5
Fluorokuinolon (Ciprofloxacin) Dosis : 250 mg x 2 x sehari (Kurt, 2001) (Kurt, 2001) Sediaan : Tablet salut selaput (Tan, 2002) Indikasi : Infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen yang peka terhadap siprofloksasin pada saluran kemih kecuali prostatitis; uretritis dan servisitis gonore; saluran pernafasan kecuali pneumonia oleh streptokokus; kulit dan jaringan lunak; tulang dan sendi; saluran pencemaan termasuk demam tifoid dan paratifoid. (Tan, 2002) Kontraindiksi: Penderita yang hipersensitif terhadap siprofloksasin atau dengan derivat kinolon yang lain. Wanita hamil atau menyusui, anak-anak dan

Fluorokuinolon Fix

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Fluorokuinolon Fix

Fluorokuinolon (Ciprofloxacin)

Dosis : 250 mg x 2 x sehari (Kurt, 2001)

(Kurt, 2001)

Sediaan : Tablet salut selaput (Tan, 2002)

Indikasi : Infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen yang peka terhadap

siprofloksasin pada saluran kemih kecuali prostatitis; uretritis dan

servisitis gonore; saluran pernafasan kecuali pneumonia oleh

streptokokus; kulit dan jaringan lunak; tulang dan sendi; saluran

pencemaan termasuk demam tifoid dan paratifoid. (Tan, 2002)

Kontraindiksi : Penderita yang hipersensitif terhadap siprofloksasin atau dengan derivat

kinolon yang lain. Wanita hamil atau menyusui, anak-anak dan remaja

yang masih dalam tahap pertumbuhan. (Tan, 2002)

Interaksi : Terjadi keluhan pada saluran pencernaan seperti

mual,diare,muntah,dispepsia sakit perut, kembung dan anoreksia. Terjadi

gangguan SSP seperti pusing, sakit kepala, rasa letih. Jarang terjadi

Page 2: Fluorokuinolon Fix

gangguan penglihatan. Efek terhadap darah : eosinofilia, leukositopenia,

leukositosis, anemia. Reaksi hipersensitif : ruam/reaksi kulit. (Tan, 2002)

Mekanisme : Menghambat aktifitas DNA gyrase bakteri, bersifat bakterisida dengan

spektrum luas terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif. (Tan,

2002)

Alasan : Pasien diduga menderita ISK berdasarkan hasil laboratorium nitrit

dalam urin. Namun, diagnosis belum dapat ditegakan sebelum dilakukan

pengkulturan. Sebelum dilakukan kultur maka pengobatan dapat diawali

dengan menggunakan antibiotic spectrum luas untuk menghambat

pertumbuhan bakteri lebih lanjut dan mencegah infeksi nosokomial

mengingat kondisi pasien dalam kondisi yang lemah. Antibiotik empirik

yang umum digunakan adalah trimethoprim/sulphamethoxazole,

nitrofurantoin, dan fluorokuinolon. Pemilihan antibiotik golongan

fluorokuinolon sebagai terapi berdasarkan pada tingginya kasus resistensi

bakteri terhadap trimethoprim/sulphamethoxazole dan kurang efektif nya

terapi nitrofurantoin dibanding terapi fluorokuinolon. (Thomas, 2003)

(Thomas, 2003)

Page 3: Fluorokuinolon Fix

Pemilihan ciprofloxacin (Fluorokuinolon Gol.II) dibanding

antibiotic golongan fluorokuinolon lainnya karena fluorokuinolon Gol.II

merupakan antibiotic spectrum luas yang bekerja secara sistemik (Kurt,

2001), sehingga dapat digunakan untuk mencegah infeksi nosokomial

sangat mungkin terjadi pada pasien rawat inap di Rumah Sakit.

(Kurt, 2001)

Selain itu, ciprofloxacin memiliki parameter farmakokinetik dan

farmakodinamik yang lebih baik dibandingkan dengan fluorokuinolon

gol.II lainnya. Ciprofloxacin memiliki tingakat eradikasi pathogen

78.7%-82%, merupakan obat dengan tingkat eradikasi tertinggi pada

Fluorokuinolon golongan 2. (Kurt, 2001)

(Kurt, 2001)

Page 4: Fluorokuinolon Fix

Kurt G, et al., 2001, Which fluoroquinolones are suitable for the treatment of urinary

tract infections?, International Journal of Antimicrobial Agents, German, 17 (2001) 331–341

Thomas M, et al., 2003, Fluoroquinolones and resistance in the treatment of uncomplicated

urinary tract infection, International Journal of Antimicrobial Agents, USA, 22 (2003) S65/S72.