21
LAPORAN PLENO BLOK III “ETIKA DAN HUKUM KEDOKTERAN” DEWI PUSPITA SARI G1A110012 AZQIA ZAHRA G1A110014 PUTRI AYU W.S. G1A110016 INDRA GUNAWAN G1A110023 OLIFIA DEAR P G1A110036 AHMAD RAFI’UL G1A110037 SISKA MEILISA G1A110039 PRISELIA FEBRINA G1A110043 CLODEYA RIZOLA G1A110054 ALDE PITRA I G1A110064 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

  • Upload
    dangnhi

  • View
    225

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

LAPORAN PLENO BLOK III“ETIKA DAN HUKUM KEDOKTERAN”

DEWI PUSPITA SARI G1A110012AZQIA ZAHRA G1A110014PUTRI AYU W.S. G1A110016INDRA GUNAWAN G1A110023OLIFIA DEAR P G1A110036AHMAD RAFI’UL G1A110037SISKA MEILISA G1A110039PRISELIA FEBRINA G1A110043CLODEYA RIZOLA G1A110054ALDE PITRA I G1A110064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERUNIVERSITAS JAMBI

2010/2011

Page 2: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

SKENARIO I

Pada suatu kecelakaan kereta api, dua orang pasien, Tn. Manner berumumr 55 tahun dan Nn. Bonny 22 tahun, ditemukan dalam kondisi tertusuk logam besi yang sama sehingga tubuh mereka saling merapat. Kedua pasien di bawa ke IGD RS dengan kondisi sadar. Hasil pemeriksaan tim dokter, menemukan bahwa hanya akan ada 1 pasien yang dapat diselamatkan sedang 1 orang lainnya harus dikorbankan. Tim dokter menghadapi dilemma etika dan hokum dalam menyelesaikan kasus kedua pasien tersebut. Untuk itu, tim dokter berdiskusi dengan menggunakan ethical method of reasoning yang terdiri dari tiga langkah, yaitu fact deliberation, value dileberation, dan duty deliberation- dalam mengambil keputusan penatalaksanaan yang tepat. Dengan memperhatikan aspek hukum dan prinsip-prinsip bioetika (harm, health benefit, autonomy, vulnerability), tim dokter akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan Tn. Manner yang memiliki peluang terbesar untuk sembuh dibandingkan nn. Bonny yang mengalami kerusakan organ tubuh yang sangat luas. Setelah diterangkan mengenai prosedur dan resiko operasi, keduanya bersedia menandatangi lembar informed consent. Pada akhirnya Tn. Manner berhasil diselamatkan sedang Nn.Bonny meninggal dunia.

Klarifikasi Istilah

IGD : Instalasi Gawat Darurat

Etika : Penilaian tentang baik buruk kelakuan/perbuatan seseorang

Hukum :Peraturan tertulis yang bersifat formal yang dibuat oleh suatu institusi/lembaga yang berlaku pada suatu periode tertentu

Ethical method of reasoning : Suatu metode yang digunakan dalam menentukan suatu keputusan dalam masalah moralitas

Fact deliration : Pertimbangan terhadap fakta-fakta yang ada

Value : Pertimbangan terhadap nilai-nilai yang ada

Duty : Pertimbangan terhadap kewajiban yang harus dilakukan

Bioetika : Studi indisipliner tentang permasalahan yang ditimbulkan oleh perkembangan bidang biologi dan kedokteran dalam proses kehidupan

Harm : Resiko/bahaya yang mungkin timbul terhadap pasien dari suatu tindakan medis

Health Benefit : Keuntungan/manfaat yang didapat pasien atas pelayanan kesehatan yang diberikan

Autonomy : Hak-hak pasien dalam menentukan nasib kesehatan sendiri

Vulnerability : Kerentanan/kerapuhan seseorang dalam menghadapi suatu penyakit atau gangguan pada tubuh, yang dibedakan atas aspek biologi, social, dan budaya

Operasi : Tindakan bedah yang dilakukan kepada pasien

Page 3: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

Informed Consent : Persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter atas tindakan medis yang diterimanya berdasarkan penjelasan awal yang diterimanya.

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Pada suatu kecelakaan kereta api, dua orang pasien, Tn. Manner berumumr 55 tahun dan Nn. Bonny 22 tahun, ditemukan dalam kondisi tertusuk logam besi yang sama sehingga tubuh mereka saling merapat . Kedua pasien dibawa ke IGD RS dalam kondisi sadar. Hasil pemeriksaan tim dokter, hanya akan ada 1 pasien yang dapat diselamatkan sedang 1 orang lainnya harus dikorbankan

2. Tim dokter menghadapi dilemma etika dan hukum dalam menyelesaikan kasus kedua pasien tersebut3. Tim dokter berdiskusi dengan menggunakan ethical method of reasoning yang terdiri dari tiga langkah,

yaitu fact deliberation, value dileberation, dan duty deliberation- dalam mengambil keputusan penatalaksanaan yang tepat.

4. Dengan memperhatikan aspek hukum dan prinsip-prinsip bioetika (harm, health benefit, autonomy, vulnerability), tim dokter akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan Tn. Manner yang memiliki peluang terbesar untuk sembuh dibandingkan nn. Bonny yang mengalami kerusakan organ tubuh yang sangat luas.

5. Setelah diterangkan mengenai prosedur dan resiko operasi, keduanya bersedia menandatangi lembar informed consent.

ANALISIS MASALAH

a. Pada suatu kecelakaan kereta api, dua orang pasien, Tn. Manner berumumr 55 tahun dan Nn. Bonny 22 tahun, ditemukan dalam kondisi tertusuk logam besi yang sama sehingga tubuh mereka saling merapat . Kedua pasien dibawa ke IGD RS dalam kondisi sadar. Hasil pemeriksaan tim dokter, hanya akan ada 1 pasien yang dapat diselamatkan sedang 1 orang lainnya harus dikorbankan

i. Apakah tindakan mengorbankan 1 diantara 2 pasien tersebut termasuk euthanasia ?Ya termasuk euthanasia pasif. Euthanasia pasif adalah menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan yang sedang berlangsung untuk mempertahankan hidup pasien.

ii. Bagaimana pandangan aspek hukum, etika, dan agama?1. Pandangan hukum pidana

Barang siapa yang menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun (KUHP pasal 344)

Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun (KUHP pasal 340)

Page 4: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan matinya orang lain dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya setahun (KUHP pasal 359)

Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun (KUHP 345)

Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena maker mati, dengan penjara selama-lamanya 15 tahun (KUHP pasal 338)

2. Pandangan etika3. Pandangan agama

b. Tim dokter menghadapi dilema etika dan hukum dalam menyelesaikan kasus kedua pasien tersebuti. Apakah yang dimaksud dengan Etika?

Menurut kamus besar bahasa Indonesia dari departemen Pendidikian dan Kebudayaan (1998), etika adalah

1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk,dan tentang hak dan kewajiban moral2. Kumpulan atau separangkat asa atau nilai yang berkenaan dengan akhlak3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyrakat

ii. Apakah yang dimaksud dengan Hukum ?Menurut kamus besar bahasa Indonesia Hokum adalah 1 peraturan yang dibuat oleh penguasa ( pemerintah ) atau adat yang berlaku bagi se mua oran g di suatu masyarakat ( Negara ); 2 undang-undang peraturan,dsb untuk mengatur prgaulan hidup dimasyarakat; 3 patokan (kaidah ketentuan ) mengenai suatu peristiwa ( alam tetentu ; 4 keputusan ( pertimbangan ) yang diteteapkan oleh haki8m pengadilan .

iii. Apakah persamaan dan perbedaan Etika dan Hukum ?

Persamaan- sama-sama merupakan alat untuk mengatur tertibnya hidup bermasyarakat- sebagai objeknya adalah tingkah laku manusia - mengandung hak dan kewajiban anggota masyarakat agar tidak saling merugikan - menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi- sumbernya adalah hasil pemikiran para pakar dan pengalaman para anggota senior

perbedaan

- etik berlaku untuk lingkungan profesi , hokum berlaku untuk umum.- Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi, hokum disusun oleh badan

pemerintah - Etik tidak seluruhnya tertulis, hokum tercantum secara rinci dalam kitab undang-undang

dan lembaran berita Negara- Sanksi terhadap pelanggaran etik berupa tuntunan, hokum berupa tuntutan

Page 5: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

- Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)yang dibentuk oleh badan konsil kedokteran Indonesia atau oleh majelis kehormatan etika kedokteran ( MKEK)yang dibentuk oleh iktan dokter Indonesia (IDI)Pelanggaran hokum diselesaikan oleh pengadilan

- Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik, penyelesain pelanggaran hokum memerlukan bukti fisik.

iv. Bagaimana menangani kasus saat terjadi dilemma Etika dan Hukum ?c. Tim dokter berdiskusi dengan menggunakan ethical method of reasoning yang terdiri dari tiga langkah,

yaitu fact deliberation, value dileberation, dan duty deliberation- dalam mengambil keputusan penatalaksanaan yang tepat.

i. Apakah yang dimaksud dengan Ethical method of reasoning ?Ethical method of reasoning adalah pengambilan keputusan terkait masalah etis yang mempertimbangkan secara matang fakta-fakta, nilai-nilai, dan tindakan yang harus dilakukan.

ii. Apa saja Langkah-langkah ?- Fact deliberation

1. The case2. Deliberation about the facts

- Value deliberation1. Identification of the moral problem2. Choice of the main problem3. The values at stake

- Duty deliberation1. Reflecting on the most challenging cases2. Reflecting on other cases

- Testing consistency1. We can avoid the law2. We can ask to our self3. We should not be hasty in drawing question

- Final decision

iii. Apakah tujuan penerapannya ?Untuk membantu orang memecahkan konflik moral dan membantu mengambil keputusan yang bijak

Page 6: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

d. Dengan memperhatikan aspek hukum dan prinsip-prinsip bioetika (harm, health benefit, autonomy, vulnerability), tim dokter akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan Tn. Manner yang memiliki peluang terbesar untuk sembuh dibandingkan nn. Bonny yang mengalami kerusakan organ tubuh yang sangat luas.

i. Apa yang dimaksud dengan Bioetika ?Bioetika merupakan study interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang (Bertens, 2001)

ii. Bagaimana landasan hukum yang mengatur Bioetika ?

iii. Apa saja prinsip Bioetika menurut Universal …1. Human dignity and human rights2. Benefit and harm3. Autonomy and individual responsibility4. Consent5. Persons without the capacity to consent6. Respect for human vulnerability and personal integrity7. Privacy and confidentially8. Equality, justice, and equity9. Non-discrimination and non-stigmatization10. Respect for cultural diversity and pluralism11. Solidarity and cooperation 12. Social responsibility and health13. Sharing of benefits14. Protecting future generations15. Protectionof the environment , the biosphere and biodiversity

iv. Apa kaidah dasar Bioetika ?1. Beneficence2. Non-maleficence3. Justice 4. Autonomy

e. Setelah diterangkan mengenai prosedur dan resiko operasi, keduanya bersedia menandatangi lembar informed consent.

i. Apakah yang dimaksud dengan informed consent ?Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter atas tindakan medis yang diterimanya berdasarkan penjelasan awal yang diterimanya

ii. Apakah yang berhak menandatangani informed consent ?Berdasarkan peraturan yang terdapat di dalam KUH perdata, maka yang dianggap dewas secara umum membuat perjanjian (termasuk perjanjian terapeutik) adalah mereka yang berumur 21 tahun atau yang telah menikah sebelumnya (Ordonnatie van 31 Januari 1931, S 31-54)

Page 7: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

iii. Apa saja elemen informed consent ?1. Threshold elements2. Information

- pengungkapan- pemahaman

iv. Apa saja informasi yang dimuat di informed consent ?1. Diagnose yang ditegakkan2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan3. Risiko-risiko dari tindakan tersebut4. Konsekwensinya apabila tidak dilakukan tindakan5. Kadangkala biaya-biaya yang menyangkut tindakan tersebut

v. Apa jenis-jenis informed consent ?1. Dinyatakan secara jelas (express)- Secara lisan (oral)- Secara tertulis (written)2. Dianggap diberikan (implied or tacit consent)- Dalam keadaan biasa (normal)- Dalam keadaan gawat darurat (emergency)

vi. Apa saja syarat sah informed consent ?1. Diberikan secara bebas2. Diberikan oleh orang yang sanggup membuat perjanjian3. Telah dijelaskan untuk tindakan yang akan dilakukan 4. Mengenai sesuatu hal yang khas5. Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama

vii. Pada kondisi apa informed consent tidak diberlakukan ?1. Dalam hal tidakan medic yang harus dilakukan dalam rangka program pemerintah,

dimana tindaan medic tersebut dilakukan untuk kepentingan masyarakat banyak, maka persetujuan tindakan medic tidak diperlukan (pasal 14)

2. Dalam hal pasien tidak sadar / pingsan serta tidak di dampingi oleh keluarga terekat dan secara medic berada dalam keadaan gawat dan atau darurat yang memerlukan tidakan medic seegera untuk kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapa pun (permenkes no. 585 tahun 1989 pada pasal 11)

3. Keadaan darurat4. Ancaman terhadap kesehatan masyarakat5. Pelepasan hak memberikan consent (waiver)6. Cinical privilege7. Pasien tanpa pendamping

Page 8: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

viii. Apa saja kendala dalam menjalankan informed consent ?1. Keluah pasien- Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan terlalu teknis- Perilaku dokter yang terlihat terburu-buru atau tidak perhatian, tidak ada waktu untuk

tanya jawab- Pasien sedang stress atau emosional2. Keluhan dokter- Pasien tidak mau diberitahu- Pasien tidak mampu memahami- Risiko terlalu umum atau jarang terjadi- Situasi gawa darurat atau waktu sempit

HIPOTESIS

“Kode etik dan Hukum kedokteran sejalan dengan menyelamatkan Tn.Manner dan mengorbankan Ny.Bonny yang mengalami cidera lebih parah”

Page 9: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

SINTESIS

Euthanasia

“Dengan sengaja tidak melakukan suatu untuk memperpanjang hidup pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek/mengakhiri hidup pasien untuk kepentingan pasien”

Jenis-jenis Euthanasia

a) Berdasarkan Pelaksanaannya1. Euthanasia Pasif, menghentikan atau mencabut segala tindakan/pengobatan yang sedang

berlangsung untuk mempertahankan hidupnya (pasien).2. Euthanasia Aktif, perbuatan yang dilakukan secara sengaja secara medic melalui intervensi aktif

oleh seorang petugas kesehatan dengan tujuan untuk mengakhiri hidup pasien3. Euthanasia Aktif Langsung, dilakukannya tindakan medic secara terarah yang diperhitungkan akan

mengakhiri atau memperpendek hidup pasien.4. Euthanasia Aktif tidak Langsung, saat dokter atau tenaga kesehatan melakukan tindakan medic

untuk meringankan penderitaan pasien namun mengetahui resiko tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien

b) Berdasarkan Permintaan1. Euthanasia Voluntir/Sukarela, Euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien secara sadar dan

diminta berulang-ulang2. Euthanasia Involuntir (tidak atas permintaan pasien), euthanasia yang dilakukan pada pasien yang

tidak sadar dan biasanya keluarga pasien yang memintaMenurut Prof. Saparovic

1. No assistance in the procces of death without intention to shorten life (Kematian alamiah)2. Assistance in the procces of death without intention to shorten life (Kelalaian)3. No assistance in the procces of death with intention to shorten life (Euthanasia Pasif)4. Assistance in the procces of death with intention to shorten life (Euthanasia Aktif)

Psevdo-EuthanasiaBentuk pengakhiran kehidupan yang sangat mirip dengan Euthanasia tetapi ternyata bukan EuthanasiaBentuk Osevdo-Euthanasiaa) Pengakhiran perawatan medic karena gejala mati otak atau batang otakb) Pasien menolak perawatan atau bantuan medic terhadap dirinyac) Berakhirnya kehidupan karena keadaan gawat darurat karena kuasa tidak melawan d) Penghentian perawatan/bantuan medic yang diketahui tidak ada gunanya lagi

Page 10: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

Pandangan aspek etika,hukum dan agama : Menurut etika (KODEKI)

Dalam kasus tersebut, merupakan kasus gawat darurat yang terdapat 2 korban (Tn.Manner dan Ny.Bonny) yang mengalami kecalakaan, sehingga dalam hal ini Sikap dokter dan tim kesehatannya dalam memberikan pelayanan dalam memberikan pertolongan pada korban , dapat dibagi 3 kelompok ,yaitu:

1) Kelompok dengan cidera ringan yang tanpa pelayanan kedokteran tidak akan mengancam jiwanya

2) Kelompok dengan cedera sedang atau berat yang jika diberi peertolongan akan dapat menyelamatkan jiwanya

3) Kelompok dengan cedera sangat berat/parah, yang walaupun diberi pertolongan tidak akan dapat menyelamatkannya.

Dalam hal ini, sebaiknya tim kesehatan mengutamakan pertolongan untuk kelompok 2. Jadi, Tn.Manner masuk dalam kelompok 2 dan Ny.Bonny masuk dalam kelompok 3.

Pemilihan pasien-pasien seperti di atas, sering dilakukan dalam medan pertempuran, yang disebut “Triase” (trier dalam bahasa Perancis bearti skrining di medan pertempuran). Para dokter dan perawat yang melakukan skrining tersebut telah terlatih untuk tindakan tersebut. Dari hasil pemeriksaan tim kesehatan, pasien dikelompokkan dengan member pita berwarna sebagai berikut.

Merah, Prioritas I, Pasien dalam kondisi kritis tetapi dapat diselamatkan jika dilakukan pertolongan yang tidak banyak memerlukan petugas dan peralatan.

Kuning, Prioritas II, kemungkinan besar pasien bertahan hidup beberapa jam (dapat menunggu), setelah dilakukan stabilisasi.

Hijau, prioritas II, cidera ringan yang dapat ditangani sementara oleh perawat.

Biru, prioritas II atau III, pasien dengan cedera berat yang tidak akan bertahan hidup jika tidak dilakukan tindakan spesialistik yang memakan waktu lama.

Hitam, tidak diprioritaskan karena cidera begitu parah sehingga jiwa korban kiranya tidak mungkin diselamatkan.

Dalam scenario diatas, Tn.Manner masuk pada pita Biru (Prioritas II atau III) sedangkan Ny.Bonny masuk dalam pita Hitam

Page 11: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

Menurut pandangan agama islam

Euthanasia adalah kejahatan sebab tindakan itu jelas-jelas merupakan upaya sengaja mempercepat kematian seseorang. Jadi, menurut hukum islam, barangsiapa yang membantu seseorang untuk mengakhiri hidupnya maka ia dianggap melakukan pembunuhan. Kematian berada di tangan Allah SWT.

Dalil yang mendukung pernyataan diatas:

“Dan janganlah membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan suatu (alas an) yang benar” (Al-Qur’an Q.S Al-Isra,17:33)

Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia, yang pasti pada suatu waktu menemui ajalnya. Tidak seorang dokter pun, betapa pun pintarnya akan dapat mencegahnya. Naluri yang terkuat pada setiap bernyawa termasuk manusia ialah mempertahankan hidupnya. Untuk itu manusia diberi akal kemampuan berpikir dan mengumpulkan pengalamannya sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan usaha untuk menghindarkan diri dari bahaya maut. Semua usaha tersebut merupakan tugas dokter, ia harus berusaha memelihara dan mempertahankan hidup makhluk insane.

Pandangan hukumDasar-dasar peniadaan hukuman dalam hukum kedokteran tercantum dalam pasal-pasal KUHP,yaitu:Pasal 44 (sakit Jiwa)Pasal 48 (adanya unsure daya paksa/ overmatch)Pasal 49 (Pembelaan diri terpaksa)Pasal 50 (Melaksanakan ketentuan undang-undang)Pasal 51 (Melaksanakan perintah jabatan sah)

Selain itu, dikenal pula beberapa keadaan sebagai dasar peniadaan hukuman, diluar undang-undang tertulis tersebut, yaitu

1. Tidak ada hukuman walaupun memenuhi semua unsure delik, karena hilangnya sifat bertentangan dengan hukum material

2. Tidak adanya hukuman karena tidak adanya kesalahanGuwandi menyusun sistematika untuk beberapa dasar peniadaan hukuman atau kesalahan khusus bidang medic, yaitu:

a) Risiko pengobatan (risk of treatment) Risiko yang inheren atau melekat Reaksi alergik Komplikasi dalam tubuh pasien

b) Kecelakaan medic (medical accident)c) Kekeliruan penilaian klinis (non-negligent error of judgement)d) Volenti non fit iniurae) Contributory nengligence

Page 12: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

Dalam suatu tindakan medic tertentu selalu ada resiko yan g melekat pada tindak medic tersebut ( inherent risk of treatment)Apabila dokter melakukan tindak tersebut dengan hati-hati dan berdasarkan SPM (Surat persetujuan medic) tetapi ternyata resiko itu tetap terjadi, maka dokter itu tidak dapat dipersalahkan demikian pula bila terjadi reaksi alergi yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya, seperti hal nya juga komplikasi yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya, (terjadi emboli air ketuban dalam persalinan).

Beberapa pasal KUHP yang juga bersangkutan,

Barang siapa yang menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun (KUHP pasal 344)

Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun (KUHP pasal 340)

Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan matinya orang lain dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya setahun (KUHP pasal 359)

Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun (KUHP 345)

Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena maker mati, dengan penjara selama-lamanya 15 tahun (KUHP pasal 338)

Benefit and Harm

Dalam mengaplikasikan dan meningkatkan pengetahuan ilmiah, praktek kedokteran dan tekhknologi-tekhknologi terkait, secara langsung atau tidak yang meuntungkan bagi pasien, peserta riset dan individu lain yang berkaitan harus dimaksimalkan sedangkan ancaman atau bahaya yang mungkin terjadi harus di minimalisasi, dalam kasus ini keputusan dokter dalam menyelamatkan 1 pasien memberikan benefit yang lebih banyak daripada berupaya menyelamatkan kedua pasien dengan kemungkinan yang telah diketahui bahwa potensi keselamatan nya kecil, sehingga keputusan dokter dalam scenario ini merupakan keputusan yang bijak dan tidak dapat dipersalahkan secara hukum, etika dan disiplin kedokteran

Langkah-langkah Ethical method of reasoning

Page 13: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

a) Fact Deliiberation1) The Case

Pengambilan keputusan medis menjadi sulit karena adanya konflik moral2) Deliiberation about the case

Menganalisis fakta-fakta dengan cara hati-hati untuk mengetahui situasib) Value Deliberation

1) Identification of the moral problemsMasalah moral identik dengan masalah nilai-nilai

2) Choice of the main problem3) The value at stake

c) Duty Deliberation1) Mempertimbangkan asksi (tindakan)2) Nenentukan tindakan yang paling benar

d) Test of Consintency1) Test of legality

Mempertimbangkan dengan hak yang berlaku2) Test of publicity

Kejadian yang terjadi harus dirahasiakan/ tidak jika dirahasiakan (tidak etis)3) Test of time

Berpikir ulang apakah keputusan yang diambil akan dilakukan lagie) Final decision

Pengambilan keputusan yang bijaksana

Kaidah-kaidah dasar Bioetikaa) Beneficence,

Prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan kepada kebaikan pasien ditekankan pada tindakan/perbuatan yang mempunyai sisi baik/bermanfaat lebih besar

b) Autonomy,Prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien terutama hak otonomi pasien selanjutnya akibat dibuat informed consent setiap kali dokter melakukan tindakan

c) Non-maleficence,Prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien

d) Justice,Prinsip moral yang mementingkan keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya ( konteks membahas hak orang lain, selain dari pasiennya itu sendiri )

Prinsip-prinsip Bioetika menurut Universal1. Human dignity and human rights

Martabat dan hak harus dihormati2. Benefit and harm

Page 14: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

Harus diperkirakan terlebih dahulu benefit yang akan didapat langsung/tidak langsung dan meminimalisir kerugian yang didapat oleh partisipan

3. Autonomy and individual responsibilityMenghargai setiap hak-hak dalam mengambil keputusan bagi dirinya sendiri

4. ConsentSebelum melakukan tindakan medis, baik pencegahan, maupun tindakan maka harus diberikan informed consent.Berlaku juga apabila akan diadakan peneliti

5. Persons without the capacity to consentHarus ada hukum untuk orang-orang yang tidak punya kemampuan untuk konsen

6. Respect for human vulnerability and personal integrityAspek yang membuat orang menjadi rentan

1) Faktor biologi atau corporealBawaan lahir (ex.sumbing)Factor lingkungan (ex.gempa, polusi)

2) Faktor social (ex.perang, prasangka)3) Faktor budaya

7. Privacy and confidentiallyPrivasi seseorang harus dihormati

8. Equality, justice, and equityMenghargai anatar sesama dengan keadilan, persamaan

9. Non-discrimination and non-stigmatizationTidak boleh deskriminasi dan stigmatisasi setiap orang/kelompok

10. Respect for cultural diversity and pluralismSaling menghormati budaya masing-masing, tetap tidak boleh mengkesampingkan hak dan martabat dan kebebasan setiap orang

11. Solidarity and cooperation Solidaritas sesame manusia harus dihormati

12. Social responsibility and healthBertanggung jawab terhadap kesehatan banyak orang

13. Sharing of benefitsSaling berbagi atas berbagai hal yang mengandung banyak manfaat

14. Protecting future generationsDapat menjaga/melindungi generasi yang akan datang

15. Protectionof the environment , the biosphere and biodiversityMelindungi pemerintahan, kehidupan alam, dan hayati

Page 15: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

Unsur Informed Consent

a) Pasien mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusanb) Dokter memberikan informasi mengenai tindakan yang hendak dilakukan, pengetesan atau prosedur

termasuk juga manfaat dan resikonya dan kemunkinan adanya manfaat dan risiko yang mungkin terjadi

c) Pasien memahami informasi yang diberikand) Pasien secara sukarela memberikan izinnya tanpa adanya paksaan atau tekanan

Page 16: Web viewNotoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan . hukum k. edokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar

Daftar Pustaka

- Achadiat, Chrisdiono M. 2006. Dinamika etika dan hukum kedokteran dalam tantangan zaman. Jakarta : EGC.

- Ebrahim, Abdul Fadl Mohsin. 2001. Fikih kesehatan. Leicester : The Islamic Foundation.- Guwandi, J .2004. Hukum medik. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.- Hanafiah, Jusuf. 2007. Etika kedokteran dan hukum kesehatan edisi 4. Jakarta : EGC.- Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.- Sampurna, Budi.2005. Bioetika dan hukum kedokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar.- Supriadi, Wila Chandrawila. 2001. Hukum kedokteran. Bandung : Mandar Maju.