40
GAGAL GINJAL KRONIK/ CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) A. DEFINISI Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001). Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007). CRF (Chronic Renal Failure) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempetahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer, 2001). B. KLASIFIKASI CKD Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan Cronic Kidney Disease (CKD). Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure (CRF), namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/ merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk menentukan derajat (stage) menggunakan terminology CCT (clearance creatinin test) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF (cronic renal failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF. 1. Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium : a. Stadium I : Penurunan cadangan ginjal 1

GAGAL GINJAL KRONIK.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

GAGAL GINJAL KRONIK/ CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A.    DEFINISI  Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal

yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001).

  Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan  fungsi ginjal  yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).

  CRF (Chronic Renal Failure) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempetahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer, 2001).

B.     KLASIFIKASI CKDSesuai dengan topik yang saya tulis didepan Cronic Kidney Disease (CKD). Pada

dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure (CRF), namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/ merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk menentukan derajat (stage) menggunakan terminology CCT (clearance creatinin test) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF (cronic renal failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.1.      Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium :

a.       Stadium I  : Penurunan cadangan ginjal  Kreatinin serum dan kadar BUN normal  Asimptomatik  Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFRb.      Stadium II : Insufisiensi ginjal  Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)  Kadar kreatinin serum meningkat  Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)

Ada 3 derajat insufisiensi ginjal:1)      Ringan

40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal2)      Sedang

15% - 40% fungsi ginjal normal3)      Kondisi berat

2% - 20% fungsi ginjal normalc.       Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia

1

Page 2: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

  kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat  ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit  air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010

2.      KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerolus) :a.     Stadium 1   : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG

yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)b.     Stadium 2   : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 -89

mL/menit/1,73 m2)c.       Stadium 3   : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2)d.      Stadium 4   : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2)e.       Stadium 5   : kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal

terminal.

Anatomi dan Fisiologi Ginjala.       Struktur Makroskopik Ginjal

Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci) tebalnya 2,5 cm (1”), dan beratnya sekitar 120 gr. Ukuranya tidak berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh. Ginjal diliputi oleh sesuatu kapsula fibrosa tipis mengkilat, yang berkaitan longgar dengan jaringan di bawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal. Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda korteks di bagian luar dan medula di bagian dalam. Medula terbagi-bagi menjadi baji segitiga yang disebut piramida. Piramida-piramida tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolumna bertini. Piramida-piramida tesebut tampak bercorak karena tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul becorak. Setiap duktus papilaris masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal berbentuk seperti cawan yang disebut kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu membentuk kaliks mayor, yang selanjutnya bersatu sehingga membentuk pelvis ginjal. Pelvis ginjal merupakan resevoar utama sistem pengumpul ginjal. Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan vesika urinaria. Pengetahuan mengenai anatomi ginjal merupakan dasar untuk memahami pembentukan urine tersebut mengalir melalui tubulus dan duktus pengumpul. Urine yang terbentuk kemudian mengalir ke dalam mayor, pelvis ginjal, dan akhirnya meninggalkan ginjal melalui ureter menuju vesika urinaria. Dinding kaliks, pelvis dan urieter mengandung otot polos yang mendorong urine melalui saluran kemih dengan gerakan-peristaltik.

b.      Suplai Pembuluh Darah Makroskopik Ginjal Ginjal mendapat aliran darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteria renalis bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteria arkuata. Arteria interlobaris yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut glomerolus. Glomerolus ini dikelilingi alat yang disebut simpai bowman. Disini terjadi penyaringan pertama dan kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk kedalam vena kava inferior. (Syaifudin, H, 2006)

2

Page 3: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

Gambaran Khusus Aliran Darah GinjalGinjal diperfusi oleh sekitar 1.200 ml darah / menit. suatu volume yang sama dengan 20% sampai 25% curah jantung (5.000 ml/m).

c.       Struktur Mikroskopik Ginjal Unit kerja Fungsional ginjal disebut sebagai nefron, dalam setiap ginjal terdapat sekitar 1 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Dengan demikian kerja ginjal dapat di anggap sebagai jumlah total dari setiap nefron. Setiap nefron terdiri atas kapsula bowman yang mengitari glomerolus , Tubulus kontortus proksimal dan tubukus kontortus distal, yang mengosongkan diri ke duktus pengumpul.

d. Persarafan ginjal Ginjal mendapat persarafan dari fleksus renalis, saraf ini berfungsi untuk mengatur

jumlah darah yang masuk ke dalam Ginjal, saraf ini berjalan bersama dengan pembuluh darah. Diatas ginjal terdapat kelenjar suprenalis kelenjar ini merupakan suatu kelenjar buntu yang menghasilkan 2 macam hormon yaitu hormon adrenalin dan hormon kortisol.

(Syaifuddin, H 2006)e. Fungsi Ginjal1)      Mengatur volume cairan dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan di keluarkan sebagai

urine. Kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang dieksresikan menjadi sedikit.

2)      Mengatur keseimbangan osmotic yang mempertahankan keseimbangan ion yang optimal dalam plasma.

3)      Mangatur keseimbangan asam basah dalam cairan tubuh bergantung pada apa yang dimakan, campuran makanan.

4)      Menghasilkan urine yang bersifat asam, ph kurang dari 6 disebabkan metabolisme protein5)      Eksresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat , kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan dan

bahan kimia yang lain6)      Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal memproduksi rennin dan eritropoitin.

(Syaifuddin, H 2006)

C.    ETIOLOGIGagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.

1.     Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.2.     Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.3.     Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,

stenosis arteri renalis.4.     Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli arteritis

nodosa, sklerosis sistemik progresif.5.     Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubuler

ginjal.6.     Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.7.      Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.8.      Nefropati obstruktif                           a.       Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.

3

Page 4: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

b.      Sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali congenital pada leher kandung kemih dan uretra.

D.     PATOFISIOLOGIPada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan

tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, akan semakin berat.

1.   Gangguan Klirens GinjalBanyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh ginjalPenurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan medikasi seperti steroid.

2.   Retensi Cairan dan UreumGinjal juga tidakmampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kwehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik.

3.   AsidosisDengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi ammonia (NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) . penurunan ekskresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi

4

Page 5: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

4.   AnemiaSebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan sesak napas.

5.   Ketidakseimbangan Kalsium dan FosfatAbnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, maka yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan pebyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D (1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun.

6.   Penyakit Tulang UremikDisebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon.

5

Page 6: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

Patways CKD / Gagal Ginjal :

Pathway Chronic Kidney Disease (CKD)/ Gagal Ginjal Kronik

6

Page 7: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

E.     TANDA DAN GEJALA1.        Kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia

a.        Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa sal.cerna, gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek, bilirubuin serum meningkat/normal, uji comb’s negative dan jumlah retikulosit normal.

b.       Defisiensi hormone eritropoetinGinjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating Factor) → def. H eritropoetin → Depresi sumsum tulang → sumsum tulang tidak mampu bereaksi terhadap proses hemolisis/perdarahan → anemia normokrom normositer.

2.        Kelainan Saluran cernaa.        Mual, muntah, hicthcup

dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia (NH3) → iritasi/rangsang mukosa lambung dan usus.

b.       Stomatitis uremiaMukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva banyak mengandung urea dan kurang menjaga kebersihan mulut.

c.        PankreatitisBerhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.

3.        Kelainan mata4.        Kardiovaskuler :

a.          Hipertensib.         Pitting edemac.          Edema periorbitald.         Pembesaran vena lehere.          Friction Rub Pericardial

5.        Kelainan kulita.        Gatal

Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:a).      Toksik uremia yang kurang terdialisisb).     Peningkatan kadar kalium phosphorc).      Alergi bahan-bahan dalam proses HDb.       Kering bersisik

Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan kristal urea di bawah kulit.c.        Kulit mudah memard.       Kulit kering dan bersisike.        rambut tipis dan kasar

5.        Neuropsikiatri6.        Kelainan selaput serosa7.        Neurologi :

a.       Kelemahan dan keletihanb.      Konfusic.       Disorientasid.      Kejange.       Kelemahan pada tungkai

7

Page 8: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

f.       rasa panas pada telapak kakig.      Perubahan Perilaku

8.        Kardiomegali.Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi ginjal yang

serupa yang disebabkan oleh desstruksi nefron progresif. Rangkaian perubahan tersebut biasanya menimbulkan efek berikut pada pasien : bila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien menderita apa yang disebut Sindrom UremikTerdapat dua kelompok gejala klinis :

  Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi; kelainan volume cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit nitrogen dan metabolit lainnya, serta anemia akibat defisiensi sekresi ginjal.

  Gangguan kelainan CV, neuromuscular, saluran cerna dan kelainan lainnya

MANIFESTASI SINDROM UREMIK

Sistem Tubuh Manifestasi

Biokimia   Asidosis Metabolik (HCO3 serum 18-20 mEq/L)  Azotemia (penurunan GFR, peningkatan BUN, kreatinin)  Hiperkalemia  Retensi atau pembuangan Natrium  Hipermagnesia  Hiperurisemia

Perkemihan& Kelamin   Poliuria, menuju oliguri lalu anuria  Nokturia, pembalikan irama diurnal  Berat jenis kemih tetap sebesar 1,010  Protein silinder  Hilangnya libido, amenore, impotensi dan sterilitas

Kardiovaskular   Hipertensi  Retinopati dan enselopati hipertensif  Beban sirkulasi berlebihan  Edema  Gagal jantung kongestif  Perikarditis (friction rub)  Disritmia

Pernafasan   Pernafasan Kusmaul, dispnea  Edema paru  Pneumonitis

Hematologik   Anemia menyebabkan kelelahan  Hemolisis  Kecenderungan perdarahan  Menurunnya resistensi terhadap infeksi (ISK,

pneumonia,septikemia)

8

Page 9: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

Kulit   Pucat, pigmentasi  Perubahan rambut dan kuku (kuku mudah patah, tipis, bergerigi,

ada garis merah biru yang berkaitan dengan kehilangan protein)  Pruritus  “kristal” uremik  kulit kering  memar

Saluran cerna   Anoreksia, mual muntah menyebabkan penurunan BB  Nafas berbau amoniak  Rasa kecap logam, mulut kering  Stomatitis, parotitid  Gastritis, enteritis  Perdarahan saluran cerna  Diare

Metabolisme intermedier

  Protein-intoleransi, sintesisi abnormal  Karbohidrat-hiperglikemia, kebutuhan insulin menurun  Lemak-peninggian kadar trigliserida

Neuromuskular   Mudah lelah  Otot mengecil dan lemah  Susunan saraf pusat :  Penurunan ketajaman mental  Konsentrasi buruk  Apati  Letargi/gelisah, insomnia  Kekacauan mental  Koma  Otot berkedut, asteriksis, kejang  Neuropati perifer :  Konduksi saraf lambat, sindrom restless leg  Perubahan sensorik pada ekstremitas – parestesi  Perubahan motorik – foot drop yang berlanjut menjadi paraplegi

Gangguan kalsium dan rangka

  Hiperfosfatemia, hipokalsemia  Hiperparatiroidisme sekunder  Osteodistropi ginjal  Fraktur patologik (demineralisasi tulang)  Deposit garam kalsium pada jaringan lunak (sekitar sendi,

pembuluh darah, jantung, paru-paru)  Konjungtivitis (uremik mata merah)

9

Page 10: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

F.     KOMPLIKASIa.       Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diet

berlebih.b.      Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik

dan dialysis yang tidak adekuatc.       Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-angiotensin-

aldosterond.      Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, perdarahan

gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah selama hemodialisae.       Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang

rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.f.       Asidosis metabolicg.      Osteodistropi ginjalh.      Sepsisi.        neuropati periferj.        hiperuremia

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG1.        Laboratoriuma.        Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal

  Ureum kreatinin.  Asam urat serum.

b.       Identifikasi etiologi gagal ginjal  Analisis urin rutin  Mikrobiologi urin  Kimia darah  Elektrolit  Imunodiagnosis

c.    Identifikasi perjalanan penyakit  Progresifitas penurunan fungsi ginjal  Ureum kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT)GFR / LFG dapat dihitung dengan formula Cockcroft-Gault:

10

Page 11: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

Nilai normal :Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau                   0,93 - 1,32 mL/detik/m2

Wanita    : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau                 0,85 - 1,23 mL/detik/m2

-         Hemopoesis   : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan  Elektrolit        : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+  Endokrin        :  PTH dan T3,T4  Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk   ginjal, misalnya: infark

miokard.2.        Diagnostika.    Etiologi CKD dan terminal

  Foto polos abdomen.  USG.  Nefrotogram.  Pielografi retrograde.  Pielografi antegrade.  Mictuating Cysto Urography (MCU).

b.    Diagnosis pemburuk fungsi ginjal  RetRogram  USG.

H.     PENATALAKSANAAN MEDIS1.      Terapi Konservatif

Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic renal Desease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun.Tujuan terapi konservatif :

a.       Mencegah memburuknya fungsi ginjal secara profresi.b.      Meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksi asotemia.c.       Mempertahankan dan memperbaiki metabolisme secara optimal.d.      Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.

Prinsip terapi konservatif :a.       Mencegah memburuknya  fungsi ginjal.

1).    Hati-hati dalam pemberian obat yang bersifat nefrotoksik.2).    Hindari keadaan yang menyebabkan diplesi volume cairan ekstraseluler dan hipotensi.3).    Hindari gangguan keseimbangan elektrolit.4).    Hindari pembatasan ketat konsumsi protein hewani.5).    Hindari proses kehamilan dan pemberian obat kontrasepsi.6).    Hindari instrumentasi dan sistoskopi tanpa indikasi medis yang kuat.7).    Hindari pemeriksaan radiologis dengan kontras yang kuat tanpa indikasi medis yang kuat.b.      Pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat1).    Kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomerular.2).    Kendalikan terapi ISK.

11

Page 12: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

3).    Diet protein yang proporsional.4).    Kendalikan hiperfosfatemia.5).    Terapi hiperurekemia bila asam urat serum > 10mg%.6).    Terapi hIperfosfatemia.7).    Terapi keadaan asidosis metabolik.8).    Kendalikan keadaan hiperglikemia.

c.       Terapi alleviative gejala asotemia1).    Pembatasan konsumsi protein hewani.2).    Terapi keluhan gatal-gatal.3).    Terapi keluhan gastrointestinal.4).    Terapi keluhan neuromuskuler.5).    Terapi keluhan tulang dan sendi.6).    Terapi anemia.7).    Terapi setiap infeksi.

2.      Terapi simtomatika.      Asidosis metabolik

Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat meningkatkan serum K+ (hiperkalemia ) :1).    Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5 mg/hari.2).    Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau sama dengan 7,35 atau

serum bikarbonat < atau sama dengan 20 mEq/L.b.      Anemia1).    Anemia Normokrom normositer

Berhubungan dengan retensi toksin polyamine dan defisiensi hormon eritropoetin (ESF: Eritroportic Stimulating Faktor). Anemia ini diterapi dengan pemberian Recombinant Human Erythropoetin ( r-HuEPO ) dengan pemberian 30-530 U per kg BB.

2).    Anemia hemolisisBerhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang dibutuhkan adalah membuang toksin asotemia dengan hemodialisis atau peritoneal dialisis.

3).    Anemia Defisiensi BesiDefisiensi Fe pada CKD berhubungan dengan perdarahan saluran cerna dan kehilangan besi pada dialiser ( terapi pengganti hemodialisis ). Klien yang mengalami anemia, tranfusi darah merupakan salah satu pilihan terapi alternatif ,murah dan efektif, namun harus diberikan secara hati-hati.Indikasi tranfusi PRC pada klien gagal ginjal :

a).    HCT < atau sama dengan 20 %b).    Hb  < atau sama dengan 7 mg5c).    Klien dengan keluhan : angina pektoris, gejala umum anemia    dan high output heart

failure.Komplikasi tranfusi darah :

a).    Hemosiderosisb).    Supresi sumsum tulangc).    Bahaya overhidrasi, asidosis dan hiperkalemiad).   Bahaya infeksi hepatitis virus dan CMV

12

Page 13: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

e).    Pada Human Leukosite antigen (HLA) berubah, penting untuk rencana transplantasi ginjal.

c.       Kelainan Kulit1).    Pruritus (uremic itching)

Keluhan gatal ditemukan pada 25% kasus CKD dan terminal, insiden meningkat pada klien yang mengalami HD.Keluhan :

a).    Bersifat subyektifb).    Bersifat obyektif : kulit kering, prurigo nodularis, keratotic papula dan lichen symply

Beberapa pilihan terapi :a).    Mengendalikan hiperfosfatemia dan hiperparatiroidismeb).    Terapi lokal : topikal emmolient ( tripel lanolin )c).    Fototerapi dengan sinar UV-B 2x perminggu selama 2-6 mg, terapi ini bisa diulang

apabila diperlukan

d).   Pemberian obat  Diphenhidramine 25-50 P.O  Hidroxyzine 10 mg P.O   2).    Easy Bruishing

Kecenderungan perdarahan pada kulit dan selaput serosa berhubungan denga retensi toksin asotemia dan gangguan fungsi trombosit. Terapi yang diperlukan adalah tindakan dialisis.

d.      Kelainan NeuromuskularTerapi pilihannya : 

1).    HD reguler.2).    Obat-obatan : Diasepam, sedatif.3).    Operasi sub total paratiroidektomi.

e.       HipertensiBentuk hipertensi pada klien dengan GG berupa : volum dependen hipertensi, tipe vasokonstriksi atau kombinasi keduanya. Program terapinya meliputi :

1).    Restriksi garam dapur.2).    Diuresis dan Ultrafiltrasi.3).    Obat-obat antihipertensi.3.      Terapi pengganti

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).

a.       Dialisis yang meliputi :1).    Hemodialisa

Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG). Secara khusus, indikasi HD adalah

13

Page 14: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

1.      Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih.

2.      Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila terdapat indikasi:a.          Hiperkalemia > 17 mg/ltb.         Asidosis metabolik dengan pH darah < 7.2c.          Kegagalan terapi konservatifd.         Kadar ureum > 200 mg % dan keadaan gawat pasien uremia, asidosis metabolik berat,

hiperkalemia, perikarditis, efusi, edema paru ringan atau berat atau kreatinin tinggi dalam darah dengan nilai kreatinin > 100 mg %

e.          Kelebihan cairanf.          Mual dan muntah hebatg.         BUN > 100 mg/ dl (BUN = 2,14 x nilai ureum )h.         preparat (gagal ginjal dengan kasus bedah )i.           Sindrom kelebihan airj.           Intoksidasi obat jenis barbiturat

Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis, ensefalopati/ neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi berat, muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% atau > 40 mmol per liter dan kreatinin > 10 mg% atau > 90 mmol perliter. Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m², mual, anoreksia, muntah, dan astenia berat (Sukandar, 2006).

Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003) secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15 mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang, dan nefropatik diabetik.

Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang telah dilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Umumnya dipergunakan ginjal buatan yang kompartemen darahnya adalah kapiler-kapiler selaput semipermiabel (hollow fibre kidney). Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Kendala yang ada adalah biaya yang mahal (Rahardjo, 2006).

2).    Dialisis Peritoneal (DP)Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)

di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien-pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal (Sukandar, 2006).

14

Page 15: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

b.      Transplantasi ginjal atau cangkok ginjal.Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal). Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:

1)      Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah

2)      Kualitas hidup normal kembali3)      Masa hidup (survival rate) lebih lama4)      Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan obat imunosupresif

untuk mencegah reaksi penolakan5)      Biaya lebih murah dan dapat dibatasi

I.        Pengkajian Keperawatan

a. PENGKAJIAN  PRIMER

Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :  Airway1)      Lidah jatuh kebelakang2)      Benda asing/ darah pada rongga mulut3)      Adanya sekret  Breathing1)      pasien sesak nafas dan cepat letih2)      Pernafasan Kusmaul3)      Dispnea4)      Nafas berbau amoniak  Circulation1)   TD meningkat2)   Nadi kuat3)   Disritmia4)   Adanya peningkatan JVP5)   Terdapat edema pada ekstremitas bahkan anasarka6)   Capillary refill > 3 detik7)   Akral dingin8)   Cenderung adanya perdarahan terutama pada lambung  Disability : pemeriksaan neurologis  GCS menurun bahkan terjadi koma, Kelemahan dan

keletihan, Konfusi, Disorientasi, Kejang, Kelemahan pada tungkaiA : Allert               sadar penuh, respon bagusV : Voice Respon  kesadaran menurun, berespon thd suaraP : Pain Respons   kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd rangsangan nyeriU : Unresponsive  kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon thd nyeri

b. PENGKAJIAN SEKUNDER

15

Page 16: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau penenganan pada pemeriksaan primer.Pemeriksaan sekunder meliputi :

1.   AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event2.   Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe3.   Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang  Keluhan Utama

Badan lemah, cepat lelah, nampak sakit, pucat keabu-abuan, kadang-kadang disertai udema ekstremitas, napas terengah-engah.

  Riwayat kesehatanFaktor resiko (mengalami infeksi saluran nafas atas, infeksi kulit, infeksi saluran kemih, hepatitis, riwayat penggunaan obat nefrotik, riwayat keluarga dengan penyakit polikistik, keganasan, nefritis herediter)

Anamnesa         Oliguria/ anuria 100 cc/ hari, infeksi, urine (leucosit, erytrosit, WBC, RBC)         Cardiovaskuler: Oedema, hipertensi, tachicardi, aritmia, peningkatan kalium         Kulit : pruritus, ekskortiasis, pucat kering.         Elektrolit: Peningkatan kalium, peningkatan H+, PO, Ca, Mg, penurunan HCO3

         Gastrointestinal : Halitosis, stomatitis, ginggivitis, pengecapan menurun, nausea, ainoreksia, vomitus, hematomisis, melena, gadtritis, haus.

         Metabolik : Urea berlebihan, creatinin meningkat.         Neurologis: Gangguan fungsi kognitif, tingkah laku, penurunan kesadaran, perubahan fungsi

motorik         Oculair : Mata merah, gangguan penglihatan         Reproduksi : Infertil, impoten, amenhorea, penurunan libido         Respirasi : edema paru, hiperventilasi, pernafasan kusmaul         Lain-lain : Penurunan berat badan

J.       Masalah keperawatan1.      Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar2.      Penurunan cardiac output b.d perubahan preload, afterload dan sepsis3.      Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis, perikarditis4.      Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah5.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang inadekuat

(mual, muntah, anoreksia dll).6.      Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk sampah   dan prosedur

dialysis.

16

Page 17: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

K.    INTERVENSI KEPERAWATAN

NODIAGNOSA

KEPERAWATANTUJUAN INTERVENSI

1 Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.

Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli

Batasan karakteristik :        Gangguan penglihatan        Penurunan CO2        Takikardi        Hiperkapnia        Keletihan        somnolen        Iritabilitas        Hypoxia        kebingungan        Dyspnoe

NOC :  Respiratory Status : Gas exchange  Respiratory Status : ventilation  Vital Sign Status

Kriteria Hasil :  Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan

oksigenasi yang adekuat  Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari

tanda tanda distress pernafasan  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas

yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)Tanda tanda vital dalam rentang normal

NIC :

Airway Management

       Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

       Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi       Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas

buatan       Pasang mayo bila perlu       Lakukan fisioterapi dada jika perlu       Keluarkan sekret dengan batuk atau suction       Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan       Lakukan suction pada mayo       Berika bronkodilator bial perlu       Barikan pelembab udara       Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan.       Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring

       Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha

17

Page 18: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

        nasal faring        AGD Normal        sianosis        warna kulit abnormal (pucat,

kehitaman)        Hipoksemia        hiperkarbia        sakit kepala ketika bangun        frekuensi dan kedalaman nafas

abnormalFaktor faktor yang berhubungan :

-       ketidakseimbangan perfusi ventilasiperubahan membran kapiler-alveolar

respirasi       Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan

otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

       Monitor suara nafas, seperti dengkur       Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,

hiperventilasi, cheyne stokes, biot       Catat lokasi trakea       Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan

paradoksis )       Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak

adanya ventilasi dan suara tambahan       Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi

crakles dan ronkhi pada jalan napas utama       Uskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui

hasilnya

AcidBase Managemen

  Monitro IV line  Pertahankanjalan nafas paten  Monitor AGD, tingkat elektrolit  Monitor status hemodinamik(CVP, MAP, PAP)  Monitor adanya tanda tanda gagal nafas  Monitor pola respirasi  Lakukan terapi oksigen  Monitor status neurologi  Tingkatkan oral hygiene

18

Page 19: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

2 Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup

NOC :       Cardiac Pump effectiveness       Circulation Status       Vital Sign Status

Kriteria Hasil:  Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah,

Nadi, respirasi)  Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan  Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites

Tidak ada penurunan kesadaran

NIC :Cardiac Care

  Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)  Catat adanya disritmia jantung  Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput  Monitor status kardiovaskuler  Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung  Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi  Monitor balance cairan  Monitor adanya perubahan tekanan darah  Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan

antiaritmia  Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari

kelelahan  Monitor toleransi aktivitas pasien  Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu  Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR  Catat adanya fluktuasi tekanan darah  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah

aktivitas  Monitor kualitas dari nadi

19

Page 20: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

  Monitor adanya pulsus paradoksus  Monitor adanya pulsus alterans  Monitor jumlah dan irama jantung  Monitor bunyi jantung  Monitor frekuensi dan irama pernapasan  Monitor suara paru  Monitor pola pernapasan abnormal  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit  Monitor sianosis perifer  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,

bradikardi, peningkatan sistolik)  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

3 Pola Nafas tidak efektif

Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat

Batasan karakteristik :-    Penurunan tekanan

inspirasi/ekspirasi-    Penurunan pertukaran udara per

menit-    Menggunakan otot pernafasan

tambahan-    Nasal flaring-    Dyspnea

NOC : Respiratory status : Ventilation  Respiratory status : Airway patency  Vital sign Status

Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas

yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

 Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan

Fluid management       Pertahankan catatan intake dan output yang akurat       Pasang urin kateter jika diperlukan       Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan

(BUN , Hmt , osmolalitas urin  )       Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP,

dan PCWP       Monitor vital sign       Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP

, edema, distensi vena leher, asites)       Kaji lokasi dan luas edema       Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake

kalori harian       Monitor status nutrisi       Berikan diuretik sesuai interuksi

20

Page 21: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

-    Orthopnea-    Perubahan penyimpangan dada-    Nafas pendek-    Assumption of 3-point position-    Pernafasan pursed-lip-    Tahap ekspirasi berlangsung

sangat lama-    Peningkatan diameter anterior-

posterior-    Pernafasan rata-rata/minimal

  Bayi : < 25 atau > 60  Usia 1-4 : < 20 atau > 30  Usia 5-14 : < 14 atau > 25  Usia > 14 : < 11 atau > 24

-    Kedalaman pernafasan  Dewasa volume tidalnya 500 ml

saat istirahat  Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg

-    Timing rasio-    Penurunan kapasitas vital

Faktor yang berhubungan :-    Hiperventilasi-    Deformitas tulang-    Kelainan bentuk dinding dada-    Penurunan energi/kelelahan-    Perusakan/pelemahan muskulo-

skeletal

darah, nadi, pernafasan)        Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l

       Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburukFluid Monitoring

       Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi

       Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )

       Monitor serum dan elektrolit urine       Monitor serum dan osmilalitas urine       Monitor BP, HR, dan RR       Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama

jantung       Monitor parameter hemodinamik infasif       Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan

penambahan BB       Monitor tanda dan gejala dari odema

21

Page 22: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

-    Obesitas-    Posisi tubuh-    Kelelahan otot pernafasan-    Hipoventilasi sindrom-    Nyeri-    Kecemasan-    Disfungsi Neuromuskuler-    Kerusakan persepsi/kognitif-    Perlukaan pada jaringan syaraf

tulang belakang-    Imaturitas Neurologis

4 Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal

Definisi : Retensi cairan isotomik meningkatBatasan karakteristik :

        Berat badan meningkat pada waktu yang singkat

        Asupan berlebihan dibanding output

        Tekanan darah berubah, tekanan arteri pulmonalis berubah, peningkatan CVP

        Distensi vena jugularis

NOC :  Electrolit and acid base balance  Fluid balance

Kriteria Hasil:  Terbebas dari edema, efusi, anaskara  Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu  Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek

hepatojugular (+)  Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler

paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal

  Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan

  Menjelaskanindikator kelebihan cairan

NIC :Fluid management

       Timbang popok/pembalut jika diperlukan       Pertahankan catatan intake dan output yang akurat       Pasang urin kateter jika diperlukan       Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan

(BUN , Hmt , osmolalitas urin  )       Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP,

dan PCWP       Monitor vital sign       Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP

, edema, distensi vena leher, asites)       Kaji lokasi dan luas edema       Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake

kalori harian       Monitor status nutrisi       Berikan diuretik sesuai interuksi

22

Page 23: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

        Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles), kongestikemacetan paru, pleural effusion

        Hb dan hematokrit menurun, perubahan elektrolit, khususnya perubahan berat jenis

        Suara jantung SIII        Reflek hepatojugular positif        Oliguria, azotemia        Perubahan status mental,

kegelisahan, kecemasan

Faktor-faktor yang berhubungan :

        Mekanisme pengaturan melemah

        Asupan cairan berlebihan        Asupan natrium berlebihan

       Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l

       Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk

Fluid Monitoring       Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan

eliminaSi       Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak

seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )

       Monitor berat badan       Monitor serum dan elektrolit urine       Monitor serum dan osmilalitas urine       Monitor BP, HR, dan RR       Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama

jantung       Monitor parameter hemodinamik infasif       Catat secara akutar intake dan output       Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan

penambahan BB       Monitor tanda dan gejala dari odema

5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan

NOC :  Nutritional Status : food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :  Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan

tujuan

NIC :Nutrition Management

  Kaji adanya alergi makanan  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

23

Page 24: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik :-    Berat badan 20 % atau lebih di

bawah ideal-    Dilaporkan adanya intake

makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)

-    Membran mukosa dan konjungtiva pucat

-    Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah

-    Luka, inflamasi pada rongga mulut

-    Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan

-    Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan

-    Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa

-    Perasaan ketidakmampuan untuk   mengunyah makanan

-    Miskonsepsi-    Kehilangan BB dengan

makanan   cukup-    Keengganan untuk makan-    Kram pada abdomen-    Tonus otot jelek

  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan  Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi  Tidak ada tanda tanda malnutrisi

Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin

C  Berikan substansi gula  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat

untuk mencegah konstipasi  Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan

dengan ahli gizi)  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan

harian.  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

Nutrition Monitoring  BB pasien dalam batas normal  Monitor adanya penurunan berat badan  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan  Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan  Monitor lingkungan selama makan  Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam

makan  Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi  Monitor turgor kulit  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah  Monitor mual dan muntah  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

24

Page 25: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

-    Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi

-    Kurang berminat terhadap makanan

-    Pembuluh darah kapiler mulai rapuh

-    Diare dan atau steatorrhea-    Kehilangan rambut yang cukup

banyak (rontok)-    Suara usus hiperaktif-    Kurangnya informasi,

misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan :Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

  Monitor makanan kesukaan  Monitor pertumbuhan dan perkembangan  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan

konjungtiva  Monitor kalori dan intake nuntrisi  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah

dan cavitas oral.Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

6 Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan memenuhi metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang menimbulkan hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi yang

NOC :  Energy conservation  Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai

peningkatan tekanan darah, nadi dan RR  Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs)

NIC :Energy Management

  Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

  Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan

  Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan

25

Page 26: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

buruk selama sakit

Intoleransi aktivitas b/d fatigueDefinisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.

Batasan karakteristik :a.       melaporkan secara verbal

adanya kelelahan atau kelemahan.

b.      Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas

c.       Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia

d.      Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.

Faktor factor yang berhubungan :

       Tirah Baring atau imobilisasi       Kelemahan menyeluruh       Ketidakseimbangan antara

secara mandiri   Monitor nutrisi  dan sumber energi tangadekuat  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi

secara berlebihan  Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Activity Therapy  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik

dalammerencanakan progran terapi yang tepat.  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai

dengan kemampuan fisik, psikologi dan social  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber

yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti

kursi roda, krek  Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan

dalam beraktivitas  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan

penguatan  Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

26

Page 27: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

suplei oksigen dengan kebutuhan       Gaya hidup yang dipertahankan.

27

Page 28: GAGAL GINJAL KRONIK.docx

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Kasuari. 2002. Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan Pendekatan Patofisiology. Magelang. Poltekes Semarang PSIK Magelang

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Nanda. 2005. Nursing Diagnoses Definition dan Classification. Philadelpia

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Udjianti, WJ. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

28