9
IGM. KRISNA ERAWAN GAGAL JANTUNG 1 GAGAL JANTUNG Gagal jantung bukanlah merupakan penyakit atau diagnosis yang spesifik, melainkan merupakan sindrom klinik dimana gangguan jantung memompa darah mengakibatkan penurunan ejeksi ventrikel dan gangguan darah balik pada vena. Pada kejadian gagal jantung, jantung tidak dapat memompa darah secara memadai untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Gagal sirkulasi adalah menurunnya curah jantung yang disebabkan oleh abnormalitas satu atau lebih komponen sirkulasi (jantung, volume darah, konsentrasi oksihemoglobin, vaskulatur). Sehingga gagal jantung merupakan satu dari banyak kasus gagal sirkulasi. Jantung, seperti pompa, mengalami kegagalan karena: tidak dapat memompa darah yang cukup ke dalam aorta atau arteri pulmoner untuk mempertahankan tekanan arteri (gagal jantung output rendah), atau tidak dapat secara adekuat mengosongkan cadangan vena (gagal jantung kongestif = congestive heart failure [CHF]). Karena itu, secara klinik gagal jantung dapat dikenali melalui tanda: rendahnya curah jantung (misalnya depresi, letargi, hipotensi) atau kongesti (misalnya asites, efusi pleura, edema pulmoner). Gagal jantung dapat juga diklasifikasikan berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan: gagal jantung kanan, gagal jantung kiri, atau gagal jantung bilateral (kiri dan kanan). Gagal jantung kanan berkaitan dengan tanda- tanda kongesti pada sirkulasi sistemik (asites, edema perifer), sedangkan gagal jantung kiri menyebabkan tanda-tanda kongesti pada sirkulasi pulmoner (edema pulmoner, dispne). Gagal jantung bilateral mengakibatkan kombinasi

gagal-jantung

Embed Size (px)

Citation preview

  • IGM. KRISNA ERAWAN GAGAL JANTUNG

    1

    GAGAL JANTUNG

    Gagal jantung bukanlah merupakan penyakit atau diagnosis yang

    spesifik, melainkan merupakan sindrom klinik dimana gangguan jantung

    memompa darah mengakibatkan penurunan ejeksi ventrikel dan gangguan

    darah balik pada vena. Pada kejadian gagal jantung, jantung tidak dapat

    memompa darah secara memadai untuk memenuhi kebutuhan jaringan.

    Gagal sirkulasi adalah menurunnya curah jantung yang disebabkan oleh

    abnormalitas satu atau lebih komponen sirkulasi (jantung, volume darah,

    konsentrasi oksihemoglobin, vaskulatur). Sehingga gagal jantung merupakan

    satu dari banyak kasus gagal sirkulasi.

    Jantung, seperti pompa, mengalami kegagalan karena: tidak dapat

    memompa darah yang cukup ke dalam aorta atau arteri pulmoner untuk

    mempertahankan tekanan arteri (gagal jantung output rendah), atau tidak dapat

    secara adekuat mengosongkan cadangan vena (gagal jantung kongestif =

    congestive heart failure [CHF]). Karena itu, secara klinik gagal jantung dapat

    dikenali melalui tanda: rendahnya curah jantung (misalnya depresi, letargi,

    hipotensi) atau kongesti (misalnya asites, efusi pleura, edema pulmoner).

    Gagal jantung dapat juga diklasifikasikan berdasarkan bagian jantung yang

    mengalami kegagalan: gagal jantung kanan, gagal jantung kiri, atau gagal

    jantung bilateral (kiri dan kanan). Gagal jantung kanan berkaitan dengan tanda-

    tanda kongesti pada sirkulasi sistemik (asites, edema perifer), sedangkan gagal

    jantung kiri menyebabkan tanda-tanda kongesti pada sirkulasi pulmoner

    (edema pulmoner, dispne). Gagal jantung bilateral mengakibatkan kombinasi

  • IGM. KRISNA ERAWAN GAGAL JANTUNG

    2

    tanda-tanda klinik gagal jantung kanan dan kiri. Pada praktik hewan kecil, efusi

    pleura biasanya berkaitan dengan CHF bilateral.

    Gagal jantung dapat diakibatkan karena ketidakmampuan jantung

    mengeluarkan darah secara memadai (gagal sistolik), atau karena pengisian

    ventrikel yang tidak adekuat (gagal diastolik), atau keduanya. Akibat dari ketiga

    hal tersebut adalah berkurangnya volume stroke, yang selanjutnya

    mengakibatkan berkurangnya curah jantung dan mengarah kepada

    menurunnya tekanan arteri. Pasien penderita gagal jantung parah, curah

    jantungnya menurun atau tidak adekuat pada keadaan istirahat, sedangkan

    pasien penderita gagal jantung ringan atau gagal diastolik curah jantungnya

    menjadi tidak adekuat misalnya pada saat beraktivitas atau stres.

    Etiologi

    Gagal jantung dapat merupakan akibat dari penyakit miokardial yang

    menurunkan efisiensi fungsi miokardial, dan dapat juga akibat dari faktor yang

    meningkatkan beban kerja jantung. Penyebab umum yang menjadi beban bagi

    jantung misalnya stenosis katup keluar jantung, hipertensi arteri sistemik, dan

    cacat yang mengakibatkan aliran berlebih atau volume berlebih di dalam

    jantung, misalnya karena insufisiensi katup jantung. Pada anjing, CHF paling

    umum diakibatkan oleh volume darah yang berlebihan di dalam jantung akibat

    dari penyakit katup degeneratif yang kronis (regurgitasi mitral yang parah) atau

    kardiomiopati terkembang. Pada kucing, gagal jantung diastolik terkait dengan

    kardiomiopati hipertropik atau restriktif merupakan keadaan yang paling umum.

  • IGM. KRISNA ERAWAN GAGAL JANTUNG

    3

    Tanda Klinik

    Tanda klinik pada gagal jantung dapat merupakan akibat dari akumulasi

    cairan, curah jantung rendah, atau perubahan pada otot skeletal. Anjing

    penderita CHF biasanya diperiksakan pada dokter hewan karena batuk, dispne,

    intoleransi latihan, pembesaran abdominal, atau sinkop. Sedangkan kucing,

    biasanya tidak dapat bernapas (karena efusi pleura atau edema pulmoner) atau

    tidak dapat berjalan secara wajar (karena tromboembolisme aorta). Hipertensi

    vena dan kongesti mikrosirkulasi menimbulkan transudasi cairan pada rongga

    tubuh (efusi) atau interstisium (edema). Secara klinik, gagal jantung dapat

    diketahui sebagai gagal jantung kiri, gagal jantung kanan, atau gagal jantung

    bilateral.

    Tanda klinik yang terjadi pada gagal jantung kiri berkaitan dengan

    peningkatan tekanan hidrostatik pada vena pulmoner dan kapiler. Tanda klinik

    karena kongesti dan edema pulmoner, yaitu batuk dan dispne merupakan tanda

    yang paling umum. Tetapi kucing kurang umum menunjukkan batuk. Pada

    kucing biasanya menunjukkan tanda dispne, takipnea, anoreksia, dan

    intoleransi latihan. Pada kucing, peningkatan tekanan vena dapat menimbulkan

    efusi pleura. Fenomena ini kurang umum pada anjing. Dispne dan intoleransi

    latihan dapat juga berkaitan dengan perubahan pada otot skeletal yang terjadi

    pada CHF. Abnormalitas fungsi otot dan peningkatan kelelahan pada CHF

    berkaitan dengan menurunnya aliran darah ke otot dan peningkatan

    metabolisme anaerob. Pada kasus yang lebih parah, edema pulmoner

  • IGM. KRISNA ERAWAN GAGAL JANTUNG

    4

    disertai dispne yang parah dapat terjadi pada saat hewan beristirahat dan pada

    auskultasi terdengar suara rales.

    Gagal jantung kanan mengakibatkan peningkatan tekanan pada

    pembuluh darah yang mengalirkan darah ke ventrikel kanan, yakni vena

    sistemik. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya asites, efusi pleura, dan

    edema perifer. Hati dan limpa yang membesar pada anjing dapat dipalpasi.

    Retensi cairan terjadi pada anjing dan kucing, tetapi tempatnya bervariasi.

    Pada anjing, asites adalah yang paling umum dan biasanya terjadi sebelum

    melanjut ke daerah subkutan, edema, atau hidrotoraks atau hidroperikardium.

    Sedangkan pada kucing jarang mengalami asites akibat gagal jantung kanan.

    Pada gagal jantung bilateral, terjadi tanda-tanda gagal jantung kanan

    dan kiri dan sering berhubungan dengan akumulasi cairan di pleura. Efusi

    pleura lebih berkaitan dengan tekanan kapiler pulmoner daripada tekanan

    jantung kanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa CHF pada jantung kanan

    bukanlah penyebab utama efusi pleura.

    Penanganan

    Tujuan umum penanganan gagal jantung pada anjing dan kucing adalah:

    meniadakan tanda klinik seperti batuk dan dispne, memperbaiki kinerja jantung

    sebagai pompa, menurunkan beban kerja jantung, dan mengontrol kelebihan

    garam dan air. Obat yang digunakan untuk penanganan gagal jantung

    bervariasi tergantung pada etiologi, keparahan gagal jantung, spesies

    penderita, dan faktor lainnya.

  • IGM. KRISNA ERAWAN GAGAL JANTUNG

    5

    Untuk mencapai tujuan dalam penanganan gagal jantung dapat

    dilakukan dengan cara:

    1. membatasi aktivitas fisik. Latihan/aktivitas akan meningkatkan beban

    jantung dan juga meningkatkan kebutuhan jaringan terhadap oksigen. Pada

    pasien yang fungsi jantungnya mengalami tekanan, latihan dapat menimbulkan

    kongesti. Karena itu maka kerja jantung harus diturunkan dengan istirahat atau

    membatasi aktivitas hewan.

    2. membatasi masukan garam. Pada pasien yang mengalami CHF,

    aktivitas renin-angiotensi-aldosteron mengalami peningkatan. Hal tersebut

    akan merangsang ginjal untuk menahan natrium dan air sehingga ekskresi

    natrium dan air akan berkurang. Bila ditambah pakan yang mengandung

    natrium tinggi maka retensi air dan peningkatan volume darah akan semakin

    parah, dan pada gilirannya akan menimbulkan kongesti dan edema.

    3. menghilangkan penyebab atau faktor pemicu gagal jantung.

    Menghilangkan penyebab gagal jantung merupakan tindakan yang paling baik.

    Malformasi kongenital seperti patent ductus arteriosus dapat diperbaiki dengan

    cara operasi dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Ballon valvuloplasti telah

    berhasil digunakan pada anjing untuk menangani stenosis katup pulmonik.

    CHF yang disebabkan oleh penyakit perikardium dapat ditangani sementara

    atau permanen dengan perikardiosentesis atau perikardektomi. Tetapi

    sayangnya hal tersebut sering tidak mungkin dilakukan dengan berbagai

    alasan.

  • IGM. KRISNA ERAWAN GAGAL JANTUNG

    6

    4. menurunkan preload. Karena adanya retensi garam dan air oleh ginjal

    pada pasien CHF, maka preload jantung pada umumnya tinggi. Hal tersebut

    akan mengakibatkan kongesti pada sistem sirkulasi. Oleh karena itu,

    penurunan preload akan menurunkan kongesti dan edema pulmoner, yang

    akan memperbaiki pertukaran gas pada paru-paru pada kasus CHF jantung kiri,

    dan menurunkan kongesti vena sistemik dan asites pada CHF jantung kanan.

    Preload ditentukan oleh volume cairan intravaskular dan tonus vena sistemik.

    Diuretik merupakan terapi utama untuk hewan yang mengalami edema

    pulmoner, efusi pleura, atau asites. Dari beberapa tipe yang tersedia, diuretik

    loop (misalnya furosemid, bumetanid) paling umum digunakan. Dosis dan

    frekuensi penggunaan furosemid tergantung pada keparahan kongesti

    pulmoner atau asites, dan juga derajat kesukaran pernapasan. Untuk edema

    pulmoner akut, furosemid dapat digunakan dengan dosis 2-4 mg/kg secara IV

    atau IM, tetapi pada kucing dosisnya tidak lebih dari 2 mg/kg, pemberiannya

    diulang setiap 6-8 jam. Furosemid secara oral diberikan apabila tanda klinik

    seperti dispne telah mereda, biasanya 24 jam setelah pengobatan. Dosis

    furosemid secara oral pada anjing adalah 1-4 mg/kg diberikan dua kali sehari,

    dan pada kucing adalah 1 mg/kg sekali atau dua kali sehari. Pada pasien CHF

    kronis (tekanan respirasi ringan karena edema pulmoner minimal dan batuk

    kronis karena kardiomegali jantung kiri), tidak diperlukan pemberian furosemid

    secara IV, penanganan dapat diawali dengan furosemid secara oral.

    Penggunaan diuresis secara ekstensif dapat mengaktifkan renin-

    angiotensin aldosterone system (RAAS). Karena itu, tidak direkomendasikan

  • IGM. KRISNA ERAWAN GAGAL JANTUNG

    7

    penggunaan diuresis secara monoterapi, dan dosisnya diminimalkan untuk

    menghindari aktivasi RAAS, dehidrasi, azotemia, dan hipokalemia. Dosis

    diuresis dapat dikurangi hingga 50% bila diuresis digunakan bersama dengan

    angiotensin converting enzyme inhibitors (ACE-I).

    5. meningkatkan kontraktilitas. Obat-obat inotropik positif meningkatkan

    kontraktilitas miokardium dan terutama digunakan pada pasien yang mengalami

    kardiomiopati terkembang atau penyakit katup lanjut yang disertai gagal

    miokardium. Digitalis glikosid (digoksin, digitoksin) adalah agen inotropik positif

    yang umum, dan digoksin penggunaannya paling umum. Digoksin (0,005

    mg/kg PO setiap 12 jam) digunakan pada pasien yang mengalami fibrilasi

    atrium, gagal miokardium, atau CHF kronis.

    Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan sebelum

    menggunakan digitalis glikosid, yakni ukuran tubuh hewan, fungsi ginjal,

    konsentrasi elektrolit pada serum, fungsi tiroid, dan interaksi obat. Efek

    samping digitalis glikosid adalah depresi, anoreksia, muntah, diare, aritmia dan

    gangguan konduksi jantung.

    6. menurunkan afterload. Istilah afterload mengacu pada tahanan ejeksi

    darah ventrikel yang ditentukan oleh tingkat konstriksi arteri perifer/tahanan

    vaskular sistemik. Pada kasus CHF, aktivasi saraf simpatetik dan sistem renin-

    angiotensin-aldosteron menyebabkan kontriksi arteri yang akan menghalangi

    fungsi pemompaan jantung dan meningkatkan beban jantung. Vasodilator

    arteri menurunkan tahanan vaskular sistemik sehingga menurunkan beban

    jantung. Golongan utama dari vasodilator yang digunakan untuk obat veteriner

  • IGM. KRISNA ERAWAN GAGAL JANTUNG

    8

    adalah ACE-I (misalnya pimobendan), calcium channel blockers (misalnya

    amlodipine), balanced nitrate vasodilators (misalnya nitroprusside), dan direct-

    acting arteriodilators seperti hydralazine.

    7. penanganan umum. Meningkatkan konsentrasi oksigen yang

    diinspirasi ditujukan pada pasien yang mengalami edema pulmoner akut. Pada

    pasien yang menunjukkan efusi pleura dapat dilakukan torakosentesis.

    Tindakan ini dapat meringankan dispne dan tidak ada efek samping yang nyata.

    Pada anjing dan kucing yang menderita CHF kanan yang parah, asites dapat

    menimbulkan dispne yang cukup parah. Abdominosentesis merupakan cara

    yang aman dan efektif untuk menangani asites dan dapat dilakukan secara

    teratur (setiap 2-4 minggu bila dibutuhkan). Morfin sulfat (0,05-0,5 mg/kg bobot

    badan secara IV atau IM) dapat dipertimbangkan penggunaannya pada anjing

    yang menderita edema pulmoner yang parah dan akut, karena aksi narkotik

    akan mengurangi kegelisahan pasien dan menurunkan kerja pernapasan.

    Morfin tidak digunakan pada kucing.

    DAFTAR PUSTAKA

    Atkins, C. E. 2007. Advances in the management of heart failure. In Proceedings of the Southern European Veterinary Conference and Congreso Nacional AVEPA. Barcelona, Spain.

    Boswood, A. 2008. Heart failure management; the use of diuretics vasodilators

    and inotropes. In Proceeding of the European Veterinary Conference Voorjaarsdagen. 24-26 April 2008. Amsterdam, Netherlands.

    Elices-Mnguez, R. 2009. Cardiovascular diseases: heart failure. In

    Proceeding of the International Congress of the Italian Association of Companion Animal Veterinarians. 29-31 Mei 2009. Rimini, Italy.

  • IGM. KRISNA ERAWAN GAGAL JANTUNG

    9

    Ettinger, S. J. dan E. C. Feldman. 2005. Textbook of Veterinary Internal Medicine Vol. 2. 6th Ed. St. Louis, Missouri: Elsevier Inc.

    Fox, P. R. 2007. Advances in heart failure management. In Proceedings of

    the North American Veterinary Conference. Orlando, Florida. Fox, P. R. 2007. Critical care cardiology. In Proceedings of the World Small

    Animal Veterinary Association. Sydney, Australia. Hggstrom, J. 2008. Positive inotropes in managing canine heart failure - from

    the ashes into the fire. In Proceedings of the 33rd World Small Animal Veterinary Congress. Dublin, Ireland.

    Kahn, C. M. dan S. Line. 2008. The Merck Veterinary Manual (E-book). 9th Ed.

    Whitehouse Station, N.J., USA: Merck and Co., Inc. Lorenz, M. D., L. M. Cornelius, dan D. C. Ferguson. 1997. Small Animal

    Medical Therapeutics. Philadelphia: Lippincott Raven Publisher. Sibuea, W. H., M. M. Panggabean, dan S. P. Gultom. 2005. Ilmu Penyakit

    Dalam. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta. Strickland, K. N. 2007. Heart failure therapy: Where are we today? In

    Proceeding of the North American Veterinary Conference. Orlando, Florida.