Upload
muhammad-imadudin-siddiq
View
140
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
gadfhda
Citation preview
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
Formulasi Gel Getah Pelepah Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum) Sebagai
Antibakteri terhadap Staphylococcus aureus
BIDANG KEGIATAN :
PKM-PENELITIAN
Diusulkan oleh :
Muhammad Imaduddin Siddiq G1F013042 (2013)
Firrizqi Adam G1F013037 (2013)
Alim Wijaya G1F014039 (2014)
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
iii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ........................................................................................
Halaman Pengesahan .................................................................................
Daftar Isi ....................................................................................................
Ringkasan ..................................................................................................
BAB 1. Pendahuluan ..................................................................................
1.1.Latar Belakang Masalah ....................................................................
1.2.Perumusan Masalah ..........................................................................
1.3.Tujuan Program .................................................................................
1.4.Luran Penelitian .................................................................................
1.5.Manfaat Penelitian .............................................................................
BAB 2. Tinjauan Pustaka .............................................................................
2.1.Staphylococcus aureus .......................................................................
2.2.Pisang Ambon …………………………………………………....
2.3. Sedian Gel .........................................................................................
BAB 3. Metode Penelitian ..........................................................................
3.1.Waktu dan Tempat ............................................................................
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................
3.3.Rancangan Percobaan .......................................................................
3.4.Cara Kerja Penelitian.........................................................................
3.5.Analisis Data......................................................................................
BAB 4. Biaya dan Jadwal Kegiatan .............................................................
4.1.Anggaran Biaya ................................................................................
4.2.Jadwal Kegiatan ................................................................................
Daftar Pustaka ..............................................................................................
Lampiran ......................................................................................................
1. Biodata Ketua, Anggota dan Pembimbing........................................
2. Justifikasi Anggaran Kegiatan .........................................................
3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas .................
4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti .......................................................
i
ii
iii
iv
1
1
2
2
2
2
3
3
3
4
5
5
5
5
5
8
8
8
8
9
11
16
17
20
21
iv
Ringkasan
Getah pelepah pisang mengandung tanin dan saponin yang berfungsi sebagai antiseptik.
Pada konsentrasi yang sama ekstrak pelepah pisang menunjukkan efek antibakteri yang lebih
baik daripada ekstrak batang pisang terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini
bertujuan untuk memformulasikan pelepah pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum)
menjadi bentuk sediaan gel, menunjukkan bahwa gel antiinfeksi dari pelepah pisang ambon
dapat memenuhi persyaratan sifat fisik sediaan gel dan acceptable, serta menentukan daya
hambat formula gel terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus sebagai penyebab luka borok.
Penelitian ini menggunakan rancangan ekperimental. Prosedur penelitian diawali
dengan determinasi tanaman pisang ambon, lalu preparasi getah pelepah pisang, dan
pembuatan sedian gel getah pelepah pisang. Untuk evaluasi sedian, gel di uji organoleptik,
homogenitas sedian gel, pengukuran viskositas sedian gel, pengukuran pH, pengukuran
stabilitas gel, pengujian keamanan sedian gel, dan uji aktivitas antibakteri sedian gel getah
pelepah pisang dengan metode difusi cakram Kirby-bauer. Untuk analisis data evaluasi sedian
gel getah pelepah pisang dilakukan secara deskriptif dan untuk uji antibakteri menggunakan
ANOVA pada tingkat kepercayaan 95% lalau dilanjutkan dengan Uji Turkey HSD (Honestly
Significant Difference).
Kata kunci : Musa paradisiaca, Staphylococcus aureus, gel
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah di bidang kesehatan.
Indonesia menduduki peringkat pertama untuk penyakit infeksi, terutama infeksi
yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Infeksi S.aureus, terlebih yang
invasif, merupakan penyakit yang serius di masyarakat (Anna, 2010). Data
kesehatan Indonesia tahun 2007, menunjukkan bahwa penyakit infeksi termasuk
dalam 10 pola penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit (Depkes, 2009).
Penyakit infeksi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia disebabkan
rendahnya pengetahuan dan kesadaran pentingnya kesehatan (Gibson et al., 1996).
Resistensi bakteri terhadap antibiotik merupakan salah satu masalah seluruh
dunia di negara maju maupun negara berkembang pada rumah sakit maupun
komunitas. Pengobatan S. aureus menjadi sangat kompleks sehubungan dengan
berbagai jenis antibiotik yang sudah resisten di seluruh dunia. Mikroba ini telah
resisten terhadap penisilin dan antibiotik beta laktam lainnya. Persentase galur S.
aureus yang telah resisten terhadap metilsilin (MRSA) cukup tinggi di Asia, seperti
Taiwan mencapai 60%, Cina 20%, Hongkong 70%, Filipina 5%, dan Singapura
60% (Mardiastuti et al., 2007).
WHO melaporkan bahwa sekitar 80% penduduk di negara berkembang
menggunakan pengobatan tradisional. Obat tradisional sekarang ini digunakan
sebagai obat alternatif dari obat-obatan modern karena dinilai lebih aman dan
diduga terdapat efek komplementer atau sinergisme yang menguntungkan. Di lain
pihak, beberapa tanaman memiliki sifat antibiotik alami untuk beberapa strain
bakteri (Gislene et al., 2000), misalnya ekstrak daun Senna podocarpa, Musa
paradisaca (pohon pisang), Allium sativum Linn (bawang putih) mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (Karadi et al., 2011).
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang memiliki banyak
keanekaragaman pisang sehingga menjadikannya sebagai salah satu negara
pengekspor pisang.
Getah pelepah pisang mengandung tanin dan saponin yang berfungsi
sebagai antiseptik (Djulkarnain,1998). Hastari (2012) melaporkan bahwa ekstrak
pelepah dan batang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus.
Konsentrasi 6,25% ekstrak pelepah pisang mempunyai efek antibakteri yang lebih
baik daripada ekstrak batang konsentrasi 6,25%. Kandungan lainnya adalah
saponin, antrakuinon, dan kuinon yang dapat berfungsi sebagai antibiotik dan
analgetik (Priosoeryanto et al., 2006). Kandungan lektin juga terdapat dalam getah
pelepah pisang yang berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan sel kulit.
Kandungan-kandungan tersebut dapat membunuh bakteri agar tidak dapat masuk
pada bagian tubuh yang sedang mengalami luka. Berdasarkan uraian tersebut sangat
diperlukan obat antiinfeksi topikal yang aman, efektif, dan nyaman. Agar dapat
2
diaplikasikan ke kulit, pelepah pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum)
perlu dijadikan bentuk sediaan yang praktis dan nyaman digunakan. Gel adalah
salah satu bentuk sediaan topikal yang cocok digunakan sebagai sediaan anti
infeksi. Gel mudah diaplikasikan ke kulit dengan cara dioleskan. Herdian (2007)
menyatakan basis capigel 98 mempunyai viskositas lebih rendah dan sifat
kelengketan tidak tinggi daripada ultres 10. Dengan demikian, penggunaan basis
capigel 98, diharapkan dapat menghasilkan sedian gel yang memiliki sifat fisik
yang baik dan dapat diterima (acceptable).
Dengan melihat permasalahan infeksi tersebut serta potensi pelepah pisang
ambon yang mempunyai aktivitas antibakteri, juga sedian gel yang nyaman dalam
penggunaannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang formulasi
sedian gel antiinfeksi dari getah pelepah pisang yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri S. aureus.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Apakah getah pelepah pisang ambon (Musa paradisiaca var.sapientum)
dapat diformulasikan menjadi gel?
2. Apakah formula gel dari getah pelepah pisang ambon (M. paradisiaca
var.sapientum) memenuhi persyaratan sifat fisik gel dan acceptable?
3. Apakah formula gel dari getah pelepah pisang ambon (M. paradisiaca
var.sapientum) memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus?
1.3 Tujuan Program
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pelepah pisang ambon (M. paradisiaca var. sapientum) dapat
diformulasikan menjadi bentuk sediaan gel.
2. Menunjukkan bahwa gel antiinfeksi dari pelepah pisang ambon (Musa
paradisiaca var. sapientum) dapat memenuhi persyaratan sifat fisik gel
dan acceptable.
3. Menentukan daya hambat formula gel dari getah pelepah pisang ambon
(M. paradisiaca var. sapientum) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
1.4 Luaran Penelitian
Luaran dari penelitian ini adalah publikasi artikel ilmiah.
1.5 Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di
lingkungan sekitar.
2. Mengetahui manfaat lain pelepah pisang ambon (Musa paradisiaca
var.sapientum) yaitu sebagai gel antiinfeksi topikal.
3. Memberikan alternatif solusi bagi masyarakat mengenai produk gel
antiinfeksi yang nyaman, aman, dan efektif bagi kulit yang luka.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif anggota famili
Micrococcaceae berbentuk bulat, bergerombol seperti susunan buah anggur koloni
berwarna abu-abu hingga kuning tua, koagulase positif dan sifatnya sebagai bakteri
komensal dalam tubuh manusia yang jumlahnya berimbang dengan flora normal
lain. S.aureus pada manusia diantaranya ditemukan pada hidung, kulit, tenggorok
dan lain-lain (Dalter, 2003)
S.aureus merupakan bakteri patogen penyebab infeksi. S.aureus dapat
menyebabkan penyakit mulai dari yang ringan sampai yang berat bahkan sampai
sepsis (Tortora et al, 2001). S. aureus sering menyebabkan akne dan frunkulosis
pada kulit, infeksi S.aureus pada tulang juga sering menyebabkan osteomielitis,
infeksi S.aureus pada organ dalam dapat menyebabkan endokarditis, pneumonia
dan infeksi berat lainnya. Pada luka terbuka S.aureus juga sering menyebabkan
infeksi (Rizka H, 2012)
Hal ini dikarenakan S. aureus mempunyai bagian-bagian dan produk yang
mendukungnya sebagai salah satu bakteri patogen diantaranya adalah dinding sel
Staphylococcus sp sebagian besar terdiri dari peptidoglikan, peptidoglikan
mempunyai aktifitas seperti endotoksin, menstimulasi keluarnya sitokin dari
makrofag yaitu interleukin-1 dan aktifasi komplemen, kapsul akan mencegah
fagositosis PMN, adanya toxin dan enzim yang dihasilkan untuk merusak sel inang.
Selain itu, faktor dari bakteri S.aureus yang menyebabkan sukarnya penanganan
infeksi adalah adanya resistensi bakteri terhadap antibiotic (Karadi, 2011).
2.2 Tanaman Pisang Ambon
Taksonomi dan Morfologi Tanaman Pisang Ambon
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Species : Musa sapientum
(Zafar et. al., 2011)
Tanaman pisang merupakan tumbuhan berbatang basah yang besar,
biasanya mempunyai batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun.
Tangkai daun jelas beralur pada sisi atasnya, helaian daun lebar, bangun jorong
(oval memanjang), dengan ibu tulang yang nyata dan tulang-tulang cabang yang
menyirip dan kecil-kecil. Bunga dalam suatu bunga majemuk dengan daun-daun
4
pelindung yang besar dan berwarna merah. Masing-masing bunga mempunyai
tenda bunga yang mempunyai mahkota atau jelas mempunyai kelopak dan mahkota
yang biasanya berlekatan. Benang sari 6 yang 5 fertil yang satu staminoidal. Bakal
buah tenggelam, beruang 3 dengan 1 bakal biji dalam tiap ruang. Tangkai putik
berbelah 3-6. Buahnya buah buni atau buah kendaga. Getah pisang terdiri dari
flavanoes, flavonols, asam hydroxysinnamik, dopamin dan N-Acetylserotonin yang
sebagagian besar merupakan hasil dari metabolisme sekunder. Flavonenes dan
flavonols merupakan turunan dari senyawa phenol dari jalur asam malonil dan dari
jalur asam shikimik. Sedangkan asam hidroksinnamik merupakan salah satu
turuann dari phenilalanin atau senyawa antara yang akan membantu tanamana
untuk menghasilkan flavonones, flavonoid, flavonols dan senyawa lain (Lakitan,
1993).
Metabolit sekunder tanaman yang mempunyai aktifitas antimikroba adalah
isoflavon yang merupakan turunana dari flavonones. Senyawa isoflavon diketahui
mempunyai fungsi menghambat penyebaran pantogen dalam tubuh tanamana.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tidak hanya bakteri dan jamur pada
tanamana pisang yang dapat dihambat perumbuhananya namun bakteri dan jamur
yang pantogen pada manusia juga dapat dihambat misalnya Staphylococcus sp dan
Candida sp. Selain kandungan metabolit sekunder yang cukup banyak, tanaman
pisang juga mengandung antioksidan sehingga memungkinkan untuk dijadikan
obat, bcampuran bahan kosmetik bahkan makanan (Mahmood A, et all, 2011)
2.3 Sedian Gel
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. Gel kadang-kadang disebut jeli (Depkes RI, 1995). Gel adalah sediaan
bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik
atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling
terserap oleh cairan (Depkes RI, 1989)
Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah
inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain Pemilihan bahan pembentuk
gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi
dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan
oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal.
Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang
diharapkan. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi
atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau
digunakan).
Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral,
dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin
dan untuk bentuk sediaan obat long – acting yang diinjeksikan secara intramuskular.
Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan
5
pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis
suppositoria. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk
kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit – dan sediaan
perawatan rambut. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal
(non streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril) (Depkes
RI, 1995)
BAB 3
METODE PENELITIAN
1.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan selama 4,5 bulan efektif di Laboratorium Biologi
Farmasi dan Farmasetika Jurusan Farmasi Universitas Jenderal Soedirman.
1.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah mortar dan stamper, timbangan analitik, pH
universal, viscometer Brookfield, silet, ayakan 50 mesh, pipet tetes, beaker glass,
kaca arloji, gelas ukur, spatel, batang pengaduk, kertas perkamen, dan kaca objek,
cawan petri, autoklaf, tabung reaksi.
Bahan yang dibutuhkan, yaitu getah pelepah pisang ambon (Musa
paradisiaca var. sapientum), CMC-Na, nipagin, asam aksorbat, propilenglikol dan
air suling, beef extract, peptop, kultur bakteri S.aureus, kloramfenikol.
1.3. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan ekperimental dengan beberapa variabel
penelitian sebagai berikut:
1. Variable bebas : konsentrasi ekstrak getah pelepah pisang
2. Variable tergantung : sifat fisik sediaan gel dan zona hambat antibakteri
3. Variabel terkendali : basis gel (CMC-Na), waktu pengadukan,
temperatur
Perlakuan terdiri dari 5 kelompok sebagai berikut:
K1 : kontrol negatif (media + isolat bakteri S. aureus)
K2 : kontrol positif (kloramfenikol 250 ppm)
K3 : perlakuan gel ekstrak getah pelepah pisang 10%
K4 : perlakuan gel ekstrak getah pelepah pisang 20%
K5 : perlakuan gel ekstrak getah pelepah pisang 40%
1.4. Cara Kerja Penelitian
1. Determinasi Tanaman Pisang Ambon
Determinasi tanaman pisang ambon dilakukan di Laboratorium Taksonomi
Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman.
6
2. Preparasi Getah Pelepah Pisang
Pelepah pisang diambil dari kebun di Desa Karangwangkal, Purwokerto
kemudian pelepah ditimbang dan dipotong kecil sekitar 2 cm. Selanjutnya
potongan tersebut diperas sehingga didapatkan getah pelepah pisang. Getah
disaring menggunakan ayakan, kemudian ditimbang berat dan dihitung
volumenya
3. Pembuatan Sedian Gel Getah Pelepah Pisang
CMC-Na didispersikan dalam 200 gram air menggunakan mixer kecepatan
rendah sampai homogen dan terbentuk massa gel. Larutan nipagin dalam air
panas, larutan natrium askorbat, dimasukkan dalam massa gel dan terus
diaduk dengan mixer sampai homogen. Lima puluh ml getah pelepah pisang
ambon,di dispersikan dalam 50 gram propilen glikol dan 50 gram air, diaduk
hingga homogen kemudian dicampurkan ke dalam massa gel dan diaduk
dengan kecepatan rendah. Sisa air ditambahkan hingga tepat 500 gram sambil
terus diaduk hingga gel homogen, kemudian diisikan ke dalam pot-pot plastik
untuk evaluasi sediaan.
4. Evaluasi Sedian Gel
1. Pemeriksaan organoleptik sediaan gel
Pemeriksaan organoleptik meliputi pemeriksaan perubahan warna,
konsistensi dan bau dari formula sebelum dan sesudah penyimpanan
kondisi dipercepat.
2. Evaluasi homogenitas sedian gel
Homogenitas gel diamati di antara dua kaca objek di bawah cahaya.
Viskositas diukur dengan Viskometer Brookfield pada spindel yang
sesuai dan memvariasikan rpm sehingga diperoleh data pada rpm 2, 4,
10, 20 dan kebalikannya. Pengukuran hanya dilakukan pada awal dan
akhir penyimpanan
3. Pengukuran viskositas sediaan gel
Sebanyak 100 ml gel dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml
kemudian viskositasnya di-ukur dengan Viscometer Brookfield yang
dilengkapi dengan spindle no. 64 dengan kecepatan 50 rpm (putaran
per menit) kemudian data yang diper-oleh dicatat dan dianalisis secara
statistik.
4. Pengukuran pH
Tingkat keasaman sedian gel ini dihitung dengan 3 kali pengulangan
setiap konsentrasi
5. Stabilitas sedian gel
Evaluasi kestabilan dari sediaan gel pelepah pisang (Musa paradisiaca
var. sapientum) biasa-nya dilakukan dalam kondisi dipaksakan (stressed
condition) untuk mempercepat peruraian dan mengurangi waktu yang
diperlukan untuk pengujian. Penyimpanan kondisi dipercepat dilakukan
pada suhu antara 5 dan 35oC masing-masing 12 jam selama 10 siklus.
7
6. Pengujian keamanan Sedian Gel
Keamananan sedian gel ini dioleskan pada kulit relawan lalu, dirasakan
bagaimana tanggapan dari relawan tersebut.
7. Uji aktivitas antibakteri sediaan gel ekstrak getah pelepah pisang
a. Pembuatan Media
a) Pembuatan medium agar (NA)
Sebanyak 3,06 gram beef extract, 15,3 gram pepton, dan 15,3 gram
agar dilarutkan dalam 1020 ml aquades. Lalu larutan dipanaskan
diatas hot plate sambil diaduk terus hingga bahan larut sempurna.
Selanjutnya, dimasukan ke dalam beberapa tabung reaksi dengan
metode 15 ml ditutup dengan alumunium foil dan disterilkan
menggunakan autoklaf pada suhu 1210C dan dengan tekanan 1 atm
selama 15 menit
b) Pembuatan Medium Nutrient Broth (NB)
Medium NB dibuat dengan melarutkan 0,06 gram beef extract dan
0,3 gram pepton dalam 20 ml aquades. Larutan tersebut diaduk
hingga menjadi larutan yang homogen. Medium dimasukan ke
dalam beberapa tabung reaksi, masing-masing tabung dengan
volume 10 ml ditutup dengan alumunium foil dan erlenmeyer lalu
disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 1210C dan tekanan 1
atm selama 15 menit.
b. Pembuatan Larutan Uji
Larutan stok dibuat dengan konsetrasi tertentu. Variasi konsentrasi
larutan uji dibuat dengancara pengenceran dari larutan stok yaitu
menggunakan rumus pengenceran yaitu:
Keterangan :
V1 = volume larutan stok
M1 = konsentrasi larutan stok yang tersedia
V2 = volume larutan yang akan dibuat
M2 = konsentrasi larutan yang akan dibuat
c. Pembuatan Inokulum Bakteri Uji
Suatu ose isolat bakteri Straphilococcus aureus diambil dari agar
miring (NA) dan diinokulasikan ke dalam 10 ml media NB steril.
Kemudian diinkubasi di dalam shaker inkubator pada suhu 270C selama
24 jam.
d. Uji Daya Hambat Bakteri S. aureus
Uji bakteri dilakukan dengan metode difusi cakram Kirby-Bauer.
Medium NB steril 10 ml yang berisi bakteri diinokulasikan ke dalam
media NA yang telah memadat. Kertas cakram yang telah dicelupkan
V1M1 = V2M2
8
ke dalam larutan uji kemudian diletakkan diatas permukaan medium
NA yang telah berisi biakan bakteri dalam cawan petri. Selanjutnya
diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam lalu diukur diameter zona
hambat yang berupa daerah jernih.
1.5. Analisis Data
Analisis dari sedian gel dilakukan secara deskriptif kualitatif sebagai
antibakteri. Uji daya hambat bakteri yang dilakukan dengan metode difusi
cakram Kirby-Bauer akan diperoleh data berupa diameter zona hambat. Data
kemudian dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA satu arah pada
tingkat kepercayaan 95%. Selanjutnya dilakukan uji Turkey HSD (Honestly
Significant Difference) untuk mengetahui perbedaan bermakna antar kelompok
perlakuan.
BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Peralatan Penunjang 3.149.000,-
2 Bahan Habis Pakai 3.450.000,-
3 Perjalanan 2.500.000,-
4 Lain-lain 2.400.000,-
Jumlah 11.499.000,-
4.2 Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Bulan Ke-
I II III IV V
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Persiapan Lab dan Bahan
2 Persiapan Pembuatan Sediaan
3 Determinasi Tanaman Pisang
4 Pengambilan Getah Pelepah Pisang
5 Pembuatan Sedian Gel
6 Evaluasi sediaan gel
7 Pengujian antibakteri terhadap bakteri
S.aureus
8 Analisis Data
9 Pembuatan Laporan
9
DAFTAR PUSTAKA
Anna, F.D.M.W., 2010, Pengaruh Faktor Demografi Terhadap Kejadian Infeksi dan
Pola Resistensi Staphylococcus aureus, Pasien di RSUP Dr Kariadi Periode
2008-2009, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Semarang.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia Press. Hlm. 412-413.
Dalter A.M.From medical herbalism to phytotherapy in dermatology: back to the
future. Dermatologic Therapy Vol. 16. 106–113.2003.
Depkers RI, 1995. Farmakope Indonesia Edisi 4. Depkers RI. Jakarta
Depkers RI, 1986. Formularium Nasional. Depkes RI. Jakarta
Depkes RI. 2004. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat
2010. Depkes RI, Jakarta.
Depkes, 2009, Profil Kesehatan Indonesia 2008, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Djulkarnain,H,B., 1998. Pohon Obat Keluarga.Intisari.Jakarta.
Gibson, L., Ivancevich, M., Donnely, and James, H. J., 1996, Organisasi Perilaku,
Struktur, Proses, Bina Aksara Jakarta, Jakarta.
Hastari, R. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Pelepah Pisang dan Batang
Tanaman Pisang Ambon. Skripsi. Universitas Dipenogoro. Semarang
Hananta,D., Ika Listyarini, Lina Haryati., 2006. Efek Getah Pelepah Pisang (Musa
sp) terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa secara In vitro. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Herdiana Yedi, 2007. Formulasi Gel Undesilenil Fenilalanin dalam Aktifitas
Sebagai Pencerah Kulit. Skripsi. Universitas Padjajaran. Bandung.
Karadi R. V, Arpan Shah, Pranav Parekh dan Parvez Azmi.Antimicrobial Activities
of Musa paradisiaca and Cocos nucifera. International Journal of Research
in Pharmaceutical and Biomedical Sciences. Vol 2: 264-267.
Lakitan, B.. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pres. Jakarta. hlm.
91-92.
Mahmood A, Nurziana Ngah and Nor Omar, M. 2011. Phytochemicals Constituent
and Antioxidant Activities in Musa x Paradisiaca Flower. European
Journal of Scientific Research Vol.66 No.2.
10
Mardiastuti, H.W., Karuniawati A., Kiranasari, A., Kadarsih, R., 2007. Emerging
Resistence Panthogen; Situasi Terkini di Asia, Eropa, Amerika Serikat,
Timut Tengah dan Indonesia, Majalah Kedokteran Indonesia, 57 (3), 75-79.
Mohammad Zafar Imam and Saleha Akter. 2011. Musa paradisiaca L. and Musa
sapientum L.: APhytochemical and Pharmacological Review. Journal of
Applied Pharmaceutical Science Vol 1(05):14-20.
Nascimento G.F.Gislene, Juliana Locatelli, Paulo C. Freitas, Giuliana L. Silva.
2000. Antibacterial Activity of Plant Extracts and Phytochemicals on
Antibiotc Resistant Bacteria. Brazilian Journal of Microbiology 31:247-
256.
Priosoeryanto BP, Huminto H, Wientarsih I, 2006. Aktifitas getah batang pohon
pisang dalam proses persembuhan luka dan efek kosmetiknya pada hewan.
Skripsi. IPB. Bogor.
Tortora Caputo R, Damiano V, Bianco R, Fontanini G, Cuccato S, De Placido S,
Bianco AR and Ciardiello F , 2001. Device-Associated Infection Rate and
Mortality in Intensive Care Units of World: Findings of the Internasional
Nosokomial Infektions Control Consortium. Infect Control Hosp
Epidemiol. 27(4): 349-56.
WHO, 2002. Prevention of Hospital-Acquired Infection . http://www.who.int/emc.
Diakses pada tanggal 15 September 2014. Pukul 21.00 WIB
17
Lampiran 2
3.3 Justifikasi Anggaran Kegiatan
1. Peralatan Penunjang
Material Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas Harga Satuan
(Rp)
Jumlah (Rp)
Mortir dan
Stampler
Pembuatan
Sedian Gel
2 60.000,- 120.000,-
pH Universal Analisis Produk 1 200.000,- 200.000,-
Cutter Pembuatan
Sedian
2 20.000,- 40.000,-
Pipet tetes Pembuatan
sedian
6 5.000,- 30.000,-
Beaker Glass Pembuatan
Sedian
5 60.000,- 300.000,-
Kaca Arloji Pembuatan
Sedian
4 28.000,- 112.000,-
Gelas Ukur Pembuatan
Sedian
5 100.000,- 500.000,-
Batang pengaduk Pembuatan
Sedian
2 6.000,- 12.000,-
Kertas Perkamen Pembuatan
Sedian
1 Pack 40.000,- 40.000,-
Kaca Objek Pembuatan
Sedian
2 10.000,- 20.000,-
Cawan petri Pembuatan
Sedian
20 40.000,- 800.000,-
Spatel Pembuatan
Sedian
2 15.000,- 15.000,-
Sarung tangan Pembuatan
Sedian
1 pack 60.000,- 60.000,-
Masker Pembuatan
Sedian
1 pack 50.000,- 50.000,-
Ayakan 50 Mesh Pembuatan
sedian
1 300.000,- 300.000,-
Ember Pembuatan
sedian
3 50.000,- 150.000,-
Alumunium foil Analisis sedian 1 set 100.000,- 100.000,-
Tabung reaksi Analisis sedian 30 buah 10.000,- 300.000,-
SUB TOTAL (Rp) 3.149.000,-
18
2. Bahan Habis Pakai
3. Perjalanan
Material Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas Harga Satuan
(Rp)
Jumlah (Rp)
CMC Na Pembuatan
Sedian
2 kg 200.000 400.000,-
Nipagin Pembuatan
Sedian
3 kg 200.000,- 600.000,-
Asam Aksorbat Pembuatan
Sedian
4 kg 200.000 800.000
Propilenglikol Pembuatan
Sedian
3 kg 100.000 300.000
Air suling Pembuatan
Sedian
10 liter 30.000,- 300.000,-
Pepton Analisis sedian 2 kg 100.000,- 200.000,-
Beef extract Analisis sedian 2 kg 150.000,- 300.000
Kultur Bakteri
S.aureus
Analisis sedian 3 kg 150.000,- 450.000,-
Obat
koloramfenikol
Analisis sedian 1 pak 100.000,- 100.000,-
SUB TOTAL (Rp) 3.450.000,-
Material Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas Harga Satuan
(Rp)
Jumlah (Rp)
Perjalanan Lokal Diskusi
Kelompok, uji
laboratorium, dan
Keperluan lainnya
1 set 200.000,- 200.000,-
Pengambilan
sampel pelepah
pisang
Ngambil sampel
di lokasi
penghasil pisang
ambon
1 kali 300.000,- 300.000,-
Perjalanan
Pembelian bahan
dan alat
Pembelian bahan
dan alat ke
Jogjakarta
1 kali 2.000.000 2.000.000
SUB TOTAL (Rp) 2.500.000,-
19
Material Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas Harga Satuan
(Rp)
Jumlah (Rp)
Administrasi membantu proses
kegiatan yang
berhubungan
dengan keuangan
1 200.000,- 200.000,-
Proposal mengajukan
penelitian
4 25.000,- 100.000,-
Laporan
Kemajuan
melaporkan
perkembangan
penelitian ditahap
awal sampai
sejauh mana
penelitian
berlangsung
4 25.000, 100.000,-
Laporan
Akhir
melaporkan hasil
yang dicapai dan
manfaat dari
penelitian.
4 25.000,- 100.000,-
ATK menunjang
administrasi
1 100.000,- 100.000,-
Seminar Memberikan
informasi dengan
cara presentasi.
1 600.000,- 500.000,-
Flashdisk 4
GB
pemindahan file
atau data
1 100.000,- 100.000,-
Publikasi memberikan
informasi secara
luas tentang
penelitian yang
telah selesai.
1 200.000,- 200.000,-
Uji Determinasi
Pelepah Pisang
Analisis Pelepah
Pisang
1 Kali 500.000,- 500.000,-
Jaket Identitas
Tim
Untuk
mendunkung
kerjasama tim
1 kali 150.000,- 600.000,-
SUB TOTAL (Rp) 2.400.000,-
Total (Keseluruhan) 11.499.000,-
4. Lain-lain
20
Lampiran 3
3.4 Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagaian Tugas
No Nama/NIM Program Studi Bidang
Ilmu
Alokasi
Waktu
(jam/Minggu)
Uraian Tugas
1 Muhammad
Imaduddin S /
G1F013042
Farmasi Kesehatan 8 jam /
Minggu
Penanggung
jawab
dalam pengujian
sampel di
Laboratorium
2 Firrizqi Adam
/ G1F013037
Farmasi Kesehatan 8 jam /
Minggu
Penanggung
jawab
dalam
pengambilan
sampel
3 Alim Wijaya /
G1F014039
Farmasi Kesehatan 8 jam /
Minggu
Penanggung
jawab
dalam
administrasi
kegiatan