14
G. RAUNG, JAWA TIMUR G. Raung G. Raung (Wikipedia,Sep 2005) KETERANGAN UMUM Nama Lain : Rawon Nama Kawah Utama : Kaldera Raung Nama Kawah Lain : Tegal Alun-Alun dan Tegal Brungbung Lokasi a. Geografi Puncak b. Wilayah administratif : : 8° 7,5’ LS dan 114° 02,5’ BT Kab. Banyuwangi, Kab. Bondowoso, Kab. Jember, dan Kab. Lumajang, Jawa Timur Ketinggian : 3332m dpl Kota Terdekat : Banyuwangi, Bondowoso Tipe Gunungapi : Strato dengan kaldera Lokasi Pos Pengamatan Gunungapi : Desa Sragi, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur Geografi : 8° 11’ 54.48” LS dan 114° 9’ 13.02” BT PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Jalur pendakian ke puncak G. Raung umumnya dilakukan dari Desa Sumberweringin. Dari tempat ini, kendaraan roda empat masih dapat dilanjutkan ke Pondok Motor sejauh ± 7 km.

G. RAUNG, JAWA TIMUR

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: G. RAUNG, JAWA TIMUR

G. RAUNG, JAWA TIMUR

G. Raung

G. Raung (Wikipedia,Sep 2005)

KETERANGAN UMUM

Nama Lain : Rawon

Nama Kawah Utama : Kaldera Raung

Nama Kawah Lain : Tegal Alun-Alun dan Tegal Brungbung

Lokasi

a. Geografi Puncak

b. Wilayah administratif

:

:

8° 7,5’ LS dan 114° 02,5’ BT

Kab. Banyuwangi, Kab. Bondowoso, Kab. Jember, dan

Kab. Lumajang, Jawa Timur

Ketinggian : 3332m dpl

Kota Terdekat : Banyuwangi, Bondowoso

Tipe Gunungapi : Strato dengan kaldera

Lokasi Pos Pengamatan

Gunungapi

: Desa Sragi, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten

Banyuwangi, Jawa Timur

Geografi : 8° 11’ 54.48” LS dan 114° 9’ 13.02” BT

PENDAHULUAN

Cara Mencapai Puncak

Jalur pendakian ke puncak G. Raung umumnya dilakukan dari Desa

Sumberweringin. Dari tempat ini, kendaraan roda empat masih dapat dilanjutkan ke

Pondok Motor sejauh ± 7 km.

Page 2: G. RAUNG, JAWA TIMUR

Pendakian dari Pondok Motor melalui tegalan sepanjang ± 0,5 km ke arah selatan –

baratdaya yang kemudian dilanjutkan melalui hutan dan jalan setapak yang mulai

menyempit dan ditumbuhi oleh pepohonan cemara hingga ketinggian 1600 m. Setelah

perjalanan selama ± 3 jam tiba di Pondok Sumur. Dari Pondok Sumur, medan pendakian

mulai sulit, jalan setapak tertutup semak belukar. Setelah ± 2 jam, pendakian melalui

hutan cemara dan pakis-pakisan, dan padang rumput seluas ± 0,25 km2 tiba di Pondok

Demit.

Pendakian dilanjutkan hingga ketinggian ± 2900 m sampai batas hutan, dikenal

dengan Pondok Mantri atau Pasaran, pada tempat ini dilakukan perkemahan. Keesokan

harinya dilanjutkan selama ± 1 jam sampai puncak, melalui medan yang tidak terlalu berat

dengan kemiringan lereng berkisar antara 20° dan 30°.

Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi

Daerah sekitar G. Raung yang subur dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai

lahan pertanian dan perkebunan. Selain itu material hasil letusan berupa pasir dan batu

menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat setempat sebagai tambang

rakyat.

Wisata

G. Raung adalah sebuah gunungapi yang besar dan unik, yang berbeda dari ciri

gunungapi pada umumnya di pulau Jawa. Keunikan dari puncak G. Raung adalah

kalderanya yang dalamnya sekitar 500 m, selalu berasap dan sering menyemburkan api.

G. Raung termasuk gunungapi tua dengan kaldera di puncaknya dan dikelilingi oleh

banyak puncak kecil, menjadikan pemandangannya benar-benar menakjubkan.

SEJARAH LETUSAN

Sejarah kegiatan G. Raung yang pertama kali diketahui terjadi pada tahun 1586,

berupa letusan dahsyat melanda beberapa daerah dan terdapat korban manusia,

berikutnya ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tahun letusan Keterangan

1586 Terjadi letusan dahsyat dan diketahui adanya korban manusia (Verbeek dan Fennema, 1896)

1597 Letusan yang serupa dalam letusan 1586 dan dicatat adanya korban manusia

1638 Terjadi letusan dahsyat, kemudian diikuti dengan banjir besar dan aliran lahar yang melanda daerah antara K. Stail dan K. Klatak. Korban manusia mencapai ribuan orang. Saat itu berdiri Kerajaan Macan Putih di bawah Pangeran Tawangulun (Brouwer, 1913, p. 60-65)

Page 3: G. RAUNG, JAWA TIMUR

1730 Letusan abu yang dibarengi dengan lahar yang melanda wilayah yang cukup luas dan dilaporkan banyak korban manusia

1787 - 1799 Letusan terjadi pada waktu pemerintah Residen Harris, tidak diketahui adanya keterangan lebih lanjut.

1800 - 1808 Letusan terjadi pada waktu pemerintahan Residen Malleod, tidak diketahui adanya keterangan lebih lanjut.

1812 - 1814 Letusan disertai suara gemuruh dan hujan abu.

1815 Terjadi hujan abu di Besuki dan Probolinggo antara tanggal 4 - 12 April. Neumann van Padang (1951) menyangsikan terjadinya letusan tersebut, diduga hujan abu ini berasal dari letusan G. Tambora di Sumbawa.

1817 Tanah rusak dan korban manusia

1838 Tanah rusak

1859 Tanggal 14 Desember 1941, tidak ada keterangan lebih lanjut

1860 Letusan yang terjadi pada tahun ini tidak diketahui dengan pasti, diduga terjadi pada bulan September (?)

1864 terdengar suara gemuruh dan di siang hari gelap, yang terjadi mulai tanggal 6 Juli, diduga mungkin disebabkan oleh hujan abu

1881 Gumpalan asap disertai suara gemuruh, terjadi hujan abu tipis di sekitar Banyuwangi (Ottolander, 1881)

1885 Diduga terjadi letusan pada bulan Juni, tidak ada keterangan lebih lanjut

1890 Terjadi letusan sejak Juli, Agustus sampai pertengahan September. Letusan paroksimal terjadi pada tanggal 13 September

1896 Terjadi gempa di Kayumas (Besuki), suara gemuruh yang diikuti dengan hujan abu pada bulan Agustus

1902 Munculnya kerucut pusat pada 16 Februari

1903 - 1904 Terdengar suara gemuruh dan bara api di bagian puncak pada tanggal 28 November - 2 Desember

1913 Tampak adanya gumpalan asap pada 10 Mei sampai Desember

1915 Terdengar suara gemuruh dan diikuti dengan gumpalan asap

1916 Terdengar suara gemuruh dan diikuti dengan gumpalan asap (November, Desember)

1917 Terdengar suara gemuruh dan diikuti gumpalan asap

1921 Adanya aliran lava di dalam kaldera bulan Februari - April

1924 Pelemparan eflata di sekitar kaldera dan leleran lava, sebelum Februari

1927 Letusan asap cendawan dan diiringi oleh hujan abu sampai sejauh 30 km. Terdengar dentuman bom yang dilontarkan sejauh 500 m, 2 Agustus sampai Oktober

1928 Tampak adanya celah merah di dasar kaldera yang mengeluarkan lava, Maret dan November

1929 Di antara bulan Maret dan Juni, sama dengan yang pernah terjadi dalam tahun 1928

1933 21 November-6 Desember

1936 22-31 Agustus, 18 September, November-11 Desember

1937 27-31 Oktober dan 21-27 November

1938 13 Agustus-September dan 14 November-28 Desember

1939 10 Januari

1940 diragukan

1941 13 Desember

1943 18 Januari

1944 30 Januari-30 November. Kemungkinan aliran lava dalam kaldera

1945 20 Januari dan 19 April

1953 Terjadi letusan asap tanggal 31 Januari. Asap membara dengan guguran hingga 18 Maret. Tinggi awan letusan mencapai ± 6 km di atas puncak dan sebaran abu mencapai radius ± 200 km

1956 Terjadi kegiatan letusan antara 13-19 Februari dan letusan paroksimal terjadi pada tanggal 19 Februari. Tinggi tiang asap letusan diduga ± 12 km. Suara dentuman berlangsung sekitar 4 jam terdengar jauh hingga ke Surabaya dan Malang. Hujan abu menyebar dan turun hingga Bali dan Surabaya.

1961 Kenaikan kegiatan pada tanggal 26 April

1973 Dikabarkan kegiatan meningkat sejak akhir 1972. Hadian (1973) mengunjungi

Page 4: G. RAUNG, JAWA TIMUR

puncak, tetapi keadaan sudah normal kembali. Hampir seluruh permukaan dasar kawah tertutup oleh aliran lava yang keluar dari kerucut yang terletak di tengah dasar kawah. Seluruh permukaan kerucut sinder tertutup oleh belerang, demikian pula halnya di bagian utara dasar kawah. Rekahan berbentuk busur menghadap ke tengah terdapat pada bagian timurlaut. Tembusan fumarola terdapat pada puncak kerucut sinder, pada rekahan tersebut di atas, dan di bagian tubuh lava sebelah barat

1989 Letusan abu

Karakter Letusan

Pusat kegiatan G. Raung saat ini berada pada dasar kaldera. Bulan Februari 1902,

pada dasar kaldera muncul kerucut pusat setinggi ± 90 m.

Karakter letusan G. Raung bersifat eksplosif seperti yang terjadi pada tahun 1586,

1597, 1638, 1890, 1953, dan 1956, menghasilkan abu yang dilontarkan ke udara dan

pernah terjadi awan panas yang meluncur menyelimuti sebagian tubuh gunungapinya

pada tahun 1953. Bahaya utama letusan G. Raung atau bahaya primer adalah bahaya

akibat langsung dari letusan seperti luncuran awan panas dan lontaran piroklastik.

Perioda Letusan. Berdasarkan sejarah kegiatannya periode erupsi terpendek antara 2

letusan adalah 1 tahun dan terpanjang 90 tahun.

Asap keluar dari kawah G. Raung (Pendakianonline.blogspot)

GEOLOGI

Morfologi

Puncak G. Raung merupakan kerucut terpotong dengan tonjolan dari sisa-sisa

endapan lava dan barangko-barangko dari sisa endapan piroklastik. Kaldera G. Raung

berbentuk ellips, berukuran 1750 x 2250 m, dalamnya 400-550 m di bawah pematang,

lereng kaldera sangat terjal.

Page 5: G. RAUNG, JAWA TIMUR

Sektor barat G. Raung muncul sekelompok bukit (hillocks) sebagai sisa dari suatu

longsoran puing raksasa dari kerucut gunungapi bagian barat. Gumuk-gumuk atau bukit-

bukit kecil G. Raung ini merupakan sisa erosi dari suatu longsoran yang maha dahsyat,

juga gumuk-gumuk piroklastik di dataran Jember kemungkinan besar karena terjadinya

banjir masa batuan (banjir lahar).

G. Raung dikelilingi oleh kelompok tonjolan diantaranya : di sebelah utara G. Suket

(2750 m), di timurlaut G. Lempeh (2932 m), di timur G. Jampit (2338 m), di selatan G.

Wates (2796 m), di barat G. Gadung (2390 m), dan G. Pajungan (2352 m).

Pola aliran sungai-sungai di G. Raung adalah radial, sedangkan di daerah kakinya

pola alirannya adalah dendritik. Sungai-sungai yang berhulu di sekitar puncak diantaranya

: Kali stail dan Kali Mangarang. Sungai-sungai yang berhulu di sekitar lereng diantaranya :

K. Kajar, K. Gladagkundung, K. Telepon, K. Kohor, K. Basiran, dan K. Caken. Sungai-

sungai tersebut mengalir antara Kalibaru dan Glenmore. Sungai-sungai antara Glenmore

dan Rogojampi, terdiri dari K. Sempit, K. Porolinggo, K. Wadung, K. Jalen, K. Togung, K.

Susulan, K. Bandeng, dan K. Binan. K. Satel di Gempol, mengalir ke utara lewat dinding

timur G. Suket melalui lembah Gempol dan kampung Belawan, masuk K. Banyuputih.

Beberapa kerucut yang mengelilingi G. Raung seperti G. Suket, G. Lempe, G.

Gadung, G. Pajungan, dan G. Wates adalah gunungapi yang sebagian mungkin lebih tua

dari G. Raung dan sebagian adalah gunungapi parasit. Menurut Taverne 1926, (dalam

Djoharman, 1970) G. Suket dan G. Dampit berumur lebih tua dari G. Raung.

Stratigrafi

Menurut Sutawidjaja (1996), urutan stratigrafi daerah G. Raung dari tua ke muda

adalah sebagai berikut:

1. Satuan Tuf Jember

Breksi dan tuf kasar merupakan batuan proklastik G. Raung paling bawah posisi

stratigrafinya. Terkadang tuf yang berbutir kasar selang-seling dengan tuf abu dan tuf

batu apung merupakan sisipan tipis di dalamnya.

2. Satuan gumuk volkanik Sukowono

Gumuk volkanik tersebar antara kaki G. Raung dan G. Iyang. Diduga bahwa gumuk

sekitar Jember berasal dari aktifitas vulkanisme G. Raung, merupakan sisa erosi dari

endapan volkanik G. Raung.

3. Satuan breksi Raung

Hampir dua pertiga lembar Jember bagian barat dan utara ditutupi endapan volkanik

dari G. Raung dan G. Argopuro. Lava, breksi dan tuf merupakan bagian utama.

Page 6: G. RAUNG, JAWA TIMUR

4. Satuan lava Raung

Singkapan di kawasan Kalibaru, morfologinya dicerminkan oleh punggungan yang

terdiri dari lava andesit skoria. Satuan ini tertutup lapisan tipis abu gunungapi yang

paling muda yang masih lepas sifatnya.

Peta Geologi Gunungapi Raung

GEOFISIKA

Seismik

Gempa yang tercatat oleh seismograf pada Pos PGA G. Raung adalah gempa

vulkanik dangkal, vulkanik dalam, tektonik lokal dan tektonik jauh. Kegempaan G. Raung

tahun 2008 hingga tahun 2009 terlihat pada grafik di bawah.

Grafik Gempa Vulkanik Dangkal G. Raung

2008 - 2009

0

5

10

15

20

25

01-0

1-2

008

01-0

3-2

008

01-0

5-2

008

01-0

7-2

008

01-0

9-2

008

01-1

1-2

008

01-0

1-2

009

01-0

3-2

009

01-0

5-2

009

01-0

7-2

009

01-0

9-2

009

01-1

1-2

009

Ju

mla

h G

em

pa

VB

Page 7: G. RAUNG, JAWA TIMUR

Grafik Gempa Vulkanik Dalam G. Raung

2008 - 2009

0

1

2

3

4

5

01-0

1-2

008

01-0

3-2

008

01-0

5-2

008

01-0

7-2

008

01-0

9-2

008

01-1

1-2

008

01-0

1-2

009

01-0

3-2

009

01-0

5-2

009

01-0

7-2

009

01-0

9-2

009

01-1

1-2

009

Ju

mla

h G

em

pa VA

Grafik Gempa Tektonik Lokal G. Raung

2008 - 2009

0

1

2

3

4

5

01-0

1-2

008

01-0

3-2

008

01-0

5-2

008

01-0

7-2

008

01-0

9-2

008

01-1

1-2

008

01-0

1-2

009

01-0

3-2

009

01-0

5-2

009

01-0

7-2

009

01-0

9-2

009

01-1

1-2

009

Jum

lah G

em

pa

TL

Grafik Gempa Tektonik Jauh G. Raung

05

1015202530354045

01-0

1-2

008

01-0

3-2

008

01-0

5-2

008

01-0

7-2

008

01-0

9-2

008

01-1

1-2

008

01-0

1-2

009

01-0

3-2

009

01-0

5-2

009

01-0

7-2

009

01-0

9-2

009

01-1

1-2

009

Jum

lah G

em

pa TJ

Gaya Berat

Harga gayaberat pada lintasan A-B (seperti ditunjukkan pada peta lintasan

magnetik G. Raung) adalah ditunjukkan pada tabel dibawah ini :

Tabel harga G relatif terhadap GT-1

Station Tinggi (meter) del G GT-1

GT-1 710 0.0000

GT-2 735 -7.5178

GT-3 800 -21.1896

GT-4 875 -36.3867

GT-5 940 -50.8628

GT-6 1030 -68.7573

GT-7 1150 -86.4413

GT-8 1500 -151.3490

Page 8: G. RAUNG, JAWA TIMUR

GT-9 1775 -204.9067

GT-9A 2550 -395.8760

GT-10 2840 -468.2425

Catatan : titik ukur referensi adalah GT-1, data belum terkoreksi medan

Geomagnet

Peta di bawah ini menunjukkan jalur lintasan survei penyelidikan geomagnet di G.

Raung. Harga intensitas magnetik pada titik ukur lintasan A – B ditunjukkan pada tabel

dan profil penampang magnetik G. Raung.

Peta lintasan magnetik G. Raung, Jawa Timur

Profil penampang magnetik G. Raung

Page 9: G. RAUNG, JAWA TIMUR

Data Magnetik Lintasan A - B G. Raung

Titik Waktu Harga Koreksi Harga Akhir

GT-1 07:37 45439 - 10 45429

GT-2 07:55 45294 - 12 45282

GT-3 08:14 45444 - 13 45431

GT-4 08:34 45578 - 12.5 45565.5

GT-5 08:50 45566 - 14 45552

GT-6 09:06 45788 - 14 45774

GT-7 09:25 46172 - 14 46158

GT-8 10:32 46217 - 7 46210

GT-9 15:03 46589 + 13 46602

GT-10 10:44 46800 - 11 46789

Secara umum kecenderungan intensitas magnetik pada lintasan A-B adalah naik

(dari harga 200 – 800 gamma). Berdasarkan profil intensitas magnetik, kemungkinan

adanya anomali magnetik signifikan terletak antara titik ukur GT.6 dan GT.7. Mengacu

pada peta geologi G. Raung, anomali magnetik ini sangat mungkin disebabkan oleh

adanya struktur sesar. Sedangkan di sekitar puncak G. Ruang tidak terlihat adanya

anomali magnetik yang signifikan.

Potensial Diri

Pengukuran potensial diri G. Raung dilakukan mengikuti lintasan survei geomagnet

dan gayaberat, secara radial mulai dari kaki menuju puncak.

Grafik harga S-P G. Raung

Harga-harga potensial dikoreksi dengan harga variasi harian di base station, untuk

menghindari adanya arus telurik (telluric current). Oleh karena survei SP ini merupakan

survei awal maka analisis untuk penentuan adanya anomali SP belum bisa dilakukan.

Page 10: G. RAUNG, JAWA TIMUR

Namun demikian kemungkinan mulai adanya perubahan temperatur/konsentrasi fluida

terletak antara titik ukur GT.7 dan GT.8 atau disekitar pertengahan lereng G. Raung.

GEOKIMIA

Kimia Batuan

Batuan G. Raung terdiri dari basalt dan andesit dengan komposisi kimia seperti

tabel di bawah ini :

Analisa Kimia 1971 Batuan beku G. Raung

SiO2 FeO

Fe2O3 Al2O3 FeO2 MnO P2O5 CaO MgO Na2O K2O

S total H2O - 110

oL

Hilang dibakar

50,06 % 5,45 6,21

17,61 1,44 0,15 0,16 8,04 5,06 2,41 1,39 0,68 0,60 1,25

Analisa Kimia 1959 Pasir Nopember 1955

Pasir Februari 1956

S2O2 Fe2O3 FeO Al2O3 FeO2 S CaO MgO MnO K2O Na2O CO2 H2O H2O

+

SO3 P2O5

51,1 4,1 5,7 21,7 1,3 - 9,2 2,2 0,1 1,6 2,9 - 0,2 0,1 tidak ada 0,4

51,04 8,82 1,93 20,91 1,19 0,08 9,25 3,30 0,16 1,57 2,67 tidak ada 0,36 tidak ada - -

50,92 7,78 2,30 19,95 1,43 0,05 8,40 3,29 0,17 1,79 2,84 tidak ada 0,16 tidak ada - -

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

Kegiatan vulkanik G. Raung dipantau dari Pos PGA yang terletak di bagian

tenggara G. Raung, yaitu di Dusun Mangaran, Desa Sraji, Kecamatan Songgon,

Kabupaten Banyuwangi, pada ketinggian ± 650m dpl. Pemantauan yang dilakukan berupa

pengamatan visual dan kegempaan.

Page 11: G. RAUNG, JAWA TIMUR

Visual

Dalam keadaan normal teramati hembusan asap kawah berwarna putih tipis

setinggi ± 50-100 m di atas puncak dengan tekanan lemah (Mei 1995). Kegiatan lain yang

diamati berupa solfatara dan fumarola yang terletak pada bukit dan bibir kawah sinder

cone bagian barat dan di dasar kawah bagian barat.

Seismik

Pengamatan kegempaan menggunakan 1 set seismograf dengan sistem pancar

(RTS) model MEQ-800. Stasiun Seismik berada pada koordinat 7°59’34,20“ LS dan

113°18’39,80“ BT, pada ketinggian ± 483 m. Pemantauan aktifitas kegempaan dengan

menggunakan seismograf MEQ-800 dilakukan sejak tahun 1995 hingga pertengahan

1996, sedangkan pemakaian seismograf jenis Kinemetrics PS-2 satu komponen

menggantikan seismograf MEQ-800 sejak pertengahan 1996 hingga sekarang.

KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI

Untuk menghadapi bahaya letusan G. Raung seperti yang pernah terjadi di waktu

sejarah, maka disusunlah Peta Kawasan Rawan Bencana G. Raung yang ada sekarang

ini terdiri dari tiga kawasan, yaitu Kawasan Rawan Bencana I, Kawasan Rawan Bencana

II dan Kawasan Rawan Bencana III.

Kawasan Rawan Bencana III (KRB III)

Untuk kasus G. Raung, KRB-III adalah merupakan kawasan yang sering terlanda

awan panas, aliran lava dan bahan lontaran batu (pijar).

Dalam kondisi meletus Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III) G. Raung berlaku

sebagaimana di gunungapi lain meskipun gunungapi tersebut tidak sering meletus dimana

ada sektor yang sering terlanda oleh aliran massa maupun material lontaran batu (pijar)

dan hujan abu lebat. Kawasan Rawan Bencana III (KRB-III) G. Raung terdiri atas dua

bagian, yaitu kawasan yang akan selalu terlanda oleh:

a. Aliran massa (awan panas dan aliran lava).

b. Material lontaran batu (pijar) seperti bom gunungapi, dan jatuhan piroklastik (hujan abu

lebat).

Kawasan Rawan Bencana II (KRB II)

Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II), adalah kawasan yang berpotensi terlanda

awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat.

Page 12: G. RAUNG, JAWA TIMUR

Kawasan ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas, dan aliran lava.

b. Kawasan rawan bencana terhadap bahan lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat

berjenis ash dry and wet fall.

Perluasan awan panas kemungkinan dapat terjadi apabila letusan di masa

mendatang lebih besar dari letusan masa silam atau terjadi percampuran (magma mixing),

sehingga terjadi letusan hebat yang banyak merubah keadaan morfologi G. Raung secara

drastis.

Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I)

Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) adalah kawasan yang berpotensi terlanda

lahar/banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan aliran piroklastik (awan panas).

Apabila letusannya membesar, maka kawasan ini sangat berpotensi tertimpa bahan

jatuhan piroklastik berupa lontaran batu (pijar) dan hujan abu berjenis ash dry fall.

Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) ini dibedakan menjadi dua bagian, yakni:

a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar/banjir, dan kemungkinan

perluasan awan panas, terletak di sepanjang daerah aliran sungai/di dekat lembah

sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak.

b. Kawasan rawan bencana terhadap jatuhan piroklastik berupa hujan abu berjenis ash

dry fall tanpa memperhatikan arah tiupan angin (saat terjadi letusan), dan

kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar).

Page 13: G. RAUNG, JAWA TIMUR

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Raung

Page 14: G. RAUNG, JAWA TIMUR

DAFTAR PUSTAKA

Djumarma, A., 1986, Pengamatan & penyelidikan seismik G. Raung, 1985 - 1986, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Erfan, R.D., 1989, Pengawasan/Pengamatan G. Raung, Juli 1989, Arsip

Direktorat Vulkanologi, Bandung. Hamidi, S., Sunarman, 1999, Laporan Pengumpulan Data dan Informasi G.

Raung, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung. Kusumadinata, K., 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat

Vulkanologi, Bandung. Mulyana, A.R., dkk, 2007, Peta Kawasan Bencana Gunungapi Raung, Jawa

Timur, PVMBG, Bandung. Pamitro, Y.E., dkk, 2007, Laporan Pemantauan Kegiatan Gunungapi Raung,

Jawa Timur, PVMBG, Bandung. Rasjid, S.A., 1984, Pengamatan seismik G. Raung, Mangaran, Banyuwangi,

Oktober - Nopember 1984, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung. Sutawidjadja, I.S., dkk, 1996, Peta Geologi Gunungapi Raung, Jawa Timur,

Direktorat Vulkanologi, Bandung. Wahyudin, D., 1995, Pengawasan/Pengamatan kegiatan vulkanik G. Raung dan

Kw. Ijen, Jawa Timur, Mei 1995, Arsip Direktorat Vulkanologi, Yohana, T., dkk, 1993, Penyelidikan Geofisika Terpadu G. Raung Agustus 1993,

Direktorat Vulkanologi, Bandung.