24
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM Formulasi Gel Getah Pelepah Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum) Sebagai Antibakteri terhadap Staphylococcus aureus BIDANG KEGIATAN : PKM-PENELITIAN Diusulkan oleh : Muhammad Imaduddin Siddiq G1F013042 (2013) Firrizqi Adam G1F013037 (2013) Alim Wijaya G1F014039 (2014) UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2014

Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gadfhda

Citation preview

Page 1: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

Formulasi Gel Getah Pelepah Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum) Sebagai

Antibakteri terhadap Staphylococcus aureus

BIDANG KEGIATAN :

PKM-PENELITIAN

Diusulkan oleh :

Muhammad Imaduddin Siddiq G1F013042 (2013)

Firrizqi Adam G1F013037 (2013)

Alim Wijaya G1F014039 (2014)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2014

Page 2: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi
Page 3: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

iii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ........................................................................................

Halaman Pengesahan .................................................................................

Daftar Isi ....................................................................................................

Ringkasan ..................................................................................................

BAB 1. Pendahuluan ..................................................................................

1.1.Latar Belakang Masalah ....................................................................

1.2.Perumusan Masalah ..........................................................................

1.3.Tujuan Program .................................................................................

1.4.Luran Penelitian .................................................................................

1.5.Manfaat Penelitian .............................................................................

BAB 2. Tinjauan Pustaka .............................................................................

2.1.Staphylococcus aureus .......................................................................

2.2.Pisang Ambon …………………………………………………....

2.3. Sedian Gel .........................................................................................

BAB 3. Metode Penelitian ..........................................................................

3.1.Waktu dan Tempat ............................................................................

3.2. Alat dan Bahan ................................................................................

3.3.Rancangan Percobaan .......................................................................

3.4.Cara Kerja Penelitian.........................................................................

3.5.Analisis Data......................................................................................

BAB 4. Biaya dan Jadwal Kegiatan .............................................................

4.1.Anggaran Biaya ................................................................................

4.2.Jadwal Kegiatan ................................................................................

Daftar Pustaka ..............................................................................................

Lampiran ......................................................................................................

1. Biodata Ketua, Anggota dan Pembimbing........................................

2. Justifikasi Anggaran Kegiatan .........................................................

3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas .................

4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti .......................................................

i

ii

iii

iv

1

1

2

2

2

2

3

3

3

4

5

5

5

5

5

8

8

8

8

9

11

16

17

20

21

Page 4: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

iv

Ringkasan

Getah pelepah pisang mengandung tanin dan saponin yang berfungsi sebagai antiseptik.

Pada konsentrasi yang sama ekstrak pelepah pisang menunjukkan efek antibakteri yang lebih

baik daripada ekstrak batang pisang terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini

bertujuan untuk memformulasikan pelepah pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum)

menjadi bentuk sediaan gel, menunjukkan bahwa gel antiinfeksi dari pelepah pisang ambon

dapat memenuhi persyaratan sifat fisik sediaan gel dan acceptable, serta menentukan daya

hambat formula gel terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus sebagai penyebab luka borok.

Penelitian ini menggunakan rancangan ekperimental. Prosedur penelitian diawali

dengan determinasi tanaman pisang ambon, lalu preparasi getah pelepah pisang, dan

pembuatan sedian gel getah pelepah pisang. Untuk evaluasi sedian, gel di uji organoleptik,

homogenitas sedian gel, pengukuran viskositas sedian gel, pengukuran pH, pengukuran

stabilitas gel, pengujian keamanan sedian gel, dan uji aktivitas antibakteri sedian gel getah

pelepah pisang dengan metode difusi cakram Kirby-bauer. Untuk analisis data evaluasi sedian

gel getah pelepah pisang dilakukan secara deskriptif dan untuk uji antibakteri menggunakan

ANOVA pada tingkat kepercayaan 95% lalau dilanjutkan dengan Uji Turkey HSD (Honestly

Significant Difference).

Kata kunci : Musa paradisiaca, Staphylococcus aureus, gel

Page 5: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah di bidang kesehatan.

Indonesia menduduki peringkat pertama untuk penyakit infeksi, terutama infeksi

yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Infeksi S.aureus, terlebih yang

invasif, merupakan penyakit yang serius di masyarakat (Anna, 2010). Data

kesehatan Indonesia tahun 2007, menunjukkan bahwa penyakit infeksi termasuk

dalam 10 pola penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit (Depkes, 2009).

Penyakit infeksi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia disebabkan

rendahnya pengetahuan dan kesadaran pentingnya kesehatan (Gibson et al., 1996).

Resistensi bakteri terhadap antibiotik merupakan salah satu masalah seluruh

dunia di negara maju maupun negara berkembang pada rumah sakit maupun

komunitas. Pengobatan S. aureus menjadi sangat kompleks sehubungan dengan

berbagai jenis antibiotik yang sudah resisten di seluruh dunia. Mikroba ini telah

resisten terhadap penisilin dan antibiotik beta laktam lainnya. Persentase galur S.

aureus yang telah resisten terhadap metilsilin (MRSA) cukup tinggi di Asia, seperti

Taiwan mencapai 60%, Cina 20%, Hongkong 70%, Filipina 5%, dan Singapura

60% (Mardiastuti et al., 2007).

WHO melaporkan bahwa sekitar 80% penduduk di negara berkembang

menggunakan pengobatan tradisional. Obat tradisional sekarang ini digunakan

sebagai obat alternatif dari obat-obatan modern karena dinilai lebih aman dan

diduga terdapat efek komplementer atau sinergisme yang menguntungkan. Di lain

pihak, beberapa tanaman memiliki sifat antibiotik alami untuk beberapa strain

bakteri (Gislene et al., 2000), misalnya ekstrak daun Senna podocarpa, Musa

paradisaca (pohon pisang), Allium sativum Linn (bawang putih) mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (Karadi et al., 2011).

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang memiliki banyak

keanekaragaman pisang sehingga menjadikannya sebagai salah satu negara

pengekspor pisang.

Getah pelepah pisang mengandung tanin dan saponin yang berfungsi

sebagai antiseptik (Djulkarnain,1998). Hastari (2012) melaporkan bahwa ekstrak

pelepah dan batang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus.

Konsentrasi 6,25% ekstrak pelepah pisang mempunyai efek antibakteri yang lebih

baik daripada ekstrak batang konsentrasi 6,25%. Kandungan lainnya adalah

saponin, antrakuinon, dan kuinon yang dapat berfungsi sebagai antibiotik dan

analgetik (Priosoeryanto et al., 2006). Kandungan lektin juga terdapat dalam getah

pelepah pisang yang berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan sel kulit.

Kandungan-kandungan tersebut dapat membunuh bakteri agar tidak dapat masuk

pada bagian tubuh yang sedang mengalami luka. Berdasarkan uraian tersebut sangat

diperlukan obat antiinfeksi topikal yang aman, efektif, dan nyaman. Agar dapat

Page 6: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

2

diaplikasikan ke kulit, pelepah pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum)

perlu dijadikan bentuk sediaan yang praktis dan nyaman digunakan. Gel adalah

salah satu bentuk sediaan topikal yang cocok digunakan sebagai sediaan anti

infeksi. Gel mudah diaplikasikan ke kulit dengan cara dioleskan. Herdian (2007)

menyatakan basis capigel 98 mempunyai viskositas lebih rendah dan sifat

kelengketan tidak tinggi daripada ultres 10. Dengan demikian, penggunaan basis

capigel 98, diharapkan dapat menghasilkan sedian gel yang memiliki sifat fisik

yang baik dan dapat diterima (acceptable).

Dengan melihat permasalahan infeksi tersebut serta potensi pelepah pisang

ambon yang mempunyai aktivitas antibakteri, juga sedian gel yang nyaman dalam

penggunaannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang formulasi

sedian gel antiinfeksi dari getah pelepah pisang yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri S. aureus.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Apakah getah pelepah pisang ambon (Musa paradisiaca var.sapientum)

dapat diformulasikan menjadi gel?

2. Apakah formula gel dari getah pelepah pisang ambon (M. paradisiaca

var.sapientum) memenuhi persyaratan sifat fisik gel dan acceptable?

3. Apakah formula gel dari getah pelepah pisang ambon (M. paradisiaca

var.sapientum) memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus?

1.3 Tujuan Program

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pelepah pisang ambon (M. paradisiaca var. sapientum) dapat

diformulasikan menjadi bentuk sediaan gel.

2. Menunjukkan bahwa gel antiinfeksi dari pelepah pisang ambon (Musa

paradisiaca var. sapientum) dapat memenuhi persyaratan sifat fisik gel

dan acceptable.

3. Menentukan daya hambat formula gel dari getah pelepah pisang ambon

(M. paradisiaca var. sapientum) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus.

1.4 Luaran Penelitian

Luaran dari penelitian ini adalah publikasi artikel ilmiah.

1.5 Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di

lingkungan sekitar.

2. Mengetahui manfaat lain pelepah pisang ambon (Musa paradisiaca

var.sapientum) yaitu sebagai gel antiinfeksi topikal.

3. Memberikan alternatif solusi bagi masyarakat mengenai produk gel

antiinfeksi yang nyaman, aman, dan efektif bagi kulit yang luka.

Page 7: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif anggota famili

Micrococcaceae berbentuk bulat, bergerombol seperti susunan buah anggur koloni

berwarna abu-abu hingga kuning tua, koagulase positif dan sifatnya sebagai bakteri

komensal dalam tubuh manusia yang jumlahnya berimbang dengan flora normal

lain. S.aureus pada manusia diantaranya ditemukan pada hidung, kulit, tenggorok

dan lain-lain (Dalter, 2003)

S.aureus merupakan bakteri patogen penyebab infeksi. S.aureus dapat

menyebabkan penyakit mulai dari yang ringan sampai yang berat bahkan sampai

sepsis (Tortora et al, 2001). S. aureus sering menyebabkan akne dan frunkulosis

pada kulit, infeksi S.aureus pada tulang juga sering menyebabkan osteomielitis,

infeksi S.aureus pada organ dalam dapat menyebabkan endokarditis, pneumonia

dan infeksi berat lainnya. Pada luka terbuka S.aureus juga sering menyebabkan

infeksi (Rizka H, 2012)

Hal ini dikarenakan S. aureus mempunyai bagian-bagian dan produk yang

mendukungnya sebagai salah satu bakteri patogen diantaranya adalah dinding sel

Staphylococcus sp sebagian besar terdiri dari peptidoglikan, peptidoglikan

mempunyai aktifitas seperti endotoksin, menstimulasi keluarnya sitokin dari

makrofag yaitu interleukin-1 dan aktifasi komplemen, kapsul akan mencegah

fagositosis PMN, adanya toxin dan enzim yang dihasilkan untuk merusak sel inang.

Selain itu, faktor dari bakteri S.aureus yang menyebabkan sukarnya penanganan

infeksi adalah adanya resistensi bakteri terhadap antibiotic (Karadi, 2011).

2.2 Tanaman Pisang Ambon

Taksonomi dan Morfologi Tanaman Pisang Ambon

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Species : Musa sapientum

(Zafar et. al., 2011)

Tanaman pisang merupakan tumbuhan berbatang basah yang besar,

biasanya mempunyai batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun.

Tangkai daun jelas beralur pada sisi atasnya, helaian daun lebar, bangun jorong

(oval memanjang), dengan ibu tulang yang nyata dan tulang-tulang cabang yang

menyirip dan kecil-kecil. Bunga dalam suatu bunga majemuk dengan daun-daun

Page 8: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

4

pelindung yang besar dan berwarna merah. Masing-masing bunga mempunyai

tenda bunga yang mempunyai mahkota atau jelas mempunyai kelopak dan mahkota

yang biasanya berlekatan. Benang sari 6 yang 5 fertil yang satu staminoidal. Bakal

buah tenggelam, beruang 3 dengan 1 bakal biji dalam tiap ruang. Tangkai putik

berbelah 3-6. Buahnya buah buni atau buah kendaga. Getah pisang terdiri dari

flavanoes, flavonols, asam hydroxysinnamik, dopamin dan N-Acetylserotonin yang

sebagagian besar merupakan hasil dari metabolisme sekunder. Flavonenes dan

flavonols merupakan turunan dari senyawa phenol dari jalur asam malonil dan dari

jalur asam shikimik. Sedangkan asam hidroksinnamik merupakan salah satu

turuann dari phenilalanin atau senyawa antara yang akan membantu tanamana

untuk menghasilkan flavonones, flavonoid, flavonols dan senyawa lain (Lakitan,

1993).

Metabolit sekunder tanaman yang mempunyai aktifitas antimikroba adalah

isoflavon yang merupakan turunana dari flavonones. Senyawa isoflavon diketahui

mempunyai fungsi menghambat penyebaran pantogen dalam tubuh tanamana.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tidak hanya bakteri dan jamur pada

tanamana pisang yang dapat dihambat perumbuhananya namun bakteri dan jamur

yang pantogen pada manusia juga dapat dihambat misalnya Staphylococcus sp dan

Candida sp. Selain kandungan metabolit sekunder yang cukup banyak, tanaman

pisang juga mengandung antioksidan sehingga memungkinkan untuk dijadikan

obat, bcampuran bahan kosmetik bahkan makanan (Mahmood A, et all, 2011)

2.3 Sedian Gel

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari

partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh

suatu cairan. Gel kadang-kadang disebut jeli (Depkes RI, 1995). Gel adalah sediaan

bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik

atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling

terserap oleh cairan (Depkes RI, 1989)

Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah

inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain Pemilihan bahan pembentuk

gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi

dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan

oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal.

Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang

diharapkan. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi

atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau

digunakan).

Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral,

dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin

dan untuk bentuk sediaan obat long – acting yang diinjeksikan secara intramuskular.

Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan

Page 9: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

5

pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis

suppositoria. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk

kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit – dan sediaan

perawatan rambut. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal

(non streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril) (Depkes

RI, 1995)

BAB 3

METODE PENELITIAN

1.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama 4,5 bulan efektif di Laboratorium Biologi

Farmasi dan Farmasetika Jurusan Farmasi Universitas Jenderal Soedirman.

1.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah mortar dan stamper, timbangan analitik, pH

universal, viscometer Brookfield, silet, ayakan 50 mesh, pipet tetes, beaker glass,

kaca arloji, gelas ukur, spatel, batang pengaduk, kertas perkamen, dan kaca objek,

cawan petri, autoklaf, tabung reaksi.

Bahan yang dibutuhkan, yaitu getah pelepah pisang ambon (Musa

paradisiaca var. sapientum), CMC-Na, nipagin, asam aksorbat, propilenglikol dan

air suling, beef extract, peptop, kultur bakteri S.aureus, kloramfenikol.

1.3. Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan ekperimental dengan beberapa variabel

penelitian sebagai berikut:

1. Variable bebas : konsentrasi ekstrak getah pelepah pisang

2. Variable tergantung : sifat fisik sediaan gel dan zona hambat antibakteri

3. Variabel terkendali : basis gel (CMC-Na), waktu pengadukan,

temperatur

Perlakuan terdiri dari 5 kelompok sebagai berikut:

K1 : kontrol negatif (media + isolat bakteri S. aureus)

K2 : kontrol positif (kloramfenikol 250 ppm)

K3 : perlakuan gel ekstrak getah pelepah pisang 10%

K4 : perlakuan gel ekstrak getah pelepah pisang 20%

K5 : perlakuan gel ekstrak getah pelepah pisang 40%

1.4. Cara Kerja Penelitian

1. Determinasi Tanaman Pisang Ambon

Determinasi tanaman pisang ambon dilakukan di Laboratorium Taksonomi

Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman.

Page 10: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

6

2. Preparasi Getah Pelepah Pisang

Pelepah pisang diambil dari kebun di Desa Karangwangkal, Purwokerto

kemudian pelepah ditimbang dan dipotong kecil sekitar 2 cm. Selanjutnya

potongan tersebut diperas sehingga didapatkan getah pelepah pisang. Getah

disaring menggunakan ayakan, kemudian ditimbang berat dan dihitung

volumenya

3. Pembuatan Sedian Gel Getah Pelepah Pisang

CMC-Na didispersikan dalam 200 gram air menggunakan mixer kecepatan

rendah sampai homogen dan terbentuk massa gel. Larutan nipagin dalam air

panas, larutan natrium askorbat, dimasukkan dalam massa gel dan terus

diaduk dengan mixer sampai homogen. Lima puluh ml getah pelepah pisang

ambon,di dispersikan dalam 50 gram propilen glikol dan 50 gram air, diaduk

hingga homogen kemudian dicampurkan ke dalam massa gel dan diaduk

dengan kecepatan rendah. Sisa air ditambahkan hingga tepat 500 gram sambil

terus diaduk hingga gel homogen, kemudian diisikan ke dalam pot-pot plastik

untuk evaluasi sediaan.

4. Evaluasi Sedian Gel

1. Pemeriksaan organoleptik sediaan gel

Pemeriksaan organoleptik meliputi pemeriksaan perubahan warna,

konsistensi dan bau dari formula sebelum dan sesudah penyimpanan

kondisi dipercepat.

2. Evaluasi homogenitas sedian gel

Homogenitas gel diamati di antara dua kaca objek di bawah cahaya.

Viskositas diukur dengan Viskometer Brookfield pada spindel yang

sesuai dan memvariasikan rpm sehingga diperoleh data pada rpm 2, 4,

10, 20 dan kebalikannya. Pengukuran hanya dilakukan pada awal dan

akhir penyimpanan

3. Pengukuran viskositas sediaan gel

Sebanyak 100 ml gel dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml

kemudian viskositasnya di-ukur dengan Viscometer Brookfield yang

dilengkapi dengan spindle no. 64 dengan kecepatan 50 rpm (putaran

per menit) kemudian data yang diper-oleh dicatat dan dianalisis secara

statistik.

4. Pengukuran pH

Tingkat keasaman sedian gel ini dihitung dengan 3 kali pengulangan

setiap konsentrasi

5. Stabilitas sedian gel

Evaluasi kestabilan dari sediaan gel pelepah pisang (Musa paradisiaca

var. sapientum) biasa-nya dilakukan dalam kondisi dipaksakan (stressed

condition) untuk mempercepat peruraian dan mengurangi waktu yang

diperlukan untuk pengujian. Penyimpanan kondisi dipercepat dilakukan

pada suhu antara 5 dan 35oC masing-masing 12 jam selama 10 siklus.

Page 11: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

7

6. Pengujian keamanan Sedian Gel

Keamananan sedian gel ini dioleskan pada kulit relawan lalu, dirasakan

bagaimana tanggapan dari relawan tersebut.

7. Uji aktivitas antibakteri sediaan gel ekstrak getah pelepah pisang

a. Pembuatan Media

a) Pembuatan medium agar (NA)

Sebanyak 3,06 gram beef extract, 15,3 gram pepton, dan 15,3 gram

agar dilarutkan dalam 1020 ml aquades. Lalu larutan dipanaskan

diatas hot plate sambil diaduk terus hingga bahan larut sempurna.

Selanjutnya, dimasukan ke dalam beberapa tabung reaksi dengan

metode 15 ml ditutup dengan alumunium foil dan disterilkan

menggunakan autoklaf pada suhu 1210C dan dengan tekanan 1 atm

selama 15 menit

b) Pembuatan Medium Nutrient Broth (NB)

Medium NB dibuat dengan melarutkan 0,06 gram beef extract dan

0,3 gram pepton dalam 20 ml aquades. Larutan tersebut diaduk

hingga menjadi larutan yang homogen. Medium dimasukan ke

dalam beberapa tabung reaksi, masing-masing tabung dengan

volume 10 ml ditutup dengan alumunium foil dan erlenmeyer lalu

disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 1210C dan tekanan 1

atm selama 15 menit.

b. Pembuatan Larutan Uji

Larutan stok dibuat dengan konsetrasi tertentu. Variasi konsentrasi

larutan uji dibuat dengancara pengenceran dari larutan stok yaitu

menggunakan rumus pengenceran yaitu:

Keterangan :

V1 = volume larutan stok

M1 = konsentrasi larutan stok yang tersedia

V2 = volume larutan yang akan dibuat

M2 = konsentrasi larutan yang akan dibuat

c. Pembuatan Inokulum Bakteri Uji

Suatu ose isolat bakteri Straphilococcus aureus diambil dari agar

miring (NA) dan diinokulasikan ke dalam 10 ml media NB steril.

Kemudian diinkubasi di dalam shaker inkubator pada suhu 270C selama

24 jam.

d. Uji Daya Hambat Bakteri S. aureus

Uji bakteri dilakukan dengan metode difusi cakram Kirby-Bauer.

Medium NB steril 10 ml yang berisi bakteri diinokulasikan ke dalam

media NA yang telah memadat. Kertas cakram yang telah dicelupkan

V1M1 = V2M2

Page 12: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

8

ke dalam larutan uji kemudian diletakkan diatas permukaan medium

NA yang telah berisi biakan bakteri dalam cawan petri. Selanjutnya

diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam lalu diukur diameter zona

hambat yang berupa daerah jernih.

1.5. Analisis Data

Analisis dari sedian gel dilakukan secara deskriptif kualitatif sebagai

antibakteri. Uji daya hambat bakteri yang dilakukan dengan metode difusi

cakram Kirby-Bauer akan diperoleh data berupa diameter zona hambat. Data

kemudian dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA satu arah pada

tingkat kepercayaan 95%. Selanjutnya dilakukan uji Turkey HSD (Honestly

Significant Difference) untuk mengetahui perbedaan bermakna antar kelompok

perlakuan.

BAB 4

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)

1 Peralatan Penunjang 3.149.000,-

2 Bahan Habis Pakai 3.450.000,-

3 Perjalanan 2.500.000,-

4 Lain-lain 2.400.000,-

Jumlah 11.499.000,-

4.2 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke-

I II III IV V

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

1 Persiapan Lab dan Bahan

2 Persiapan Pembuatan Sediaan

3 Determinasi Tanaman Pisang

4 Pengambilan Getah Pelepah Pisang

5 Pembuatan Sedian Gel

6 Evaluasi sediaan gel

7 Pengujian antibakteri terhadap bakteri

S.aureus

8 Analisis Data

9 Pembuatan Laporan

Page 13: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

9

DAFTAR PUSTAKA

Anna, F.D.M.W., 2010, Pengaruh Faktor Demografi Terhadap Kejadian Infeksi dan

Pola Resistensi Staphylococcus aureus, Pasien di RSUP Dr Kariadi Periode

2008-2009, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,

Semarang.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia Press. Hlm. 412-413.

Dalter A.M.From medical herbalism to phytotherapy in dermatology: back to the

future. Dermatologic Therapy Vol. 16. 106–113.2003.

Depkers RI, 1995. Farmakope Indonesia Edisi 4. Depkers RI. Jakarta

Depkers RI, 1986. Formularium Nasional. Depkes RI. Jakarta

Depkes RI. 2004. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat

2010. Depkes RI, Jakarta.

Depkes, 2009, Profil Kesehatan Indonesia 2008, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Djulkarnain,H,B., 1998. Pohon Obat Keluarga.Intisari.Jakarta.

Gibson, L., Ivancevich, M., Donnely, and James, H. J., 1996, Organisasi Perilaku,

Struktur, Proses, Bina Aksara Jakarta, Jakarta.

Hastari, R. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Pelepah Pisang dan Batang

Tanaman Pisang Ambon. Skripsi. Universitas Dipenogoro. Semarang

Hananta,D., Ika Listyarini, Lina Haryati., 2006. Efek Getah Pelepah Pisang (Musa

sp) terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa secara In vitro. Skripsi.

Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Herdiana Yedi, 2007. Formulasi Gel Undesilenil Fenilalanin dalam Aktifitas

Sebagai Pencerah Kulit. Skripsi. Universitas Padjajaran. Bandung.

Karadi R. V, Arpan Shah, Pranav Parekh dan Parvez Azmi.Antimicrobial Activities

of Musa paradisiaca and Cocos nucifera. International Journal of Research

in Pharmaceutical and Biomedical Sciences. Vol 2: 264-267.

Lakitan, B.. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pres. Jakarta. hlm.

91-92.

Mahmood A, Nurziana Ngah and Nor Omar, M. 2011. Phytochemicals Constituent

and Antioxidant Activities in Musa x Paradisiaca Flower. European

Journal of Scientific Research Vol.66 No.2.

Page 14: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

10

Mardiastuti, H.W., Karuniawati A., Kiranasari, A., Kadarsih, R., 2007. Emerging

Resistence Panthogen; Situasi Terkini di Asia, Eropa, Amerika Serikat,

Timut Tengah dan Indonesia, Majalah Kedokteran Indonesia, 57 (3), 75-79.

Mohammad Zafar Imam and Saleha Akter. 2011. Musa paradisiaca L. and Musa

sapientum L.: APhytochemical and Pharmacological Review. Journal of

Applied Pharmaceutical Science Vol 1(05):14-20.

Nascimento G.F.Gislene, Juliana Locatelli, Paulo C. Freitas, Giuliana L. Silva.

2000. Antibacterial Activity of Plant Extracts and Phytochemicals on

Antibiotc Resistant Bacteria. Brazilian Journal of Microbiology 31:247-

256.

Priosoeryanto BP, Huminto H, Wientarsih I, 2006. Aktifitas getah batang pohon

pisang dalam proses persembuhan luka dan efek kosmetiknya pada hewan.

Skripsi. IPB. Bogor.

Tortora Caputo R, Damiano V, Bianco R, Fontanini G, Cuccato S, De Placido S,

Bianco AR and Ciardiello F , 2001. Device-Associated Infection Rate and

Mortality in Intensive Care Units of World: Findings of the Internasional

Nosokomial Infektions Control Consortium. Infect Control Hosp

Epidemiol. 27(4): 349-56.

WHO, 2002. Prevention of Hospital-Acquired Infection . http://www.who.int/emc.

Diakses pada tanggal 15 September 2014. Pukul 21.00 WIB

Page 15: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi
Page 16: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi
Page 17: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi
Page 18: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi
Page 19: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi
Page 20: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

17

Lampiran 2

3.3 Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Peralatan Penunjang

Material Justifikasi

Pemakaian

Kuantitas Harga Satuan

(Rp)

Jumlah (Rp)

Mortir dan

Stampler

Pembuatan

Sedian Gel

2 60.000,- 120.000,-

pH Universal Analisis Produk 1 200.000,- 200.000,-

Cutter Pembuatan

Sedian

2 20.000,- 40.000,-

Pipet tetes Pembuatan

sedian

6 5.000,- 30.000,-

Beaker Glass Pembuatan

Sedian

5 60.000,- 300.000,-

Kaca Arloji Pembuatan

Sedian

4 28.000,- 112.000,-

Gelas Ukur Pembuatan

Sedian

5 100.000,- 500.000,-

Batang pengaduk Pembuatan

Sedian

2 6.000,- 12.000,-

Kertas Perkamen Pembuatan

Sedian

1 Pack 40.000,- 40.000,-

Kaca Objek Pembuatan

Sedian

2 10.000,- 20.000,-

Cawan petri Pembuatan

Sedian

20 40.000,- 800.000,-

Spatel Pembuatan

Sedian

2 15.000,- 15.000,-

Sarung tangan Pembuatan

Sedian

1 pack 60.000,- 60.000,-

Masker Pembuatan

Sedian

1 pack 50.000,- 50.000,-

Ayakan 50 Mesh Pembuatan

sedian

1 300.000,- 300.000,-

Ember Pembuatan

sedian

3 50.000,- 150.000,-

Alumunium foil Analisis sedian 1 set 100.000,- 100.000,-

Tabung reaksi Analisis sedian 30 buah 10.000,- 300.000,-

SUB TOTAL (Rp) 3.149.000,-

Page 21: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

18

2. Bahan Habis Pakai

3. Perjalanan

Material Justifikasi

Pemakaian

Kuantitas Harga Satuan

(Rp)

Jumlah (Rp)

CMC Na Pembuatan

Sedian

2 kg 200.000 400.000,-

Nipagin Pembuatan

Sedian

3 kg 200.000,- 600.000,-

Asam Aksorbat Pembuatan

Sedian

4 kg 200.000 800.000

Propilenglikol Pembuatan

Sedian

3 kg 100.000 300.000

Air suling Pembuatan

Sedian

10 liter 30.000,- 300.000,-

Pepton Analisis sedian 2 kg 100.000,- 200.000,-

Beef extract Analisis sedian 2 kg 150.000,- 300.000

Kultur Bakteri

S.aureus

Analisis sedian 3 kg 150.000,- 450.000,-

Obat

koloramfenikol

Analisis sedian 1 pak 100.000,- 100.000,-

SUB TOTAL (Rp) 3.450.000,-

Material Justifikasi

Pemakaian

Kuantitas Harga Satuan

(Rp)

Jumlah (Rp)

Perjalanan Lokal Diskusi

Kelompok, uji

laboratorium, dan

Keperluan lainnya

1 set 200.000,- 200.000,-

Pengambilan

sampel pelepah

pisang

Ngambil sampel

di lokasi

penghasil pisang

ambon

1 kali 300.000,- 300.000,-

Perjalanan

Pembelian bahan

dan alat

Pembelian bahan

dan alat ke

Jogjakarta

1 kali 2.000.000 2.000.000

SUB TOTAL (Rp) 2.500.000,-

Page 22: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

19

Material Justifikasi

Pemakaian

Kuantitas Harga Satuan

(Rp)

Jumlah (Rp)

Administrasi membantu proses

kegiatan yang

berhubungan

dengan keuangan

1 200.000,- 200.000,-

Proposal mengajukan

penelitian

4 25.000,- 100.000,-

Laporan

Kemajuan

melaporkan

perkembangan

penelitian ditahap

awal sampai

sejauh mana

penelitian

berlangsung

4 25.000, 100.000,-

Laporan

Akhir

melaporkan hasil

yang dicapai dan

manfaat dari

penelitian.

4 25.000,- 100.000,-

ATK menunjang

administrasi

1 100.000,- 100.000,-

Seminar Memberikan

informasi dengan

cara presentasi.

1 600.000,- 500.000,-

Flashdisk 4

GB

pemindahan file

atau data

1 100.000,- 100.000,-

Publikasi memberikan

informasi secara

luas tentang

penelitian yang

telah selesai.

1 200.000,- 200.000,-

Uji Determinasi

Pelepah Pisang

Analisis Pelepah

Pisang

1 Kali 500.000,- 500.000,-

Jaket Identitas

Tim

Untuk

mendunkung

kerjasama tim

1 kali 150.000,- 600.000,-

SUB TOTAL (Rp) 2.400.000,-

Total (Keseluruhan) 11.499.000,-

4. Lain-lain

Page 23: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi

20

Lampiran 3

3.4 Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagaian Tugas

No Nama/NIM Program Studi Bidang

Ilmu

Alokasi

Waktu

(jam/Minggu)

Uraian Tugas

1 Muhammad

Imaduddin S /

G1F013042

Farmasi Kesehatan 8 jam /

Minggu

Penanggung

jawab

dalam pengujian

sampel di

Laboratorium

2 Firrizqi Adam

/ G1F013037

Farmasi Kesehatan 8 jam /

Minggu

Penanggung

jawab

dalam

pengambilan

sampel

3 Alim Wijaya /

G1F014039

Farmasi Kesehatan 8 jam /

Minggu

Penanggung

jawab

dalam

administrasi

kegiatan

Page 24: Formulasi Gel Getah Pelepah Pi