103
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017 FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI Setiap Provinsi penerima dana alokasi khusus mengisi format isian rencana kegiatan DAK bidang kelautan dan perikanan sebagai berikut: JENIS KEGIATAN INDIKATOR KINERJA URAIAN KEGIATAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH ALOKASI DAK (Rp.) (1) (2) (3) (4) (5) (6) = (4) X (5) (7) Jumlah (8) ..................................... 2016 Kepala Dinas Provinsi ...................... (...........................................) Penjelasan nomor kolom: (1) Diisi dengan nama menu dana alokasi khusus bidang kelautan dan perikanan provinsi sesuai petunjuk teknis; (2) Diisi dengan indikator kinerja; (3) Diisi dengan nama dan uraian kegiatan dana alokasi khusus bidang kelautan dan perikanan provinsi sesuai petunjuk teknis

FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI

KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

TAHUN 2017

FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN

DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI

Setiap Provinsi penerima dana alokasi khusus mengisi format isian rencana

kegiatan DAK bidang kelautan dan perikanan sebagai berikut:

JENIS KEGIATAN

INDIKATOR KINERJA

URAIAN KEGIATAN

VOLUME HARGA SATUAN

JUMLAH ALOKASI DAK (Rp.)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (4) X (5) (7)

Jumlah (8)

..................................... 2016

Kepala

Dinas Provinsi ......................

(...........................................)

Penjelasan nomor kolom:

(1) Diisi dengan nama menu dana alokasi khusus bidang kelautan dan

perikanan provinsi sesuai petunjuk teknis;

(2) Diisi dengan indikator kinerja;

(3) Diisi dengan nama dan uraian kegiatan dana alokasi khusus bidang

kelautan dan perikanan provinsi sesuai petunjuk teknis

Page 2: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

(4) Diisi dengan jumlah volume kegiatan dan unit atau satuan untuk

volume kegiatan;

(5) Diisi dengan harga satuan sesuai standar biaya yang berlaku di daerah

bersangkutan;

(6) Diisi dengan hasil perkalian antara volume dengan harga satuan;

(7) Diisi dengan alokasi dana alokasi khusus

(8) Diisi dengan jumlah untuk kolom (6) dan (7)

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SUSI PUDJIASTUTI

Page 3: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

LAMPIRAN II

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR /PERMEN-KP/2016

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI

KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

TAHUN 2017

FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN

DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

KABUPATEN/KOTA

Setiap Provinsi penerima dana alokasi khusus mengisi format isian rencana

kegiatan DAK bidang kelautan dan perikanan sebagai berikut:

JENIS KEGIATAN

INDIKATOR KINERJA

URAIAN KEGIATAN

VOLUME HARGA SATUAN

JUMLAH ALOKASI DAK (Rp.)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (4) X (5) (7)

Jumlah (8)

Penjelasan nomor kolom:

(1) Diisi dengan nama menu yang dipilih sesuai petunjuk teknis;

(2) Diisi dengan indikator kinerja sesuai menu yang dipilih;

(3) Diisi dengan nama dan uraian kegiatan yang dipilih sesuai petunjuk

teknis

Mengetahui:

Kepala

Dinas Provinsi ......................

(...........................................)

..................................... 2016

Kepala

Dinas Kabupaten/Kota ..................

(...........................................)

Page 4: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

(4) Diisi dengan jumlah volume kegiatan dan unit atau satuan untuk

volume kegiatan;

(5) Diisi dengan harga satuan sesuai standar biaya yang berlaku di daerah

bersangkutan;

(6) Diisi dengan hasil perkalian antara volume dengan harga satuan;

(7) Diisi dengan alokasi dana alokasi khusus;

(8) Diisi dengan jumlah untuk kolom (6) dan (7).

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SUSI PUDJIASTUTI

Page 5: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

LAMPIRAN III

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR /PERMEN-KP/2016

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI

KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

TAHUN 2017

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI

BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017

I. PEMBANGUNAN / REHABILITASI SARANA’ DAN PRASARANA FASILITAS

POKOK DAN FUNGSIONAL PELABUHAN PERIKANAN (UPTD PROVINSI)

1. Pengertian

Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan

perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang

dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh

dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

Pengembangan pelabuhan perikanan merupakan peningkatan

sarana/fasilitas pelabuhan perikanan untuk memenuhi kapasitas

produksi atau pemenuhan fasilitas agar pelabuhan perikanan dapat

minimal operasional.

a. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan Perikanan dibagi ke dalam 4 (empat) kelas. Pembagian

kelas dimaksud dilakukan berdasarkan kriteria teknis dan kriteria

operasional dari setiap pelabuhan perikanan, bukan berdasarkan

kewenangan pembangunan atau pengelolaannya. Keempat kelas

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pelabuhan Perikanan kelas A, yang selanjutnya disebut Pelabuhan

Perikanan Samudera (PPS);

2) Pelabuhan Perikanan kelas B, yang selanjutnya disebut Pelabuhan

Perikanan Nusantara (PPN);

3) Pelabuhan Perikanan kelas C, yang selanjutnya disebut Pelabuhan

Perikanan Pantai (PPP); dan

4) Pelabuhan Perikanan kelas D, yang selanjutnya disebut Pangkalan

Pendaratan Ikan (PPI).

Page 6: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

b. Fasilitas di pelabuhan perikanan meliputi :

1) Fasilitas pokok, dapat terdiri atas:

a) Penahan gelombang (breakwater), turap (revetment), dan groin;

b) Dermaga;

c) Jetty;

d) Kolam pelabuhan;

e) Alur pelayaran; dan

f) Drainase.

2) Fasilitas fungsional, dapat terdiri atas:

a) Tempat Pemasaran Ikan;

b) Air bersih (sumur pompa dan instalasi air bersih), instalasi

bahan bakar minyak (BBM), jaringan dan instalasi listrik

(termasuk trafo); dan

c) Instalasi pengolahan air limbah (IPAL)

2. Persyaratan Umum

Persyaratan umum pengembangan pelabuhan perikanan yang dikelola

oleh provinsi adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan pelabuhan perikanan dilaksanakan di lokasi yang

sudah ada (bukan lokasi baru) dan telah terdapat aktivitas

perikanan tangkap. Lokasi dimaksud dan pengelolaannya telah

ditetapkan oleh Gubernur.

b. Pelabuhan Perikanan yang dikelola oleh provinsi adalah pelabuhan

perikanan yang dikelola dan asetnya dimiliki oleh pemerintah

provinsi.

c. Pelabuhan perikanan yang dikelola provinsi yang akan

dikembangkan telah ditetapkan lokasinya oleh Gubernur setempat.

Surat penetapan lokasi pelabuhan perikanan ditembuskan kepada

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.

3. Persyaratan Khusus

Pengajuan usulan pembiayaan pengembangan pelabuhan perikanan

sebagaimana tersebut di atas harus memenuhi persyaratan khusus

sebagai berikut:

a. Termasuk dalam Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional;

b. Telah memiliki dokumen perencanaan (Studi Kelayakan, Masterplan

dan Detail Desain) yang telah dikonsultasikan dengan Direktorat

Jenderal Perikanan Tangkap;

c. Detail Desain (DD) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) fasilitas yang

akan dikembangkan telah dikonsultasikan dengan Direktorat

Jenderal Perikanan Tangkap sebelum pelaksanaan konstruksi;

Page 7: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

d. Pemilihan jenis fasilitas yang akan dikembangkan mengacu kepada

kebutuhan mendesak masyarakat nelayan setempat dan mengacu

kepada hasil studi kelayakan, masterplan dan detail desainnya;

e. Kesanggupan mengoperasionalkan pelabuhan perikanan sesuai

dengan kapasitas terpasang dibuktikan dengan surat pernyataan

kesanggupan pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran

operasional dan pemeliharaan pelabuhan perikanan yang akan

dikembangkan.

4. Kriteria Teknis

a. Pelaksanaan pengembangan fasilitas pelabuhan perikanan memiliki

ketentuan teknis sebagai berikut:

1) Didasarkan pada prinsip efektivitas, efisiensi, dan sesuai

kebutuhan mendesak masyarakat;

2) Sesuai dengan dokumen perencanaan.

3) Fasilitas yang dikembangkan terdiri dari: fasilitas pokok dan

fasilitas fungsional.

b. Fasilitas pelabuhan perikanan yang akan dikembangkan terlebih

dahulu diarahkan untuk fasilitas pokok.

c. Apabila fasilitas pokok telah terpenuhi pengembangan dapat

diarahkan kepada fasilitas fungsional.

d. Fasilitas fungsional dapat dikembangkan jika fasilitas pokok dan

fungsional untuk minimal operasional telah terpenuhi.

Pembangunan dan/atau rehabilitasi sarana/prasarana pelabuhan

perikanan di atas diarahkan untuk:

a. Memiliki kriteria teknis minimal sebagai berikut :

1) mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan

perikanan di perairan Indonesia;

2) memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan

berukuran sekurang-kurangnya 5 GT;

3) panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman

kolam sekurang-kurangnya minus 1 m;

4) mampu menampung kapal perikanan sekurang- kurangnya 15

unit atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 75 GT; dan

5) memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang- kurangnya 1 ha.

b. Memiliki kriteria operasional minimal yaitu terdapat aktivitas

bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-rata 2 ton

perhari.

Page 8: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP
Page 9: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Format Lampiran Surat Pernyataan Kesiapan Menanggung Biaya Operasional

dan pemeliharaan pelabuhan perikanan (UPTD Provinsi) yang akan

dikembangkan

KOP DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

NIP :

Pangkat / golongan ruang :

Jabatan :

Unit Kerja :

Menyatakan bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi sanggup menanggung

biaya operasional dan perawatan Pelabuhan Perikanan .........................

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya

untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

…………………….,

Yang bersangkutan

Materai 6000

(………………………………….)

NIP. ………………………

Page 10: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

II. PEMBANGUNAN DAN ATAU REHABILITASI UNIT PELAKSANAAN TEKNIS

DINAS (UPTD) PERBENIHAN KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI

Pembangunan dan atau pengembangan sarana dan prasarana perbenihan

meliputi seluruh fasilitas fisik pada Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD)

Perbenihan.

1. Pengertian

e. Perbenihan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi adalah Unit

Pelaksana Teknis Daerah (unit kerja) milik Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi yang bertugas melaksanakan tugas teknis di

bidang perbenihan ikan air tawar, payau dan laut.

2. Persyaratan Umum

1. Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) bagi provinsi dalam

rangka pengembangan UPTD bersifat sementara sehingga

penggunaan DAK tersebut harus dimaksimalkan untuk

pengembangan/rehabilitasi sarana dan prasarana fisik untuk

menunjang produksi sehingga unit tersebut dapat beroperasi secara

optimal. Disamping itu, penentuan UPTD yang akan

dikembangkan/direhabilitasi didasarkan pada prioritas daerah serta

dengan memperhatikan prospek dan potensi pengembangan unit

tersebut.

2. Penetapan kegiatan pengembangan UPTD Perbenihan di dukung

dengan beberapa persiapan, yaitu: Lahan merupakan tanah yang

dikuasai oleh pemerintah daerah dengan status peruntukan untuk

pengembangan balai benih.

3. Pembangunan/rehabilitasi UPTD dapat dikonsultasikan dengan

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Perikanan Budidaya terutama

dalam hal pembuatan perencanaan pengembangan dan rehabilitasi

prasarana serta apabila diperlukan dapat meminta pendampingan

teknis dalam tahap operasionalnya.

4. Sanggup menyediakan anggaran operasional yang optimal dari

APBN dan APBD, serta menyediakan anggaran pemeliharaan

melalui APBD.

3. Persyaratan Teknis

Page 11: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Persyaratan teknis pengembangan UPTD Perbenihan didasarkan pada

persyaratan teknis lokasi dan bangunan. Persyaratan teknis lokasi

antara lain mempertimbangkan ketersediaan air, ketersediaan listrik,

jenis tanah (terutama porositas dan keasaman tanah), keamanan serta

aspek sosial ekonomi.

Sedangkan persyaratan teknis bangunan disesuaikan dengan

peruntukan bangunan seperti: tempat memproduksi benih/induk ikan,

unit produksi pakan alami, unit produksi pakan buatan, laboratorium

kesehatan ikan dan lingkungan dan keperluan lainnya.

4. Spesifikasi Teknis

Spesifikasi teknis standar bangunan dan peralatan balai benih dapat

disesuaikan dengan kondisi dan target produksi benih/induk.

Pembangunan dan atau rehabilitasi fasilitas pokok, fungsional untuk

UPTD Provinsi sebagai berikut :

1.1. Pembangunan/rehabilitasi kolam/saluran UPTD Perbenihan

Pembangunan/rehabilitasi kolam/saluran meliputi :

1. Rehabilitasi kolam atau bak induk/calon induk,

2. Rehabilitasi kolam atau bak pemijahan/pendederan,

3. Rehabilitasi kolam atau bak karantina,

4. Rehabilitasi kolam atau bak Filter/pengendapan

5. Rehabilitasi kolam atau bak pakan alami,

6. Rehabilitasi bangunan panti benih/bangsal/hatchery,

7. Pembangunan bak sterilisasi roda kendaraan dan bak

disinfeksi alas kaki/footbath,

8. Rehabilitasi saluran air pasok (masuk) dan buang (keluar),

9. Rehabilitasi kolam atau bak larva

10. Pembangunan / rehabilitasi tandon,

11. Pembangunan / rehabilitasi kolam atau bak pengelolaan

limbah.

1.2. Peralatan UPTD Perbenihan (paket)

Paket peralatan perbenihan meliputi:

1. Paket instalasi aerasi (hi blow, selang aerasi, batu aerasi,

instalasi pipa)

Page 12: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

2. Paket resirkulasi air (filter biologi, filter mekanik, pompa

celup, instalasi pipa, unit ultraviolet)

3. Paket pemijahan buatan (wadah ikan dari plastik/fiberglass,

happa, selang kanulasi, ovaprim / HCG, syringe/ alat suntik,

kakaban, Larutan NaCL / infus, aquabidest)

4. Paket penetasan (happa, corong penetasan, pompa celup,

heater)

5. Paket pendederan (alat penyeragaman ukuran benih, happa,

baskom, refrigerator)

6. Paket pengukuran dan pemeriksaan kesehatan ikan/mutu

benih (timbangan, DO Meter, pH Meter, termometer,

Mikroskop, water quality testkit)

7. Paket pemeliharaan larva (plankton net, happa, corong

penetasan artemia, heater)

8. Paket pembibitan rumput laut hasil kultur jaringan (jukung

pengangkut benih, tali, pelampung, pemberat, jaring

pengaman, bibit rumput laut hasil kultur jaringan).

1.3. Peralatan perkolaman UPTD Perbenihan (paket)

Paket perlatan perkolaman meliputi Paket persiapan dan

pemeliharaan kolam (hand traktor, mesin potong rumput, happa,

alat semprot jaring).

1.4. Peralatan panen UPTD Perbenihan (paket)

1 (satu) paket peralatan panen meliputi : wadah panen fiberglass,

tabung oksigen, alat hitung benih, timbangan dan happa.

III. PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-

PULAU KECIL DAN KONSERVASI PERAIRAN

A. Penyediaan Sarana dan Prasarana Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir

Dan Pulau-Pulau Kecil

Page 13: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Terkait dengan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi, Provinsi

dengan Kabupaten/Kota memiliki kawasan konservasi dan belum

memiliki sarana dan prasarana dimaksud wajib untuk memilih menu ini.

Provinsi yang memiliki kawasan konservasi adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Provinsi dengan Kabupaten/Kota yang memiliki SK

Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan

No Kabupaten/Kota Nama Kawasan

1 Provinsi Aceh

Simeulue Kawasan Konservasi Laut Daerah Perairan Pulau Pinang, Siumat dan Simanaha (Pisisi)

Aceh Jaya Kawasan Konservasi Laut Daerah Kab. NAD Jaya

Aceh Besar Kawasan Konservasi Daerah Kawasan Bina Bahari

Kota Sabang Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang

2 Provinsi Sumatera Utara

Serdang Berdagai Kawasan Konservasi Laut Daerah Serdang Bedagai

Nias Kawasan Konservasi Laut Daerah Nias

Tapanuli Tengah Kawasan Konservasi Laut Daerah Tapanuli Tengah

Nias Selatan Kawasan Konservasi Laut Daerah Nias Selatan

3 Provinsi Sumatera Barat

Pesisir Selatan

Kawasan Pulau Penyu Sungai Batang Pelangai Sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan

Pariaman

- Konservasi Terumbu Karang dan Kawasan Wisata bahari Pulau Ujung, Pulau Tangah dan Pulau Angso

- Konservasi Penyu dan Kawasan Wisata Bahari Pulau Kasiak

Pasaman barat Kawasan konservasi perairan payau Jorong Maligi

Kepulauan Mentawai

Kawasan Konservasi Laut Daerah Kep. Mentawai

Padang Pariaman Kawasan Konservasi Suaka Alam Perairan Batang Gasan

Kota Padang Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Sebagai Taman Pulau Kecil Kota Padang

Agam Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab Agam

Solok Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab Solok

4 Provinsi Riau

Bengkalis Kawasan Suaka Perikanan Ikan Terubuk

5 Provinsi Jambi

Bungo Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab. Bungo

Sarolangun Kawasan Suaka Perikanan Arwana Kutur

6 Provinsi Bengkulu

Kaur Kawasan Konservasi Laut Daerah Kaur

Mukomuko Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Mukomuko

Page 14: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

No Kabupaten/Kota Nama Kawasan

Bengkulu Utara Kawasan Konservasi Perairan di Kecamatan Enggano Kab. Bengkulu Utara

7 Provinsi Lampung

Lampung Barat Kawasan Konservasi Laut Daerah Lampung Barat

Tanggamus Taman Wisata Perairan Teluk Kilauan

8 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Belitung Timur

- Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Belitung Timur

- Taman Wisata Perairan Gugusan Pulau-pulau Momparang dan Laut Sekitarnya

Bangka Barat Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka

Barat

Belitung Kawasan konservasi Perairan kab Belitung

Bangka Selatan Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Selatan

9 Provinsi Kepulauan Riau

Lingga Wilayah Pengelolaan Terumbu Karang Senayang Lingga

Bintan Kawasan Konservasi laut Daerah Bintan

Batam Marine Management Area Coremap Batam

Natuna - Kawasan Konservasi Laut Natuna - Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil Kabupaten Natuna

10 Provinsi Banten

Pandeglang Kawasan Konservasi Laut Daerah Pandeglang

11 Provinsi Jawa Barat

Indramayu Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai kawasan konservasi wisata laut

Pangandaran Kawasan Konservasi Laut Daerah Ciamis

Sukabumi Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Kabupaten Sukabumi dengan status Taman Pesisir

12 Provinsi Jawa Tengah

Batang Kawasan Konservasi Laut Daerah Pantai Ujungnegoro - Roban

Tegal Kawasan Konservasi Perairan Karang Jeruk, Tegal

Brebes Suaka Perikanan Waduk Malahayu dan Waduk Penjalin

Jepara Kawasan Taman Pulau Kecil Pulau Panjang Kab Jepara

Pekalongan Pekalongan

13 Provinsi D I Yogyakarta

Gunungkidul Suaka Alam Perairan Kabupaten Gunungkidul

Bantul Kawasan Konservasi Taman Pesisir Di Kabupaten Bantul

14 Provinsi Jawa Timur

Sumenep Kepulauan Sepanjang dan Sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah

Situbondo Taman Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo

Pasuruan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pasuruan

Sidoarjo Taman Pulau Kecil, P. Kedung, P. Watu, P. Pandansari

Page 15: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

No Kabupaten/Kota Nama Kawasan

15 Provinsi Bali

Klungkung Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida

Buleleng Taman Wisata Perairan Buleleng

Jembrana Kawasan Konservasi Perairan Jembrana

16 Provinsi Nusa Tenggara Barat

Sumbawa Barat Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Kabupaten Sumbawa Barat

Lombok Barat Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Lombok Barat

Dompu Kawasan Konservasi Perairan Kab. Dompu

Lombok Timur Gili Sulat dan Gili Lawang Kecamatan Sambela sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah

Bima Kawasan konservasi laut daerah Bima (Gili Banta)

Lombok Tengah Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Lombok Tengah

Sumbawa Kawasan Konservasi Perairan Pulau Kramat, Pulau Bedil dan Pulau Temudong kab. Sumbawa

17 Provinsi Nusa Tenggara Timur

Alor Kawasan Konservasi Laut Daerah Selat Pantar

Flores Timur Suaka Alam Perairan Kabupaten Flores Timur

Sikka Kawasan Konservasi Perairan Laut Kabupaten Sikka

Lembata

Suaka Perikanan Perairan Pulau Lembata, Daerah Perlindungan Adat Maritim Tanjung Atadei dan Teluk Penikenek, Suaka Pulau Kecil Perairan Laut Pulau Komba

18 Provinsi Kalimantan Barat

Bengkayang Kawasan Konservasi Laut Daerah Bengkayang

19 Provinsi Kalimantan Selatan

Kotabaru Kawasan Konservasi dan Wisata Laut Pulau Laut Barat-Selatan dan P. Sembilan

Tanah Bumbu Kawasan Perlindungan Laut Daerah Kab. Tanah Bumbu

20 Provinsi Kalimantan Timur

Berau Kawasan Konservasi Laut Berau

Bontang Kawasan Konservasi Perairan Wilayah Pesisir Dan

Laut Kota Bontang

21 Provinsi Kalimantan Utara

Nunukan

- Kawasan Konservasi Flora dan Fauna Pulau Sinilak

- Kawasan Konservasi Perairan Daerah di desa setabu kec. Sebatik barat

22 Provinsi Sulawesi Utara

Minahasa Selatan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kab. Minahasa Selatan

Kota Bitung Kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kota bitung

Minahasa Utara Kawasan Taman Wisata Perairan Kab Minahasa Utara

23 Provinsi Gorontalo

Bone Bolango Kawasan Konservasi Laut Daerah Desa Olele

Boalemo Kawasan Konservasi Perairan Daerah Boalemo

Page 16: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

No Kabupaten/Kota Nama Kawasan

24 Provinsi Sulawesi Tengah

Banggai Kep. Kawasan Konservasi Laut Daerah Banggai Kepulauan

Banggai Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Banggai

Parigi Moutong Kawasan Konservasi Perairan Daerah Teluk Tomini

Morowali Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab Morowali

Toli-toli Taaman Wisata Perairan Libutan Sibitolu, Kab Toli-Toli

25 Provinsi Sulawesi Barat

Majene Kawasan Konservasi Perairan Daerah Wilayah Pesisir Di Kabupaten Majene

Polewali Mandar Kawasan Konservasi Perairan / Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kabupaten Polewali Mandar

26 Provinsi Sulawesi Selatan

Pangkajene Kepulauan

Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

Selayar Kawasan Konservasi Laut Daerah kab. Kepulauan Selayar

Luwu Utara Kawasan Konservasi Laut Kabupaten Luwu Utara

Barru Kawasan Konservasi wilayah pesisir dan Pulau-pulau kecil Kab Barru

27 Provinsi Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tenggara (Kota Kendari, Kabupaten Konawe, dan Kab. Konawe Selatan)

Muna Kawasan Wisata Laut Selat Tiworo dan Pulau-pulau sekitarnya

Buton Kawasan Konservasi Laut Daerah Buton

Bombana Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Bombana

Kolaka Suaka Perikanan Kabupaten Kolaka

Konawe

Suaka Perikanan Kabupaten Konawe

28 Provinsi Maluku Utara

Halmahera Selatan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kepulauan Guraici dan Laut Sekitarnya di Kab. Halmahera Selatan

Pulau Morotai Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kab. Pulau Morotai

Seram Bagian Timur

Kawasan Konservasi Perairan Kab Seram Bagian Timur

Halmahera Tengah Suaka Pulau Kecil Kabupaten Halmahera Tengah

Kota Tidore Kepulauan

Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota Tidore Kelpulauan

29 Provinsi Maluku

Maluku Tenggara Kawasan Konservasi Perairan Kab Maluku Tenggara

30 Provinsi Papua Barat

Sorong Kawasan Konservasi Laut Daerah Sorong (

Raja ampat Kawasan Konservasi Laut Raja Ampat

Page 17: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

No Kabupaten/Kota Nama Kawasan

Kaimana Kawasan Konservasi Laut Kaimana

31 Provinsi Papua

Biak Numfor Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Biak Numfor

Persyaratan Umum Penyediaan sarana dan prasarana kawasan

konservasi perairan:

a. Kegiatan ini hanya dapat dilaksanakan di kawasan konservasi yang

telah ditetapkan melalui pencadangan kawasan oleh pemerintah

daerah;

b. Mudah aksesibilitasnya serta mudah berkoordinasi dengan instansi

teknis lainnya di daerah;

c. Lokasi pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang

kabupaten/kota yang telah disusun sebelumnya;

d. Dibangun di atas tanah milik pemerintah daerah kabupaten/kota

yang bersangkutan atau tanah hibah yang sudah jelas statusnya

dan ditetapkan melalui Berita Acara.

Penyediaan sarana dan prasarana kawasan konservasi terdiri dari

gedung dan bangunan, sarana peralatan dan mesin serta sarana

pendukung lainnya untuk pengelolaan kawasan.

1) Gedung dan bangunan merupakan prasarana untuk pengelolaan

kawasan konservasi terdiri dari kantor pengelola, mini lab, pusat

informasi, pintu gerbang, sarana pemeliharaan dan atau

pengembangbiakan biota langka, pondok jaga, pos jaga, gazebo,

Multipurpose Floating Shelter (MPS), pos retribusi, pagar dan

tembok, serta penunjang lainnya (MCK, saluran air, talud, dan

rehabilitasi ekosistem).

1. Pengertian

Gedung dan bangunan merupakan prasarana untuk

pengelolaan kawasan konservasi terdiri dari kantor pengelola,

mini lab, pusat informasi, pintu gerbang, sarana pemeliharaan

dan atau pengembangbiakan biota langka, pondok jaga, pos

jaga, gazebo, Multipurpose Floating Shelter (MPS), pos retribusi,

Page 18: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

pagar dan tembok, serta bangunan penunjang lainnya (MCK,

saluran air, dan talud).

2. Persyaratan dan Spesifikasi Teknis

1) Kantor pengelola:

a) Bangunan kantor pengelola bernuansa lingkungan dan

menyesuaikan dengan budaya lokal;

b) Bahan bangunan diutamakan terbuat dari bahan yang

cukup kuat sesuai dengan kondisi alam serta mudah

didapat di pasaran lokal;

c) bangunan: pasangan batu/bata, atau rangka dan dinding

kayu;

d) lantai: keramik, tegel atau bahan lokal; dan

e) atap: genting, atau bahan lokal (rumbia, daun palem,

ijuk).

2) Mini-Lab Kawasan Konservasi

a) Laboratorium mini yang digunakan untuk mendukung

kepentingan pengelolaan kawasan konservasi;

b) Dapat digunakan untuk riset mikro dalam rangka

monitoring rutin sumberdaya seperti pemantauan

kualitas air, penelitian substrat dan sebagainya;

c) Mini lab ditempatkan lingkungan kantor pengelola

dengan mempertimbangkan aksesabilitas, kepentingan

riset dan sebagainya;

d) Desain pembangunan Mini-Lab disesuaikan dengan

kebutuhan dan harus terbuat dari bahan ramah

lingkungan.

3) Pusat informasi:

a) Ruang dan desain interior pusat informasi ditata

sedemikian rupa agar menarik pengunjung;

b) Bangunan pusat informasi diharapkan bernuansa alami

sesuai dengan budaya lokal;

c) Jumlah ruang pada pusat informasi disesuaikan dengan

kebutuhan, seperti adanya ruang kerja penanggung

jawab dan ruang kerja staf (pemandu wisata dan lain-

Page 19: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

lain), ruang audiovisual, ruang display/ruang informasi,

dan kamar mandi/toilet, gudang dan ruang-ruang lain

yang dianggap penting; dan

d) Material bangunan diharapkan mengurangi konstruksi

beton dan memaksimalkan material alami dengan

konstruksi bangunan sesuai budaya setempat, serta

dengan tetap mengedepankan aspek pelestarian

lingkungan.

4) Pintu gerbang:

a) Pintu gerbang dituliskan ”SELAMAT DATANG” dengan

”nama kawasan konservasi” dan dilengkapi logo Pemda

dalam gaya arsitektur lokal, dan bila perlu dilengkapi

dengan bahasa Inggris;

b) Spesifikasi pintu gerbang didominasi bahan-bahan alami

lokal yang mudah didapat di daerah dimana kawasan

konservasi berada;

c) Ukuran pintu gerbang disesuaikan dengan lokasi dan

kondisi lingkungan setempat, dengan

mempertimbangkan sarana transportasi yang banyak

dipergunakan para pengunjung;

d) Pintu gerbang yang dibangun menghadap jalan raya agar

memperhitungkan tinggi dan lebar kendaraan yang

diijinkan masuk melewati jalan tersebut, sedangkan

pintu gerbang dibangun jauh dari jalan raya cukup

disesuaikan dengan kondisi di lapangan;

e) Rangka bangunan menggunakan material yang kuat

untuk menopang konstruksi bangunan pintu gerbang,

dengan mengutamakan material yang mudah didapat,

dan tetap memperhatikan gaya arsitektur lokal; dan

f) Pemilihan lokasi untuk pembangunan pintu gerbang

dapat ditempatkan di tepi jalan raya, atau tempat lain

yang mempunyai aksesbilitas langsung dan berfungsi

sebagai pintu masuk menuju kawasan (contoh: di

dermaga penyeberangan menuju ke kawasan konservasi

Page 20: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

perairan).

5) Sarana pemeliharaan dan atau pengembangbiakan biota

langka:

a) Merupakan fasilitas pemeliharaan sementara dan atau

pengembangbiakan biota langka seperti penyu, kima dan

biota air lainnya yang berkatagori langka dan dilindungi

berdasarkan undang-undang dan perlu dilestarikan;

b) Berfungsi selain untuk pelestarian biota air langka juga

sebagai wahana wisata pendidikan;

c) Didesain sedemikian rupa untuk mendukung siklus

hidup buatan bagi biota air langka yang akan dipelihara

sementara dan atau dikembangbiakan, sehingga

memungkinkan biota air dimaksud dapat hidup dan

dilestarikan;

d) Layout ruang pusat pemeliharaan dan atau

pengembangbiakan disesuaikan dengan kebutuhan

seperti ruang kerja, kamar mandi, toilet, tempat

penangkaran dan ruang lainnya yang masih dianggap

perlu untuk keperluan pemeliharaan dan atau

pengembangbiakan;

e) Bahan bangunan yang digunakan diupayakan yang

ramah lingkungan dan meminimalkan korosi/karat;

f) Diupayakan jauh dari keramaian untuk menjaga agar

perkembangbiakan biota langka dapat berjalan dengan

lancar sebagaimana terjadi secara alamiah;

g) Tempat pembangunan sarana juga harus mudah diakses

untuk kelancaran proses pengawasan pengelola;

Gambar 3. Contoh Gerbang Kawasan Konservasi

Page 21: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

h) Sarana pemeliharaan dan/atau pengembangbiakan biota

langka dapat dilengkapi dengan alat pemantau kualitas

air; dan

i) Sarana pemeliharaan dan/atau pengembangbiakan biota

langka ini dapat dilakukan pada kabupaten/kota yang di

kawasannya rawan ditemukan biota laut langka

terdampar.tempat pembangunan sarana juga harus

mudah untuk dijangkau demi kelancaran proses

pengawasan dan pergantian pegawai antara waktu.

6) Pondok jaga:

a) Berfungsi sebagai tempat petugas melakukan

pengawasan dan pengendalian kawasan;

b) Dalam rangka pengawasan dan pengendalian tersebut,

petugas dimungkinkan tinggal lebih lama di pondok jaga;

c) Desain sedemikian rupa sesuai fungsinya sebagai tempat

tinggal sementara petugas dalam rangka pengawasan

dan pengendallian, sehingga ruang di pondok jaga

minimal terdiri dari ruang kerja merangkap ruang tamu,

ruang komunikasi, kamar tidur, dan kamar mandi/toilet;

d) Ukuran disesuaikan ketersediaan lahan, dengan gaya

arsitektur budaya lokal dengan mengedepankan aspek

lingkungan sehingga kesan nuansa alami lebih dominan,

dengan konstruksi bangunan diupayakan

mengedepankan aspek lingkungan seperti bangunan

panggung;

e) Meminimalkan bangunan beton (model panggung)

mengutamakan bahan kayu atau bahan alami lainnya

yang mudah didapat di daerah tersebut; dan

f) Dibangun di zona sesuai peruntukannya dan/atau di

lokasi yang terbuka dengan jarak yang relatif dekat dari

pantai, sehingga pengawas dapat mengamati kegiatan

yang ada di kawasan konservasi perairan.

Page 22: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Gambar 5. Contoh Sketsa Pondok Jaga

7) Pos jaga:

a) Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai pos

pengamanan kelompok penjaga/pengawas yang terletak

di dalam kawasan konservasi dan dibangun hanya untuk

tempat berlindung kelompok penjaga/pengawas untuk

beberapa saat;

b) Konstruksi bangunan didesain sesederhana mungkin dan

menyesuaikan dengan budaya lokal dengan dominasi

bahan yang alami namun cukup kuat untuk menghadapi

kondisi lapangan, sehingga fungsi pengawasan dapat

optimal;

c) Konstruksi bangunan dapat berupa bangunan panggung

dengan mengedepankan aspek lingkungan serta

optimalisasi fungsi sebagai tempat pengawasan;

d) Material bangunan pos jaga diupayakan berupa bahan

alami yang kuat dan tidak mempergunakan batu karang;

e) Dibangun di zona sesuai peruntukannya dan/atau di

lokasi yang sensitif terhadap pelanggaran, sehingga

memudahkan petugas mengamati kegiatan yang ada di

Gambar 4. Contoh Bangunan Pondok Jaga

Page 23: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

kawasan konservasi tersebut; dan

f) Pos jaga dapat dilengkapi dengan toilet dengan

mempertimbangkan aspek lingkungan, lokasi dan

disesuaikan dengan kebutuhan.

Gambar 6. Contoh Sketsa Pos Jaga

8) Gazebo:

a) Lokasi gazebo harus sesuai dengan peruntukan yang

teruang dalam dokumen rencana pengelolaan dan zonasi

kawasan;

b) Berfungsi sebagai tempat berlindung, tempat beristirahat

sementara serta tempat pengunjung menikmati

pemandangan yang ada di kawasan;

c) Konstruksi gazebo didominasi dari bahan alami yang

mudah didapat disekitar lokasi dengan arsitek gaya lokal.

Kalaupun diperlukan konstruksi semen diupayakan

mengedepankan konstruksi/relief alam sehingga timbul

kesan alami;

d) Material gazebo sebaiknya didominasi dari kayu dengan

atap terbuat dari bahan ramah lingkungan, seperti

rumbai daun kelapa, ijuk dan/atau jenis atap lainnya

Page 24: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

dengan desain arsitektur lokal;

e) Gazebo harus diberi label/tulisan keterangan, misalnya

berupa papan informasi sederhana yang sedikitnya

bertuliskan “Gazebo Kawasan Konservasi......”

9) Multipurpose Floating Shelter (MPS)

a) Merupakan Shelter apung dalam kawasan konservasi

yang lokasinya ditempatkan di wilayah perairan sesuai

zonasi yang telah ditetapkan;

b) MPS ini bisa digunakan untuk berbagai tujuan seperti

persinggahan/tempat istirahat sementara petugas

monitoring kawasan, tempat singgah sementara

pengunjung, sekaligus dapat digunakan pula untuk

sarana budidaya ramah lingkungan (KJA), dan floating

jetty;

c) Penempatan dan jumlah MPS harus mempertimbangkan

fungsi, zonasi, stabilitasshelter dan aksesabilitas;

Gambar 7. Contoh Sketsa dan Bangunan

Page 25: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

d) Desain MPS bisa disesuaikan dengan kebutuhan dengan

menggunakan bahan ramah lingkungan yang tidak

bersifat korosif.

10) Pos retribusi:

a) Berfungsi sebagai pos penarikan dana retribusi sebagai

pemberian izin untuk memasuki kawasan konservasi,

yang diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota

setempat;

b) Konstruksi bangunan didesain sesederhana mungkin dan

menyesuaikan dengan budaya lokal dengan dominasi

bahan yang alami namun cukup kuat untuk menghadapi

kondisi lapangan, sehingga fungsi pos retribusi dapat

Gambar 8. Ilustrasi Multipurpose floating shelter (MPS)

Page 26: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

optimal;

c) Secara teknis konstruksi bangunan pos retribusi terdiri

atas ruang jaga;

d) Konstruksi bangunan dapat berupa bangunan panggung

dengan mengedepankan aspek lingkungan serta

optimalisasi fungsi;

e) Material bangunan pos retribusi bisa berupa bahan yang

terbuat alamiah/ramah lingkungan.

f) Dibangun di zona sesuai peruntukannya dan/atau di

jalan masuk lokasi, sehingga memudahkan petugas

melaksanakan tugas.

g) Pos diberi harus diberi label/tulisan keterangan,

misalnya berupa papan informasi sederhana yang

sedikitnya bertuliskan “Pos Retribusi Kawasan

Konservasi …..”

11) Pagar

a) Pagar mengelilingi suatu gedung/bangunan seperti

kantor pengelola, pusat informasi, dan instalasi

pemeliharaan dan/atau pengembangbiakan biota langka;

b) Pagar dibangun dengan menggunakan bahan yang

memungkinkan untuk bertahan terhadap pergantian

cuaca, kokoh terhadap guncangan, dan mampu menahan

tumbukan.

12) Pendukung Lainnya

a) MCK, tidak dibangun di kawasan sempadan pantai;

desain dan bahan bangunan harus disesuaikan

kebutuhan dan ramah lingkungan; dan dilengkapi

dengan sarana air bersih berikut alat pendukungnya

seperti ember, bak air dan sebagainya.

b) Saluran air/drainase berfungsi mengalirkan air

permukaan ke badan air dan atau ke bangunan resapan

air; danjenis konstruksi drainase dapat terbuat dari

pasangan batu kali, batu kosok, batu kali berusuk beton,

cermaton (cerucuk matras beton), bronjong kawat, dan

Page 27: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

berbagai jenis tersebut dapat dikombinasikan dengan

tiang pancang beton bertulang.

c) Talud merupakan lereng/dinding penyangga, berfungsi

untuk memperkuat suatu saluran di sungai maupun di

pantai, sehingga bangunan saluran tersebut dapat

bertahan dari proses erosi dan atau abrasi; dan jenis

konstruksi talud dapat terbuat dari bahan-bahan sesuai

kebutuhan misalnya pasangan batu kali, batu kosok,

batu kali berusuk beton, cermaton (cerucuk matras

beton), bronjong kawat, dan berbagai jenis tersebut dapat

dikombinasikan dengan tiang pancang beton bertulang.

d) Rehabillitasi ekosistem:

1) Merupakan fasilitas kegiatan rehabilitasi habitat ikan

(misalnya: habitat peneluran penyu);

2) Berfungsi untuk pelestarian ekosistem dan biota di

kawasan konservasi perairan;

3) Didesain sedemikian rupa sehingga mendukung

keberlangsungan sumberdaya ikan dan ekosistem;

4) Lokasi rehabilitasi disesuaikan dengan zonasi di suatu

kawasan konservasi perairan;

5) Bahan yang digunakan diupayakan yang ramah

lingkungan; dan

6) Lokasi fasilitas kegiatan rehabilitasi ekosistem harus

sesuai dengan rencana pengelolaan kawasan dan

mudah dijangkau untuk kelancaran proses

pengawasan.

B. Penyediaan Sarana dan Prasarana Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Penyediaan sarana dan prasaran pesisir dan pulau-pulau kecil

mencakup penyediaan prasarana tambat kapal/perahu.

1) Tambat kapal/perahu adalah tambat yang dibangun di pulau-pulau

kecil yang belum ada tambatan kapal/perahu setelah mendapat

rekomendasi dari kantor pelabuhan/administrasi pelabuhan terdekat

untuk keselamatan pelayaran.

1. Pengertian

Page 28: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Tambat kapal/perahu adalah tambat yang dibangun di pulau-

pulau kecil yang belum ada tambatan kapal/perahu setelah

mendapat rekomendasi dari kantor pelabuhan/administrasi

pelabuhan terdekat untuk keselamatan pelayaran.

2. Persyaratan Umum

1) Dibangun setelah mendapat rekomendasi dari kantor

pelabuhan/administrasi pelabuhan terdekat untuk

keselamatan pelayaran;

2) Pulau kecil berpenduduk.

3. Persyaratan teknis

1) Material pasangan batu kali (apabila diperlukan):

a) Campuran pengikat yang digunakan 1:4;

b) Kemiringan/slope maksimal 45o.

2) Material utama kayu:

a) Kayu yang digunakan kayu ulin, besi, gelam, merbau atau kayu

lokal yang mempunyai kekuatan setara, tetapi jika tidak

mempunyai kekuatan setara harus mendapat perlakuan

khusus;

b) Tiang utama beton atau kayu tanpa sambungan, tetapi apabila

tidak tersedia kayu yang panjang maka sambungan kayu harus

berada di bawah dasar laut (sea bed), dengan panjang minimal

setengah dari bagian yang tertanam di dalam laut.

3) Perlengkapan tambatan kapal terdiri dari daprah, boulder

kayu dan tangga. Pada lokasi yang memiliki beda pasut lebih

besar dari 2,5 m harus dibuat daprah khusus, sedang pada

pasut yang kurang dari 2,5 m posisi daprah dibuat flang

daprah di dermaga;

4. Spesifikasi teknis

1) Bentuk dan ukuran tambatan kapal/perahu;

Bentuk dan ukuran tambatan disesuaikan dengan pasang

surut dan kedalaman serta draft kapal dengan tipe tambatan

kapal:

a) Tipe marginal, dibuat sejajar garis pantai tanpa terestle karena

kedalaman perairan di muka daratan telah mencukupi;

b) Tipe finger dibuat tegak lurus pantai untuk dapat disandari di

Page 29: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

dua sisinya (pakai atau tidak pakai terestle);

c) Tipe T dan L, dibuat dengan menggunakan terestle

karenakedalaman perairan yang sesuai dengan draft kapal jauh

dari pantai dengan panjang, lebar dan kedalaman tambatan

kapal ditentukan berdasarkan hasil survey kedatangan kapal

(perahu) yaitu survey asal dan tujuan pada kapal (perahu)

yang mungkin berlabuh dan bertambat di lokasi dimaksud.

Perhitungan panjang tambatan kapal/perahu:

Panjang tambatan kapal = n (1,1 L)

n = jumlah kapal (perahu)

L = panjang perahu.

Tabel 3. Contoh Spesifikasi Tambatan Kapal

No Jenis Pekerjaan Bahan/Material/Keterangan

1 Konstruksi tiang

- Beton ukuran 30 s/d 40x30 s/d 40 cm,

tanpa sambungan dan menggunakan besi beton ulir ukuran minimal 19 mm dan

campuran 1:2:3 - Kayu ukuran 10 s/d 20x10 s/d 20 cm tanpa sambungan

- Jarak antara tiang satu dengan tiang yang lain dipasang pengaku yang terbuat dari beton atau kayu

2 Tiang pengaku - Beton dengan ukuran minimal 15/20 cm dengan menggunakan besi beton ulir

ukuran minimal 16 mm dengan campuran 1:2:3

- Kayu dengan ukuran minimal 10/12 cm

3 Lantai dermaga Papan Ukuran minimal 3/20 cm

4 Bout dan paku Galvanize

5 Panjang dermaga Disesuaikan dengan besarnya pasang surut dan kondisi lokasi

6 Lebar dermaga 1,5 m

2) Kedalaman kolam pelabuhan:

a) Kedalaman dari dasar kolam ditetapkan berdasarkan

sarat maksimum (maksimum draft) kapal yang bertambat

ditambah dengan jarak aman (clearance) sebesar (0,8 –

1,0 m ) di bawah lunas kapal, dihitung dari MLWS:

(1) Titik nol lantai tambatan kapal diambil berdasarkan

referensi tabel pasang surut yang ada di pelabuhan

terdekat (Tabel DISHIDROS), dengan angka keamanan

+70 cm di atas pasang;

Page 30: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

(2) Apabila referensi data pasang surut yang diambil dari

pelabuhan terdekat, ternyata jarak lokasi yang

dimaksud dengan pelabuhan referensi masih tidak

signifikan, maka dalam rangka akurasi data pasang

surut disarankan untuk dibuat data pasang surut di

lokasi yang direncanakan.

IV. PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA PENGAWASAN SUMBER DAYA

KELAUTAN DAN PERIKANAN

Pengadaan sarana dan prasarana pengawasan sumber daya kelautan dan

perikanan terdiri dari:

A. Pengadaan speedboat pengawasan SDKP;

B. Pengadaan garasi [steiger] speedboat pengawasan SDKP

C. Pengadaan bangunan pengawasan SDKP;

D. Pengadaan perlengkapan Kelompok Masyarakat Pengawas [POKMASWAS].

A. Pengadaan Speedboat Pengawasan SDKP.

1. Pengertian

Speedboat pengawasan SDKP adalah kapal pengawas ukuran kecil

yang dirancang dan diberi tanda-tanda khusus sebagai kapal patroli

cepat dengan olah gerak maupun manuveurability dan stability yang

prima untuk berbagai kegiatan patroli dalam rangka pengawasan

pemanfaatan SDKP di laut yang memerlukan kecepatan tinggi

sesuai dengan ketentuan kelayakan di laut.

2. Menu Pengadaan

Page 31: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Menu pengadaan speedboat pengawasan SDKP terdiri dari:

a. pengadaan speedboat pengawasan SDKP lengkap (body, mesin,

peralatan dan perlengkapan standar);

b. Pengadaan peralatan dan perlengkapan standar (navigasi,

komunikasi, keselamatan, tambat labuh, lampu dan perkakas)

c. Pengadaan suku cadang dan mesin speedboat pengawasan

SDKP yang telah diadakan sebelumnya/terjadi kerusakan, agar

speedboat pengawasan SDKP dapat dioperasionalkan kembali.

3. Persyaratan Umum

Pengadaan speedboat pengawasan SDKP harus memenuhi kriteria

sebagai berikut:

a. Memiliki wilayah laut dan/atau perairan umum (danau dan

sungai) yang potensial dalam pemanfaatan sumber daya

kelautan dan perikanan.

b. Merupakan daerah rawan pelanggaran dalam pemanfaatan

sumber daya kelautan dan perikanan serta wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil.

4. Persyaratan Khusus

a. Mampu menyiapkan dana operasional dan pemeliharaan setiap

tahunnya, termasuk perawatan rutin dan periodik;

b. Mempunyai personel yang bertugas mengoperasikan, menjaga,

dan merawat speedboat pengawasan SDKP dan mempunyai

kemampuan dan keahlian di bidang masing-masing.

Diprioritaskan bagi daerah yang telah tersedia SDM Pengawasan

SDKP antara lain:

1) Pengawas Perikanan;

2) Polsus PWP3K; atau

3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perikanan)

pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/UPTD

Pengawasan SDKP.

c. Khusus untuk perlengkapan/suku cadang speedboat

pengawasan dipersyaratkan bagi daerah yang telah memiliki

speedboat pengawasan SDKP, namun belum tersedia

perlengkapan/suku cadang atau dalam kondisi rusak yang

Page 32: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

memerlukan penggantian.

5. Persyaratan Teknis

Persyaratan teknis pengadaan speedboat pengawasan SDKP

memenuhi kriteria teknis sebagai berikut:

a. Bahan/material speedboat

pengawasan SDKP

1) Speedboat dengan bahan FRP (Fibre Reinforced Plastic),

bahan perekat yang di pakai adalah resin polyester

untuk marine yang umum digunakan untuk

pembuatan kapal, dikombinasikan dengan lapisan

Chopped Strand Mat (CSM), yang dikombinasikan dengan

kain Glass Fibre Multiaxial/ Multiaxial Fabric (generasi ke-

tiga dari WR).

2) Speedboat dengan bahan alumunium, plat alumunium yang

di pakai untuk pembangunan speedboat alumunium

adalah plat marine use dengan standard ASTM 5083

dengan tingkat kekuatan konstruksi speedboat, kecepatan,

stabilitas, manuveurability, daya jelajah dan tingkat

ketahanan/keawetan yang memadai sesuai kebutuhan dan

kondisi daerah pelayaran setempat.

b. Mesin penggerak

Mesin penggerak untuk speedboat pengawasan SDKP, besar

(ukuran /kapasitas) dan jenisnya (outboard/inboard)

menyesuaikan dengan material/bahan body dan ukuran

speedboat, sehingga dapat memenuhi kecepatan yang memadai

sebagai speedboat Pengawasan SDKP.

c. Alat navigasi dan

komunikasi

1) Alat navigasi sekurang-kurangnya mampu untuk

menentukan arah, posisi, serta kedalaman laut yang

meliputi: kompas, GPS map dengan depth sounder,

clinometer, Peta Perairan Indonesia (sesuai wilayah

pengawasan).

2) Alat komunikasi yang d a p a t digunakan untuk

Page 33: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

berkomunikasi dengan pihak lain baik secara langsung

dengan menggunakan suara (radio komunikasi, horn,

sirine, dsb) maupun tidak langsung dengan menggunakan

isyarat (bendera). Alat komunikasi sebagai kelengkapan

dari speedboat pengawasan terdiri dari: sirine, horn,

megaphone, VHF marine (DCS berdasar International

Maritime Organization), SSB radio, handy talky, bendera

Merah Putih, serta bendera isyarat.

d. Sistem penerangan

Sistem penerangan yang digunakan dalam speedboat terdiri

dari: lampu cabin, lampu navigasi (merah + hijau), lampu

sorot (halogen) dan lampu putar (lampu sirine) sesuai

standar kapal pengawas.

e. Peralatan keselamatan

Speedboat harus dilengkapi peralatan keselamatan sesuai

standar yang berlaku, antara lain life jacket, pemadam

kebakaran portable, pelampung, kotak P3K, dll.

f. Tanda-tanda speedboat

pengawasan SDKP

Tanda-tanda speedboat pengawasan SDKP adalah sesuatu

yang menunjukan identitas atau ciri khusus speedboat

pengawas yang meliputi:

1) Logo Kementerian Kelautan dan Perikanan ditempatkan

pada bagian luar kanan dan logo Pemerintah Provinsi di kiri

dinding anjungan.

2) Nama kapal diambil dari nama jenis ikan, yang memiliki

makna; kewibawaan, kekuatan dan ketangguhan. Nama

Kapal Pengawas Perikanan ditulis dengan huruf kapital

jenis arial, ditempatkan pada dinding luar lambung kanan

dan kiri buritan kapal, dengan cat warna putih, dengan

ketentuan:

Nama kapal ditulis pada buritan di bawah garis geladak

utama dengan jarak 1/10 tinggi permukaan bebas kapal;

Tinggi huruf berukuran minimum 1/20 tinggi permukaan

Page 34: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

bebas kapal dan maksimum 1/8 tinggi permukaan bebas

kapal, disesuaikan dengan besarnya kapal serta

keindahan/ estetika.

3) Strip Speedboat Pengawasan SDKP berbentuk dua garis

miring sejajar berwarna kuning tua dan putih. Strip Kapal

Pengawas Perikanan ditempatkan di lambung kanan dan

kiri di bagian haluan dengan kemiringan 60° kearah

haluan, dimulai dari garis air ke atas.

g. Warna speedboat

pengawasan SDKP diatur sebagai berikut:

1) Dinding bangunan bagian luar di atas geladak berwarna

putih;

2) Dinding lambung bagian luar kapal di atas garis air

berwarna biru tua;

3) Dinding lambung bagian luar kapal di bawah garis air

atau bot-top area berwarna merah tua sesuai warna cat

anti–fouling;

4) Lantai geladak berwarna abu-abu.

h. Tanda fungsi speedboat

pengawasan SDKP

Merupakan tanda pengenal dalam melakukan pengawasan dan

penegakan hukum bidang kelautan dan perikanan, berbentuk

tulisan “SPEEDBOAT PENGAWASAN SDKP”.

Tanda fungsi ini ditempatkan pada dinding luar anjungan

kanan dan kiri kapal ditulis dengan huruf kapital jenis arial

warna kuning tua pada papan dengan dasar warna biru

tua, serta besar tulisan disesuaikan dengan luas dasar

papan. Ukuran papan disesuaikan dengan panjang geladak

paling atas dan dipasang membujur geladak.

6. Spesifikasi Teknis

Pengadaan speedboat pengawasan SDKP yang ditetapkan sebagai

berikut:

a. Spesifikasi Teknis Speedboat pengawasan SDKP Ukuran

+12 m (Speedboat Tipe Napoleon) memiliki panjang + 12 m

Page 35: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

dengan menggunakan mesin Outboard atau Inboard.

Ukuran Utama Speedboat Tipe Napoleon

Panjang : 12 meter

Daya Mesin : 2 x 200 - 250 HP

Outboard/Inboard

Penumpang : 10-12 orang

Desain Kecepatan : 20 – 30 Knot

Endurance : 7 jam

SeaState 4

a. Konstruksi

Konstruksi kapal yang akan dibangun mengikuti peraturan

klasifikasi dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) Fiberglass

1996 atau alumunium walaupun konstruksi kapal tidak di-

klas- kan.Konstruksi speedboat pengawasan SDKP terdiri

dari:

a) Speedboat Pengawasan SDKP 12 meter dengan

bahan konstruksi FRP (Fibre Reinforced Plastic); dan

b) Speedboat Pengawasan SDKP 12 meter dengan

bahan konstruksi Alumunium.

b. Permesinan

1) Umum

Tenaga penggerak speedboat pengawasan SDKP

ukuran 12 meter terdiri dari 2 (dua) Outboard Marine

Engine atau menggunakan Inboard Marine Engine,

dengan besar Daya yang cukup untuk melakukan

pengawasan dan pengejaran dibuktikan dengan

perhitungan speed power prediction yang ditunjukkan

dengan grafik dan perhitungan. Pemeliharaan dan

perawatan mesin disediakan peralatan sesuai dengan

standar pembuat mesin dan dilengkapi dengan:

(1) Specials tools untuk mesin

(2) Box tool kits (obeng, kunci pas, tang, kunci ring,

kunci L dll) 1 set

Page 36: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

(3) Manual book, manual installation dari mesin tersebut.

2) Sistem kontrol

Mesin penggerak dikendalikan oleh throttle yang

dihubungkan oleh flexible cablesesuai dengan standar

dari pabrik pembuat mesin itu sendiri, keduanya

diletakkan pada dashboard di ruang kemudi yang

dilengkap indikator bahan bakar, RPM indicator,

temperature indicator, dll sesuai standar. Untuk

speedboat pengawasan yang menggunakan inboard

enginestern drive, sistem kontrol harus menyesuaikan

dengan pabrik pembuat (maker standard).

Gambar 01. Contoh Speedboat Type Napoleon (Inboard)

c. Instalasi Listrik

1) Sistem Listrik.

(1) Instalasi listrik yang terpasang menggunakan kabel

marine use, sumber listrik berasal dari 2 (dua)

buah battery 12 Volt dengan kapasitas minimal

Page 37: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

120 AH yang ditempatkan di dalam kotak battery

yang terbuat dari marine plywood.

(2) Battery tersebut dipergunakan untuk

menghidupkan lampu-lampu navigasi, alat

komunikasi serta pompa bilga yang terpasang di

kapal.

(3) Pengisian kembali arus listrik ke battery melalui

rectifier yang terpasang pada masing-masing mesin

penggerak.

2) Switch Panel/Saklar

Aliran listrik dikendalikan melalui switch panel

yang terpasang pada dashboard yang ditempatkan pada

ruang kemudi dan dilengkapi dengan

sekering/pemutus arus dan dua sekering cadangan

untuk setiap saklar. Saklar-saklar tersebut untuk

menghidupkan lampu, alat navigasi dan pompa bilga.

3) Lampu Penerangan (termasuk lampu Navigasi)

Lampu penerangan (termasuk lampu navigasi) pada

speedboat pengawasan sekurang-kurangnya terdiri dari:

(1) 2 (dua) buah lampu cabin atau sesuai kebutuhan.

(2) 1 (satu) set Lampu-lampu navigasi (mast light, side

light, stern light).

(3) 2 (dua) buah lampu sorot atau lampu kabut

halogen dengan spesifikasi marine use.

(4) 1 (satu) buah lampu cari (search light) yang bisa di

putar dari dalam.

(5) 1 (satu) buah light bar (lampu sirine)

4) Alat alat Navigasi dan Komunikasi.

Alat-alat navigasi dan komunikasi pada speedboat

pengawasan sekurang-kurangnya terdiri dari:

(1) 1 (satu) buah Compass

(2) 1 (satu) buah Sirine/tipe Light bar

(3) 1 (satu) buah Electric Horn

Page 38: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

(4) 1 (satu) buah loudhoulier (sirine and megaphone

type)

(5) 1 (satu) buah GPS Map include Depth Sounder

(6) 1 (satu) buah VHF radio with DSC

(7) 2 (dua) buah Handy Talky (Marine)

(8) 1 (satu) buah teropong marine use

(9) 1 (satu) set bendera isyarat/semboyan kapal

(10) 1 (satu) buah clinometer

(11) 2 (dua) buah bendera Merah Putih ukuran standar

(12) Peta perairan

(13) 1 (satu) buah Jam dinding (marine)

5) Perlengkapan Keselamatan

Perlengkapan keselamatan pada speedboat pengawasan

terdiri dari:

(1) 15 (dua belas) buah life jacket Solas Approved.

(2) 1 (satu) buah life buoy.

(3) 1 (satu) set kotak P3K.

(4) 2 (dua) buah pemadam api 5 kg.

(5) 1 (satu) paket smog signal.

(6) 1 (satu) paket red hand flare, dll.

6) Perlengkapan tambat

(1) 2 (dua) buah jangkar tangan berat sesuai

dengan ketentuan BKI

(2) 1 (satu) set tali jangkar + 12 mm, panjang

sesuai ketentuan BKI

(3) 2 (dua) set tali tambat + 12 mm, panjang sesuai

ketentuan BKI

(4) 6 buah dampra, bantalan angin berbentuk guling

ukuran F3

7) Perlengkapan lain-lain

Perlengkapan lain yang dipersyaratkan pada speedboat

pengawasan yaitu 2 Set pompa bilga portable sumersible

1000 GPH + Automatic.

b. Spesifikasi Teknis Speedboat pengawasan SDKP Ukuran

Page 39: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

+16 m (Speedboat Tipe Albacore) memiliki panjang + 16 m

dengan menggunakan mesin Outboard Marine Engine

(4-stroke).

Ukuran utama kapal berkisar antara: (abt.)

Panjang keseluruhan (LoA) : ± 16.00 meter

Lebar (B) : ± 3.60 meter

Tinggi (H) : ± 1.80 meter

Sarat air (T) : ± 0.6 meter

Mesin : 2 x 250 Hp (OBM 4 troke)

Kecepatan : 25 Knot

a. Konstruksi

Konstruksi kapal yang akan dibangun mengikuti peraturan

klasifikasi dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) Fiberglass

1996 atau alumunium walaupun konstruksi kapal tidak di-

klas- kan.Konstruksi speedboat pengawasan SDKP terdiri

dari:

a) Speedboat Pengawasan SDKP 16 meter dengan

bahan konstruksi FRP (Fibre Reinforced Plastic); dan

b) Speedboat Pengawasan SDKP 16 meter dengan

bahan konstruksi Alumunium.

b. Permesinan

1) Umum

Tenaga penggerak speedboat pengawasan SDKP

ukuran 16 meter terdiri dari 2 (dua) Outboard Marine

Engine atau menggunakan Inboard Marine Engine,

dengan besar daya yang cukup untuk melakukan

pengawasan dan pengejaran dibuktikan dengan

perhitungan speed power prediction yang ditunjukkan

dengan grafik dan perhitungan.

Mesin penggerak utama terletak di buritan kapal dengan

spesifikasi jenis:

Page 40: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Jumlah mesin : 2 unit, outboard marine

engine (CW dan CCW)

Daya Mesin (Minimal): 2 x 250 HP

Tipe Mesin : Outboard Marine Engine 4

stroke

Starting : Electric

Ignition : TCI Microcomputer

Bahan bakar : Regular Unleaded (Minimum

pump octane 87)

Sistem pendingin : Water/Thermostic control

Pemeliharaan dan perawatan mesin disediakan peralatan

sesuai dengan standar pembuat mesin dan dilengkapi

dengan:

(1) Specials tools untuk mesin

(2) Box tool kits (obeng, kunci pas, tang, kunci ring,

kunci L dll) 1 set

(3) Manual book, manual installation dari mesin

tersebut.

2) Sistem kontrol

Mesin penggerak dikendalikan oleh throttle yang

dihubungkan oleh flexible cable sesuai dengan standar

dari pabrik pembuat mesin itu sendiri, keduanya

diletakkan pada dashboard di ruang kemudi yang

dilengkap indikator bahan bakar, RPM indicator,

temperature indicator, dll sesuai standar. Untuk

speedboat pengawasan yang menggunakan inboard

enginestern drive, sistem kontrol harus menyesuaikan

dengan pabrik pembuat (maker standard).

Page 41: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Gambar 02. Contoh Speedboat Type Albacore (Inboard)

c. Instalasi Listrik

1) Sistem Listrik.

(1) Instalasi listrik yang terpasang menggunakan kabel

marine use, sumber listrik berasal dari 2 (dua)

buah battery 12 Volt dengan kapasitas minimal

200 AH yang ditempatkan di dalam kotak battery

yang terbuat dari marine plywood.

Page 42: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

(2) Battery tersebut dipergunakan untuk

menghidupkan lampu-lampu navigasi, alat

komunikasi serta pompa bilga yang terpasang di

kapal.

(3) Pengisian kembali arus listrik ke battery melalui

rectifier yang terpasang pada masing-masing mesin

penggerak.

2) Switch Panel/Saklar

Aliran listrik dikendalikan melalui switch panel

yang terpasang pada dashboard yang ditempatkan pada

ruang kemudi dan dilengkapi dengan

sekering/pemutus arus dan dua sekering cadangan

untuk setiap saklar. Saklar-saklar tersebut untuk

menghidupkan lampu, alat navigasi dan pompa bilga.

3) Lampu Penerangan (termasuk lampu Navigasi)

Lampu penerangan (termasuk lampu navigasi) pada

speedboat pengawasan sekurang-kurangnya terdiri dari:

(1) 2 (dua) buah lampu cabin atau sesuai kebutuhan.

(2) 1 (satu) set Lampu-lampu navigasi (mast light, side

light, stern light).

(3) 2 (dua) buah lampu sorot atau lampu kabut

halogen dengan spesifikasi marine use.

(4) 1 (satu) buah lampu cari (search light) yang bisa di

putar dari dalam.

(5) 1 (satu) buah light bar (lampu sirine)

4) Alat alat Navigasi dan Komunikasi.

Alat-alat navigasi dan komunikasi pada speedboat

pengawasan sekurang-kurangnya terdiri dari:

(1) 1 (satu) buah Compass

(2) 1 (satu) buah Sirine/tipe Light bar

(3) 1 (satu) buah Electric Horn

(4) 1 (satu) buah loudhoulier (sirine and megaphone type)

(5) 1 (satu) buah GPS Map include Depth Sounder

(6) 1 (satu) buah VHF radio with DSC

Page 43: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

(7) 2 (dua) buah Handy Talky (Marine)

(8) 1 (satu) buah teropong marine use

(9) 1 (satu) set bendera isyarat/semboyan kapal

(10) 1 (satu) buah clinometer

(11) 2 (dua) buah bendera Merah Putih ukuran standar

(12) Peta perairan

(13) 1 (satu) buah Jam dinding (marine)

(14) Radar 16 Nautical Mile

5) Perlengkapan Keselamatan

Perlengkapan keselamatan pada speedboat pengawasan

terdiri dari:

(1) 20 (dua puluh) buah life jacket Solas Approved.

(2) 2 (dua) buah life buoy.

(3) 1 (satu) set kotak P3K.

(4) 2 (dua) buah pemadam api 5 kg.

(5) 2 (dua) paket smog signal.

(6) 2 (dua) paket red hand flare, dll.

6) Perlengkapan tambat

(1) 2 (dua) buah jangkar tangan berat dan

rantai jangkar sesuai dengan ketentuan BKI.

(2) 1 (satu) set tali jangkar + 12 mm, panjang

sesuai ketentuan BKI.

(3) 2 (dua) set tali tambat + 12 mm, panjang sesuai

ketentuan BKI.

(4) 4 buah dampra, bantalan angin berbentuk guling

ukuran F4.

7) Perlengkapan lain-lain

Perlengkapan lain yang dipersyaratkan pada speedboat

pengawasan yaitu 3 Set pompa bilga portable sumersible

1000 GPH + Automatic.

B. Pengadaan garasi (Steiger) Speedboat Pengawasan SDKP

1. Pengertian

Garasi Steiger (tempat labuh/parkir) speedboat pengawasan

adalah bangunan khusus yang digunakan untuk menyimpan/

Page 44: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

menempatkan speedboat pengawasan. Steiger (tempat labuh/parkir)

speedboat pengawasan diperuntukkan bagi Pemerintah Daerah

yang telah memiliki speedboat pengawasan.

2. Persyaratan Umum

a) Ketersediaan Lahan

Luas lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan garasi

(steiger) speedboat pengawasan SDKP ini disesuaikan

dengan tipe speedboat pengawasan yang dimiliki.

b) Lokasi

Penentuan lokasi pembangunan steiger speedboat

disarankan diatas perairan pantai untuk kemudahan mobilitas

speedboat pada saat dioperasionalkan. Kondisi perairan harus

tenang untuk menjaga kondisi speedboat pengawasan agar

tetap stabil pada posisinya dan tidak terbentur dengan

bangunan steiger akibat gelombang yang mungkin terjadi.

Steiger ini dapat dilengkapi dengan akses untuk proses

docking/perawatan berupa rel menuju workshop yang

berada di darat dan penyimpanan apabila speedboat

pengawasan tidak digunakan dalam waktu lama, karena akan

terhindar dari pengaruh korosi air laut.

3. Persyaratan Teknis

Steiger harus memenuhi fungsinya yaitu melindungi speedboat

pengawasan dari cuaca (hujan, sinar matahari) dan keamanan

(pencurian). Dengan adanya garasi (steiger) speedboat pengawasan,

kerusakan speedboat pengawasan akibat pengaruh lingkungan

akan kecil. Dengan demikian speedboat pengawasan akan terawat

dengan baik, tidak cepat rusak, berkarat, terlindungi sehingga

memiliki masa keawetan dalam fungsi gunanya. Garasi (steiger)

speedboat pengawasan dibagi menjadi 2 yaitu Steiger darat (dengan

railing) dan Steiger atas air (tanpa railing).

4. Spesifikasi Teknis

Struktur utama (kolom, balok, rangka atap) garasi (steiger)

speedboat pengawasan SDKP terbuat dari baja profil, beton atau

bahan lainnya dengan jenis dan ukuran sesuai desain perencanaan.

Page 45: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Atap menggunakan penutup zincalum atau bahan lain yang sesuai

dengan kondisi di lapangan.

Gambar 03. Contoh Denah Steiger Speedboat Pengawasan

Gambar 04. Contoh Desain Tampak Samping garasi

(steiger) Speedboat Pengawasan SDKP

Page 46: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Gambar 05. Contoh Gambar potongan garasi (steiger) Speedboat

pengawasan SDKP dengan railing

Gambar 06. Contoh Desain garasi (steiger) speedboat pengawasan SDKP

di atas air

Page 47: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Gambar 07. Contoh garasi [steiger] Speedboat pengawasan SDKP

C. Pengadaan Bangunan Pengawasan SDKP

1. Pengertian

Bangunan pengawasan SDKP adalah bangunan yang digunakan

sebagai kantor dan/atau pos pengawasan SDKP dengan fungsi

sebagai tempat untuk memfasilitasi dan melakukan aktivitas

pengawasan lainnya yang dilaksanakan oleh petugas pengawas

perikanan, Polsus PWP3K, PPNS Perikanan.

2. Persyaratan umum

Pengadaan bangunan pengawasan SDKP diperuntukan bagi

daerah dengan persyaratan/kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat kegiatan usaha perikanan (penangkapan ikan,

pengolahan dan pemasaran hasil perikanan maupun usaha

budidaya ikan), kawasan konservasi atau kegiatan

pemanfaatan sumber daya kelautan;

b. Memiliki SDM Pengawasan yaitu Pengawas Perikanan, Polsus

PWP3K, atau PPNS Perikanan pada Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi/UPTD Pengawasan SDKP;

c. Merupakan daerah rawan pelanggaran dalam pemanfaatan

sumber daya kelautan dan perikanan;

d. Terdapat unit pengawas SDKP di daerah (Satker/Pos

Pengawasan SDKP).

3. Persyaratan Teknis

Page 48: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

a. Ketersediaan Lahan

Untuk pengadaan bangunan pengawasan harus disediakan

lahan oleh Pemerintah Daerah dengan persyaratan akses

mudah dicapai serta dekat dengan sentra kegiatan perikanan

(Pelabuhan Perikanan, Pangkalan Pendaratan Ikan, Tempat

Pelelangan Ikan, Tempat Budidaya Perikanan, Lokasi

Penangkapan Ikan, Kawasan Konservasi/Pesisir). Untuk luasan

lahan disesuaikan dengan kebutuhan bangunan yang akan

dibangun oleh Pemerintah Daerah.

b. Model dan Konstruksi Bangunan

Bangunan pengawasan SDKP dapat dibangun dengan 2

model yaitu model 1 lantai maupun 2 lantai. Dalam bangunan

tersebut sekurang-kurangnya memiliki ruangan-ruangan

sebagai berikut: Ruang Kerja (kepala dan staf, ruang pengawas),

Ruang Koordinasi (rapat, komunikasi), Gudang, Dapur/Pantry,

Kamar Mandi/WC. Untuk bangunan pengawasan SDKP terdiri

dari dua macam tipe yaitu bangunan pengawasan SDKP

Perairan Umum Darat (PUD) dan Perairan Umum Laut (PUL)

dengan kriteria:

1) Bangunan Pengawasan Perairan Umum Daratan (PUD):

a) Dibangun disekitar wilayah perairan darat (waduk,

danau, dsb) dengan luasan minimal 4 Ha;

b) Luas bangunan disesuaikan kebutuhan dan jumlah

personil, minimal 24 m2;

c) Terdiri dari ruang kerja/pengawas, ruang

koordinasi/ komunikasi, gudang, pantry dan toilet.

2) Bangunan Pengawasan Perairan Umum Laut (PUL):

a) Dibangun di sekitar wilayah perairan laut;

b) Luas bangunan disesuaikan kebutuhan dan jumlah

personil, minimal 36 m2;

c) Terdiri dari ruang kerja/pengawas, ruang

koordinasi/ komunikasi, gudang, pantry dan toilet.

c. Konstruksi bangunan terbuat dari bahan struktur beton

bertulang, dinding bata/batako, atap metal serta pada

Page 49: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

bagian depan bangunan pengawasan dipasang papan

nama bertuliskan: Kantor/Pos Pengawasan Sumber Daya

Kelautan dan Perikanan daerah yang bersangkutan.

d. Apabila di daerah tersebut tidak terdapat/sulit material

untuk konstruksi bangunan beton bertulang, maka dapat

menggunakan material lainnya (kayu dan seng/asbes)

dengan masih mempertimbangkan fungsi bangunan

sebagai pos/kantor pengawasan.

4. Spesifikasi Teknis

Bangunan Pengawasan menggunakan material beton, baja, kayu

dan material lainnya yang sesuai dengan Standar Nasional

Indonesia dan peraturan mengenai pembangunan gedung Negara.

Bangunan pengawasan memiliki ciri pada dinding dengan warna

cat biru muda dengan cat struktur biru tua, dilengkapi dengan

tiang bendera dan papan nama “Pos Pengawasan/Bangunan

Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan” disertai logo

Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Gambar 08. Contoh Denah Bangunan Pengawasan

Page 50: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Gambar 09. Contoh Bangunan Pengawasan 2 Lantai

Gambar 10. Contoh Bangunan Pengawasan 1 Lantai

D. Pengadaan Perlengkapan Kelompok Masyarakat Pengawas

[POKMASWAS]

1. Pengertian

Perlengkapan POKMASWAS adalah seperangkat peralatan/sarana

dan prasarana yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan

pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan yang dilakukan

oleh Kelompok Masyarakat Pengawas [POKMASWAS].

2. Persyaratan Umum

Perlengkapan POKMASWAS ini diberikan kepada POKMASWAS yang

aktif membantu pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan.

3. Persyaratan Teknis

a. Rompi, Pentungan dan Senter POKMASWAS

1) Rompi

Perlengkapan ini digunakan sebagai pengaman dan identitas

POKMASWAS. Spesifikasi teknis rompi POKMASWAS sebagai

berikut:

a) Bahan parasut;

Page 51: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

b) Pada bagian belakang [punggung] dipasang

reflektor/scotlight ‘POKMASWAS SDKP’.

Gambar 11. Contoh Rompi POKMASWAS

2) Pentungan

Pentungan digunakan sebagai alat pengaman diri pada saat

Pengawas Perikanan melakukan operasional pengawasan

SDKP. Spesifikasi teknis pentungan sebagai berikut:

(a) Panjang : > 50 cm

(b) Bahan : Karet

Gambar 12. Contoh Pentungan

3) Senter

Alat ini digunakan untuk penerangan saat melakukan

operasional pengawasan SDKP pada malam hari. Spesifikasi

teknis sebagai berikut:

Tabel 01. Spesifikasi Senter

No Uraian Keterangan

1. Type R20

2. Panjang > 25 cm

3. Warna cahaya Putih terang

Page 52: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

No Uraian Keterangan

Terdapat 3 mode: terang, kurang

terang/redup dan berkedip/SOS

4. Diameter > 4 cm

5. Jangkauan cahaya > 200 meter

Gambar 13. Contoh Senter

b. Handy Talky

Alat komunikasi ini dapat dibawa dan digunakan untuk

melakukan komunikasi di berbagai tempat. Alat ini digunakan

pada saat melakukan pengawasan di lapangan atau sebagai

sarana komunikasi yang diberikan kepada POKMASWAS dalam

rangka memberikan laporan tentang adanya pelanggaran dalam

pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. Jangkauan

alat ini hanya terbatas pada suatu wilayah/kawasan tertentu

sesuai dengan kapasitas alat (instrumen) serta kondisi wilayah

(datar/bergelombang).

Secara teknis alat komunikasi bergerak (handy talky/HT)

sebagai berikut :

1) Frekuensi VHF: 146-174 (5W)

2) Terdapat 16 Channel

3) Rechargeable batteries

4) 12.5/25kHz Channel Spacing

5) Scan (channel, memory)

6) Indikator visual LED

7) Vibrate Alert

Page 53: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Gambar 14. Contoh Alat Komunikasi Handy Talky (HT)

c. GPS [Global Positioning System]

Peralatan ini digunakan untuk menentukan lokasi [titik

koordinat] terjadinya pelanggaran di bidang kelautan dan

perikanan, terutama untuk kejadian di laut. Spesifikasi Teknis

GPS sebagai berikut:

a) Waterproof

b) battery lithium

c) Interface high speed USB

d) Base map

e) Built in Memory > 2GB

f) Accepts data card = MicroSD

g) Electronic Compass

h) Touchscreen

i) Camera

j) 2.000 waypoints

k) 200 routes

l) 10.000 track points

Page 54: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Gambar 15. Contoh GPS [Global Positioning System]

d. Teropong

Teropong digunakan untuk pengamatan obyek yang jauh agar

jelas terlihat. Untuk mengantisipasi pelaksanaan operasional

pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan pada malam

hari, menggunakan jenis teropong night vision. Sepesifikasi

teknis sebagai berikut:

a) Pembesaran Lensa X OBJ 10 x 50

b) Tutup Fokus ( ft / m) 20 / 6

c) Lensa Multi Coating

d) Beradaptasi terhadap Tripod

e) Eyecups Fold Down

f) Eye Relief 10

g) Sistem Fokus InstaFocus

h) Prism Glass

i) Ukuran Kelas Standar

Gambar 16. Contoh Teropong

e. Kamera digital

Page 55: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Kamera digunakan untuk mengambil gambar sebagai bukti

pendukung terjadinya pelanggaran sumber daya kelautan dan

perikanan. Spesifikasi teknis kamera digital seperti pada Tabel

02.

Tabel 02. Spesifikasi Kamera Digital

No Uraian Keterangan

1. Berat < 1 kg

2. Lensa > 14 MP

3. Zoom optik 5

4. Format foto JPEG

5. Format video AVI, MJPEG

6. Type Memory SD, SDHC

7. Fitur tampilan HD

8. Ukuran layar 3”

Gambar 17. Contoh Kamera Digital

f. Perahu Motor untuk POKMASWAS

1) Pengertian

Perahu motor untuk POKWASMAS adalah perahu motor

yang di peruntukkan bagi kelompok masyarakat pengawas

(POKMASWAS) sebagai penunjang kegiatan operasional di

lapangan dalam rangka membantu tugas pengawasan

sumber daya kelautan dan perikanan.

2) Persyaratan Umum

Persyaratan umum pengadaan perahu motor untuk

POKMASWAS, sebagai berikut:

Page 56: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

a) Memiliki perairan yang potensial dalam pengelolaan

sumber daya kelautan dan perikanan;

b) Memiliki Kelompok Masyarakat Pengawas

(POKMASWAS) yang telah dikukuhkan/disahkan oleh

Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) serta aktif

dalam kegiatan operasional pengawasan sumber daya

kelautan dan perikanan;

c) Sebagai daerah rawan pelanggaran dalam pengelolaan

sumber daya kelautan dan perikanan.

3) Persyaratan Teknis

a) Bahan/material

Perahu motor untuk POKMASWAS dibuat dengan bahan

FRP (Fibre Reinforced Plastic) atau bahan yang lain yang

mudah didapatkan didaerah misalnya kayu, dsb.

Konstruksi kapal yang akan dibangun mengikuti

peraturan klasifikasi dari Biro Klasifikasi Indonesia

(BKI) Fiberglass 1996, stabilitas, manuveurability, daya

jelajah dan tingkat ketahanan/keawetan yang memadai

sesuai kebutuhan dan kondisi daerah

pelayaransetempat. Ukuran perahu motor disesuaikan

dengan kondisi daerah sesuai stabilitas perahu dan

aspek keselamatan.

b) Mesin penggerak

Mesin penggerak utama untuk perahu motor untuk

POKMASWAS, dari besar daya (ukuran/kapasitas) dan

jenis mesin penggeraknya (out-board) menyesuaikan

dengan karakteristik perairan dan kebutuhan daerah,

dan harus dapat memenuhi kecepatan yang memadai.

c) Alat navigasi dan komunikasi

Perahu motor untuk POKWASMAS dilengkapi dengan

alat navigasi sekurang-kurangnya mampu untuk

menentukan arah, posisi, serta kedalaman laut yang

meliputi: kompas, GPS Map. Alat komunikasi standar

Page 57: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

minimal pada Perahu POKWASMAS Portable VHF

Radio/handy talky.

d) Tanda-tanda perahu motor untuk POKMASWAS

Tanda-tanda perahu motor untuk POKMASWAS adalah

sesuatu yang menunjukan identitas atau ciri khusus

Perahu motor untuk POKWASMAS meliputi:

(1) Nama Perahu diambil dari nama Pokwasmas

sendiri. Nama Perahu ditulis dengan huruf kapital

jenis arial, ditempatkan pada dinding luar lambung

kanan dan kiri buritan kapal, dengan cat warna

putih, dengan ketentuan;

(2) Nama Perahu ditulis pada buritan di bawah garis

geladak utama dengan jarak 1/10 tinggi permukaan

bebas perahu;

(3) Tinggi huruf berukuran minimum 1/20 tinggi

permukaan bebas perahu dan maksimum 1/8

tinggi permukaan bebas kapal, disesuaikan dengan

besarnya kapal serta keindahan / estetika;

(4) Strip perahu berbentuk dua garis miring sejajar

berwarna kuning tua dan putih dan ditempatkan di

lambung kanan dan kiri di bagian haluan dengan

kemiringan 60° ke arah haluan, dimulai dari garis

air ke atas;

(5) Warna Perahu motor untuk POKWASMAS:

a) Dinding bangunan bagian luar di atas geladak

berwarna putih;

b) Dinding lambung bagian luar kapal di atas garis

air berwarna biru tua;

c) Dinding lambung bagian luar kapal di bawah

garis air atau bot-top area berwarna merah tua

sesuai warna cat anti – fouling.

Page 58: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Gambar 18. Contoh perahu motor untuk POKMASWAS

g. Handphone SMS Gateway

Type smartphone dipergunakan sebagai alat komunikasi dalam

kegiatan operasional pengawasan sumber daya kelautan dan

perikanan oleh POKMASWAS dan sebagai sarana penyampaian

informasi kejadian pelanggaran pengelolaan sumber daya

kelautan dan perikanan dengan menggunakan sms (SMS

Gateway). Selain itu smartphone ini dilengkapi dengan kamera

untuk merekam/mendokumentasikan pelanggaran dalam

pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan.

h. Bangunan/Pos Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS)

1) Pengertian

Bangunan POKMASWAS adalah bangunan yang digunakan

sebagai tempat koordinasi dan operasional pengawasan

pengelolaan SDKP oleh POKMASWAS.

2) Persyaratan umum

Pengadaan bangunan POKMASWAS SDKP di peruntukkan

bagi daerah dengan persyaratan/kriteria sebagai berikut:

a) Terdapat kegiatan usaha perikanan (penangkapan

ikan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan

maupun usaha budidaya ikan);

b) Memiliki kelompok POKMASWAS yang aktif dalam

kegiatan pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan

dan perikanan;

c) Merupakan daerah rawan pelanggaran dalam

pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan;

3) Persyaratan Teknis

Page 59: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

a) Ketersediaan Lahan

Untuk pengadaan bangunan POKMASWAS harus

disediakan lahan oleh Pemerintah Daerah/POKMASWAS

dengan persyaratan akses mudah dicapai serta dekat

dengan sentra kegiatan perikanan (Pelabuhan

Perikanan, Pangkalan Pendaratan Ikan, Tempat

Pelelangan Ikan, Tempat Budidaya Perikanan, Lokasi

Penangkapan Ikan atau kegiatan pengelolaan sumber

daya kelautan dan perikanan). Untuk luasan lahan

disesuaikan dengan kebutuhan bangunan yang akan

dibangun.

b) Model dan Konstruksi Bangunan

Bangunan pengawasan SDKP dapat dibangun

d e n g a n model 1 lantai atau model panggung

tergantung kondisi di daerah. Dalam bangunan tersebut

sekurang-kurangnya memiliki ruangan-ruangan sebagai

berikut: Ruang Koordinasi/ Rapat/Pertemuan,

Dapur/Pantry, dan Kamar Mandi/WC. Luas bangunan

menyesuaikan kondisi POKMASWAS di daerah, minimal

20 meter persegi.

c) Konstruksi bangunan terbuat dari bahan struktur beton

bertulang, dinding bata/batako, atap metal serta pada

bagian depan bangunan dipasang papan nama

bertuliskan: POS POKMASWAS Sumber Daya Kelautan

dan Perikanan daerah yang bersangkutan.

d) Apabila di daerah tersebut tidak terdapat/sulit material

untuk konstruksi bangunan beton bertulang, maka dapat

menggunakan material lainnya (kayu dan seng/asbes)

dengan mempertimbangkan fungsi bangunan

POKMASWAS;

4) Spesifikasi Teknis

Bangunan POKMASWAS SDKP menggunakan material

beton, baja, kayu dan material lainnya yang sesuai

dengan Standar Nasional Indonesia dan peraturan

Page 60: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

mengenai pembangunan gedung Negara. Bangunan

POKMASWAS memiliki ciri pada dinding dengan warna

cat biru muda dengan cat struktur biru tua, dilengkapi

dengan tiang bendera dan papan nama “POS

POKMASWAS SDKP” disertai logo Kementerian Kelautan

dan Perikanan.

Gambar 19. Contoh denah dan tampak bangunan POKMASWAS

Format Surat Pernyataan Kesiapan Menyediakan Biaya Operasional dan pemeliharaan

serta penempatan personel yang bertugas pada Speedboat Pengawasan SDKP

KOP DINAS PROVINSI

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Page 61: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Nama : [diisi Kepala Dinas Provinsi]

NIP : [diisi NIP Kepala Dinas Provinsi]

Pangkat / golongan ruang : [diisi pangkat/golongan ruang Kepala Dinas Provinsi]

Jabatan : [diisi Jabatan Kepala Dinas Provinsi]

Unit Kerja : [diisi unit kerja Kepala Dinas Provinsi]

Menyatakan bahwa [diisi Dinas Provinsi] sanggup :

1. Menyediakan biaya operasional dan pemeliharaan, termasuk perawatan rutin dan

periodik speedboat pengawasan SDKP setiap tahun;

2. menempatkan personel yang bertugas mengoperasikan, menjaga, dan merawat

speedboat pengawasan SDKP dan mempunyai kemampuan dan keahlian di

bidang masing – masing.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan sebenar -

benarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

[ diisi tempat, tanggal diterbitkan]

Yang bersangkutan

[diisi tanda tangan pembuat pernyataan]

[diisi nama pembuat pernyataan]

NIP. [diisi NIP pembuat pernyataan]

Materai 6.000

Page 62: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

LAMPIRAN IV

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR /PERMEN-KP/2016

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI

KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

TAHUN 2017

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)

KABUPATEN/KOTA BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017

B. PEMBANGUNAN / REHABILITASI SARANA DAN PRASARANA TEMPAT

PELELANGAN IKAN (TPI) DI LUAR PELABUHAN PERIKANAN (MILIK UPTD

KABUPATEN/KOTA)

1. Pengertian

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah Tempat para penjual dan pembeli

melakukan transaksi jual beli ikan melalui pelelangan dimana proses

penjualan ikan dilakukan dihadapan umum dengan cara penawaran

bertingkat.

Tempat Pelelangan Ikan atau disingkat TPI adalah pasar tempat

terjadinya transaksi penjualan ikan/hasil laut baik secara lelang

maupun tidak (tidak termasuk TPI yang menjual/melelang ikan darat).

Biasanya TPI ini dikoordinasi oleh Dinas Perikanan, Koperasi atau

Pemerintah Daerah.

TPI tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut: tempat tetap

(tidak berpindah-pindah), mempunyai bangunan tempat transaksi

penjualan ikan, ada yang mengkoordinasi prosedur lelang/penjualan,

mendapat izin dari instansi yang berwenang (Dinas

Perikanan/Pemerintah Daerah).

Fasilitas di Tempat Pelelangan Ikan meliputi:

a. Bangunan TPI

b. Lantai;

c. Drainase;

d. Instalasi listrik dan penerangan;

e. Air bersih; dan

f. Lahan parkir.

2. Persyaratan Umum

Page 63: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Persyaratan umum Pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana

Tempat Pelelangan Ikan yang dikelola oleh pemerintah daerah

kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1) Pembangunan/rehabilitasi Tempat Pelelangan Ikan dilaksanakan di

lokasi yang sudah ada (bukan lokasi baru) dan telah terdapat

aktivitas perikanan tangkap. Lokasi dimaksud dan pengelolaannya

telah ditetapkan oleh Bupati/Walikota.

2) Tempat Pelelangan Ikan yang dikelola oleh kabupaten/kota adalah

Tempat Pelelangan Ikan yang dikelola dan asetnya dimiliki oleh

pemerintah daerah kabupaten/kota.

3) Tempat Pelelangan Ikan yang dikelola kabupaten/kota yang akan

dibangun/rehabilitasi telah ditetapkan lokasinya oleh

Bupati/Walikota setempat yang ditembuskan kepada Direktur

Jenderal Perikanan Tangkap.

3. Persyaratan Khusus

Pengajuan usulan pembiayaan pembangunan/rehabilitasi sarana dan

prasarana Tempat Pelelangan Ikan sebagaimana tersebut di atas harus

memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut:

a. Pemilihan jenis fasilitas yang akan dikembangkan mengacu kepada

kebutuhan mendesak masyarakat nelayan setempat dan mengacu

kepada hasil studi kelayakan, masterplan dan detail desainnya;

b. Kesanggupan mengoperasionalkan Tempat Pelelangan Ikan sesuai

dengan kapasitas terpasang dibuktikan dengan surat pernyataan

kesanggupan pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran

operasional dan pemeliharaan Tempat Pelelangan Ikan yang akan

dibangun/direhabilitasi sarana dan prasarananya.

c. Lahan yang digunakan merupakan milik pemerintah daerah

kabupaten/kota yang ditandai dengan sertfikat kepemilikan atas

tanah.

4. Spesifikasi Teknis

1) Pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana Tempat Pelelangan

Ikan di atas diarahkan untuk memenuhi spesifikasi teknis sebagai

berikut:

a. terlindung dan mudah untuk dibersihkan;

b. mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan

disanitasi, dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan

mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang higiene;

c. mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam

pengawasan hasil perikanan;

d. kendaraan yang mengeluarkan asap dan binatang yang dapat

mempengaruhi mutu hasil perikanan tidak diperbolehkan berada

dalam Tempat Pelelangan Ikan;

Page 64: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

e. dibersihkan secara teratur minimal setiap selesai penjualan;

f. dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok, meludah,

makan dan minum, dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat

dengan jelas;

g. mempunyai fasilitas pasokan air bersih dan atau air laut bersih

yang cukup;

2) Tempat pelelangan ikan harus memenuhi persyaratan higiene dan

penerapan sistem rantai dingin.

3) Memiliki pengelola yang telah ditetapkan melalui Surat Keputusan

Bupati/Walikota atau Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten/Kota.

Page 65: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Format Lampiran Surat Pernyataan Kesiapan Menanggung Biaya Operasional

dan pemeliharaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di luar Pelabuhan Perikanan

(UPTD Kabupaten/Kota) yang akan dikembangkan

KOP DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

NIP :

Pangkat / golongan ruang :

Jabatan :

Unit Kerja :

Menyatakan bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota sanggup

menanggung biaya operasional dan perawatan Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

..........................

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya

untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

…………………….,

Yang bersangkutan

Materai 6000

(………………………………….)

NIP. ………………………

Page 66: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

C. PEMBANGUNAN/REHABILITASI SARANA DAN PRASARANA POKOK UPTD

PERBENIHAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KAB/KOTA

1. Pengertian

a. UPTD Perbenihan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab/Kota adalah

Unit Pelaksana Teknis Daerah (unit kerja) milik Dinas Kelautan dan

Perikanan Kab/Kota yang bertugas melaksanakan tugas teknis di

bidang perbenihan ikan air tawar, payau dan laut.

2. Persyaratan Umum

a. Penetapan jenis unit perbenihan yang akan dikembangkan

didasarkan pada prioritas kebutuhan serta dengan memperhatikan

potensi sumberdaya perikanan budidaya yang tersedia.

b. Penetapan kegiatan pengembangan UPTD Perbenihan di dukung

dengan beberapa persiapan, yaitu: Lahan merupakan tanah yang

dikuasai oleh pemerintah daerah dengan status peruntukan untuk

pengembangan UPTD Perbenihan.

c. Apabila diperlukan, pelaksana pembangunan UPTD Perbenihan

Kab/ Kota dapat berkonsultasi dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Ditjen Perikanan Budidaya dalam membuat perencanaan penyediaan

prasarana dan sarana UPTD Perbenihan serta meminta berkonsultasi

teknis dalam tahap operasionalnya.

d. Sanggup menyediakan anggaran biaya operasional dan pemeliharaan

melalui APBD kabupaten/kota serta staf operasional UPTD

Perbenihan.

3. Persyaratan Teknis

Persyaratan teknis pengembangan UPTD Perbenihan didasarkan pada

persyaratan teknis lokasi dan bangunan. Persyaratan teknis lokasi

antara lain mempertimbangkan ketersediaan air, ketersediaan listrik,

jenis tanah (terutama posrositas dan keasaman tanah), keamanan serta

aspek sosial ekonomi.

4. Spesifikasi Teknis

1.5. Pembangunan/rehabilitasi kolam/saluran UPTD Perbenihan

Pembangunan/rehabilitasi kolam/saluran meliputi :

12. Rehabilitasi kolam atau bak induk/calon induk,

13. Rehabilitasi kolam atau bak pemijahan/pendederan,

14. Rehabilitasi kolam atau bak karantina,

15. Rehabilitasi kolam atau bak Filter/pengendapan

16. Rehabilitasi kolam atau bak pakan alami,

17. Rehabilitasi bangunan panti benih/bangsal/hatchery,

18. Pembangunan bak sterilisasi roda kendaraan dan bak

Page 67: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

disinfeksi alas kaki/footbath,

19. Rehabilitasi saluran air pasok (masuk) dan buang

(keluar),

20. Rehabilitasi kolam atau bak larva

21. Pembangunan / rehabilitasi tandon,

22. Pembangunan / rehabilitasi kolam atau bak pengelolaan

limbah.

1.6. Peralatan UPTD Perbenihan (paket)

Paket peralatan perbenihan meliputi:

9. Paket instalasi aerasi (hi blow, selang aerasi, batu aerasi,

instalasi pipa)

10. Paket resirkulasi air (filter biologi, filter mekanik, pompa

celup, instalasi pipa, unit ultraviolet)

11. Paket pemijahan buatan (wadah ikan dari

plastik/fiberglass, happa, selang kanulasi, ovaprim /

HCG, syringe/ alat suntik, kakaban, Larutan NaCL /

infus, aquabidest)

12. Paket penetasan (happa, corong penetasan, pompa celup,

heater)

13. Paket pendederan (alat penyeragaman ukuran benih,

happa, baskom, refrigerator)

14. Paket pengukuran dan pemeriksaan kesehatan

ikan/mutu benih (timbangan, DO Meter, pH Meter,

termometer, Mikroskop, water quality testkit)

15. Paket pemeliharaan larva (plankton net, happa, corong

penetasan artemia, heater)

16. Paket pembibitan rumput laut hasil kultur jaringan

(jukung pengangkut benih, tali, pelampung, pemberat,

jaring pengaman, bibit rumput laut hasil kultur

jaringan).

1.7. Peralatan perkolaman UPTD Perbenihan (paket)

Paket perlatan perkolaman meliputi Paket persiapan dan

pemeliharaan kolam (hand traktor, mesin potong rumput, happa,

alat semprot jaring).

1.8. Peralatan panen UPTD Perbenihan (paket)

1 (satu) paket peralatan panen meliputi : wadah panen fiberglass,

tabung oksigen, alat hitung benih, timbangan dan happa.

Page 68: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

D. PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA PEMBERDAYAAN USAHA SKALA

KECIL MASYARAKAT PESISIR (NELAYAN, PEMBUDIDAYA IKAN,

PENGOLAH DAN PEMASAR HASIL PERIKANAN SERTA PETAMBAK GARAM)

A. Perahu/Kapal Penangkap Ikan Berukuran lebih kecil dari 3 GT yang

Dioperasikan di Perairan Laut dan Perairan Umum Daratan berseta

mesin dan alat tangkapnya.

1. Pengertian

a) Kapal penangkap ikan adalah kapal yang secara khusus

dipergunakan untuk menangkap ikan termasuk menampung,

menyimpan, mendinginkan, dan/atau mengawetkan.

b) Perahu/kapal penangkap ikan berukuran lebih kecil dari 3 GT

adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk

melakukan penangkapan ikan di perairan umum daratan dan

khusus untuk perairan umum tersebut, seperti danau, waduk,

sungai, rawa dan genangan air lainnya.

c) Alat penangkapan ikan yang diizinkan adalah alat penangkapan

ikan yang tidak mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber

daya ikan serta tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundangundangan yang berlaku.

d) Alat bantu penangkapan ikan adalah sarana dan perlengkapan

atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk membantu

penangkapan ikan.

2. Persyaratan Umum

a) Pengadaan/pembangunan/penyediaan kapal penangkap ikan

yang digunakan hanya untuk melakukan penangkapan ikan di

laut berukuran lebih kecil dari 3 GT dilengkapi dengan mesin

utama.

b) Pengadaan/pembangunan/penyediaan perahu/kapal penangkap

ikan yang digunakan hanya untuk melakukan penangkapan ikan

di perairan umum daratan berupa danau, waduk, sungai, rawa

dan genangan air lainnya.

c) Pengadaan alat penangkapan ikan yang diperbolehkan adalah alat

penangkapan ikan yang diizinkan, selektif, efektif, efisien dan

ramah lingkungan, yang meliputi jaring dan pancing sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan dengan dilengkapi

rancang bangun (design) alat penangkapan ikan.

d) Penyediaan alat penangkapan ikan diprioritaskan bagi nelayan

kecil yang tergabung dalam kelompok usaha bersama (KUB)

perikanan tangkap atau koperasi yang telah memiliki kapal.

3. Persyaratan Khusus

a) Kapal penangkap ikan di laut berukuran lebih kecil dari 3 GT

diperuntukkan bagi nelayan kecil yang tergabung dalam kelompok

Page 69: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

usaha bersama (KUB) perikanan tangkap atau koperasi dengan

memperhatikan ketersediaan sumber daya ikan di masing-masing

wilayahnya.

b) Kapal penangkap ikan berukuran lebih kecil dari 3 GT yang

dilengkapi dengan mesin, hanya diperuntukkan bagi nelayan kecil

yang tergabung dalam kelompok usaha bersama (KUB) perikanan

tangkap atau koperasi.

c) Spesifikasi, konstruksi, pengertian, jenis, sebutan, singkatan,

pengkodean dan gambar serta tata cara pengoperasian dari

masingmasing kelompok jenis alat penangkapan ikan

sebagaimana tersebut di atas mengacu pada ketentuan peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai Alat Penangkapan

Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

d) Pengadaan alat penangkapan ikan ini diprioritaskan bagi nelayan

kecil yang tergabung dalam kelompok usaha bersama (KUB)

perikanan tangkap atau koperasi yang telah memiliki kapal

dilakukan dengan syarat memiliki:

1) Bukti kepemilikan calon penerima; dan

2) Spesifikasi teknis yang diketahui oleh Dinas Kota/Kabupaten

setempat yang membidangi urusan perikanan.

e) Pengadaan alat bantu penangkapan ikan ini diprioritaskan bagi

nelayan kecil yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama

(KUB) perikanan tangkap atau koperasi dan telah memiliki kapal

dilakukan dengan syarat memiliki:

1) Bukti kepemilikan kapal calon penerima; dan

2) Spesifikasi teknis kapal calon penerima yang diketahui oleh

dinas kota/kabupaten setempat yang membidangi urusan

perikanan.

4. Spesifikasi Teknis

a. Pembangunan kapal penangkap ikan dilengkapi dengan gambar

rencana garis, gambar rencana umum dan gambar rencana

konstruksi;

b. Mesin penggerak yang digunakan adalah mesin kapal; dan

c. Peralatan dan perlengkapan kapal disesuaikan dengan kebutuhan.

d. Spesifikasi teknis alat penangkapan ikan yang dibiayai melalui

dana alokasi khusus memenuhi spesifikasi teknis kelompok alat

tangkap sebagai berikut: Jaring lingkar (surrounding nets); Jaring

angkat (lift nets); Alat yang dijatuhkan (falling gears); Jaring

insang (gillnets and entangling nets); Perangkap (traps); Pancing

(hooks and lines); dan alat penangkap ikan yang tidak dilarang.

e. Pengadaan alat bantu penangkapan ikan disesuikan dengan

kebutuhan, dapat berupa: alat bantu navigasi/instrumen nautika

kapal perikanan, global positioning system, alat bantu pendeteksi

ikan (fish finder), mini winch dan lain-lain.

B. Percontohan Budidaya

1. Penyusunan dan Penetapan Konsep Kawasan Percontohan

Page 70: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

a. Sosialisasi/Koordinasi

Sosialisasi dan koordinasi dilakukan oleh Dinas KP

Kabupaten/Kota. Peserta sosialisasi adalah calon Pokdakan

pelaksana di kawasan percontohan yang telah dilakukan

identifikasi dan verifikasi, serta menyatakan kesanggupan yang

dibuktikan dengan berita acara.

b. Identifikasi Lokasi dan Pokdakan

Penetapan lokasi diharapkan dapat menjamin keselarasan

dengan pembangunan wilayah di daerah dan keadaan sosial di

lingkungan sekitarnya. Lokasi pengembangan percontohan

dilakukan di lahan milik Pokdakan yang telah memenuhi kriteria,

antara lain :

1) Aspek Teknis

a) Lokasi sesuai Standar kelayakan kegiatan perikanan

budidaya

b) Berada dalam kawasan pengembangan perikanan budidaya

c) Tidak dalam areal banjir dan cemaran

d) Daya dukung lingkungan memadai

e) Kesesuaian lokasi dengan penerapan teknologi yang akan

dikembangkan (teknologi anjuran)

2) Aspek Non Teknis

a) Terdapat Kelembagaan kelompok

b) Sosial budaya dan atau kearifan lokal

c) Kemudahan akses (transportasi, komunikasi, sumber benih

dan pasar)

d) Kondisi sarana dan prasarana penunjang

e) Komitmen pelaku dan dukungan pemerintah daerah

3) Aspek Legalitas

Kawasan pengembangan percontohan lokasinya sesuai

dengan tata ruang daerah dan tidak terdapat konflik

kepentingan baik dengan kegiatan perikanan maupun

kegiatan lainnya terkait pemanfaatan ruang/lahan dan status

kepemilikan lahannya jelas serta sesuai dengan peruntukan

pengembangan perikanan.

c. Persyaratan Kelompok

Identifikasi calon Pokdakan dilaksanakan oleh Tim Teknis yang

terdiri dari dinas KP Kabupaten/Kota yang membidangi

Page 71: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

perikanan budidaya dan penyuluh. Hasil identifikasi lokasi dan

Pokdakan dibuktikan dengan berita acara.

Kelompok Pembudidaya adalah pelaksana percontohan perikanan

budidaya di kawasan sentra perikanan budidaya yang diusulkan

oleh Tim Teknis dan ditetapkan oleh Kepala Dinas KP

Kabupaten/Kota dengan persyaratan kelompok sebagai berikut:

1) Kelompok diutamakan berbadan hukum;

2) Merupakan binaan dinas setempat;

3) Mempunyai anggota minimal 10 orang;

4) Mempunyai struktur organisasi dan kepengurusan

5) Penyiapan lahan percontohan budidaya secara berkelanjutan

6) Lahan milik PEMDA, umum atau kelompok (Pokdakan)

dengan status yang jelas dan diperuntukkan bagi

pengembangan kawasan perikanan budidaya

7) Bersedia untuk menandatangi surat pernyataan kesanggupan

mengikuti ketentuan pelaksanaan percontohan.

d. Penetapan Lokasi dan Pokdakan

Lokasi dan Pokdakan ditetapkan oleh Kepala Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten/Kota berdasarkan usulan Tim Teknis,

melalui SK Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten/Kota.

e. Temu Lapang dan Pelaporan

Untuk mengoptimalkan manfaat kegiatan percontohan budidaya

ikan bagi masyarakat, Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten/Kota agar menyediakan anggaran untuk pelaksanaan

temu lapang maksimal 2 (dua) kali pertemuan serta monitoring

dan pelaporan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.

Temu lapang dilaksanakan oleh Dinas KP Kabupaten/Kota di

lokasi percontohan dengan melibatkan UPTD, Penyuluh,

Pokdakan di sekitar lokasi dan stakeholder terkait lainnya, yang

bertujuan untuk:

a. Mengevaluasi dan mensosialisasikan keberhasilan

percontohan baik dari segi teknis, manajemen kelompok

maupun efektifitas percontohan;

b. Menyebarluaskan informasi teknologi yang telah diterapkan

kepada Pokdakan sekitar di luar kawasan perikanan

budidaya;

Page 72: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

c. Menginventarisasi kendala, tantangan dan permasalahan

serta solusi pemecahannya.

2. Percontohan Budidaya

a. Persiapan

1) Persiapan Lahan dan Wadah Budidaya

Persiapan lahan dan wadah budidaya dipersiapkan sesuai

dengan kebutuhan persyaratan teknis budidaya.

2) Penyediaan Sarana dan Prasarana

Penyediaan Sarana dan prasarana dilaksanakan berdasarkan

Perpres No.54 Tahun 2010 sebagaimana telah dirubah

dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Pengadaan

barang dan Jasa Pemerintah. Agar jadwal pengadaan oleh

Satker Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota

disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan percontohan.

3) Pemilihan Komoditas

Persiapan disesuaikan dengan teknis budidaya komoditas

yang akan dikembangkan. Komoditas yang dikembangkan

merupakan komoditas unggulan kabupaten/kota setempat

dan memiliki kriteria antara lain:

Potensial secara ekonomi sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat/ Pokdakan;

a) Mudah dipasarkan;

b) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja/segmentasi usaha;

c) Dapat dilaksanakan dengan teknologi yang sederhana agar

dapat dicontoh oleh pembudidaya sekitar;

d) Dapat dipanen dalam skala masal;

e) Mendukung ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi.

4) Penerapan Teknologi

Teknologi budidaya yang diterapkan dalam percontohan

perikanan budidaya merupakan teknologi inovatif dan

aplikatif yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI)

atau Petunjuk Teknis (Juknis) Budidaya sesuai komoditas

yang dibudidayakan. Benih yang digunakan harus mengikuti

kaidah-kaidah Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB),

sedangkan dalam proses pemeliharaan sampai dengan panen

harus mengikuti kaidah-kaidah Cara Budidaya Ikan Yang

Baik (CBIB).

Page 73: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

3. Pelaksanaan Percontohan

a. Pelaksanaan Percontohan

Pelaksanaan percontohan dilakukan berdasarkan rencana kerja

teknis yang disusun oleh tim teknis bersama pokdakan

pelaksana percontohan kawasan budidaya tahun 2016 dan

mengacu pada standar operasional prosedur (SOP) yang telah

disiapkan oleh UPT sebagai pendamping teknis. Komoditas yang

akan dikembangkan bukan termasuk komoditas asing Invasif

yaitu komoditas yang dapat menyebabkan dominannya jenis

tersebut dan akan mengurangi biodeversitas spesies lokal, jenis

dan paket komoditas percontohan tersebut adalah :

1) Polikultur (udang, bandeng, Gracilaria)

2) Rumput Lat E. Cottonii

3) Bandeng (semi intensif)

4) Udang vaname

5) Gurame

6) Udang galah (UGADI)

7) Lele

8) Patin

9) Nila

10) Mas

11) Ikan hias

Teknologi Percontohan merupakan teknologi hasil perekayasaan

yang inovatif, aplikatif dan ramah lingkungan. Teknologi harus

diterapkan oleh Pokdakan pelaksana percontohan yang

berpedoman pada SOP yang telah dibuat oleh tim teknis,

mengacu pada SNI dan menerapkan prinsip-prinsip CBIB.

Setiap anggota kelompok harus berperan serta dan terlibat secara

langsung dalam setiap tahapan teknis operasional budidaya

dibawah bimbingan teknisi.

b. Paket Percontohan

Paket percontohan diprioritaskan pada kawasan perikanan

budidaya perikanan budidaya meliputi budidaya air tawar, air

payau dan laut serta ikan hias yang disesuaikan dengan potensi

kawasa n perikanan budidaya, contoh standar paket

budidaya sebagai berikut:

Page 74: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

1) Percontohan Budidaya Ikan Air Tawar

a) Paket budidaya gurame di kolam (350 m2/unit) dalam

bentuk sarana produksi yang terdiri dari :

Benih : 7.000 ekor (uk. 7-15 gr/ekor)

Pakan : 2.933 kilogram

Persiapan kolam : 1 paket

Alat perikanan : 1 paket

Dengan asumsi 1 siklus produksi 4 bulan, dalam 1 tahun

dapat dilakukan 3 siklus, maka produksi 1 siklus

diproyeksikan 1.995 kg, sehingga dalam 1 tahun akan

diperoleh hasil sekitar 5,985 ton.

b) Paket budidaya ikan dengan padi (MINAPADI) dengan

luasan 1.000 m2 dalam bentuk sarana produksi yang

terdiri dari :

Benih padi : 5 kilogram

Benih nila : 3.300 ekor

Pakan : 528 kilogram

Pupuk : 15 kilogram

Alat perikanan : 1 paket

Pembuatan caren : 1 paket

Dengan asumsi 1 siklus produksi nila 3 bulan, dalam 1

tahun dapat dilakukan 4 siklus, maka produksi 1 siklus

diproyeksikan nila 440 kg dan padi 700 kg, sehingga

dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar nila 1,76 ton

dan 2,8 ton padi.

c) Paket budidaya udang galah bersama padi (UGADI)

dengan luasan 1.000 m2 dalam bentuk sarana produksi

yang terdiri dari :

Benih padi : 5 kilogram

Tokolan udang : 10.000 ekor

Pakan : 240 kilogram

Pupuk : 15 kilogram

Dengan asumsi 1 siklus produksi udang 3 bulan, dalam 1

tahun dapat dilakukan 4 siklus, maka produksi 1 siklus

diproyeksikan 166 kg, sehingga dalam 1 tahun akan

diperoleh hasil sekitar 664 kilogram.

Page 75: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

d) Paket budidaya lele di kolam terpal (10 m2/unit) dalam

bentuk sarana produksi yang terdiri dari :

Benih : 20.000 ekor (8-12 cm/ekor)

Pakan : 2.000 kilogram

Kolam terpal : 10 unit

Alat perikanan : 1 paket

Persiapan kolam : 10 paket

Dengan asumsi 1 siklus produksi lele 2 bulan, dalam 1

tahun dapat dilakukan 6 siklus, maka produksi 1 siklus

diproyeksikan 2.000 kg, sehingga dalam 1 tahun akan

diperoleh hasil sekitar 1,2 ton.

e) Paket budidaya lele intensif dengan penerapan teknologi

bioflok (10 m2/unit) dalam bentuk sarana produksi yang

terdiri dari :

Pembuatan kolam (bundar/persegi) : 10 unit

Saluran dan kolam tamping : 1 paket

Pompa bensin 3’ : 1 unit

Pompa sumersable : 12 unit

Selang plastik : 1 paket

Serok : 5 buah

Bak : 5 buah

Ember : 5 buah

Benih : 75.000 ek (7-8

cm/ekor)

Pakan : 6000 kg

Probiotik : 20 liter

Molase : 500 liter

Tepung terigu/kanji : 1000 kg

Premix : 1 kg

Desinfektan : 5 botol

Dengan asumsi 1 siklus produksi lele 2,5 bulan, dalam 1

tahun dapat dilakukan 4 siklus, maka produksi 1 siklus

diproyeksikan ukuran konsumsi 6800 kg oversize 100 kg

undersize 300 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh

hasil sekitar ukuran konsumsi 27,2 ton oversize 400 kg

undersize 1200 kg.

f) Paket budidaya patin di kolam dalam (10.000 m2/unit)

dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari :

Page 76: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Kolam : 10.000 m2

Pompa : 1 unit

Kincir : 4 unit

Genset : 1 unit

Peralatan dan sarana : 1 unit

Persiapan kolam : 1 paket

Peralatan : 1 paket

Benih : 300.000 ekor (3 inchi)

Pakan : 229.500 kilogram

Kapur pertanian : 4.000 kilogram

Saponin : 50 kilogram

Probiotik : 100 liter

Biaya panen : 2 paket

Dengan asumsi 1 siklus produksi patin 6 bulan, dalam 1

tahun dapat dilakukan 2 siklus, maka produksi 1 siklus

diproyeksikan 172.260 kg, sehingga dalam 1 tahun akan

diperoleh hasil sekitar 344,52 ton.

g) Paket budidaya patin di kolam (100 m2/unit) dalam

bentuk sarana produksi yang terdiri dari :

Kolam : 4 unit

Persiapan lahan : 10 paket

Peralatan : 1 paket

Benih : 4.000 ekor (7-9 cm/ekor)

Pakan : 2.808 kilogram

Dengan asumsi 1 siklus produksi patin 6 bulan, dalam 1

tahun dapat dilakukan 2 siklus, maka produksi 1 siklus

diproyeksikan 2.160 kg, sehingga dalam 1 tahun akan

diperoleh hasil sekitar 4,32 ton.

h) Paket budidaya nila di kolam dalam bentuk sarana

produksi yang terdiri dari :

Persiapan lahan : 1 paket

Benih : 3.400 ekor (5-8 cm/ekor)

Pakan : 1.000 kilogram

Dengan asumsi 1 siklus produksi nila 4 bulan, dalam 1

tahun dapat dilakukan 3 siklus, maka produksi 1 siklus

diproyeksikan 900 kg, sehingga dalam 1 tahun akan

diperoleh hasil sekitar 2,7 ton.

Page 77: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

i) Paket budidaya mas di kolam dalam bentuk sarana produksi

yang terdiri dari :

Persiapan lahan : 1 paket

Benih : 4.000 ekor (5-8 cm/ekor)

Pakan : 950 kilogram

Dengan asumsi 1 siklus produksi nila 4 bulan, dalam 1

tahun dapat dilakukan 3 siklus, maka produksi 1 siklus

diproyeksikan 800 kg, sehingga dalam 1 tahun akan

diperoleh hasil sekitar 2,4 ton.

2) Percontohan Budidaya Air Payau/Laut

a) Paket polikultur udang, bandeng, rumput laut dalam

bentuk sarana produksi yang terdiri dari :

Nener : 5.000 ekor (uk. 4-7 cm)

Benur : 10.000 ekor (PL 30)

Rumput laut : 1.000 kilogram

Pupuk : 1 paket

Persiapan lahan : 1 paket

Dengan asumsi masing-masing untuk bandeng 2 siklus

per tahun, udang 2 siklus per tahun, dan rumput laut 4

siklus per tahun. Sedangkan produksi per siklus masing-

masing untuk udang diproyeksikan 160 kg (size 50),

bandeng 1000 kg (size 5) dan rumput laut 4000 kilogram

basah, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil

masing-masing produksi udang sekitar 320 kg, bandeng

2000 kg dan rumput laut basah 12.000 kg.

b) Paket budidaya rumput laut metode long line/bingkai (25

x 100 m) atau dengan metode Rakit Apung dan atau lepas

dasar dan atau metode lainnya sesuai dengan teknologi

anjuran disesuaikan dengan kondisi daerah lokasi

percontohan dalam bentuk sarana produksi sesuai dengan

jenis metoda yang dilaksanakan yang terdiri dari :

Peralatan pendukung : 1 paket

Perahu : 1 unit

Bibit rumput laut : 1 ton

Tali PE : 36 kg (diameter 12 mm)

Tali PE : 100 kg (diameter 10 mm)

Tali PE : 40 kg (diameter 4 mm)

Tali PE : 4 gulung (diameter 1,5 mm)

Page 78: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Tali PE : 36 kg (diameter 12 mm)

Tali PE : 8 pak (diameter 1mm)

Jangkar beton : 4 buah (@50 kg)

Pelampung utama : 16 buah (volume 25 liter)

Pelampung jalur : 500 buah (volume 600 ml)

Peralatan : 1 paket

Persiapan lahan : 1 paket

Tenaga kerja : 1 orang

Dengan asumsi waktu produksi sebanyak 6 sikus per

tahun, maka produksi 1 siklus diproyeksikan minimal

6.000 kg rumput laut basah, sehingga dalam 1 tahun

akan diperoleh hasil minimal 36.000 kg rumput laut

basah.

c) Paket budidaya bandeng semi intensif di tambak (1

hektar) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari :

Glondongan : 50.000 ekor (30-40 gr/ekor)

Pakan : 9.600 kg

Pupuk : 1 paket

Peralatan : 1 paket (termasuk kincir)

Persiapan lahan : 1 paket

Dengan asumsi waktu produksi dalam 1 tahun sebanyak

2 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 8.000 kg

(size 4), sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil

minimal 16.000 kg bandeng.

d) Paket budidaya udang vaname intensif plastik mulsa (1

hektar) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari :

Kincir : 16 unit

Peralatan kualitas air : 1 paket

Genset : 2 unit (15 PK)

Persiapan lahan : 1 paket

Plastik mulsa : 1 paket

Obat-obatan : 1 paket

Benih : 1.000.000 ekor (PL 12)

Pakan : 22.500 kg (FCR = 1.5)

Dengan asumsi waktu produksi 1 tahun sebanyak 2

siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 15.000 kg

(size 50), sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil

minimal 30.000 kg udang vaname.

Page 79: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

3) BUDIDAYA IKAN HIAS

a) Paket budidaya ikan koi di kolam (12m2/unit) dalam

bentuk sarana produksi yang terdiri dari :

Bak tandon : 2 unit

Pompa air : 1 unit

Blower : 1 unit

Instalasi air dan aerasi : 1 paket

Instalasi listrik : 1 paket

Waring : 2 unit

Alat kualitas air : 1 paket

Peralatan lapangan : 1 paket

Benih : 3.600 ekor (ukuran 5 cm)

Pakan : 1.971 kg

Obat-obatan : 1 paket

Dengan asumsi 1 siklus produksi 2 bulan, dalam 1 tahun

dapat dilakukan 5 siklus, maka produksi 1 siklus

diproyeksikan 2.880 ekor (SR 80%), sehingga dalam 1

tahun akan diperoleh hasil minimal 14.440 ekor ikan koi

(ukuran 15 cm).

Catatan : Semua paket percontohan (budidaya air tawar,

payau/laut, ikan hias) dapat disesuaikan dengan kondisi dan

potensi yang ada di lokasi percontohan masing-masing.

Bedah Usaha Mikro dan Kecil Pengolahan Ikan (Bedah UMK)

1. Pengertian

a) Bedah UMK adalah kegiatan perbaikan bangunan dan pemberian

bantuan peralatan pengolahan kepada usaha pengolahan produk

perikanan skala mikro dan kecil dengan fokus empat komoditas utama,

yaitu: 1) pindang ikan, 2) ikan kering, 3) ikan asap, dan 4) abon ikan.

Tujuan kegiatan Bedah UMK adalah; memperbaiki mutu dan standar

produk olahan; meningkatkan nilai tambah produk olahan;

meningkatkan kapasitas produksi dan usaha; meningkatkan

pendapatan UMK pengolah ikan.

b) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria yakni memiliki

Page 80: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil

penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta

rupiah).

c) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi

kriteria Usaha Kecil yakni memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp

50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih

dari Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

d) Pindang Ikan sesuai SNI 2717:2009 adalah hasil olahan ikan

sederhana dengan cara kombinasi perebusan dan penggaraman. Produk

yang dihasilkan merupakan produk awetan ikan dengan kadar garam

rendah.

e) Ikan Asin Kering sesuai SNI 2721:2009 adalah ikan segar yang

mengalami perlakuan penerimaan, pencucian dengan atau tanpa

perendaman dalam larutan garam, pengeringan, sortasi, dan

penimbangan.

f) Ikan Asap sesuai SNI 2725:2013 adalah produk ikan segar yang

mengalami perlakuan penyiangan, pencucian dengan atau tanpa

perendaman dalam larutan garam, penirisan, dengan atau tanpa

pemberian rempah dan pengasapan panas yang dilakukan dalam ruang

pengasapan dengan menggunakan kayu, sabut atau tempurung kelapa.

g) Abon Ikan sesuai SNI 7690:2013 adalah produk olahan hasil

perikanan dengan bahan baku ikan segar yang mengalami perlakuan

perebusan atau pengukusan, pencabikan, penambahan bumbu, dan

pemasakan.

h) Sertifikat Kelayakan Pengolahan, yang selanjutnya disingkat SKP

adalah sertifikat yang diberikan kepada UPI yang telah menerapkan Cara

Pengolahan Ikan yang Baik (Good Manufacturing Practices/GMP) dan

memenuhi persyaratan Prosedur Operasi Sanitasi Standar (Standard

Sanitation Operating Procedure/SSOP).

i) Perbaikan bangunan adalah perbaikan suatu bangunan unit

pengolahan ikan skala usaha mikro dan kecil, dengan pra-syarat

minimal memiliki ruangan yang digunakan untuk penanganan dan

pengolahan ikan, agar memenuhi persyaratan jaminan mutu dan

keamanan pangan.

j) Bantuan peralatan pengolahan adalah pengadaan peralatan

pengolahan bagi usaha mikro dan kecil untuk melengkapi peralatan

pengolahan pada unit pengolahan ikan yang telah ada dalam rangka

peningkatan kapasitas produksi, dan kualitas produk yang dihasilkan

sesuai dengan SNI dari produk yang dihasilkan.

Page 81: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

2. Persyaratan Umum

1) Dalam rangka Bedah UMK, maka terlebih dahulu harus

mempertimbangkan volume produksi hasil perikanan yang bernilai

ekonomis sehingga jumlah produksi tersebut dapat diolah dan dipasarkan

secara keseluruhan dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

2) Penerima bantuan adalah kelompok masyarakat/perorangan yang

bergerak di bidang usaha pengolahan hasil perikanan skala usaha mikro

dan kecil, binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Prov/Kab/Kota.

3) Penerima bantuan memiliki mata pencaharian utama sebagai pengolah

salah satu komoditas dari 4 paket Bedah UMK.

4) Penerima bantuan memiliki surat keterangan usaha, minimal dari

kelurahan setempat dan telah berproduksi minimal dua tahun secara

kontinu.

5) Bangunan pengolahan terpisah dari rumah/tempat tinggal atau memiliki

ruang khusus untuk pengolahan.

6) Tersedia sumber air bersih yang memadai.

7) Tersedia jaringan/sumber listrik yang memadai.

8) Aksesibilitas ke lokasi kegiatan dalam kondisi baik dan mudah dijangkau.

9) Belum menerima bantuan sejenis.

10) Surat pernyataan bermaterai dari pengolah yang menyatakan sanggup

mengikuti kegiatan Bedah UMK dan tidak mengalihfungsikan bangunan

yang ada.

11) Unit Pengolahan skala UMK penerima bantuan wajib didukung dengan

APBD untuk mendapatkan bantuan non fisik yaitu berupa: 1) bantuan

sertifikasi produk, 2) bantuan perijinan usaha, 3) fasilitasi kemitraan, 4)

peningkatan kompetensi pengolah, dan 5) monitoring dan evaluasi.

3. Persyaratan Teknis

Persyaratan teknis penerima bantuan Bedah UMK meliputi:

1) Tempat pengolahan belum memenuhi kaidah GMP/SSOP sehingga dapat

mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan.

2) Memiliki fasilitas:

1) Ruang penanganan ikan

2) Ruang pengolahan ikan

3) Ruang pengemasan

4) Tempat penyimpanan bahan baku dan produk

5) Toilet

6) Instalasi air bersih

7) Instalasi listrik

8) Saluran pembuangan dan penampungan air limbah

9) Tempat pencuci tangan / sarana sanitasi

3) Memiliki minimal 50% alat pengolahan untuk proses produksinya.

4) Luas bangunan UPI skala UMK secara keseluruhan adalah sebesar ≤50 m2.

Page 82: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

4. Ruang Lingkup

a) Bedah UMK difokuskan pada empat komoditas utama, yaitu: 1) pindang

ikan, 2) ikan kering, 3) ikan asap, dan 4) abon ikan yang masing-masing dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan kapasitas produksi

(bahan baku) per hari dan/atau teknologi yang digunakan sebagai berikut: 1) Pindang Ikan kapasitas 40 kg

2) Pindang Ikan kapasitas 100 kg 3) Ikan Kering dengan Solar Dryer kapasitas 100 kg 4) Ikan Kering dengan Solar Dryer kapasitas 200 kg

5) Ikan Asap dengan Lemari Asap 6) Ikan Asap dengan Oven

7) Abon Ikan kapasitas 5 kg 8) Abon Ikan kapasitas 10 kg

b) Perbaikan Bangunan Perbaikan bangunan terdiri dari dua komponen kegiatan yaitu:

1) Perbaikan Unit Pengolahan Ikan (UPI) adalah perbaikan unit

bangunan yang digunakan untuk melakukan kegiatan pengolahanikan agar memenuhi persyaratan keamanan pangan;

2) Perbaikan saluranpembuangan yang dilengkapi bak kontroladalah

perbaikan atau pembuatan saluran limbah dari UPI ke tempat yang dipersyaratkan, sehingga tidak menjadi sumber kontaminan bagi

produk yang dihasilkan serta tidak mengganggu masyarakat sekitar.

c) Bantuan Peralatan Pengolahan

Bantuan peralatan pengolahan merupakan pengadaan peralatan pengolahan bagi pengolah ikan skala UMKuntuk mengganti dan/atau

melengkapi peralatan pengolahan yang sudah dimiliki oleh UPI dalam rangka peningkatan mutu dan standar produk, nilai tambah produk dan

kapasitas produksi UPI tersebut.

d) Peran Serta Daerah (Dinas Kelautan dan Perikanan Prov/Kab/Kota)

1) Penerima bantuan Bedah UMK dituangkan dalam Surat Keputusan

Gubernur/Bupati.

2) Memberikan dukungan kepada UMK penerima bantuan sesuai dengan persyaratan umum 2 huruf k.

3) Dinas KP Provinsi/Kab/Kota berkoordinasi dengan Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan dalam penyelenggaraan kegiatan.

5. Spesifikasi Teknis

Spesifikasi teknis standar perbaikan bangunan dan bantuan peralatan

pengolahanadalah sebagai berikut:

a) Perbaikan Bangunan Pindang Ikan, Ikan Asin/Kering, Ikan Asap dan

Abon Ikan

Page 83: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

No. Uraian Spesifikasi

1. Lantai Lantai keramik

Kemiringan yang cukup, kedap air, mudah dibersihkan dan disanitasi, serta

dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan pembuangan air kotor.

2. Dinding Keramik dinding ukuran 30x30

L x T = (50 m x 1,2 m)

Rata permukaannya, mudah dibersihkan dan disanitasi, kuat, dan kedap air

3. Pintu Kusen

Pintu P x L = 2 m x 0,8 m dan tebal 3mm

Terbuat dari bahan yang kuat, kedap

air, mudah dibersihkan dan disanitasi, dilengkapi dengan tirai plastik

4. Langit-langit; atau sambungan

atap

Gypsum dengan luas 50 m2

Mudah dibersihkan, berwarna terang

5. Ventilasi dan

sirkulasi udara

Frame alumunium dan kawat kasa

alumunium (uk. 60 cm x 100 cm)

Cukup untuk menghindari kondensasi, dilengkapi dengan sarana pencegah

masuknya serangga

6. Toilet Pemindahan pintu agar tidak

menghadap toilet

Perbaikan lantai

Perbaikan closet

Menggunakan sistem water flushing dan memenuhi sanitasi.

7. Instalasi air Pemasangan pompa air 1 paket

Memenuhi kapasitas debit yang

dibutuhkan, air layak digunakan dalam proses pengolahan

8. Tempat pencuci tangan

Pemasangan wastafel

Dilengkapi sarana sanitasi dan tidak menyebabkan rekontaminasi

9. Saluran Pembuangan

Pemasangan saluran pembuangan yang dilengkapi dengan bak kontrol

b) Paket Pengolahan Pindang Ikan (kapasitas 40 kg)

No. Uraian Spesifikasi

1 Meja preparasi

stainless steel (1 unit)

Material : Stainless Steel 304 tebal min

1,2 mm

Dimensi (P x L x T) : 180x70x85cm

(tinggi disesuaikan dgn kebiasaan pengolah)

Page 84: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

2 Chest Freezer (1 unit)

Kapasitas : min. 194 Liter

3 Kompor Gas Mawar 1

Tungku Lengkap (1 unit)

Kompor Gas :

1 tungku

Berpemantik otomatis

Dimensi : P (77) L (41,5) T (16,5) cm

Garansi : 5 tahun Body (Garansi

Keropos) ,1 tahun Spare part, 3 tahun Servis

Jenis api : Api lilin

Terbuat dari bahan stainless steel

Bentuk api yang biru, merata dan

besar

Full Pressed Body

Tahan beban hingga 100 KG

Dilengkapi sensor panas ( bila api

mati di burner/tungku, gas tidak keluar)

Dilengkapi dengan aksesoris:

Tabung Gas Elpiji 12 Kg (produk

baru/minimal memiliki waktu kaji ulang yang berakhir pada Mei 2018)

Regulator ber-SNI

Selang ber-SNI

Dilengkapi dengan ring aluminium ber-SNI

4 Coolbox (1 unit)

Kapasitas : <200 Liter

Bahan Plastic : HDPE

5 Fan di ruang

pengolahan (1 unit)

diameter 18 inchi

3 kontrol speed

Jaring kipas bahan nikel

Baling-baling dari besi

Bisa berputar ke kiri dan ke kanan

6 Tirai plastic (2 unit)

Tebal 2 mm T=2,5m, L=2m

7 Lampu dg acrylic cover

(2 unit)

Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Tutup cover acrylic bening

Panjang 120 cm

8 Insect killer lamps

(2 unit)

Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs

Min. Coverage Area : 70 m2

4D Entry point : Front/Back/Both

Sides

Use to Kill Flies and Mosquitos

Maks. Wattage : 40Watt

Voltage : 220-240V

9 Hand Sealer

(1 unit) Max Input Power : 300 watt

Min Lebar Seal : 2 mm

Body : Iron / Besi

Min Panjang Seal : 20 Cm

10 Tempat sampah

berpenutup (2 unit)

Berbahan HDPE plastic

Bukaan tutup: injak

Kapasitas 30 Liter

Page 85: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

11 Pallet untuk penirisan

(Palet Kecil) (1 unit)

Min Size : 1200 x 1200 x 150 mm

Perbaiki ukuran

Material : HDPE

Type : Reversible

Min Statik : 5000 Kg

Min Dynamic : 1500 Kg

Min Racking : 1200 Kg

Accessibility : Forklift entry : 4-wa

Washabl

Durable & reliable

Recyclable

Max Weight : 30 Kg

12 Bahan Kemasan (1 unit)

Plastik PP (Polypropylene) ketebalan min 0,8 mm

13 Timbangan bahan Baku

(1 unit)

Display : LED

Power : Baterai/rechargeable

Kapasitas : 300-500 Kg

Min plat form size : 60 cm x 80 cm

14 Timbangan produk (1 unit)

Display : LED

Power : Baterai/rechargeable

Kapasitas : 30 Kg

15 Panci perebusan pindang

(4 unit)

Volume 20 kg Bahan : Stainless Steel 304, minimal tebal 3 mm

c) Paket Pengolahan Pindang Ikan (Kapasitas 100 kg)

No. Uraian Spesifikasi

1 Meja preparasi stainless steel

(1 unit)

Material : Stainless Steel 304

Ketebalan minimal 1,2 mm

Dimensi (P x L x T) : 180 x 70x 85cm

(tinggi disesuaikan dengan kebiasaan pengolah)

2 Chest Freezer

(1 unit) Kapasitas : min. 194 Liter

3 Kompor Gas

Mawar 1 Tungku Lengkap

(2 unit)

Kompor Gas :

1 tungku

Berpemantik otomatis

Berat : 8,1 kg

Dimensi : P (77) L (41,5) T (16,5) cm

Garansi : 5 tahun Body (Garansi

Keropos) ,1 tahun Sparepart, 3 tahun Service

Jenis api : Api lilin

Terbuat dari bahan stainless stell

dan

Anti Karat yang tahan lama terhadap

korosi

Bentuk api yang biru, merata dan

besar

Full Pressed Body

Page 86: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Tahan beban hingga 100 KG

Dilengkapi sensor panas ( bila api mati di burner / tungku gas tidak

keluar)

Dilengkapi dengan aksesoris:

Tabung Gas Elpiji 12 Kg :

Produk baru/minimal memiliki

waktu kaji ulang yang berakhir pada Mei 2018

Ber-SNI

Regulator : Ber-SNI Selang :

Dilengkapi dengan ring aluminium

Ber-SNI

4 Coolbox

(1 unit) Kapasitas : <200 Liter

Bahan Plasic : HDPE

5 Fan di ruang pengolahan

(1 unit)

diameter 18 inchi

3 kontrol speed

Jaring kipas bahan nikel

Baling-baling dari besi

Bisa berputar ke kiri dan ke kanan

6 Tirai plastik

plastic curtain (2 unit)

Tebal 2 mm T=2,5m, L=2m

7 Lampu dg acrylic cover (2 unit)

Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Tutup cover acrylic bening

Panjang 120 cm

8 Insect killer lamps (2 unit)

Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs

Min. Coverage Area : 70 m2

4D Entry point : Front/Back/Both Sides

Use to Kill Flies and Mosquitos

Maks. Wattage : 40Watt

Voltage : 220-240V

9 Hand Sealer

(1 unit) Max Input Power : 300 watt

Min Lebar Seal : 2 mm

Body : Iron / Besi

Min Panjang Seal : 20 Cm

10 Tempat sampah

berpenutup (2 unit)

Berbahan HDPE plastic Bukaan tutup: injak

Kapasitas 30 Liter

Page 87: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

11 Pallet untuk penirisan

(Palet Kecil) (1 unit)

Min Size : 1200 x 1200 x 150 mm

Perbaiki ukuran

Material : HDPE

Type : Reversible

Min Statik : 5000 Kg

Min Dynamic : 1500 Kg

Min Racking : 1200 Kg]

Accessibility : Forklift entry : 4-way

Washable

Durable & reliable

Recyclable

Max Weight : 30 Kg

12 Bahan Kemasan (1 unit)

Plastik PP (Polypropylene) ketebalan min 0,8 mm

13 Timbangan bahan Baku

(1 unit)

Display : LED

Power : Baterai/rechargeable

Kapasitas : 300-500 Kg

Min plat form size : 60 cm x 80 cm

14 Timbangan produk

(1 unit)

Display : LED

Power : Baterai/rechargeable

Kapasitas : 30 Kg

15 Panci perebusan

pindang (12 unit)

Volume 20 kg Bahan : Stainless Steel 304, minimal tebal 3 mm

d) Paket Pengolah Ikan Kering dengan Solar Dryer (Kapasitas 100 kg)

No. Uraian Spesifikasi

1 Meja stainless steel

(1 unit)

Material : Stainless Steel 304

Ketebalan minimal 1,2 mm

Dimensi (P x L x T) : 180 x 70 x 85cm

(tinggi disesuaikan dengan kebiasaan pengolah)

2 Coolbox

(1 unit) Kapasitas : <200 Liter

Bahan Plastik : HDPE

3 Tirai plastik

plastic curtain (2 unit)

Tebal 2 mm T=2,5m, L=2m

4 Lampu dg acrylic cover

(2 unit)

Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Tutup cover acrylic bening

Panjang 120 cm

5 Insect killer lamps (2 unit)

Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs

Min. Coverage Area : 70 m2

4D Entry point : Front/Back/Both Sides

Use to Kill Flies and Mosquitos

Maks. Wattage : 40Watt

Voltage : 220-240V

Page 88: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

e) P

a

k

et Pengolah Ikan Kering dengan Solar Dryer(Kapasitas 200 kg)

No. Uraian Spesifikasi

1 Meja stainless steel (1 unit)

Material : Stainless Steel 304

Ketebalan minimal 1,2 mm

Dimensi (P x L x T) : 180x70x85cm

(tinggi disesuaikan dengan kebiasaan pengolah)

2 Coolbox

(1 unit) Kapasitas : <200 Liter

Bahan Plasic : HDPE

3 Tirai plastik plastic curtain

(2 unit)

Tebal 2 mm T=2,5m, L=2m

6 Hand Sealer (1 unit)

Max Input Power : 300 watt

Min Lebar Seal : 2 mm

Body : Iron / Besi

Min Panjang Seal : 20 Cm

7 Keranjang Berlubang/Trays

(4 unit)

Bahan : plastik

Tidak mudah pecah

Kapasitas : minimal 20 Kg

Dimensi : minimal 62 x 43 x 38 (cm)

Dapat disusun vertical dan berlubang-

lubang

8 Tempat sampah

berpenutup (2 unit)

Berbahan HDPE plastic

Bukaan tutup: injak

Kapasitas 30 Liter

9 Pallet untuk penirisan

(Palet Kecil) (1 unit)

Min Size : 1200 x 1200 x 150 mm Perbaiki ukuran

Material : HDPE

Type : Reversible

Min Statik : 5000 Kg

Min Dynamic : 1500 Kg

Min Racking : 1200 Kg

Accessibility : Forklift entry : 4-way

Washable

Durable & reliable

Recyclable

Max Weight : 30 Kg

10 Bahan

Kemasan (1 unit)

Plastik PP (Polypropylene) ketebalan min

0,8 mm

11 Drum Penyimpanan (2 unit)

Bahan : plastik berpenutup Ukuran : 50 L

12 Timbangan produk

(1 unit)

Display : LED

Power : Baterai/rechargeable

Kapasitas : 30 Kg

13 Talenan

(1 unit) Bahan : acrylic

14 Solar Dryer (1 unit)

Ukuran : 3 m x 6 m

Material : 20 tray, 1 tray = 5 kg

Page 89: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

4 Lampu dg acrylic cover

(2 unit)

Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Tutup cover acrylic bening

Panjang 120 cm

5 Insect killer lamps (2 unit)

Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs

Min. Coverage Area : 70 m2

4D Entry point : Front/Back/Both

Sides

Use to Kill Flies and Mosquitos

Maks. Wattage : 40Watt

Voltage : 220-240V

6 Hand Sealer (1 unit)

Max Input Power : 300 watt

Min Lebar Seal : 2 mm

Body : Iron / Besi

Min Panjang Seal : 20 Cm

7 Keranjang Berlubang/Tra

ys

Bahan : plastik

Tidak mudah pecah

Kapasitas : minimal 20 Kg

Dimensi : minimal 62 x 43 x 38 (cm)

Dapat disusun vertical dan berlubang-

lubang

8 Tempat

sampah berpenutup

(2 unit)

Berbahan HDPE plastic

Bukaan tutup: injak

Kapasitas 30 Liter

9 Pallet untuk

penirisan (Palet Kecil) (2 unit)

Min Size : 1200 x 1200 x 150 mm

Perbaiki ukuran

Material : HDPE

Type : Reversible

Min Statik : 5000 Kg

Min Dynamic : 1500 Kg

Min Racking : 1200 Kg

Accessibility : Forklift entry : 4-way

Washable

Durable & reliable

Recyclable

Max Weight : 30 Kg

10 Bahan Kemasan (1 unit)

Plastik PP (Polypropylene) ketebalan min 0,8 mm

11 Drum Penyimpanan

(4 unit)

Bahan : palstik berpenutup

Ukuran : 50 L

12 Timbangan

produk (1 unit)

Display : LED

Power : Baterai/rechargeable

Kapasitas : 30 Kg

13 Talenan (1 unit)

Bahan : acrylic

14 Solar Dryer

(2 unit) Ukuran : 3 m x 6 m

Material :

20 tray, 1 tray = 5 kg

f) Paket Pengolah Ikan Asap dengan Lemari Asap

Page 90: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

No. Uraian Spesifikasi

1 Meja preparasi

stainless steel (1 unit)

Material : Stainless Steel 304

Ketebalan minimal 1,2 mm

Dimensi (P x L x T) : 180x70x85cm (tinggi disesuaikan dengan kebiasaan

pengolah)

2 Chest Freezer

(1 unit) Kapasitas : min. 194 Liter

3 Lemari asap (1 unit)

Spesifikasi - KM-SH 80

Dimensi : 500 x 465 x 1050 mm

Material : Mild Steel,Stainless Steel

Kapasitas : 80 Liter (20-30 kg/proses)

Kelengkapan : Thermometer Payung

Material Rangka : Mild Steel (Siku 40

x 40 X 4)

Pemanas : Kompor LPG

4 Coolbox (1 unit)

Kapasitas : <200 Liter

Bahan Plasitc : HDPE

5 Exhause di ruang

pengolahan (2 unit)

Exhaust Dinding / atap

Menggunakan " Metal Louver " Sebagai Filter Atau Perangkap Minyak

Goreng Dan Dilengkapi Dengan " Oil Cup " Untuk Menampung Minyak Goreng.

Diameter 10 "

6 Tirai plastik plastic curtain (2 unit)

T=2,5m, L=2m tebal = 5 mm

7 Lampu dg acrylic cover

(2 unit)

Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Tutup cover acrylic bening

Panjang 120 cm

8 Insect killer lamps (2 unit)

Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs

Min. Coverage Area : 70 m2

4D Entry point : Front/Back/Both Sides

Use to Kill Flies and Mosquitos

Maks. Wattage : 40Watt

Voltage : 220-240V

9 Hand Sealer (1 unit)

Max Input Power : 300 watt

Min Lebar Seal : 2 mm

Body : Iron / Besi

Min Panjang Seal : 20 Cm

10 Keranjang Berlubang/Trays

(4 unit)

Bahan : plastik

Tidak mudah pecah

Kapasitas : minimal 20 Kg

Dimensi : minimal 62 x 43 x 38 (cm)

Dapat disusun vertical dan berlubang-

lubang

11 Tempat

sampah berpenutup (2 unit)

Berbahan HDPE plastic

Bukaan tutup: injak

Kapasitas 30 Liter

Page 91: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

12 Pallet untuk penirisan

(Palet Kecil) (1 unit)

Min Size : 1200 x 1200 x 150 mm

Perbaiki ukuran

Material : HDPE

Type : Reversible

Min Statik : 5000 Kg

Min Dynamic : 1500 Kg

Min Racking : 1200 Kg

Accessibility : Forklift entry : 4-way

Washable

Durable & reliable

Recyclable

Max Weight : 30 Kg

13 Bahan Kemasan (1 unit)

Plastik PP (Polypropylene) ketebalan min 0,8 mm

14 Timbangan produk

(1 unit)

Display : LED

Power : Baterai/rechargeable

Kapasitas : 30 Kg

g) Paket Pengolah Ikan Asap dengan Oven

No. Uraian Spesifikasi

1 Meja preparasi

stainless steel (1 unit)

Material : Stainless Steel 304

Ketebalan minimal 1,2 mm

Dimensi (P x L x T) : 180x70x85cm ( tinggi disesuaikan dengan kebiasaan

pengolah)

2 Chest Freezer

(1 unit) Kapasitas : min. 194 Liter

Power consumption : maks. 168 Watt

3 Oven (1 unit)

Material : Stainless Steel Kapasitas 25 Kg

4 Coolbox (1 unit)

Kapasitas : <200 Liter

Bahan Plasic : HDPE

5 Exhause di

ruang pengolahan

(2 unit)

Exhaust Dinding

Menggunakan " Metal Louver "

Sebagai Filter Atau Perangkap Minyak Goreng Dan Dilengkapi Dengan " Oil Cup " Untuk Menampung Minyak

Goreng.

Diameter 10 "

6 Tirai plastik plastic curtain

(2 unit)

T=2,5m, L=2m tebal = 5 mm

7 Lampu dg

acrylic cover (2 unit)

Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Tutup cover acrylic bening

Panjang 120 cm

8 Insect killer lamps

(2 unit)

Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs

Min. Coverage Area : 70 m2

4D Entry point : Front/Back/Both

Sides

Use to Kill Flies and Mosquitos

Maks. Wattage : 40Watt

Page 92: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Voltage : 220-240V

9 Hand Sealer (1 unit)

Max Input Power : 300 watt

Min Lebar Seal : 2 mm

Body : Iron / Besi

Min Panjang Seal : 20 Cm

10 Keranjang

Berlubang/ Trays

(4 unit)

Bahan : plastik

Tidak mudah pecah

Kapasitas : minimal 20 Kg

Dimensi : minimal 62 x 43 x 38 (cm)

Dapat disusun vertical dan berlubang-

lubang

11 Tempat sampah

berpenutup (2 unit)

Berbahan HDPE plastic

Bukaan tutup: injak

Kapasitas 30 Liter

12 Pallet untuk

penirisan (Palet Kecil) (1 unit)

Min Size : 1200 x 1200 x 150 mm

Perbaiki ukuran

Material : HDPE

Type : Reversible

Min Statik : 5000 Kg

Min Dynamic : 1500 Kg

Min Racking : 1200 Kg

Accessibility : Forklift entry : 4-way

Washable

Durable & reliable

Recyclable

Max Weight : 30 Kg

13 Bahan Kemasan

(1 unit)

Plastik PP (Polypropylene) ketebalan

min 0,8 mm

14 Timbangan

produk (1 unit)

Display : LED

Power : Baterai/rechargeable

Kapasitas : 30 Kg

h) Paket Pengolah Abon Ikan (Kapasitas 5 kg)

No. Uraian Spesifikasi

1 Meja preparasi

stainless steel (1 unit)

Material : Stainless Steel 304

Ketebalan minimal 1,2 mm

Dimensi (P x L x T) : 110 x 70 x 85 cm

Page 93: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

2 Kompor Gas Mawar 1

Tungku Lengkap

(1 unit)

Kompor Gas :

1 tungku

Berpemantik otomatis

Dimensi : P (77) L (41,5) T (16,5) cm

Garansi : 5 tahun Body (Garansi Keropos) ,1 tahun Spare part, 3 tahun

Servis

Jenis api : Api lilin

Terbuat dari bahan stainless steel

Bentuk api yang biru, merata dan

besar

Full Pressed Body

Tahan beban hingga 100 KG

Dilengkapi sensor panas ( bila api

mati di burner/tungku, gas tidak keluar)

Dilengkapi dengan aksesoris: Tabung Gas Elpiji 12 Kg :

Produk baru/minimal memiliki waktu kaji ulang yang berakhir pada Mei

2018

Regulator ber-SNI

Selang ber-SNI

Dilengkapi dengan ring aluminium

ber-SNI

3 Chest Freezer

(1 unit) Kapasitas : min. 194 Liter

Daya min. 168 Watt

4 Coolbox (1 unit)

Kapasitas : <200 Liter

Bahan Plasic : HDPE

5 Exhause di ruang

pengolahan (2 unit)

Exhaust Dinding

Menggunakan " Metal Louver " Sebagai Filter Atau Perangkap Minyak

Goreng Dan Dilengkapi Dengan " Oil Cup " Untuk Menampung Minyak

Goreng.

Warna Putih

25 Aufa

Diameter 10 "

Capacity 835Cmh

Power 34W, 220V, 50Hz.

6 Tirai plastik

plastic curtain (2 unit)

T=2,5m, L=2m

7 Lampu dg acrylic cover (2 unit)

Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Tutup cover acrylic bening

Panjang 120 cm

8 Insect killer

lamps (2 unit)

Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs

Min. Coverage Area : 70 m2

4D Entry point : Front/Back/Both Sides

Use to Kill Flies and Mosquitos

Maks. Wattage : 40Watt

Voltage : 220-240V

Page 94: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

9 Hand Sealer (2 unit)

Max Input Power : 300 watt

Min Lebar Seal : 2 mm

Body : Iron / Besi

Min Panjang Seal : 20 Cm

10 Baskom Plastik (4 unit)

Bahan : plastik

Tidak mudah pecah

Kapasitas : minimal 10 Kg

Dimensi : minimal 62 x 43 x 38 (cm)

Dapat disusun vertical dan berlubang-

lubang

11 Wadah Plastik

berpenutup (3 unit)

Bahan : plastik

Tidak mudah pecah

Ukuran 5 liter

12 Tempat

sampah berpenutup

(2 unit)

Berbahan HDPE plastic

Bukaan tutup: injak

Kapasitas 30 Liter

13 Bahan

Kemasan (1 unit)

Plastik PP (Polypropylene) ketebalan

min 0,8 mm

14 Timbangan

produk (1 unit)

Display : LED

Power : Baterai/rechargeable

Kapasitas : 30 Kg

15 Wajan 10 Kg (1 unit)

Bahan panci :stainless steel, diameter wajan : 60 - 70 cm

16 Kukusan

(1 unit) Bahan : stainless steel (food grade),

Diameter : 36-40 cm, tipe : susun 3

17 Spinner (peniris minyak)

(1 unit)

Kapasitas : 10 kg /proses

Listrik yang dibutuhkan : 1/4 HP atau

sekitar (200-250) watt, 220 V

Silinder : Stainless Steel

Keranjang : vorporasi stainless steel

Tabung : stainless steel

Regulator pengatur kecepatan (3 level

kecepatan)

Bahan Body stainless steel dan besi

(gambar)

18 Blender

(1 unit) Bahan plastik dan stainless steel,

Kapasitas 2 liter

mata pisau stainless steel

power : 750 - 800 Watt, 220 V

i) Paket Pengolah Abon Ikan (Kapasitas 10 kg)

No. Uraian Spesifikasi

1 Meja preparasi stainless steel (1 unit)

Material : Stainless Steel 304

Ketebalan minimal 1,2 mm

Dimensi (P x L x T) : 110 x 70 x 85 cm

Page 95: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

2 Kompor Gas Mawar 1

Tungku Lengkap

(2 unit)

Kompor Gas :

1 tungku

Berpemantik otomatis

Dimensi : P (77) L (41,5) T (16,5) cm

Garansi : 5 tahun Body (Garansi Keropos) ,1 tahun Spare part, 3 tahun

Servis

Jenis api : Api lilin

Terbuat dari bahan stainless steel

Bentuk api yang biru, merata dan

besar

Full Pressed Body

Tahan beban hingga 100 kg

Dilengkapi sensor panas (bila api mati

di burner/tungku, gas tidak keluar) Dilengkapi dengan aksesoris:

Tabung Gas Elpiji 12 Kg :

Produk baru/minimal memiliki waktu

kaji ulang yang berakhir pada Mei 2018

Regulator ber-SNI

Selang ber-SNI

Dilengkapi dengan ring aluminium

ber-SNI

3 Chest Freezer (1 unit)

Kapasitas : min. 194 Liter

Daya min. 168 Watt

4 Coolbox (1 unit)

Kapasitas : <200 Liter

Bahan Plasic : HDPE

5 Exhause di ruang

pengolahan (2 unit)

Exhaust Dinding

Menggunakan "Metal Louver" Sebagai Filter Atau Perangkap Minyak Goreng

Dan Dilengkapi Dengan "Oil Cup" Untuk Menampung Minyak Goreng.

Warna Putih

25 Aufa

Diameter 10 "

Capacity 835Cmh

Power 34W, 220V, 50Hz.

6 Tirai plastik plastic curtain (2 unit)

T=2,5m, L=2m

7 Lampu dg acrylic cover

(4 unit)

Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt

Tutup cover acrylic bening

Panjang 120 cm

8 Insect killer lamps (2 unit)

Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs

Min. Coverage Area : 70 m2

4D Entry point : Front/Back/Both

Sides

Use to Kill Flies and Mosquitos

Maks. Wattage : 40Watt

Voltage : 220-240V

Page 96: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

9 Hand Sealer (2 unit)

Max Input Power : 300 watt

Min Lebar Seal : 2 mm

Body : Iron / Besi

Min Panjang Seal : 20 Cm

10 Baskom Plastik (4 unit)

Bahan : plastik

Tidak mudah pecah

Kapasitas : minimal 10 Kg

Dimensi : minimal 62 x 43 x 38 (cm)

Dapat disusun vertical dan berlubang-

lubang

11 Wadah Plastik

berpenutup (3 unit)

Bahan : plastik

Tidak mudah pecah

Ukuran 5 liter

12 Tempat

sampah berpenutup

(2 unit)

Berbahan HDPE plastic

Bukaan tutup: injak

Kapasitas 30 Liter

13 Bahan Kemasan (1 unit)

Plastik PP (Polypropylene) ketebalan min 0,8 mm

14 Timbangan produk

(1 unit)

Display : LED

Power : Baterai/rechargeable

Kapasitas : 30 Kg

15 Wajan 10 Kg

(2 unit) Bahan panci : stainless steel, diameter

wajan : 60 - 70 cm,

16 Kukusan

(2 unit) Bahan : stainless steel (food grade),

Diameter : 36-40 cm

tipe : susun 3

17 Spinner

(peniris minyak)

(1 unit)

Kapasitas : 10 kg /proses

Listrik yang dibutuhkan : 1/4 HP atau

sekitar (200-250) watt, 220 V

Silinder : Stainless Steel

Keranjang : vorporasi stainless steel

Tabung : stainless steel

Regulator pengatur kecepatan (3 level

kecepatan)

Bahan Body stainless steel dan besi

18 Blender (1 unit)

Bahan plastik, dan stainless steel,

Kapasitas 2 liter

mata pisau stainless steel

power : 750 - 800 Watt, 220 V

Page 97: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

C. Sarana Prasarana Usaha Garam Rakyat

1. Pengertian

Sarana Prasarana Usaha Garam Rakyat merupakan kegiatan untuk

meningkatkan meningkatkan jaringan distribusi garam rakyat,

meliputi pembuatan saluran air sekunder, perbaikan jalan produksi,

pembuatan brine tank ( penampungan air baku/air siap pakai untuk

dikristalisasi) dan geomembran.

2. Persyaratan Umum

a. Sarana prasarana usaha garam rakyat dilaksanakan di wilayah

pesisir yang memiliki lahan/tambak garam rakyat minimal seluas

15 Ha

b. Usaha garam rakyat telah dilaksanakan minimal 2 tahun terakhir

3. Persyaratan dan Spesifikasi Teknis

Sarana Prasaranan Usaha Garam Rakyat meliputi pembuatan

saluran air sekunder, pembuatan brine tank dan geomembran.

a. Pembuatan saluran air Sekunder

Saluran air sekunder merupakan saluran yang digunakan untuk

mendistribusikan air baku dari saluran primer ke dalam

hamparan lahan garam.

Spesifikasi teknis saluran air sebagai berikut :

(1) Lebar saluran sebesar 70 cm; kedalaman saluran sebesar 70

cm;

(2) Konstruksi saluran sebagaimana tergambar berikut :

Konstruksi dinding saluran cor-an batu kali, jalan inspeksi

saluran berupa beton ber-cor.

(3) Panjang saluran disesuaikan panjang jalan produksi

b. Pembuatan brine tank

Brine tank atau kolam penampungan air baku merupakan kolam

Saluran Sekunder

Jalan Inspeksi

Saluran

hamparan lahan

garam

Jalan Produksi 70 cm

30 cm 70 cm

Page 98: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

penampungan air siap pakai untuk kristalisasi.

Spesifikasi teknis brine tank sebagai berikut :

(1) Panjang brine tank 10 meter, lebar 10 meter dengan

ketinggian 1 meter dari lantai.

(2) Konstruksi lantai beton cor / precast dengan ketebalan 5 cm,

penopang dinding terbuat dari tulangan beton besi diameter

10 mm, dengan lebar coran 15 x 15 cm, dengan jarak tiap

penopang adalah 3,25 ( tiga koma dua puluh lima ) meter.

Gambar konstruksi sebagai berikut :

10 m

(3) Rangka tiang penopang dinding dari besi dengan diameter 10

mm.

(4) Permukaan brine tank dilapisi dengan geomembran;

(5) Bagian atas brine tank diberikan penutup plastik berwarna

putih bening, dengan penopang berupa bambu berbentuk

prisma.

(6) Tinggi sumbu prisma 3 meter dari permukaan lantai.

c. Geomembran

Geomembran adalah membran untuk melapisi lahan garam yang

terbuat dari bahan plastik kedap air untuk meningkatkan

produktivitas dan kualitas garam.

Spesifikasi geomembran sebagai berikut :

Jenis : LDPE (Low Density Poly Ethylene)

10 m

1 m

50 cm

1 m

lantai

3, 25 m

15 x 15 cm

3, 25 m 3, 25 m

Page 99: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

Densitas : Minimum 0,900 g/cm3 – Maksimum

0,940 g/cm3

Kandungan

Karbon Hitam

: 2- 3 %

Warna : Hitam pada kedua sisi

Tebal : Minimal 0,25 mm

Lebar Bentang /

roll

: Minimal 4,4 m

Panjang Bentang

/ roll

: 42 m

Strenght at Break : minimum 6 kN/m

Elongation at

Break

: minimum 160 %

Tear resistence : minimum 20 N

Puncture

resistance

: minimum 60 N

Bahan Baku : tidak menggunakan bahan daur ulang.

Catatan

: Harus ada identitas barang yang

bersifat Permanen pada geomembran,

sehingga memudahkan

dalam inventarisasi barang

Page 100: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

LAMPIRAN V

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR /PERMEN-KP/2016

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI

KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

TAHUN 2017

KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG

KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017

Target PDRB 2017 :

APBD bidang KP 2017 :

(non belanja pegawai dan operasional)

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS PROVINSI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017

NO KEGIATAN INDIKATOR KINERJA

I Pembangunan/Rehabilitasi fasilitas pokok dan fungsional Pelabuhan

Perikanan (UPTD Provinsi)

A. Fasilitas Pokok a) Penahan gelombang (breakwater),

turap (reveretment), dan groin b) Dermaga

c) Jetty d) Kolam Pelabuhan e) Alur pelayaran

f) Drainase B. Fasilitas Fungsional

a) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) b) Instalasi air bersih c) Instalasi BBM

d) Instalasi listrik e) Instalasi Pengolah Limbah (IPAL)

1. Jumlah produksi perikanan tangkap...(volume produksi

–ton) 2. Nilai produksi perikanan

tangkap... (Rp. Juta) 3. Jumlah pelabuhan

perikanan yang memenuhi

standar operasional... (lokasi)

II Pembangunan/Rehabilitasi sarana dan prasarana pokok Balai Benih Ikan Sentral/BBIS (UPTD Provinsi)

A. Pembangunan kolam B. Peralatan Perbenihan C. Peralatan Perkolaman

D. Peralatan Panen

1. Jumlah produksi perikanan budidaya... (juta ton)

2. Jumlah produksi induk

unggul budidaya... (juta ton-non komulatif)

III Pengadaan sarana dan prasarana pengawasan sumber daya kelautan dna perikanan

A. Pengembangan sarana dan prasarana pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan

perikanan a) Pengadaan speedboat pengawasan

SDKP (12m dan 16m) b) Pengadaan garasi speedboat c) Bangunan pengawasan

d) Perlengkapan POKMASWAS

1. Jumlah pemenuhan sarana dan prasarana pengawasan yang memadai secara

akuntabel dan tepat waktu... (unit)

Page 101: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

IV Pengadaan sarana dan prasarana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan konservasi perairan

A. Bangunan pengelolaan kawasan konservasi

B. Tambatan perahu/jetty di pulau-

pulau kecil

1. Jumlah luas kawasan konservasi (juta Ha)

2. Jumlah kawasan pesisir...

(kawasan) dan pulau-pulau kecil... (pulau) yang mandiri

V Pengadaan sarana dan prasarana pembinaan mutu hasil perikanan

A. Peralatan laboratorium

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS KABUPATEN/KOTA BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017

I Pembangunan/Rehabilitasi sarana dan prasarana Tempat Pelelangan Ikan di luar Pelabuhan Perikanan (milik UPTD kab/kota)

A. Pembuatan/rehabilitasi lantai B. Drainase C. Instalasi listrik dan penerangan

D. Lahan parkir E. Air bersih

1. Jumlah produksi perikanan tangkap... (volume produksi-ton)

2. Nilai produksi perikanan tangkap... (Rp.juta)

3. Nilai tukar nelayan (NTN)

II Pembangunan/Rehabilitasi sarana dan prasarana pokok Balai Benih Ikan Lokal/BBIL (milik UPTD Kab/Kota)

A. Pembangunan kolam

B. Peralatan perbenihan C. Peralatan perkolaman

D. Peralatan panen

1. Jumlah produksi perikanan

budidaya... (juta ton) 2. Jumlah produksi induk

unggul di UPTD ... (juta ekor-non komulatif)

3. Nilai tukar pembudidaya

(NTPi)

III Pengadaan sarama dan prasarana pemberdayaan usaha skala kecil

masyarakat pesisiee (Nelayan, Pembudidaya Ikan, Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan serta Petambak Garam)

A. Kapal penangkapan <3GT beserta mesin dan alat tangkapnya (laut dan perairan umum daratan)

B. Percontohan budidaya (air tawar, air payau dan air laut)

C. Pembangunan/Rehabilitasi bedah UKM pengolahan

D. Sarana dan prasarana tambak

garam (saluran air, tandon air tua, bak pencucian dan geomembran serta gudang garam)

1. Kapal perikanan yang terbangun... (unit)

2. Jumlah alat penangkap ikan

yang terbangun dan dioperasionalkan... (unit)

3. Jumlah produksi perikanan budidaya... (juta ton)

4. Volume produk hasil olahan

perikanan... (juta ton) 5. Nilai produk kelautan dan

perikanan (Rp.triliun)

6. Nila tukar pengolah 7. Volume produksi garam ...

(juta ton) 8. Nilai tukar petambak garam

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

Page 102: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

SUSI PUDJIASTUTI

Page 103: FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN - JDIH | KKP

LAMPIRAN VI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR /PERMEN-KP/2016

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI

KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

TAHUN 2017

OUTCOME KEGIATAN DAK

BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN 2016-2017

NO INDIKATOR OUTCOME 2016 2017

1. Jumlah produksi perikanan

2. Meningkatnya pendapatan nelayan, pembudidaya, pengolah dan pemasar hasil

perikanan (Rp./orang/bulan)

3. Tingkat konsumsi ikan per kapita

(kg/kapita/tahun)

4. Volume dan nilai produk hasil perikanan

(ton/Rp.juta)

5. Jumlah produksi jenis ikan

6. Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola (pulau)

7.

8.

9.

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SUSI PUDJIASTUTI