Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FORMULASI GRANUL KOMBINASI EKSTRAK DAUN PARE (Momordica charantia L.), RIMPANG BANGLE
(Zingiber purpureum Roxb.), DAN TEMU PUTIH (Curcuma zeodaria Rosc.) DALAM KAPSUL
GRANULE FORMULATION CONTAIN A MIXTURE OF EXTRACT OF BITTER MELON LEAVES (Momordica
charantia L.), RHIZOME BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.), AND WHITE TURMERIC (Curcuma
zeodaria Rosc.) IN CAPSULE
NUR ALFI QAMARIAH N111 16 031
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2020
FORMULASI GRANUL KOMBINASI EKSTRAK DAUN PARE (Momordica charantia L.), RIMPANG BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.), DAN
TEMU PUTIH (Curcuma zeodaria Rosc.) DALAM KAPSUL
GRANULE FORMULATION CONTAIN A MIXTURE OF EXTRACT OF BITTER MELON LEAVES (Momordica charantia L.), RHIZOME BANGLE
(Zingiber purpureum Roxb.), AND WHITE TURMERIC (Curcuma zeodaria Rosc.) IN CAPSULE
SKRIPSI
untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana
NUR ALFI QAMARIAH N111 16 031
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2020
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala,
karena atas limpahan rahmat dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Tak
lupa pula shalawat serta salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassallam dan kepada para sahabat yang merupakan tauladan bagi
seluruh ummat.
Penyusunan skripsi ini tentunya atas bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak. Adapun kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Kepada Bapak Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin yang telah memberikan kontribusi dalam pengembangan
dan peningkatan mutu dan kualitas dari Fakultas Farmasi sehingga
kami dapat menikmati hasil dari apa yang telah dikerjakan.
2. Bapak Andi Arjuna, S.Si., M.Na.Sc.T., Apt. dan bapak Prof. Dr. Gemini
Alam, M.Si., Apt. sebagai pembimbing utama dan pembimbing
pendamping skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan ilmunya
dalam memberikan pengarahan serta bimbingan kepada penulis mulai
dari awal rencana penulisan skripsi sampai selesai. Sekaligus saya
ucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt.
sebagai penasehat akademik yang telah memberikan motivasi dan
viii
bimbingannya selama saya menjadi mahasiswa Universitas
Hasanuddin.
3. Bapak Achmad Himawan, S.Si., M.Si., Apt. dan Ibu Dra.Rosany Tayeb,
M.Si., Apt. selaku penguji yang telah memberikan arahan dan saran
dalam menyelesaikan skripsi penulis hingga dapat meraih gelar
sarjana.
4. Bapak/ibu dosen Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin,
terimakasih atas ilmu, tenaga dan setiap nasehat serta pengalaman
yang telah diberikan selama penulis menjalani perkuliahan ini.
5. Seluruh staf fakultas farmasi, terima kasih atas segala fasilitas dan
bantuan yang diberikan selama penulis menempuh studi hingga
menyelesaikan penelitian ini
6. Kepada almarhum bapak saya (Baharuddin), ibu (Sitti Rohani), dan
saudara saya (Sul, Dayat, dan Difa). Terima kasih telah menjadi
keluarga terbaik, kerja keras, motivasi dan dukungan serta do’a yang
kalian berikan dengan ikhlas.
7. Kepada pengurus UKM LDK MPM Unhas periode 2019/2020 M terima
kasih atas motivasinya selama ini. Dan terkhusus kepada teman saya,
Magfirah yang sama sama berjuang menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada pihak yang tidak sempat disebut namanya, semoga Allahجل جلاله
senantiasa memberikan Rahmat-Nya kepada kita semua.
ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. Aamiin.
Makassar, 30 November 2020
Nur Alfi Qamariah
x
ABSTRAK
NUR ALFI QAMARIAH. Formulasi Granul Kombinasi Ekstrak Daun Pare (Momordica charantia L.), Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.), dan Temu Putih (Curcuma zeodaria Rosc.) dalam Kapsul (dibimbing oleh Andi Arjuna dan Gemini Alam)
Ekstrak daun pare, rimpang bangle, dan temu putih merupakan tanaman yang potensial untuk dikembangkan menjadi bahan berkhasiat meredakan batuk. Kombinasi ketiganya telah diketahui memiliki efek mukolitik. Sehingga pada penelitian ini telah dilakukan formulasi ekstrak daun pare, rimpang bangle, dan temu putih dalam bentuk granul dalam kapsul. Pengaruh pati singkong sebagai bahan pengikat juga ditinjau pengaruhnya terhadap karakteristik granul yang dipersiapkan. Granul dipersiapkan melalui metode granulasi basah dengan variasi pati singkong 5% (F1), 10% (F2), dan 15% (F3). Hasil penelitian menunjukkan karakteristik granul mencakup kandungan lembab, sudut istirahat, kecepatan alir, bobot jenis, indeks kompresibilitas, dan rasio hausner memenuhi persyaratan untuk dibuat sediaan kapsul. Selanjutnya, produk kapsul yang dihasilkan dievaluasi karakteristiknya mencakup keseragaman bobot dan waktu hancur yang masing masing memenuhi persyaratan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun pare, temu putih, dan rimpang bangle dapat diformulasi dalam bentuk granul dan dimasukkan ke dalam kapsul dengan menggunakan pati singkong yang optimum memberikan karakteristik granul dan kapsul yang memenuhi persyaratan farmakope Indonesia dan persyaratan BPOM terkait mutu obat tradisional.
Kata Kunci : daun pare, granul, rimpang bangle, temu putih, pati singkong
xi
ABSTRACT
NUR ALFI QAMARIAH. Granul Formulation Contain a Mixture of Extract of Bitter Melon Leaves (Momordica charantia L.), Rhizome Bangle (Zingiber purpureum Roxb.), and white Turmeric (Curcuma zeodaria Rosc.) in Capsule (supervised by Andi Arjuna and Gemini Alam)
Extracts of bitter melon leaves, bangle rhizome, and white turmeric are potential plants to be studied into effective ingredients to relieve coughs. Those plants combination have been shown to have a mucolytic effect. Therefore, research on the formulations of bitter melon leaves, bangle rhizome, and white turmeric extracts in the form of granules in capsules had been conducted. The effect of cassava starch as a binder was also studied for its effect on the granules characteristic. Granules were prepared by wet granulation method with variations of 5% (F1), 10% (F2), and 15% (F3) cassava starch. The results showed that the granule characteristics including moisture content, angle of repost, flow rate, density, compressibility index , and hausner ratio met the requirments for capsule preparation. The characteristics of the capsule were evaluated including weight uniformity and disintegration time, which met the requirments. Thus, it is concluded that the extracts of bitter melon leaves, bangle rhizome, and white turmeric could be optimally formulated in granule form into capsules using the optimum cassava starch. This provides granule and capsule characteristic meet the requirments of Indonesian pharmacopeia and BPOM requirments about quality of traditional medicines.
Keywords: bitter melon leaves, granules, bangle rhizome, white turmerric and cassava starch
xii
DAFTAR ISI
Halaman
UCAPAN TERIMA KASIH vii
ABSTRAK x
ABSTRACT xi
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Rumusan Masalah 3
I.3 Tujuan Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
II.1 Temu Putih 5
II.1.1 Klasifikasi Temu Putih 5
II.1.2 Kandungan dan Khasiat Temu Putih 5
II.2 Daun Pare 6
II.2.1 Klasifikasi Daun Pare 6
II.2.2 Kandungan dan Khasiat Daun Pare 6
II.3 Rimpang Bangle 7
II.3.1 Klasifikasi Rimpang Bangle 7
II.3.2 Kandungan dan Khasiat Rimpang Bangle 7
II.4 Kapsul 8
II.5 Granul 9
II.6 Uraian Bahan 10
II.6.1 Aerosil 10
xiii
II.6.2 Ac-di-sol 11
II.6.3 Pati Singkong 11
II.6.4 Avicel PH 101 12
II.6.5 Magnesium Stearat 13
II.6.6 Talk 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15
III.1 Alat dan Bahan Penelitian 15
III.2 Metode Kerja 15
II.2.1 Penyiapan Ekstrak 15
II.2.1.1 Penyiapan Simplisia 15
III.2.1 2 Ekstraksi 16
III.2.2 Rancangan Formula Sediaan 16
III.2.3 Pembuatan Granul 17
III.2.3.1 Pembuatan Mucilago Pati Singkong 17
III.2.3.2 Pembuatan Granul 17
III.2.4 Evaluasi Granul 17
III.2.4.1 Uji Organoleptis 17
III.2.4.2 Uji Kelembaban 18
III.2.4.3 Uji Sudut Diam 18
III.2.4.4 Uji Kecepatan Alir 18
III.2.4.5 Uji Bobot Jenis (BJ) Sejati 18
III.2.4.6 Uji Bobot Jenis (BJ) Nyata, Mampat, Indeks Kompresibilitas Hausner ratio, Keruahan dan Porositas 19
III.2.5 Evaluasi Kapsul 19
III.2.5.1 Uji Keseragaman Bobot 20
III.2.5.2 Uji Waktu Hancur 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21
IV.1 Hasil Uji Karakteristik Granul 21
IV.2 Pembahasan 21
BAB V PENUTUP 26
V.1 Kesimpulan 26
xiv
V.2 Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 30
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rancangan Formula Granul 16
2. Hasil uji karakteristik granul 21
3. Hasil uji waktu hancur 25
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ekstrak Daun Pare 31
2. Ekstrak Rimpang Bangle 31
3. Ekstrak Temu Putih 32
4. Granul dengan Konsentrasi pati singkong 5% 33
5. Granul dengan Konsentrasi pati singkong 10% 33
6. Granul dengan Konsentrasi pati singkong 15% 34
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skema Formulasi 30
2. Gambar Ekstrak 31
3. Gambar Granul 32
4. Rendemen Ekstrak 35
5. Uji Sudut Istirahat 36
6. Uji Kecepatan alir 37
7. Uji Bobot Jenis Sejati 38
8. Uji Bobot Jenis (BJ) Nyata, Mampat, Indeks Komprsibilitas
Hausner ratio, Keruahan dan Porositas 39
9. Uji Keseragaman bobot kapsul 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan obat tradisional saat ini semakin pesat. Salah
satunya yang berpotensi meredakan batuk. Tumbuhan yang berpotensi
digunakan sebagai obat tradisional adalah rimpang bangle, temu putih,
dan daun pare. Menurut penelitian Hardiyanti (2014) kombinasi ekstrak
rimpang bangle, rimpang temu putih, dan daun pare dengan perbandingan
1:1:1 pada konsentrasi 1% b/b memiliki efek mukolitik sebesar 32,15 %
pada mukosa usus sapi. Kombinasi ketiga ekstrak ini juga diteliti oleh
Mutmainnah (2014) bahwa ekstrak rimpang bangle, rimpang temu putih,
dan daun pare masing masing pada perbandingan 1 : 3 : 1 mampu
menghambat aktivitas Mycobacterium tuberculosis.
Tanaman pare (Momordica charantia L.) merupakan kelompok
tumbuhan Cucurbitaceae yang mengandung beberapa senyawa aktif
diantaranya polisakarida, peptida, protein, lipid, terpenoid, saponin, fenol
dan sterol (Jia S, et al., 2017). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Ida Partiwa (2010) ekstrak daun pare memiliki efek mukolitik. Temu putih
(Curucma zeodaria) mengandung beberapa senyawa, diantaranya
flavonoid, saponin, dan steroid. Temu putih sebagai obat tradisional untuk
antiemetik, sakit perut, karminatif, antidiare, diuretik, dan antipiretik
(Desmiaty, dkk 2018). Rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.)
2
mengandung beberapa senyawa diantaranya saponin, flavonoid, minyak
atsiri, alkaloid tanin, dan glikosida (Padmasari, dkk 2013). Rimpang bangle
berpotensi sebagai senyawa antibiotik karena memperlihatkan adanya
aktivitas anti Mycobacterium pada strain H37Rv dan MDR (Isrul M, dkk
2017).
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisonal akan lebih praktis
ketika diformulasi dalam bentuk sediaan, salah satunya dengan
memformulasi ekstrak tersebut dalam bentuk sediaan padat. Sediaan
padat memiliki beberapa keuntungan diantaranya dosis lebih tepat,
pengemasannya mudah, dan penggunaan lebih praktis dibandingkan
dengan sediaan lain (Ansel, et al., 2011). Sediaan padat lebih menjamin
stabilitas kimia zat aktif pada sediaan. Formulasi ekstrak dalam kapsul
dapat menutupi rasa dan bau tidak enak.
Formulasi kapsul dapat berupa granul dan serbuk yang diklaim
dapat lebih menstabilkan karakteristik ekstrak. Granul memiliki aliran yang
lebih baik dibandingkan dengan serbuk, lebih stabil terhadapt efek
kelembaban, dan lebih mudah dibasahi oleh cairan dari pada serbuk halus
yang cenderung mengapung diatas cairan (Ansel, et al., 2011). Ada
beberapa bahan yang digunakan dalam proses granulasi. Salah satunya
adalah bahan pengikat. Bahan pengikat digunakan untuk menyatukan
serbuk menjadi granul dan bahan pengikat ini berpengaruh terhadap
karakteristik granul (Ansel, et al., 2011). Salah satu bahan pengikat yang
dapat digunakan adalah pati. Pati memiliki memiliki sifat yang dapat
3
tercampurkan dan inert terhadap sebagian besar bahan obat (Priyanta
dkk, 2012).
Pati yang biasa digunakan sebagai bahan pengikat adalah pati
jagung, pati singkong, pati gandum, dan pati kentang. Pati singkong dipilih
sebagai pengikat karena mengandung amilopektin yang lebih besar
dibandingkan pati yang lain yaitu sekitar 83% sehingga memiliki
kemampuan pengikat yang lebih baik (Rowe, et al., 2009).
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang timbul adalah:
1. Apakah kombinasi ekstrak daun pare, rimpang bangle, dan temu putih
dapat dibuat dalam bentuk granul dan sediaan kapsul ?
2. Apakah varian konsentrasi pati sebagai bahan pengikat mempengaruhi
karakteristik granul kombinasi ekstrak daun pare (Momordica charantia
L.) rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.), dan temu putih
(Curcuma zeodaria Rosc.) ?
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah kombinasi ekstrak daun pare, rimpang
bangle, dan temu putih dapat dibuat dalam bentuk granul dan sediaan
kapsul.
2. Untuk mengetahui pengaruh varian konsentrasi pati sebagai bahan
pengikat terhadap karakteristik granul kombinasi ekstrak daun pare.
4
(Momordica charantia L.) rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.),
dan temu putih (Curcuma zeodaria Rosc.).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Temu Putih
II.1.1 Klasifikasi Temu Putih
Berdasarkan taksonominya, temu putih diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma zedoaria Rosc. (Dio, 2008)
II.1.2 Kandungan dan Khasiat Temu Putih
Temu putih telah digunakan secara tradisional untuk mengatasi
berbagai macam penyakit diantaranya sakit perut, stagnasi darah, diare,
coryza, gangguan kulit, dan rematik. Temu putih juga digunakan untuk
mengobati karminatif, dan untuk pengobatan pilek dan infeksi. Kandungan
kurkumin, dimetoxycurcumin dan bisdemethoxycurcumin diisolasi dari
tanaman ini dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan dan anti inflamasi
(Sumathi S, et al., 2013 ).
6
Kandungan senyawa kimia rimpang bangle adalah fenol, saponin,
flavonoid, glikosida, steroid dan terpenoid (Sumathi S, et al., 2013).
Kurkumin, dimethoxycurcumin dan bisdemethoxycurcumin diisolasi dari
tanaman ini dilaporkan untuk aktivitas antioksidan dan anti-inflamasi
(Paramapojn dan Gritsanapan, 2009). Temu putih juga mengandung
minyak atsiri yang memiliki efek antibakteri terhadap Vibrio cholerae,
Salmonella enteritidis, dan E. coli (Lobo R, et al., 2009).
II.2 Daun Pare
II.2.1 Klasifikasi Daun Pare
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies : Momordica charantia L. (Kumar dan Debjit, 2010)
II.2.2 Kandungan dan Khasiat Daun Pare
Tanaman pare (Momordica charantia L.) merupakan kelompok
tumbuhan Cucurbitaceae yang mengandung beberapa senyawa aktif
diantaranya polisakarida, peptida, protein, lipid, terpenoid, saponin, fenol
dan sterol (Jia S, et al., 2017). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Ida Partiwa (2010) ekstrak daun pare memiliki efek mukolitik.
7
Daun pare dikenal masyarakat sebagai obat cacing pada anak anak,
obat batuk, obat demam nifas, obat kencing nanah, malaria, obat mual.
II.3 Rimpang Bangle
II.3.1 Klasifikasi Rimpang Bangle
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber purpureum Roxb. (Muhlisah, 2011)
II.3.2 Kandungan dan Khasiat Rimpang Bangle
Tanaman herbal ini berkhasiat sebagai obat demam, obat perut
nyeri, obat sembelit, obat masuk angin, obat cacing dan obat encok.
Ekstrak etanol rimpang bangle mengandung senyawa terpenoid dan
beberapa senyawa yang bersifat meredam radikal bebas. Ekstrak dengan
konsentrasi mulai dari 1% b/b dapat berpotensi untuk dikembangkan
dalam sediaan topikal untuk antiinflamasi pada kulit (Wulansari dkk, 2018).
Secara empiris, rimpang bangle telah lama digunakan sebagai obat
sakit kepala, obat sakit perut, obat masuk angina, pencahar, obat luka,
memiliki aktivitas antiinflamasi dan antioksidan. Hasil isolasi ekstrak air
rimpang bangle teridentifikasi 3 senyawa diantaranya (E)-4-(3’,4’-
8
dimetoksifenil)but-3-en-1-il-asetat (1), (E)-4-(3’,4’- dimetoksifenil)but-3-en-
1-1-ol (2) dan 2-Metoksi-8- (3,4-dimetoksifenil)-1,4-naptokuinon (3)
(Hartati dkk, 2013).
II.4 Kapsul
Kapsul merupakan bentuk sediaan umum yang tersusun dari gelatin
dan dirancang untuk formulasi yang mengandung bahan obat. Ada 2 jenis
kapsul, yaitu kapsul gelatin keras dan kapsul gelatin lunak. Berbagai jenis
formulasi dapat dimasukkan ke dalam bagian kapsul. Misalnya serbuk,
granul, semi padat, cairan, dan gek yang tidak mengandung air yang
dapat diisi ke dalam kapsul keras. Kapsul gelatin keras biasanya diisi
dengan cairan yang tidak berair yang mengandung zat terapeutik yang
didespersikan atau dilarutkan dengan pembawa (fastrack).
Keuntungan formulasi kapsul:
1. Penggunaan kapsul dapat menghindari banyak operasi unit yang
terkait pembuatan tablet.
2. Kapsul mudah digunakan untuk cairan yang diberikan secara oral
kepada pasien dalam bentuk dosis unit
3. Kapsul sulit untuk dipalsukan
4. Stabilitas agen terapeutik dapat ditingkatkan ketika diformulasi
dalam bentuk sediaan kapsul (Jones, 2008)
Kapsul gelatin keras mengandung 13% - 16% kadar kelembaban.
Namun, ketika kapsul gelatin keras berada pada kelembaban tinggi maka
kapsul akan terdistorsi dan kehilangan bentuknya yang kaku. Dalam
9
lingkungan yang sangat kering, kelembaban dalam kapsul akan
menghilang sehingga kapsul menjadi rapuh dan hancur. Sehingga,
kapsul dapat disimpan pada lingkungan yang bebas dari kelembaban atau
kekeringan yang berlebihan. Kelembaban yang diserap oleh kapsul dapat
mempengaruhi agen higroskopis didalamnya (Ansel, et al., 2011).
Eksipien pada kapsul mirip dengan eksipien yang digunakan pada
formulasi tablet, termasuk diluen, pengikat, disintegran, surfaktan, glidan,
pelumas, dan pewarna (Gad, 2008).
II.5 Granul
Granul disiapkan dengan membentuk aglomerat dari serbuk yang
lebih kecil. granul berbentuk tidak teratur. Ukuran granul berkisar ukuran
ayakan nomor mesh 4-12, meskipun granul dapat disiapkan dari berbagai
ukuran mesh tergantung pada kebutuhan (Ansel, et al., 2011).
Granul memiliki aliran yang lebih baik dibandingkan dengan serbuk.
Karakteristik penting lainnya adalah karena luas permukaan granul kurang
dari volume serbuk yang sebanding sehingga granul lebih stabil terhadap
efek kelembaban dibandingkan dengan serbuk. Granul juga lebih mudah
dibasahi daripada serbuk ringan dan halus (cenderung mengapung diatas
permukaan) (Ansel, et al., 2011).
Granul disiapkan dengan metode granulasi basah dan metode
granulasi kering. Granulasi basah melibatkan massa campuran partikel
serbuk kering menggunakan cairan granulasi. Cairan yang biasa
10
digunakan untuk granulasi adalah air, etanol, dan isopropanol. Dapat
berbentuk cairan tunggal maupun kombinasi. Air biasanya digunakan
untuk alasan ekonomis dan ekologis. Kerugiannya sebagai pelarut adalah
dapat mempengaruhi stabilitas obat, menyebabkan hidrolisis produk yang
rentan, dan membutuhkan waktu pengeringan yang lebih lama dari pada
pelarut organik (Gad, 2008).
II.6 Uraian Bahan
II.6.1 Aerosil
Aerosil atau Cab-O-Sil merupakan silika submiktoskopik dengan
ukuran partikel sekitar 15 nm. Berbentuk bubuk yang ringan, tidak berbau,
tidak berasa, dan tidak berwarna. Aerosil memiliki pH 3,8-4,2 ketika
didispersikan pada konsentrasi 4% b/v. Memiliki densitas sebesar 0,025-
0,042 g/cm3. Aerosil praktis tidak larut dalam pelarut organik, air, dan
asam (kecualli asam hidrofluorat), larut dalam larutan panas alkali
hidroksida. Membentuk dispersi koloid dengan air. Kelarutan dalam air
adalah 150 mg/L (Rowe, et al., 2009).
Aerosil dapat digunakan sebagai adsorben, penstabil emulsi, glidan,
pensuspensi, dan bahan pengental. Bersifat higroskopis yang dapat
menyerap air tanpa mencairkannya. Aerosil harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat. Tidak kompatibel dengan dietilstilbestrol (Rowe, et al.,
2009).
11
II.6.2 Ac-Di-Sol
Ac-Di-Sol merupakan polimer silang karboksimetilselulosa. Bahan
ini biasa digunakan sebagai desintegran untuk kapsul, tablet, dan granul.
Ac-Di-Sol berbentuk bubuk, berwarna ptih atau keabu-abuan, dan tidak
berbau. Memiliki kelarutan yang tidak larut dalam air, meskipun cepat
membengkak 4-8 kali volume aslinya. Ketika digunakan dalam sistem
berair pada pH 0-7,5 Ac-Di-Sol efektif dalam meningkatkan viskositas
suatu sistem. Namun ketika digunakan pada pH lebih besar dari 7,5 maka
sifat penambah viskositas berkurang. Ac-Di-Sol praktis tidak larut dalam
aseton, etanol, dan toluen. Bahan stabil walaupun bersifat higroskopis.
Ac-Di-Sol tidak kompatibel dengan asam kuat atau dengan garam besi
yang larut dan beberapa logam seperti aluminium, merkuri, dan seng
(Rowe, et al., 2009).
Ac-Di-Sol banyak digunakan dalam produk farmasi oral dan topikal.
Penggunaan bahan ini sebagai injeksi intraperitoneal dan subkutan dapat
menghasilkan reaksi jaringan lokal atau granuloma. Karena itu, Ac-Di-Sol
tidak bisa diberikan secara parenteral (Rowe, et al., 2009).
II.6.3 Pati Singkong
Pati merupakan eksipien yang digunakan terutama dalam formulasi
sediaan padat oral dimana pati digunakan sebagai pengikat, pengisi, dan
desintegran. Pati berbentuk bubuk, tidak berbau, tidak berasa, halus, dan
berwarna putih. Pati umumnya bersifat kohesif dan memiliki karakteristik
aliran yang buruk. Sifat aliran sangat bergantung pada kadar air. Semua
12
jenis pati bersifat higroskopis dan menyerap kelembaban atmosfer untuk
mencapai kelembaban kesetimbangan. Pati praktis tidak larut dalam
etanol dingin (96%) dan dalam air dingin. Pati membengkak secara instan
dalam air sekitar 5-10% pada suhu 37°C. Pati menjadi larut air panas
pada suhu diatas suhu gelatinisasi. Pati sebagian larut dalam
dimetilsulfoksida dan dimetilformamida. Pati tidak kompatibel dengan zat
pengoksidasi kuat. Senyawa inklusi berwarna dibentuk dengan yodium
(Rowe, et al., 2009).
Dalam formulasi, pasta pati yang baru disiapakan pada konsentrasi
3-20% b/b (biasanya 5-10%, tergantung pada jenis pati) sebagai pengikat
untuk granulasi basah. Pati stabil jika terlindung dari kelembaban yang
tinggi. Larutan pasta pati secara fisik tidak stabil dan siap dimetabolisme
oleh mikroorganisme, kerena itu pati harus disiapkan baru ketika
digunakan untuk granulasi basah (Rowe, et al., 2009).
Pati singkong merupakan pati yang didapatkan dari tanaman
singkong (Singkong utlissima). Mengandung 73-80 % amilopektin dan 17-
20 % amilosa. Kandungan amilopektin dalam pati singkong lebih besar
dibandingkan dengan pati yang lain sehingga memiliki kemampuan
pengikat yang lebih baik (Rowe, et al., 2009).
II.6.4 Avicel PH 101
Avicel atau Mikrokristalin selulosa adalah selulosa yang dimurnikan
dan terdepolimerisasi sebagian sebagai bubuk kristal putih, tidak berbau,
13
tidak berasa, dan terdiri dari partikel berpori. Avicel PH 101 memiliki kadar
air kurang dari 5% b/b. Avicel bersifat higroskopis. Avicel PH 101 sedikit
larut dalam natrium hidrosida 5% b/v, praktis tidak larut dalam air, asam
encer, dan sebagian besar pelarut organik (Rowe, et al., 2009).
Avicel banyak digunakan dalam farmasi, terutama sebagai pengikat
atau diluen dalam tablet oral dan formulasi kapsul dimana avicel
digunakan dalam proses granulasi basah dan kompresi langsung. Selain
sebagai pengikat atau diluen, avicel juga memiliki sifat pelumas dan
disintegran. Avicel merupakan bahan yang stabil meskipun higrokopis.
Tidak kompatibel dengan agen pengoksidasi kuat. Avicel harus disimpan
dalam wadah tertutup rapat ditempat yang sejuk dan kering (Rowe, et al.,
2009).
II.6.5 Magnesium Stearat
Magnesium stearat banyak digunakan dalam kosmetik, makanan,
dan formulasi obat. Magnesium stearat berbentuk serbuk sangat halus,
berwarna putih, memiliki sedikit aroma asam stearat dan rasa yang khas.
Magnesium stearat praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter, dan
air, sedikit larut dalam benzena hangat dan etanol hangat (95%).
Magnesium stearat biasanya digunakan sebagai pelumas dalam
pembuatan kapsul dan tablet dengan konsentrasi 0,25-5,0% (Rowe, et al.,
2009).
14
Magnesium stearat stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat ditempat yang sejuk dan kering. Magnesium stearat tidak dapat
digunakan dalam produk yang mengandung aspirin, beberapa vitamin,
dan sebagian besar garam alkaloid. Magnesium stearat tidak kompatibel
dengan bahan pengoksida kuat, asam kuat, alkali, dan garam besi (Rowe,
et al., 2009).
II.6.6 Talk
Talk adalah bubuk kristal yang sangat halus, putih hingga keabu
abuan, tidak berbau, tidak bisa ditembus, tidak mengandung karat. Mudah
menempel pada kulit dan lembut saat disentuh. Praktis tidak larut dalam
asam encer dan alkali, pelarut organik, dan air. Tal tidak kompatibel
dengan senyawa amonium kuartener. Talk harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat di tempat yang sejuk dan kering (Rowe, et al., 2009).