas menurut indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI): Tabel 2.1: klasifikasi obesitas berdasarkan IMT BMI Status BB 1

Fix Morbid Obesity Kelas B

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fdfertf

Citation preview

Page 1: Fix Morbid Obesity Kelas B

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiObesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya

penimbunan lemak yang berlebih daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Mayer, 1973). Kegemukan didefinisikan sebagi kelebihan akumulasi lemak tubuh sedikitnya 20% dari berat rata-rata untuk usia, jenis kelamin, dan tinggi badan (Doengoes, Marilynn E. 1999). Kegemukan adalah keadaan dimana berat badan seseorang melebihi berat badan normal, sedanagkan obesitas adalah suatu kelainan yang ditandai dengan penimbunan lemak secara berlebihan. Untuk tubuh seorang perempuan terdiri dari 25-30 % lemak, sementara pada laki-laki 18-23 %. Bila tubuh melebihi 30 % pada perempuan dan 25 % pada laki-laki maka orang tersebut sudah bisa dikategorikan obesitas (Rimbawan dan Siagian, 2004).

Kegemukan dan obesitas pada anak merupakan konsekuensi dari asupan kalori (energi) yang melebihi jumlah kalori yang dilepaskan atau dibakar melalui proses metabolism di dalam tubuh. Kegemukan dan obesitas pada anak dapat dinilai melalui berbagai metode atau teknik pemeriksaan. Salah satunya dengan indeks massa tubuh. Obesitas ditandai dengan nilai BMI di atas persentil ke-95 pada kurva pertumbuhan, sesuai umur dan jenis kelaminnya. Pengukuran BMI pada anak dapat dilakukan pada rentang usia 2-20 tahun. Di Indonesia, untuk anak usia 5 tahun dipantau melalui Kartu Menuju Sehat. Selain metode tersebut dapat pula dilakukan pemeriksaan lingkar pinggul dan ketebalan lemak kulit (Wahyu, 2009).

Berikut ini adalah tabel klasifikasi obesitas menurut indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI):

Tabel 2.1: klasifikasi obesitas berdasarkan IMTBMI Status BB< 18,5 Underweight18,5 – 25 Normal weight25 – 29,9 Overweight30 – 34,9 Obese35 – 39,9 Moderately obese40 – 49,9 Morbid obesity>50 Super morbid

obesity

(Prevalens obesitas, Marsen Isbayuputra, FK UI, 2009) Tabel 2.2: klasifikasi obesitas berdasarkan persentil pada anak

1

Page 2: Fix Morbid Obesity Kelas B

5

(Prevalens obesitas, Marsen Isbayuputra, FK UI, 2009)

Gambar 2.1 : grafik BMI pada anak laki-laki dan perempuan(Prevalens obesitas, Marsen Isbayuputra, FK UI, 2009)

2.2 EtiologiObesitas merupakan gangguan keseimbangan energi yang biasanya

bersifat multifaktor. Keadaan obesitas terjadi jika makanan sehari-hari mengandung energi yang melebihi kebutuhan anak yang bersangkutan (positive energy balance). Pada umumnya berbagai faktor menentukan keadaan obesitas seseorang seperti:

1. Herediter Kecenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu telah lama diketahui. Mungkin saja keadaan ini disebabkan oleh kebiasaan keluarga makan banyak dan berkali-kali tiap harinya, susunan makanannya mengandung banyak lemak, sering jajan, dan sebagainya. Dengan demikian masukan energi tiap hari melebihi kebutuhannya. Akan tetapi adanya faktor keturunan dapat dibuktikan misalnya dengan observasi pada anak yang kembar yang dibesarkan terpisah akan tetapi menunjukkan berat badan yang sangat berkorelasi satu sama lain. Penyelidikan lain memberi hasil sebagai berikut: anak kembar monozigot walaupun dibesarkan terpisah mempunyai berat badan yang lebih mendekati dibandingkan dengan anak kembar dizigot walaupun dibesarkan bersama. Lagipula tidak terdapat korelasi antara berat badan anak pungut dan orang tua yang memungutnya, akan tetapi ada korelasi antara anak kandung dengan orang tuanya (Mc Laren, 1973).

BMI percentile for age

Status BB

< 5 underweight

5 – 84 normal85 – 94 Risiko

overweight>95 overweight

Page 3: Fix Morbid Obesity Kelas B

6

2. Bangsa atau sukuPada bangsa atau suku tertentu kadang-kadang terlihat lebih banyak anggota keluarganya yang menderita obesitas. Dalam hal ini sukar untuk menentukan faktor yang lebih menonjol: keturunan atau latar belakang kebudayaannya seperti biasa makan makanan yang mengandung banyak energi, tidak berolah raga, dan sebagainya. Di Amerika, obesitas mncul pada populasi minoritas seperti Afrikan Amerikan, Hipanic, Amerikan, dan Amerikan Indian. Asian Amerika memiliki prevalensi relative kecil (Chapunoff, 2010).

3. Gangguan emosiGangguan emosi merupakan sebab terpenting obesitas anak besar dan remaja. Pada anak yang sedang bersedih hati dan memisahkan diri dari loingkungan timbul rasa lapar yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap masalahnya. Adakalanya kebiasaan makan yang terlampau banyak ini akan menghilang dengan menyembuhkan gangguan emosi yang dideritanya.

4. Gangguan hormon Walaupun sangat jarang, adakalanya obesitas disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antar hormon, seperti pada Sindrom Cushing, hiperaktivitas adrenocortikal, hipogonadisme, dan penyakit hormon lain.

5. Sindrom genetik 1 Sindrom Prader-Willi: keinginan makan kompulsif, distribusi lemak sentral,

hipogonadisme, ketidakmampuan belajar.2 Sindrom Lawrence-Moon-Biedl: hipogonadisme, ketidakmampuan belajar

sedang-berat.3 Distrofi otot: manifestasi lambat4 Sindrom Turner

6. Industri MakananGlobalisasi memiliki pengaruh terhadap cara makan masyarakat. Agrikultur dan makanan memiliki konsolidasi ke dalam perusahaan internasional berskala besar. Masyarakat secara pasif menerima dan menikmati rasa pada makanan yang banyak mengandung lemak, karbohidrat, tinggi garam, dan alkohol (Chapunoff, 2010).

7. MenopausePenurunan produksi estrogen ditambah aktivitas fisik yang kurang dapat menyebabkan perolehan berat badan saat postmenopause dan berkontribusi pada infark miokard, hipertensi, dan diabetes (Chapunoff, 2010).

8. Kebiasaan makanKebiasan makan yang salah diterapkan pada anak dapat berakibat pada obesitas pada anak maupun dewasa (Chapunoff, 2010).

2.3 Manifestasi KlinisBerat badan meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan

perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah dibandingkan dengan anak yang sebayanya.Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas :

Page 4: Fix Morbid Obesity Kelas B

7

a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil dengan jari – jari yang berbentuk runcing.

b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu yang berbentuk ganda.

c. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan.

d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng, kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu.

Gambar 2.2: Perbandingan orang yang mengalami obesitas dan yang

normal

e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada bisep dan trisepnya

Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas.

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru - paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

2.4 Pemeriksaan Diagnostik1. Pemeriksaan metabolik atau endorin

Dapat menyatakan ketidaknormalan misalnya hipotiroidisme, hipogonadisme, peningkatan pada insulin, hiperglikemi. Dapat juga menyebabkan gangguan neuroendokrin dalam hipotalamus yang mengakibatkan berbagai gangguan kimia.

2. Pemeriksaan antropometrikDapat memperkirakan rasio lemak dan otot.

2.5 PenatalaksanaanPenatalaksanaan morbid obesity pada anak dan dewasa hampir

sama,ada beberapa macam cara penatalaksanaannya, antara lain :

Page 5: Fix Morbid Obesity Kelas B

8

1. Modifikasi diet dan kandungan kaloriPerubahan perilaku dan pengaturan makan. Prinsipnya

mengurangi asupan kalori dan meningkatkan keaktifan fisik, dikombinasikan dengan perubahan perilaku. Pertama usahakan mencapai dan mempertahankan BB yang sehat. Konsumsi kalori kurang adalah faktor penting untuk keberhasilan penurunan BB. Pengaturan makan disesuaikan dengan banyak faktor antara lain usia, keaktifan fisik. Makan jumlah sedang makanan kaya nutrien, lemak rendah dan kalori rendah. Pilih jenis makanan dengan kepadatan energi rendah seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, jenis makanan sehat, jenis karbohidrat yang berserat tinggi, hindari manis-manisan, kurangi lemak. Awasi ukuran porsi, dan hitung kalori misalnya makanan yang diproses mengandung lebih banyak kalori daripada yang segar (Behrman, 2000).

2. Peningkatan aktivitas fisikMemotivasi untuk beraktivitas diluar ruangan,bermain di ruang

terbuka tidak hanya menonton Tv atau bermain video game dan melakukan olah raga (Behrman, 2000).

3. Terapi pembedahanTerhadap orang dewasa terapi pembedahan acap kali dianggap

efektif unuk mengatasi masalah obesitas, namun pada anak perlu dilakukan banyak pertimbangan. Hal ini berhubungan dengan efek samping dan komplikasi yang mungkin muncul yaitu gangguan penyerapan nutrisi , malnutrisi dan ganguuan pertumbuhan. Tujuan utama pembedahan adalah mengurangi volume lambung , metode yang digunakan antara lain dengan melakukan operasi pintas lambung – jejunum sehinggga penyerapan makanan berkurang dan diharapkan akan mengurangi berat badan penderita.

Metode pembedahan lain yang dapat dilakukan adalah penyedotan,biasanya efektif pada anak dengan disertai asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik (Behrman, 2000).

4. Terapi obat - obatanAda obat yang mempunyai kerja anoreksian (meningkatkan

satiation, menurunkan selera makan, atau satiety, meningkatkan rasa kenyang, atau keduanya), contohnya Phentermin. Obat ini hanya dibolehkan untuk jangka pendek. Orlistat menghambat enzim lipase usus sehingga menurunkan pencernaan lemak makanan dan meningkatkan ekskresi lemak dalam tinja dengan sedikit kalori yang diserap. Sibutramine meningkatkan statiation dengan cara menghambat ambilan kembali monoamine neurotransmitters (serotonin, noradrenalin dan sedikit dopamin), menyebabkan peningkatan senyawa-senyawa tersebut di hipotalamus.

Rimonabant termasuk kelompok antagonuis CB1, yang menghambat ikatan cannabinoid endogen pada reseptor CB1 neuronal, sehingga menurunkan selera makan dan menurunkan BB. Orlistat, sibutramin dan rimonabant dapat dipergunakan untuk jangka lama dengan memperhatikan efek sampingnya; rimonabant masih ditunda di Amerika Serikat. Sayangnya obat-obatan tersebut tiada yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan orang. Oleh karena itu industri

Page 6: Fix Morbid Obesity Kelas B

9

farmasi masih mengembangkan banyak calon obat baru (Behrman, 2000).

5. Balon IntragastrikBalon Intragastrik adalah kantung poliuretan lunak yang

dipasang ke dalam lambung untuk mengurangi ruang yang tersedia untuk makanan (Behrman, 2000).

6. Pintasan UsusPintasan usus meliputi penurunan berat badan dengan cara

malabsorbsi. Tindakan ini kadang-kadang dilakukan dengan diversi biliopankreatik, yang memerlukan reseksi parsial lambung dan eksisi kandung empedu dengan transeksi jejunum . jejunum proksimal dianastomosiskan (dihubungkan melalui pembedahan) ke ilium distal, dan jejunum distal dianastomosiskan ke bagian sisa dari lambung (Behrman, 2000).

2.6 Komplikasi1. Pankreatitis

Merupakan keadaan dari pankreas dengan gejala yang khas nyeri perut hebat timbul tiba-tiba dan peningkatan enzim amylase dan lipase. Pada pankreatis yang berat, enzim-enzim pankreas, bahan-bahan vasoaktif dan bahan-bahan toksik lainya keluar dari saluran-saluran pankreas dan masuk kedalam ruang pararenal anterior dan ruang-ruang lain seperti ruang-ruang posterior, lesser sac dan rongga peritoneum. Penderita pankreatitis kronis mempunyai sakit abdomen (perut), walaupun beberapa orang tidak mempunyai sakit sama sekali. Sakitnya mungkin dapat memburuk ketika makan atau minum, menyebar ke punggung, atau menjadi menetap dan melumpuhkan. Pada kasus-kasus tertentu, sakit abdomen hilang ketika kondisi berlanjut, mungkin karena pankreas tidak menghasilkan lagi enzim-enzim pencernaan. Gejala-gejala lain termasuk mual, muntah, kehilangan berat badan, dan kotoran (feces) yang berlemak.

Penderita penyakit kronis seringkali kehilangan berat badan, bahkan ketika nafsu makan dan kebiasaan makannya normal. Kehilangan berat badan terjadi karena tubuh tidak cukup mengeluarkan enzim-enzim pankreas untuk memecah makanan, sehingga nutrisi-nutrisi tidak dapat diserap secara normal. Pencernaan yang buruk menjurus pada pengeluaran dari lemak, protein, dan gula kedalam kotoran (feces). Jika sel-sel pankreas yang memproduksi insulin (islet cells) telah dirusak, diabetes juga dapat berkembang pada tingkat ini.

Menurut penelitian terjadinya mekanisme pancreatitis yaitu :a. Seseorang dengan hiperlipidemia,dimana trigliserida meningkat

hingga 1.000 mg/dl, kilomikron selalu terbentuk tinggi, maka akan merangsang enzim pankreas ( lipase) untuk hidrolisis trigliserid manjadi asam lemak terus- menerus, sehingga kerja pankreas menjadi berat.

b. Asam lemak bebas / free fatty acid bisa menginduksi tripsinogen yang dapat menginisiasi terjadinya pankreatitis akut dan disamping itu asam lemak bebas bersifat toksik terhadap sel β pankreas. Pankreas tidak dapat mengasilkan insulin sehingga

Page 7: Fix Morbid Obesity Kelas B

10

dapat menyebabkan sindrom insulin resisten sehingga menyebabkan diabetes tipe 2.

Dengan menggunakan ultrasonic imaging, endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP), dan CAT scans, seorang dokter dapat melihat persoalan-persoalan yang mengindikasikan pancreatitis. Pada tingkatan yang lebih lanjut dari penyakit, ketika terjadi diabetes dan malabsorpsi, seorang dokter dapat menggunakan sejumlah tes-tes darah, air seni, dan kotoran (feces) untuk membantu mendiagnosis pankreatitis kronis dan memonitor kemajuannya.

2. Perlemakan hatiPerlemakan hati adalah penumpukan lemak pada sel-sel hati.

Dikatakan perlemakan hati apabila kandung lemak di hati (sebagian besar trigliserida) melebihi 5% seluruh berat hati. Pada orang obesitas terjadi akumulasi lemak khususnya trigliserida dalam jumlah besar di jaringan adiposa. Hal ini disebabkan karena sel-sel hati sudah tidak mampu menampung cadangan lipid sehingga mobilisasi lipid berlangsung sangat cepat ke jaringan adiposa. Akumulasi yang ekstensif dianggap sebagai suatu keadaan patologik. Akumulasi tersebut lama kelamaan dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan sirosis hati. Bila lemak yang telah disimpan dalam jaringan adiposa hendak digunakan dalam tubuh untuk menghasilkan energi,maka lemak harus ditraspor dari jaringan adiposa ke jaringan lain. Lemak ditransporkan terutama dalam bentuk asam lemak bebas. Keadaan ini dicapai dengan hidrolisis trigliserida kembali menjadi asam lemak dan gliserol sewaktu meninggalkan sel lemak, asam lemak mengalami ionisasi kuat dalam plasma dan gugus ioniknya segera bergabung dengan molekul albumin protein plasma. Ketidakseimbangan pada kecepatan pembentukan dan triasilgliserol menyebabkan perlemakan hati.

Ada dua jenis perlemakan hati :a. Jenis yang berhubungan erat dengan adanya kenaikan kadar asam

lemak bebas dalam plasma darah. Kenaikan tersebut dapat disebabkan oleh mobilisasi lemak dari jaringan adiposa,atau dapat pula oleh peningkatan hidrolisis lipoprotein (triasilgliserol kilomikron) oleh lipoprotein lipase di dalam sirkulasi darah jaringan ekstrahepatik. Akibatnya, lebih banyak asam lemak bebas dalam plasma darah di uptake oleh hati untuk selanjutnya diesterifikasi. Karena kecepatan pembentukan lipoprotein plasma lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan uptake asam lemak bebas oleh hati maka keadaan ini menyebabkan triasilgliserol tertimbun di hati (perlemakan hati).

b. Jenis yang berhubungan erat dengan adanya hambatan dalam pembentukan lipoprotein lipase di dalam sirkulasi darah yang ada kaitannya dengan defisiensi faktor lipotropik. Defisiensi faktor lipotropik ini, mengakibatkan tertimbunnya triasilgliserol di dalam hati. Mekanisme yang tepat untuk menerangkannya belum diketahui.

3. Kidney Disease

Page 8: Fix Morbid Obesity Kelas B

11

CKD (Chronic Kidney Disease) adalah kerusakan pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti hipertensi, diabetes, dan glomerulusnefritis. Akibatnya ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya yaitua. Mengilangkan zat-zat sisa dan extra cairan dari dalam tubuh.b. Mengeluarkan hormon untuk membantu mengkontrol tekanan darah,

kekuatan tulang, dan mencegah anemia dengan meningkatkan jumlah sel darah merah dalam tubuh.

c. Menjaga keseimbangan elektrolit dalam darah seperti natrium, kalsium, fosfor dan kalsium.

d. Mengatur keseimbangan asam dan basa dalam tubuh.Hipertensi dapat mendorong terjadinya CKD karena pada hipertensi akibat aterosklerosis, pembuluh darah yang menyuplai darah kepada ginjal menjadi terhambat. Hipertensi juga dapat merusak unit penyaring terkecil pada ginjal, akibatnya ginjal berhenti mengeluarkan zat-zat sisa dan ekstra cairan dari tubuh.Komplikasi kelebihan berat badan dapat mempengaruhi anak-anak,

tetapi perhatian utama difokuskan pada konsekuensi jangka panjang. Studi Pertumbuhan Harvard menunjukkan dua kali lipat dari tingkat kematian akibat penyakit kardiovaskuler pada pria yang kelebihan berat badan selama masa remaja. Heart Study Bogalusa mengamati bahwa anak dengan BMI diatas persentil ke-85 lebih mungkin untuk memiliki hiperkolesterolemia, hipertrigliserida, atau hipertensi dibandingkan anak lain. Komorbiditas diamati selama masa kanak-kanak dan remaja termasuk resistensi insulin, diabetes tipe 2, hiperkolesterolemia, hipertrigliserida, sindrom metabolik, hipertensi, sindrom ovarium polikistik, dan gangguan psikososial. Sindrom metabolic (hipertensi, intoleransi glukosa, hipertrigliserida, penurunan HDL, obesitas sentral perut) menyebabkan risiko tinggi penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi eseluruhan sebesar 4% ada remaja dan sekitar 30% pada remaja obes. Non alcoholic fatty liver disease (NAFLD) telah dilaporkan pada 10-25% dari remaja yang sangat kelebihan berat badan. NAFLD ditandai dengan peningkatan ringan transaminase, hati hyperechoic pada USG, dan bukti fibrosis dan steatosis periportal pada pemeriksaan histologis. Pengembangan menjadi sirosis hati dapat terjadi dengan waktu. Proteinuria disebabkan oleh glomerulosklerosis fokal segmental

3.3 Diagnosa Keperawatan1. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan

intake makanan dan penurunan aktivitas.2. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.3. Gangguan perfusi  jaringan berhubungan dengan penurunan sirkulasi

vaskular.4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh.5. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan pembesaran organ

ekstremitas.6. PK: aterosklerosis7. PK: hiperglikemia.8. PK: hipertensi.

Page 9: Fix Morbid Obesity Kelas B

12

3.4 Intervensi Keperawatan 1. Nutrisi lebih dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan asupan

nutrisi dan penurunan aktivitasTujuan : Menyeimbangkan berat badanKiteria hasil :

a. Pasien menunjukan perubahan pola makan dan keterlibatan individu dalam progam latihan.

b. Menunjukan penurunan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.

Intervensi Rasional1. Buat rencana makan dengan

pasien

2. Timbang berat badan tiap hari.

3. Tekankan pentingnya menyadari kenyang dan menghentikan masukan.

4. Berikan diet cair, lebih lembut, tinggi protein dan serat dan rendah lemak  dengan tambahan cairan sesuai kebutuhan.

5. Berikan tambahan vitamin seperti B12 injeksi, folat, dan kalsium sesuai indikasi.

6.  Anjurkan klien untuk banyak melakukan aktifitas.

5 Setelah tindakan pembagian, kapasitas gaster menurun kurang lebih 50 ml, sehingga perlu makan sedikit.

6 Pengawasan kehilangan dan alat pengkajian kebutuhan nutrisi.

7 Makan berlebih dapat menyebabkan mual/muntah.

8 Memberikann nutrisi tanpa menambah kalori.

9 Perlu bantuan untuk perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi. Tambahan dapat diperlukan untuk mencegah anemia karena gangguan absorbsi. Peningkatan motilitas usus setelah prosedur bypass merendahkan kadar kalsium dan meningkatkan absorbsi oksalat, diaman dapat menimbulkan pembentukkan batu urine.

10 Melakukan banyak aktifitas dapat lebih banyak membakar kalori.

Page 10: Fix Morbid Obesity Kelas B

2. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.Tujuan : Pola nafas menjadi efektifKriteria hasil:

a. Memperthankan ventilasi adekuat.b. Tak mengalamai sianosis atau tanda hipoksia lainnya.

Intervensi Rasional1. Awasi kecepatan/kedalaman

nafas. auskultasi bunyi nafas. Selodiki adanya sianosis, peningkatan gelisah.

2. Tnggikan kepala tempat tidur 30 derajat.

3. Dorong latihan nafas dalam.

4. Ubah posisi secara periodik dan ambulasi sedini mungkin.

5. Berikan oksigen tambahan.

6. Bantu penggunaan alat pernafasan.

7. Awasi nadi oksimetri bila diindikasikan.

1. Pernafasan mengorok menurunkan ventilasi, potensial elektasis, dan dapat mengakibatkan hipoksia.

2. Mendorong pengembangan diafragma atau ekspansi paru-paru maksimal dan meminimalkan tekanan isi abdomen pada rongga torak.

3. Meningkatkan ekspansi paru maksimal dan alat pembersihan jalan nafas, sehingga menurunkan resiko elektasis, pneumonia.

4. Meningkatkan pengisian udara seluruh segmen paru, memobilisasi dan mengeluarkan skret.

5. Memaksimalkan  sediaan oksigen untuk pertukaran dan penurunan kerja nafas.

6. Meningkatkan ekspansi parun, menurunkan atelektasis.

7. Menunjukkan ventilasi / oksigenasi dan status asam basa, digunakan sebagai dasar evaluasi yang perlu untuk terapi pernafasan.

3. Gangguan perfusi  jaringan berhubungan dengan penurunan sirkulasi vaskular

Tujuan : Perfusi jaringan baikKriteria hasil:

7. Mempertahankan perfusi individu yang tepat, misal, kulit hangat/kering dan tanda vital dalam rentang normal.

8. Mengidentifikasi faktor penyebab/resiko.9. Menunjukkan perilaku memperbaiki/mempertahankan sirkulasi.Intervensi Rasional

1

Page 11: Fix Morbid Obesity Kelas B

1. Dorong latihan rentang gerak sering untuk kaki dan tumit.

2. Dorong ambulasi dini;hentikan duduk atau mengantungkan kaki di tempat tidur.

3. Berikan terapi heparin, sesuai indikasi.

1. Merangsang sirkulasi pada ekstremitas bawah;menurunkan statis vena.

2. Duduk mengkonstriksi aliran vena;tetapi jalan mendorong aliran balik vena.

3. Dapat digunakan secara profilaksis, umtuk menurunkan resiko pembentukkan thrombosis atau mengobati tromboemboli.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan tubuhTujuan : Meningkatkan rasa percaya diri klienKriteria Hasil :

a. Mengakui diri sebagai individu yang memiliki tanggung jawab.b. Klien mampu bersosialisasi dengan lingkungan secara normal.c. Menunjukkan beberapa penerimaan diri.d. Mencari informasi dan secara aktif mengikuti penurunan berat badan

dengan tepat.Intervensi Rasional

9. Tentukan motivasi pasien untuk menurunkan berat badan.

10. Tingkatkan komunikasi terbuka menghindari kritik tentang perilaku pasien.

11. Rujuk ke kelompok terapi pendukung

1. Karena konsep diri buruk individu sering mengalami kesulitan berhubungan sehingga pasien kurang berhasil mempertahankan penurunan berat badan.

2. Mendukung tanggung jawab pasien untuk mengurangi berat badan, menungkatkan keinginan untuk mengatasi masalah.

3. Kelompok pendukung dapat memberikan teman, meningkatkan motivasi dan memberikan solusi praktis untuk masalah umum.

5. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan pembesaran organ ekstremitas.

Tujuan : Kebutuhan untuk beraktivitas klien terpenuhi.Kriteria hasil :

a. Aktivitas fisik meningkat

Page 12: Fix Morbid Obesity Kelas B

b. ROM normalc. Klien bisa melakukan aktivitas

Intervensi Rasional1. Buat jadwal kegiatan yang

harus dilakukan klien dan minta klien melakukannya dengan disiplin.

2. Bantu klien dalam melakukan kegiatan yang susah dilakukan klien.

3. Pastikan motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan.

4. Dorong klien melakukan aktivitas normal keseharian sesuai kemampuan.

5. Kolaborasi dengan fisioterapi.

1. Mengurangi kekakuan dan membiasakan klien beraktivitas.

2. Membantu klien agar lebih mudah melakukan aktivitas.

3. Motivasi dari luar dirinya akan sangat membantu klien mendapatkan kebutuhannya.

4. Untuk membantu menormalkan kembali fungsi-fungsi organ.

5. Kolaborasi sangat diperlukan agar klien mendapatkan penanganan sesuai kebutuhannya.

6. PK : ArterosklerosisTujuan :

Agar tidak terjadi kerusakan organ (seperti ginjal, otak, hati dan usus), serangan jantung, stroke, terlalu sedikit darah di tungkai dan kaki, serangan iskemik sesaat (transient ischemic attack, TIA)

Kriteria Hasil:Factor – factor resiko kardiovaskuler dapat teratasi , pasien dapat

melakukan aktivitas mandiri tanpa bantuan atau ambulatory, nyeri kepala dapat terasi dengan tindakan farmakologi.

Intervensi Rasional1.  Beri tindakan non

farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi.

2.  Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

1. Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

2. Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien.

Page 13: Fix Morbid Obesity Kelas B

3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.

4.    Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh stress.

3. Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.

4. Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.

7. PK : HiperglikemiaTujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawtan 3x24 jam diharapkan perawat akan menangani dan meminimalkan hiperglikemia pasienKriteria Hasil:1. GDA < 2002. Tidak ada polyuria3. Tidak ada polidipsi4. Tidak ada

Intervensi Rasional 1. Monitor GDR sesuai indikasi

2. Monitor tanda dan gejala diabetik ketoasidosis ; gula darah > 300 mg/dl, pernafasan bau aseton, sakit kepala, pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria, polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan kabur atau kadar Na,K,Po4 menurun.

3. Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi

4. Kolaborasikan pemberikan

1. Hiperglikemia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : a. Terlalu banyak makan atau

kurang makanb. Terlalu sedikit insulin c. Kurang aktivitas

2. Mendeteksi dini kemungkinan komplikasi diabetikum.

3. Menilai kondisi umum klien.

4. Mengatasai kondisi

Page 14: Fix Morbid Obesity Kelas B

insulin sesuai indikasi.5. Berikan IV fluids sesuai

kebutuhan dan monitor status cairan I/O sesuai kebutuhan

6. Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi

7. Pantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi & irama, warna kulit, waktu pengisian kapiler, nadi perifer dan kalium.

hiperglikemia.5. Menghindari kondisi

kekurangan volume cairan dan elektrolit.

6. Hipotensi membuat klien tidak dapat bergerak bebas. Selain itu untuk mengurangi risiko cidera.

7. Untuk menilai kondisi sirkulasi klien.