Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
G. RAUNG, JAWA TIMUR
G. Raung
G. Raung (Wikipedia,Sep 2005)
KETERANGAN UMUM
Nama Lain : Rawon
Nama Kawah Utama : Kaldera Raung
Nama Kawah Lain : Tegal Alun-Alun dan Tegal Brungbung
Lokasi
a. Geografi Puncak
b. Wilayah administratif
:
:
8° 7,5’ LS dan 114° 02,5’ BT
Kab. Banyuwangi, Kab. Bondowoso, Kab. Jember, dan
Kab. Lumajang, Jawa Timur
Ketinggian : 3332m dpl
Kota Terdekat : Banyuwangi, Bondowoso
Tipe Gunungapi : Strato dengan kaldera
Lokasi Pos Pengamatan
Gunungapi
: Desa Sragi, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur
Geografi : 8° 11’ 54.48” LS dan 114° 9’ 13.02” BT
PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Jalur pendakian ke puncak G. Raung umumnya dilakukan dari Desa
Sumberweringin. Dari tempat ini, kendaraan roda empat masih dapat dilanjutkan ke
Pondok Motor sejauh ± 7 km.
Pendakian dari Pondok Motor melalui tegalan sepanjang ± 0,5 km ke arah selatan –
baratdaya yang kemudian dilanjutkan melalui hutan dan jalan setapak yang mulai
menyempit dan ditumbuhi oleh pepohonan cemara hingga ketinggian 1600 m. Setelah
perjalanan selama ± 3 jam tiba di Pondok Sumur. Dari Pondok Sumur, medan pendakian
mulai sulit, jalan setapak tertutup semak belukar. Setelah ± 2 jam, pendakian melalui
hutan cemara dan pakis-pakisan, dan padang rumput seluas ± 0,25 km2 tiba di Pondok
Demit.
Pendakian dilanjutkan hingga ketinggian ± 2900 m sampai batas hutan, dikenal
dengan Pondok Mantri atau Pasaran, pada tempat ini dilakukan perkemahan. Keesokan
harinya dilanjutkan selama ± 1 jam sampai puncak, melalui medan yang tidak terlalu berat
dengan kemiringan lereng berkisar antara 20° dan 30°.
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Daerah sekitar G. Raung yang subur dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai
lahan pertanian dan perkebunan. Selain itu material hasil letusan berupa pasir dan batu
menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat setempat sebagai tambang
rakyat.
Wisata
G. Raung adalah sebuah gunungapi yang besar dan unik, yang berbeda dari ciri
gunungapi pada umumnya di pulau Jawa. Keunikan dari puncak G. Raung adalah
kalderanya yang dalamnya sekitar 500 m, selalu berasap dan sering menyemburkan api.
G. Raung termasuk gunungapi tua dengan kaldera di puncaknya dan dikelilingi oleh
banyak puncak kecil, menjadikan pemandangannya benar-benar menakjubkan.
SEJARAH LETUSAN
Sejarah kegiatan G. Raung yang pertama kali diketahui terjadi pada tahun 1586,
berupa letusan dahsyat melanda beberapa daerah dan terdapat korban manusia,
berikutnya ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tahun letusan Keterangan
1586 Terjadi letusan dahsyat dan diketahui adanya korban manusia (Verbeek dan Fennema, 1896)
1597 Letusan yang serupa dalam letusan 1586 dan dicatat adanya korban manusia
1638 Terjadi letusan dahsyat, kemudian diikuti dengan banjir besar dan aliran lahar yang melanda daerah antara K. Stail dan K. Klatak. Korban manusia mencapai ribuan orang. Saat itu berdiri Kerajaan Macan Putih di bawah Pangeran Tawangulun (Brouwer, 1913, p. 60-65)
1730 Letusan abu yang dibarengi dengan lahar yang melanda wilayah yang cukup luas dan dilaporkan banyak korban manusia
1787 - 1799 Letusan terjadi pada waktu pemerintah Residen Harris, tidak diketahui adanya keterangan lebih lanjut.
1800 - 1808 Letusan terjadi pada waktu pemerintahan Residen Malleod, tidak diketahui adanya keterangan lebih lanjut.
1812 - 1814 Letusan disertai suara gemuruh dan hujan abu.
1815 Terjadi hujan abu di Besuki dan Probolinggo antara tanggal 4 - 12 April. Neumann van Padang (1951) menyangsikan terjadinya letusan tersebut, diduga hujan abu ini berasal dari letusan G. Tambora di Sumbawa.
1817 Tanah rusak dan korban manusia
1838 Tanah rusak
1859 Tanggal 14 Desember 1941, tidak ada keterangan lebih lanjut
1860 Letusan yang terjadi pada tahun ini tidak diketahui dengan pasti, diduga terjadi pada bulan September (?)
1864 terdengar suara gemuruh dan di siang hari gelap, yang terjadi mulai tanggal 6 Juli, diduga mungkin disebabkan oleh hujan abu
1881 Gumpalan asap disertai suara gemuruh, terjadi hujan abu tipis di sekitar Banyuwangi (Ottolander, 1881)
1885 Diduga terjadi letusan pada bulan Juni, tidak ada keterangan lebih lanjut
1890 Terjadi letusan sejak Juli, Agustus sampai pertengahan September. Letusan paroksimal terjadi pada tanggal 13 September
1896 Terjadi gempa di Kayumas (Besuki), suara gemuruh yang diikuti dengan hujan abu pada bulan Agustus
1902 Munculnya kerucut pusat pada 16 Februari
1903 - 1904 Terdengar suara gemuruh dan bara api di bagian puncak pada tanggal 28 November - 2 Desember
1913 Tampak adanya gumpalan asap pada 10 Mei sampai Desember
1915 Terdengar suara gemuruh dan diikuti dengan gumpalan asap
1916 Terdengar suara gemuruh dan diikuti dengan gumpalan asap (November, Desember)
1917 Terdengar suara gemuruh dan diikuti gumpalan asap
1921 Adanya aliran lava di dalam kaldera bulan Februari - April
1924 Pelemparan eflata di sekitar kaldera dan leleran lava, sebelum Februari
1927 Letusan asap cendawan dan diiringi oleh hujan abu sampai sejauh 30 km. Terdengar dentuman bom yang dilontarkan sejauh 500 m, 2 Agustus sampai Oktober
1928 Tampak adanya celah merah di dasar kaldera yang mengeluarkan lava, Maret dan November
1929 Di antara bulan Maret dan Juni, sama dengan yang pernah terjadi dalam tahun 1928
1933 21 November-6 Desember
1936 22-31 Agustus, 18 September, November-11 Desember
1937 27-31 Oktober dan 21-27 November
1938 13 Agustus-September dan 14 November-28 Desember
1939 10 Januari
1940 diragukan
1941 13 Desember
1943 18 Januari
1944 30 Januari-30 November. Kemungkinan aliran lava dalam kaldera
1945 20 Januari dan 19 April
1953 Terjadi letusan asap tanggal 31 Januari. Asap membara dengan guguran hingga 18 Maret. Tinggi awan letusan mencapai ± 6 km di atas puncak dan sebaran abu mencapai radius ± 200 km
1956 Terjadi kegiatan letusan antara 13-19 Februari dan letusan paroksimal terjadi pada tanggal 19 Februari. Tinggi tiang asap letusan diduga ± 12 km. Suara dentuman berlangsung sekitar 4 jam terdengar jauh hingga ke Surabaya dan Malang. Hujan abu menyebar dan turun hingga Bali dan Surabaya.
1961 Kenaikan kegiatan pada tanggal 26 April
1973 Dikabarkan kegiatan meningkat sejak akhir 1972. Hadian (1973) mengunjungi
puncak, tetapi keadaan sudah normal kembali. Hampir seluruh permukaan dasar kawah tertutup oleh aliran lava yang keluar dari kerucut yang terletak di tengah dasar kawah. Seluruh permukaan kerucut sinder tertutup oleh belerang, demikian pula halnya di bagian utara dasar kawah. Rekahan berbentuk busur menghadap ke tengah terdapat pada bagian timurlaut. Tembusan fumarola terdapat pada puncak kerucut sinder, pada rekahan tersebut di atas, dan di bagian tubuh lava sebelah barat
1989 Letusan abu
Karakter Letusan
Pusat kegiatan G. Raung saat ini berada pada dasar kaldera. Bulan Februari 1902,
pada dasar kaldera muncul kerucut pusat setinggi ± 90 m.
Karakter letusan G. Raung bersifat eksplosif seperti yang terjadi pada tahun 1586,
1597, 1638, 1890, 1953, dan 1956, menghasilkan abu yang dilontarkan ke udara dan
pernah terjadi awan panas yang meluncur menyelimuti sebagian tubuh gunungapinya
pada tahun 1953. Bahaya utama letusan G. Raung atau bahaya primer adalah bahaya
akibat langsung dari letusan seperti luncuran awan panas dan lontaran piroklastik.
Perioda Letusan. Berdasarkan sejarah kegiatannya periode erupsi terpendek antara 2
letusan adalah 1 tahun dan terpanjang 90 tahun.
Asap keluar dari kawah G. Raung (Pendakianonline.blogspot)
GEOLOGI
Morfologi
Puncak G. Raung merupakan kerucut terpotong dengan tonjolan dari sisa-sisa
endapan lava dan barangko-barangko dari sisa endapan piroklastik. Kaldera G. Raung
berbentuk ellips, berukuran 1750 x 2250 m, dalamnya 400-550 m di bawah pematang,
lereng kaldera sangat terjal.
Sektor barat G. Raung muncul sekelompok bukit (hillocks) sebagai sisa dari suatu
longsoran puing raksasa dari kerucut gunungapi bagian barat. Gumuk-gumuk atau bukit-
bukit kecil G. Raung ini merupakan sisa erosi dari suatu longsoran yang maha dahsyat,
juga gumuk-gumuk piroklastik di dataran Jember kemungkinan besar karena terjadinya
banjir masa batuan (banjir lahar).
G. Raung dikelilingi oleh kelompok tonjolan diantaranya : di sebelah utara G. Suket
(2750 m), di timurlaut G. Lempeh (2932 m), di timur G. Jampit (2338 m), di selatan G.
Wates (2796 m), di barat G. Gadung (2390 m), dan G. Pajungan (2352 m).
Pola aliran sungai-sungai di G. Raung adalah radial, sedangkan di daerah kakinya
pola alirannya adalah dendritik. Sungai-sungai yang berhulu di sekitar puncak diantaranya
: Kali stail dan Kali Mangarang. Sungai-sungai yang berhulu di sekitar lereng diantaranya :
K. Kajar, K. Gladagkundung, K. Telepon, K. Kohor, K. Basiran, dan K. Caken. Sungai-
sungai tersebut mengalir antara Kalibaru dan Glenmore. Sungai-sungai antara Glenmore
dan Rogojampi, terdiri dari K. Sempit, K. Porolinggo, K. Wadung, K. Jalen, K. Togung, K.
Susulan, K. Bandeng, dan K. Binan. K. Satel di Gempol, mengalir ke utara lewat dinding
timur G. Suket melalui lembah Gempol dan kampung Belawan, masuk K. Banyuputih.
Beberapa kerucut yang mengelilingi G. Raung seperti G. Suket, G. Lempe, G.
Gadung, G. Pajungan, dan G. Wates adalah gunungapi yang sebagian mungkin lebih tua
dari G. Raung dan sebagian adalah gunungapi parasit. Menurut Taverne 1926, (dalam
Djoharman, 1970) G. Suket dan G. Dampit berumur lebih tua dari G. Raung.
Stratigrafi
Menurut Sutawidjaja (1996), urutan stratigrafi daerah G. Raung dari tua ke muda
adalah sebagai berikut:
1. Satuan Tuf Jember
Breksi dan tuf kasar merupakan batuan proklastik G. Raung paling bawah posisi
stratigrafinya. Terkadang tuf yang berbutir kasar selang-seling dengan tuf abu dan tuf
batu apung merupakan sisipan tipis di dalamnya.
2. Satuan gumuk volkanik Sukowono
Gumuk volkanik tersebar antara kaki G. Raung dan G. Iyang. Diduga bahwa gumuk
sekitar Jember berasal dari aktifitas vulkanisme G. Raung, merupakan sisa erosi dari
endapan volkanik G. Raung.
3. Satuan breksi Raung
Hampir dua pertiga lembar Jember bagian barat dan utara ditutupi endapan volkanik
dari G. Raung dan G. Argopuro. Lava, breksi dan tuf merupakan bagian utama.
4. Satuan lava Raung
Singkapan di kawasan Kalibaru, morfologinya dicerminkan oleh punggungan yang
terdiri dari lava andesit skoria. Satuan ini tertutup lapisan tipis abu gunungapi yang
paling muda yang masih lepas sifatnya.
Peta Geologi Gunungapi Raung
GEOFISIKA
Seismik
Gempa yang tercatat oleh seismograf pada Pos PGA G. Raung adalah gempa
vulkanik dangkal, vulkanik dalam, tektonik lokal dan tektonik jauh. Kegempaan G. Raung
tahun 2008 hingga tahun 2009 terlihat pada grafik di bawah.
Grafik Gempa Vulkanik Dangkal G. Raung
2008 - 2009
0
5
10
15
20
25
01-0
1-2
008
01-0
3-2
008
01-0
5-2
008
01-0
7-2
008
01-0
9-2
008
01-1
1-2
008
01-0
1-2
009
01-0
3-2
009
01-0
5-2
009
01-0
7-2
009
01-0
9-2
009
01-1
1-2
009
Ju
mla
h G
em
pa
VB
Grafik Gempa Vulkanik Dalam G. Raung
2008 - 2009
0
1
2
3
4
5
01-0
1-2
008
01-0
3-2
008
01-0
5-2
008
01-0
7-2
008
01-0
9-2
008
01-1
1-2
008
01-0
1-2
009
01-0
3-2
009
01-0
5-2
009
01-0
7-2
009
01-0
9-2
009
01-1
1-2
009
Ju
mla
h G
em
pa VA
Grafik Gempa Tektonik Lokal G. Raung
2008 - 2009
0
1
2
3
4
5
01-0
1-2
008
01-0
3-2
008
01-0
5-2
008
01-0
7-2
008
01-0
9-2
008
01-1
1-2
008
01-0
1-2
009
01-0
3-2
009
01-0
5-2
009
01-0
7-2
009
01-0
9-2
009
01-1
1-2
009
Jum
lah G
em
pa
TL
Grafik Gempa Tektonik Jauh G. Raung
05
1015202530354045
01-0
1-2
008
01-0
3-2
008
01-0
5-2
008
01-0
7-2
008
01-0
9-2
008
01-1
1-2
008
01-0
1-2
009
01-0
3-2
009
01-0
5-2
009
01-0
7-2
009
01-0
9-2
009
01-1
1-2
009
Jum
lah G
em
pa TJ
Gaya Berat
Harga gayaberat pada lintasan A-B (seperti ditunjukkan pada peta lintasan
magnetik G. Raung) adalah ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Tabel harga G relatif terhadap GT-1
Station Tinggi (meter) del G GT-1
GT-1 710 0.0000
GT-2 735 -7.5178
GT-3 800 -21.1896
GT-4 875 -36.3867
GT-5 940 -50.8628
GT-6 1030 -68.7573
GT-7 1150 -86.4413
GT-8 1500 -151.3490
GT-9 1775 -204.9067
GT-9A 2550 -395.8760
GT-10 2840 -468.2425
Catatan : titik ukur referensi adalah GT-1, data belum terkoreksi medan
Geomagnet
Peta di bawah ini menunjukkan jalur lintasan survei penyelidikan geomagnet di G.
Raung. Harga intensitas magnetik pada titik ukur lintasan A – B ditunjukkan pada tabel
dan profil penampang magnetik G. Raung.
Peta lintasan magnetik G. Raung, Jawa Timur
Profil penampang magnetik G. Raung
Data Magnetik Lintasan A - B G. Raung
Titik Waktu Harga Koreksi Harga Akhir
GT-1 07:37 45439 - 10 45429
GT-2 07:55 45294 - 12 45282
GT-3 08:14 45444 - 13 45431
GT-4 08:34 45578 - 12.5 45565.5
GT-5 08:50 45566 - 14 45552
GT-6 09:06 45788 - 14 45774
GT-7 09:25 46172 - 14 46158
GT-8 10:32 46217 - 7 46210
GT-9 15:03 46589 + 13 46602
GT-10 10:44 46800 - 11 46789
Secara umum kecenderungan intensitas magnetik pada lintasan A-B adalah naik
(dari harga 200 – 800 gamma). Berdasarkan profil intensitas magnetik, kemungkinan
adanya anomali magnetik signifikan terletak antara titik ukur GT.6 dan GT.7. Mengacu
pada peta geologi G. Raung, anomali magnetik ini sangat mungkin disebabkan oleh
adanya struktur sesar. Sedangkan di sekitar puncak G. Ruang tidak terlihat adanya
anomali magnetik yang signifikan.
Potensial Diri
Pengukuran potensial diri G. Raung dilakukan mengikuti lintasan survei geomagnet
dan gayaberat, secara radial mulai dari kaki menuju puncak.
Grafik harga S-P G. Raung
Harga-harga potensial dikoreksi dengan harga variasi harian di base station, untuk
menghindari adanya arus telurik (telluric current). Oleh karena survei SP ini merupakan
survei awal maka analisis untuk penentuan adanya anomali SP belum bisa dilakukan.
Namun demikian kemungkinan mulai adanya perubahan temperatur/konsentrasi fluida
terletak antara titik ukur GT.7 dan GT.8 atau disekitar pertengahan lereng G. Raung.
GEOKIMIA
Kimia Batuan
Batuan G. Raung terdiri dari basalt dan andesit dengan komposisi kimia seperti
tabel di bawah ini :
Analisa Kimia 1971 Batuan beku G. Raung
SiO2 FeO
Fe2O3 Al2O3 FeO2 MnO P2O5 CaO MgO Na2O K2O
S total H2O - 110
oL
Hilang dibakar
50,06 % 5,45 6,21
17,61 1,44 0,15 0,16 8,04 5,06 2,41 1,39 0,68 0,60 1,25
Analisa Kimia 1959 Pasir Nopember 1955
Pasir Februari 1956
S2O2 Fe2O3 FeO Al2O3 FeO2 S CaO MgO MnO K2O Na2O CO2 H2O H2O
+
SO3 P2O5
51,1 4,1 5,7 21,7 1,3 - 9,2 2,2 0,1 1,6 2,9 - 0,2 0,1 tidak ada 0,4
51,04 8,82 1,93 20,91 1,19 0,08 9,25 3,30 0,16 1,57 2,67 tidak ada 0,36 tidak ada - -
50,92 7,78 2,30 19,95 1,43 0,05 8,40 3,29 0,17 1,79 2,84 tidak ada 0,16 tidak ada - -
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Kegiatan vulkanik G. Raung dipantau dari Pos PGA yang terletak di bagian
tenggara G. Raung, yaitu di Dusun Mangaran, Desa Sraji, Kecamatan Songgon,
Kabupaten Banyuwangi, pada ketinggian ± 650m dpl. Pemantauan yang dilakukan berupa
pengamatan visual dan kegempaan.
Visual
Dalam keadaan normal teramati hembusan asap kawah berwarna putih tipis
setinggi ± 50-100 m di atas puncak dengan tekanan lemah (Mei 1995). Kegiatan lain yang
diamati berupa solfatara dan fumarola yang terletak pada bukit dan bibir kawah sinder
cone bagian barat dan di dasar kawah bagian barat.
Seismik
Pengamatan kegempaan menggunakan 1 set seismograf dengan sistem pancar
(RTS) model MEQ-800. Stasiun Seismik berada pada koordinat 7°59’34,20“ LS dan
113°18’39,80“ BT, pada ketinggian ± 483 m. Pemantauan aktifitas kegempaan dengan
menggunakan seismograf MEQ-800 dilakukan sejak tahun 1995 hingga pertengahan
1996, sedangkan pemakaian seismograf jenis Kinemetrics PS-2 satu komponen
menggantikan seismograf MEQ-800 sejak pertengahan 1996 hingga sekarang.
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI
Untuk menghadapi bahaya letusan G. Raung seperti yang pernah terjadi di waktu
sejarah, maka disusunlah Peta Kawasan Rawan Bencana G. Raung yang ada sekarang
ini terdiri dari tiga kawasan, yaitu Kawasan Rawan Bencana I, Kawasan Rawan Bencana
II dan Kawasan Rawan Bencana III.
Kawasan Rawan Bencana III (KRB III)
Untuk kasus G. Raung, KRB-III adalah merupakan kawasan yang sering terlanda
awan panas, aliran lava dan bahan lontaran batu (pijar).
Dalam kondisi meletus Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III) G. Raung berlaku
sebagaimana di gunungapi lain meskipun gunungapi tersebut tidak sering meletus dimana
ada sektor yang sering terlanda oleh aliran massa maupun material lontaran batu (pijar)
dan hujan abu lebat. Kawasan Rawan Bencana III (KRB-III) G. Raung terdiri atas dua
bagian, yaitu kawasan yang akan selalu terlanda oleh:
a. Aliran massa (awan panas dan aliran lava).
b. Material lontaran batu (pijar) seperti bom gunungapi, dan jatuhan piroklastik (hujan abu
lebat).
Kawasan Rawan Bencana II (KRB II)
Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II), adalah kawasan yang berpotensi terlanda
awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat.
Kawasan ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas, dan aliran lava.
b. Kawasan rawan bencana terhadap bahan lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat
berjenis ash dry and wet fall.
Perluasan awan panas kemungkinan dapat terjadi apabila letusan di masa
mendatang lebih besar dari letusan masa silam atau terjadi percampuran (magma mixing),
sehingga terjadi letusan hebat yang banyak merubah keadaan morfologi G. Raung secara
drastis.
Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I)
Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) adalah kawasan yang berpotensi terlanda
lahar/banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan aliran piroklastik (awan panas).
Apabila letusannya membesar, maka kawasan ini sangat berpotensi tertimpa bahan
jatuhan piroklastik berupa lontaran batu (pijar) dan hujan abu berjenis ash dry fall.
Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) ini dibedakan menjadi dua bagian, yakni:
a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar/banjir, dan kemungkinan
perluasan awan panas, terletak di sepanjang daerah aliran sungai/di dekat lembah
sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak.
b. Kawasan rawan bencana terhadap jatuhan piroklastik berupa hujan abu berjenis ash
dry fall tanpa memperhatikan arah tiupan angin (saat terjadi letusan), dan
kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar).
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Raung
DAFTAR PUSTAKA
Djumarma, A., 1986, Pengamatan & penyelidikan seismik G. Raung, 1985 - 1986, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung.
Erfan, R.D., 1989, Pengawasan/Pengamatan G. Raung, Juli 1989, Arsip
Direktorat Vulkanologi, Bandung. Hamidi, S., Sunarman, 1999, Laporan Pengumpulan Data dan Informasi G.
Raung, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung. Kusumadinata, K., 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat
Vulkanologi, Bandung. Mulyana, A.R., dkk, 2007, Peta Kawasan Bencana Gunungapi Raung, Jawa
Timur, PVMBG, Bandung. Pamitro, Y.E., dkk, 2007, Laporan Pemantauan Kegiatan Gunungapi Raung,
Jawa Timur, PVMBG, Bandung. Rasjid, S.A., 1984, Pengamatan seismik G. Raung, Mangaran, Banyuwangi,
Oktober - Nopember 1984, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung. Sutawidjadja, I.S., dkk, 1996, Peta Geologi Gunungapi Raung, Jawa Timur,
Direktorat Vulkanologi, Bandung. Wahyudin, D., 1995, Pengawasan/Pengamatan kegiatan vulkanik G. Raung dan
Kw. Ijen, Jawa Timur, Mei 1995, Arsip Direktorat Vulkanologi, Yohana, T., dkk, 1993, Penyelidikan Geofisika Terpadu G. Raung Agustus 1993,
Direktorat Vulkanologi, Bandung.