F.prawesty Diah Utami

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 F.prawesty Diah Utami

    1/10

     ISBN: 978-979-98438-8-3

    555

    FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN INFEKSI

    PARASIT USUS PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KELURAHAN KEDUNG

    COWEK (DAERAH PESISIR) SURABAYA

    Prawesty Diah Utami*

    , Herin Setianingsih 

    Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya

    *E-mail: [email protected]

    ABSTRACT

     Efforts towards civil society and sustainable will not materialize if the level of public

    health is still low especially associated with high prevalence of intestinal parasitic

    infections (intestinal protozoa and worm) in Indonesia. Most frequent intestinal parasite

    infects children and toddlers with socio-economic status is low and poor sanitation -hygiene. Subdistricts of Kedung Cowek is one area in the coast with the appropriate

    conditions for the development and transmission of the parasite's intestine. With regard to

    the impact of intestinal parasitic infection that is so great for health, then the purpose of

    this research is to know the description of the intestinal parasites infection in Kelurahan

    Kedung Cowek and to identify the factors affecting intestinal parasitic infections are high

    numbers, so prevention measures can be carried out. The research method is cross

    sectional by examine the stool (intestinal parasite infection diagnosis), interview with

    questionnaire (knowing attitude and behavior) and direct observation on the living

    conditions of the respondents. Statistical analysis using correlation test bivariat with α 

    value = 0.05. The results show that there is a significant relationship between the behavior

    of washing hands before eating (p = 0.006 < α), behavior bite nails (p = 0, 001 < α), the

    habit of cutting the nail (p = 0, 009 < α). Income level of the elderly also affect to intestinal

     parasite infections (p = 0.028 < α). The results obtained on the insignificant  are the type ofwork the parents (p = 0. 6 < α) and parent education level (p = 0.37 < α;).

    Keywords : parasites, intestinal, children

    PENDAHULUAN

    Dalam rangka mewujudkan masyarakat madani dan lestari, dibutuhkan masyarakat yang sehat

    baik secara fisik maupun mental. Masih tingginya angka kejadian infeksi di Indonesia,

    menunjukkan masih kurangnya kesehatan fisik masyarakat. Salah satu masalah kesehatan di negara

    kita adalah masih tingginya prevalensi infeksi parasit usus. Indonesia merupakan salah satu negara

    yang berkembang dengan kondisi iklim tropis, kelembapan yang tinggi dan kondisi sanitasi danhigiene yang masih rendah menjadikan negara ini menjadi tempat yang sesuai untuk penyebaran

    berbagai penyakit parasit usus (kecacingan maupun protozoa usus).

    Terdapat beberapa cacing parasit usus yang sering menginfeksi manusia antara lain  Ascaris

    lumbricoides (cacing gilig), Trichuris trichiura (cacing cambuk), Ancylostoma duodenale – Necator

    americanus atau sering disebut sebagai cacing tambang (Norhayati, 2003). Beberapa protozoa usus

    yang juga sering meninfeksi manusia adalah  Entamoeba histolytica, Giardia lamblia  dan

     Balantidium coli  (Norhayati, dkk, 2003). Dari beberapa penelitian diketahui bahwa prevalensi

    infeksi parasit usus di Indonesia masih tinggi. Angka kejadian Ascariasis di Indonesia antara 40 –

    60 % , menginfeksi semua kelompok umur, tetapi lebih sering ditemukan pada anak-anak usia 5

    sampai 10 tahun dengan prevalensi 60 – 80 % (Margono, 2001; Darnely dan Sungkar, 2011). Begitu

    pula dengan Trichuriasis juga banyak ditemukan pada anak – anak dengan prevalensi sekitar 30 –

    90 % (Diarsvitri, dkk, 2008; Darnely dan Sugkar, 2011). Sedangkan untuk infeksi cacing tambang

    banyak didapatkan di temukan pada pekerja perkebunan yang kontak langsung dengan tanah

  • 8/18/2019 F.prawesty Diah Utami

    2/10

    Prosiding Seminar Nasional 2013

     Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

    556

    dengan prevalensi sekitar 30 – 40 %. Prevalensi infeksi protozoa jauh lebih rendah dibandingkan

    infeksi kecacingan, dimana prevalensi amoebiasis (infeksi  Entamoeba histolytica) 10 – 18 %,

    prevalensi giardiasis (infeksi G.lamblia) sekitar 2 – 25 % , dan balantidosis ( infeksi  B.coli)

    prevalensinya sekitar 1,5 – 3,5 % (Anorital, dkk, 2010; Lesmana, dkk, 2013). Berdasarkan

    gambaran prevalensi infeksi parasit usus diatas, menyebabkan infeksi parasit usus menjadi salahsatu masalah kesehatan di Indonesia, yang memerlukan penanganan serius untuk menurunkan

    prevalensinya.

    Upaya Kementerian Kesehatan untuk menurunkan prevalensi infeksi parasit usus dengan

    menetapkan kebijakan operasional untuk memutuskan rantai penularan, (INE, 2010; Pusat

    Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, 2010). Untuk mencapai tujuan

    tersebut, Kementerian Kesehatan dan jajarannya mengharuskan dilakukannya kegiatan sosialisasi

    dan advokasi, pemeriksaan tinja minimal 500 anak SD per kabupaten/kota, intervensi melalui

    pengobatan dan promosi kesehatan, meningkatkan kemitraan, integrasi program, pencatatan dan

    pelaporan serta monitoring-evaluasi (Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian

    Kesehatan RI, 2010).

    Tingginya angka infeksi parasit usus dapat dipengaruhi beberapa hal antara lain perilakumasyarakat, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dan rendahnya tingkat pendapatan

    masyarakat. Perilaku hidup masyarakat yang kurang bersih akan menjadai pintu masuk terjadinya

    infeksi parasit uus seperti perilaku tidak mencuci tangan sebelum makan, memotong kuku,

    kebiasaan menggigit atau menghisap jari pada anak – anak, kebiasaan buang air besar sembarangan,

    kebiasaan makan sayuran mentah yang cara pencuciannya tidak higienis sehingga tercemar telur

    atau kista parasit usus. Rendahnya pendidikan masyarakat akan berdampak pada rendahnya tingkat

    pengetahuan masyarakat tentang infeksi parasit usus dan cara pencegahannya. Sedangkan tingkat

    pendapatan yang rendah akan berpengaruh pada kemampuan masyarakat untuk menyediakan sarana

    MCK (mandi, cuci dan kakus) yang memadai sehingga (Refirman, 1998; JIIPP Badan Litbang

    Kesehatan, 2001; Crompton, et.al, 2003a; Crompton, et.al, 2003b; Ginting, 2005; Ernawati, 2006;Agoes, 2007).

    Dampak dari infeksi parasit usus bersifat kronis (membutuhkan waktu yang panjang untuk

    munculnya gejala yang nyata) sehingga sering diabaikan oleh masyarakat. Infeksi parasit usus dapat

    menyebabkan hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak (gangguan status gizi), penurunan

    daya pikir, penurunan prestasi dan produktivitas, anemia serta berat bayi lahir rendah jika

    kecacingan terjadi pada ibu hamil (Abidin dan Hadidjaja, 2003; Chwaya and Stolzfus, 2003;

    Crompton, dkk, 2003b; Hlaing, et.al, 2003; Kvalsvig, 2003; Brooker, dkk, 2008; Ali, dkk, 2011).

    Kelurahan Kedung Cowek merupakan salah satu kelurahan yang terletak di daerah pesisir,

    dimana sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Di daerah ini belum

    pernah dilakukan pemeriksaan tinja pada masyarakatnya, sehingga belum diketahui bagaimana

    gambaran infeksi parasit ususnya. Berdasarkan pengamatan pada penelitian pendahuluan terdapatbeberapa faktor yang diduga dapat berpengaruh pada angka kejadian infeksi parasit usus yaitu

    antara lain tingkat pendidikan, pendapatan, dan prilaku masyarakat Kedung Cowek tentang hidup

    bersih yang masih rendah. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diidentifikasi faktor apa

    saja yang berpengaruh pada infeksi parasit usus di Kelurahan kedung Cowek, sehingga dapat

    dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangannya.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional yang

    dilakukan mulai bulan April - September 2013. Untuk mengetahui angka infeksi parasit usus

    dilakukan melalui pemeriksaan feses. Wawancara dengan kuesioner digunakan untuk

    mengidentifikasi faktor – faktor yang diduga berpengaruh pada angka kejadian infeksi parasit ususseperti perilaku responden, tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua dan tingkat

    pendapatan masyarakat.

  • 8/18/2019 F.prawesty Diah Utami

    3/10

     

    Sampel penelitian ini adal

    parasit usus) yang bertempat tin

    memenuhi kriteria inklusi dan ek

    3 – 6 tahun ) yang tinggal di K

    sampai satu bulan sebelum penegagal ginjal atau penyakit jan

    persetujuan oleh orangtuanya.  I

    Sedangkan kriteria eksklusinya a

    dilaksanakan atau tidak mau ikut

    Untuk mengumpulkan inf

    kejadian infeksi parasit usus dil

    kepada orangtua responden. 

    Data mengenai gambaran

    berupa pemeriksaan tinja/ feses

    kontainer kosong yang telah

    morfologi telur atau kista parasisatu dan Kalium dikromat 2,5 %

    (nama dan alamat). Tim penelit

    dalam kontainer dan sampel tinj

    maupun kista/trofozoit protozoa

    dan Bruckner, 1996).

    Analisis data menggunak 

    mengetahui bagaimana pengaru

    pendapatan dan jenis pekerjaan

    di Kelurahan Kedung Cowek Ke

     

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dari pengumpulan samp

    tahun) yang dipilih secara clust

    pada grafik di bawah ini :

    Grafik 1 . Kar

     I

    557

    h anak prasekolah yang berusia 3 – 6 tahun

    gal di Kelurahan Kedung Cowek Kecamata

    sklusi penelitian. Kriteria inklusi adalah ana

    lurahan Kedung Cowek dan tidak minum

    litian dilaksanakan, tidak menderita penyakung, mengisi kuesioner dan mengumpulk

     form consent dilakukan setelah diinformasi

    nak yang minum obat cacing sampai satu bu

    serta dalam penelitian ini.

    rmasi yang terkait dengan faktor – faktor y

    akukan dengan melakukan wawancara kues

      infeksi parasit usus dilakukan dengan pen

    anak usia prasekolah. Setiap responden pe

    iberi zat preservatif/pengawet supaya ti

    usus formalin 10 % (Garcia dan Bruckner,(Kurniawan, dkk, 2009) pada kontainer lai

    menginformasikan cara pengambilan dan

     /feses dikumpulkan pada hari berikutnya. I

    dengan metode konsentrasi dan menggunak

    n  metode korelasi bivariat (Spearman) de

    h faktor perilaku, faktor tingkat pendidika

    asyarakat terhadap infeksi parasit usus pad

    amatan Bulak Surabaya.

    l didapatkan 70 sampel anak yang berusia

    r random sampling , gambaran karakteristi

    kteristik Usia Anak Yang Menjadi Sampel Penelit

     

     BN: 978-979-98438-8-3

    (usia rentan terinfeksi

    Bulak Surabaya yang

    berusia prasekolah (

    bat cacing setidaknya

    it kronis seperti TBC,an feses serta diberi

    kan tujuan penelitian.

    lan sebelum penelitian

    ang berpengaruh pada

    ioner secara langsung

    umpulan data primer

    nelitian diberikan dua

    ak merusak struktur

    1996) pada kontainernnya serta diberi label

    enyimpanan feses ke

    entifikasi telur cacing

    an mikroskop (Garcia

    gan α  = 0.05, untuk

    n masyarakat, tingkat

    a anak usia prasekolah

    ra sekolah (usia 3 – 6

    sampel dapat dilihat

    ian

  • 8/18/2019 F.prawesty Diah Utami

    4/10

    Prosiding Seminar Nasional 2013

     Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

    558

    Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa usia anak prasekolah yang menjadi sampel

    penelitian ini yang terbanyak adalah anak usia 3 tahun (39 %), yang kedua adalah usia 5 tahun

    (34%) dan yang terakhir adalah usia 4 tahun ( 27 %).

    Hasil pemeriksaan tinja/feses responden menunjukkan gambaran distribusi frekuensi sebagaiberikut :

    Tabel 1. Distribusi Frekuensi Temuan Parasit Berdasarkan Jenis Kelamin

    Jenis Kelamin Temuan parasit pada feses Jumlah %

    Tidak Ada % Ada %

    Laki - Laki 19 27.14 17 24.29 36 51.43

    Perempuan 23 32.86 11 15.71 34 48.57

    Total 43 60.00 27 40.00 70 100

    Berdasarkan data diatas tampak bahwa 40 % subyek penelitian ditemukan adanya parasit

    usus, dimana subyek penelitian berjenis kelamin laki – laki (24,29 %) lebih banyak dibandingkansubyek yang berjenis kelamin perempuan ( 15,71 % ). Hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa

    terjadi kontak yang cukup tinggi antara tinja/ feses dengan sampel penelitian (anak usia prasekolah).

    Seseorang dapat terinfeksi parasit usus jika telur/kista parasit usus tersebut dapat masuk ke dalamtubuh seseorang dimana pada umumnya melewati rute fecal oral (feses/tinja ke mulut) atau hand to

    mouth (tangan ke mulut) (Ideham dan S Pusarawati, 2007)

    Hasil pemeriksaan tinja/feses juga ditemukan adanya beberapa macam parasit usus, yang

    dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 2. Jenis Parasit Usus yang Ditemukan Pada Pemeriksaan Feses

    Jenis parasit yang ditemukan pada feses Jumlah %

    Cacing ( A.lumbricoides, T.Trichiura dan hookworm) 0 0.00

    Giardia lamblia 2 2.9

     Balantidium coli 18 25.7

     Entamoeba coli 8 11.4

    TOTAL 28 40.00

    Dari tabel diatas tampak bahwa infeksi cacing tidak ditemukan pada semua sampel,

    sedangkan infeksi protozoa usus cukup tinggi yaitu total 40 % dimana infeksi  B.coli  paling tinggi

    (25.7 %) dibandingkan infeksi E.coli (11.4%) dan infeksi G.lamblia (2.9.%).

    Dari pemeriksaan tinja/feses tidak ditemukan adanya infeksi kecacingan, terutama soil

    transmitted helminthes/ STH   ( Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,  Ancylostoma duodenale, Necator americanus  ) pada sampel penelitian. Hasil tersebut kemungkinan disebabkan karena

    kondisi lingkungan yang tidak optimum untuk perkembangan cacing terutama soil transmitted

    helminthes (STH). Dalam perkembangannya, cacing STH membutuhkan tanah yang lembab dan

    tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Kondisi lingkungan dan iklim di kelurahan Kedung

    Cowek pada saat dilakukannya penelitian adalah musim kering yang sangat panas sehingga tidak

    memungkinkan perkembangan telur cacing. Karena tidak optimalnya kondisi tanah tersebut maka

    akan memutus rantai penularan cacing STH. Terbalik dengan hasil temuan cacing pada

    pemeriksaan feses, terdapat angka kejadian infeksi protozoa usus ( B.coli  dan Giardia lamblia)

    yang cukup tinggi yaitu sebesar 40 %. Angka tersebut lebih besar dari rata – rata prevalensi infeksi

    protozoa usus di Indonesia. Berbeda dengan cacing STH, pada protozoa usus tidak memerlukan

    media tanah dalam penularannya. Kista protozoa yang keluar bersama dengan tinja penderitalangsung bersifat infektif, sehingga memungkinkan penularan dari 1 orang ke orang yang lain. Hasil

    penelitian di daerah pesisir – Gisik Cemandi oleh Utami dkk menunjukkan hasil yang berbeda

  • 8/18/2019 F.prawesty Diah Utami

    5/10

     ISBN: 978-979-98438-8-3

    559

    dalam pemeriksaan parasit ususnya karena dari 56 % sampel yang mengandung parasit semuanya

    merupakan parasit cacing sedangkan protozoa ususnya tidak ditemukan (Utami P D dan Diarsvitri,

    2011).

    Temuan parasit usus tidak semuanya bersifat patogen (menyebabkan penyakit pada manusia),

    karena ditemukan juga parasit usus yang bersifat non patogen seperti  Entamoeba coli  yang tidakmenyebabkan gejala apapun pada manusia. Gambaran distribusi temuan parasit usus yang bersifat

    patogen berdasarkan usia sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

    Tabel 2. Distribusi Frekuensi Temuan Parasit Usus Patogen Berdasarkan Usia Sampel

    Keterangan Temuan parasit usus yang patogen

    Tidak % Ada % Total %

    Usia 3 Tahun 18 25.71 9 12.86 27 38.57

    4 Tahun 14 20.00 5 7.14 19 27.14

    5 Tahun 18 25.71 6 8.57 24 34.29

    Total 50 71.43 20 28.57 70 100.00

    Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa kelompok usia yang paling banyak terinfeksi parasit

    patogen adalah pada kelompok usia 3 tahun ( 12,86%). Temuan parasit patogen pada pemeriksaan

    total sampel adalah 28.57 % , sehingga jika sampel yang terinfeksi parasit patogen tidak diterapi

    secara adekuat akan menyebabkan munculnya gejala klinis seperti diare, nyeri perut, penurunan

    nafsu makan, malnutrisi, dll.

    Salah satu tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh atau

    yang berhubungan dengan infeksi parasit usus. Kemungkinan pertama adalah faktor perilaku

    masyarakat yang kurang bersih (Fatimah, dkk, 2011). Hasil uji analisis statistik dapat dilihat pada

    tabel dibawah ini :

    Tabel 3. Hasil Analisis Statistik Hubungan Faktor Perilaku Masyarakat dengan Infeksi Parasit Usus Anak Usia3 – 6 Tahun di Kel. Kedung Cowek Surabaya

    Prilaku dan Kebiasaan Temuan parasit usus pada feses Analisis

    statistikParasit

    ada

    % Parasit

    tidak ada

    %

    Kebiasaan mencuci

    tangan sebelum

    makan

    Tidak 21 30.00 18 25.71 P= 0.006

    ( p < α = 0.05)Ya 7 10.00 24 34.29

    Kebiasaan

    memotong kuku 1

    kali/ minggu

    Tidak 16 22.86 11 15.71 P = 0.009

    ( p < α =

    0.05)Ya 12 17.14 31 44.29

    Kebiasaan menggigit

    kuku/menghisap jariTidak 9 12.86 31 44.29 P = 0.001

    ( p < α =

    0.05)Ya 19 27.14 11 15.71

    Kebiasan BAB di

    WCTidak 0 0 8 11.43 P = 0.8

    (p > α = 0.05)Ya 28 40.00 34 48.57

    Kebiasaan merebus

    air minumTidak 6 8.57 14 20.00 P = 0.24

    ( p > α = 0.05)Ya 22 31.43 28 40.00

    Observasi

    kebersihan kukuTidak

    bersih

    10 14.29 21 30.00 P = 0.2

    ( p > α = 0.05)

    Bersih 18 25.71 21 30.00

    Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa ada beberapa perilaku masyarakat yang

    berpengaruh atau ada hubungan dengan infeksi parasit usus yaitu antara lain kebiasaan mencucitangan, kebiasaan memotong kuku 1 kali / minggu dan kebiasaan menggigit kuku atau menghisap

     jari. Sedangkan untuk prilaku atau kebiasaan merebus air minum, kebiasaan BAB di WC dan hasil

  • 8/18/2019 F.prawesty Diah Utami

    6/10

    Prosiding Seminar Nasional 2013

     Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

    560

    observasi kebersihan kuku tidak berhubungan dengan infeksi parasit usus. Tingginya infeksi

    protozoa usus disebabkan karena beberapa perilaku masyarakat yang mendukung proses penularan

    kista protozoa seperti kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan yang tinggi ( 55.71%),

    kebiasaan menggigit kuku atau menghisap jari pada anak (42.85 %) dan kebiasaan tidak memotong

    kuku 1 kali / minggu ( 38,57 %).Faktor lain yang bisa berpengaruh terhadap kejadian infeksi parasit usus adalah faktor tingkat

    penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua subyek penelitian. Hasil uji statistik

    berbagai faktor diatas terhadap infeksi parasit usus menunjukkan hasil sebagai berikut :

    Tabel 4. Hasil Analisis Statistik Hubungan Faktor Pendidikan Ibu dengan Infeksi Parasit Usus Anak Usia 3 – 6

    Tahun di Kel. Kedung Cowek Surabaya

    Pendidikan Ibu Temuan parasit Total %

    Tidak ada % Ada %

    Tamat SD  20 28.57 16 22.86 36 51.43

    Tamat SLTP  10 14.29 5 7.14 15 21.43

    Tamat SLTA  7 10.00 7 10.00 14 20.00

    Tamat Perguruan Tinggi  5 7.14 0 0.00 5 7.14

    Total  42 60.00 28 40.00 70 100.00

    Analisis Statistik   p = 0.37 ( p > α )

    Dari tabel 4 diketahui bahwa hasil analisis statistik tingkat pendidikan orang tua tidak

    berpengaruh terhadap infeksi parasit usus dimana p > dari α, meskipun secara deskriptif ada

    perbedaan jumlah temuan parasit usus pada tingkat pendidikan yang rendah (hasil temuan parasit

    usus pada tamatan SD jauh lebih besar daripada tamatan tingkat pendidikan lainnya). Pada

    masyarakat dengan pendidikan yang lebih rendah kemungkinan memiliki tingkat pengetahuan

    tentang parasit usus yang juga rendah dibandingkan kelompok masyarakat dengan tingkat

    pendidikan yang lebih tinggi, sehingga berpengaruh pada tingginya angka kejadian infeksi parasitusus (temuan parasit usus pada kelompok masyarakat dengan tingkat pendidikan SD adalah 22,86

    %, lebih tinggi dari kelompok lainnya). Walaupun secara statistik belum menunjukkan adanya

    hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian infeksi parasit usus.

    Tabel 5. Hasil Analisis Statistik Hubungan Faktor Jenis Pekerjaan Orang Tua dengan Infeksi Parasit Usus

    Anak Usia 3 – 6 Tahun di Kel. Kedung Cowek Surabaya

    Mata Pencaharian Temuan Parasit Total %

    Tidak

    Ada

    % Ada %

    Nelayan 14 20.00 6 8.57 20 28.57

    Bukan Nelayan 28 40.00 22 31.43 50 71.43Total 42 60.00 28 40.00 70 100.00

    Analisis Statistik p = 0.7 (p > α = 0.05)

    Kelurahan Kedung Cowek merupakan daerah pesisir, secara garis besar masyarakat pada

    umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Namun pada data tabel 5 menunjukkan jika sampel

    penelitian banyak yang bekerja bukan sebagai nelayan. Kelompok bukan nelayan sendiri mewakili

    beberapa macam pekerjaan orang tua seperti kuli bangunan, pedagang maupun pegawai swasta.

    Berdasarkan hasil analisis statistik pada tabel 5 dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif

    kelompok mata pencaharian yang bukan nelayan memiliki angka temuan parasit usus yang lebih

    tinggi dari kelompok nelayan. Secara statistik menunjukkan bahwa jenis pekerjaan atau mata

    pencaharian orang tua tidak berpengaruh pada infeksi parasit usus pada anak.

  • 8/18/2019 F.prawesty Diah Utami

    7/10

     ISBN: 978-979-98438-8-3

    561

    Tabel 6. Hasil Analisis Statistik Hubungan Tingkat Pendapatan Orang Tua dengan Infeksi Parasit Usus Anak

    Usia 3 – 6 Tahun di Kel. Kedung Cowek Surabaya

    Pendapatan Orang Tua Temuan parasit usus TOTAL %

    Tidak

    ada 

    % Ada  %

    < Rp 500.000 9 12.86 2 2.86 11 15.71

    Rp 500.000 - 1.000.000 33 47.14 23 32.86 56 80.00

    > Rp 2.000.000 0 0.00 3 4.29 3 4.29

    Total 42 60.00 28 40.00 70 100.00

    Analisis Statistik p = 0.028 ( p < α = 0.05) 

    Dari tabel 6 diatas dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif terdapat perbedaan temuan

    parasit usus pada kelompok pendapatan Rp 500.000 – Rp 1000.000 jauh lebih tinggi dengan

    kelompok lainnya. Setelah dilakukan uji statistik, ternyata hasilnya menunjukkan bahwa terdapat

    interaksi / hubungan antara faktor penghasilan orang tua dengan infeksi parasit usus, sedangkan

     jenis pekerjaan dan pendidikan tidak berinteraksi / tidak berhubungan dengan infeksi parasit usus.

    Hasil analisis statistik tentang pengaruh/ hubungan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan

    dan jenis pekerjaan masyarakat dengan infeksi parasit usus menunjukkan hasil bahwa hanya faktor

    penghasilan saja yang berhubungan sedangkan untuk pendidikan dan jenis pekerjaan tidak

    berhubungan dengan infeksi parasit usus. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pendidikan orang

    tua dan jenis pekerjaan masyarakat tidak mempengaruhi tingkat kesadaran untuk mendidik anak

    mereka supaya berperilaku bersih dan sehat. Tingkat pendapatan masyarakat berpengaruh pada

    kemampuan masyarakat untuk menciptakan lingkungan tempat tinggal mereka menjadi lebih sehat

    yaitu dengan penyediaan sarana MCK yang bersih dan sehat, sehingga dapat mencegah penularan

    parasit usus.

    KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa angka kejadian infeksi parasit usus di

    Kelurahan Kedung Cowek cukup tinggi yaitu mencapai 40 % dari total sampel yang diperiksa. Dari

    40 % sampel yang mengandung parasit usus terdapat 28,57 % yang mengandung parasit usus yang

    patogen (dapat menyebabkan penyakit pada manusia).

    Faktor – faktor yang berpengaruh pada kejadian infeksi parasit usus antara lain adalah faktor

    perilaku masyarakat yaitu kebiasaan mencuci tangan sebelum makan (p = 0,006), kebiasaan

    memotong kuku 1 minggu sekali (p = 0,009) dan kebiasaan menggigit jari / menghisap jari (p =

    0,001). Hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat kebersihan individu dan kesadaran serta

    pengetahuan orang tua dalam mendidik anak – anak mereka dalam hal kebersihan diri. Usaha untuk

    menurunkan angka infeksi parasit usus adalah dengan memberikan edukasi pada masyarakattentang perilaku hidup bersih dan sehat oleh aparat kesehatan dan aparat pemerintahan setempat.

    Selain faktor perilaku, faktor lain yang juga berpengaruh pada infeksi parasit usus adalah

    tingkat pendapatan masyarakat (p = 0.028). Tingkat pendapatan masyarakat berpengaruh pada

    kemampuan masyarakat untuk menciptakan lingkungan tempat tinggal mereka menjadi lebih sehat

    yaitu dengan penyediaan sarana MCK yang bersih dan sehat, sehingga dapat mencegah penularan

    parasit usus.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abidin, S. A. N. and P. Hadidjaja. 2003. The effect of soil-transmitted helminth infection on the

    cognitive function of schoolchildren. Controlling disease due to helminth infections. D. W. T.Crompton, A. Montresor, M. C. Nesheim and L. Savioli. Geneva, WHO: 67-71.

  • 8/18/2019 F.prawesty Diah Utami

    8/10

    Prosiding Seminar Nasional 2013

     Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

    562

    Ali, A., G. A. Fathy, et al. 2011. "Epidemiology of iron deficiency anaemia: Effect on physical

    growth in primary school children, the importance of hookworms." International Journal of

    Academic Research3(1): 495-500.

    Agoes, D. 2007. Perilaku cuci tangan sebelum makan dan kecacingan pada murid SD di Kabupaten

    Pesisir Selatan Sumatera Barat. Pusat Promosi Kesehatan.

    Anorital, Dewi R M, Ompusunggu S. 2010. Distribusi Parasit Usus Protozoa di Kabupaten Hulu

    Sungai Utara Kalimantan Selatan. Suplemen Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

    20 : 8 - 18

    Brooker, S., P. J. Hotez, et al. (2008). "Hookworm-related anaemia among pregnant women: a

    systematic review." PLoS Neglected Tropical Diseases2(9): e291.

    Chwaya, H. M. and R. J. Stolzfus. 2003a. Helminth infections, growth, and anaemia: Lessons from

    Zanzibar. Controlling disease due to helminth infections. D. W. T. Crompton, A. Montresor,

    M. C. Nesheim and L. Savioli. Geneva, WHO: 33-42.

    Crompton, D. W. T., A. Montresor, et al. 2003b. Controlling disease due to helminth infections.Geneva, WHO.

    Crompton, D. W. T., H. Torlesse, et al. 2003. Hookworm infection and iron status. Controlling

    disease due to helminth infections. D. W. T. Crompton, A. Montresor, M. C. Nesheim and L.

    Savioli. Geneva, WHO: 23-32.

    Darnely, Sungkar Saleha. 2011. Infeksi Parasit Usus Pada Anak Panti Asuhan di Pondok Gede

    Bekasi. J Indon Med Assoc 61 (9) : 347 - 350

    Diarsvitri, W., P. D. Utami, dkk. 2008. Perilaku masyarakat dan kejadian kecacingan pada anak usia

    prasekolah di Kecamatan Sedati, Surabaya.

    Ernawati, A. 2006. Hubungan faktor sosial ekonomi, higiene sanitasi lingkungan, tingkat konsumsidan infeksi dengan status gizi anak usia 2-5 tahun di Kabupaten Semarang tahun 2003.

    Semarang.

    Fatimah S, dkk. 2011. Analisis Penyakit Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di WilayahPemukiman Industri Karet PT. Muara Kelinggi II Rt 15 Rw 05 Kecamatan Gandus Kelurahan

    Gandus Palembang

    Garcia L S and Bruckner DA. 1996.”Cara Koleksi dan Pengawetan Spesimen Tinja”. Diagnostik

    Parasitologi Kedokteran cetakan I, 355 – 359

    Ginting, L. 2005. Infestasi kecacingan pada anak SD di Kecamatan Sei Bingai, Langkat, Sumatera

    Utara, 2005.Hlaing, T., W. W. Khine, et al. 2003. Impact of deworming on the growth of schoolchildren in

    Yangon. Controlling disease due to helmint infections. D. W. T. Crompton, A. Montresor, M.

    C. Nesheim and L. Savioli. Geneva, WHO: 43-54.

    Ideham, B. dan S. Pusarawati, 2007. Helmintologi Kedokteran Surabaya, Airlangga University

    Press.

    INE. 2010. 20 persen anak Indonesia menderita kecacingan. http://health.kompas.com

    JIIPP Badan Litbang Kesehatan. 2001. Model Penanggulangan Fasciolopsis buski di Kalimantan

    Selatan dengan pendekatan sosial budaya. Jakarta, Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia.

  • 8/18/2019 F.prawesty Diah Utami

    9/10

     ISBN: 978-979-98438-8-3

    563

    Kurniawan A, Dwintasari SW et al. 2009. “Detection of Cryptosporidium sp infection by PCR and

    modifi ed acid fast staining from potassium dichromate preserved stool”. 3Med J Indones

    18(3): 147 - 152 

    Kvalsvig, J. D. 2003. Parasites, nutrition, child development, and public policy. Controlling disease

    due to helminth infections. D. W. T. Crompton, A. Montresor, M. C. Nesheim and L. Savioli.

    Geneva, WHO: 55-65.

    Lesmana D S, Maryanti E, Herlina S. 2013.”Deteksi Protozoa Usus Patogen Pada Penderita Diare

    Anak di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru”.

    Norhayati M, Fatmah, Yusof S. 2003.Intestinal Parasitic Infections in Man: A Review. Med J

    Malaysia 58 (2):296 – 300

    Margono, S. S. 2001. Review on the control of soil-transmitted helminthiases in Indonesia: the role

    of parasitologists. Collected Papers on the Control of Soil-transmitted Helminthiases.

    Hayashi: 169-172.

    Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2010 Penyakitkecacingan masih dianggap sepele.

    Refirman, D. J. (1998). Faktor pendukung transmisi soil transmitted helminths pada murid SD di

    dua dusun Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Jakarta: 8-29.

    Utami P D dan Diarsvitri W. 2011. Hubungan Antara Infeksi Kecacingan Dengan Anemia Pada

    Anak Usia 4 – 6 Tahun di Desa Gisik Cemandi Sidoarjo

  • 8/18/2019 F.prawesty Diah Utami

    10/10

    Prosiding Seminar Nasional 2013

     Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

    564