Upload
kara-lisrita-soedarmono
View
131
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
CLAVICULA
Citation preview
FRAKTUR KLAVIKULA DISERTAI CEDERA KEPALA RINGAN
Gunawan Ali
17120080002
Pembimbing: dr. Arie Zakaria, Sp.OT, FICS
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RUMKITAL Marinir Cilandak
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
28 Januari 2013 – 6 April 2013
Laporan Kasus
2
PENDAHULUAN
Trauma didefinisikan sebagai gangguan seluler yang disebabkan
pertukaran energi dengan lingkungan yang melampaui ketahanan tubuh.
Trauma masih menjadi penyebab kematian terbanyak pada individu
usia 1 sampai 44 tahun. Selain kematian, trauma juga berhubungan
dengan hilangnya produktifitas.
Trauma akibat penyebab yang tidak disengaja menyumbang sekitar
110.000 kematian per tahun, dan lebih dari 40% merupakan kecelakaan
kendaraan bermotor.
3
Daftar Isi
PENDAHULUAN ........................................................................................ 2 STATUS PASIEN ....................................................................................... 4
I. Identitas Pasien ......................................................................................... 4 II. Keluhan Utama .......................................................................................... 4 III. Anamnesis: ................................................................................................ 4 IV. Pemeriksaan Fisik ..................................................................................... 6 V. Pemeriksaan Tambahan .......................................................................... 12 VI. Diagnosa Kerja : ...................................................................................... 15 VII. Diagnosa Banding: .................................................................................. 15 VIII. Penatalaksanaan ..................................................................................... 16 IX. Komplikasi ............................................................................................... 16 X. Prognosis ................................................................................................. 16
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 19 A. Fraktur Klavikula ...................................................................................... 19 B. Cedera Kepala Ringan ............................................................................ 28
Daftar pustaka ......................................................................................... 32
4
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. Y. S. H.
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 38 tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Anggota TNI-AL berpangkat Koptu
Agama : Kristen
Alamat : Jonggol
Tanggal pemeriksaan : 5 Februari 2013 (pukul 10.00)
Tanggal masuk RS : 5 Februari 2013 (pukul 9.45)
No MR : 31-16-19
II. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri pada bahu kirinya, tidak dapat
menggerakkan lengan kirinya, dan teraba tonjolan di bahu kirinya setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas pagi hari ini.
III. Anamnesis:
Autoanamnesis dan alloanamnesis dengan istri pasien
A. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Unit Gawat Darurat RUMKITAL Marinir
Cilandak dengan rujukan dari RSU Cileungsi. Pasien mengeluhkan
5
nyeri pada bahu kirinya, tidak dapat menggerakkan lengan kirinya,
dan teraba tonjolan di bahu kirinya setelah mengalami kecelakaan lalu
lintas pagi hari ini. Nyeri dirasa terpusat di bahu kiri sebelah depan,
tidak menjalar ke lengan. Nyeri diperparah dengan usaha
menggerakkan lengan, ketika lengan digerakkan, dan ketika bahu
depan ditekan. Pasien tidak dapat menggerakkan lengannya karena
terasa sangat nyeri ketika mencoba menggerakan lengannya.
Tonjolan teraba di bahu sebelah atas.
Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas di Cipecang pada
sekitar pukul 5.30. Pasien saat itu sedang berkendara sepeda motor,
membonceng istrinya dengan kecepatan sekitar 60 km/jam. Muncul
motor lain dari arah berlawanan yang sedang menyerobot jalur pasien.
Motor pasien bertabrakan dari arah depan, dan pasien terpelanting ke
sisi kirinya sejauh sekitar satu meter. Pasien mendarat di aspal
dengan posisi bahu kiri dan lengan kiri terlebih dahulu. Kepala sisi kiri
pasien juga menghantam aspal.
Saat kecelakaan pasien tidak mengenakan helm. Istri pasien
mengenakan helm, dan hanya mengalami luka lecet di lengan dan
kaki kanan.
Menurut istri pasien sesaat setelah kecelakaan pasien
tampak tidak sadar dan terdengar mendengkur. Pasien tidak sadarkan
diri selama sekitar 10 menit. Adanya muntah-muntah, kejang, keluar
darah dari hidung atau mulut sesaat setelah kecelakaan disangkal istri
pasien. Pasien mengaku ingat kejadian yang menimpanya, namun
tidak sadar saat dibawa ke RSU Cileungsi.
Keluhan nyeri, atau kesemutan di lengan kiri disangkal
pasien. Pasien tidak merasa sesak atau nyeri di dada.
6
Pasien ditolong warga sekitar dan dibawa ke RSU Cileungsi,
mendapat pertolongan pertama yaitu diberi infus, pembersihan jalan
napas, pemasangan kateter, dan obat suntikan. Pasien kemudian
dirujuk ke RUMKITAL Marinir Cilandak. Pasien sampai di RUMKITAL
Marinir Cilandak berselang sekitar 4 jam 30 menit setelah kejadian.
B. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menjalani tindakan operasi sebelumnya
dan belum pernah dirawat di RS sebelumnya. Pasien mengaku tidak
memiliki kelainan pembekuan darah. Riwayat hipertensi dan diabetes
disangkal. Pasien tidak memiliki alergi obat.
C. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi pasien menengah, dengan
pembayaran dijamin oleh TNI-AL.
IV. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : sakit berat
Tingkat kesadaran : GCS 14 (E3 V5 M6)
Tanda-tanda vital
• Tekanan darah : 90/60 mmHg
• Nadi : 78 kali per menit
• Pernafasan : 20 kali per menit
• Suhu : 36o C
Data antropometri
Berat Badan : 83 kg
Tinggi Badan : 170 cm
7
A. Survei primer
1. Airway:
• pasien bernapas spontan
• tidak terdapat stridor
• pasien dapat berbicara, suara tidak serak
• tidak terdapat deformitas di wajah dan mandibula
• tidak terdapat jejas di leher
2. Breathing:
• trakea di tengah
• tidak terdapat deformitas pada kostae
• gerakan napas simetris, tidak ada segmen yang tertinggal,
tidak ada gerakan napas paradoks
• perkusi sonor pada seluruh lapang paru
3. Circulation:
• tidak terdapat luka terbuka dengan perdarahan aktif
• nadi frekuensi 78 kali per menit, reguler, isi cukup, simetris di
seluruh ekstremitas
• tidak terdapat sianosis
4. Disability:
• tingkat kesadaran: komposmentis, GCS 14 (E3 V5 M6)
• pupil bulat isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya langsung
+/+, refleks cahaya tak langsung +/+
• tidak ada tanda lateralisasi
B. Survei sekunder
1. Pemeriksaan umum
Kepala : lihat pemeriksaan lokal
Mata : bentuk kedua bola mata normal dan simetris, ekimosis
periorbital tidak ditemukan, sklera tidak ikterik,
8
konjungtiva tidak anemis, , refleks cahaya langsung +/+,
refleks cahaya tak langsung +/+, pupil bulat isokor
dengan diameter 3 mm
Hidung : tidak tampak deformitas, ala dan vestibulum normal,
septum nasi di tengah, nares bilateral paten, konka
inferior bilateral tidak hipertrofi dan tidak hiperemis, tidak
ada cairan atau darah keluar dari kedua nares
Telinga : pinna dalam batas normal, kanalis auditus eksterna
dalam batas normal, tidak ada cairan atau darah keluar
dari kanalis auditus eksterna, tidak ditemukan ekimosis
pada daerah prosesus mastoideus
Mulut : mukosa lembab, tidak ada sianosis, gigi geligi dalam
keadaan baik, tidak ditemukan bau alkohol
Tenggorok : tonsil T1-T1, faring tenang
Leher : bentuk normal, tidak ditemukan hematoma, tidak ada
nyeri tekan, pergerakan bebas, kaku kuduk tidak
ditemukan, trakea di tengah, tiroid tidak membesar
KGB : kelenjar getah bening di preaurikular, retroaurikular,
oksipital, submandibula, supraklavikula, aksila, dan
inguinal tidak teraba.
Thoraks : lihat pemeriksaan lokal
Abdomen
Inspeksi : datar, tidak tampak jejas, tidak tampak massa, tidak ada
skar
9
Palpasi : supel, nyeri tekan di epigaster, hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : timpani di seluruh kuadran
Auskultasi : bising usus positif normal
Ekstremitas : lihat pemeriksaan lokal
Kulit : warna sawo matang, tidak ditemukan sianosis, ikterus,
atau ruam
2. Pemeriksaan lokal
a. Regio temporalis sinistra
• Look : tampak vulnus ekskoriasi ukuran 2 cm x 2 cm, tepi
tidak beraturan, dasar dermis
• Feel : hematoma +, nyeri tekan +, krepitasi –
b. Regio frontalis
• Look : tampak vulnus ekskoriasi ukuran 2 cm x 2 cm, tepi
tidak beraturan, dasar epidermis
• Feel : hematoma -, nyeri tekan +, krepitasi –
c. Regio zygomatica sinistra
• Look : tampak vulnus ekskoriasi ukuran 3 cm x 2 cm, tepi
tidak beraturan, dasar epidermis
• Feel : hematoma -, nyeri tekan +, krepitasi –
10
d. Regio deltoidea sinistra
• Look :
o kulit: tidak tampak luka, tidak tampak hematoma
atau edema
o bentuk: tampak deformitas pada daerah 1/3 distal
os. klavikula, tidak terdapat pembengkakan
o posisi: terdapat malposisi
• Feel :
o kulit: nyeri tekan setempat +
o jaringan lunak:
§ hematoma -
§ akral hangat
§ pulsasi arteri brachialis dan radialis kuat
dan simetris terhadap ekstremitas
kontralateral
§ sensori baik
o tulang:
§ krepitasi -
11
• Move:
o range of motion aktif terbatas
o range of motion pasif terbatas
o skala kekuatan otot tidak dapat dinilai
o false movement –
e. Regio toraks
• inspeksi
o terdapat vulnus ekskoriasi pada regio pectoralis
sinistra, panjang 10 cm, dasar kulit, korpus
alienum -
o tidak ada kelainan bentuk thorax, tidak tampak
massa
o kedua hemithoraks simetris dalam keadaan statis
dan dinamis, tidak tampak retraksi interkostal
o pulsasi iktus kordis tidak tampak
• palpasi
o taktil fremitus normal, simetris pada kedua
hemithoraks
o iktus kordis teraba di interkostal V linea
12
midklavikula sinistra
o tidak terdapat krepitasi
• perkusi
o sonor pada seluruh lapang paru
o batas jantung kanan pada interkosta V
parasternal kanan, jantung kiri pada interkosta V
midklavikula kiri, pinggang jantung pada
interkosta III parasternal kiri
• auskultasi
o suara napas vesikular, simetris, tanpa ronki, tanpa
mengi
o bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur, tidak
ada gallop
V. Pemeriksaan Penunjang A. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai rujukan
Hemoglobin 14,4 g/dL Pria: 13 - 17
Hematokrit 40 % 37 - 54
Leukosit 12,3 103/µL 5 - 10
Trombosit 271 103/µL 150 - 400
Masa pembekuan (CT) 4 menit 2 - 6
Masa perdarahan (BT) 2 menit 1 - 3
Glukosa sewaktu 105 mg/dL <200
SGOT 42 U/L Pria: <50
SGPT 52 U/L Pria: <50
Golongan darah B / Rh +
13
B. Pemeriksaan radiologi
1. Foto Rontgen toraks AP
Kesan:
• fraktur os clavicula sinistra
• os costae dan os scapulae normal
• ICS normal
• trakea di tengah
• CTR < 50%
• sinus kostofrenik bilateral tajam
• hemidiafragma bilateral normal
• hilus pulmo normal
• corakan bronkovaskuler normal
• tidak ditemukan adanya gambaran infiltrat, jaringan
fibrotik, atau nodul.
14
2. Foto shoulder AP
Kesan:
• fraktur simpel di epifisis os clavicula sinistra bagian
1/3 tengah, tanpa dislokasi
3. Foto Schedel AP
15
4. Foto Schedel lateral
Kesan:
• Besar dan bentuk calvaria normal
• Tabula eksterna, diploe dan tabula interna tidak
terdapat fraktur
VI. Diagnosa Kerja :
• Fraktur tertutup klavikula sinistra 1/3 tengah simpel
• Cedera kepala ringan
• Vulnus ekskoriasi regio temporal sinistra
• Vulnus ekskoriasi regio frontalis
• Vulnus ekskoriasi regio zygomatica sinistra
• Vulnus ekskoriasi regio pectoralis sinistra
VII. Diagnosa Banding:
Tidak ada
16
VIII. Penatalaksanaan
• Umum
o Tirah baring
o Puasa 8 jam sebelum operasi
o Observasi tanda-tanda vital dan GCS
o IVFD RL 20 tetes per menit
o Ketorolac 3 x 1 ampul, drip dalam RL
o Ceftriaxone 2 x 1 g
• Lokal
o Rencana Open Reduction Internal Fixation
o Perawatan luka ekskoriasi di regio temporal sinistra,
frontalis, zygomatica sinistra, dan pectoralis sinistra
IX. Komplikasi
Tidak ada
X. Prognosis
Baik
XI. Follow up
5 Februari 2013 6 Februari 2013
S : Nyeri kepala
Nyeri bahu kiri
Tidak bisa menggerakkan lengan
kiri
Menolak operasi
S : Pasien dan keluarga meminta
pulang paksa
O : O :
17
TD : 100/70 mmHg
Nadi :96 kali/menit
Suhu : 36,5 ºC
RR : 18 kali/menit
TD : 100/60 mmHg
Nadi :64 kali/menit
Suhu : 36,6 ºC
RR : 18 kali/menit
GCS 15 (E4 V5 M6)
Status generalis dalam batas
normal
Status lokalis regio deltoid sinistra:
• L: deformitas +
• F: nyeri tekan +
• M: ROM terbatas
GCS 15 (E4 V5 M6)
Status generalis dalam batas
normal
Status lokalis regio deltoid
sinistra:
• L: deformitas +
• F: nyeri tekan +
• M: ROM terbatas
A :
• Fraktur tertutup klavikula
sinistra 1/3 tengah simpel pro
ORIF
• Cedera kepala ringan
• Multipel vulnus ekskoriasi
A :
• Fraktur tertutup klavikula
sinistra 1/3 tengah simpel
• Cedera kepala ringan
• Multipel vulnus ekskoriasi
18
P :
• Observasi tanda-tanda vital
dan GCS
• IVFD RL 20 tetes per menit
• Ketorolac 3 x 1 ampul, drip
dalam RL
• Ceftriaxone 2 x 1 g
P :
• Edukasi mengenai tanda
bahaya perburukan cedera
kepala
• Edukasi mengenai
alternatif selain tindakan
operasi ORIF
19
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fraktur Klavikula
1. Anatomi
Struktur tulang penyusun sendi bahu terdiri atas tulang
klavikula, skapula, dan humerus. Sendi sinovial dan ligamen
menjadi penghubung antara tulang-tulang tersebut.1 Klavikula
membentuk bagian anterior dari sendi bahu. Klavikula
merupakan tulang panjang, dengan bentuk menyerupai huruf
“S”, dan terletak secara horizontal pada bagian superior dan
anterior toraks, tepat di bawah kosta I. Sisi medial klavikula
berbentuk bulat atau seperti prisma, sedangkan sisi lateralnya
berbentuk pipih. Sebagian sisi atas klavikula berada di jaringan
subkutan. Fungsi khusus klavikula adalah sebagai titik tumpu
untuk memungkinkan otot-otot menggerakkan lengan secara
lateral.2 Klavikula adalah satu-satunya tulang yang
menghubungkan ekstremitas atas dengan rangka aksial.
Penanda anatomis klavikula adalah sebagai berikut:1
• Ekstremitas akromialis
Bersama akromion skapula di sebelah lateral
membentuk sendi akromioklavikularis.
• Ekstremitas sternalis
Bersama manubrium sterni di sebelah
medial membentuk sendi sternoklavikularis.
• Tuberkulum konoideum
Berada di sisi inferior klavikula sebelah
lateral, dan menjadi tempat perlekatan ligamen
20
korakoklavikularis. Ligamen ini menghubungkan
klavikula dengan prosesus korakoid skapula.
Gambar 1. Tulang klavikula3
Titik lemah klavikula terletak pada daerah pertengahan
klavikula, sehingga fraktur klavikula paling banyak terjadi di
daerah tersebut. 4
Klavikula merupakan tempat perlekatan otot
sternohyoid, pektoralis mayor, deltoid, sternokleidomastoid,
subklavius, dan trapezius. Otot-otot tersebut dapat menyebabkan
deformitas klavikula apabila terdapat fraktur, dengan arah
21
perpidahan fragmen bergantung pada lokasi fraktur sehubungan
dengan perlekatan otot dan ligamen.4
Klavikula distabilkan oleh ligamen akromioklavikularis
dan korakoklavikularis. Ligamen akromioklavikularis mencegah
perpindahan horizontal, sedangkan ligamen korakoklavikularis
mencegah perpindahan vertikal. Sepertiga tengah klavikula
melindungi pleksus brakhialis, paru bagian superior, dan arteri
subklavia dan aksilaris.5
Klavikula sangat berdekatan dengan berbagai struktur
penting, sehingga struktur-struktur tersebut berisiko terganggu
akibat fraktur klavikula. Arteri dan vena subklavian berada di
dekat midklavikula. Sementara pleksus brakhialis melewati sisi
belakang midklavikula. Apeks paru dapat mengalami jejas akibat
fragmen fraktur sepertiga tengah klavikula.4
2. Epidemiologi
Fraktur klavikula adalah fraktur yang sering terjadi,
yaitu sekitar 2 sampai 12% dari seluruh fraktur.5
Gambar 2. Ilustrasi insiden fraktur klavikula5
Sekitar 80% fraktur klavikula melibatkan sepertiga
tengah, 15% di sepertiga distal, dan 5% di sepertiga proksimal.6
22
Diperkirakan bahwa 70% fraktur klavikula disebabkan
kecelakaan lalu lintas.4
3. Klasifikasi
Fraktur klavikula diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,
yaitu kelompok I, fraktur sepertiga tengah; kelompok II, fraktur
sepertiga distal; dan kelompok III, fraktur sepertiga proksimal.
Fraktur klavikula kelompok II disubklasifikasikan menjadi tiga
tipe, sesuai dengan lokasi relatif ligamen korakoklavikula
terhadap fraktur.5
4. Etiologi
Mekanisme trauma yang dapat menyebabkan fraktur
klavikula adalah jatuh pada bahu ipsilateral (87%), pukulan
langsung ke klavikula (7%), atau jatuh dengan lengan terulur
(6%).5
5. Patofisiologi
Transmisi gaya kompresi menyebabkan klavikula
tertekuk, dan menjadi fraktur apabila gaya kritis terlampaui.
Pada anak-anak, sering ditemukan fraktur greenstick.6
Klavikula adalah satu-satunya tulang yang menopang
sendi bahu ke toraks, sehingga apabila terjadi fraktur bahu
akan turun ke bawah dan depan.7
23
Perpindahan fragmen fraktur dapat terjadi sesuai
dengan lokasi terjadinya fraktur. Pada fraktur klavikula sepertiga
tengah, fragmen proksimal akan tertarik ke atas oleh otot
sternokleidomastoid.
6. Tanda dan gejala
Pasien biasanya datang dengan pembengkakan,
deformitas, dan nyeri tekan di sekitar klavikula yang terlibat.
Lengan tampak merosot ke arah dalam dan bawah, dan
biasanya ditopang oleh lengan lainnya.6 Pasien akan menahan
lengannya dalam posisi adduksi dan menolak menggerakkan
lengannya.8
24
Gambar 3. Perbandingan penampakan bahu pada sisi fraktur klavikula (sisi
kiri penderita) dengan sisi yang sehat (sisi kanan penderita).
Pasien biasanya memberikan riwayat jatuh pada
daerah bahu atau terkena pukulan di daerah selangka,
mengalami nyeri yang muncul segera, dan tidak dapat
menggerakkan lengan.7 Terkadang krepitasi dapat ditemukan.9
Adanya abrasi kulit atau jejas di sekitar lokasi fraktur
harus diperhatikan, untuk mempertimbangkan apakah fraktur
tersebut merupakan fraktur terbuka. Adanya peregangan kulit
harus diperhatikan, karena dapat terjadi nekrosis kulit akibat
tekanan. Pemeriksaan neurovaskular ekstremitas harus
dilakukan, dan mencakup pengukuran tekanan darah di kedua
lengan apabila dicurigai terjadi jejas di arteri subklavia.4 Nadi di
bagian distal ekstremitas atas, kekuatan motorik, dan sensasi
harus dievaluasi.7 Kemungkinan adanya pneumotoraks harus
disingkirkan.5
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan pencitraan dengan radiografi Rontgen
klavikula biasanya dapat memastikan temuan klinis fraktur
klavikula. Radiografi harus mencakup seluruh klavikula, yaitu
25
sendi bahu, sepertiga atas humerus, dan ekstremitas sternalis
klavikula.7
Gambar 4. Radiografi klavikula normal.
Pemeriksaan pencitraan harus mencakup proyeksi
anteroposterior (AP). Proyeksi lordotik apeks dapat digunakan
untuk membantu visualisasi klavikula tanpa terganggu kosta.
Karena adanya tumpang tindih struktur sekitarnya, beberapa
fraktur dapat luput pada pemeriksaan radiografi Rontgen,
terutama yang berlokasi di ujung tulang.6 Fraktur sepertiga
distal dengan keterlibatan sendi dapat membutuhkan proyeksi
kerucut atau proyeksi lateral.8 Fraktur sepertiga proksimal
klavikula membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut dengan CT-
scan untuk membedakan dislokasi sternoklavikularis dengan
fraktur di epifisis.5
8. Tatalaksana
Fraktur klavikula dapat ditatalaksana secara non-
operatif dan operatif.
26
Sebagian besar fraktur klavikula sepertiga tengah
sembuh dengan baik dengan istirahat dan bidai.
Konsultasi darurat ke ortopedik mungkin diperlukan
untuk fraktur terbuka, fraktur dengan trauma neurovaskular, dan
fraktur dengan peregangan kulit yang persisten. Fraktur dengan
banyak fragmen atau perpindahan mungkin memerlukan
intervensi operasi dan rujukan darurat. Fraktur klavikula distal
dengan perpindahan sering didapatkan bersama ruptur ligamen
korakoklavikularis, sehingga diperlukan intervensi operatif untuk
menghindari nonunion.6 Beberapa sumber menyarankan fiksasi
fraktur klavikula sepertiga tengah dan fraktur sepertiga distal
dengan perpindahan signifikan (lebih dari 1 sampai 2 cm),
karena berisiko mengalami nonunion.5 Pilihan untuk tindakan
operasi antara lain reduksi terbuka diikuti fiksasi plat atau fiksasi
intramedula. Fiksasi dengan plat anterior atau superior lebih
sering digunakan.4
Untuk fraktur tertutup, pengobatan biasanya melibatkan
pereda nyeri dan imobilisasi.7 Imobilisasi fraktur klavikula
menggunakan sling (kain gendongan) atau penopang berbentuk
angka 8 selama 4 sampai 6 minggu.7
Gambar 5. Ilustrasi penopang berbentuk angka 8.
27
Untuk pengobatan suportif dapat diberikan analgesik
dan kompres es. Pada pemeriksaan kontrol setelah dua minggu
perlu diperiksakan radiografi, untuk menilai adanya pergeseran
atau angulasi. Setelah empat sampai enam minggu, biasanya
garis fraktur sudah menghilang. Pasien dapat menjalani aktifitas
normal apabila klavikula tidak nyeri, fraktur sudah sembuh
berdasarkan radiografi, range of motion penuh pada bahu, dan
kekuatan kembali mendekati normal. Fraktur yang bergeser,
fraktur terbuka, nonunion, dan nyeri yang menetap sampai 6 – 8
minggu setelah fraktur adalah indikasi perujukan.8
9. Komplikasi dan prognosis
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain trauma arteri
subklavia dan avulsi / kontusio akar saraf. Fraktur pada
sepertiga tengah klavikula dapat mengalami malunion,
pembentukan kalus berlebih, atau nonunion. Keterlibatan sisi
sendi di distal atau proksimal dapat menyebabkan artritis
degeneratif.8
Sebagian besar fraktur klavikula sembuh dengan baik.
Faktor yang memengaruhi terjadinya nonunion antara lain:
• pemendekan awal lebih dari 2 cm
• comminuted fracture
• displaced fracture
• trauma signifikan
• wanita
• usia lanjut
28
B. Cedera Kepala Ringan 1. Definisi
Cedera kepala ringan adalah klasifikasi klinis cedera
kepala, di mana didapatkan penderita dengan Glasgow Coma
Scale (GCS) 14 – 15, tanpa defisit neurologis, dan pingsan
tidak lebih dari 10 menit.
2. Anamnesis
Apabila pasien masuk ke unit gawat darurat dalam
keadaan sadar, anamnesis dapat langsung dilakukan. Apabila
pasien tidak sadar, anamnesis dapat diperoleh dari orang yang
menyaksikan kejadian trauma.
Yang penting digali dalam anamnesis adalah
mekanisme terjadinya cedera pada kepala (benturan langsung
atau deselerasi mendadak), kondisi klinis yang terjadi setelah
cedera hingga sebelum masuk rumah sakit (gangguan
kesadaran, lamanya pingsan, muntah, perdarahan dari lubang
telinga, hidung, atau mulut, kejang), dan kelainan yang sudah
ada sebelum masuk rumah sakit.
3. Pemeriksaan fisik
Di samping pemeriksaan GCS, diperlukan pemeriksaan
neurologis yang lebih mendalam, yaitu pemeriksaan fungsi
batang otak, saraf kranial, fungsi motorik, dan fungsi sensorik.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan adalah
pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan darah.
a. Pemeriksaan radiologi
29
Pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah
Rontgen kepala, sebagai skrining adanya fraktur tulang
tengkorak. Rontgen kepala harus dilakukan dalam dua posisi,
yaitu anteroposterior dan lateral. Pada pembuatan foto
lateral, film diposisikan di sisi yang dicurigai terdapat fraktur.
Yang perlu diperhatikan dalam hasil Rontgen kepala adalah
mencari tanda fraktur linear, fraktur depresi, dan
pneumosefalus.
Pemeriksaan CT-scan dapat dilakukan dengan
indikasi sebagai berikut:
• secara klinis didapatkan cedera kepala sedang
atau cedera kepala berat
• cedera kepala ringan yang disertai fraktur tulang
tengkorak
• kecurigaan adanya fraktur basis kranii
• adanya defisit neurologis, seperti kejang atau
penurunan kesadaran
• sakit kepala hebat
• tanda tekanan tinggi intrakranial atau herniasi otak
• kesulitan mengeliminasi kemungkinan perdarahan
intraserebral
b. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan laboratorium yang berguna antara lain:
• hemoglobin
• leukositosis, sebagai indikator berat ringannya
cedera kepala
• golongan darah
• fungsi ginjal
• gula darah
30
• analisa gas darah
• elektrolit
5. Tatalaksana
Pada penderita yang diklasifikasikan menderita
cedera kepala ringan, biasanya penderita datang dengan
keadaan sadar. Umumnya pasien hanya memerlukan
perawatan luka-luka yang dapat ditangani sebagaimana
perawatan luka pada umumnya. Penderita boleh dirawat secara
rawat jalan apabila:
• orientasi tempat dan waktu tidak terganggu
• tidak ada gangguan kesadaran atau hilang ingatan
• tidak muntah, tidak sakit kepala yang hebat
• tidak didapatkan fraktur tulang tengkorak
• akses ke rumah sakit mudah
• ada yang merawat pasien di rumah
Keluarga pasien perlu diedukasi mengenai tanda
bahaya, antara lain:
• mengantuk berat dan sulit dibangunkan
• mual dan muntah
• kejang
• perdarahan atau keluar cairan dari telinga atau hidung
• kelemahan atau rasa baal di atau tungkai
• bingung, mengalami perubahan perilaku
• gangguan penglihatan, gangguan gerakan bola mata,
atau pupil berukuran tidak sama
• nadi sangat lambat atau sangat cepat
• pola napas tidak seperti normal
31
Pasien harus diobservasi selama 24 jam pertama, dan
apabila tidak ada perburukan kontrol ke rumah sakit dalam 5
sampai 7 hari.
32
Daftar pustaka
1. Morton DA, Foreman KB, Albertine KH. Chapter 30. Shoulder and Axilla. In: Morton DA, Foreman KB, Albertine KH, eds. The Big Picture: Gross Anatomy. New York: McGraw-Hill; 2011. http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=8667861. Accessed February 25, 2013.
2. Gray, Henry. Anatomy of the Human Body. Philadelphia: Lea & Febiger, 1918; Bartleby.com, 2000. www.bartleby.com/107/
3. Putz R & Pabst R Sobotta atlas of human anatomy. 14th ed. Munich: Elsevier; 2006. 4. Rubino, L.J. (2012) Clavicle fractures, Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1260953-overview (Accessed: 23rd February 2013).
5. Srinivasan RC, Tolhurst S, Vanderhave KL. Chapter 40. Orthopedic Surgery. In: Doherty GM, ed. CURRENT Diagnosis & Treatment: Surgery. 13th ed. New York: McGraw-Hill; 2010. http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=5314010. Accessed February 19, 2013.
6. Rudzinski JP, Pittman LM, Uehara DT. Chapter 268. Shoulder and Humerus Injuries. In: Tintinalli JE, Stapczynski JS, Cline DM, Ma OJ, Cydulka RK, Meckler GD, eds. Tintinalli's Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide. 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2011. http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=6391384. Accessed February 19, 2013.
7. McMahon PJ, Kaplan LD. Chapter 4. Sports Medicine. In: Skinner HB, ed.CURRENT Diagnosis & Treatment in Orthopedics. 4th ed. New York: McGraw-Hill; 2006. http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=2318624. Accessed February 19, 2013.
8. Hosey RG, Nikovits DA, Rodenberg RE, Armsey TD, Black W. Chapter 38. Common Upper & Lower Extremity Fractures. In: South-Paul JE, Matheny SC, Lewis EL, eds. CURRENT Diagnosis & Treatment in Family Medicine. 3rd ed. New York: McGraw-Hill; 2011. http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=8155119. Accessed February 19, 2013.
9. Coleman R, Reiland A. Chapter 28. Orthopedic Emergencies. In: Humphries RL, Stone C, eds. CURRENT Diagnosis & Treatment Emergency Medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2011. http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=55750959. Accessed February 19, 2013.
10. Wahjoepramono, E. J. Cedera kepala. Karawaci: Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan; 2005.