12
UPAYA PELESTARIAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI SETU BABAKAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Diana Susilowati Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gunadarma Depok diana_susilowati@staff.gunadarma.ac.id ABSTRACT Setu Babakan is a tourist or entertainment which is located in South Jakarta, are located in the region rather Srengseng Rice Village, District Jagakarsa, South Jakarta. Setu Babakan area is a residential area that has the feel strong and pure both in terms of culture, art performances and traditional architectural forms Betawi house. At this time our government aggressively promote the region as an area of cultural tourism . Many activities that are often performed in the Betawi village , ranging from cultural performances , religious , until the water attractions . But it is not supported by adequate infrastructure , the most prominent problems are less optimal management in the region and the lack of a good arrangement of visitor management , structuring building up infrastructure in it . The result of this research was to determine what efforts will be made to develop the area as a township betawi not only alone but is further enhanced into a cultural tourist area without leaving a characteristic of traditional architecture . The method used in this research is descriptive method , by giving the facts on the ground based on existing literature . This study generated the concept of preservation were deemed to represent the three elements of a mix of economic activities , religious , social and cultural support in Setu Babakan Betawi Village to remain conserved . Key words: conservation, cultural, Betawi ABSTRAKSI Setu Babakan adalah sebuah tempat wisata atau hiburan yang terletak di Selatan Jakarta, lebih tepatnya berlokasi di wilayah Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kawasan Setu Babakan merupakan kawasan hunian yang memiliki nuansa kuat dan murni baik dari sisi budaya, seni pertunjukan maupun bentuk arsitektur tradisional rumah Betawi. Dari perkampungan yang luasnya 289 Hektar, 65 hektar di antaranya adalah milik pemerintah di mana yang baru dikelola hanya 32 hektar. Pada saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta gencar mempromosikan kawasan Setu Babakan sebagai kawasan wisata budaya. Banyak kegiatan yang sering dilakukan di perkampungan Diana Susilowati, Upaya Pelestarian Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan Sebagai Kawasan Wisata Budaya 1

Full Paper - Diana Susilowati - Upaya Pelestarian Setu Babakan (1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

upaya pelestrian lingkungan

Citation preview

Page 1: Full Paper - Diana Susilowati - Upaya Pelestarian Setu Babakan (1)

UPAYA PELESTARIAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI SETU BABAKAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

Diana SusilowatiJurusan Teknik Arsitektur

Universitas Gunadarma [email protected]

ABSTRACTSetu Babakan is a tourist or entertainment which is located in South Jakarta, are located in the region rather Srengseng Rice Village, District Jagakarsa, South Jakarta. Setu Babakan area is a residential area that has the feel strong and pure both in terms of culture, art performances and traditional architectural forms Betawi house. At this time our government aggressively promote the region as an area of cultural tourism . Many activities that are often performed in the Betawi village , ranging from cultural performances , religious , until the water attractions . But it is not supported by adequate infrastructure , the most prominent problems are less optimal management in the region and the lack of a good arrangement of visitor management , structuring building up infrastructure in it . The result of this research was to determine what efforts will be made to develop the area as a township betawi not only alone but is further enhanced into a cultural tourist area without leaving a characteristic of traditional architecture . The method used in this research is descriptive method , by giving the facts on the ground based on existing literature . This study generated the concept of preservation were deemed to represent the three elements of a mix of economic activities , religious , social and cultural support in Setu Babakan Betawi Village to remain conserved .

Key words: conservation, cultural, Betawi

ABSTRAKSISetu Babakan adalah sebuah tempat wisata atau hiburan yang terletak di Selatan Jakarta, lebih tepatnya berlokasi di wilayah Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kawasan Setu Babakan merupakan kawasan hunian yang memiliki nuansa kuat dan murni baik dari sisi budaya, seni pertunjukan maupun bentuk arsitektur tradisional rumah Betawi. Dari perkampungan yang luasnya 289 Hektar, 65 hektar di antaranya adalah milik pemerintah di mana yang baru dikelola hanya 32 hektar. Pada saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta gencar mempromosikan kawasan Setu Babakan sebagai kawasan wisata budaya. Banyak kegiatan yang sering dilakukan di perkampungan betawi ini, mulai dari pertunjukan budaya, keagamaan, hingga wisata air. Akan tetapi hal tersebut tidak ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai, permasalahan yang paling menonjol adalah kurang optimalnya pengelolaan di kawasan ini serta kurangnya penataan baik dari pengelolaan pengunjung, penataan bangunan hingga infrastruktur di dalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang akan dilakukan guna mengembangkan kawasan ini bukan hanya sebagai perkampungan betawi saja akan tetapi lebih ditingkatkan menjadi sebuah kawasan wisata budaya tanpa meninggalkan ciri khas dari arsitektur tradisionalnya. Metode yang digunakan pada penelitian kali ini adalah metode deskriptif, dengan memberikan fakta-fakta di lapangan berdasarkan studi literatur yang telah ada. Dari penelitian ini dihasilkan konsep pelestarian yang dirasa dapat mewakili yaitu merupakan perpaduan tiga elemen kegiatan ekonomi, keagamaan, dan sosial budaya yang mendukung Perkampungan Betawi di Setu Babakan untuk dapat tetap dilestarikan.

kata kunci : upaya pelestarian, budaya, betawi, wisata

PENDAHULUAN

Diana Susilowati, Upaya Pelestarian Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan Sebagai Kawasan

Wisata Budaya 1

Page 2: Full Paper - Diana Susilowati - Upaya Pelestarian Setu Babakan (1)

Pemerintah Jakarta pada saat ini tengah berupaya melestarikan kebudayaan Betawi, yang lambat laun mulai pudar ditengah kemajuan jaman yang serba modern. Upaya pelestarian yang dilakukan salah satunya adalah dengan membuat sebuah kawasan wisata budaya di Setu Babakan Jakarta Selatan. Setu Babakan adalah sebuah tempat wisata atau hiburan yang terletak di Selatan Jakarta, lebih tepatnya berlokasi di wilayah Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kawasan Setu Babakan merupakan kawasan hunian yang memiliki nuansa kuat dan murni baik dari sisi budaya, seni pertunjukan maupun bentuk arsitektur tradisional rumah Betawi. Dari perkampungan yang luasnya 289 Hektar, 65 hektar di antaranya adalah milik pemerintah di mana yang baru dikelola hanya 32 hektar.

Pada dasarnya kawasan ini sudah dikenal masyarakat luas sebagai daerah cagar budaya dimana didalamnya banyak sekali terdapat kebudayaan asli betawi, banyak sekali kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan di perkampungan betawi ini. Mulai dari pertunjukan budaya, keagamaan, hingga wisata air. Akan tetapi hal tersebut tidak ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai, permasalahan yang paling menonjol adalah kurang optimalnya pengelolaan di kawasan ini serta kurangnya penataan baik dari pengelolaan pengunjung, penataan bangunan hingga infrastruktur di dalamnya.

Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan upaya-upaya pelestarian apa saja serta konsep-konsep yang dapat dilakukan guna mempertahankan keberadaan Kawasan Setu Babakan sebagai daerah wisata budaya. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menghasilkan suatu rumusan ataupun rekomendasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk tetap menjaga kelestarian budaya betawi melalui Kawasan Wisata Budaya Setu Babakan.

KAJIAN LITERATUR a. Definisi dan Bentuk-Bentuk Pelestarian/Konservasi Konservasi secara umum diartikan pelestarian namun demikian dalam khasanah para pakar konservasi ternyata memiliki serangkaian pengertian yang berbeda-beda implikasinya. Istilah konservasi yang biasa digunakan para arsitek mengacu pada Piagam dari International Council of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981 yang dikenal dengan Burra Charter.

Burra Charter menyebutkan "konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik."

Pengertian ini sebenarnya perlu diperluas lebih spesifik yaitu pemeliharaan morfologi (bentuk fisik) dan fungsinya. Bila dikaitkan dengan kawasan maka konservasi kawasan atau sub bagian kota mencakup suatu upaya pencegahan adanya aktivitas perubahan sosial atau pemanfaatan yang tidak sesuai dan bukan secara fisik saja.

Suatu program konservasi sebisa mungkin tidak hanya dipertahankan keaslian dan perawatannya, namun tidak mendatangkan nilai ekonomi atau manfaat lain bagi

Diana Susilowati, Upaya Pelestarian Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan Sebagai Kawasan

Wisata Budaya 2

Page 3: Full Paper - Diana Susilowati - Upaya Pelestarian Setu Babakan (1)

pemilik atau masyarakat luas. Konsep pelestarian yang dinamik tidak hanya mendapatkan tujuan pemeliharaan bangunan tercapai namun dapat menghasilkan pendapatan dan keuntungan lain bagi pemakainya. Dalam hal ini peran arsitek sangat penting dalam menentukan fungsi yang sesuai karena tidak semua fungsi dapat dimasukkan.

Salah satu bentuk kegiatan konservasi yang dapat dilakukan di Setu Babakan adalah Preservasi (dalam konteks yang luas) ialah kegiatan pemeliharaan

bentukan fisik suatu tempat dalam kondisi eksisting dan memperlambat bentukan fisik tersebut dari proses kerusakan, dan

Konservasi ( dalam konteks yang luas) ialah semua proses pengelolaan suatu tempat hingga terjaga signifikasi budayanya. Hal ini termasuk pemeliharaan dan mungkin (karena    kondisinya)     termasuk      tindakan       preservasi,    restorasi, rekonstruksi, konsolidasi serta revitalisasi. Biasanya kegiatan ini merupakan kombinasi dari beberapa tindakan tersebut.

b. Definisi Wisata Budaya Istilah pariwisata budaya memiliki beberapa definisi (Sofield dan Birtles, 1996) dan hal tersebut yang masih membingungkan (Hughes, 1996) dan istilah simtomatik Tribes (1997) serta pariwisata indisiplin. Dalam sebuah buku yang dikarang oleh Valene Smith (1978: 4) berjudul Hosts dan Guests membedakan antara pariwisata etnik dan pariwisata budaya: pariwisata etnik dipasarkan untuk umum/wisatawan berdasarkan budaya yang mengalir/turun temurun dari penduduk pribumi yang bersifat eksotis. Wood (1984: 361) lebih lanjut mendefinisikan pariwisata etnik dengan memfokuskan pada orang-orang yang meninggalkan identitas budaya yang keunikannya dipasarkan kepada wisatawan. Khususnya yang dikemas untuk wisatawan seperti tari-tarian pertunjukan, rumah atau pemukiman asli penduduk lokal, upacara, dan hasil-hasil kerajinan berupa ornament dengan segala pernak-perniknya (Smith, 1978:4).

Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Berdasarkan motivasi wisatawan serta atraksi yang terdapat di daerah tujuan wisata maka kegiatan pariwisata dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu pariwisata yang bersifat massal dan pariwisata minat khusus. Jika pada pariwisata jenis pertama lebih ditekankan aspek kesenangan (leisure) maka pada tipe kedua penekanannya lebih kearah pengalaman dan pengetahuan.

Pada pasal 1 UU RI No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya mendefinisikan Benda Cagar Budaya sebagai : Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan

atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang- kurangnya 50 tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan;

Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.Jadi yang dimaksud dengan pusaka bisa

Diana Susilowati, Upaya Pelestarian Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan Sebagai Kawasan

Wisata Budaya 3

Page 4: Full Paper - Diana Susilowati - Upaya Pelestarian Setu Babakan (1)

berupa hasil kebudayaan manusia maupun alam beserta isinya.

c. Pelestarian Kawasan Pelestarian secara umum dapat didefinisikan bahwa pelestarian dalam hal ini konservarsi merupakan suatu upaya atau kegiatan untuk merawat, melindungi, dan mengembangkan objek pelestarian yang memiliki nilai atau makna kultural agar dapat dipelihara secara bijaksana sesuai dengan identitasnya guna untuk dilestarikan. Menurut Eko budihardjo (1994), upaya preservasi mengandung arti mempertahankan peninggalan arsitektur dan lingkungan tradisional/kuno persis seperti keadaan asli semula. Karena sifat preservasi yang stastis, upaya pelestarian memerlukan pula pendekatan konservasi yang dinamis, tidak hanya mencakup bangunannya saja tetapi juga lingkungannya (conservation areasdan bahkan kota bersejarah (histories towns). Dengan pendekatan konservasi, berbagai kegiatan dapat dilakukan, menilai dari inventarisasi bangunan bersejarah kolonial maupun tradisional, upaya pemugaran (restorasi), rehabilitasi, rekonstruksi, sampai dengan revitalisasi yaitu memberikan nafas kehidupan baru.

METODE PENELITIANPenelitian ini lebih banyak menggunakan pendekatan secara kualitatif. Pendekatan ini masih menggunakan teori-teori yang akan dibawa ke lapangan (wilayah pengamatan) dan dikemudian akan diteliti lebih dalam lagi berdasarkan dengan fenomena yang ada di wilayah pengamatan. Menurut Bungin (2010), teori digunakan sebagai awal menjawab pertanyaan penelitian, bahwa sesungguhnya pandangan deduktif menuntun penelitian dengan terlebih dahulu menggunakan teori sebagai alat, ukuran, untuk membangun hipotesis, sehingga selanjutnya peneliti secara tidak langsung akan dituntun menggunakan teori sebagai acuan dalam melihat masalah penelitian.

Setelah itu, hal pertama kali yang dilakukan untuk membantu penelitian ini adalah melakukan wawancara dengan masyarakat disekitar kawasan Setu Babakan, akan tetapi pembatasan bahasan hanya akan membahas sebatas upaya pelestarian berdasarkan elemen perancangan saja. Wawancara ini diharapkan akan menghasilkan data primer yang nantinya bisa menjadi patokan didalam mengolah data. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil telaah dokumen dan artikel yang terkait dengan penelitian, seperti dokumen rencana tata ruang, peta, dan artikel dari internet. Dari kedua data tersebut nantinya akan dianalisa secara deskriptif.

UPAYA PELESTARIANa. Tinjauan UmumKegiatan Preservasi dan Konservasi yang dilakukan di Setu Babakan meliputi pengelolaan kawasan, dimana fokus usaha yang dilakukan meliputi penataan baik dari pengelolaan pengunjung, penataan bangunan hingga infrastruktur di dalamnya. Di kawasan Setu Babakan ini memiliki luas area yang sangat besar,sehingga untuk lebih memudahkan area pengamatan dibagi menjadi 2 zona, yaitu zona 1 untuk kawasan di sebelah utara, zona 2 dikawasan selatan serta zona 3 yang saat ini sedang dilakukan pembangunan.

Diana Susilowati, Upaya Pelestarian Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan Sebagai Kawasan

Wisata Budaya 4

Page 5: Full Paper - Diana Susilowati - Upaya Pelestarian Setu Babakan (1)

Gambar 1 Pembagian Zonning di Kawasan Setu BabakanSumber : analisa pribadi

Untuk kawasan sebelah utara, banyak kegiatan perdagangan maupun keagamaan yang dapat dilihat. Karen pada bagian utara ini terdapat plaza serta bangunan-bangunan khas betawi. Fasilitas yang disediakan kebanyakan belum tertata dengan baik, terutama dari segi bangunannya. Ada beberapa warung yang sudah menerapkan ornamen-ornamen betawi akan tetapi masih banyak juga yang seadanya saja. Dibagian Selatan, kegiatan yang berlangsung kebanyakan merupakan perdagangan dan jasa. Banyaknya warung-warung kecil membuat animo masyarakat untuk datang dan menikmati Setu Babakan sangat besar. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya warung jualan disepanjang kawasan ini.bila dari segi ekonomi dapat meningkatkan pendapatan penduduk asli dan pendatang, sisi negatifnya adalah kurangnya lahan untuk parkir motor. Sebagian besar pengunjung mengambil badan jalan untuk tempat parkir kendaraan mereka.

Gambar 2 Pembagian Zonning di Kawasan Setu BabakanSumber : dokumentasi pribadi

Tabel 1 Aktivitas di Kawasan Setu Babakan

Diana Susilowati, Upaya Pelestarian Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan Sebagai Kawasan

Wisata Budaya 5

ZONA 1

ZONA 2

ZONA 3

Page 6: Full Paper - Diana Susilowati - Upaya Pelestarian Setu Babakan (1)

Aktivitas Kawasan Setu

BabakanKeterangan

Foto-foto Pendukung

1. Ekonomi Aktivitas kegiatan dalam bidang ekonomi yang paling terlihat adalah adanya aktivitas perdagangan disepanjang garis aliran Setu Babakan, baik diarah utara maupun selatan. Bahkan kegiatan ini sudah mulai terlihat semenjak di pintu masuk. Terdapat 2 tipe bangunan disini yaitu bangunan permanen dan semi permanen. Bangunan permanen biasanya menjadi satu dengan rumah tinggal, sedangkan semi permanen terdiri dari bangunan yang terbuat dari papan/triplek dan menggunakan tenda. Selain perdagangan, kegiatan yang terlihat adalah penyewaan perahu bebek untuk wisata air. Setiap pengunjung jika ingin menggunakan perahu bebek ini dikenakan biaya sewa perahu. Potensi ekonomi lainnya adalah dari retribusi parkir ataupun tiket masuk pengunjung ke kawasan Setu Babakan.

2. Sosial Budaya

Selain untuk kegiatan keagamaan, ada beberapa kegiatan yang sudah dijadwalkan setiap minggunya dan terpampang jelas di pintu masuk Setu Babakan. Di Perkampungan Setu Babakan juga, jenis bangunan-bangunan berarsitektur khas Betawi sudah tidak 100 % terlihat utuh kecuali bagian teras atau serambi yang masih dapat ditemui dalam bentuk dan ukuran yang seadanya saja. Biasanya masyarakat menambahkan ornamen pada lisplang yang memiliki ukiran khas Betawi pada bangunan rumah karena dapat menunjukkan kekhasan arsitektur rumah Betawi.

3. Keagamaan Di kawasan Setu Babakan ini sering dijadikan tempat sebagai pusat kegiatan-kegiatan yang bersifat Islami, baik itu dalam skala kecil maupun skala besar. Pusat kegiatan biasanya terdapat di panggung besar ataupun plaza yang sudah ada di perkampungan Setu Babakan ini.

Sumber : Analisa Pribadib. Analisis Upaya Pelestarian Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan sebagai Kawasan Wisata Budaya

Diana Susilowati, Upaya Pelestarian Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan Sebagai Kawasan

Wisata Budaya 6

Page 7: Full Paper - Diana Susilowati - Upaya Pelestarian Setu Babakan (1)

Analisis yang dilakukan berdasarkan kepada tabel 1 dimana diuraikan elemen-elemen yang menjadikan kawasan Setu Babakan ini dapat bertahan hingga saat ini. Ketiga kegiatan tersebut menjadi pusat kehidupan bagi perkampungan ini. Akan tetapi dapat dilihat dari foto-foto survey bahwa tidak terjadi pengelolaan yang optimal. Banyaknya jumlah pengunjung yang datang terutama di hari Sabtu dan Minggu tidak disertai dengan semakin baiknya pelayanan. Ketika memasuki gerbang masuk, sudah terlihat kurangnya dukungan dari semua pihak baik itu pemerintah, pengelola lokal maupun masyarakat Betawi sendiri. Pembagian Zona sudah mulai diterapkan, dimana disetiap zona-zona tersebut memiliki pengelolaan masing-masing, dan tidak terorganisir. Sumber Daya Manusia yang terlibat didalamnya seakan-akan berdiri sendiri. Jika kita memasuki zona utara, maka kita akan dihadapkan pada pihak pengelolaan parkir dan retribusi yang berbeda-beda. Hal ini bila dibiarkan berlarut maka dapat dipastikan Kawasan ini hanya akan menjadi kawasan yang mementingkan ”profit oriented” semata tanpa memperhatikan unsur budaya dan bangunan cagar alamnya. Setu Babakan sebagai pusat kegiatan utama di dikawasan ini selain perkampungan betawi, kurang dikelola semaksimal mungkin sebagai kawasan wisata air. Harus ada kordinasi diantara semua pihak, serta dirumuskan konsep yang jelas bagi keberlangsungan kawasan ini.

Berdasarkan analisa diatas, konsep pelestarian yang dirasa dapat mewakili adalah perpaduan diantara ketiga elemen kegiatan, dimana kegiatan ekonomi, keagamaan, dan sosial budaya yang mendukung Perkampungan Betawi di Setu Babakan untuk dapat tetap dilestarikan.

Gambar 3 Konsep Upaya PelestarianSumber : analisa pribadi

Dari konsep tersebut dapat diterapkan secara optimal dengan melalui beberapa proses. Bukti konkrit yang bisa dilakukan antara lain adalah :

Perlu dukungan dari semua pihak, baik itu Pemerintah maupun masyarakat umum untuk menjadikan kawasan ini tetap bertahan. Dukungan itu bisa berupa perbaikan infrastruktur jalan ataupun pengadaan fasilitas umum lainnya yang menunjang serta SDM yang terlibat didalamnya harus memiliki kompetensi yang sesuai sehingga semua pihak dapat berkolaborasi secara maksimal.

Diana Susilowati, Upaya Pelestarian Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan Sebagai Kawasan

Wisata Budaya 7

EKONOMI

KEAGAMAAN

SOSIALBUDAYA

Page 8: Full Paper - Diana Susilowati - Upaya Pelestarian Setu Babakan (1)

Perkampungan Betawi yang ada pada saat ini hendaknya tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan bangunan-bangunan baru yang ada perlu berkiblat dan mengikuti pola-pola arsitektur Betawi.

Perlunya kordinasi dengan elemen-elemen masyarakat asli Betawi dalam mengadakan acara ataupun kegiatan-kegiatan supaya dapat terkordinir dengan baik.

Organisasi kemasyarakatan tetap dipertahankan, hal ini dapat membantu dalam bidang pengawasan apabila ada kegiatan yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku di Perkampungan Betawi.

Perdagangan dan jasa yang ada saat ini harus dikelola secara optimal, karena sumber pendapatan terbesar berasal dari hal tersebut.

Saat ini Pemerintah tengah mengembangkan zona 3, hal yang menjadi perhatian adalah tetap menjaga intergritas diantara ketiga zona tersebut dengan menjadikan Setu Babakan sebagai pengikatnya. Pemerintah diharapkan mensosialisasikan hal tersebut secara optimal.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASIKawasan Perkampungan Betawi Setu Babakan merupakan daerah cagar budaya yang harus dilestarikan keberadaannya. Perlu kordinasi yang saling mendukung diantara elemen-elemen baik itu dari pihak Pemerintah maupun masyarakat Betawi sendiri. Dari penelitian ini dihasilkan konsep yang saat ini dirasakan sesuai, yaitu memadukan kegiatan ekonomi, sosial budaya dan keagamaan. Ketiga hal tersebutlah yang membuat keberadaan Setu Babakan tetap bertahan hingga saat ini. Dari analisa yang telah dilakukan sebelumnya,perlu rencana yang terintegrasi untuk tetap menjalankan konsep-konsep tersebut secara optimal. Diharapakan dengan konsep yang terintegrasi semakin membuat perkampungan Betawi ini tidak tergerus oleh waktu.

DAFTAR PUSTAKAAgung, W, 2011, Peran Serta Masyarakat dalam menciptakan perumahan ber

”arsitektur” Betawi di Setu Babakan, [online], (http://peneliti.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2007/05/agung-wahyudi2.pdf , diakses tanggal 22 Juli 2013)

Katarina, B.R, Identifikasi Pola Pekarangan pada Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan, Jakarta Selatan, [online], (http://repository.ipb.ac.id/bitstream/123456789/1191/1/A06kbr_abstract.pdf , diakses tanggal 22 Juli 2013)

Kartika, Y & Rina,K, Pelestarian Kampung Kauman Semarang sebagai Kawasan Wisata Budaya, Jurnal Teknik PWK Volumen 2 Nomor 2, 2013

Budihardjo, Eko , 1994, Percikan Masalah Arsitektur, Perumahan Perkotaan, Penerbit Gajah Mada University, Press.

Koentjaraningrat. 1995. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta. Djambatan.

Bungin, Burhan. 2010.Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.Jakarta: Kencana Praneda Media Group.

Masyur, F, Pola Ragam Hias Pada Rumah Tradisional Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan-Jakarta Selatan, Naskah Penulisan Ilmiah, Universitas Gunadarma, 2003.

Diana Susilowati, Upaya Pelestarian Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan Sebagai Kawasan

Wisata Budaya 8