21
MAKALAH REPRODUKSI TERNAK FOLIKULOGENESIS DAN OVUM TERNAK Oleh : Kelas D Kelompok : 10 Dina Rachdayanti 200110130335 Eko Rustianto 200110130336 Santy Rosita 200110130338 Pratiwi Dewi Maharani 200110130350 Novia Nabila 200110130353 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2014

Folikulogenesis Dan Ovum Ternak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

reproduksi ternak

Citation preview

Page 1: Folikulogenesis Dan Ovum Ternak

MAKALAH REPRODUKSI TERNAK

FOLIKULOGENESIS DAN OVUM TERNAK

Oleh :

Kelas D

Kelompok : 10

Dina Rachdayanti 200110130335

Eko Rustianto 200110130336

Santy Rosita 200110130338

Pratiwi Dewi Maharani 200110130350

Novia Nabila 200110130353

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2014

Page 2: Folikulogenesis Dan Ovum Ternak

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan yang dihadapi dunia peternakan Indonesia antara lain adalah

masih rendahnya produktifitas dan mutu genetik ternak.. Salah satu yang menjadi

kendala perkembangan ternak sapi adalah masalah reproduksi. Reproduksi

merupakan proses fisiologis pada makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan.

Proses reproduksinya meliputi beberapa tingkatan fisiologik yang meliputi fungsi-

fungsi yang sangat komplek dan terintegrasi antara proses yang satu dengan yang

lainnya.

            Bidang peternakan produktivitas ternak tidak dapat dipisahkan dengan

proses reproduksi. Hampir semua ternak mamalia mempunyai ovum yang jauh

lebih kecil daripada telur unggas karena pertukaran zat makanan dapat

berlangsung secara efisien di dalam uterus. Namun demikian ovum masih

merupakan sel yang terbesar di dalam tubuh mamalia di samping sel-sel syaraf

dan neuron motoric. Keberhasilan reproduksi merupakan cermin keberhasilan

suatu usaha peternakan. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu adanya

pengetahuan tentang folikulogenesis, oogenesis dan pengenalan ovum.

1.2 Rumusan Masalah

Apa yang di maksud dengan Folikulogenesis dan tahapannya?

Apa yang di maksud dengan oogenesis dan tahapannya?

Apa yang di maksud dengan ovum ternak?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui apa itu Folikulogenesis dan tahapannya?

Untuk mengetahui apa itu oogenesis dan tahapannya?

Untuk mengetahui apa itu ovum ternak?

Page 3: Folikulogenesis Dan Ovum Ternak

II

PEMBAHASAN

2.1 FOLIKULOGENESIS

Folikulogenesis merupakan proses perkembangan folikel di dalam ovari,

yang melibatkan beberapa proses yaitu rekrutmen, seleksi, pertumbuhan,

pematangan, dan  ovulasi.  Proses perkembangan dan maturasi folikel dikontrol

oleh pars distalis pada kelenjar hipofisa,yaitu dengan mensekresikan FSH, LH dan

prolaktin pada beberapa spesies. Ada tiga tahap perkembangan folikel yaitu tahap

Preovulasi, tahap Ovulasi dan tahap Post-Ovulasi.

2.1.1 Tahap Pre-ovulasi

Tahap preovulasi merupakan masa perkembangan folikel di dalam ovari.

Folikel Primordial

Folikel primordial ini berisi oosit imatur yang dikelilingi sel granulosa

bertipe pipih selapis yang tersegregasi dari sekitar oosit sampai ke membran basal.

Sel-sel hanya memperlihatkan sedikit tidak ada aktifitas sel sama sekali. Folikel

primordial dapat mengalami dormansi selama lebih dari lima puluh tahun pada

manusia, panjangnya siklus ovari tidak mencakup waktu ini.

Pada kehamilan tujuh bulan, folikel primordial telah terbentuk pada gonad

janin sebanyak ± tujuh juta folikel (Guerin 2008). Selama perkembangan masa

janin ovarium mengandung lebih dari tujuh juta folikel primordial. Namun banyak

yang mengalami atresia (involusi) sebelum lahir dan yang lain hilang setelah lahir.

Pada saat lahir terdapat dua juta ovum, tetapi 50% bersifat atretik.  Selama

perkembangan terjadi atresia terus menerus, dan jumlah ovum di kedua ovarium

pada saat pubertas adalah kurang dari tiga ratus ribu yang masuk ke tahap pre-

ovulasi (Ganong 2003).

Page 4: Folikulogenesis Dan Ovum Ternak

Penelitian telah menunjukan bahwa initial rekrutmen dimediasi oleh

keseimbangan hormon stimulator, inhibitor dan faktor pertumbuhan (growth

factor). Folikel primordial ini memiliki ukuran dengan diameter kira-kira 30-

50µm. Oosit berinti eksentrik (agak kepinggir), banyak gelembung kecil, dan

mengandung nukleolus besar (Heffner dan Schust 2008), Pada manusia, tahap ini

aktifitas oosit mulai menghasilkan butir-butir yolk (Ownby 2007). Pengamatan

pada sayatan semi tipis ovari Opossum dengan metode TEM menunjukkan bahwa

mitokondria dan ribosom tersebar di seluruh sitoplasma

Folikel Primer 

Oosit membesar, sel folikel jadi kubus atau silindris, lalu bermitosis

membentuk sel-sel granulosa, yang terdiri dari beberapa lapis menandakan

perubahan folikel primordial menjadi folikel primer. Ada pigmen lipokrom dalam

ooplasma, banyak butir lemak, banyak ribosom bebas (Heffner dan Schust 2008),

dan pada sayatan semitipis ovari Opossum dapat diamati mitokondria

mengelompok di bawah plasmalemma dengan struktur memanjang . Oosit

membentuk mikrovili, sedangkan sel granulosa (sel folikel)

yang menyelubunginya membentuk filopodia (tonjolan-tonjolan halus yang

panjang  ke arah oosit) yang berfungsi sebagai penyalur nutrisi dari jaringan induk

(ovarium) ke oosit. Sel-sel granulosa membentuk zona pelusida. Genom

oosit  diaktifasi dan gen ditranskripsi, permulaan sinyal parakrin dibentuk yang

mana ini penting untuk komunikasi antara folikel dan oosit. Oosit dan folikel

tumbuh secara cepat, meningkat diameternya hingga hampir mencapai 0,1mm.

Pada tahap folikel primer terbentuk reseptor FSH, tetapi tidak tergantung pada

gonadotropin sampai tahap antral. Oosit primer ini hanya menempuh meiosis I

sampai tahap leptoten profase (Heffner dan Schust 2008). 

Kapsul polimer glikoprotein yang disebut zona pellusida terbentuk

disekitar oosit memisahkannya dari sel granulosa di sekelilingnya. Zona pellucida

yang masih mengikuti oosit sesudah ovulasi, mengandung enzim yang

mengkatalis penetrasi sperma. Folikel primer ini memiliki ukuran dengan

diameter ≤100µm (Ownby 2007).

Page 5: Folikulogenesis Dan Ovum Ternak

Folikel Sekunder

Pada tahap ini aktifitas mitosis folikel tinggi dan menyebabkan

bertambahnya lapisan sel granulosa yang disebut membran granulosa. Membran

granulosa ini mulai mensekresikan cairan folikel. Sel teka yang menyerupai

stroma dibentuk dengan sinyal yang dilepaskan oleh oosit. Sel-sel ini mengelilingi

sebagian besar lapisan luar folikel, membran basal, membentuk teka internal dan

teka eksternal. Jaringan pembuluh kapiler yang komplek terbentuk antara kedua

lapisan sel teka ini dan mulai mensirkulasikan darah menuju dan dari folikel.

Sel-sel pada teka internal besar, bulat dan seperti epitel, sedangkan sel

pada teka eksternal lebih kecil dan dinamakan fibroblast. Dengan berkumpulnya

cairan folikel dari membran granulosa maka terbentuk kantung kecil yang berisi

cairan diantara sel-sel granulosa. Kantung-kantung kecil tersebut menyatu

sehingga membentuk kantung yang lebih besar, yang kemudian akan berkembang

menjadi antrum. Pada tahap ini folikel disebut juga dengan folikel sekunder

vesikuler. Biasanya pada wanita hanya satu folikel sekunder yang terus

berkembang  (Ownby 2007).

Folikel sekunder akhir disebut juga folikel preantral. Proses perubahan sel

primodial sampai preantral dikenal dengan inisiasi rekrutmen yang berlangsung

selama ±120 hari pada manusia. Secara histologi folikel preantral ditandai dengan

oosit yang berkembang sempurna dikelilingi oleh zona pelusida, kira-kira terdiri

dari sembilan lapis sel granulosa, membran basal, teka internal, kapiler, dan teka

eksternal. Folikel pada tahap ini memiliki ukuran diameter ±200µm. Oosit

mencapai besar maksimal dan letaknya eksentrik dalam folikel. Meiosis I sampai

pada tahap diploten profase. Pada preparat sayatan semi tipis ovari Opossum

terlihat adanya butir-butir lipid dalam sitoplasma oosit. Sel granulosa terdiri dari

6-12 lapis sel (Heffner dan Schust 2008).

Folikel Tersier

Folikel tersier juga dikenal sebagai folikel antral, ditandai dengan

pembentukan rongga berisi cairan yang berdampingan dengan oosit dan disebut

antrum. Struktur dasar dari folikel matang sudah terbentuk. Sel granulosa dan sel

Page 6: Folikulogenesis Dan Ovum Ternak

teka melanjutkan proses mitosis dengan peningkatan volume antrum. Folikel

tersier dapat mencapai ukuran yang besar yang dihambat dengan tersedianya FSH.

Dengan perintah yang berasal dari gradien morfogenik yang dilepaskan oosit, sel

granulosa pada folikel tersier mulai berdiferensiasi menjadi empat sub bagian:

a. Korona radiata yang mengelilingi zona pelusida

b. Membrana melapisi bagian dalam membran basal

c. Periantral berdampingan dengan antrum

Cumulus oophorous yang menghubungkan membran, corona radiata dan

sel granulosa. Masing-masing bagian ini memperlihatkan respon yang berbeda

terhadap FSH (Ownby 2007).

Sel teka mengekspresikan reseptor Luteinizing Hormone (LH). LH

menghambat produksi androgen oleh sel teka. Beberapa androstendion

diaromatisasi oleh sel granulosa untuk memproduksi estrogen, khususnya

estradiol sehingga kadar estrogen mulai meningkat.

Pada tahap ini juga terjadi proses kematian folikel yang dikenal dengan

atresia, dan ditandai dengan apoptosis radikal dari semua bagian sel dan oosit.

Faktor utama yang dapat menyebabkan atresia adalah hormon. Dalam mekanisme

terjadinya atresia, kadar Inhibin (FSH suppressing substance) tinggi sehingga

kadar hormon FSH menjadi rendah. Sebagai feedback dari rendahnya kadar FSH,

maka hormon LH dan estradiol meningkat kadarnya (Anonim 2009).

Folikel de Graaf (Matang)

Folikel yang tidak dominan berdiameter antara 200µm sampai dengan

2mm, folikel ini dapat mengalami atresia. Folikel yang dominan berdiameter 5mm

sampai dengan 10mm dan akan terus berlanjut ke tahap berikutnya.

Perkembangan oosit pada tahap ini berlangsung sampai dengan metafase pada

meiosis II, dan setelah itu berhenti (Heffner dan Schust 2008).

Oosit yang diselaputi beberapa lapis sel granulosa berada dalam

suatu tonjolan ke dalam antrum, disebut cumulus oophorus. Kalau terjadi

ovulasi tonjolan inilah yang lepas ke luar ovarium, dan sel granulosa sekeliling

oosit disebut corona radiata. Oosit kini disebut ovum, meski meiosis II belum

Page 7: Folikulogenesis Dan Ovum Ternak

diselesaikan. Polosit I (polar bodi) yang terbentuk akhir meiosis I berada di luar

oosit, sebelah dalam zona pelusida. Meiosis II diselesaikan kalau ovum

dibuahi (Heffner dan Schust 2008).

Sel folikel melepas hormon estrogen, di mana estradiol merupakan unsur

yang dominan sebelum ovulasi berlangsung. Tahap ini mempunyai seluruh

komponen folikel sekunder vesikuler namun berukuran jauh lebih besar dan

terdiri dari satu antrum yang besar. Folikel ini sangat besar dan biasanya

merupakan perluasan dari bagian terdalam korteks dan menonjol di permukaan

ovari. Folikel de graaf berdiameter 10mm sampai dengan 20mm. Pada beberapa

spesies, sesaat sebelum ovulasi oosit primer pada folikel yang matang

menyelesaikan meiosis I sehingga menghasilkan oosit sekunder dan polar

bodi (Ownby 2007). Pengamatan pada sayatan semitipis ovari Opossum

memperlihatkan bahwa ooplasma penuh dengan badan vesikuler yang berkilau

dan mitokondria memanjang berkelompok di daerah korteks (Cesario dan

Matheus 2008).

2.1.2 Tahap Ovulasi

Pada hari ketiga belas siklus menstruasi, folikel akan membentuk sebuah

bukaan yang disebut stigma dan melepaskan oosit bersama sel kumulus dalam

proses yang disebut ovulasi. Oosit sekarang memiliki kemampuan untuk

melakukan fertilisasi dan akan bergerak turun menuju tuba falopi dan pada

akhirnya diimplantasikan di uterus. Oosit yang sudah berkembang sempurna

(gamet) memasuki siklus menstruasi (Ownby 2007).

2.1.3 Tahap Post Ovulasi

Corpus Hemorrhagicum

Setelah ovulasi, peluruhan dari folikel yang tersisa biasanya menghasilkan

struktur yang disebut corpus hemorrhagicum, folikel yang pecah segera terisi

darah. Perdarahan ringan dari folikel ke dalam rongga abdomen dapat

menimbulkan iritasi peritoneum dan nyeri abdomen bawah singkat

(mittelschmerz). Sel-sel granulosa dan teka yang melapisi folikel mulai

Page 8: Folikulogenesis Dan Ovum Ternak

berproliferasi, dan bekuan darah dengan cepat diganti oleh sel luteal (Ganong

2003).

Corpus Luteum

Pada sebagian besar spesies, LH dari kelenjar pituitari mengarahkan

luteinisasi dan menstimulasi sel granulosa untuk menghasilkan progesteron. Sel

granulosa berproliferasi membesar dan berubah menjadi sel granulosa lutein. Pada

beberapa spesies termasuk manusia, kumpulan lipid berpigmen kuning (lutein)

dan lipid-lipid lainnya menandai perubahan menjadi sel granulosa lutein. Sel-sel

pada teka internal juga bertransformasi menjadi lipid pembentuk sel yang disebut

sel teka lutein. Jika terjadi fertilisasi, corpus luteum dipertahankan dan

mensekresikan progesteron (Ownby 2007).

Sel luteal yang kaya lemak dan berwarna kekuningan, membentuk korpus

luteum. Hal ini mencetuskan fase luteal siklus menstruasi, saat sel-sel luteum

mensekresikan estrogen dan progesteron. Pertumbuhan korpus luteum bergantung

pada kemampuannya membentuk vaskularisasi untuk memperoleh darah. Bila

terjadi kehamilan, korpus luteum menetap dan biasanya tidak terjadi lagi periode

menstruasi sampai setelah melahirkan (Ganong 2003).

Corpus Albicans

Bila tidak terjadi kehamilan, korpus luteum mulai mengalami degenerasi

sekitar 4 hari sebelum menstruasi berikutnya (hari ke-24 siklus menstruasi) dan

akhirnya digantikan dengan jaringan ikat membentuk korpus albikans (Ganong

2003).

2.2 OOGENESIS

Oogenesis adalah proses terbentuknya sel telur di dalam indung telur

(ovarium). Seperti halnya dengan spermatozoa, sel telur berasal dari primordial

diploid (2n) yaitu mempunyai 23 pasang kromosom. Oogenium akan tumbuh

menjadi oosit primer, oosit primer akan membelah secara meiosis menjadi dua sel

Page 9: Folikulogenesis Dan Ovum Ternak

yang tidak sama ukurannya. Sel yang berukuran normal (besar) disebut oosit

sekunder, sedangkan yang berukuran lebih kecil karena kekurangan plasma sel

disebut badan kutup primer atau polosit primer. Pembelahan dari oosit primer

menjadi oosit sekunder dan polosit primer disebut dengan meiosis I. Selanjutnya,

oosit sekunder membelah diri pada meiosis II, menghasilkan ootid dan polosit

(badan kutup sekunder). Ootid selanjutnya akan tumbuh menjadi ovum atau sel

telur. Dengan demikian, setiap satu oogonium akan menghasilkan sebuah ootid

yang tumbuh menjadi ovum dan tiga buah badan kutup sekunder (polosit) (H.

Suryo, 2003).

Pada proses oogenesis, pembelahan yang terjadi adalah pembelahan sel

secara meiosis, yaitu pembelahan sel kelamin (gonad) betina secara reduksi

dimana sel induk diploid (2n) menghasilkan 4 sel induk anakan haploid (n).

Pembelahan secara miosis akan menghasilkan gamet yang secara genetik tidak

identik (hanya setengah dari induknya), sehingga menyebabkan adanya variasi

genetik. Terjadi 2 kali pembelahan meiosis pada proses Oogenesis tanpa diselingi

interfase (Sugardini, et al, 2001)

Tahap pembelaham meiosis I dan II pada Oogenesis adalah sebagai

berikut:

Tahap Miosis I

Page 10: Folikulogenesis Dan Ovum Ternak

1. Profase I : Proses yang terjadi dapat dibedakan menjadi sub tahap : leptoten

(kromatin berubah menjadi kromosom), zigoten (sentriol bergerak ke kutup

yang berlawanan, kromosom homolog berpasangan), pakiten (kromosom

homolog masing-masing membelah sehingga mempunyai empat lengan),

diploten (kromosom homolog agak terpisah), dan diakinesis (sentriol berada

dikutup yang belawanan, terbentuknya benang gelondong, membran inti dan

nukleus lenyap).

2. Metafase : kromatin berjejer berpasangan (homolog) pada bidang equator.

3. Anafase I : masing-masing kromosom homolog berpisah bergerak ke kutup

yang berlawanan.

4. Telofase : membran inti dan nukleus terbentuk kembali, sedangkan benang

spindel lenyap. Embran sel terbentuk sehingga sioplasma terbelah menjadi dua

(sitokinesis) membentuk dua sel anakan yang bersifat setengah dari kromosom

induk.

Tahap Miosis 2

1. Profase II : membran inti dan nukleolus lenyap, sentriol bergerak ke kutup

yang berlawanan. Sentromer terikat pada benang-benang gelondong.

2. Metafase II : kromatin berjejer di bidang ekuator

3. Anafase II : isomer membelah, kromatid memisah dan masing-masing

bergerak kekutup yang berlawanan.

4. Telofase II : membran inti dan nukleolus terbentuk kembali, kromatid berubah

menjadi kromatin. Sitokinesis terjadi sehingga terbentuk empat sel anakan

bersifat haploid (n) (Radiopoetro, 2000).

Oogenesis memiliki 3 tahap yaitu:

1. Proliferasi

Primordial germ cell berproliferasi membentuk oogonia (tunggal:

oogonium) yang jumlahnya di taksir sekitar 600.000 butir. Oogonia berproliferasi

secara mitosis membentuk ± 7 juta oosit primer ketika embrio berumur 5 bulan,

Page 11: Folikulogenesis Dan Ovum Ternak

kemudian beratresia waktu lahir menjadi sekitar 2 juta, waktu anak berumur 7

tahun jumlahnya berkurang lagi menjadi sekitar 300.000.

2. Meoisis

Oosit primer memasuki meiosis I ketika embrio umur 6 bulan. Ketika

wanita akil balig meiosis I diselesaikan dan waktu mau berovulasi meiosis II

berlangsung. Ketika meiosis I berlangsung, terbentuk 1 oosit dan 1 polosit primer.

Kalau pembuahan berlangsung dan meiosis II diselesaikan, dari 1 oosit sekunder

terbentuk 1 ootid dan 1 polosit sekunder. Sementara itupolosit primer pun ikut

bermeiosis II hingga terbentuk 3 polosit pada akhir pembelahan. Ketiga polosit

tetap hadir di luar ootid, sampai pada cleavage awal mengalami degenerasi dan

diserap.

3. Transformasi atau pematangan

Waktu wanita akil balig folikel tertier mengalami proses transformasi dan

pada oosit primernya berlangsung penyelesaian meiosis I, disusul meiosis II

samapi metafase. Berhenti sampai ada pembuahan. Folikel ini disebut matang atau

folikel Graaf, dan waktu ovulasi oosit sekundernya boleh disebut ovum. (Yatim,

et al 1982)

Sel telur atau ovum adalah suatu sel khas yang sanggup dibuahi dan

selanjutnya dapat menjalani perkembangan embryonal. Telur unggas adalah ovum

yang sangat besar dan mengandung zat-zat makanan yang diperlukan untuk

perkembangan embryonal sampai waktu penetasan. Hampir semua ternak

mamalia memiliki ovum yang lebih kecil dari unggas, karena pertukaran zat

makanan dapat berlangung secara efisien di dalam uterus.

2.3 OVUM TERNAK

Page 12: Folikulogenesis Dan Ovum Ternak

III

KESIMPULAN

Folikulogenesis adalah proses pertumbuhan dan perkembangan folikel

yang di dalamnya terjadi proses Oogenesis

Folikulogenesis dipengaruhi oleh hormone gonadotropin, yaitu FSH dan

LH

Tahapan folikulogenesis yaitu Fol. Primer → Fol. Sekunder → Fol.

Tersier → Fol. De Graaf

Oogenesis merupakan proses pembentukann ovum di dalam ovarium.

Proses oogenensis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu:a. Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone)

Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel

b. Hormon LH (Luteinizing Hormone) Berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pengeluaran sel ovum)c. Hormon estrogen Estrogen berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunderd. Hormon progesteron Hormon progesteron berfungsi juga untuk menebalkan dinding endometrium.

Page 13: Folikulogenesis Dan Ovum Ternak

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Edisi 22.Jakarta : EGC

Guerin, J F. 2008. Folliculogenesis and Ovulation. Faculty of Medicine Lyonnort. A venue Rockefeller.

Hafez. E.S.E. 1987. Reproduction in Farm Animal. 5 th Edition. Lea & Febiger. Philadelphia.

Heffner, L. J. dan Schust, D. J. 2008. At a Glance Sistem Reproduks Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga, 38-39, 58.

Ownby C. 2007. Male Reproductive System. http://instruction.cvhs.okstate.edu/histology/mr/himrp2.htm

Radiopoetro. 2000. Sistem Reptroduksi Manusia. Jakarta: Erlangga.

Sugardani, et al. 2001. Biologi. Bandung: Akasia Press.

Suryo, H. 2003. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Wilhelm. D, Palmer. S, And Koopman .P. 2007. Sex Determination and onadal Development in Mammals. Physiol Rev 87: 1–28.

Page 14: Folikulogenesis Dan Ovum Ternak

LAMPIRAN

Periode ovum pada tahap fertilisasi

Tahapan folikulogenesis