Upload
caeciliawulan
View
221
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 F.prawesty Diah Utami
1/10
ISBN: 978-979-98438-8-3
555
FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN INFEKSI
PARASIT USUS PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KELURAHAN KEDUNG
COWEK (DAERAH PESISIR) SURABAYA
Prawesty Diah Utami*
, Herin Setianingsih
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya
*E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Efforts towards civil society and sustainable will not materialize if the level of public
health is still low especially associated with high prevalence of intestinal parasitic
infections (intestinal protozoa and worm) in Indonesia. Most frequent intestinal parasite
infects children and toddlers with socio-economic status is low and poor sanitation -hygiene. Subdistricts of Kedung Cowek is one area in the coast with the appropriate
conditions for the development and transmission of the parasite's intestine. With regard to
the impact of intestinal parasitic infection that is so great for health, then the purpose of
this research is to know the description of the intestinal parasites infection in Kelurahan
Kedung Cowek and to identify the factors affecting intestinal parasitic infections are high
numbers, so prevention measures can be carried out. The research method is cross
sectional by examine the stool (intestinal parasite infection diagnosis), interview with
questionnaire (knowing attitude and behavior) and direct observation on the living
conditions of the respondents. Statistical analysis using correlation test bivariat with α
value = 0.05. The results show that there is a significant relationship between the behavior
of washing hands before eating (p = 0.006 < α), behavior bite nails (p = 0, 001 < α), the
habit of cutting the nail (p = 0, 009 < α). Income level of the elderly also affect to intestinal
parasite infections (p = 0.028 < α). The results obtained on the insignificant are the type ofwork the parents (p = 0. 6 < α) and parent education level (p = 0.37 < α;).
Keywords : parasites, intestinal, children
PENDAHULUAN
Dalam rangka mewujudkan masyarakat madani dan lestari, dibutuhkan masyarakat yang sehat
baik secara fisik maupun mental. Masih tingginya angka kejadian infeksi di Indonesia,
menunjukkan masih kurangnya kesehatan fisik masyarakat. Salah satu masalah kesehatan di negara
kita adalah masih tingginya prevalensi infeksi parasit usus. Indonesia merupakan salah satu negara
yang berkembang dengan kondisi iklim tropis, kelembapan yang tinggi dan kondisi sanitasi danhigiene yang masih rendah menjadikan negara ini menjadi tempat yang sesuai untuk penyebaran
berbagai penyakit parasit usus (kecacingan maupun protozoa usus).
Terdapat beberapa cacing parasit usus yang sering menginfeksi manusia antara lain Ascaris
lumbricoides (cacing gilig), Trichuris trichiura (cacing cambuk), Ancylostoma duodenale – Necator
americanus atau sering disebut sebagai cacing tambang (Norhayati, 2003). Beberapa protozoa usus
yang juga sering meninfeksi manusia adalah Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan
Balantidium coli (Norhayati, dkk, 2003). Dari beberapa penelitian diketahui bahwa prevalensi
infeksi parasit usus di Indonesia masih tinggi. Angka kejadian Ascariasis di Indonesia antara 40 –
60 % , menginfeksi semua kelompok umur, tetapi lebih sering ditemukan pada anak-anak usia 5
sampai 10 tahun dengan prevalensi 60 – 80 % (Margono, 2001; Darnely dan Sungkar, 2011). Begitu
pula dengan Trichuriasis juga banyak ditemukan pada anak – anak dengan prevalensi sekitar 30 –
90 % (Diarsvitri, dkk, 2008; Darnely dan Sugkar, 2011). Sedangkan untuk infeksi cacing tambang
banyak didapatkan di temukan pada pekerja perkebunan yang kontak langsung dengan tanah
8/18/2019 F.prawesty Diah Utami
2/10
Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
556
dengan prevalensi sekitar 30 – 40 %. Prevalensi infeksi protozoa jauh lebih rendah dibandingkan
infeksi kecacingan, dimana prevalensi amoebiasis (infeksi Entamoeba histolytica) 10 – 18 %,
prevalensi giardiasis (infeksi G.lamblia) sekitar 2 – 25 % , dan balantidosis ( infeksi B.coli)
prevalensinya sekitar 1,5 – 3,5 % (Anorital, dkk, 2010; Lesmana, dkk, 2013). Berdasarkan
gambaran prevalensi infeksi parasit usus diatas, menyebabkan infeksi parasit usus menjadi salahsatu masalah kesehatan di Indonesia, yang memerlukan penanganan serius untuk menurunkan
prevalensinya.
Upaya Kementerian Kesehatan untuk menurunkan prevalensi infeksi parasit usus dengan
menetapkan kebijakan operasional untuk memutuskan rantai penularan, (INE, 2010; Pusat
Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, 2010). Untuk mencapai tujuan
tersebut, Kementerian Kesehatan dan jajarannya mengharuskan dilakukannya kegiatan sosialisasi
dan advokasi, pemeriksaan tinja minimal 500 anak SD per kabupaten/kota, intervensi melalui
pengobatan dan promosi kesehatan, meningkatkan kemitraan, integrasi program, pencatatan dan
pelaporan serta monitoring-evaluasi (Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
Tingginya angka infeksi parasit usus dapat dipengaruhi beberapa hal antara lain perilakumasyarakat, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dan rendahnya tingkat pendapatan
masyarakat. Perilaku hidup masyarakat yang kurang bersih akan menjadai pintu masuk terjadinya
infeksi parasit uus seperti perilaku tidak mencuci tangan sebelum makan, memotong kuku,
kebiasaan menggigit atau menghisap jari pada anak – anak, kebiasaan buang air besar sembarangan,
kebiasaan makan sayuran mentah yang cara pencuciannya tidak higienis sehingga tercemar telur
atau kista parasit usus. Rendahnya pendidikan masyarakat akan berdampak pada rendahnya tingkat
pengetahuan masyarakat tentang infeksi parasit usus dan cara pencegahannya. Sedangkan tingkat
pendapatan yang rendah akan berpengaruh pada kemampuan masyarakat untuk menyediakan sarana
MCK (mandi, cuci dan kakus) yang memadai sehingga (Refirman, 1998; JIIPP Badan Litbang
Kesehatan, 2001; Crompton, et.al, 2003a; Crompton, et.al, 2003b; Ginting, 2005; Ernawati, 2006;Agoes, 2007).
Dampak dari infeksi parasit usus bersifat kronis (membutuhkan waktu yang panjang untuk
munculnya gejala yang nyata) sehingga sering diabaikan oleh masyarakat. Infeksi parasit usus dapat
menyebabkan hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak (gangguan status gizi), penurunan
daya pikir, penurunan prestasi dan produktivitas, anemia serta berat bayi lahir rendah jika
kecacingan terjadi pada ibu hamil (Abidin dan Hadidjaja, 2003; Chwaya and Stolzfus, 2003;
Crompton, dkk, 2003b; Hlaing, et.al, 2003; Kvalsvig, 2003; Brooker, dkk, 2008; Ali, dkk, 2011).
Kelurahan Kedung Cowek merupakan salah satu kelurahan yang terletak di daerah pesisir,
dimana sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Di daerah ini belum
pernah dilakukan pemeriksaan tinja pada masyarakatnya, sehingga belum diketahui bagaimana
gambaran infeksi parasit ususnya. Berdasarkan pengamatan pada penelitian pendahuluan terdapatbeberapa faktor yang diduga dapat berpengaruh pada angka kejadian infeksi parasit usus yaitu
antara lain tingkat pendidikan, pendapatan, dan prilaku masyarakat Kedung Cowek tentang hidup
bersih yang masih rendah. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diidentifikasi faktor apa
saja yang berpengaruh pada infeksi parasit usus di Kelurahan kedung Cowek, sehingga dapat
dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangannya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional yang
dilakukan mulai bulan April - September 2013. Untuk mengetahui angka infeksi parasit usus
dilakukan melalui pemeriksaan feses. Wawancara dengan kuesioner digunakan untuk
mengidentifikasi faktor – faktor yang diduga berpengaruh pada angka kejadian infeksi parasit ususseperti perilaku responden, tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua dan tingkat
pendapatan masyarakat.
8/18/2019 F.prawesty Diah Utami
3/10
Sampel penelitian ini adal
parasit usus) yang bertempat tin
memenuhi kriteria inklusi dan ek
3 – 6 tahun ) yang tinggal di K
sampai satu bulan sebelum penegagal ginjal atau penyakit jan
persetujuan oleh orangtuanya. I
Sedangkan kriteria eksklusinya a
dilaksanakan atau tidak mau ikut
Untuk mengumpulkan inf
kejadian infeksi parasit usus dil
kepada orangtua responden.
Data mengenai gambaran
berupa pemeriksaan tinja/ feses
kontainer kosong yang telah
morfologi telur atau kista parasisatu dan Kalium dikromat 2,5 %
(nama dan alamat). Tim penelit
dalam kontainer dan sampel tinj
maupun kista/trofozoit protozoa
dan Bruckner, 1996).
Analisis data menggunak
mengetahui bagaimana pengaru
pendapatan dan jenis pekerjaan
di Kelurahan Kedung Cowek Ke
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pengumpulan samp
tahun) yang dipilih secara clust
pada grafik di bawah ini :
Grafik 1 . Kar
I
557
h anak prasekolah yang berusia 3 – 6 tahun
gal di Kelurahan Kedung Cowek Kecamata
sklusi penelitian. Kriteria inklusi adalah ana
lurahan Kedung Cowek dan tidak minum
litian dilaksanakan, tidak menderita penyakung, mengisi kuesioner dan mengumpulk
form consent dilakukan setelah diinformasi
nak yang minum obat cacing sampai satu bu
serta dalam penelitian ini.
rmasi yang terkait dengan faktor – faktor y
akukan dengan melakukan wawancara kues
infeksi parasit usus dilakukan dengan pen
anak usia prasekolah. Setiap responden pe
iberi zat preservatif/pengawet supaya ti
usus formalin 10 % (Garcia dan Bruckner,(Kurniawan, dkk, 2009) pada kontainer lai
menginformasikan cara pengambilan dan
/feses dikumpulkan pada hari berikutnya. I
dengan metode konsentrasi dan menggunak
n metode korelasi bivariat (Spearman) de
h faktor perilaku, faktor tingkat pendidika
asyarakat terhadap infeksi parasit usus pad
amatan Bulak Surabaya.
l didapatkan 70 sampel anak yang berusia
r random sampling , gambaran karakteristi
kteristik Usia Anak Yang Menjadi Sampel Penelit
BN: 978-979-98438-8-3
(usia rentan terinfeksi
Bulak Surabaya yang
berusia prasekolah (
bat cacing setidaknya
it kronis seperti TBC,an feses serta diberi
kan tujuan penelitian.
lan sebelum penelitian
ang berpengaruh pada
ioner secara langsung
umpulan data primer
nelitian diberikan dua
ak merusak struktur
1996) pada kontainernnya serta diberi label
enyimpanan feses ke
entifikasi telur cacing
an mikroskop (Garcia
gan α = 0.05, untuk
n masyarakat, tingkat
a anak usia prasekolah
ra sekolah (usia 3 – 6
sampel dapat dilihat
ian
8/18/2019 F.prawesty Diah Utami
4/10
Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
558
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa usia anak prasekolah yang menjadi sampel
penelitian ini yang terbanyak adalah anak usia 3 tahun (39 %), yang kedua adalah usia 5 tahun
(34%) dan yang terakhir adalah usia 4 tahun ( 27 %).
Hasil pemeriksaan tinja/feses responden menunjukkan gambaran distribusi frekuensi sebagaiberikut :
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Temuan Parasit Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Temuan parasit pada feses Jumlah %
Tidak Ada % Ada %
Laki - Laki 19 27.14 17 24.29 36 51.43
Perempuan 23 32.86 11 15.71 34 48.57
Total 43 60.00 27 40.00 70 100
Berdasarkan data diatas tampak bahwa 40 % subyek penelitian ditemukan adanya parasit
usus, dimana subyek penelitian berjenis kelamin laki – laki (24,29 %) lebih banyak dibandingkansubyek yang berjenis kelamin perempuan ( 15,71 % ). Hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa
terjadi kontak yang cukup tinggi antara tinja/ feses dengan sampel penelitian (anak usia prasekolah).
Seseorang dapat terinfeksi parasit usus jika telur/kista parasit usus tersebut dapat masuk ke dalamtubuh seseorang dimana pada umumnya melewati rute fecal oral (feses/tinja ke mulut) atau hand to
mouth (tangan ke mulut) (Ideham dan S Pusarawati, 2007)
Hasil pemeriksaan tinja/feses juga ditemukan adanya beberapa macam parasit usus, yang
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Jenis Parasit Usus yang Ditemukan Pada Pemeriksaan Feses
Jenis parasit yang ditemukan pada feses Jumlah %
Cacing ( A.lumbricoides, T.Trichiura dan hookworm) 0 0.00
Giardia lamblia 2 2.9
Balantidium coli 18 25.7
Entamoeba coli 8 11.4
TOTAL 28 40.00
Dari tabel diatas tampak bahwa infeksi cacing tidak ditemukan pada semua sampel,
sedangkan infeksi protozoa usus cukup tinggi yaitu total 40 % dimana infeksi B.coli paling tinggi
(25.7 %) dibandingkan infeksi E.coli (11.4%) dan infeksi G.lamblia (2.9.%).
Dari pemeriksaan tinja/feses tidak ditemukan adanya infeksi kecacingan, terutama soil
transmitted helminthes/ STH ( Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Ancylostoma duodenale, Necator americanus ) pada sampel penelitian. Hasil tersebut kemungkinan disebabkan karena
kondisi lingkungan yang tidak optimum untuk perkembangan cacing terutama soil transmitted
helminthes (STH). Dalam perkembangannya, cacing STH membutuhkan tanah yang lembab dan
tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Kondisi lingkungan dan iklim di kelurahan Kedung
Cowek pada saat dilakukannya penelitian adalah musim kering yang sangat panas sehingga tidak
memungkinkan perkembangan telur cacing. Karena tidak optimalnya kondisi tanah tersebut maka
akan memutus rantai penularan cacing STH. Terbalik dengan hasil temuan cacing pada
pemeriksaan feses, terdapat angka kejadian infeksi protozoa usus ( B.coli dan Giardia lamblia)
yang cukup tinggi yaitu sebesar 40 %. Angka tersebut lebih besar dari rata – rata prevalensi infeksi
protozoa usus di Indonesia. Berbeda dengan cacing STH, pada protozoa usus tidak memerlukan
media tanah dalam penularannya. Kista protozoa yang keluar bersama dengan tinja penderitalangsung bersifat infektif, sehingga memungkinkan penularan dari 1 orang ke orang yang lain. Hasil
penelitian di daerah pesisir – Gisik Cemandi oleh Utami dkk menunjukkan hasil yang berbeda
8/18/2019 F.prawesty Diah Utami
5/10
ISBN: 978-979-98438-8-3
559
dalam pemeriksaan parasit ususnya karena dari 56 % sampel yang mengandung parasit semuanya
merupakan parasit cacing sedangkan protozoa ususnya tidak ditemukan (Utami P D dan Diarsvitri,
2011).
Temuan parasit usus tidak semuanya bersifat patogen (menyebabkan penyakit pada manusia),
karena ditemukan juga parasit usus yang bersifat non patogen seperti Entamoeba coli yang tidakmenyebabkan gejala apapun pada manusia. Gambaran distribusi temuan parasit usus yang bersifat
patogen berdasarkan usia sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Temuan Parasit Usus Patogen Berdasarkan Usia Sampel
Keterangan Temuan parasit usus yang patogen
Tidak % Ada % Total %
Usia 3 Tahun 18 25.71 9 12.86 27 38.57
4 Tahun 14 20.00 5 7.14 19 27.14
5 Tahun 18 25.71 6 8.57 24 34.29
Total 50 71.43 20 28.57 70 100.00
Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa kelompok usia yang paling banyak terinfeksi parasit
patogen adalah pada kelompok usia 3 tahun ( 12,86%). Temuan parasit patogen pada pemeriksaan
total sampel adalah 28.57 % , sehingga jika sampel yang terinfeksi parasit patogen tidak diterapi
secara adekuat akan menyebabkan munculnya gejala klinis seperti diare, nyeri perut, penurunan
nafsu makan, malnutrisi, dll.
Salah satu tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh atau
yang berhubungan dengan infeksi parasit usus. Kemungkinan pertama adalah faktor perilaku
masyarakat yang kurang bersih (Fatimah, dkk, 2011). Hasil uji analisis statistik dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 3. Hasil Analisis Statistik Hubungan Faktor Perilaku Masyarakat dengan Infeksi Parasit Usus Anak Usia3 – 6 Tahun di Kel. Kedung Cowek Surabaya
Prilaku dan Kebiasaan Temuan parasit usus pada feses Analisis
statistikParasit
ada
% Parasit
tidak ada
%
Kebiasaan mencuci
tangan sebelum
makan
Tidak 21 30.00 18 25.71 P= 0.006
( p < α = 0.05)Ya 7 10.00 24 34.29
Kebiasaan
memotong kuku 1
kali/ minggu
Tidak 16 22.86 11 15.71 P = 0.009
( p < α =
0.05)Ya 12 17.14 31 44.29
Kebiasaan menggigit
kuku/menghisap jariTidak 9 12.86 31 44.29 P = 0.001
( p < α =
0.05)Ya 19 27.14 11 15.71
Kebiasan BAB di
WCTidak 0 0 8 11.43 P = 0.8
(p > α = 0.05)Ya 28 40.00 34 48.57
Kebiasaan merebus
air minumTidak 6 8.57 14 20.00 P = 0.24
( p > α = 0.05)Ya 22 31.43 28 40.00
Observasi
kebersihan kukuTidak
bersih
10 14.29 21 30.00 P = 0.2
( p > α = 0.05)
Bersih 18 25.71 21 30.00
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa ada beberapa perilaku masyarakat yang
berpengaruh atau ada hubungan dengan infeksi parasit usus yaitu antara lain kebiasaan mencucitangan, kebiasaan memotong kuku 1 kali / minggu dan kebiasaan menggigit kuku atau menghisap
jari. Sedangkan untuk prilaku atau kebiasaan merebus air minum, kebiasaan BAB di WC dan hasil
8/18/2019 F.prawesty Diah Utami
6/10
Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
560
observasi kebersihan kuku tidak berhubungan dengan infeksi parasit usus. Tingginya infeksi
protozoa usus disebabkan karena beberapa perilaku masyarakat yang mendukung proses penularan
kista protozoa seperti kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan yang tinggi ( 55.71%),
kebiasaan menggigit kuku atau menghisap jari pada anak (42.85 %) dan kebiasaan tidak memotong
kuku 1 kali / minggu ( 38,57 %).Faktor lain yang bisa berpengaruh terhadap kejadian infeksi parasit usus adalah faktor tingkat
penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua subyek penelitian. Hasil uji statistik
berbagai faktor diatas terhadap infeksi parasit usus menunjukkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil Analisis Statistik Hubungan Faktor Pendidikan Ibu dengan Infeksi Parasit Usus Anak Usia 3 – 6
Tahun di Kel. Kedung Cowek Surabaya
Pendidikan Ibu Temuan parasit Total %
Tidak ada % Ada %
Tamat SD 20 28.57 16 22.86 36 51.43
Tamat SLTP 10 14.29 5 7.14 15 21.43
Tamat SLTA 7 10.00 7 10.00 14 20.00
Tamat Perguruan Tinggi 5 7.14 0 0.00 5 7.14
Total 42 60.00 28 40.00 70 100.00
Analisis Statistik p = 0.37 ( p > α )
Dari tabel 4 diketahui bahwa hasil analisis statistik tingkat pendidikan orang tua tidak
berpengaruh terhadap infeksi parasit usus dimana p > dari α, meskipun secara deskriptif ada
perbedaan jumlah temuan parasit usus pada tingkat pendidikan yang rendah (hasil temuan parasit
usus pada tamatan SD jauh lebih besar daripada tamatan tingkat pendidikan lainnya). Pada
masyarakat dengan pendidikan yang lebih rendah kemungkinan memiliki tingkat pengetahuan
tentang parasit usus yang juga rendah dibandingkan kelompok masyarakat dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, sehingga berpengaruh pada tingginya angka kejadian infeksi parasitusus (temuan parasit usus pada kelompok masyarakat dengan tingkat pendidikan SD adalah 22,86
%, lebih tinggi dari kelompok lainnya). Walaupun secara statistik belum menunjukkan adanya
hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian infeksi parasit usus.
Tabel 5. Hasil Analisis Statistik Hubungan Faktor Jenis Pekerjaan Orang Tua dengan Infeksi Parasit Usus
Anak Usia 3 – 6 Tahun di Kel. Kedung Cowek Surabaya
Mata Pencaharian Temuan Parasit Total %
Tidak
Ada
% Ada %
Nelayan 14 20.00 6 8.57 20 28.57
Bukan Nelayan 28 40.00 22 31.43 50 71.43Total 42 60.00 28 40.00 70 100.00
Analisis Statistik p = 0.7 (p > α = 0.05)
Kelurahan Kedung Cowek merupakan daerah pesisir, secara garis besar masyarakat pada
umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Namun pada data tabel 5 menunjukkan jika sampel
penelitian banyak yang bekerja bukan sebagai nelayan. Kelompok bukan nelayan sendiri mewakili
beberapa macam pekerjaan orang tua seperti kuli bangunan, pedagang maupun pegawai swasta.
Berdasarkan hasil analisis statistik pada tabel 5 dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif
kelompok mata pencaharian yang bukan nelayan memiliki angka temuan parasit usus yang lebih
tinggi dari kelompok nelayan. Secara statistik menunjukkan bahwa jenis pekerjaan atau mata
pencaharian orang tua tidak berpengaruh pada infeksi parasit usus pada anak.
8/18/2019 F.prawesty Diah Utami
7/10
ISBN: 978-979-98438-8-3
561
Tabel 6. Hasil Analisis Statistik Hubungan Tingkat Pendapatan Orang Tua dengan Infeksi Parasit Usus Anak
Usia 3 – 6 Tahun di Kel. Kedung Cowek Surabaya
Pendapatan Orang Tua Temuan parasit usus TOTAL %
Tidak
ada
% Ada %
< Rp 500.000 9 12.86 2 2.86 11 15.71
Rp 500.000 - 1.000.000 33 47.14 23 32.86 56 80.00
> Rp 2.000.000 0 0.00 3 4.29 3 4.29
Total 42 60.00 28 40.00 70 100.00
Analisis Statistik p = 0.028 ( p < α = 0.05)
Dari tabel 6 diatas dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif terdapat perbedaan temuan
parasit usus pada kelompok pendapatan Rp 500.000 – Rp 1000.000 jauh lebih tinggi dengan
kelompok lainnya. Setelah dilakukan uji statistik, ternyata hasilnya menunjukkan bahwa terdapat
interaksi / hubungan antara faktor penghasilan orang tua dengan infeksi parasit usus, sedangkan
jenis pekerjaan dan pendidikan tidak berinteraksi / tidak berhubungan dengan infeksi parasit usus.
Hasil analisis statistik tentang pengaruh/ hubungan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan
dan jenis pekerjaan masyarakat dengan infeksi parasit usus menunjukkan hasil bahwa hanya faktor
penghasilan saja yang berhubungan sedangkan untuk pendidikan dan jenis pekerjaan tidak
berhubungan dengan infeksi parasit usus. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pendidikan orang
tua dan jenis pekerjaan masyarakat tidak mempengaruhi tingkat kesadaran untuk mendidik anak
mereka supaya berperilaku bersih dan sehat. Tingkat pendapatan masyarakat berpengaruh pada
kemampuan masyarakat untuk menciptakan lingkungan tempat tinggal mereka menjadi lebih sehat
yaitu dengan penyediaan sarana MCK yang bersih dan sehat, sehingga dapat mencegah penularan
parasit usus.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa angka kejadian infeksi parasit usus di
Kelurahan Kedung Cowek cukup tinggi yaitu mencapai 40 % dari total sampel yang diperiksa. Dari
40 % sampel yang mengandung parasit usus terdapat 28,57 % yang mengandung parasit usus yang
patogen (dapat menyebabkan penyakit pada manusia).
Faktor – faktor yang berpengaruh pada kejadian infeksi parasit usus antara lain adalah faktor
perilaku masyarakat yaitu kebiasaan mencuci tangan sebelum makan (p = 0,006), kebiasaan
memotong kuku 1 minggu sekali (p = 0,009) dan kebiasaan menggigit jari / menghisap jari (p =
0,001). Hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat kebersihan individu dan kesadaran serta
pengetahuan orang tua dalam mendidik anak – anak mereka dalam hal kebersihan diri. Usaha untuk
menurunkan angka infeksi parasit usus adalah dengan memberikan edukasi pada masyarakattentang perilaku hidup bersih dan sehat oleh aparat kesehatan dan aparat pemerintahan setempat.
Selain faktor perilaku, faktor lain yang juga berpengaruh pada infeksi parasit usus adalah
tingkat pendapatan masyarakat (p = 0.028). Tingkat pendapatan masyarakat berpengaruh pada
kemampuan masyarakat untuk menciptakan lingkungan tempat tinggal mereka menjadi lebih sehat
yaitu dengan penyediaan sarana MCK yang bersih dan sehat, sehingga dapat mencegah penularan
parasit usus.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, S. A. N. and P. Hadidjaja. 2003. The effect of soil-transmitted helminth infection on the
cognitive function of schoolchildren. Controlling disease due to helminth infections. D. W. T.Crompton, A. Montresor, M. C. Nesheim and L. Savioli. Geneva, WHO: 67-71.
8/18/2019 F.prawesty Diah Utami
8/10
Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
562
Ali, A., G. A. Fathy, et al. 2011. "Epidemiology of iron deficiency anaemia: Effect on physical
growth in primary school children, the importance of hookworms." International Journal of
Academic Research3(1): 495-500.
Agoes, D. 2007. Perilaku cuci tangan sebelum makan dan kecacingan pada murid SD di Kabupaten
Pesisir Selatan Sumatera Barat. Pusat Promosi Kesehatan.
Anorital, Dewi R M, Ompusunggu S. 2010. Distribusi Parasit Usus Protozoa di Kabupaten Hulu
Sungai Utara Kalimantan Selatan. Suplemen Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
20 : 8 - 18
Brooker, S., P. J. Hotez, et al. (2008). "Hookworm-related anaemia among pregnant women: a
systematic review." PLoS Neglected Tropical Diseases2(9): e291.
Chwaya, H. M. and R. J. Stolzfus. 2003a. Helminth infections, growth, and anaemia: Lessons from
Zanzibar. Controlling disease due to helminth infections. D. W. T. Crompton, A. Montresor,
M. C. Nesheim and L. Savioli. Geneva, WHO: 33-42.
Crompton, D. W. T., A. Montresor, et al. 2003b. Controlling disease due to helminth infections.Geneva, WHO.
Crompton, D. W. T., H. Torlesse, et al. 2003. Hookworm infection and iron status. Controlling
disease due to helminth infections. D. W. T. Crompton, A. Montresor, M. C. Nesheim and L.
Savioli. Geneva, WHO: 23-32.
Darnely, Sungkar Saleha. 2011. Infeksi Parasit Usus Pada Anak Panti Asuhan di Pondok Gede
Bekasi. J Indon Med Assoc 61 (9) : 347 - 350
Diarsvitri, W., P. D. Utami, dkk. 2008. Perilaku masyarakat dan kejadian kecacingan pada anak usia
prasekolah di Kecamatan Sedati, Surabaya.
Ernawati, A. 2006. Hubungan faktor sosial ekonomi, higiene sanitasi lingkungan, tingkat konsumsidan infeksi dengan status gizi anak usia 2-5 tahun di Kabupaten Semarang tahun 2003.
Semarang.
Fatimah S, dkk. 2011. Analisis Penyakit Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di WilayahPemukiman Industri Karet PT. Muara Kelinggi II Rt 15 Rw 05 Kecamatan Gandus Kelurahan
Gandus Palembang
Garcia L S and Bruckner DA. 1996.”Cara Koleksi dan Pengawetan Spesimen Tinja”. Diagnostik
Parasitologi Kedokteran cetakan I, 355 – 359
Ginting, L. 2005. Infestasi kecacingan pada anak SD di Kecamatan Sei Bingai, Langkat, Sumatera
Utara, 2005.Hlaing, T., W. W. Khine, et al. 2003. Impact of deworming on the growth of schoolchildren in
Yangon. Controlling disease due to helmint infections. D. W. T. Crompton, A. Montresor, M.
C. Nesheim and L. Savioli. Geneva, WHO: 43-54.
Ideham, B. dan S. Pusarawati, 2007. Helmintologi Kedokteran Surabaya, Airlangga University
Press.
INE. 2010. 20 persen anak Indonesia menderita kecacingan. http://health.kompas.com
JIIPP Badan Litbang Kesehatan. 2001. Model Penanggulangan Fasciolopsis buski di Kalimantan
Selatan dengan pendekatan sosial budaya. Jakarta, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
8/18/2019 F.prawesty Diah Utami
9/10
ISBN: 978-979-98438-8-3
563
Kurniawan A, Dwintasari SW et al. 2009. “Detection of Cryptosporidium sp infection by PCR and
modifi ed acid fast staining from potassium dichromate preserved stool”. 3Med J Indones
18(3): 147 - 152
Kvalsvig, J. D. 2003. Parasites, nutrition, child development, and public policy. Controlling disease
due to helminth infections. D. W. T. Crompton, A. Montresor, M. C. Nesheim and L. Savioli.
Geneva, WHO: 55-65.
Lesmana D S, Maryanti E, Herlina S. 2013.”Deteksi Protozoa Usus Patogen Pada Penderita Diare
Anak di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru”.
Norhayati M, Fatmah, Yusof S. 2003.Intestinal Parasitic Infections in Man: A Review. Med J
Malaysia 58 (2):296 – 300
Margono, S. S. 2001. Review on the control of soil-transmitted helminthiases in Indonesia: the role
of parasitologists. Collected Papers on the Control of Soil-transmitted Helminthiases.
Hayashi: 169-172.
Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2010 Penyakitkecacingan masih dianggap sepele.
Refirman, D. J. (1998). Faktor pendukung transmisi soil transmitted helminths pada murid SD di
dua dusun Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Jakarta: 8-29.
Utami P D dan Diarsvitri W. 2011. Hubungan Antara Infeksi Kecacingan Dengan Anemia Pada
Anak Usia 4 – 6 Tahun di Desa Gisik Cemandi Sidoarjo
8/18/2019 F.prawesty Diah Utami
10/10
Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
564