Upload
lora-angraeni-patoding
View
21
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
:)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penulisan makalah ini dilatarbelakangi skenario 2 yaitu : Seorang laki-laki 55 tahun
dengan keluhan sesak napas semenjak 1 hari yang lalu. Sesak awalnya timbul saat
beraktivitas dan berkurang saat istirahat, menguranginya dengan tidur diganjal 4 bantal.
Namun sejak 5 hari yang lalu timbul terus menerus.
Jabaran skenario :
Seorang laki-laki 55 tahun dengan keluhan sesak napas semenjak 1 hari yang lalu. Sesak
awalnya timbul saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat, menguranginya dengan tidur
diganjal 4 bantal. Namun sejak 5 hari yang lalu timbul terus menerus.
Pada pemeriksaan fisisk didapat TD : 160/90 mmHg ,S : afebris, Frekuensi pernapasan :
32x/menit ,Frekuensi nadi: 120x/menit ,JVP : 5 + 2cm H20 ,Paru-paru : ronki basah halus di
basal paru , jantung: gallop ,Abdomen : hepatomegali teraba 2 jari di bawah arcus
aorta ,pemeriksaan EKG: Q patologis pda V1,V2, T Inverted pada V4,V5 dan V6, serta ada
gambaran LVH.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang skenario diatas, rumusan masalah diatas dengan keluhan sesak
napas semenjak 1 hari yang lalu. Sesak awalnya timbul saat beraktivitas dan berkurang saat
istirahat, menguranginya dengan tidur diganjal 4 bantal. Namun sejak 5 hari yang lalu timbul
terus menerus.
Hipotesa : Gagal jantung kronik
1
C. TUJUAN PENULISAN
Dengan adanya suatu perumusan masalah tersebut, mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Menjelaskan mengenai anamnesa dan pemeriksaan fisik serta penunjang dalam
mendiagnosis penyakit tersebut
2. Menjelaskan mengenai etiologi, penularan dan daerah penyebarannya.
3. Menjelaskan mengenai penatalaksanaannya.
4. Menjelaskan mengenai prognosis dan pencegahannya.
5. Mengetahui diagnosis pembanding yang menyurapai penyakit tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit Gagal Jantung yang dalam istilah medisnya disebut dengan "Heart Failure
atau Cardiac Failure", merupakan suatu keadaan darurat medis dimana jumlah darah yang
dipompa oleh jantung seseorang setiap menitnya {curah jantung (cardiac output)} tidak
mampu memenuhi kebutuhan normal metabolisme tubuh. Dampak dari gagal jantung secara
cepat berpengaruh terhadap kekurangan penyediaan darah, sehingga menyebabkan kematian
sel akibat kekurangan oksigen yand dibawa dalam darah itu sendiri. Kurangnya suplay
oksigen ke otak (Cerebral Hypoxia), menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran dan
berhenti bernafas dengan tiba-tiba yang berujung pada kematian.1,3
Gagal jantung (heart failure) merupakan
sindrom pada keadaan patologi yang ditandai karena keabnormalan dari fungsi jantung yang
berperan memompa darah untuk mencukupi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh. Sindrom
tersebut berupa sesak dan fatique baik saat aktivitas atau istirahat. Saat ini istilah CHF
(Congestive Heart Failure) tidak digunakan lagi melainkan HF ( Heart Failure) karena
sering kali tanda tanda kongestif tak tampak atau tersembunyi.1,3
3
Guna kepentingan praktis gagal jantung kronik didefinisikan sebagai sindrom klinik
yang kompleks yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik, baik dalam keadaan
istirahat atau latihan, edema dan tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan
istirahat.1,3
A. ANAMNESIS
Anamnesis merupakan cara untuk mendapatkan keterangan data klinis tentang
keadaan penyakit seorang pasien melalui Tanya-jawab lisan (verbal). Dalam hal ini
ditanyakan keluhan serta keterangan lain yang dialami atau dirasakan oleh pasien tersebut.
Perlu diketahui khususnya seorang pasien penyakit jantung tidak selalu mempunyai
keluhan pada saat pemeriksaan dilakukan, sehingga dalam hal ini pemeriksa harus tetap
waspada terhadap gejala-gejala yang mungkin pernah ada, dan usahakan agar keluhan yang
disampaikan dapat menggambarkan riwayat penyakit secara kronologis.2,4
Anamnesis terdiri atas2,4 :
1. Keluhan Utama, yang menimbulkan perasaan dan pikiran pada pasien sehingga
datang meminta pertolongan medis.
2. Keluhan Tambahan, keluhan penyerta yang dirasakan pasien baik yang berhubungan
dengan penyakitnya atau penyakit lain yang diderita.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
4. Riwayat keluarga
5. Riwayat sosio-ekonomi
Keluhan Utama yang sering terjadi pada gangguan sistem kardiovaskular, ialah nyeri
dada, berdebar-debar dan sesak napas.
4
Sedangkan keluhan tambahan lainnya, ialah perasaan cepat lelah, kemampuan fisis
menurun dan badan sering terasa lemas, perasaan seperti mau pingsan (fainting) atau sinkope,
kaki rasa berat atau membengkak, perut kembung atau buncit disertai kencing yang
berkurang, kadang-kadang terlihat kebiruan atau cyanotic spells, batuk atau hemoptisis
dengan dahak yang kemerahan (frothy sputum), sering berkeringat dingin dan lemas dengan
perasaan tidak enak pada perut bagian atas.4
Perlu ditanyakan secara terinici mengenai keluhan-keluhan yang ada, yaitu :
1. Kapan keluhan timbul dan sudah berapa lama dirasakan pasien
2. Apakah keluhannya bersifat hilang timbul atau terus menerus (menetap)
3. Jika keluhannya hilang timbul (berupa serangan), berapa lama keluhan pada
waktu serangan itu dirasakan oleh pasien
4. Adakah pencetus tertentu yang menimbulkan serangan
5. Apakah ada keluhan lain yang timbul bersamaan dengan keluhan utama
6. Berapa berat-ringannya keluhan
7. Keadaan apa yang dapat memperberat keluhan dan keadaan apa pula yang dapat
mengurangi atau menghilangkan keluhan
Pada scenario pasien tersebut datang dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak 1 hari
yang lalu, sesak nafas awalnya timbul saat beraktifitas dan berkurang saat istirahat, serta
mengurangi sesaknya pasien tidur dengan diganjal 4 bantal. Namun sejak 5 jam yang lalu
sesak timbul secara terus-menerus.
Sesak Napas (dispnea), adalah perasaan tidak enak yang berhubungan dengan
kesulitan pernapasan yang disadari dan dirasakan perlu upaya tambahan bernapas dalam
mengatasi perasaan kekurangan udara. Pada penyakit gagal jantung, bila terdapat gangguan
5
atau hambatan sirkulasi paru, maka jantung kurang mampi untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme, terjadilah keadaan kesukaran bernapasan dengan tanda-tanda dispnea. Tanda-
tanda obyektifnya, ialah cuping hidung kembang kempis (pada anak-anak kecil), otot-otot
pernapasan pembantu turut berkontraksi, frekuensi pernapasan meningkat (lebih dari
24/menit dalam keadaan kesukaran bernapas yang berat), serta tidal volume atau amplitude
pernapasan bertaambah (dalam keadaan kesukaran bernapas yang berat keadaan ini jutru
dapat berkurang).2
6
B. PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Tanda Vital
Pemeriksaan khusus
Inspeksi
Dilakukan inspeksi pada prekordial penderita yang berbaring terlentang
atau dalam posisi sedikit dekubitus lateral kiri karena apek kadang sulit
ditemukan misalnya pada stenosis mitral. dan pemeriksa berdiri disebelah
kanan penderita1.5.
Memperhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi
atau ada penonjolan asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak
kecil. Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat
kelainan kongenital. Mencari pungtum maksimum, Inspirasi dalam dapat
mengakibatkan paru-paru menutupi jantung, sehingga pungtum maksimimnya
menghilang, suatu variasi yang khususnya ditemukan pada penderita
emfisema paru. Oleh kerena itu menghilangnya pungtum maksimum pada
inspirasi tidak berarti bahwa jantung tidak bergerak bebas. Pembesaran
ventrikel kiri akan menggeser pungtum maksimum kearah kiri, sehingga akan
berada diluar garis midklavikula dan kebawah. Efusi pleura kanan akan
memindahkan pungtum maksimum ke aksila kiri sedangkan efusi pleura kiri
akan menggeser kekanan. Perlekatan pleura, tumor mediastinum, atelektasis
dan pneumotoraks akan menyebabkan terjadi pemindahan yang sama.
7
Kecepatan denyut jantung juga diperhatikan, meningkat pada berbagai
keadaan seperti hipertiroidisme, anemia, demam.1,3
Palpasi
Pada palpasi jantung, telapak tangan diletakkan diatas prekordium dan
dilakukan perabaan diatas iktus kordis (apical impulse) Lokasi point of
masksimal impulse , normal terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1
jari medial dari garis midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk
dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari
garis midklavikular, sedang pada bentuk dada yang lebih pendek lebar, letak
iktus kordis agak ke lateral. Pada keadaan normal lebar iktus kordis yang
teraba adalah 1-2 cm2 Bila kekuatan volum dan kualitas jantung meningkat
maka terjadi systolic lift, systolic heaving, dan dalam keadaan ini daerah iktus
kordis akan teraba lebih melebar. Getaranan bising yang ditimbulkan dapat
teraba misalnya pada Duktus Arteriosis Persisten (DAP) kecil berupa getaran
bising di sela iga kiri.1,5
Perkusi
Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang
interkostal III/IV pada garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak
jantung absolut perlu dicari untuk menentukan gambaran besarnya jantung.
Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar kekiri dan ke kanan. Dilatasi
ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah. Pinggang
jantung merupakan batas pekak jantung pada RSI III pada garis parasternal
kiri..4
Kardiomegali dapat dijumpai pada atlit, gagal jantung, hipertensi, penyakit
8
jantung koroner, infark miokard akut, perikarditis, kardiomiopati, miokarditis,
regurgitasi tricuspid, insufisiensi aorta, ventrikel septal defect sedang,
tirotoksikosis, Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung merata
atau menonjol kearah lateral. Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak
jantung melebar ke lateral kanan dan/atau ke kiri atas. Pada perikarditis pekat
jantung absolut melebar ke kanan dan ke kiri. Pada emfisema paru, pekak
jantung mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang berat,
sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan.4
Auskultasi Jantung
Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar
bunyi akibat vibrasi (getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian dan
kegiatan jantung dan kejadian hemodemanik darah dalam jantung.
Alat yang digunakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing
dan chespiece. Macam-macam ches piece yaitu bowel type dengan membran,
digunakan terutama untuk mendengar bunyi dengan frekuensi nada yang
tinggi; bel type, digunakan untuk mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi
yang lebih rendah.
Beberapa aspek bunyi yang perlu diperhatikan :
a. Nada berhubungan dengan frekuensi tinggi rendahnya getaran.
b. Kerasnya (intensitas), berhubungan dengan ampitudo gelombang suara.
c. Kualitas bunyi dihubungkan dengan timbre yaitu jumlah nada dasar
dengan bermacam-macam jenis vibrasi bunyi yang menjadi komponen-
komponen bunyi yang terdengar. Selain bunyi jantung pada auskultasi
9
dapat juga terdengar bunyi akibat kejadian hemodemanik darah yang
dikenal sebagai desiran atau bising jantung (cardiac murmur).
Dari pemeriksaan fisik di dapat TD : 160/90 mmHg ,S : afebris, Frekuensi
pernapasan : 32x/menit ,Frekuensi nadi: 120x/menit ,JVP : 5 + 2cm H20 ,Paru-paru :
ronki basah halus di basal paru , jantung: gallop ,Abdomen : hepatomegali teraba 2
jari di bawah arcus aorta ,pemeriksaan EKG: Q patologis pda V1,V2, T Inverted pada
V4,V5 dan V6, serta ada gambaran LVH.
b. Pemeriksaan penunjang.1,2
Elektrokardografi
Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG ) menjadi pemeriksaan diagnosis
yang penting. Saat ini pemeriksaan jantung tampa pemeriksaan EKG
dianggap kurang lengkap. Beberapa kelainan jantung sering hanya
diketahui berdsarkan EKG saja. Tetapi sebaliknya juga, jangan memeberi
penilaian yang berlebihan pada hasil pemeriksaan EKG dan mengabaikan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Keadaan pasien jaga harus diperhatikan
secara keseluruhan.1
Foto rontgen
10
Dalam menentukan diagnosis gagal jantung juga dapat digunakan foto
rotgen yaitu rotgen dada. Pada pembacaan foto rotgen dada PA standar,
diameter keseluruhan jantung yang normal adalah kurang dari setengah
diameter transversal toraks.
Pada hasil dari rongsen akan didapatkan pembesaran jantung, distensi
vena pulmonal dan redistribusinya ke apeks paru (opasifikasi hilus paru
bisa sampai ke apeks) , peningkatan tekanan vaskular pulmonar; efusi
pleura, kadang-kadang.1,2
Ecocardiografi
Echocardiogram adalah suatu test yang penyebabnya tanpa ada rasa nyeri.
Pemeriksaan dilakukan pada permukaan dada dimana hasil pemeriksaan
adalah berupa gambar dari jantung, dimana gambar tersebut menunjukkan
seberapa sehat jantung dalam memompa darah.Dapat menilai dengan
cepat dengan informasi yang rinci tentang fungsi dan struktur jantung,
katup dan perikard.1
Dapat ditemukan fraksi ejeksi yang rendah < 35%-40% atau normal,
kelainan katup (mitral stenosis, mitral regurgitasi, trikuspid stenosis atau
trikuspid regurgitasi), LVH, dilatasi atrium kiri, kadang-kadang
11
ditemukan dilatasi ventrikel kanan atau atrium kanan, efusi perikard,
tamponade, atau perikarditis.1,2
Lababoratorium
Kimia darah (termasuk ureum, kreatinin, glukosa, elektrolit),
hemoglobin, tes fungsi tiroid, tes fungsi liver, dan lipid darah. Urinalisa
untuk mendeteksi proteinuria atau glukosuria.1,4
Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan anemia
sebagai penyebab susah bernafas, dan untuk mengetahui adanya penyakit
dasar serta komplikasi. Pada gagal jantung yang berat akibat
berkurangnya kemampuan mengeluarkan air sehingga dapat timbul
hiponatremia dilusional, karena itu adanya hiponatremia menunjukkan
adanya gagal jantung yang berat. Pemeriksaan serum kreatinin perlu
dikerjakan selain untuk mengetahui adanya gangguan ginjal, juga
mengetahui adanya stenosis arteri renalis apabila terjadi peningkatan
serum kreatinin setelah pemberian angiotensin converting enzyme
inhibitor dan diuretik dosis tinggi. Pada gagal jantung berat dapat terjadi
proteinuria. Hipokalemia dapat terjadi pada pemberian diuretik tanpa
suplementasi kalium dan obat potassium sparring. Hiperkalemia timbul
pada gagal jantung berat dengan penurunan fungsi ginjal, penggunaan
ACE-inhibitor serta obat potassium sparring. Pada gagal jantung
kongestif tes fungsi hati (bilirubin, AST dan LDH) gambarannya
abnormal karena kongesti hati. Pemeriksaan profil lipid, albumin serum
fungsi tiroid dianjurkan sesuai kebutuhan..1,4
12
A. ETIOLOGI
Penyebab dari gagal jantung antara lain disfungsi miokard, endokard, perikardium,
pembuluh darah besar, aritmia, kelaianan katup, dan gangguan irama. Dieropa dan amerika
disfungsi miokard paling sering terjadi akibat jantung koroner biasanya akibat infark
miokard, yang merupakan penyebab paling sering pada usua kurang dari 75 tahun, disusul
hipertensi dan diabetes. Sedangkan di Indonesia belum ada data yang pasti, sementara data
rumah sakit di Palembang menunjukan hipertensi sebagai penyebab terbanyak, disusul
penyakit jantung koroner dan katup.1,4
Sebagai mana diketahui keluhan bdan gejala gagal jantung, edema paru dan syock
sering dicetuskan oleh adanya berbagai faktor pencetus. Hal ini penting diidentifikasi
terutama yang bersifat reversible karena prognosis akan menjadi lebih baik.
Tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung:
1. Gangguan mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau
bersamaan yaitu :
• Beban tekanan
• Beban volume
• Tamponade jantung atau konstriski perikard (jantung tidak dapat diastole).
• Obstruksi pengisian bilik
• Aneurisma bilik
• Disinergi bilik
• Restriksi endokardial atau miokardial
13
2. Abnormalitas otot jantung
• Primer : kardiomiopati, miokarditis metabolik (DM, gagal ginjal kronik,
anemia) toksin atau sitostatika.
• Sekunder: Iskemia, penyakit sistemik, penyakit infiltratif, korpulmonal
3. Gangguan irama jantung atau gangguan konduksi
Di samping itu penyebab gagal jantung berbeda-beda menurut kelompok umur.
B.EPIDEMIOLOGI
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit. Sindrom
gagal jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai prevalensi yang
cukup tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung
umur/age-dependent. Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun,
tapi menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun. Dengan semakin meningkatnya angka harapan
hidup, akan didapati prevalensi dari CHF yang meningkat juga. Hal ini dikarenakan semakin
banyaknya lansia yang mempunyai hipertensi akan mungkin akan berakhir dengan CHF.
Selain itu semakin membaiknya angka keselamatan (survival) post-infark pada usia
pertengahan, menyebabkan meningkatnya jumlah lansia dengan resiko mengalami CHF.2,3
Angka kejadian PJPD (Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah) di Amerika Serikat
pada tahun 1996 dilaporkan hampir mencapai 60 juta penderita, ternyata dari 5 orang
Amerika 1 diantaranya menderita PJPD. Macam-macam Tekanan darah tinggi paling sering
dijumpai, disusul dengan Penyakit Jantung Koroner dan Stroke. Gagal Jantung Kongestif
merupakan komplikasi Tekanan Darah Tinggi yang tak terkontrol dengan baik, atau PJK
yang luas, cukup sering ditemukan.2,3
14
C. PATOFISILOGI
Gagal jantung merupakan kelainan multisitem dimana terjadi gangguan pada jantung, otot
skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta perubahan neurohormonal yang
kompleks.Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan pada ventrikel kiri yang menyebabkan
terjadinya penurunan cardiac output. Hal ini menyebabkan aktivasi mekanisme kompensasi
neurohormonal, sistem Renin – Angiotensin – Aldosteron (sistemRAA) serta kadarvasopresin
dan natriuretic peptide yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan jantung sehingga
aktivitas jantung dapat terjaga.Aktivasi sistem simpatis melalui tekanan pada baroreseptor
menjaga cardiac output dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas
serta vasokons-triksi perifer (peningkatan katekolamin). Apabila hal ini timbul berkelanjutan
dapat menyeababkan gangguan pada fungsi jantung. Aktivasi simpatis yang berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya apoptosis miosit, hipertofi dan nekrosis miokard fokal. Stimulasi
sistem RAA menyebabkan penigkatan konsentrasi renin, angiotensin II plasma dan
aldosteron. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor renal yang poten (arteriol eferen) dan
sirkulasi sistemik yang merangsang pelepasan noradrenalin dari pusat saraf simpatis,
menghambat tonus vagal dan merangsang pelepasan aldosteron. Aldosteron akan
menyebabkan retensi natrium dan air serta meningkatkan sekresi kalium. Angiotensin II juga
memiliki efek pada miosit serta berperan pada disfungsi endotel pada gagal jantung.
Endotelin disekresikan oleh sel endotel pembuluh darah dan merupakan peptide
vasokonstriktor yang poten menyebabkan efek vasokonstriksi pada pembuluh darah ginjal,
yang bertanggung jawab atas retensi natrium. Konsentrasi endotelin-1 plasma akan semakin
meningkat sesuai dengan derajat gagal jantung. Selain itu juga berhubungan dengan tekanan
pulmonary artery capillary wedge pressure, perlu perawatan dan kematian. Telah
15
dikembangkan endotelin-1 antagonis sebagai obat kardioprotektor yang bekerja menghambat
terjadinya remodelling vaskular dan miokardial akibat endotelin. Disfungsi diastolik
merupakan akibat gangguan relaksasi miokard, dengan kekakuan dinding ventrikel dan
berkurangnya compliance ventrikel kiri menyebabkan gangguan pada pengisian ventrikel saat
diastolik. Penyebab tersering adalah penyakit jantung koroner, hipertensi dengan hipertrofi
ventrikel kiri dan kardiomiopati hipertrofik, selain penyebab lain seperti infiltrasi pada
penyakit jantung amiloid. Walaupun masih kontroversial, dikatakan 30 – 40 % penderita
gagal jantung memiliki kontraksi ventrikel yang masih normal. Pada penderita gagal jantung
sering ditemukan disfungsi sistolik dan diastolik yang timbul bersamaan meski dapat timbul
sendiri.2,4,5
Berikut merupakan patofisio terjadinya gagal jantung yang dibedakan berdasarkan bagian
mana dari jantung itu yang mengalami gangguan pemompaan darah, lebih jelasnya sebagai
berikut 2,5 :
1. Gagal jantung sebelah kiri ; menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-
paru (edema pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas yang hebat. Pada awalnya
sesak nafas hanya dirasakan saat seseorang melakukan aktivitas, tetapi sejalan dengan
memburuknya penyakit maka sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita tidak
melakukan aktivitas. Sedangkan tanda lainnya adalah cepat letih (fatigue),
gelisah/cemas (anxity), detak jantung cepat (tachycardia), batuk-batuk serta irama
degub jantung tidak teratur (Arrhythmia).
2. Sedangkan Gagal jantung sebelah kanan ; cenderung mengakibatkan
pengumpulan darah yang mengalir ke bagian kanan jantung. Sehingga hal ini
menyebabkan pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, tungkai, perut (ascites) dan
16
hati (hepatomegaly). Tanda lainnya adalah mual, muntah, keletihan, detak jantung
cepat serta sering buang air kecil (urin) dimalam hari (Nocturia).
D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya gagal
jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat, apakah kedua
ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung. Tanda
obyektif yang tampak berupa takikardi, dispnea, ronki basah paru di bagian basal, bunyi
jantung III (diastolic gallop)atau terdengar bising apabila terjadi dilatasi bilik, pulsus
alternan. Pada gagal jantung kanan yang dapat terjadi karena gangguan atau hambatan
daya pompa bilik kanan sehingga isi bilik kanan menurun, tanpa didahului oleh adanya
Gagal jantung kiri, biasanya gejala yang ditemukan berupa edema tumit dan tungkai
bawah, hepatomegali, lunak dan nyeri bila ditekan; edema pada vena perifer (vena
jugularis), gangguan gastrointestinal dan asites. Keluhan yang timbul berat badan
bertambah akibat penambahan cairan badan, kaki bengkak, perut membuncit, perasaan
tidak enak di epigastrium.3,4
Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
• Gejala paru berupa : dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
• Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah,
asites, hepatomegali, dan edema perifer.
• Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium.
17
“Rangkaian patofisiologi sehingga terbentuknya gejala klinik secara singkat”
18
E. DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
1. GAGAL JANTUNG KRONIK
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit. Sindrom gagal
jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai prevalensi yang cukup
tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung umur
atau age-dependent. Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun,
tapi menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun. Dengan semakin meningkatnya angka harapan
hidup, akan didapati prevalensi dari CHF yang meningkat juga. Hal ini dikarenakan semakin
banyaknya lansia yang mempunyai hipertensi akan mungkin akan berakhir dengan CHF.
Selain itu semakin membaiknya angka keselamatan (survival) post-infark pada usia
pertengahan, menyebabkan meningkatnya jumlah lansia dengan resiko mengalami CHF.1,4
CHF terjadi ketika jantung tidak lagi kuat untuk memompa darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan. Fungsi sitolik jantung ditentukan oleh empat determinan
utama, yaitu: kontraktilitas miokardium, preload ventrikel (volume akhir diastolik dan
resultan panjang serabut ventrikel sebelum berkontraksi), afterload kearah ventrikel, dan
frekuensidenyutjantung.4
Terdapat 4 perubahan yang berpengaruh langsung pada kapasitas curah jantung dalam
menghadapi beban :
Menurunnya respons terhadap stimulasi beta adrenergik akibat bertambahnya usia.
Etiologi belum diketahui pasti. Akibatnya adalah denyut jantung menurun dan
kontraktilitas terbatas saat menghadapi beban.
19
Dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku pada usia lanjut karena bertambahnya
jaringan ikat kolagen pada tunika media dan adventisia arteri sedang dan besar.
Akibatnya tahanan pembuluh darah (impedance) meningkat, yaitu afterload meningkat
karena itu sering terjadi hipertensi sistolik terisolasi.
Selain itu terjadi kekakuan pada jantung sehingga compliance jantung berkurang.
Beberapa faktor penyebabnya: jaringan ikat interstitial meningkat, hipertrofi miosit
kompensatoris karena banyak sel yang apoptosis (mati) dan relaksasi miosit terlambat
karena gangguan pembebasan ion non-kalsium.
Metabolisme energi di mitokondria berubah pada usia lanjut.
Keempat faktor ini pada usia lanjut akan mengubah struktur, fungsi, fisiologi bersama-
sama menurunkan cadangan kardiovaskular dan meningkatkan terjadinya gagal jantung
pada usia lanjut. Penyebab yang sering adalah menurunnya kontraktilitas miokard akibat
Penyakit Jantung Koroner, Kardiomiopati, beban kerja jantung yang meningkat seperti
pada penyakit stenosis aorta atau hipertensi, Kelainan katup seperti regurfitasi mitral.3,4
Selain itu ada pula faktor presipitasi lain yang dapat memicu terjadinya gagal jantung,
yaitu :
Kelebihan Na dalam makanan
Kelebihan intake cairan
Tidak patuh minum obat
Iatrogenic volume overload
Aritmia : flutter, aritmia ventrikel
Obat-obatan: alkohol, antagonis kalsium, beta bloker
Sepsis, hiper/hipotiroid, anemia, gagal ginjal, defisiensi vitamin B, emboli paru.
20
Tanda serta gejala penyakit gagal jantung dapat dibedakan berdasarkan bagianmana
dari jantung itu yang mengalami gangguan pemompaan darah, lebih jelasnya sebagai
berikut :
1.Gagal jantung sebelah kiri ; menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru (edema
pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas yang hebat. Padaawalnya sesak nafas hanya
dirasakan saat seseorang melakukan aktivitas,tetapi sejalan dengan memburuknya penyakit
maka sesak nafas juga akantimbul pada saat penderita tidak melakukan aktivitas. Sedangkan
tanda lainnyaadalah cepat letih (fatigue), gelisah/cemas (anxity), detak jantung
cepat(tachycardia), batuk-batuk serta irama degub jantung tidak teratur (Arrhythmia).
2.Sedangkan Gagal jantung sebelah kanan ; cenderung mengakibatkanpengumpulan darah
yang mengalir ke bagian kanan jantung. Sehingga hal inimenyebabkan pembengkakan di
kaki, pergelangan kaki, tungkai, perut(ascites) dan hati (hepatomegaly). Tanda lainnya adalah
mual, muntah,keletihan, detak jantung cepat serta sering buang air kecil (urin) dimalam
hari (Nocturia).
Dalam diagnosis dari manifestasi klinik, dapat dibagi mejadi 2 kriteria menurut
Framingham gagal jantung dapat dibagi mejadi dua yaitu:
Kriteria mayor :
Paroksismal nokturnal dispnea
Distensi vena-vena leher
Peningkatan vena jugularis
Ronkhi
Kardiomegali
21
Edema paru akut
Gallop bunyi jantung III
Refluks hepatojugular positif
Kriteria Minor
Edema ekstremitas
Batuk malam
Dispne pada aktivitas
Hepatomegali
Efusi pleura
Kapasitas vital berkurang 1/3 dari normal
Takikardia ( > 120 denyut permenit)
Mayor atau minor
Penurunan berat badan ≥ 4,5 kg dalam 5 hari terapi
Diagnosis ditegakkan bila terdapat paling sedikit satu kriteria mayor dan dua kriteria minor
Jika menurut derajat penyakitnya CHF menurut New York Heart Assosiation dibagi menjadi:
•Grade 1 :Penurunan fungsi bilik kiri tanpa gejala.
•Grade 2 :Sesak nafas saat aktivitas berat
•Grade 3 :Sesak nafas saat aktivitas sehari-hari.
•Grade 4 :Sesak nafas saat sedang istirahat.
22
DIANGNOSIS BANDING
1. Gagal Jantung Akut
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat dari gejala-gejala atau
tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi dengan atau tanpa
adanya sakit jantung sebelumnya. Disfungsi jantung bisa berupa disfungsi sistolik
atau disfungsi diastolik . Gagal jantung akut dapat berupa serangan pertama gagal
jantung, atau perburukan dari gagal jantung kronik sebelumnya.
Gagal jantung akut telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia sekaligus
penyebab signifikan jumlah perawatan di rumah sakit dengan menghabiskan biaya
yang tinggi. Penyakit ini merupakan penyebab utama perawatan pada penyakit
kardiovaskuler di Eropa. Di Eropa dan Amerika Serikat angka kematian di rumah
sakit akibat penyakit ini berkisar antara 4-7 % . Sekitar 10 % dari pasien yang
bertahan hidup beresiko mengalami kematian dalam waktu 60 hari berikutnya.2,3
Prevalensi gagal jantung di Amerika dan Eropa sekitar 1 – 2%. Diperkirakan bahwa
5,3 juta warga Amerika saat ini memiliki gagal jantung kronik dan setidaknya ada
550.000 kasus gagal jantung baru didiagnosis setiap tahunnya. Pasien dengan gagal
jantung akut kira-kira mencapai 20% dari seluruh kasus gagal jantung. Prevalensi
gagal jantung meningkat seiring dengan usia, 80 % berumur lebih dari 65 tahun.
Di Indonesia belum ada data epidemiologi untuk gagal jantung, namun pada Survei
Kesehatan Nasional 2003 dikatakan bahwa penyakit sistem sirkulasi merupakan
penyebab kematian utama di Indonesia (26,4%) dan pada Profil Kesehatan Indonesia
2003 disebutkan bahwa penyakit jantung berada di urutan ke-delapan (2,8%) pada 10
penyakit penyebab kematian terbanyak di rumah sakit diIndonesia.
Penderita gagal jantung akut datang dengan gambaran klinis dispneu, takikardia serta
cemas, pada kasus yang lebih berat penderita tampak pucat dan hipotensi. Adanya
23
trias hipotensi (tekanan darah sistolik < 90 mmHg), oliguria serta cardiac output yang
rendah menunjukkan bahwa penderita dalam kondisi syok kardiogenik. Gagal jantung
akut yang berat serta syok kardiogenik biasanya timbul pada infark miokard luas,
aritmia yang menetap (fibrilasi atrium maupun ventrikel) atau adanya problem
mekanis seperti ruptur otot papilari akut maupun defek septum ventrikel pasca infark.
Gagal jantung akut yang berat merupakan kondisi emergensi dimana memerlukan
penatalaksanaan yang tepat termasuk mengetahui penyebab, perbaikan hemodinamik,
menghilangan kongesti paru, dan perbaikan oksigenasi jaringan.
Pemberian loop diuretik intravena seperti furosemid akan menyebabkan venodilatasi
yang akan memperbaiki gejala walaupun belum ada diuresis.Sejak tahun 1960
diuretik sudah digunakan sebagai terapi gagal jantung akut, tetapi masih
dipertanyakan manfaat dan bagaimana cara pemberian diuretik yang tepat untuk gagal
jantung akut.1,3,4
2. Angina Pectoris
Angina pectoris adalah rasa nyeri yang timbul karena iskemia miokardium.
Penyakit angina pectoris merupakan suatu sindroma gangguan pada dada berupa
perasaan nyeri, terlebih saat sedang berjalan, mendaki, sebelum atau sesudah makan.
Angina (angina pektoris) adalah nyeri dada yang bersifat sementara, dapat juga
merupakan rasa tertekan pada dada, yang terjadi karena otot jantung mengalami
kekurangan oksigen akibat terganggunya aliran darah ke arteri yang mengalirkan
darah ke arahnya. Penyumbatan atau penyempitan arteri jantung yang mengakibatkan
angina adalah jika penyumbatannya mencapai 70%.3
Penyebab umum stenosis (penyempitan pembuluh darah) pada arteri jantung
adalah aterosklerosis. Namun, beberapa orang yang mengalami nyeri dada, terkadang
24
memiliki arteri jantung normal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kelainan
komponen darah, kekurangan oksigen, adanya anemia parah, atau kebiasaan merokok
dalam tempo yang lama.
Beberapa hal yang berkaitan khusus dengan angina adalah :
- dipicu oleh aktivitas fisik
- berlangsung tidak lebih dari beberapa menit
- akan menghilang jika penderita beristirahat.
Kadang penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah melakukan
kegiatan tertentu. Akan tetapi jangan disimpulkan bahwa setiap ada rasa nyeri di dada
dalam beberapa detik adalah angina pectoris. Kemungkinan hal tersebut hanyalah
respon jantung normal bukan angina pectoris. Beberapa lokasi di tubuh yang bisa
merasakan nyeri antara lain bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam, punggung,
tenggorokan, rahang atau gigi, lengan kanan (kadang-kadang).4
Biasanya mempunyai karakteristik tertentu,antara lain.1,2,3 :
1. lokasinya biasanya di dada, substernal atau sedikit di kirinya, dengan penjalaran ke
leher, rahang, bahu kiri sampai dengan lengan dan jari-jari bagian ulnar, punggung
atau pundak kiri.
2. kualitas nyeri biasanya merupakan nyeri yang tumpul seperti tertindih berat di dada,
rasa desakan yang kuat dari dalam atau dari bawah diafragma, seperti diremas-remas
atau dada mau pecah dan biasanya pada keadaan yang berat disertai keringat dingin
dan sesak napas serta perasaan takut mati. Tidak jarang pasien hanya merasa tidak
enak di bagian dadanya. Nyeri berhubungan dengan aktivitas, hilang dengan istirtahat.
Nyeri juga dapat dipresipitasi oleh stress fisik atau emosional.
25
3. kuantitas nyeri yang pertama sekali timbul biasanya agak nyata, dari beberapa menit
sampai kurang dari 20 menit.nyeri tidak terus-menerus, tapi hilang timbul dengan
intensitas yang makin bertambah atau makin berkurang sampai terkontrol. Nyeri yang
berlangsung terus-menerus sepanjang hari, bahkan sampai berhari-hari bahkan sampai
berhari-hari biasanya bukan nyeri angina pectoris.
Terdapat tiga jenis angina yaitu angina stabil, angina unstable, angina varian
(Prinzmatal’s). perbedaan dari ketiga jenis angina itu antara lain:
• Stable angina.merupakan tipe angina paling umum.
Terjadi karena jantung bekerja lebih keras dari biasanya
-) Memiliki pola yang teratur. Setelah beberapa episode, kita dapat mempelajarinya
dan kemudian mengenali kapan angina tersebut akan terjadi.
-) Nyeri biasanya hilang dalam beberapa menit setelah istirahat atau meminum obat
angina.
-) Angina stabil bukan serangan jantung, tetapi merupakan tanda adanya ancaman
serangan jantung (infark) dimasa yang akan dating.
•Unstableangina.
Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan penanganan
dengan segera. Ini merupakan tanda bahwa serangan jantung (infark) akan segera
dimulai. Tidak seprti angina stabil, tipe angina ini tidak memiliki pola dan dapat
timbul tanpa aktivitas fisik sebelumnya serta tidak menurun dengan istirahat maupun
obat.
26
•Variantangina.
Tipe angina ini jarang terjadi. Biasanya timbul saat istirahat, Nyeri bisa memburuk
dan terjadi ditengah malam atau pagi buta. Menurun dengan obat-obatan, Nyeri yang
timbul tengah malam itu merupakan hasil dari peningkatan aktivitas metabolisme
REM saat tidur.
3. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Jantung Koroner adalah jenis penyakit yang banyak menyerang
penduduk Indonesia. Kondisi ini terjadi akibat penyempitan/penyumbatan di dinding
nadi koroner karena adanya endapan lemak dan kolesterol sehingga mengakibatkan
suplaian darah ke jantung menjadi terganggu. Perubahan pola hidup, pola makan, dan
stres juga dapat mengakibatkan terjadinya penyakit jantung koroner.3,4
Penyakit jantung koroner dapat terjadi jika pembuluh darah koroner tersumbat.
Tugas pembuluh darah koroner adalah memasok makanan pada otot jantung supaya
kerjanya normal. Pipa pembuluh koroner tersumbat oleh terbentuknya "lemak darah"
yang terbuat dari tumbukan lemak kolersterol.2,5
Kolesterol darah yang dibiarkan tinggi selama bertahun-tahun membentuk
gundukan lemak atau atherosclerosis pada semua dinding pembuluh darah arteri
tubuh, termasuk pada pembuluh koroner jantung.
Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteria
koronaria yang paling sering ditemukan. Pada aterosklerosis koroner terdapat
penimbunan lipid dan jaringan fibrosa pada arteria koronaria sehingga mempersempit
lumen pembuluh darah koroner.2,5
27
Mekanisme aterosklerosis2,5:
• Pada tunika intima timbul endapan lipid yang mengandung banyak kolesterol.
• Timbul kompleks plak aterosklerotik yang terdiri dari lemak, jaringan fibrosa, kolagen,
kalsium, debris seluler dan kapiler.
• Perubahan degeneratif dinding arteria.
• Penyempitan lumen arteria koronaria
Faktor Resiko Ireversibel:
• Umur
Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK.
Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat
dengan bertambahnya umur. Juga diadapatkan hubungan enters umur dan kadar
kolesterol yaitu kadar kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya umur. Di
Amerika Serikat kadar kolesterol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat
pada umur 20 tahun. Pada laki-laki kadar kolesteroi akan meningkat sampai umur 50
tahun dan akhirnya akan turun sedikit setelah umur 50 tahun. Kadar kolesterol
perempuan sebelum menopause (45-60tahun) lebih rendah daripada laki-laki dengan
umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan biasanya akan
meningkat menjadi lebih tinggi daripada laki-laki
Dari penelitian Cooper pada 2000 laki-laki yang sehat didapatkan peningkatan kadar
kolesterol total dengan bertambahnya umur. Akan teteapi kadar HDL kolesterol akan
tetap konstan sedangkan kadar LDL Kolesterol cenderung meningkat.
28
• Jenis kelamin
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki
laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x
lebih besar daripada perempuan. Pada beberapa perempuan pemakaian oral
kontrasepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan kadar kolesterol. Pada wanita
hamil kadar kolesterolnya akan kembali normal 20 minggu setelah melahirkan. Angka
kematian pada laki-laki didapatkan lebih tinggi daripada perempuan dimana
ketinggalan waktu l0 tahun kebelakang seperti terlihat pada gambar di bawah akan
tetapi setelah menopause hampir tidak didapatkan perbedaan dengan laki-laki.
• Riwayat Keluarga / genetik
Hipertensi dan hiperkolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor genetik. Sebagian
kecil orang dengan makanan sehari-harinya tinggi lemak jenuh dan kolesterol ternyata
kadar kolesterol darahnya rendah, sedangkan kebalikannya ada orang yang tidak
dapat menurunkan kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah lemak jenuh dan
kolesterol akan tetapi kelompok ini hanya sebagian kecil saja. Sebagian besar manusia
dapat mengatur kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah lemak jenuh dan
kolesterol.
• Ras
Perbedaan risiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun bercampur
baur dengan faktor geografis, soaial dan ekonomi. Di Amerika perbedaan antara ras
Caucasia dengan non Caucasia (tidak termasuk. Negro) didapatkan, risiko PJK pada
non Caucasia kira-kira separuhnya.
29
Faktor Resiko Reversibel:
• Hiperlipidemia, hiperkolesterol
Hiperkolesterolemi merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk
salah satu faktor risiko utama PJK di samping hipertensi dan merokok. Di Amerika
pada saat ini Hiperkolesterolemi merupakan masalah yang cukup penting karena
termasuk salah satu faktor risiko utama PJK di samping hipertensi dan merokok. Di
Amerika pada saat ini 50% orang dewasa didapatkan kadar kolesterolnya >200 mg/dl
dan ± 25% dari orang dewasa umur >20 tahun dengan kadar kolesterol >240 mg/dl,
sehingga risiko terhadap PJK akan meningkat.
Kolesterol, lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan
dinding pembuluh darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh derah tersebut
menyempit dan proses ini disebut aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah ini
akan menyebabkan aliran darah menjadi lambat bahkan dapat tersumbat sehingga
aliran derah pada pembuluh derah koroner yang fungsinya memberi 02 ke jantung
menjadi berkurang. Kurangnya 02 akan menyebabkan otot jantung menjadi lemah,
sakit dada, serangan jantung bahkan kematian.
Derajat keluhan dan gejala jantung koroner ditentukan oleh seberapa besar
ukuran sumbatannya. Apabila masih ringan hanya akan menimbulkan nyeri dada
sejenak. Semakin besar sumbatan yang ada, maka akan semakin lama dan berat
derajat rasa nyerinya. keluhan nyeri dada umumnya baru terasa nyata jika sumbatan
sudah lebih dari separuh ukuran penampang koroner atau jika sudah menyumbat total.
30
Berikut rangkuman gejala serangan jantung :
Nyeri dada atau rasa tak enak di bagian tengah dada; perasaan "tertekan," "berat" atau
remuk" yang berlangsung selama tak lebih dari beberapa menit atau berlalu hilang
dan kembali.Rasa sakit atau tak nyaman di bagian-bagian lain pada bagian tubuh atas,
termasuk lengan, bahu, leher, rahang, atau perut. Sulit bernapas, sesak napas.
Berkeringat atau "keringat dingin" .Rasa kembung, salah cerna, atau perasaan
tersedak(mungkin terasa seperti “rasa panas dalam lambung”) ,Mual atau
muntah.Sangat lemah atau gelisah.Detak jantung yang cepat atau tak teratur.
F. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung:
a. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan
gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan
dan penghantaran oksigen ke jaringan yang khas pada syok kardiogenik yang disebabkan
oleh infark miokardium akut adalah hilangnya 40 % atau lebih jaringan otot pada
ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh ventrikel karena ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan supply oksigen miokardium.
b. Edema paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja didalam tubuh.
Factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari batas negative
menjadi batas positif.
Penyebab kelainan paru yang paling umum adalah :
1) Gagal jantung sisi kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat peningkatan tekanan
kapiler paru dan membanjiri ruang interstitial dan alveoli.
31
2) Kerusakan pada membrane kapiler paru yang disebabkan oleh infeksi seperti
pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan yang berbahaya seperti gas klorin atau gas
sulfur dioksida. Masing-masing menyebabkan kebocoran protein plasma dan cairan
secara cepat keluar dari kapiler.
G. PENCEGAHAN
Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi objektif primer terutama pada kelompok
dengan risiko tinggi.
• Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard, faktor risiko jantung koroner.
• Pengobatan infark jantung segera di triase, serta pencegahan infark ulangan.
• Pengobatan hipertensi yang agresif.
• Koreksi kelainan kongenital serta penyakit jantung katup.
• Memerlukan pembahasan khusus
• Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang mendasari, selain
modulasi progresi dari disfungsi asimtomatik menjadi gagal jantung.
32
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung meliputi penalaksanaan secara
nonfarmakologis dan secara farmakologis, keduanyadibutuhkan karena akan saling
melengkapi untuk penatlaksaan paripurna penderita gagal jantung. Penatalaksanaan gagal
jantung baik itu akut dan kronik ditujukan untuk memperbaiki gejala dan progosis, meskipun
penatalaksanaan secara individual tergantung dari etiologi serta beratnya kondisi. Sehingga
semakin cepat kita mengetahui penyebab gagal jantung akan semakin baik prognosisnya.
Penatalaksanaan non farmakologis yang dapat dikerjakan antara lain adalah dengan
menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya, pengobatan serta pertolongan yang dapat
dilakukan sendiri. Perubahan gaya hidup seperti pengaturan nutrisi dan penurunan berat
badan pada penderita dengan kegemukan. Pembatasan asupan garam, konsumsi alkohol,
serta pembatasan asupan cairan perlu dianjurkan pada penderita terutama pada kasus gagal
jantung kongestif berat. Penderita juga dianjurkan untuk berolahraga karena mempunyai efek
yang positif terhadap otot skeletal, fungsi otonom, endotel serta neurohormonal dan juga
terhadap sensitifitas terhadap insulin meskipun efek terhadap kelengsungan hidup belum
dapat dibuktikan. Gagal jantung kronis mempermudah dan dapat dicetuskan oleh infeksi
paru, sehingga vaksinasi terhadap influenza dan pneumococal perlu dipertimbangkan.
Profilaksis antibiotik pada operasi dan prosedur gigi diperlukan terutama pada penderita
dengan penyakit katup primer maupun pengguna katup prostesis. Penatalaksanaan gagal
jantung kronis meliputi penatalaksaan non farmakologis dan farmakologis. Gagal jantung
kronis bisa terkompensasi ataupun dekompensasi. Gagal jantung terkompensasi biasanya
stabil, dengan tanda retensi air dan edema paru tidak dijumpai. Dekompensasi berarti
terdapat gangguan yang mungkin timbul adalah episode udema paru akut maupun malaise,
penurunan toleransi latihan dan sesak nafas saat aktifitas.6,7
33
Penatalaksaan ditujukan untuk menghilangkan gejala dan memperbaiki kualitas
hidup. Tujuan lainnya adalah untuk memperbaiki prognosis serta penurunan angka
rawat.Obat – obat yang biasa digunakan untuk gagal jantung kronis antara lain: diuretik
(loop dan thiazide), angiotensin converting enzyme inhibitors,b-blocker (carvedilol,
bisoprolol, metoprolol),digoxin, spironolakton, vasodilator (hydralazine/nitrat),
antikoagulan, antiaritmia, serta obat positif inotropik.Pada penderita yang memerlukan
perawatan,restriksi cairan (1,5 – 2 l/hari) dan pembatasan asupan garam dianjurkan pada
pasien. Tirah baring jangka pendek dapat membantu perbaikan gejala karena mengurangi
metabolisme serta meningkatkan perfusi ginjal.6,7
34
E. PROGNOSIS
Prognosis CHF tergantung dari derajat disfungsi miokardium. Menurut New York Heart
Assosiation, CHF kelas I-III didapatkan mortalitas 1 dan 5 tahun masing-masing 25% dab
52%. Sedangkan kelas IV mortalitas 1 tahun adalah sekitar 40%-50%.
35
BAB III
PENUTUP
Seorang laki-laki 55 tahun dengan keluhan sesak napas semenjak 1 hari yang lalu. Sesak
awalnya timbul saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat, menguranginya dengan tidur
diganjal 4 bantal. Namun sejak 5 hari yang lalu timbul terus menerus, dapat didiagnosis
menderita penyakit Gagal Jantung Kronik.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo W Aru,Setiohadi Bambang,Alwi Idrus, K Simadibrata M,Setiati Siti. Ilmu
penyakit dalam. Edisi V. Jakarta:InternaPublishing ;2009.
2. Michell RN, et al. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins dan Cotran. 7th ed.
Jakarta: EGC; 2008
3. Aru WS, Bambang S, dkk, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta.
4. Kurt J. Isselbacher, Eugene Braunwald, 2000, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam,
EGC, Jakarta.
5. Price SA, Wilson M. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke - 6.
Jakarta:EGC;2006.
6. Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2007, Management of chronic heart
failure, http://www.sign.ac.uk/pdf/sign95.pdf
7. Gunawan Sulistia G, Nafrialdi RS. Farmakologi dan terapi. Edisi ke 5. Jakarta: Balai
penerbitan FKUI ; 2009.
37