Upload
febrianimuldiati
View
76
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
MODUL KARDIO-VASKULAR
Bapak Ahmad, 70 tahun keluhan sesak napas
KELOMPOK VI
030.2009.079 ERWIN JAMES SAGALA
030.2009.081 EVA NATALIA BR MANULANG
030.2009.083 FATHIYA MAULIDA
030.2009.085 FEBRIANI MULDIATI
030.2009.087 FHISERRA KUSUMA PRIMADHANI
030.2009.089 FINESUKMA ADEMUKHLIS
030.2009.091 FIRISHA VIRGIDEWI WITJAKSONO
030.2009.093 FITRI NUR LAELI
030.2009.095 FITRIEND SYAHPUTRI
030.2009.097 FRANSISCA ANGGUN
030.2009.099 G. AIKO SULISTYOWATI R.N
030.2009.101 GAMAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
18 Mei 2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sesak napas merupakan keluhan subyektif (keluhan yang dirasakan oleh pasien)
berupa rasa tidak nyaman, nyeri atau sensasi berat, selama proses pernapasan. Pada sesak
napas, frekuensi pernapasan meningkat di atas 24 kali per menit.
Sesak napas dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan penyebabnya,
yaitu organik (adanya kelainan pada organ tubuh) dan non organik (berupa gangguan psikis
yang tidak disertai kelainan fisik). Sesak napas organik tidak hanya disebabkan oleh kelainan
organ pernapasan, tetapi penyakit pada organ seperti jantung dan ginjal pun dapat
menyebabkan terjadinya keluhan sesak napas. Selain kelainan pada organ jantung seperti
gagal jantung, kelainan metabolism seperti diabetes dapat pula menimbulkan sesak napas.
Gagal jantung (HF) adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jantung tidak dapat
memompa atau mengisi dengan darah yang cukup, yang berarti bahwa jantung harus bekerja
lebih keras untuk memberikan darah ke tubuh. Gagal jantung dapat menyebabkan gejala
ringan dan kecil, atau bisa berat atau bahkan mengancam jiwa. Gejala yang paling umum dari
gagal jantung adalah sesak napas, rasa lelah, kaki bengkak, dan tanda-tanda retensi cairan.
Namun gejala gagal jantung susah dikenali secara klinis, karena beragamnya keadaan klinis
serta tidak spesifik serta hanya sedikit tanda – tanda klinis pada tahap awal penyakit.
Perkembangan terkini memungkinkan untuk mengenali gagal jantung secara dini serta
perkembangan pengobatan yang memperbaiki gejala klinis, kualitas hidup, penurunan angka
perawatan, memperlambat progresifitas penyakit dan meningkatkan kelangsungan hidup.1
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Sesi 1
Saudara seorang dokter yang sedang mendapat tugas jaga malam di UGD RS.
TRISAKTI. Datang Pak Ahmad, 70 tahun, diantar istrinya dengan keluhan sesak napas
Sesi 2
Penderita datang dijemput menggunakan kursi roda oleh petugas dari depan UGD.
Pada anamnesis selanjutnya kepada istri pasien, didapatkan malam itu suaminya terbangun
dari tidur karena sesak napas dan gelisah. Setelah bangun harus dalam posisi duduk, karena
bila berbaring terasa semakin sesak. Biasanya setelah duduk agak lama sesak berkurang dan
dapat tidur lagi. Tetapi malam ini sesak tidak hilang malah semakin bertambah. Pernah
dinyatakan darah tinggi oleh dokter di Puskesmas, tidak melanjutkan makan obat. Kurang
lebih sejak 2 bulan sebelum ini sering mengeluh cepat lelah bila melakukan aktivitas sehari-
hari di rumah.
Ayah Tn. Ahmad meninggal karena tekanan darah tinggi
Sesi 3
Penderita datang dijemput menggunakan kursi roda oleh petugas dari depan UGD.
Saat ini di tempat tidur dalam posisi duduk, tidak dapat berbaring karena sesak.
Tekanan darah 170/110 mmHg, nadi 150 kali/menit dengan pengisian dan irama yang tidak
teratur. Pernapasan 24 kali/menit, dalam. JVP 5+4 cm, dilatasi, hepatojugular reflex (+).
Ictus cordis di ICS VI pada linea aksilaris anterior kiri, kuat angkat. S1-S2 irregular dan
cepat. Terdengar pansystolic murmur grade III/6 di apeks menjalar ke aksila kiri. Ronki
basah di seluruh lapang kedua paru. Hepatomegali 3 jari di bawah arcus costae, tepi tumpul,
permukaan licin, nyeri tekan. Ascites (-). Edema pretibial pada kedua tungkai.
3
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Identitas
Nama : Ahmad
Usia : 70 tahun
Lebih dari 83 % orang yang meninggal karena penyakit jantung koroner adalah 65
tahun atau lebih. Pada usia tua, wanita yang memiliki serangan jantung lebih mungkin
dibandingkan laki-laki untuk meninggal dalam beberapa minggu.2
Jenis kelamin : Pria
Pria memiliki risiko yang lebih besar terkena serangan jantung daripada perempuan.
Bahkan setelah menopause, angka kematian perempuan yang disebabkan oleh penyakit
jantung tidak begitu besar seperti laki-laki.2
Keluhan utama
Keluhan : Sesak nafas.
Sesak nafas (dispnea) merupakan keluhan gangguan pernafasan yang tidak terasa
nyeri namun menimbulkan rasa tidak nyaman dan tidak sesuai dengan tingkat aktifitas.
Keluhan yang serius ini memerlukan penjelasan dan pemeriksaan yang lengkap mengingat
dispnea sering terjadi karena penyakit jantung atau paru.2
Masalah tambahan : Hipertensi, memiliki riwayat keluarga hipertensi, dan tidak
melnjutkan makan obat untuk hipertensi.
Hipertensi adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara
factor-faktor tertentu. Factor resiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah itu
seperti diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, genetis dan banyak lagi.2
4
Heredity + environment
Prehipertensi
Early hipertensi
Esthablished hypertension
Complicated Uncomplicated
Hipertensi menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kerusakan organ target yang yang umum ditemui pada hipertensi adalah :
1. Jantung :
o Hipertorfi ventrikel kiri
o Angina atau infark miokardium
o Gagal jantung
2. Otak : stroke atau transient ischemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
Mengurangi atau menghentikan pengobatan dan kenaikan tekanan darah pada
penderita hipertensi pada pasien ini bisa menjadi factor pencetus gagal jantung.
Hipotesis
Berdasarkan keluhan utama dan masalah yang dikeluhkan pasien, didapatkan hipotesis :
1. Gagal jantung kiri
2. Bronkitis kronis
3. Penyakit Paru Obstruktif ( PPOK)
4. Asma
5. Pneumonia
5
Masalah Tambahan
Untuk membahas kasus ini, selain diperlukan identitas dan keluhan utama, diperlukan
juga rincian masalah, agar dapat membuat hipotesis yang lebih terarah. Masalah yang didapat
pada kasus ini selain keluhan utama yang sudah disampaikan di atas ialah :
1. Terbangun dari tidur karena sesak nafas dan gelisah
Episode dispnea mendadak yang memabngunkan pasien dari tidurnya disebut
paroksismal dispnea nocturnal (PND). Biasanya kejadian ini terjadi satu atau dua jam
sesudah pergi tidur dan ketika terjadi membuat pasien segera duduk, berdiri atau pergi ke
jendela untuk mendapatkan udara segar. Dispnea nocturnal paroksismal dapat disertai
batuk dan mengi. Biasanya episode tersebut akan mereda tetapi dapat muncul kembali
pada saat yang sama di malam berikutnya. PND menunjukan kegagalan ventrikel kiri
atau stenosis mitral dan dapat menyerupai serangan asma yang terjadi pada malam hari
(nocturnhal asthma).
Saat penderita tidur, posisi aliran darah dalam keadaan horizontal, terjadi redistribusi
volume darah dari extremitas bawah, dan bagian tubuh lainnya ke dalam jantung, terjadi
pula elevasi diaphragma pada posisi ini. Pada individu normal, keadaan ini memiliki
pengaruh yang kecil, tetapi pada penderita gagal jantung, ventrikel kiri tidak mampu
memompa seluruh volume tambahan (Venous Return) tersebut. Cardiac Output yang
tidak adekuat menyebabkan tekanan akhir diastol ventrikel kiri meningkat, hal tersebut
akan memberi beban pada atrium kiri pada saat pengalihan darah dari atrium kiri ke
ventrikel kiri. Atrium kiri akan mengalami kenaikan rata-rata tekanan pula (sama dengan
ventrikel kiri), yang pada akhirnya dapat menyebabkan hambatan aliran masuk darah dari
vena pulmonal. Tekanan pada vena pulmonalis dan cabang-cabangnya menjadi
meningkat, dan akan memicu terjadinya udema alveoli, mucosa bronchial dan interstitial.
Udema menekan bronchi kecil dengan akibat menambah kesukaran napas dan
berkurangnya ventilasi.
Penderita bangun, duduk, 10 – 30 menit kemudian terjadi redistribusi cairan dari
intravaskuler ke ekstravaskuler, venous return menurun, bendungan paru menurun, sesak
nafas hilang atau berkurang. Episode PND biasanya sangat mengejutkan penderita
sehingga takut untuk kembali tidur meskipun keluhan hilang.2
6
2. Setelah bangun tidur harus di posisi duduk karena bila berbaring terasa makin sesak.
Dispnea yang timbul ketika pasien berbaring dan berkurang pada saat pasien bangkit
dari posisi berbaring ke posisi duduk tegak merupakan ortopnea. Secara klasik, kuantitas
ortopnea diukur menurut jumlah bantal yang digunakan pasien untuk tidur, atau pada
kenyataan pasien baru bisa tidur setelah dalam posisi duduk. Ortopnea menunjukan
kegagalan ventrikel kiri atau stenosis mitral dan gejala ini dapat pula menyertai penyakit
paru obstruktif. Berbeda dengan PND yang memerlukan sekitar 30 menit sebelum sesak
hilang, ortopnea hilang segera setelah duduk.
Ortopnea terjadi karena adanya pengurangan pooling cairan di ektremitas bawah ke
dalam intravaskular pada saat keadaan horizontal atau pada saat berbaring, sehingga
terjadi venous return , darah dari extrathoracic beralih ke dalam intrathoracic
compartement. Ketika ventrikel kiri gagal untuk memompa darah dan ventrikel kanan
masih dalam keadaan normal atau berfungsi , ventrkel kiri tidak dapat menerima venous
return yang bertambah sehingga terjadi dilatasi dan meningkatnya tekanan vena
7
pulomonalis dengan akibat udema intertisial, compliance pulmonal berkurang, resistensi
jalan napas dan terjadi dispnea.
Menghilangnya sesak nafas pada posisi tegak akibat dari venous return yang menurun
dan menurunnya tekanan hidrostatik pada bagian atas paru sehingga menambah kapasitas
vital paru.2
3. Cepat lelah bila melakukan aktifitas sehari-hari dirumah.
Keluhan ini tidak spesifik tetapi merupakan keluhan umum pada gagal jantung
Penyebab antara lain :
-ansietas
-depresi
-tirotoksikosis
-diuretik yang berlebihan sehingga cardiac output tidak cukup dengan akibat semua
jaringan tubuh termasuk otot skeletal kurang mendapat darah yang cukup
-hipotensi dan hipokalemia akibat diuretika dapat berakibat fatik
-penyakit jantung kongestif (CHF) yang menjadi tambah berat,fatik dapat
merupakan keluhan utama. Karena kekurangan perfusi ke otot skeletal. Kapasitas latihan
menurun, akibat jantung tidak mampu menaikan CO sesuai kebutuhan sehingga otot
skeletal kekurangan oksigen
-transient global myocardial ischemia pada penderita PJK luas dapat bersakibat capai
dan lemah.
Anamnesis
Untuk menunjang diagnosis, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penqunjang yang tepat. Anamnesis yang diperlukan ialah :
1. Riwayat penyakit sekarang :
- Posisi apa yang dapat menyebabkan sesak napas dan posisi apa yang dapat
membuat pasien merasa lebih enak?
- Apakah tidur nyenyak?
- Waktu yang paling sering menyebabkan sesak napas?
- Adakah keluhan Batuk, wheezing, sputum berbuih dan berwarna pink?
- Apakah sering cepat capai?
- Pernakah pasien tersebut mengalami pembengkakan pada suatu bagian tubuh?
dimana? dan kapan terjadi?
2. Riwayat penyakit dahulu :
8
- Penyakit apa yang pernah diderita Pasien sebelumnya?
- Apakah pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya?
- Lama menderita Hipertensi?
3. Riwayat kebiasaan :
- Apakah Pasien tersebut merokok?
- Bagaimana kebiasaan olahraga pasien?
4. Riwayat keluarga:
- Apakah ada keluarga yang menderita Hipertensi?
5. Riwayat pengobatan :
- Obat yang pernah digunakan pasien?
- Apakah pernah mendapat terapi digitalis, diuretika, diet rendah garam?
- Apakah pernah mendapat obat-obatan yang dapat mencetuskan gagal jantung
seperti propanolol, quinidin, dan reserpin?
Pemeriksaan Fisik
Selain anamnesis yang tepat dan terarah, diperlukan juga pemeriksaan fisik untuk menunjang
diagnosis. Pemeriksaan fisik yang diperlukan ialah :
1. Tanda vital : a. Suhu : -
b. Denyut nadi : 150 kali/menit (tachycardia)
Tachicardia patologik :
- Penyakit yang disertai demam kecuali demam tifoid
- Penyakit jantung kecuali blockade jantung
- Hipertiroidime
- Anemia berat
- Beri-beri
- Shock
- peningkatan tekanan intracranial
c. Tekanan darah : 170/110 mmHg (Hypertension stage II)
Penyebab Hipertensi :
- Primer (esensial) : Penyebab tidak diketahui, mungkin factor
turunan.
- Sekunder : - Penyakit pada ginjal : Glomerulonephritis,
Stenosis A. Renalis
9
-Penyakit endokrin : Hipertiroidime, Sindrom cushing,
Phacochromocytoma
- Lain-lain : tekanan intracranial meningkat, toxemia gravidarum,
gout, polycitemia.
d. Pernafasan : 24 x/ menit ( Tachypnoe)
Biasanya terjadi pada decompensatio cordis.
e. Berat badan : - kg
Panjang badan : - cm
2. Keadaan umum : 1. Kesan sakit : -
2. Tingkat kesadaran : -
3. Thorax : Jantung, Paru
Inspeksi :
- Kelainan dinding dada : Parut bekas oprasi, pelebaran vena superficial, spider
nevi, retraksi otot interkostal dan lain-lain.
- Kelainan bentuk dada : Dada yang normal mempunyai diameter latero-lateral
yang lebih besar dari diameter anteroposterior.
Palpasi :
- Ictus cordis : ICS VI pada linia aksilaris anterior kiri, kuat ( N : 1-2 cm medial
garis midclavicularis kiri di ICS V ). Ictus terlihat lebih dari normal mungkin pada
decompensatio cordis kiri, efusi pleura kanan, fibrosis, atelektasis paru kiri. Pada
decompensatio cordis kiri diameter ictus melebar dan denyut ictus kuat.
Kemungkinan pasien ini mengalami hipertrofi ventrikel kiri.
- JVP 5+4 cm, dilatasi : bila lebih dari 3- 4 cm diatas angulus sternalis atau 8-9 cm
diatas RA (atrium kanan) dikatakan JVP meningkat. JVP memberikan informasi
perihal status volume cairan penderita dan fungsi jantung. JVP meningkat pada
gagal jantung kanan, perikarditis konstriktif, pericardial temponade, tricuspid
stenosis dan PPOK. Pada PPOK tekanan vena meningkat pada ekspirasi saja, vena
kolaps pada inspirasi, hal ini tidak menunjukan gagal jantung kanan.
- Hepatojugular reflex (+)
Auskultasi :
- S1-S2 irregular dan cepat
- Pansystolic grade III/6 di apeks menjalar ke aksila kiri :
10
Bising pansistolik (holosistolik) dimulai bersama dengan bunyai S1 dan
berhenti pada bunyi S2 tanpa terdengarnya jeda diantara bising dan bunyi jantung.
Bising pansitolik sering terjadi bersamaan dengan aliran balik (regurgitan) yang
melintasi katup atrioventrikel (mitral). Pada grade III (agak keras) disebabkan
oleh kelainan organic (stenosis atau insufisiensi katup atau defek pada septum
jantung). Pada derajat 6 bising terdengar sangat keras dengan disertai thrill. Dapat
terdengar ketika seluruh ujung stetoskop diangkat dari permukaan dada pasien.
- Ronki basah di seluruh lapang kedua paru :
Rhonchi ialah suara tambahan pada suara nafas yang disebabkan oleh adanya
cairan eksudat atau transudat atau darah di dalam lumen bronchus. Bila cairan itu
bersifat encer, maka yang terdengar ronchi basah.
4. Abdomen : Hepar
- Hepatomegali 3 jari dibawah arcus costae, tepi tumpul, permukaan licin, nyeri
tekan.
- Ascites : -
5. Ekstremitas bawah :
- Edema peritibial
Diawali dengan gagal jantung kiri yang menyebabkan tekanan di atrium
meningkat karena ketidakmampuan ventrikel memompakan darah dalam hal ini
cardiac ouput turun dan reflek tachicardi aktif untuk mengkompensasi. Reflek
kompensasi mempunyai konsekuensi bahwa diastolic filing time akan memendek.
Sehingga darah akan menumpuk di atrium kiri dan vena pulmonalis. Darah yang
menumpuk tersebut membuat tekanan hidrostatik naik lebih dari tekanan oncotic
sehingga terjadi transudasi ke jaringan intertisial alveolus dan dapat pula masuk
ke alveolus.
Karena terdapat bendungan di paru maka ventrikel kanan harus bekerja ekstra
untuk melawan bendungan tersebut. Pada saatnya ventrikel kanan sudah tidak bisa
mengkompensasi bendungan tersebut dan menjadi gagal jantung kanan, dimana akan
terjadi penumpukan darah di atrium kanan dan venous return turun karena darah
susah kembali ke atrium kanan karena tekanannya begitu tinggi sehingga tekanan
hidrostatik vena systemic naik. Tekanan hidrostatik vena yang melampaui tekanan
oncotic akan menjadi oedem, seperti di tungkai (daerah peritiabial), dan hepar
(hepatomegali).2
11
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan Nilai normal Hasil
Hb 13-18 g/dL 13 g/dL
Ht 40-52 % 35%
Eritrosit 4,2-5,4 juta/ml 4 juta/ml
Leukosit 4.300-10.800/mm3 5000mm3
Hitung jenis
Basofil 0-1 % -
Eosinofil 1-4 % 2 %
Netrofil batang 0-5 % 5%
Netrofil segmen 40-60 % 45%
Limfosit 20-45 % 40%
Monosit 2-8% 8%
LED <15 mm/jam 10 mm/jam
Ureum 15-40 30
Kreatinin 0,7-1,5 mg/dL 1,3 md/dL
Cholesterol total 160-330 mg/dL 180 mg/dL
HDL 30-50 mg/dL 40 mg/dL
LDL 65-180 mg/dL 90 mg/dL
Trigliserida 45-190 mg/dL 160 mg/dL
Na 135-147 meq 140 meq/L
K 3,5-5,2 meq/L 3,5 meq/L
Cl 95-105 meq/L 90 meq/L
Analisis hasil pemeriksaan :
Pada hasil pemeriksaan ditemukan kenaikan atau penurunan dari nilai normal yang tidak
signifikan. Tidak ditemukan kelaianan yang khas pada pasien ini. Penurunan kadar eritrosit
dan hematokrit kemungkinan pada pasien ini di karenakan anemia yang ringan. Pada gagal
jantung akan mengalami kongesti pulmonal yang akan menyebabkan udem. Dan udem
tersebut akan mengalami hemodilusi yang akan mengakibatkan anemia fisiologik. Sedangkan
12
penurunan kadar klorida umumnya disebabkan pada keadaan muntah, bilas lambung, diare,
diet rendah garam, infeksi akut, luka bakar, terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis,
penggunaan obatThiazid, dan diuretika, sehingga pada pasien yang mengalami gagal jantung
kemungkinan disertai dengan penurunan kadar klorida serum.
Foto Thorax
Setelah foto thorax PA sudah jadi, maka untuk membuat perhitungan CTR nya kita
harus membuat garis-garis yang akan membantu kita dalam perhitungan CTR ini. Contoh:
CTR=A+B/C x 100%
Keterangan :
A : jarak MSP dengan dinding kanan terjauh jantung.
B : jarak MSP dengan dinding kiri terjauh jantung.
C : jarak titik terluar bayangan paru kanan dan kiri.
Jika CTR>50% maka dikategorikan sebagai Cardiomegaly
Contoh :
Pada sebuah foto thorax, setelah dibuat garis-garis untuk menghitung Cardiothoracic Ratio, di
dapat nilai-nilai sebagai berikut :
Panjang garis A = 6 cm
Panjang garis B = 13 cm
Panjang garis C = 30 cm
Dari nilai-nilai di atas, apakah jantung pada pasien tersebut dapat dikategorikan sebagai
Cardiomegally atau tidak?
13
Jawab :
Sesuai dengan rumus perbandingan yang telah dijelaskan, maka kita masukan nilai-nilai
tersebut di atas.
6+13/30x100% = 63%
Karena nilai ratio nya melebihi 0,5, maka jantung pasien tersebut dapat dikategorikan
Cardiomegally (terjadi pembesaran jantung).
Pada pemeriksaan ini ditemukan pembesaran jantung, tidak terlihat gambaran punggung
jantung dan congesti pulmonal. Normalnya terlihat punggung jantung pada pemeriksaan ini.
14
Hasil pemeriksaan ini menunjang diagnosis kami yaitu gagal jantu kiri ke kanan karena
terjadinya pembesaran pada kedua ventrikel. Densitas normal jantung adalah moderately
opaque.
EKG
Normal EKG
Cara interpretasi EKG3
1. Periksa skala dan kelayakan hasil rekaman.
Skala : skala kecepatan kertas dan skala voltase
Kelayakan: ada identitas, tanggal pemeriksaan dan skala lengkap
2. Tentukan irama dasar.
Normal : irama sinus atau sinus rithym
Kriteria : gelombang P selalu positif di II,III, aVF.
Gelombang P selalu negatif di aVR.
3. Hitung QRS rate
Normal : 60-100x/menit
Hitung jarak R ke R dalam kotak kecil / besar.
QRS rate adalah 1500 dibagi jumlah kotak kecil atau 300 dibagi jumlah kotak besar.
Interpretasi :
15
▫ QRS rate kurang dari 60x/menit : bradikardi
▫ QRS rate lebih dari 100x/menit : tahikardi
4. Tentukan aksis
5. Periksa gelombang P
Normal : durasi < 0,12 detik.
Positif di lead II dan negatif di lead aVR
Kelainan :
a. pembesaran atrium kiri : P mitral, gelombang P lebar dan memiliki "Notched",
mudah di lihat di lead I / II. Gelombang P lebar, bifasik, dengan komponen
defleksi negatif yang dominan
b. pembesaran atrium kanan : P pulmonal, gelombang P tinggi, ramping dan runcing,
di lihat di lead II, III, aVF. Gelombang P di V1 bisa runcing, bifasik ataunegatif
6. Hitung interval PR
Interval PR merupakan penjumlahan dari waktu depolarisasi atria dan waktu
perlambatan dari simpul AV. Nilai normal interval PR ditentukan oleh frekuensi
jantung , bila denyut jantung lambat maka interval PR akan menjadi lebih panjang.
7. Periksa komplek QRS
Normal : Durasi maksimal 0,10 detik, selalu mengikuti gelombang P
Pattern komplek QRS di precordial lead dominan negatif di V1 dan positif di V6.
Kelainan : Hipertrofi ventrikel kanan atau kiri.
8. Periksa ST segmen
Diukur mulai dari akhir gelombang S hingga awal gelombang T
Normal : elevasi 2 kotak dari garis isoelektris, depresi 1/2 kotak dari garis isoelektris
9. Periksa gelombang T
16
1. Irama : aritmia
2. QRS rate : -
3. Arah aksis : -
4. Gelombang P :
5. PR interval :
6. QRS duration :
7. Segmen ST : depresi di V4
8. Gelombang R : elevasi V6 > V5 (menunjukkan LVH)
9. Gelombang S :
10. Gelombang T :
Kriteria EKG pembesaran ventrikel kiri :
Gelombang S dominan ≥ 25 mm di V1 dan V2
Gelombang R dominan ≥ 35 mm di V5 dan V6
17
Echocardiography
Ekokardiografi adalah suatu test yang tidak menimbulkan sakit yang menggunakan
gelombang suara untuk melihat gambaran jantung. Test ini menunjukkan ukuran dan bentuk
dari jantung dan bagaimana kerja bilik dan katup jantung. Pada kasus ini terlihat dilatasi dari
ventrikel kiri, hipertrofi ventrikel kiri eksosentik, penurunan fungsi sistolik, dan regurgitasi
dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan pada sistolik. Terjadinya regurgitasi adalah akibat
adanya dilatasi dan hipertrofi sehingga musculus papilaris tertarik dan katup tidak bisa
menutup sempurna, regurgitasi ini terdengar saat sistolik menunjukkan bahwa terjadi
insufisiensi dari katup mitral. Ada dua macam hipertrofi yaitu hipertrofi eksentrik dan
hipertrofi konsentrik. Pada hipertrofi eksentrik terjadi penipisan pada otot, sedangkan
hipertrofi konsentrik terjadi penebalan pada otot. Sarkomersarkomer yang tersusun paralel
menyebabkan pelebaran miosit dan menghasilkan bentuk remodeling hipertrofi konsentrik
(penambahan rasio tebal dinding / ukuran ruang). Karena stres sistolik (beban akhir)
merupakan penentu utama penampilan pemompaan, maka dibutuhkan normalisasi stres
sistolik untuk mempertahan kan fraksi ejeksi yang normal. Beban volume pada keadaan
regurgitasi aorta menahun,regurgitasi mitral, atau anemi menyebabkan sarkomer bereplikasi
secara serial dan menyebabkan penambahan volume ventrikel. Bentuk remodeling yang
dihasilkan adalah hipertrofi eksentrik (pembesaran ruang dengan penurunan rasio tebal
dinding / ukuran ruang). Bentuk ini merupakan awal kompensasi jantung untuk
mempertahankan isi sekuncup. Pada kasus tersebut, pasien ini termasuk hipertrofi eksentrik.
Berdasarkan letak anatomis, hipertrofi ventrikel kiri adalah pembesaran ventrikel ke arah
belakang dan lateral sedangkan hipertrofi ventrikel kanan adalah pembesaran ke arah depan.
Diagnosis
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis kerja pasien ini adalah
gagal jantung dextra dan sinistra (NYHA IV) et causa hypertensi.
18
Diagnose gagal jantung pada pasien ini berdasarkan pada terpenuhinya criteria
Framingham, sebagai berikut:4
Mayor kriteria:
- Paroksismal nocturnal dyspnea
- distensi vena leher
- Rales
- Radiografi cardiomegaly (ukuran peningkatan jantung pada radiografi dada)
- Edema paru akut
- S3 gallop
- Peningkatan tekanan vena sentral (> 16 cm H2O di atrium kanan)
- Hepatojugular refluks
- Berat badan > 4.5 kg dalam 5 hari di tanggapan terhadap pengobatan
Kriteria Minor:
- Bilateral ankle edema
- Nokturnal batuk
- Dyspnea pada tenaga biasa
- Hepatomegali
- Efusi pleura
- Penurunan kapasitas vital oleh sepertiga dari maksimum terekam
- Takikardia (denyut jantung> 120 denyut / menit.)
Kriteria Minor diterima hanya jika mereka tidak dapat dikaitkan dengan kondisi medis
yang lain (seperti hipertensi paru, penyakit paru-paru kronis, sirosis, asites, atau sindrom
nefrotik).
The Framingham Heart Study kriteria adalah 100% sensitif dan 78% khusus untuk
mengidentifikasi orang dengan gagal jantung kongestif yang pasti.
Diagnosis gagal jantung membutuhkan adanya simultan minimal 2 kriteria besar atau 1
kriteria utama dalam hubungannya dengan 2 kriteria minor. Sedangkan pada pasien ini
ditemukan 5 criteria mayor yaitu adanya paroxysmal nocturnal dispneu, cardiomegaly, edema
paru akut, S3 gallop, dan hepatojugular reflux positif serta 4 criteria minor yaitu bilateral
ankle edema, dispneu pada tenaga biasa, hepatomegali, takikardia (denyut jantung
>120x/menit).
Gagal jantung dextra dan sinistra dikarenakan pada pasien ini ditemukan cirri dari gagal
jantung kanan seperti adanya sesak nafas pada pasien ini dan meningkatnya tekanan
pulmonal, sedangkan meningkatnya JVP serta hepatojugular reflux yang positif dan
19
edamanya kedua tungkai menandakan adanya gagal jantung kanan yang merupakan
kelanjutan dari gagal jantung kiri pada sebelumnya.
Klasifikasi NYHA Fungsional untuk Gagal Jantung Kongesti:5
The New York Heart Association (NYHA) Klasifikasi fungsional menyediakan cara
sederhana untuk mengklasifikasi penyakit jantung (awalnya gagal jantung), berguna untuk
penilaian pra operasi. Hal ini menempatkan pasien di salah satu dari empat kategori,
berdasarkan pada seberapa banyak mereka dibatasi selama aktivitas fisik:
Kelas I : pasien tanpa pembatasan kegiatan, mereka tidak menderita gejala dan aktivitas biasa.
Kelas II: pasien dengan sedikit, pembatasan kegiatan ringan, mereka merasa nyaman dengan
istirahat atau dengan tenaga ringan.
Kelas III: pasien dengan keterbatasan ditandai kegiatan; mereka merasa nyaman hanya pada
saat istirahat
Kelas IV: pasien yang harus beristirahat lengkap, terbatas pada tempat tidur atau kursi, setiap
aktivitas fisik membawa pada ketidaknyamanan dan gejala yang terjadi saat istirahat.
Pada pasien ini diketahui bahwa kurang lebih sejak 2 bulan sebelumnya sering
mengeluh cepat lelah bila melakukan aktivitas sehari-hari di rumah serta pada malam hari
sebelum dibawa ke UGD keluhan pasien (dalam hal ini sesak) tidak menghilang walaupun
sudah dalam posisi yang biasanya dapat meringankan gejala pasien tersebut (posisi duduk),
hal ini berarti gejala tersebut pun terjadi ketika pasien beristirahat (sesuai dengan NYHA IV).
Hipertensi sebagai penyebabpun didukung dengan hasil anamnesis yang menyebutkan
bahwa pasien pernah di diagnose hipertensi namun tak melanjutkan pengobatan, hal ini yang
dapat memperberat resiko pasien terkena gagal jantung, serta pasien memiliki riwayat
keluarga hipertensi.
Penatalaksanaan
Pada pasien ini dberikan penatalaksanaan sebagai berikut :
1. 02 nasal kanul 4 L/menit
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu
dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal
yaitu 24 % - 44 %. Persentase O2 pasti tergantung ventilasi per menit pasien. Pada
pasien ini diberikan 02 kanul dikarenakan terdapat sesak nafas yang berat sehingga
perlu diberikan 02 agar fungsi pernafasan dapat kembali normal.
20
2. Bed rest, posisi setengah duduk
3. Furosemid 60 mg IV
Merupakan Diuretika yang bertujuan mengatasi retensi cairan sehingga
mengurangi beban volume sirkulasi yang menghambat kerja jantung. Pada pemberian
diuretika harus diawasi kadar kalium darah karena diuresis akibat furosemid selalu
disertai keluarnya kalium. Pada keadaan hipokalsemia mudah terjadi gangguan irama
jantung.
4. Lisinopril 1x5 mg
Merupakan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan
menghambat angiotensin II, suatu vasokonstriktor yang kuat. Lisinopril mengatur
mekanisme fisiologik yang spesifik, yakni sistem renin angiotensin-aldosteron, yang
berperan dalam pengaturan tekanan darah.lisinopril diberikan pada pasien ini untuk
mengatasi hipertensi yang diderita oleh pasien.
5. ISDN IV per drip 10 ng/menit dititrasi naik sesuai klinis
ISDN atau isosorbid dinitrat adalah suatu obat golongan nitrat yang digunakan
secara farmakologis sebagai vasodilator (pelebar pembuluh darah), khususnya pada
kondisi angina pektoris, juga pada CHF (congestive heart failure), yakni kondisi
ketika jantung tidak mampu memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan
tubuh.
Prognosis
Ad vitam : ad malam
Secara umum, tingkat kematian rawat inap bagi pasien dengan gagal jantung adalah
5-20%, sedangkan kematian rawat jalan masih 20% pada akhir tahun pertama postdiagnosis
dan sampai dengan 50% pada 5 tahun postdiagnosis, meskipun peningkatan yang nyata
dalam terapi medis dan perangkat (AHA diterbitkan statistik). Setiap rehospitalization
meningkatkan kematian sebanyak 20-30%.6
Pasien dengan NYHA kelas IV, ACC / gagal jantung tahap AHA D memiliki lebih
dari 50% kematian pada 1 tahun.
Ad sanationam: dubia ad malam
Ad functionam: ad malam
21
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Thorax adalah bagian tubuh yang terletak di antara leher dan abdomen. thorax
mempunyai rongga yang disebut cavum thorax. Bagian tengah rongga thorax disebut
mediastinum. Paru dan pleura terletak di lateral. mediastinum di bagi menjadi mediastinum
superior dan mediastinum inferior. Mediastinum inferior lebih lanjut lagi di bagi menjadi
mediastinum medius, mediastinum anterior dan mediastinum posterior(1). Mediastinum
superior terletak di antara manubrium sterni dan setinggi corpus vertebrae Th-1-4.
Mediastinum superior ditemukan organ : thymus, Venae besar , Arteriae besar , Trachea,
oesophagus , ductus thoracicus. Mediastinum inferior terletak di antara corpus sterni dan
setinggi corpus vertebrae Th-4 / 5 12. Mediastinum inferior terdapat struktur organ
Thymus yang terletak di bagian anterior . jantung, pericardium dan N. phrenicus terletak di
bagian medius. Oesophagus , ductus thoracicus dan aorta descendens terletak di bagian
posterior.
Garis-garis imajiner pada thorax terdiri dari linea midsternalis tepat pada garis tengah
os.sternalis,linea sternalis, linea parasternalis, dan midklavikularis. Di bagian lateral thorax
ada garis aksilaris anterior, linea aksilaris medius dan linea aksilaris posterior.7
Jantung terletak di mediastinum inferior di bagian medius. Jantung merupakan pusat
system kardiovaskuler yang terletak dalam rongga dada diantara dua paru dan dibungkus oleh
pericardium yang mengandung sedikit cairan. Jantung memiliki tiga lapisan yaitu epicardium,
myocardium, dan endocardium. Terdiri atas empat rongga yaitu atrium sinistra dan dextra,
serta ventrikel sinistra dan dextra. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh jaringan ikat yang
disebut anullus fibrosus. Atrium menerima darah yang kembali ke jantung dan memompanya
ke ventrikel. Ventrikel memompa darah dari jantung keluar.
Pada atrium dextra terdapat valvula trikuspidalis yang menghubungkan atrium dextra
dan ventrikel dextra. Pada bagian ventrikel dextra terdapat valvula semilunaris a.pulmonale,
trabecula carnae, musculus papilaris, dan chordae tendinae. Kemudian pada bagian atrium
sinistra bermuara empat pembuluh, serta terdapat valvula bikuspidalis yang menghubungkan
atrium sinistra dan ventrikel sinistra. Pada bagian ventrikel sinistra terdpat dua cuspides yaitu
cuspis anterior dan posterior, serta terdapat pula valvula semilunaris aorta.7
22
Organ-organ yang ditemukan di mediastinum superior
Organ-organ yang ditemukan di mediastinum inferior
23
Jantung mendapat vaskularisasi dari arterie coronaria dextra dan sinistra, yang berasal
dari aorta ascendens tepat diatas valva aortae. Arteri coronaria dan percabangan utama
terdapat dipermukaan jantung, terrletak di dalam jaring ikat subepicardial.
Arteria coronaria dextra berasal dari sinus anterior aorta dan berjalan ke depan diantara
trunkus pulmonalis dan auricula dextra. Arteri ini berjalan turun hampir ventrikel di dalam
sulcus atrio-ventrikulare dextra. Cabang–cabangnya
1. Ramus coni arteriosis, mendarahi facies anterior conus pulmonalis (infundibulum
ventrikulare dexter) dan bagian atas dinding anterrior ventrikulare dexter.
2. Ramus ventriculare anteriores, mendarahi fasies anterior ventrikulus dexter. Ramus
marginalis dexter adalah cabang yang terbesar dan berjalan sepanjang pinggir bawah
fasies kostalis untuk mencapai apexcordis.
3. Ramus ventrikulare posterrior mendarahi facies diaphragmaticaventrikulus dexter.
4. Ramus Interventrikulare posterior(desendens), berjalan menuju apekspada sulkus
interventrikulare posterior. Memberikan cabang – cabangke ventrikulus dexter dan
sinister termasuk dinding inferiornya.Memberikan percabangan untuk bagian posterior
septum ventrikularetetapi tidak untuk baagian apeks yang menerima pendarahan dari
ramusinventrikulus anterior arterria coronaria sinister. Sebuah cabang yangbesar
mendarahi nodus atrioventrikularis.
24
5. Ramus atrialis, beberapa cabang mendarahi permukaan anterior danlateral atrium dexter.
Atria nodus sinuatrialis mendarahi nodus danatrium dextrum dan sinistra.
Arteria coronaria sinistra, lebih besar dibandingkan dengan arteria coronaria dextera,
mendarahi sebagian besar jantung, termasuk sebagian besar atrium kiri, ventrikel kiri dan
septum ventrikular. Arteri ini berasal dari posterior kiri sinus aorta ascendens dan berjalan ke
depan di antara trunkus pulmonalis dan aurikula sinister. Kemudian pembuluh ini berjalan
di sulcus atrioventrikularis dan bercabang dua menjadi ramus interventrikular anterior dan
ramus circumflexus
1. Ramus interventrikularis (descendens) anterior, berjalan ke bawah didalam sulcus
interventrikularis anterior menuju apex kordis. Pada kebanyakan orang pembuluh ini
kemudian berjalan di sekitar apeks cordis untuk masuk ke sulkus interventrikular
posterior darnberanastosis dengan cabang – cabang terminal arteria coronaria dextra
2. Ramus circumflexus, pembuluh ini melingkari pinggir kiri jantung didalam sulkus
atrioventrikular. Ramus marginalis merupakan cabangyang terbesar mendarahi batas kiri
ventrikule sinistra dan turun sampai apeks kordis
HISTOLOGI
Histologi Otot Jantung 8
Otot jantung merupakan modifikasi dari otot polos dan otot skelet. Secara embriologis
berasal dari mesoderm splanikus. Bentuk serat otot jantung silindris memanjang, mempunyai
garis-garis, bercabang, dan saling beranastomosis melalui diskus interkalaris. Diskus
interkalaris merupakan perlekatan antara satu serat dengan serat lainnya, mempunyai
gambaran seperti anak tangga.
Setiap serat diliputi sarkolema tipis, mempunyai 1 atau 2 inti, lonjong, yang terletak di
tengah sel dan berada di ruang perinuklear. Hal ini dapat dilihat pada serat otot jantung
potongan melintang.
Susunan retikulim sarkoplas,a dam sarkolema yang mengelilingi myofibril otot
jantung, tampak system diad yang terdiri dari 1 tubulus transversal dan 1 sisterna terminal.
Di subendokardium ventrikel jantung terdapat serat Purkinje, yaitu modifikasi serat
otot jantung dan berfungsi konduktif, yaitu dapat menyalurkan rangsang. Serat Purkinje
25
tampak pucat karena mempunyai myofibril yang relative sedikit di perifir dan mengandung
banyak glikogen dalam ruang perinuklear.
Otot jantung tidak/sedikit sekali mampu untuk beregenerasi, jadi kerusakan otot
jantung akan diganti dengan jaringan ikat melalui fibrosis. 8
Histologi Pembuluh Darah
Berdasarkan histologi, arteri dan vena terbagi menjadi 3 bagian yaitu kecil, yaitu kecil,
sedang, dan besar. Di mana masing-masing memiliki 3 lapisan yaitu tunika intima, tunika
media, dan tunika adventisia.9
Secara garis besar,pembuluh darah di bagi menjadi 3 ,yaitu :
I. Arteri
1. Arteri kecil
- Tunika intima : Lapisan sub endotel nya sangat tipis
- Tunika media : Terdiri atas satu sampai lima lapisan serat muskular polos yang
berjalan sirkular
- Tunika adventisia : Mengandung serat kolagen dan elastin yang berjalan
longitudinal
2. Arteri sedang
- Tunika intima : Lapisan sub endotel lebih tebal dari arteri kecil dan tunika elastika
interna lebih kontinyu
- Tunika media : Serat otot polos jumlahnya mencapai 40 - 50 lapis dan terdapat
tunika elastika eksterna
- Tunika adventisia : Lebih tebal dari arteri kecil dan teridir dari serat elastin dan
serat kolagen yang halu
3. Arteri besar
26
- Tunika intima : Sub endotelnya terdiri atas anyaman penyambung jarang yang
tebal
- Tunika media : Membran fenestrata yang tersusun konsentris sekitar 40 – 70
lapisan
- Tunika adventisia : Lebih tebal daripada arteri sedang dan terdapat serat saraf
vasomotor
II. Vena
1. Vena kecil
- Tunika intima : Tidak terdapat tnika elastika interna
- Tunika media: Otot polos lebih tipis daripada arteri kecil dan tersusun lebih
longgar
- Tunika adventisia : Lebih tebal daripada arteri kecil dan terdapat saraf vasomotor
2. Vena sedang
- Tunika intima : Sub endotel lebih tipis, tidak mempunyai tunika elastika
- Tunika media : Otot polos lebih longgar
- Tunika adventisia : Lebih tebal daripada arteri sedang
3. Vena besar
- Tunika intima : Lapisan sub endotel lebih tebal dibandingkan arteri besar
- Tunika media : Sedikit mengandung serat otot polos
- Tunika adventisia : Lapisan yang paling tebal dari ketiga lapisan .
III. Kapiler
1. Tipe sinusoid
Diameternya relatif besar (30-40 mikron) sehingga aliran darah menjadi lambat. Sel-
sel endotel yang membentuk dindingnya terdiri atas sel-sel yang bersifat fagositik dan
yang tidak fagositik.
2. Tipe fenestra
Endotel berlubang-lubang sehingga pertukaran zat dapat berlangsung lebih cepat.
3. Tipe kontinyu
Endotel sama sekali tidak mempunyai lubang atau pori pori. Jaringan sarafnya sangat
rapat sehingga dikenal Blood Brain Barrier.9
Fisiologi Jantung
Jantung merupakan pusat sistem kardiovaskular yang terletak dalam rongga dada
diantara 2 paru. Terdiri dari 4 rongga, yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung memepunyai 3
27
lapian yaitu endokardium,miokardium,dan epikardium. Jantung dibungkus perikardium yang
mengandung sedikit cairan.
Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh jaringan ikat yang disebut annulus fibrosus.
Walaupun secara anatomi jantung sebagai suatu organ bagian kanan dan kiri berfungsi
sebagai pompa. Atrium menerima darah yang kembali ke jantung serta mentransfer ke
ventrikel. Ventrikel memompa darah dari jantung keluar.
1. Vena adalah pembuluh darah yang aliran darahnya kembali ke jantung.Arteri adalah
pembuluh darah yang aliran darahnya keluar dari jantung.
2. Bagian kanan jantung memompakan darah kedalam sirkulasi paru.
3. Bagian kiri jantung memompakan darah ke sirkulasi sistemik.
4. Katup jantung : Antara 2 atrium dan ventrikel terdapat 2 katup:
- Katup trikuspidal yang kanan
- Katup bikuspidal yang kiri
- Katup semilunar pulmonal adalah katup antara ventrikel kanan ke a.pulmonalis.
- Katup aorta adalah katup antara ventrikel kiri dan aorta.
Agar katup tidak berbalik terdapat chordae tendinae yang berorigo pada muskulus
papilaris.
5. Otot jantung :
Terdapat 2 jenis khusus sel otot jantung:
- Sel kontraktil: 99% sel otot jantung adalah sel kontraktil, yang melakukan kerja
mekanis yaitu memompa. Sel-sel pekerja ini dalam keadaan normal tidak
menghasilkan sendiri potensial aksi.
- Sel otoritmik : sebaliknya sebagian kecil sel sisanya,sel otoritmik, tidak
berkontraksi tetapi mengkhususkan diri mencetuskan dan menghantarkan
potensial aksi yang bertangguang jawab untuk kontraksi sel-sel pekerja. seperti
nodus SA, nodus AV, serat Purkinje dan berkas HIS.
Secara fisiologi, otot jantung memiliki sifat sebagai berikut:
Sifat otomasi, sifat otomasi yaitu kemampuan otot jantung merangsang diri
sendiri tanpa dipengaruhi rangsangan dari luar.
Mengikuti hukum “All or None” yaitu, suatu serat otot bila menerima
rangsangan akan memberikan jawaban maksimal atau tidak memnerikan
jawaban sama sekali.
Memperlihatkan “Treppe phenomenon” atau fenomena tangga
Tidak dapat berkontraksi tetanik.
28
Mengikuti hukum Frank Starling. Hukum Frank Starling adalah kekuatan
kontraksi otot jantung tergantung dari panjang awal serat otot jantung.
Sel-sel jantung yang memiliki kemampuan berdenyut sendiri adalah :
- Nodus SA dengan frek 70-80 per menit
- Nodus AV dengan frek 40-60 per menit
- Serabut purkinje dengan frek 20-40 per menit serabut purkinje membentang dari
berkas his menyebar ke dalam miokardium.
Apabila diibaratkan sebagai lokomotif, nodus SA sebagai pacemaker akan
mencetuskan potensial aksi yang pertama, sehingga akan menarik bagian jantung yang lain
untuk berdenyut sesuai dengan kecepatan nodus SA. Sehingga denyut jantung normal sekitar
70-100 denyut per detik. Apabila saat istirahat kurang dari 60 kali per menit disebut
Bradikardi, jika saat istirahat lebih dari 60 kali per menit disebut Takikardi.10
Fisiologi Persarafan Otonom Jantung 11
Jantung dipersarafi oleh kedua divisi sistem saraf otonom, yaitu saraf simpatis dan
parasimpatis. Saraf parasimpatis ke jantung, yaitu N. Vagus, terutama mempersarafi atrium,
nodus SA dan AV. Persarafan parasimpatis ke ventrikel tidak signifikan. Saraf simpatis
jantung banyak mempersarafi atrium, termasuk nodus SA dan AV, serta banyak
mempersarafi ventrikel. Efek simpatis dan parasimpatis pada kecepatan denyut jantung
bersifat antagonistik (saling bertentangan).
DAERAH YANG
TERPENGARUH
EFEK STIMULASI
PARASIMPATIS
EFEK STIMULASI
SIMPATIS
Nodus SA Penurunan kecepatan
depolarisasi ke ambang;
penurunan kecepatan denyut
jantung
Peningkatan kecepatan
depolarisasi ke ambang;
peningkatan kecepatan
denyut jantung
Nodus AV Penurunan eksitabilitas;
peningkatan perlambatan
nodus AV
Peningkatan eksitabilitas;
penurunan perlambatan
nodus AV
29
Jalur penghantar ventrikel Tidak ada efek Meningkatkan kontraktilitas;
meningkatkan hantaran
melalui berkas His dan sel
Purkinje
Otot atrium Penurunan kontraktilitas;
melemahkan kontraksi
Meningkatkan kontraktilitas;
memperkuat kontraksi
Otot ventrikel Tidak ada efek Meningkatkan kontraktilitas;
memperkuat kontraksi
Medula adrenal Tidak ada efek Mendorong sekresi epinefrin,
suatu hormon yang
memperkuat efek sistem
saraf simpatis pada jantung,
oleh medula adrenal
Vena Tidak ada efek Meningkatkan aliran balik
vena, yang meningkatkan
kekuatan kontraksi jantung
melalui mekanisme Frank-
Starling
Hubungan denyut jantung dan tekanan darah 17
30
Semua jaringan tubuh selalu bergantung pada aliran darah yang disalurkan oleh
kontraksi atau denyut jantung. Kecepatan denyut jantung dipengaruhi oleh curah jantung.
Curah jantung itu sendiri adalah volume darah yang dipompa oleh tiap-tiap ventrikel per
menit (bukan jumlah total darah yang dipompa oleh jantung).
Dua faktor penentu curah jantung adalah kecepatan denyut jantung ( denyut per
menit) dan volume sekuncup ( volume darah yang dipompa per denyut). Kecepatan denyut
jantung rata-rata adalah 70 kali per menit, yang ditentukan oleh irama nodus SA. sedangkan
volume sekuncup rata-rata adalah 70ml per denyut, sehingga curah jantung rata-rata adalah
4.900 ml/menit atau mendekati 5 liter. Untuk mengontrol curah jantung, resistensi perifer
total dan volume darah diatur oleh tekanan darah. Tekanan darah yang betanggung jawab
untuk mendorong darah menuju ke jaringan selama siklus jantung . jadi penentuan utama
tekanan darah adalah curah jantung dan resistensi perifer total.
Kecepatan denyut jantung terutama ditentukan oleh pengaruh otonom pada nodus
SA. Ketika nodus SA mencapai ambang, terbentuk potensial aksi yang menyebar keseluruh
jantung dan menginduksi jantung berkontraksi atau berdenyut. jantung dipersarafi oleh kedua
divisi sistem saraf otonom,yang dapat memodifikasikasi kecepatan (serta kekuatan)
kontraksi. Saraf parasimpatis ke jantung yaitu saraf vagus, terutama mempersarafi atrium,
nodus SA dan AV. Persarafan parasimpatis ke ventrikel tidak signifikan. Saraf- saraf simpatis
jantung juga mempersarafi atrium, termasuk nodus SA dan AV, serta banyak mempersarafi
ventrikel.
Stimulasi parasimpatis dan simpatis di jantung akan menimbulkan efek pada
kecepatan denyut jantung, curah jantung, dan tekanan darah. Efek pada stimulasi
parasimpatis di jantung akan mengakibatkan kecepatan denyut jantung menurun dan curah
jantung menurun, tekanan darah pun juga ikut menurun. Sedangkan efek stimulasi simpatis
di jantung akan mengakibatkan kecepatan denyut jantung meningkat sehingga kekuatan
kontraksi jantung bertambah dan curah jantung ikut meningkat sehingga tekanan darah juga
meningkat.
GAGAL JANTUNG
Definisi
Suatu sindroma klinis (sekumpulan tanda dan gejala) kompleks, yang didasari oleh
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh jaringan tubuh secara adekuat,
31
akibat adanya gangguan structural dan fungsional dari jantung yang ditandai oleh sesak napas
dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas). 12
Epidemiologi
Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Di Negara berkembang yang
menjadi penyebab terbanyak adalah penyakit jantung katup. Penyakit katup ini biasanya
sering disebabkan oleh penyakit katup regurgitasi mitral dan stenosis aorta. Regurgitasi mitral
(dan regurgitasi aorta) menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload)
sedangkan stenosis aorta menimbulkan beban tekanan (peningkatan afterload). Gagal jantung
kongestif lebih banyak terjadi pada usia lanjut.
Salah satu penelitian menunjukkan bahwa gagal jantung terjadi pada 1% dari
penduduk usia 50 tahun sekitar 5% dari mereka berusia 75 tahun atau lebih, dan 25% dari
mereka yang berusia 85 tahun atau lebih. Karena jumlah orang tua terus meningkat, jumlah
orang yang didiagnosis dengan kondisi ini akan terus meningkat. Selain usia, insidensi gagal
jantung kongestif juga dipengaruhi oleh faktor lain. Salah satunya, insidensi gagal jantung
kongestif digolongkan berdasarkan jenis kelamin. Dari survei registrasi rumah sakit
didapatkan angka perawatan di rumahsakit, dengan angka kejadian 4.7% pada perempuan
dan 5.1% pada laki-laki. Kualitas dan kelangsungan hidup penderita gagal jantung kongestif
sangat dipengaruhi oleh diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat.
Etiologi
Gagal jantung sering berkembang setelah kondisi lainnya yang telah merusak atau
melemah jantung. Kamar pompa utama jantung (ventrikel) dapat menjadi kaku dan tidak
mengisi dengan benar antara ketukan. Gagal jantung dapat melibatkan sisi kiri, sebelah kanan
atau kedua sisi jantung. Biasanya, gagal jantung dimulai dengan sisi kiri - terutama ventrikel
kiri, ruang utama jantung memompa. 13
Salah satu kondisi berikut dapat merusak atau melemahkan jantung dan dapat menyebabkan
gagal jantung:
• Arteri koroner penyakit dan serangan jantung.
Koroner penyakit arteri adalah bentuk paling umum penyakit jantung dan penyebab
paling umum gagal jantung. Seiring waktu, arteri yang memasok darah ke otot jantung sempit
oleh karena penumpukan simpanan lemak, proses yang disebut aterosklerosis.
Mengakitbatkan otot jantung lemah dan kekurangan darah yang kaya oksigen karena darah
bergerak perlahan melalui arteri menyempit.
32
Serangan jantung terjadi jika plak dibentuk oleh endapan lemak dalam arteri pecah. Hal ini
menyebabkan gumpalan darah untuk memblokir aliran darah ke area dari otot jantung,
melemahnya kemampuan jantung memompa.
• Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tekanan darah adalah kekuatan darah yang dipompa oleh jantung melalui arteri. Jika
tekanan darah tinggi, jantung harus bekerja lebih keras dari seharusnya untuk mengedarkan
darah ke seluruh tubuh. Seiring waktu, otot jantung dapat menjadi lebih tebal untuk
mengimbangi pekerjaan ekstra yang harus melakukan, memperbesar jantung. Akhirnya, otot
jantung mungkin menjadi terlalu kaku atau terlalu lemah untuk memompa darah secara
efektif.
• Katup jantung rusak.
Katup yang rusak, karena cacat jantung, penyakit arteri koroner atau infeksi jantung,
membuat jantung bekerja lebih keras untuk membuat darah mengalir seperti seharusnya. Dan
kerja ekstra ini dapat melemahkan jantung.
• Kerusakan pada otot jantung (kardiomiopati).
Beberapa penyebab kerusakan otot jantung adalah infeksi, penyalahgunaan alkohol, dan efek
toksik obat-obatan seperti kokain atau obat yang digunakan untuk kemoterapi. Selain itu,
dapat disebabkan oleh penyakit lupus, atau masalah tiroid dapat merusak otot jantung.
• Miokarditis.
Myocarditis adalah radang otot jantung. Ini yang paling sering disebabkan oleh virus
dan dapat menyebabkan gagal jantung sisi kiri.
• Cacat jantung Anda lahir dengan (cacat jantung bawaan).
Jika jantung dan ruang atau katup belum terbentuk dengan benar, bagian-bagian yang
sehat dari jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui jantung, yang
pada gilirannya dapat mengakibatkan gagal jantung.
• Irama jantung abnormal (aritmia jantung).
Irama jantung yang abnormal dapat menyebabkan jantung berkontraksi terlalu cepat. Hal ini
menciptakan pekerjaan tambahan bagi jantung dan dapat melemahkan, yang menyebabkan
gagal jantung. Detak jantung lambat dapat mencegah jantung dari mendapatkan cukup darah
ke tubuh dan juga dapat menyebabkan gagal jantung.
• Penyakit lainnya.
Penyakit kronis seperti diabetes, anemia berat, hipertiroidisme, hipotiroidisme,
emfisema, lupus, hemochromatosis dan penumpukan protein di otot anda (amyloidosis) juga
dapat menyebabkan gagal jantung. Penyebab gagal jantung akut termasuk virus yang
33
menyerang otot jantung, infeksi berat, reaksi alergi, pembekuan darah di paru-paru,
penggunaan obat tertentu atau penyakit yang mempengaruhi seluruh tubuh.
Manifestasi klinik
Gejala
Gejala kardinal dari gagal jantung adalah kelemahan dan sesak napas. Walaupun
mudah lelah dahulunya dianggap akibat kardiak output yang rendah pada gagal jantung,
sepertinya abnormalitas otot skeletal dan komorbiditas non-kardiak lainnya (mis. anemia)
juga berkontribusi terhadap gejala ini. Pada tahap gagal jantung yang dini, sesak napas
dialami pada saat beraktivitas berat (dyspneu d’effort);namun semakin penyakit ini
berkembang, sesak napas juga dialami pada aktivitas ringan, dan pada akhirnya bahkan pada
saat beristirahat.
Orthopnea
Orthopnea, yang didefinisikan sebagai sesak napas yang terjadi pada posisi berbaring,
biasanya merupakan manifestasi lanjut dari gagal jantung dibandingkan dyspneu d’effort. Hal
ini terjadi akibat redistribusi dari cairan dari sirkulasi splanchnik dan ektremitas bawah
kedalam sirkulasi pusat selama berbaring, disertai dengan peningkatan tekanan kapiler
pulmoner. Batuk nocturnal (batuk yang dialami pada malam hari) merupakan gejala yang
sering terjadi pada proses ini dan seringkali menyamarkan gejala gagal jantung yang lain.
Orthopneu umumnya meringan setelah duduk tegak atau berbaring dengan lebih dari 1
bantal.
Paroxysmal Nocturnal Dyspenea (PND)
Istilah ini berarti adanya episode akut dari sesak napas yang berat dan batuk yang
biasanya terjadi pada malam hari dan membangunkan pasien dari tidur, biasanya 1-3 jam
setelah pasien tidur. PND dapat bermanifestasi sebagai batuk-batuk atau wheezing,
kemungkinan karena peningkatan tekanan pada arteri bronchial menyebabkan kompresi
saluran udara, disertai dengan edema pulmoner interstitial yang meyebabkan peningkatan
resistensi saluran udara. Diketahui bahwa orthopnea dapat meringan setelah duduk tegak,
sedangkan pasien PND seringkali mengalami batuk dan wheezing yang persisten walaupun
mereka mengaku telah duduk tegak.
Pernapasan Cheyne-Stokes
34
Juga disebut sebagai pernapasan periodic atau pernapasan siklik, pernapasan Cheyne-
Stokes umum terjadi pada gagal jantung berat dan biasanya berkaitan dengan rendahnya
kardiak ouput.
Edema Pulmoner Akut
Edema Pulmoner akut biasanya timbul dengan onset sesak napas pada istirahat, tachynepa,
tachycardia, dan hypoxemia berat.
Gejala Lainnya
Pasien dengan gagal jantung dapat pula datang dengan keluhan gastrointestinal.
Anorexia, nausea, dan perasaan penuh yang berkaitan dengan nyeri abdominal merupakan
gejala yang sering dikeluhkan dan dapat berkaitan dengan edema pada dinding usus dan/atau
kongesti hepar dan regangan kapsulnya yang dapat mengakibatkan nyeri pada kuadran kanan
atas. Gejala serebral, seperti disorientasi, gangguan tidur dan mood, dapat pula diamati pada
pasien dengan gagal jantung berat, terutama pasien lanjut usia dengan arteriosclerosis
serebral dan perfusi serebral yang menurun.
Penatalaksanaan 13
Gagal jantung adalah penyakit kronis yang memerlukan pengelolaan seumur hidup.
Namun, dengan pengobatan, tanda-tanda dan gejala gagal jantung dapat terkoreksi. Dokter
kadang-kadang dapat mengoreksi gagal jantung dengan memperlakukan penyebab yang
mendasari. Misalnya, memperbaiki katup jantung atau mengendalikan irama jantung cepat.
Tetapi bagi kebanyakan orang, pengobatan gagal jantung melibatkan keseimbangan dari obat
yang tepat, dan dalam beberapa kasus, perangkat yang membantu detak jantung dan kontrak
dengan benar.
Medikamentosa
Biasanya mengobati gagal jantung dengan kombinasi obat. pada gejala Anda, Anda
mungkin mengambil satu atau lebih obat-obatan.
1. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor.
Obat-obatan ini membantu orang dengan gagal jantung hidup lebih lama dan merasa
lebih baik. ACE inhibitors adalah jenis vasodilator, obat yang melebar pembuluh
darah untuk menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran darah dan mengurangi
35
beban kerja pada jantung. Contohnya termasuk enalapril (Vasotec), lisinopril
(Prinivil, Zestril) dan kaptopril (Capoten).
2. Angiotensin II reseptor blocker (ARB).
Ini obat-obatan, yang meliputi losartan (Cozaar) dan valsartan (Diovan) memiliki
banyak manfaat yang sama sebagai inhibitor ACE. Mereka mungkin menjadi
alternatif bagi orang yang tidak dapat mentoleransi ACE inhibitors.
3. Digoxin (Lanoxin)
Disebut sebagai digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung Anda.
Digoxin mengurangi gejala gagal jantung dan meningkatkan kemampuan Anda untuk
hidup dengan kondisi tersebut.
4. Beta blockers.
Kelas ini obat memperlambat denyut jantung dan mengurangi tekanan darah.
Contohnya termasuk carvedilol (Coreg), metoprolol (Lopressor) dan bisoprolol
(Zebeta). Obat-obatan ini juga mengurangi risiko beberapa irama jantung abnormal.
Beta bloker dapat mengurangi tanda dan gejala gagal jantung dan meningkatkan
fungsi jantung.
5. Diuretik.
Umumnya diuretik diresepkan untuk gagal jantung mencakup bumetanide (Bumex)
dan furosemid (Lasix). Obat-obatan juga menurunkan cairan di paru-paru Anda,
sehingga Anda dapat bernapas lebih mudah. Karena diuretik membuat tubuh Anda
kehilangan kalium dan magnesium, dokter mungkin juga meresepkan suplemen
mineral tersebut. Jika Anda mengambil diuretik, dokter Anda mungkin akan
memonitor kadar kalium dan magnesium dalam darah Anda melalui tes darah rutin.
6. Aldosteron antagonis.
Obat-obatan ini termasuk spironolactone (aldactone) dan eplerenone (Inspra). Mereka
terutama diuretik hemat kalium, tetapi mereka memiliki sifat tambahan yang
membantu jantung bekerja lebih baik, mungkin membalikkan parut pada jantung dan
dapat membantu orang dengan gagal jantung berat hidup lebih lama. Tidak seperti
beberapa diuretik lain, spironolactone dapat meningkatkan tingkat kalium dalam
darah Anda ke tingkat berbahaya, sehingga berbicara dengan dokter Anda jika kalium
meningkat adalah kekhawatiran.
36
Non medikamentosa 14
1. Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab dan bagaimana mengenal serta upaya bila
timbul keluhan dan dasar pengobatan
2. Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, edukasi aktivitas seksual, serta rehabilitasi
3. Edukasi pola diet, control asupan garam, air dan kebiasaan alcohol.
4. Monitor berat badan, dan hati-hati dengan kenaikan berat badan yang tiba-tiba.
5. Mengurangi berat badan pada pasien dengan obesitas.
6. Hentikan kebiasaan merokok
37
BAB V
KESIMPULAN
Gagal jantung merupakan Suatu sindroma klinis (sekumpulan tanda dan gejala)
kompleks, yang didasari oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh
jaringan tubuh secara adekuat, akibat adanya gangguan structural dan fungsional dari jantung
yang ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas).
Gagal jantung sering berkembang setelah kondisi lainnya yang telah merusak atau
melemahkan jantung ,ruang pompa utama jantung (ventrikel) dapat menjadi kaku dan tidak
dapat mengisi dengan benar.Gagal jantung dapat melibatkan sisi kiri, sisi kanan atau kedua
sisi jantung. Biasanya, gagal jantung dimulai dengan sisi kiri - terutama ventrikel kiri.
38
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Colluci WS. Heart Failure. Available at http://www.uptodate.com/contents/patient-information-heart-failure. accessed on May 17, 2011.
2. Blckley LS, Peter GS. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. 8 th
ed. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. P.220-37, 266-90.
3. Widjaja S. EKG Praktis. tangerang: Binarupa Aksara; 2009. p. 17-36.
4. McKee PA, Castelli WP, McNamara PM, Kannel WB. The natural history of congestive heart failure: the Framingham study. N Engl J Med. 1971 Dec 23 ;285 (26):1441-6 [Medline].
5. Hurst JW, Morris DC, Alexander RW. The use of the New York Heart Association's classification of cardiovascular disease as part of the patient's complete Problem List. Clin Cardiol . 1999 Jun ;22 (6):385-90. [Medline].
6. Dumitru I. Heart Failure. Available at http://emedicine.medscape.com/. Updated on April 13, 2011. Available at May 17, 2011.
7. Snell RS. Anatomi Klinik. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.
8. Arkeman H. Jaringan Muskular. Dalam : Gunawijaya FA, Kartawiguna E, Arkeman H, David ( editor ). Diktat Kuliah Histologi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti; 2003. p. 32-3
9. Arifin G., Fajar, Kartawiguna, Elna, Arkeman, Hanslavina, David. Diktat Histologi 1, Sistem kardiovaskular. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti; 2003; p. 49-55
10. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. In: Santoso BI. Editors. Fisiologi jantung. 2th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1996. p. 256-75
11. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. In: Santoso BI. Editors. Fisiologi jantung. 2th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1996. p. 280-92
12. Panggabean MM. Gagal Jantung. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati , editors. Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 1583.
13. Mayo Clinic Staff. Heart Failure. Available at: http://www.mayoclinic.com/health/heart-failure/DS00061/DSECTION=causes. Accessed on May 16, 2011
14. Ghanie A. Gagal Jantung Kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati , editors. Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 1597.
39