58
Naskah Asli "Piagam Jakarta " atau "Jakarta Charter " yang dihasilkan oleh "Panitia Sembilan" pada tanggal 22 Juni 1945 Sampai akhir dari masa persidangan BPUPKI yang pertama, masih belum ditemukan titik temu kesepakatan dalam perumusan dasar ....... A.Pembentukan BPUPKI Dan PPKI Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau ‘(Dokuritsu Junbi Cosakai) adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito . Badan ini dibentuk sebagai upaya pelaksanaan janji Jepang mengenai kemerdekaan Indonesia . BPUPKI beranggotakan 62 orang yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Hibangase Yosio (orang Jepang) dan R.P. Soeroso. Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam sekretariat) yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin oleh R.P.Soeroso, dengan wakil Abdoel Gafar Pringgodigdo dan Masuda (orang Jepang).Pada tanggal 7 Agustus 1945 , Jepang membubarkan BPUPKI dan membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia .Karena BPUPKI dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan proklamasi kemerdekaan, maka Jepang membubarkannya dan membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) (独立準備委員会 Dokuritsu Junbi Iinkai, lit. Komite Persiapan Kemerdekaan) pada tanggal 7 Agustus 1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno . Tanggal 9 Agustus 1945 , sebagai pimpinan PPKI yang baru, Soekarno ,Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk bertemuMarsekal Terauchi . Setelah pertemuan tersebut, PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang. Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok . Setelah proklamasi, pada tanggal 18 Agustus 1945 , PPKI memutuskan antara lain: 1. mengesahkan Undang-Undang Dasar, 2. memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. M. Hatta sebagai wakil presiden RI, 3. membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas presiden sebelum DPR/MPR terbentuk.

Gambar suasana sidang bpupki

Embed Size (px)

Citation preview

Naskah Asli "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter" yang dihasilkan oleh "Panitia Sembilan" pada tanggal 22 Juni 1945

Sampai akhir dari masa persidangan BPUPKI yang pertama, masih belum ditemukan titik temu kesepakatan dalam perumusan

dasar

.......

A.Pembentukan BPUPKI Dan PPKI

‘Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau ‘(Dokuritsu Junbi Cosakai) adalah sebuah badan yang

dibentuk oleh pemerintah Jepang pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Badan ini

dibentuk sebagai upaya pelaksanaan janji Jepang mengenai kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 62 orang yang

diketuai oleh Radjiman Wedyodiningratdengan wakil ketua Hibangase Yosio (orang Jepang) dan R.P. Soeroso.

Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam sekretariat) yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata

Usaha ini dipimpin oleh R.P.Soeroso, dengan wakil Abdoel Gafar Pringgodigdo dan Masuda (orang Jepang).Pada tanggal 7

Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia.Karena BPUPKI dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan proklamasi kemerdekaan, maka Jepang membubarkannya dan membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) (独立準備委員会 Dokuritsu Junbi

Iinkai, lit. Komite Persiapan Kemerdekaan) pada tanggal 7 Agustus 1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno.

Tanggal 9 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang baru, Soekarno,Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diundang

ke Dalat untuk bertemuMarsekal Terauchi. Setelah pertemuan tersebut, PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda

mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang.

Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Setelah proklamasi, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI memutuskan antara lain:

1. mengesahkan Undang-Undang Dasar,

2. memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. M. Hatta sebagai wakil presiden RI,

3. membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas presiden sebelum DPR/MPR terbentuk.

Berkaitan dengan UUD, terdapat perubahan dari bahan yang dihasilkan oleh BPUPKI, antara lain:

1. Kata Muqaddimah diganti dengan kata Pembukaan.

2. Kalimat Ketuhanan, dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya di dalam Piagam Jakarta diganti

dengan Ketuhanan yang Mahaesa.

3. Mencoret kata-kata … dan beragama Islam pada pasal 6:1 yang berbunyiPresiden ialah orang Indonesia Asli dan

beragama Islam.

4. Sejalan dengan usulan kedua, maka pasal 29 pun berubah.

............................................................................

Sejarah uud 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Wikisource memiliki naskah

sumber yang berkaitan

dengan artikel ini:

Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia

Tahun 1945

Indonesia

Artikel ini adalah bagian dari seri:

Politik dan pemerintahan

Indonesia

Pancasila

UUD 1945

Legislatif[tampilkan]

Eksekutif[tampilkan]

Yudikatif[tampilkan]

Inspektif[tampilkan]

Daerah[tampilkan]

Pemilihan umum[tampilkan]

Partai politik[tampilkan]

Negara lain · Atlas

Portal politik

• lihat

• bicara

• sunting

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 atau UUD

'45, adalah hukum dasar tertulis (basic law),konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini. [1]

UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.

Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17

Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD

1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.

Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang

mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Naskah Undang-Undang Dasar 1945

2 Sejarah

o 2.1 Sejarah Awal

o 2.2 Periode berlakunya UUD 1945 (18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949)

o 2.3 Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950)

o 2.4 Periode UUDS 1950 (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959)

o 2.5 Periode kembalinya ke UUD 1945 (5 Juli 1959 - 1966)

o 2.6 Periode UUD 1945 masa orde baru (11 Maret 1966 - 21 Mei 1998)

o 2.7 Periode 21 Mei 1998 - 19 Oktober 1999

o 2.8 Periode Perubahan UUD 1945

3 Referensi

4 Pranala luar

Naskah Undang-Undang Dasar 1945[sunting]

Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65

ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang

terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.

Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan

Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.

Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah Perbantuan dan Kompilasi Tanpa Ada

Opini.

Sejarah[sunting]

Sejarah Awal[sunting]

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29

April 1945 adalah badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang

berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar

Negara" yang diberi nama Pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia

Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah

Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah

Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945

yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada

tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia"

karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPKI untuk Sumatera. Masa

Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

Periode berlakunya UUD 1945 (18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949)[sunting]

Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang

disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada

tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR

belum terbentuk. Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensial ("Semi-Parlementer")

yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem pemerintahan agar dianggap lebih

demokratis.

Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950)[sunting]

Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer.

bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya terdiri dari negara-

negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan

dalam negerinya.

Periode UUDS 1950 (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959)[sunting]

Pada periode UUDS 50 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering disebut Demokrasi

Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar,

masing-masing partai lebih memperhatikan kepentingan partai atau golongannya. Setelah negara RI

dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun,

maka rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena

tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap bahwa keadaan

ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta merintangi

pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur; sehingga pada tanggal 5

Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945

serta tidak berlakunya UUDS 1950

Periode kembalinya ke UUD 1945 (5 Juli 1959 - 1966)[sunting]

Perangko "Kembali ke UUD 1945" dengan nominal 50 sen

Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur kepentingan partai

politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959,

Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD

1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku

pada waktu itu.

Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, di antaranya:

• Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua DPA menjadi

Menteri Negara

• MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup

• Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai Komunis

Indonesia

Periode UUD 1945 masa orde baru (11 Maret 1966 - 21 Mei 1998)[sunting]

Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila

secara murni dan konsekuen.

Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", di antara melalui sejumlah

peraturan:

• Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk

mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya

• Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa

bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui

referendum.

• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP

MPR Nomor IV/MPR/1983.

Periode 21 Mei 1998 - 19 Oktober 1999[sunting]

Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan oleh B.J.Habibie

sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.

Periode Perubahan UUD 1945[sunting]

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945.

Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan

tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar

pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta

kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung

ketentuan konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara,

kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta

hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945

dengan kesepakatan di antaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan

susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang ditetapkan

dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

• Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama UUD 1945

• Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua UUD 1945

• Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga UUD 1945

• Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan Keempat UUD 1945

Referensi[sunting]

1. ̂ http://asnic.utexas.edu/asnic/countries/indonesia/ConstIndonesia.html Constitution of Indonesia

Perubahan

Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Perubahan Pertama UUD 1945)

Belum Diperiksa

Perubahan Pertama UUD 1945, adalah perubahan pertama pada Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Umum Majelis Permusyawaratan

RakyatTahun 1999 tanggal 14-21 Oktober 1999.

Perubahan Pertama menyempurnakan pasal-pasal berikut:

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Pasal 5

2 Pasal 7

3 Pasal 9

4 Pasal 13

5 Pasal 14

6 Pasal 15

7 Pasal 17

8 Pasal 20

9 Pasal 21

10 Pranal

a luar

Pasal 5[sunting]

“(1) Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan rakyat. ”

diubah menjadi

“(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat. ”

Pasal 7[sunting]

“Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali. ”

diubah menjadi

“Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. ”

Pasal 9[sunting]

“(1)Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut:Sumpah Presiden (Wakil Presiden):"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."Janji Presiden (Wakil Presiden):"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa". ”

diubah menjadi

“(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut:Sumpah Presiden (Wakil Presiden):"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."Janji Presiden (Wakil Presiden):"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa".(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wakil

Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung.

Pasal 13[sunting]

“(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.(2) Presiden menerima duta Negara lain. ”

diubah menjadi

“(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. ”

Pasal 14[sunting]

“Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi. ”

diubah menjadi

“(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung.(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. ”

Pasal 15[sunting]

“Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan. ”

diubah menjadi

“Presiden memberi gelar tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang. ”

Pasal 17[sunting]

“(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.(3) Menteri-menteri itu memimpin Departemen Pemerintahan. ”

diubah menjadi

“(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. ”

Pasal 20[sunting]

“(1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakiln rakyat.(2) Jika sesuatu rantjangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan Perwakilan rakyat, maka rantjangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan rakyat masa itu. ”

diubah menjadi

“(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.(3) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang.(4) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan. ”

Pasal 21[sunting]

“(1) Anggota-anggota Dewan Perwakilan rakyat berhak memajukan rancangan undang-undang.(2) Jika rancangan itu, meskipun disetudjui oleh Dewan Perwakilan rakyat, tidak disahkan oleh Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan rakyat masa itu. ”

diubah menjadi

“Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang-undang. ”

perubAHn 2

Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Perubahan Kedua UUD 1945)

Belum Diperiksa

Perubahan Kedua UUD 1945, adalah perubahan kedua pada Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan

RakyatTahun 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000.

Perubahan Kedua menyempurnakan dan menambahkan pasal-pasal berikut:

1. Pasal 18

2. Pasal 18A

3. Pasal 18B

4. Pasal 19

5. Pasal 20

6. Pasal 20A

7. Pasal 22A

8. Pasal 22B

9. BAB IXA WILAYAH NEGARA

1. Pasal 25E

10. 10 BAB X WARGA NEGARA DAN PENDUDUK

1. Pasal 26

2. Pasal 27

11. 11 BAB XA HAK ASASI MANUSIA

1. Pasal 28A

2. Pasal 28B

3. Pasal 28C

4. Pasal 28D

5. Pasal 28E

6. Pasal 28F

7. Pasal 28G

8. Pasal 28H

9. Pasal 28 I

10. Pasal 28J

12. BAB XII PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA

1. Pasal 30

13. BAB XV BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN

1. Pasal 36A

2. Pasal 36B

3. Pasal 36C

PerubahN 3

Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Perubahan Ketiga UUD 1945)

Belum Diperiksa

Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah perubahan

ketiga pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang

Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2001 tanggal 1–9 November 2001.

Perubahan Ketiga menyempurnakan dan menambahkan pasal-pasal berikut:

1. Pasal 1

2. Pasal 3

3. Pasal 6

4. Pasal 6A

5. Pasal 7A

6. Pasal 7B

7. Pasal 7C

8. Pasal 8

9. Pasal 11

10. Pasal 17

11. BAB VIIA DEWAN PERWAKILAN DAERAH

1. Pasal 22C

2. Pasal 22D

12. BAB VIIB PEMILIHAN UMUM

1. Pasal 22E

2. Pasal 23

3. Pasal 23A

4. Pasal 23C

13. BAB VIIIA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

1. Pasal 23E

2. Pasal 23F

3. Pasal 23G

14. Pasal 24

15. Pasal 24A

16. Pasal 24B

17. Pasal 24C

Wikisource memiliki naskah

sumber yang berkaitan

dengan artikel ini:

Perubahan Ketiga Undang-

Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun

1945

PERUBhN 4

Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Perubahan Keempat UUD 1945)

Belum Diperiksa

Perubahan Keempat UUD 1945, adalah perubahan keempat pada Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Tahun 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002.

Perubahan Keempat menyempurnakan dan menambahkan pasal-pasal berikut:

1. Pasal 2

2. Pasal 6A

3. Pasal 8

4. Pasal 11

5. Pasal 16

6. BAB IV DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG

1. Pasal 23B

2. Pasal 23D

3. Pasal 24

7. BAB XIII PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

1. Pasal 31

2. Pasal 32

8. BAB XIV PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

1. Pasal 33

2. Pasal 34

9. Pasal 37

10. ATURAN PERALIHAN

1. Pasal I

2. Pasal II

3. Pasal III

11. ATURAN TAMBAHAN

1. Pasal I

2. Pasal II

.........................

INFO

UUD 1945

Konstitusi Di Persimpangan jalan

Gunanto Daud*

Tema konstitusi mendapat tempat yang sentral dalam kajian ketatanegaraan. Dalam kedudukan sebagai hukum dasar (grundwert), sumber dari segala sumber hukum juga berfungsi sebagai rujukan bagi upaya memperoleh kejelasan konsepsi negara. Satu konsepsi Negara (Staatsidee) yang dipersepsi sebatas pengertian imajinasi (imagined community) akan tampak gamblang dalam deretan kata - katanya.

Selain itu, studi konstitusi juga mencermati pergumulan diantara relasi kekuasaan dalam negara. Dalam dokumen politik tersebut, diatur keseluruhan prinsip-prinsip dasar bernegara, atribusi kekuasaan yang dilekatkan, serta batasan-batasannya. Oleh karenanya, dalam wacana konstitusi modern, pengertiannya diidentikkan dengan masalah pembatasan kekuasaan serta perlindungan hak-hak warganegara (kon-stitutionelrechts).

Dalam konteks inilah, bisa dipahami keberadaan UUD 1945 serta tingkat kebutuhan akan perubahannya. UUD 1945 adalah satu dari tiga konstitusi yang pernah ada sekaligus juga konstitusi pertama dan ketiga dari Negara Indonesia. Secara sepintas, pengenalan konstitusi ini bisa dilihat dari sistematikanya. UUD 1945 terdiri atas bagian Mukadimmah, 37 Pasal Batang Tubuh, 4 Pasal Aturan Peralihan, 2 Pasal Aturan Tambahan dan Penjelasan. Batang Tubuh singkat ini diakui kurang memadai. Dan juga, singkatnya materi mengakibatkan wataknya cenderung fleksibel atau rentan distorsi dan cenderung ambigu. Penggunaannya lebih tergantung dari siapa yang berkuasa dan akan digunakan untuk apa (cat. adagium power tends to corrupt).

Lebih-lebih jika ditilik dari kesejarahannya. UUD 1945 ini dirancang dalam suasana ketergesa-gesaan. Khabar takluknya balatentara Jepang pada Jenderal Dougglas Mac Arthur amat mendadak dan tak terduga. Mau tidak mau, para bapak bangsa (founding fathers) dipaksa berburu dengan waktu untuk mengisi kekosongan kekuasaan serta mengantisipasi kembalinya kolonial Belanda. Dalam rentang waktu yang amat singkat itulah, disusun rancangan UUD 1945. Satu konstitusi darurat yang hanya bertugas mengantarkan gagasan (kemerdekaan) Indonesia masuk ke realitas konkrit bernegara.

Sejarah Penyusunan UUD 1945

Rumusan UUD 1945 yang ada saat ini merupakan hasil rancangan BPUPKI. Naskahnya dikerjakan mulai dari tanggal 29 Mei sampai 16 Juli. Jadi, hanya memakan waktu selama 40 hari setelah dikurangi hari libur. Kemudian rancangan itu diajukan ke PPKI dan diperiksa ulang. Dalam sidang pembahasan, terlontar beberapa usulan penyempurnaan. Akhirnya, setelah melalui perdebatan, maka dicapai persetujuan untuk diadakan beberapa perubahan dan tambahan atas rancangan UUD yang diajukan BPUPKI. Perubahan pertama pada kalimat Mukadimah. Rumusan kalimat yang diambil dari Piagam Jakarta," ...dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dihilangkan. Kemudian pada pasal 4. Semula hanya terdiri dari satu ayat, ditambah satu ayat

lagi yang berbunyi, "Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD". Dan, juga dalam pasal ini semula tertulis," wakil presiden ditetapkan dua orang" diganti menjadi "satu Wakil Presiden". Juga pada Pasal 6 ayat 1, kalimat yang semula mensyaratkan presiden harus orang Islam dicoret. Diganti menjadi," Presiden adalah orang Indonesia asli". Dan, kata "mengabdi" dalam pasal 9 diubah menjadi "berbakti".

Tampaknya, BPUPKI, Panitia Perancang UUD dan juga Muh. Yamin lalai memasukkan materi perubahan UUD sebagaimana terdapat dalam setiap konstitusi. Hingga sidang terakhir pada tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI sama sekali tidak menyinggungnya. Walaupun saat itu, sempat muncul lontaran dari anggota Kolopaking yang mengatakan, " Jikalau dalam praktek kemudian terbukti, bahwa ada kekurangan , gampang sekali tidak gampang, tetapi boleh diubah kalau perlu".

Usulan mengenai materi perubahan UUD baru muncul justru muncul saat menjelang berakhirnya sidang PPKI yang membahas pengesahan UUD. Di tanggal 18 Agustus 1945 itu, Ketua Ir Soekarno mengingatkan masalah tersebut. Kemudian forum sidang menyetujui untuk diatur dalam pasal tersendiri dan materinya disusun oleh Soepomo. Tak kurang dari anggota Dewantara, Ketua Soekarno serta anggota Soebarjo turut memberi tanggapan atas rumusan Soepomo. Tepat pukul 13.45 waktu setempat, sidang menyetujui teks UUD.

Dalam pidato pe-nutupan, Ketua Ir Soekarno menegaskan bahwa UUD ini bersifat sementara dan, "Nanti kalau kita bernegara didalam suasana yang lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan kembali Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dapat membuat UUD yang lebih lengkap dan lebih sempurna." Dari pidato ini, implisit tugas yang diemban oleh UUD 1945 sebatas mengantar gagasan (konsepsi) Indonesia masuk dalam wilayah riel bernegara. Setelah itu, akan disusun UUD baru yang lebih lengkap dan sempurna.

Namun,dalam perjalanan selanjutnya, eksperimen ketatanegaraan tak kunjung berhasil menetapkan UUD baru. Upaya yang dilakukan sidang Dewan Kontituante berakhir dengan kegagalan. Walhasil, hingga 1959 belum juga mampu disusun satu UUD baru yang lebih lengkap dan sempurna. Solusinya, UUD 1945 diberlakukan kembali. Kesejarahan konstitusi ini, jelas mengakibatkan banyak dampak politis. Tulisan ini membatasi diri hanya pada kajian sejarah. Utamanya yang berkait dengan watak asali dari UUD 1945. Apakah dengan dekrit - yang melahirkan kesan inkonsistensi sikap Soekarno, sifat kesemntaraan UUD 1945 berubah menjadi definitif atau tetap. Satu dari dua kemungkinan yang jelas akan berakibat serius pada perjalanan ketatanegaraan selanjutnya.

Dekrit Presiden 5 Juli

Kedudukan UUD 1945 sempat digantikan dua kali; oleh UUD RIS 1949 dan UUD Sementara 1950. Kemudian, pada tahun 1959 dikembalikan pada posisi semula.

Kali kedua berkedudukan sebagai dasar negara terjadi pada tanggal 5 Juli 1959. Atau dikenal dengan peristiwa keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Saat itu Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit yang antara lain menyebutkan," UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung dari tanggal penetapan Dekrit ini dan tidak berlakunya lagi Undang Undang Dasar Sementara.". Dekrit ini sekaligus membubarkan Dewan Konstituante. Satu badan negara yang bertugas menyusun UUD baru.

Sejak saat itu, muncul masalah baru dibidang kajian konstitusi. Selain secara teoritik diperdebatkan keabsahannya, pun juga mengenai sifat yang semula melekat pada UUD 1945. Muh. Yamin, ahli hukum yang juga ikut merancang UUD 1945, berpendapat bahwa sejak dikeluarkannya dekrit maka hilanglah sifat sementara-nya. Argumentasinya didasarkan pada pernyataan berlakunya kembali UUD 1945 itu tidak diikuti dengan kalimat yang menyebutkan berlaku untuk sementara waktu. Olehkarenanya, anggap Yamin, MPR tidak perlu lagi menetapkan UUD sebagaimana isi Pasal 3 dan Aturan Peralihan UUD 1945.

Namun, tidak sedikit yang berpandangan sebaliknya. Jika ditilik aspek legalitas, keberadaan Dekrit sebagai dasar hukum pemberlakukan kembali UUD 1945 amat diragukan keabsahannya. Sebab, presiden jelas bukan lembaga yang punya otoritas untuk menetapkan UUD. Kewenangan ini hanya dimiliki oleh lembaga tertinggi negara atau MPR. Kalaupun dipaksakan, maka konsekuensinya Dekrit itu tidak mampu mengubah sifat kesementaraan UUD 1945.

Justru dengan berlakunya kembali UUD 1945 sama artinya dengan peneguhan keberadaan pasal 3. Satu pasal yang mengatur kewenangan MPR untuk menetapkan UUD yang baru . Bukankah pernyataan pemberlakuan kembali UUD 1945 oleh Dekrit, juga tak diikuti dengan kalimat pengecualian Pasal 3, Pasal 37 dan Aturan Tambahan UUD 1945? Artinya, ditinjau dari perspektiv juridis, UUD 1945 masih tetap bersifat sementara.

Soekarno atau Nasution?

Persoalan akan menjadi semakin jelas jika ditelitik lewat tinjauan sejarah lahirnya Dekrit 5 Juli. Tanpa pemahaman yang utuh atas setting politik saat dikeluarkannya Dekrit, niscaya timbul satu pertanyaan besar; Mengapa Soekarno yang dulunya begitu wanti- wanti menegaskan sifat kesementaraan UUD 1945 serta berharap kelak akan dibuat UUD baru yang lebih lengkap dan sempurna, justru malah mengeluarkan dekrit kembali pada UUD 1945?

Setting politik saat dikeluarkan Dekrit (5 Juli 1959) merupakan tahun dimana panggung politik marak oleh hingar bingar pergolakan di daerah, perdebatan antar partai politik dalam sidang Dewan Konstituante serta semakin mengencangnya tuntutan tentara untuk ikut berpolitik. Carut marutnya dunia politik di era akhir 50-an itu, menempatkan Presiden Soekarno dalam posisi sulit.

Padahal disisi lain, sudah sejak 1957 ia menyatakan tidak ingin lagi memainkan peranan yang terlalu penting. Semisal dalam bidang ekonomi, ia merasa bukan bidangnya. Yang diinginkan, kedudukan yang tidak menuntut tanggung jawab besar. Sebatas simbol atau pencetus ide saja . Bukan kedudukan presiden sebagaimana dikehendaki UUD 1945 (biografi Hardi). Olehkarenanya, beralasan jika ada yang berpandangan, Soekarno tidak begitu senang dengan UUD 1945. Dalam konteks inilah, patut diragukan jika ada yang berpendapat keluarnya Dekrit 5 Juli berasal dari dari benak Soekarno.

Dalam menjawab persoalan ini, keberadaan Nasution (tentara) dalam pentas politik menjadi penting untuk dikaji. Kalangan akademisi sendiri juga sudah menyepakati adanya benang merah antara Nasution dengan berlakunya kembali UUD 1945. Setidaknya, pada tahun 1959 dan bahkan beberapa tahun sebelumnya (ingat tuntutan Nasution pada peristiwa 17 Oktober 1952), ia sudah beranggapan bahwa UUD 1945 merupakan konstitusi yang paling pantas.

Sikap Nasution itu dilatar belakangi kondisi internal tentara yang amburadul. Faktor ini kemudian dibingkai dalam program konsolidasi. Satu program yang difokuskan untuk menyelesaikan friksi-friksi yang mulai menggejala, utamanya diantara para perwira profesional dengan perwira yang berbisnis serta antara perwira pusat dengan daerah. Dan juga, ia ingin mengakomodasi kecenderungan berpolitik dari sebagian perwira.

Dalam suasana seperti itu, muncul anggapan, persoalan yang menimpa tentara lebih diakibatkan pemberlakukan konsep otonomi yang luas serta kuatnya pengaruh politik dari parlemen. Jika dibiarkan berlarut-larut maka organisasi tentara akan semakin melemah. Secara a contrario, konsolidasi baru berhasil jika ada kontrol yang kuat dari pusat. Konsekuensinya, diberlakukan sistem sentralisasi kekuasaan pemerintahan serta politisi sipil dalam parlemen dilarang keras cawe-cawe urusan ketentaraan.

Kemudian, di tahun 1958, Nasution mulai giat mencari landasan bagi peran politik tentara. Tak kurang dari kalangan kampus juga dimintai pendapat, antara lain diskusi dengan Prof Joko Sutono - dekan FH UI yang menelorkan gagasan Jalan Tengah (De Legers Midel Weg). Dalam pidato tertanggal 12 November 1958 di Magelang, Nasution terang-terangan berpendapat tentara adalah kekuatan hankam sekaligus kekuatan sosial politik. Ini merupakan konsekuensi dari pelaksanaan doktrin perang wilayah yang memerlukan kekuasaan teritorial (konsep Jalan Tengah). Dan, sejak saat itu pula, petinggi tentara ini menginginkan UUD 1945 diberlakukan kembali.

Kesempatan baru diperoleh saat Presiden Soekarno melawat ke luar negeri. Sebelum berangkat, Nasution diberi mandat mengurus keadaan dalam negeri. Didalamnya juga termasuk mengurusi sidang Dewan Konstiuante yang sedang berlangsung di Bandung. Pada bulan Februari, gagasan kembali pada UUD 1945

mulai digelontorkan. Harapannya, konstituante segera menyetujuinya. Tapi, ternyata hasil pemungutan suara yang diadakan tanggal 2 Juni, diperoleh dukungan hanya 264 suara, 204 menolak dan 2 suara abstain. Padahal syarat sah-nya dibutuhkan 2/3 suara. Kegagalan memperoleh 2/3 suara sama artinya Nasution kalah. Keesokan harinya, Nasution langsung mencekal semua anggota Dewan Konstituante. Semua aktifitas politik dilarang. Orang tidak boleh lagi bicara di koran, sampai menunggu presiden pulang. Nasution sendiri segera mengirim kurir atase pada presiden. Setibanya dari lawatan, tanggal 29 Juni, Soekarno harus menghadapi kenyataan pahit. Saat harus bersikap, ia sudah tidak mempunyai organisasi yang baik, yang siap dikerahkan sewaktu-waktu. Soekarno harus berjuang sendirian dalam menghadapi Nasution, yang posisi politiknya semakin menguat. Selain itu juga ditambah dengan berita koran yang cenderung menguntungkan tentara. Sepanjang tahun 58 sampai 59, dipenuhi berita kudeta militer; di Irak, Pakistan, Birma, Thailand, Philipina, dan Sudan. Walhasil, dalam posisi lemah dan terjepit seperti itulah, keluar Dekrit 5 Juli.: Konstituante dibubarkan dan UUD 1945 diberlakukan kembali. Ibaratnya, dengan dekrit itu, UUD 1945 yang sedang berada dipersimpangan jalan dipaksa balik. Dipaksakan dalam posisi semula, sebagai hukum dasar.

Peristiwa ini lebih merupakan tanda bahwa Soekarno tahu, sejak saat itu ia sudah tidak lagi mampu mengontrol tentara. (Daniel Lev, Membangun Republik, Seattle, 2 Agustus 1995). Simpulan ini, lebih masuk akal. Apalagi jika ditelusuri jalinan sejarah berikutnya, yang menyodorkan cerita kejatuhan Soekarno di pertengahan tahun 60-an. Satu cerita tentang tragedi yang tak bisa dihindari, dari seorang pemimpin yang amat konsisten dengan pendirian politiknya. Selebihnya, adalah dongeng tentang mitologi konstitusi. Dan kini, tampaknya, UUD 1945 sudah kembali berdiri dipersimpangan jalan itu.

*Anggota APII berdomisili di Malang.

http://www.oocities.org/capitolhill/3925/sd_x/uud_x.html

TOKOH

PROSES PENYUSUNAN KONSTITUSI DI INDONESIA

11MAY2011Leave a Comment

by dwiambarrini in Uncategorized PROSES PENYUSUNAN KONSTITUSI DI INDONESIA

A. Pengetian dan Hakekat Kontitusi

Konstitusi dapat diartikan dalam 2 pengertian

Dalam arti luas

Konstutusi diartikan sebagai keseluruhan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara

mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu negara atau masyrakat.

(Sunarso,dkk.2008:128)

Dalam arti sempit

Konstitusi hanya diartikan sebagai hukum atau peraturan -peraturan yang tertulis saja. Di indonesia lazimnya

hanya disebut sebagai UUD saja. Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa : “undang-undang suatau

negara ialah hanya sebagian dari hukum dasar negara itu. Unda-undang adalh hak yang tertulis sedang

disampingnya UUD hanya berlaku jika hanya dasar yang tidak tertulis yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan

terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara meskipun tudak tertulis”. (Sunarso,dkk.2008:129).

Menurt AA.H Stryckendalam Soetanto Soepiadhy (2004): ia menyebutkan bahwa UUD sebagai konstitusi tertulis

merupakan sebuah dokumen formal yang berisi:

1. Hasil perjuangan politik bangsa diwaktu yang lampau.

2. Tingkat-tingakat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.

3. Pandangan tokoh-tokoh yang diwujudkan baik untuk tahun sekarang untuk masa yang akan datang.

4. Suatu keinginan dimana pelembagaan kehidupan ketatanegaran bangsa hendak dipimpin. (Soetanto Soepiadhy.2004:90.91).

Hakekat duatu konstitusi adalah mengatur pembatasan kekuasaan dalam negara. Pembatasan kekuasaan yang

tercantum dalam konstitusi itu pada umumnya menyangkut 2 hal, yaitu pembatasan :

1. Yang berkaitan dengan isinya. Masudnya pembatasan yang bekenaan dengan tugas,wewenang serta bebagai macam hak yang diberikan pada masing-masing lembaga.

2. Yang berkaitan dengan waktu. Maksudnya pembatasan kekuasaan yang berkaitan dengan masa jabatan pemangku jabatan tertinggi sertan barapa kali seorang pejabat dapat dipilih kembali dalam jabatan itu. (Soetanto Soepiadhy,2004:69-70. ).B. Pengertian Amandemen dan perubahan konstitusi

Dalam bahasa inggris. To amend yang berarti mengubah. Dari kata to amend ini timbul istilah amandemen.

Dalam kaitannya dengan “mengubah konstitusi atau UUD” dikemukakan kalimat yang berbunyi “to amend

constitution”. Sedangkan perubahan UUD adalah “constitutional amandement”. Dengan demikian yang

dimaksud amandemen ialah:

1. Menjadikan lain bunyi atau rumusan yang terdapat konstitusi atau UUD

2. Mebnambahkan sesuatu yang tidak atau belum terdapat dalam konstitusi atau UUD

3. Yang tercantum dalam konstitusi karena faktor-faktor tertinggidilaksanakan berbeda.

Jadi, mengamandemen UUD adalah mengubah UUD (Soetanto Soepiadhy. 2004:74-75)

Setidaknya dalam kaitannya dengan perubahan konstitusi ada 4 hal yang berkenaan dengan perubahan

konstitusi pada umumnya dan UUD 1945 khususnya keempat hal tersebut ialah:

1. Proses atau prosedur mekanisme

2. Sistem perubahannya

3. Bentuk hukum

4. Matri muatan atau subtansi yang akan diubah. (Soetanto Soepiadhy. 2004:84-85).C. Sifat Undang-Undang dasar negara republik indonesia 1945 yang berlaku pada kurun waktu pertama

Undang-undang dasar negara republik indonesia 1945 yang disyahkan serta ditetapkan oleh panitia persiapan

kemerdekaan indonesia pada tanggal 18 agustus 1945, yang naskah rancangannya dipersiapakan oleh badan

penyelidak usaha-usaha persiapan kemerdekaan indonesia, masih besifat sementara. Sifat kesementaraan ini

ternyata dari ketentuan pasal 3 kalimat pertama undang-undang dasar 1945 itu sendiri yang menentukan:

majelis permusyawaratan rakyat menetapkan undang-undang dasar.

Kecuali itu sifat kesementaraan undang-undang dasar 1945 tersebut juga dapat diketahui dari ketenmtuan aturan

tambahan ayat kedua undang-undang 1945 yang menentukan dalam enam bulan sesudah majelis

permusyawaratan rakyat dibentuk, majelis itu bersidang untuk menetpkan undang-undang dasar.

Tetapi selama berlakunya undang-undang dasar 1945 dalam kurun waktu yang pertama yaitu dari tanggal 18

agustus 1945 sampai tanggal 27 desember1949 majelis permusyawartan tersebut belum pernah dibentuk.

Menurut ketentuan pasal 2 ayat 1 undang-undang dasar 1945 majelis permusyawaratan rakyat terdiri atas

anggota-anggota dewan perwakilan rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan –

golongan menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang. Jadi untuk terbentuknya majelis

permusyawaratan rakyat harus diselenggarakan terlebih dahulu pemilihan umum untuk memilih anggota dewan

perwakilan rakyat. Sedangkan untuk dapat melaksanakan pemilihan umum harus ada undang-undang tentang

pemilihan terlebih dahulu. Undang-undang belum ada karena badan pembentuknya, yaitu presiden dengan

persetujuan dewan perwakilan rakyat,dewan [erwakilan rakyat belum terbentuk.

Bahwa majerlis permusyawaratan rakyat anggota-anggotanya terdiri atas dewan perwakilan rakyat ditambah

utusan dari daerahdan golongan maksudnya ialah supaya seluruh rakyat, seluruh golongan, seluruh daerah akan

mempunyai wakil dalam majelis permusyawaratan rakyat, sehingga majelis itu akan betul-betul dianggap sebagai

penjelmaan seluruh rakyat indonesi.yang dimaksud dengan golongan ialah badan koperasi,serikat sekerja dan

lain badan kolektif. Aturan demikian memang sesuai dengan aturan jaman. Berhubung dengan anjuran

mengadakan sistem kooperasi dalam ekonomi, maka ayat inin mengingat akan adanya golongan dalam badan

ekonomi.

Selanjutny dalam penelasan pasal 2 ayat 2 dikatakan bahwa badan yang akan besar jumlahnya bersidang

sedikitnya sekali dalam lima tahun. Dan boleh mengadakan lebih dari lima tahun dengan persidangan istimewa.

Undang-undang dasar negara republik indonesia 1945 tersebut yang mulai berlaku pada hari tanggal 18 agustus

1945 sampai hari tanggal 27 desember 1949 (kurun waktu pertama)kemudian diganti dengan konstitusi republik

indoneisia serikat tahun 1949.

D. Sekitar Penyusunan Undang-Undang Dasar 1945

Menurut sejarah ketatanegaraan, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia, tepatnya

pada tanggal 18 Agustus 1945, mulailah berlaku Undang-undang Dasar Negara Republik yang pertama, yang

merupakan Keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dalam sidangnya pada tanggal 18

Agustus 1945 tersebut. PPKI pada waktu itu juga disebut “Dokuritsu Zyunbi Iinkai”, yang beranggotakan semula

21 orang, kemudian setelah Proklamasi Kemerdekaan ditambah dengan 6 anggota. Keputusan Sidang PPKI pada

tanggal 18 Agustus 1945, yang antara lain menetapkan berlakunya Undang-undang Dasar bagi Negara Kestuan

Republik Indonesia (NKRI), sebenarnya naskah rancangannya telah dibuat oleh lembaga lain yang bernama

Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan (BPUPK) yang pada waktu itu juga bernama “Dokuritsu Zyunbi

Tjoosakai”. Jumlah anggota Badan tersebut semula 63 orang, satu di antaranya seorang Bangsa Jepang.

Kemudian ditambah dengan 6 orang anggota lagi yang kesemuanya Bangsa Indonesia.

BPUPKI tersebut dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan sempat mengadakan sidang dua kali. Pada sidangnya

yang pertama berlangsung pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945,dengan acara tentang Dasar Negara,

dan pada sidangnya yang kedua dari tanggal 10 sampai dengan tanggal 17 Juli 1945 antara lain berhasil

menyusun Rancangan Undang-undang Dasar beserta Pembukaannya. Setelah dapat berkarya dua hal tersebut

BPUPKI bubar.

Apabila ditelaah secara mendalam, tidak mungkin PPKI dapat menyelesaikan dalam arti, merancangkan,

merundingkan, dan menetapkan Undang-undang Dasar bagi Negara Republik Indonesia, apabila Rancangannya

belum dibuat lebih dahulu oleh lembaga lain yaitu BPUPK. Meskipun Rancangannya sudah dibuat lebih dahulu,

namun dilihat dari segi waktu untuk menetapkan suatu undang-undang dasar negara, kesempatan itu adalah

sangat singkat. Sehingga tidak mustahil apabila dari diri PPKI sendiri melakukan introspeksi atau memawas diri,

bahwa Undang-undang Dasar yang dibuat serta dihasilkan itu, merupakan Undang-undang Dasar yang bersifat

sementara hal ini terungkapkan dari penegasan Ketua PPKI sendiri pada tanggal 18 Agustus 1945,Kecuali

kesempatan waktu yang ada pada PPKI tersebut dirasa terlalu singkat, tetapi juga ada perasaan pada PPKI

sendiri bahwa dirinya adalah tidak cukup representatif sebagai wakil Rakyat Indonesia untuk membuat suatu

Undang-undang Dasar bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat sempurna.

Adanya perasaan bahwa dirinya tidak representatif untuk mewakili Rakyat Indonesia dari para anggota PPKI

tersebut, adalah hal yang wajar, karena dapatnya menjadi anggota lembaga tersebut bukan dari hasil suatu

pemilihan umum, melainkan hanya berdasarkan pengangkatan atau penunjukan.

Selain itu, berdasarkan pasal 3 UUD 1945 itu sendiri, lembaga yang berhak membuat atau menetapkan Undang-

undang Dasar yang definitif bagi NKRI adalah MPR. Menurut perhitungan pada waktu itu, dengan mendasarkan

diri pada Aturan Tambahan ayat UUD 1945, terbentuknya MPR meskipun masih bersifat sernentara tidak akan

memakan waktu lama seperti kenyataan yang dialami. Hal ini disebabkan karena semua potensi nasional

dicurahkan untuk menghadapi Tentara Sekutu (c.q. Tentara Inggris), dan kemudian melakukan Perang

Kemerdekaan atau Revolusi Fisik melawan Tentara Belanda dengan gerakan militernya yang dinamakan Perang

Kolonial pertama dan Perang Kolonial ke dua, sehingga Pemerintah dan Bangsa Indonesia pada sa’at itu tidak

mempunyai kesempatan lagi untuk memikirkan dan bertindak terhadap hal-hal yang dianggapnya kurang

langsung berkaitan dengan strategi mempertahankan kemerdekaan Bangsa dan Negara.

Pada waktu itu, Tentara Inggris tersebut bertindak atas nama Tentara Sekutu sebagai negara yang menang

perang dalam Perang Dunia kedua. Tugas sebenarnya Tentara Inggris tersebut adalah untuk melucuti dan

mengangkut kembali Balatentara Jepang yang ada di Indonesia ke negerinya. Namun ternyata dalam proses pen-

daratannya di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, Tentara Inggris tersebut mengijinkan Tentara Belanda

membonceng ikut mendarat di Bumi Indonesia, dengan tujuan untuk dapat menjajah kembali bekas tanah

jajahannya.

Sifat sementara yang ada pada UUD 1945 tersebut menjadi hapus, setelah Bangsa Indonesia sendiri bertekad

bulat untuk menjadikan UUD 1945 sebagaiUndang-undang Dasar NKRI yang definitif, setelah UUD 1945

berlaku kembali berdasarkan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959.

PPKI merupakan satu-satunya lembaga yang kegiatannya mempersiapkan Rakyat Indonesia untuk menegara dan

didirikan pada bulan-bulan sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Pada saat Pemerintah dan Tentara Belanda menyerah kalah kepada Balatentara Jepang pada tanggal 9 Maret

1945 yang dilakukan oleh Jenderal Ter Pooten kepada Jenderal Balatentara Jepang Imamura, diKalijati

Bandung, Balatentara Pendudukan Jepang, mengisyukan bahwa kedatangannya di Kawasan Asia adalah untuk

membebaskan rakyat setempat dari telapak kaki penjajahan, termasuk pula Rakyat Indonesia (Hindia Belanda).

Karena itu pada mula pertamanya, Rakyat Indonesia oleh Balatentara Pendudukan Jepang dibiarkan

mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hal tersebut bertujuan hanya untuk

mendapatkan rasa simpati dan bantuan tenaga dari Rakyat Indonesia, dalam usahanya melakukan ekspansi

kewilayahan untuk selanjutnya. Tetapi setelah Balatentara Jepang mendapatkan kemenangan di semua front

(garis depan pertempuran) sehingga hampir sebagian besar Kawasan Asia dapat direbutnya dari tangan Tentara

Sekutu, sehingga kedudukannya menjadi lebih kuat, maka rakyat Indonesia yang semula diperbolehkan

mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya kemudian dilarang atau tidak boleh

lagi mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Dengan kekalahan yang diderita oleh Tentara Jerman dan Italia di Eropa dan di Afrika , mengakibatkan kekuatan

Tentara Jepang di Asia menjadi lemah, sehingga daerah-daerah di Asia yang semula diduduki Tentara Jepang,

berangsur-angsur dapat direbut kembali oleh Tentara Sekutu, termasuk Pulau Tarakan Kalimantan, Pulau Biak

Irian Jaya. Situasi yang berbalik ini, ternyata merubah sikap Pemerintah Tentara Pendudukan Jepang kepada

Rakyat Indonesia, menjadi lebih lunak.

Hal tersebut tidak mengherankan, karena Balatentara Pendudukan Jepang mengambil hati Rakyat Indonesia

agar mau membantu Tentara Jepang dalam melakukan pertahanan terakhir terhadap Tentara Sekutu yang

makin lama makin mendesak posisi pertahanan Jepang. Pada medio tahun 1944 Rakyat Indonesia diperbolehkan

lagi mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kemudian dalam sidang

Parlemen Jepang ke 85 tanggal 7 September 1944, Perdana Menteri Koiso menjanjikan kemerdekaan kepada

Rakyat Indonesia di kelak kemudian hari, apabila Perang Asia Timur Raya dapat diselesaikan dengan

memuaskan.

Setelah itu, pada tanggal 29 April 1945, bertepatan dengan hari ulang tahun (hari Tentyosetu) Kaisar Jepang

Tenno Heika, oleh Pemerintah Jepang diumumkan bahwa akan dibentuk suatu badan yang pada waktu itu

dinamakan “Dokuritsu Zyunbi Tjoosakai” atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan

(BPUPKI) dengan maksud untuk melakukan persiapan Indonesia Merdeka seperti yang telah diuraikan di atas.

Pada tanggal 9 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Drs. Moch. Hatta dan Dr. Radjiman pergi ke Saigon atas panggilan

Panglima Tertinggi Tentara Jepang untuk Asia Tenggara Jendral Terauchi,.untuk keperluan pembentukan PPKI,

dan pada tanggal 14 Agustus 1945 ke tiga utusan tersebut kembali ke Indonesia. Menurut rencana Pemerintah

Balatentara Jepang, PPKI akan dilantik pada tanggal 18 Agustus 1945, dan pada tanggal 19 Agustus 1945 PPKI

akan memulai dengan sidang-sidangnya. Pemerintah Balatentara Jepang sendiri menurut rencana pada tanggal

24 Agustus 1945 akan menghadiahkan kemerdekaan kepada Rakyat Indonesia. Tetapi apa hendak dikata, pada

tanggal 14 Agustus 1945 Kaisar Jepang Tenno Heika berkapitulasi atau menyerah tanpa syarat kepada Sekutu,

setelah pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, kota-kota Hiroshima dan Nagasaki masing-masing dijatuhi born oleh

Angkatan Udara Sekutu.

Atas kekalahan pihak Jepang tersebut, maka Balatentara Pendudukan Jepang di Indonesia tidak lagi

bertanggung jawab atas niatnya untuk menghadiahkan kemerdekaan kepada Rakyat Indonesia seperti yang

pernah direncanakan semula, melainkan menyerahkan sepenuhnya kepada Rakyat Indonesia sendiri untuk

melaksanakannya. Berhubung dengan hal tersebut, maka permasalahan Kemerdekaan Indonesia diambil alih

sepenuhnya oleh Rakyat Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab yang disertai oleh semangat yang tinggi

dan berkobar-kobar.

Dengan bekal semangat dan tekad yang membaja dari Rakyat Indonesia maka PPKI setelah Proklamasi

Kemerdekaan melanjutkan perjuangannya untuk mengisi kemerdekaan yang telah diperoleh Bangsa Indonesia,

yaitu dengan sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945, berhasil :

1. memilih Presiden dan Wakil Presiden, yaitu Ir. Soekarno dan Drs. Moch. Hatta, hal ini sesuai dengan pasal III Aturan Peralihan UUD 1945;

2. menetapkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia yang sekarang lebih dikenal dengan nama Undang-undang Dasar 1945.

Dengan telah berlakunya UUD 1945 sejak tanggal 18 Agustus 1945, maka berdasarkan pada pasal I Aturan

Peralihan UUD 1945, secara yuridis formal PPKI merupakan lembaga kenegaraan yang berkewajiban

menyelenggarakan perpindahan kekuasaan pemerintahan dari penguasa Balatentara Jepang kepada Pemerintah

Indonesia. Sesudah itu, PPKI mengadakan sidang yang kedua, pada tanggal 19 Agustus 1945 dengan

menghasilkan lagi, dua keputusan, yaitu :

1. menetapkan adanya pembagian dua belas departemen (kementerian) pada Kabinet (Dewan Menteri) Pemerintahan RI, yaitu :

1) Kementerian Dalam Negeri.

2) Kementerian Luar Negeri.

3) Kementerian Kehakiman.

4) Kementerian Keuangan.

5) Kementerian Kemakmuran.

6) Kementerian Kesehatan.

7) Kementerian Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan.

8) Kementerian Sosial.

9) Kementerian Pertanahan.

10) Kementerian Penerangan.

11) Kementerian Perhubungan.

12) Kementerian Pekerjaan Umum.

2. menetapkan pembagian Wilayah Indonesia menjadi delapan Propinsi yang masing-masing dikepalai oleh

Gubernur, yaitu Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi, dan

Kalimantan.

Dalam sidangnya terakhir, yang dilakukan pada tanggal 22 Agustus 1945, PPKI berhasil menetapkan :

a. tentang pembentukan Komite Nasional;

b. tentang Partai Nasional Indononesia; dan

c. tentang Badan Keamanan Rakyat (BKR)

PPKI, baik pada saat sebelum Proklamasi maupun sesudahnya, telah menunjukkan prestasinya yang sangat

berharga bagi kepentingan Indonesia Merdeka, tepat pada saat-saat Bangsa dan Negara sangat memerlukannya.

Hal ini terbukti dengan keputusan-keputusan yang diambil seperti tersebut di atas dalam rangka mengisi dan

mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

Setelah sidangnya yang ke tiga tersebut, PPKI bubar dan para anggotanya menjadi anggota Komite Nasional

Indonesia Pusat (KNIP).

Pengaruh kuat dari perjuangan kebangsaan Rakyat Indonesia untuk menegara, yang ternyata menjiwai makna

Undang-undang Dasar Negara Indonesia yang pertama (pada sa’at itu ada yang menyebut dengan nama Undang-

undang Dasar Proklamasi), yang sekarang lebih dikenal dengan nama Undang-undang Dasar 1945 tersebut,

dapat ditemukan di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, antara lain seperti di bawah ini.

a. Pada alinea pertama menunjukkan bahwa Rakyat Indonesia pernah mengalami nasib dengan penderitaan

yang sangat berat akibat dari penjajahan yang tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan yang

dilakukan oleh bangsa lain.

b. Alinea kedua menunjukkan bahwa, pada waktu-waktu sebelumnya Rakyat Indonesia sudah meiakukan

perjuangan kebangsaan atau perjuangan kemerdekaan (karena bertujuan mendirikan negara merdeka) yang

telah berpuluhpuluh tahun lamanya untuk menuju ke Indonesia Merdeka, namun masih dalam perjalanan. Baru

pada saat itu perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampai ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara

Indonesia.

c. Alinea ketiga menunjukkan bahwa kehidupan Rakyat Indonesia adalah bersifat religius, karena itu

kemerdekaan Negara Indonesia yang diperolehnya tersebut, adalah atas berkat Rakhmat Allah Yang Maha

Kuasa.d. Pada alinea keempat ini, dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut.

1) Negara yang dibentuk adalah negara kesatuan.Hal ini mengingat bahwa dengan negara-negara kecil, yang saling bermusuhan, akan mudah dikalahkan satu-

persatu oleh negara asing.

2) Tantangan yang perlu segera diatasi ialah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa.

Hal ini perlu ditegaskan, mengingat Rakyat Indonesia sebelum merdeka hidup dalam suasana kemelaratan, dan

tingkat kecerdasan serta pendidikannya sangat rendah, akibat dari penjajahan yang dialami.

3) Negara Indonesia adalah negara republik yang berkedaulatan rakyat.Sebagian besar Rakyat Indonesia menolak gagasan feodalisme dan tidak menyukai pemerintahan yang

diktatorik, seperti halnya Pemerintah Kerajaan Jepang yang bersifat fasis, yang sedang melakukan penindasan

terhadap Rakyat Indonesia.

4) Falsafah dan Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila. Rakyat Indonesia menolak gagasan Demokrasi

Liberal yang kebanyakan dianut oleh negara-negara yang berfaham liberal, dan juga tidak menyukai gagasan

Demokrasi Sentralistik yang dianut oleh negara-negara yang berfaham Komunis.

Demokrasi Pancasila di bidang politik mempunyai kekhususan yaitu dalam mengambil keputusan didasarkan

kepada musyawarah untuk ,nufakat, hal ini sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia.

E. Sejarah Perkembangan UUD 1945

Penjelasan umum Undang-undang dasar 1945, istilah Undang-Undang dasar dipergunakan untuk menyebut atau

menunujuk pengertian hukum dasar. Pada penjelasan tersebut pada angka I tentang UUD, sebagian dari hukum

dasar, antara lain dikatakan bahwa “undang-undang dasar suatu Negara ialah hanya sebagaian dari

hukumnyadari hukumnya dasar Negara itu. Undang-undang dasar ialah hokum dasar yang tertulis, sedangkan

disampingya undang undang dasar itu berlaku juga hokum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan aturan dasar

yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara, meskipun tidak tertulis”

Negara republik Indonesia yang lahir pada tanggal 17 agustus 1945, tentang adanya undang-undang dasar,

kiranya dapat dikatakan bahwa karena adanya keinginan daripada pembentuk Negara yangv untuk menjamin

adanya cara penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam bentuk yang permannenyang tetap dan dapat

diterima oleh rakyatnya, yang menyebabkan dibentuknya undang-undang.

Sejarah Tatanegara Republik Indonesia telah mencatat bahwa sejak Negara Republik Indonesia diproklamasikan

pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai dengan sekarang, sudah tiga Undang-Undang Dasar pernah berlaku dan

digunakan sebagai landasan konstitusional Negara Republik Indonesia. Adapun tiga Undang-Undang Dasar itu

ialah:

1. Undang-Undang Dasar 1945 yang memuat dalam berita Republik Indonesia tahun II (1945) No. 7., halaman

45 sampai 48, berlaku mulai tanggal 18 Agustus 1945 sampai 17 Agustus 1950; kemudian berlaku kembali sejak 5

Juli 1959 sampai sekarang.

2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat yang diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 3 tahun 1950,

berlaku mulai tanggal 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950.

3. Undang-Undang Dasar sementara yang diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 56 tahun 1950 sebagai

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1950, yang berlaku mulai 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959.

Jadi dalam sejarah konstitusi, Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai perkembangan yang istimewa jika

dibandingkan dengan Undang-Undang Dasar lain yang pernah berlaku di Indonesia. Keistimewaannya itu

diantaranya, Undang-Undang Dasar 1945 berlaku yang pertama kali setelah Negara Republik Indonesia

diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, tepatnya berlaku sejak tanggal 18 Agustus 1945. Pada saat

berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950) tidak berarti

bahwa UUD 1945 tidak berlaku lagi. Ia tetap berlaku, malahan Undang-Undang ini memakai dengan dua

konstitusi, yaitu UUD 1945 dan Konstitusi Republik Indonesia Serikat.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat diadakan penahapan berlakunya Undang-Undang Dasar 1945

sebagai berikut:

1. Tahap pertama : 18 Agustus 1945-27 Desember 1949.

2. Tahap kedua : 27 Desember 1949-17 Agustus 1950.

3. Tahap ketiga : 5 Juli 1959-sekarang.

F. Proses Perumusan Dasar Negara Indonesia dan Sejarah Pengesahan Pembukaan UUD 1945

Setelah kita amati secara teliti, historis penyusunan UUD 1945 memiliki karakteristik yang berbeda dengan

ketika disusunannya UUD 1945. Rancangan pembukaan disusun dengan aktivitas historis yang sangat unik,

seperti Undang-undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan dalam

pasal-pasalnya. Secara yuridis (hukum), pembukaan (preambule) berkedudukan lebih tinggi dari pada UUD 1945

karena ia berstatus sebagai pokok kaidah fundamental (mendasar) daripada Negara Indonesia, sifatnya abadi,

tidak dapat diubah oleh siapapun walaupun oleh MPR ataupun dengan jalan hukum, oleh karena itu bersifat

imperatif.

Historis penyusunan dan pengesahan Pembukaan UUD 1945 secara kronologis dapat digambarkan yaitu Tanggal

7 September 1944 adalah janji politik Pemerintahan Balatentara Jepang kepada Bangsa Indonesia, bahwa

Kemerdekaan Indonesia akan diberikan besok pada tanggal 24 Agustus 1945. Yang dilatar belakangi Balatentara

Jepang menjelang akhir 1944, menderita kekalahan dan tekanan dari tentara sekutu. Juga tuntutan dan desakan

dari pemimpin Bangsa Indonesia. Tanggal 29 April 1945 pembentukan BPUPKI oleh Gunswikau (Kepala

Pemerintahan Balatentara Jepang di Jawa). Badan ini bertugas untuk menyelidiki segala sesuatu mengenai

persiapan kemerdekaan Indonesia, dan beranggotakan 60 orang terdiri dari para Pemuka Bangsa Indonesia yang

diketuai oleh Dr. Rajiman Wedyodiningrat.

Dasar-dasar pikiran disusunnya Rancangan Pembukaan UUD 1945 sebagai Hukum Dasar dapat kita dapati

dengan memeriksa kembali jalannya persidangan BPUPKI yang secara kronologis nanti kita bahas pada bab

berikutnya. Dipembahasan ini, kami akan tampilkan secara sistematis cara kerja yang ditempuh oleh BPUPKI.

Adapun cara kerja yang ditempuh oleh BPUPKI dalam penyusunan Rancangan Pembukaan UUD 1945 sebagai

Hukum Dasar Negara ada 2 (dua) fase, yaitu :

1. Pase Penyusunan (Perumusan).

2. penyusunan konsep Rancangan Dasar Negara Indonesia Merdeka yang kemudian disahkan sebagai Rancangan Dasar Negara Indonesia Merdeka.

3. penyusunan Konsep Rancangan Preambule Hukum Dasar yang kemudian diserahkan menjadi Rancangan Preambule Hukum Dasar.

penyusunan hal-hal yang lain, seperti :

1. Rancangan pernyataan Indonesia Merdeka.

2. Rancangan Ekonomi dan Keuangan.

3. Rancangan Bagian Pembelaan Tanah Air.

4. Bentuk Negara.

5. Wilayah Negara.

Pengesahan

Pengesahan Rancangan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan Rancangan Preambule Hukum Dasar (yang terkenal dengan nama Piagam Jakarta) dengan beberapa perubahan (amandemen) sebagai pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia.

2. Menetapkan Rancangan Hukum Dasar Negara Republik Indonesia setelah mendapat beberapa perubahan sebagai Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia.

3. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Menetapkan berdirinya Komite Nasional.

Jadi, Ide disusunnya suatu konsep Rancangan Preambule Hukum Dasar timbul dalam Rapat-rapat Gabungan

tanggal : 22 Juni 1945. Didalam Rapat Gabungan itu, selanjutnya akan terbentuk Panitia Delapan dan Panitia

Sembilan.

G. Proses Perumusan dan Pengesahan Sila-sila Pancasila dan UUD 1945

1. Perumusan Sila-Sila Pancasila

Pada awal mula Perumusan (penyusunan) Sila-sila Pancasila adalah sidang pertama BPUPKI pada tanggal 29

Mei s/d 1 Juni 1945 dengan Acara Sidang Mempersiapkan Rancangan Dasar Negara Indonesia Merdeka. Tanggal

29 Mei 1945 : Prof. Mr. H. Moh. Yamin (berpidato), mengajukan saran/usul yang disiapkan secara tertulis, yang

berjudul “Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia” . Lima Azas dan Dasar itu adalah sebagai

berikut :

a) Peri Kebangsaan.

b) Peri Kemanusiaan.

c) Peri Ketuhanan.

d) Peri Kerakyatan.

e) Kesejahteraan Rakyat.

Disamping itu juga beliau melampirkan “Konsep Rancangan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia”.

Rumusan konsep Dasar Negara itu adalah :

a) Ketuhanan Yang Maha Esa.

b) Kebangsaan Persatuan Indonesia.

c) Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab.

d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

e) Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Namun Keputusan belum mendapat kesepakatan. Sementara itu dari golongan islam dalam sidang BPUPKI

mengusulkan juga konsepsi Dasar Negara Indonesia Merdeka ialah Islam.akhirnya Keputusan tidak mendapat

kesepakatan. Dan Tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. R. Soepomo di gedung Chuuco Sangi In berpidato dan

menguraikan tentang teori Negara secara yuridis, berdirinya Negara, bentuk Negara dan bentuk pemerintahan

serta hubungan antara Negara dan Agama. Prof. Mr. Muh Yamin, menguraikan tentang daerah Negara

Kebangsaan Indonesia atas tinjauan yuridis, histories, politik, sosiologis, geografis dan konstitusional yang

meliputi seluruh Nusantara Raya. Dan juga P. F. Dahlan, menguraikan masalah golongan Bangsa Indonesia,

peranakan Tionghoa, India, Arab dan Eropa yang telah turun temurun tinggal di Indonesia. Drs. Muh. Hatta,

menguraikan tentang bentuk Negara Persatuan Negara Serikat dan Negara Persekutuan, juga hubungan negara

dan agama serta Negara Republik ataukah Monarki. Tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno, berpidato dan

mengusulkan tentang “Konsepsi Dasar Falsafah Negara Indonesia Merdeka” yang diberi nama Pancasila dengan

urutan sebagai berikut :

a) Kebangsaan Indonesia.

b) Peri Kemanusiaan (Internasionalisme).

c) Mufakat Demokrasi.

d) Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

Rumusan pada Piagam Jakarta 22 Juni 1945;

Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya, Kemanusiaan yang adil

dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, Pembukaan UUD 1945 pada

tanggal 18 Agustus 1945, Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh

Rakyat Indonesia. Mukaddimah Konstitusi RIS dan UUD 1950, KeTuhanan Yang Maha Esa, Peri Kemanusiaan,

Kebangsaan, Kerakyatan, Keadilan Sosial.

Setelah diadakan rapat dan diskusi, maka telah disepakati berdasarkan sejarah perumusan dan pengesahannya,

yang shah dan resmi menurut yuridis menjadi Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila seperti tercantum

didalam Pembukaan UUD 1945. Yaitu 18 Agustus 1945 sampai 1 Juni 1945 merupakan proses menuju

pengesahannya.

1. Perumusan dan Pengesahan Undang-Undang Dasar 1945

Pada perumusan/penyusunan Undang-Undang Dasar 1945 pada dasarnya diawali oleh beberapa tahap

penyusunan, yaitu pembukaan/mukaddimah.

Didalam hasil rapat Gabungan 22 Juni 1945, maka sebagai keputusan yang keempat ialah dibentuknya Panitia

Kecil Penyelidik Usul-usul (Perumusan Dasar Negara/Mukaddimah) yang terdiri dari 9 anggota (Panitia

Sembilan). Adapun dalam rapat tersebut, Mr. Muhammad Yamin menyampaikan Konsep Rancangan Undang-

Undang Dasar Republik Indonesia pada tanggal 29 Mei 1945, yang berjudul Azas dan Dasar Negara Kebangsaan

Republik Indonesia. lima azas dan dasar itu adalah peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ke-Tuhanan, peri

kerakyatan, keadilan sosial (kesejahteraan sosial) Mr. Muhammad Yamin juga menyampaikan Konsep

Rancangan Pembukaan UUD 1945 diawali dengan “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang”.

Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan juga telah berhasil merumuskan konsep Rancangan Preambule

Hukum Dasar. Akan tetapi, pada alenia ke-empat para peserta sidang belum ada yang setuju.

1. H. Rancangan Preambule Hukum Dasar

Pada sidang ini Drs. Muhammad hatta menyampaikan hasil keputusan rapat BPUPKI tentang perumusan UUD

1945, yang berbunyi sebagai berikut:

Mukaddimah

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus

dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai kepada saat yang berbahagia, dengan selamat

sentausa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat,

adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya

berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah Darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu

Hukum Dasar Negara Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang

berkedaulatan rakyat, dengan berdasar pada : Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang

adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Selanjutnya,Ir. Soekarno memberikan saran untuk mengubah Mukaddimah menjadi Pembukaan. Anggota Ki.

Bagoes Hadikoesoemo memberikan saran untuk menghapus dasar pada kemanusiaan yang adil dan beradab,

menjadi kemanusiaan yang adil dan beradab. Ir. Soekarno, selanjutnya merevisi kata Hukum Dasar Negara

Indonesia menjadi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

Dan masih banyak lagi saran yang disampaikan oleh anggota rapat PPKI. Akan tetapi, disini kami hanya

menampilkan pendapat mereka-mereka yang diterima saja. Maka sempurnahlah isi dari Undang-Undang Dasar

1945 itu yang berbunyi sebagai berikut :

Pembukaan

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus

dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai kepada saat yang berbahagia, dengan selamat

sentausa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat,

adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya

berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah Darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia

yang berkedaulatan rakyat yang berdasarkan kepada : Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan

beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Batang tubuh UUD 1945

Pada tanggal 7 Agustus 1945 Jenderal Terauchi mengumumkan dan secara konkrit membentuk Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sidang Pleno PPKI dimulai pada tanggal 18 Agustus 1945 jam 11.30, mempunyai

acara untuk membahas Rancangan Hukum Dasar (termasuk Rancangan Preambule Hukum Dasar) untuk

ditetapkan Undang-Undang Dasar atas kemerdekaan yang telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Sebelum sidang Pleno dimulai atas tanggung jawab ketua PPKI ditambah 6 orang anggota baru untuk mewakili

golongan-golongan yang belum terwakili dalam keanggotaan PPKI yang lama (hasil tunjukan Pemerintah

Jepang). Adapun keenam orang anggota baru itu adalah :

1. RTA Wiranata Kusumah, wakil golongan islam dan golongan menak Jawa Barat.

2. Ki. Hajar Dewantara, wakil golongan Taman Siswa, dan golongan Nasional dan Jawa Tengah.

3. Mr. Kasman Suryadimejo, wakil golongan Peta.

4. Mr. Akhmad Subarjo, wakil golongan pemuda.

5. Sayuti Malik, wakil golongan kiri.

6. Mr. Iwa Koesoema Sumantri, wakil golongan kiri.

..........................

IPS, Perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

Gambar: Pembukaan sidang BPUPKI (Dokuritsu Zumbi Coosakai).BPUPKI bertugas mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting untuk yangdiperlukan untuk negara merdeka seperti dasar negara.

Gambar: Suasana sidang PPKI yang dipimpinoleh Ir. Soekarno.

A. PendahuluanPengalaman pahit hidup di bawah penjajahan bangsa asing menjadikanbangsa Indonesia bertekad merebut kemerdekaan. Perjuangan mewujudkankemerdekaan dilakukan dengan perjuangan fisik dan melalui organisasimodern. Tanda-tanda terwujudnya cita-cita rakyat Indonesia untukmerdeka mulai tampak ketika Jepang terdesak oleh kekuatan Sekutu.Kesempatan untuk memerdekakan diri benar-benar datang ketika terjadi

kekosongan kekuasaan di Indonesia. Jepang telah menyerah kepada Sekutu,sementara Sekutu belum tiba di Indonesia. Kesempatan emas inidigunakan oleh bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan.Sekitar tiga bulan sebelum proklamasi, wakil-wakil bangsa Indonesia telahberusaha merumuskan dasar bagi negara Indonesia merdeka.Dalam bab ini kamu akan belajar tentang perjuangan mempersiapkankemerdekaan Indonesia. Setelah mempelajari bab ini diharapkan kamumemiliki kemampuan sebagai berikut.1. Menyebutkan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan.2. Menceitakan perjuangan para tokoh mempersiapkan kemerdekaan.3. Menyebutkan proses perumusan dasar Negara Indonesia.4. Menampilkan perilaku menghargai hasil perjuangan para tokoh mempersiapkankemerdekaan Indonesia.B. Persiapan Kemerdekaan dan ProsesPerumusan Dasar NegaraKemerdekaan telah diperjuangkan oleh bangsa Indonesia sejak lama.Hal ini nyata dari perjuangan para pahlawan untuk mengusir penjajahdari bumi pertiwi. Pada kongres Pemuda kedua tahun 1928, telah jelasarah pergerakan kebangsaan Indonesia. Banyak organisasi kebangsaanmempunyai tujuan mewujudkan Indonesia merdeka.Ketika Jepang terdesak dalam perang Asia Timur Raya, tokoh-tokohpergerakan semakin giat mempersiapkan kemerdekaan. Golongan mudadan tua sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Meskipunmereka berbeda pendapat mengenai cara dan waktu memproklamasikankemerdekaan. Kita akan membahasa usaha-usaha mempersiapkankemerdekaan dan perumusan dasar negara.1. Usaha mempersiapkan kemerdekaanSecara resmi persiapan kemerdekaan Indonesia dilakukan Badan PenyelidikUsaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia PersiapanKemerdekaan Indonesia (PPKI). Mari kita bahas keduanya.a. Persiapan kemerdekaan oleh BPUPKIPerdana Menteri Jepang, Jenderal Kuniaki Koiso, pada tanggal 7 September1944 mengumumkan bahwa Indonesia akan dimerdekakan kelak,sesudah tercapai kemenangan akhir dalam perang Asia Timur Raya. Dengancara itu, Jepang berharap tentara Sekutu akan disambut rakyat Indonesiasebagai penyerbu negara mereka. Pada tanggal 1 Maret 1945,Pemerintah Militer Jepang di Jawa, Kumakici Harada, mengumumkan pembentukanBadan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia(BPUPKI). Dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Zumbi Coosakai.BPUPKI dibentuk untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting untukmendirikan negara Indonesia merdeka.BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 29 April 1945, bertepatan denganulang tahun kaisar Jepang. Dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat ditunjukmenjadi ketua didampingi dua orang ketua muda, yaitu R.P Suroso danIchibangase. Selain menjadi ketua muda, R.P. Suroso juga diangkat menjadikepala kantor tata usaha BPUPKI dibantu Toyohiko Masuda dan Mr. A.G.Pringgodigdo. Tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan dan sekaligusupacara pembukaan sidang pertama BPUPKI di gedung Chuo Sangiin(Gedung Pancasila sekarang). Berikut ini daftar nama anggota-anggotaBPUPKI.

SUSUNAN KEANGGOTAAN BPUPKI

Ketua : Dr. K.R.T. RadjimanWedyodiningratKetua Muda : R.P. SurosoKetua Muda : Itibangase YosioAnggota:1. Ir. Sukarno2. Mr. Muh Yamin3. Mr. Dr. R. Kusuma Atmaja4. R. Abdulrahim Pratalykrama5. M. Aris6. Ki Hajar Dewantara7. R.A.A. Wiranatakusuma8. Munandar9. Oei Tiang Tjoei10. Drs. Moh. Hatta11. R.M. Margono Joyohadikusumo12. K.H. Abdul Halim13. K.H. Masykur14. R. Sudirman

15. Prof. Dr. P. A. H. Jayadiningrat16. Ki Bagus Hadikusumo17. B. P. H. Bintoro18. A. K. Muzakir19. B. P. H. Puruboyo20. Ny. Mr. Maria Ulfah Santoso21. R. M. T. A. Suryo22. R. Ruslan Wongsokusumo23. Mr. Susanto24. Ny. R.S.S. Sunarjo Mangunpespito25. Dr. R. Buntaran Martoatmo jo26. Liem Kun Hian27. Mr. J. Latuharhary28. Mr. R. Hindromartono29. R. Sukarjo Wiryopranoto30. Haji Ah. Sanusi31. A. M. Dasaad32. Mr. Tan Eng Hoa33. Oei Tjong Hauw34. H. Agus Salim35. M. Sutarjo Kartohadikusumo36. Ir. R. M. P. Surahman Cokroadisuryo37. R.A.A. Sumitro Kolopaking Purbonegoro38. K.R.M.T.H. Wuryaningrat39. Mr. Achmad Subarjo40. Prof. Dr. Asikin Wijayakusuma41. Abikusno Cokrosuyoso42. Parada Harahap43. Mr. R.M. Sartono44. K.H.M. Mansur45. Drs. K.R.M.A. Sosrodiningrat46. Prof. Mr. Dr. Supomo47. Prof.Ir. R. Rooseno48. Mr. R. Singgih49. Mr. Suwandi50. K.H.A. Wahid Hasyim51. P. F. Dahler52. Dr. Sukiman53. Mr. K.R.M.T. Wongsonagoro54. R. Oto Iskandardinata55. A. Baswedan56. Abdul Kadir57. Dr. Samsi58. Mr. A.A. Maramis59. Mr. R. Samsudin60. Mr. R. Sastromulyono

Selama berdiri BPUPKI mengadakan dua kali masa sidang resmi, yaitu:1. Sidang resmi pertamaSidang resmi pertama berlangsung lima hari, yaitu 28 Mei sampai 1Juni 1945. Pada masa sidang resmi pertama ini, dibahas dasar negara.Banyak anggota sidang yang memberikan pandangannya tentang bentuknegara dan dasar negara. Masa sidang pertama BPUPKI ini dikenangdengan sebutan detik-detik lahirnya Pancasila. Seluruh anggota BPUPKIyang berjumlah 62 orang ditambah 6 anggota tambahan berkumpuldalam satu ruang sidang.b. Sidang resmi keduaSidang resmi kedua berlangsung tanggal 10-17 Juli 1945. Sidang inimembahas bentuk negara, wilayah negara, kewarganegaraan, rancanganundang-undang dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara,pendidikan dan pengajaran. Pada termin ini, anggota BPUPKI dibagibagidalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia yang terbentuk antaralain Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai Sukarno), PanitiaPembelaan Tanah Air (diketuai Abikusno Cokrosuyoso), dan PanitiaEkonomi dan Keuangan (diketuai Mohammad Hatta).Di antara dua sidang resmi itu, berlangsung pula sidang tidak resmiyang dihadiri 38 orang. Sidang yang dipimpin Bung Karno ini membahasrancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang kemudian dibahaspada sidang resmi kedua BPUPKI (10-17 Juli 1945).b. Persiapan kemerdekaan oleh PPKISetelah BPUPKI menyelesaikan tugas-tugasnya, pada 7 Agustus 1945dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Badan ini bertugas

mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut masalah ketatanegaraanbagi negara Indonesia baru. Badan ini beranggotakan 21 orang.Adapun yang ditunjuk sebagai ketua adalah Ir. Sukarno, sedangkan wakilketuanya Drs. Moh Hatta. Sebagai penasihat ditunjuk Mr. Ahmad Subarjo.Kemudian, anggota PPKI ditambah lagi sebanyak enam orang, yaitu Wiranatakusumah,Ki Hajar Dewantara, Mr. Kasman Singodimejo, Sayuti Melik,Iwa Kusumasumantri, dan Ahmad Subarjo.Ketika PPKI terbentuk, keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka semakinmemuncak. Memuncaknya keinginan itu terbukti dengan adanya tekaddari semua golongan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.Golongan muda menghendaki agar kemerdekaan diproklamasikantanpa kerja sama dengan Jepang sama sekali, termasuk proklamasi kemerdekaandalam rapat PPKI. Ada anggapan dari golongan muda bahwa PPKIadalah badan bentukan Jepang. Di lain pihak PPKI adalah badan yang adauntuk menyiapkan hal-hal yang perlu bagi suatu negara. Dalam suasanaseperti inilah PPKI bekerja sebagai badanyang bertugas menyiapkan ketatanegaraanIndonesia Baru.PPKI baru dapat bersidang sehari setelahproklamasi kemerdekaan. Selamaterbentuk PPKI melakukan beberapa kalisidang.1. Sidang pertama dilaksanakan tanggal18 Agustus 1945, di Gedung KesenianJakarta. Pada sidang ini dihasilkanbeberapa keputusan penting yangmenyangkut kehidupan ketatanegaraanserta landasan politik bagi bangsaIndonesia yang merdeka, yaitu:a. mengesahkan UUD1945 setelahmendapat beberapa perubahanpada pembukannya,b. memilih presiden dan wakil presiden,yakni Ir. Sukarno dan Drs.Moh. Hatta,c. menetapkan bahwa Presiden untuksementara waktu akan dibantuoleh sebuah Komite Nasional.2. Sidang kedua dilakukan pada hari berikutnya,tanggal 19 Agutus 1945.Sidang hari kedua ini menghasilkankeputusan:a. membentuk 12 departemen dan sekaligus menunjuk pemimpinnya(menteri),b. menetapkan pembagian wilayah negara Republik Indonesia menjadidelapan provinsi dan sekaligus menunjuk gubernurnya,c. memutuskan agar tentara kebangsaansegera dibentuk.3. Sidang ketiga (20 Agustus 1945) PPKI membahas tentang Badan PenolongKeluarga Korban Perang. Sidang ketiga PPKI menghasilkandelapan pasal ketentuan. Salah satu pasalnya, yakni pasal 2 berisitentang pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR).4. Sidang keempat dilakukan pada tanggal 22 Agustus 1945 membahastentang:a. Komite Nasionalb. Partai Nasionalc. Badan Keamanan Rakyat.Pada tanggal 23 Agustus 1945, Presiden Sukarno dalam pidatonyamenyatakan berdirinya tiga badan baru, yaitu Komite Nasional Indonesia(KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Badan Keamanan Rakyat (BKR).Sejak dibentuknya lembaga-lembaga kenegaraan tersebut, berakhirlahtugas PPKI.PPKI sangat berperan dalam penataan awal negara Indonesia. Walaupunkelompok muda menganggap PPKI sebagai lembaga buatan Jepang,peran dan jasa badan ini tidak boleh kita lupakan. Anggota PPKI telahmenjalankan tugas yang diembankan kepada mereka dengan sebaikbaiknya.Sampai akhirnya PPKI dapat meletakkan dasar-dasar ketatanegaraanbagi negara Indonesia yang baru saja berdiri.

Panitia PersiapanKemerdekaan Indonesia(PPKI)

Ketua : Ir. SukarnoWakil : Drs. Moh. HattaAnggota :1. Supomo2. Radjiman3. Suroso4. Sutarjo5. W. Hasyim6. Ki Bagus Hadikusumo7. Oto Iskandardinata8. Abdoel Kadir9. Suryohamijoyo10. Puruboyo11. Yap Tjwan Bing12. Latuharhary13. Dr. Amir14. Abd. Abbas15. Muh. Hassan16. Hamidhan17. Ratulangie18. Andipangeran19. I Gusti Ktut PudjaAtas wewenang dan tanggungjawab sendiri sebagai proklamatorSukarno-Hatta mengangkat 9 anggotabaru, yaitu:1. R.A.A Wiranatakusuma2. Ki Hadjar Dewantara3. Mr. Kasman Singodimejo4. Sajuti Melik5. Iwa Kusuema Sumantri6. Achmad Subarjo7. Sukarni8. Khaerul Saleh9. Adam MalikNamun, Sukarni, Khaerul Saleh,dan Adam Malik menolak pengangkatanitu karena PPKI dianggapsebagai buatan Jepang.

2. Perumusan dasar negaraPerumusan dasar negara untuk negara Indonesia yang akan berdiridilakukan oleh BPUPKI. Mengapa sebuah negara perlu dasar? Bagaimanaproses perumusan dasar negara kita? Mari kita bahas lebih lanjut.a. Perlunya perumusan dasar negaraSeperti sebuah rumah, negara memerlukan dasar atau landasan. Dasaryang kokoh memungkinkan rumah berdiri dengan mantap. Di atas dasaritulah, sebuah negara melakukan pembangunan menuju masyarakat makmur.Di atas dasar itulah kehidupan negara diatur dan diarahkan.Mengingat begitu besar peran dasar negara bagi kelangsungan hidupsuatu negara, maka dasar negara harus dirumuskan dan ditetapkan. Halhalyang menjadi alasan mengapa suatu dasar negara perlu dirumuskan,antara lain:1. Nilai-nilai kepribadian bangsa perlu dirumuskan secara resmi.Semua bangsa di dunia ini mempunyai nilai-nilai kepribadian luhur.Nilai-nilai itu telah dihayati dari zaman ke zaman sebagai pandangandan penghayatan hidup. Namun, nilai-nilai itu belum nyata jika belumdirumuskan secara resmi. Nilai-nilai Pancasila seperti pengakuan adanyaTuhan Yang Maha Esa, berperikemanusiaan, bela negara,musyawarah, hidup bersama dalam perbedaan, dan nilai-nilai lainnyatelah ada sejak dahulu. Dengan perumusan dasar negara nilai-nilai itudiakui secara resmi.2. Negara memerlukan dasar untuk melangkah maju.Negara membutuhkan dasar untuk melandasi semua kegiatan kenegaraanyang akan dibuatnya. Semua kegiatan negara akan mendapatkandasarnya jika sudah ada dasar negara yang dirumuskan dan ditetapkan.b. Perumusan dasar negara IndonesiaDasar negara menjadi salah satu agenda pembicaraan sidang pertamaBPUPKI. Selama sidang pertama BPUPKI yang berlangsung dari tanggal28 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 ada tiga tokoh yang menawarkan konsepdasar negara, yaitu Mr. Mohammad Yamin, Prof. Dr. Mr. Supomo, dan Ir.Sukarno.

1. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. M. Yamin menawarkan lima asas dasarNegara Republik Indonesia sebagai berikut:a. Peri Kebangsaan.b. Peri Kemanusiaan.c. Peri Ketuhanan.d. Peri Kerakyatan.e. Kesejahteraan yang berkebudayaan.2. Dua hari kemudian, pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Supomo,mengajukan dasar-dasar negara sebagai berikut:a. Persatuan.b. Kekeluargaan.c. Keseimbangan lahir dan batin.d. Musyawarah.e. Keadilan rakyat.3. Ir. Sukarno mengusulkan konsep dasar negara dalam rapat BPUPKItanggal 1 Juni 1945. Selain mengusulkan konsep dasar negara, BungKarno juga mengusulkan nama bagi dasar negara yaitu Pancasila.Berikut ini lima dasar yang diusulkan oleh Bung Karno.a. Kebangsaan Indonesia.b. Internasionalisme atau perikemanusiaan.c. Mufakat atau demokrasi.d. Kesejahteraan sosial.e. Ketuhanan Yang Maha Esa.Setelah sidang pada tanggal 1 Juni 1945 itu, BPUPKI memasuki masajeda. Sampai dengan saat itu belum ada rumusan dasar negara. Yang adahanyalah usulan dasar negara Indonesia. Sebelum masuk masa jeda itutelah terbentuk sebuah panitia kecil yang diketuai Ir. Sukarno, dengananggota Drs. Mohammad Hatta, Sutarjo Kartohadikusumo, Wahid Hasjim,Ki Bagus Hadikusumo, Oto Iskandardinata, M. Yamin, dan A. A. Maramis.Panitia kecil ini bertugas menampung saran dari anggota BPUPKI.Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Kecil mengadakan pertemuan dengan38 anggota BPUPKI. Bung Karno menyebut pertemuan itu sebagai“rapat pertemuan antara Panitia Kecil dengan anggota BPUPKI.” Pertemuanitu menampung suara-suara dan usul-usul lisan dari anggota BPUPKI.Dalam pertemuan itu juga dibentuk Panitia Kecil lain, yang beranggotasembilan orang. Panitia ini dikenal dengan nama Panitia Sembilan. AnggotaPanitia Sembilan terdiri dari Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. M. Yamin,Mr. Ahmad Subarjo, Mr. A. A. Maramis, Abdulkadir Muzakir, Wahid Hasyim,H. Agus Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso. Mereka menghasilkan suaturumusan pembukaan UUD yang menggambarkan maksud dan tujuan pembentukannegara Indonesia Merdeka. Rumusan itu disepakati dan ditandatanganibersama oleh anggota Panitia Sembilan. Rumusan Panitia Sembilanitu kemudian diberi nama Jakarta Charter atau Piagam Jakarta.

Rumusan dasar negara dalam Piagam Jakarta itu berbunyi:1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.3. Persatuan Indonesia.4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perumusan terakhir dasar negara dilakukan pada persidangan BPUPKItahap kedua, yang dimulai pada tanggal 10 Juli 1945. Pada kesempatanitu, dibahas rencana UUD, termasuk pembukaan (preambule) oleh PanitiaPerancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Sukarno. Dalamrapat tanggal 11 Juli 1945, Panitia Perancang Undang-Undang Dasar menyetujuiisi preambule yang diambil dari Piagam Jakarta. Panitia ini kemudianmembentuk “Panitia Kecil Perancang Undang Undang Dasar” yangdiketuai oleh Prof. Dr. Mr. Supomo dengan anggota Mr. Wongsonegoro,Mr. Ahmad Subarjo, Mr. A. A. Maramis, Mr. R. P. Singgih, H. Agus Salim,dan dr. Sukiman. Hasil perumusan panitia kecil disempurnakan bahasanyaoleh sebuah “Panitia penghalus bahasa” yang terdiri dari HuseinJayadiningrat, Agus Salim, dan Supomo. Panitia ini juga bertugas menyempurnakandan menyusun kembali rancangan undang-undang dasar yangsudah dibahas itu.Pembukaan serta batang tubuh rancangan UUD yang dihasilkandisahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Namun, sebelum disahkanPembukaan UUD yang diambil dari Piagam Jakarta rumusan PanitiaSembilan mengalami perubahan. Pada tanggal 17 Agustus 1945 sore, seorangopsir angkatan laut Jepang menemui Drs. Mohammad Hatta. Opsir

itu menyampaikan keberatan dari tokoh-tokoh rakyat Indonesia bagianTimur atas kata-kata “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’atIslam bagi pemeluk-pemeluknya,” dalam Piagam Jakarta. Sebelum rapatPPKI tanggal 18 Agustus 1945, Drs. Moh. Hatta dan Ir. Sukarno memintaempat tokoh Islam, yakni Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. KasmanSingodimejo, dan Mr. Teuku Moh. Hassan untuk membicarakan haltersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari perdebatan panjang dalamrapat PPKI. Akhirnya mereka sepakat kata-kata yang menjadi ganjalan bagimasyarakat Indonesia Timur itu diubah menjadi “Ketuhanan Yang MahaEsa.”

Dengan demikian, rumusan dasar negara yang resmi bukan rumusanrumusanindividual yang dikemukakan oleh Mr. Mohammad Yamin, Prof.Dr. Mr. Supomo, maupun Ir. Sukarno. Dasar negara yang resmi juga bukanrumusan Panitia Kecil. Pancasila Dasar Negara yang resmi adalah rumusanyang disahkan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Rumusan itu berbunyi,sebagai berikut:1. Ketuhanan Yang Maha Esa.2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.3. Persatuan Indonesia.4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

C. Tokoh-tokoh Persiapan Kemerdekaan1. Mengenal tokoh-tokoh persiapan kemerdekaanAda banyak tokoh yang berperan dalam usaha persiapan kemerdekaan.Tentu saja kita tidak akan dapat membahas semua tokoh dan perannyadalam persiapan kemerdekaan. Berikut ini akan dibahas beberapa tokohpersiapan kemerdekaan, yaitu:a. Ir. Sukarno (1901-1970)Sukarno dilahirkan tanggal 6 Juni 1901. Beliau menjadi tokoh pentingdalam persiapan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1928 beliau mendirikanPartai Nasional Indonesia. Pada tahun 1930-an, karena perjuangannyabeliau sering masuk penjara dan harus menjalani hidup di pengasingan.Menjelang kemerdekaan, beliau menjadi anggota BPUPKI dan menjadiketua PPKI. Sumbangan pemikiran dan perannya dalam kedua badan inisangat menonjol. Pada tanggal 1 Juni 1945 beliau menyampaikan usuldasar-dasar negara dalam sidang BPUPKI. Beliau juga yang mengusulkannama Pancasila bagi dasar negara Indonesia.Bersama dengan Bung Hatta, sebagai wakil rakyat Indonesia beliaumemproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1948 bersamadengan para pemimpin bangsa Indonesia lainnya, beliau diasingkan keBangka. Pada tahun 1949 beliau dipulangkan ke Yogyakarta dan dipilihmenjadi presiden RIS.Beliau menyerahkan pemerintahan kepada Jenderal Suharto padatanggal 20 Februari 1967. Pada tanggal 21 Juni 1970 beliau wafat di RumahSakit Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta setelah menderita sakit ginjalagak lama. Bung Karno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.b. Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat (1879-1952)Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningratadalah seorang dokter dan tokoh pergerakan.Peran beliau sangat menonjol menjelangkemerdekaan Indonesia. Khususnya ketikabangsa kita sedang merumuskan dasardasarnegara.Beliau masuk Budi Utomo sejak organisasiitu berdiri. Beliau termasuk anggotaVolksraad angkatan pertama ketika lembagaini dibentuk oleh Pemerintah Hindia Belandapada tahun 1918. Beliau menjadi anggotaVolksraad hingga tahun 1931. Pada zamanpendudukan Jepang, beliau menjadi anggotaDewan Pertimbangan Daerah Madiun, kemudianditarik ke pusat menjadi anggotaDewan Petimbangan Pusat. Setelah Puteraterbentuk, beliau duduk dalam Majelis Pertimbangan.Puncak peranannya terjadi ketikabeliau menjadi ketua BPUPKI menjelangkemerdekaan Indonesia.Gambar 7.6 Dr. K.R.T. RadjimanWedyodinngrat, Ketua BPUPKI.

Sumber: Risalah Sidang BPUPKI-PPKIc. Prof. Dr. Mr. Supomo (1903-1958)Supomo dilahirkan di Sukoharjo, Solo. Setelah tamat dari SekolahTinggi Hukum, beliau melanjutkan studi ke Universitas Leiden, Belanda,dan memperoleh gelar doktor di sana. Sekembalinya di tanah air, beliaubekerja di Pengadilan Negeri Yogyakarta.Supomo terpilih menjadi anggota BPUPKI dan PPKI. Beliau sangat berperandalam perumusan UUD 1945. Sebagai seorang ahli hukum, beliaumenjadi anggota tim perumus Undang-Undang Dasar. Beliau juga mengusulkandasar-dasar negara pada rapat BPUPKI tanggal 31 Mei 1945. SetelahIndonesia merdeka, beliau menjadi menteri kehakiman. Sesudahpengakuan kedaulatan (1949) beliau kembali menduduki jabatan itu.Beliau terlibat aktif dalam dunia pendidikan. Beliau merintis pendirianUniversitas Gajah Mada dan menjadi salah satu guru besar dalam universitastersebut. Beliau juga pernah menjabat rektor Universitas Indonesia.d. Mohammad Hatta (1902-1980)Mohammad Hatta lahir di Bukit Tinggi, 12 Agustus 1902. Ketika menjadimahasiwa di Belanda beliau sudah aktif dalam gerakan mahasiswa nasionalis.Sepulang dari Belanda beliau bergabung dengan PNI. Tahun 1934beliau ditangkap dan dimasukkan penjara kemudian dibuang ke Digul.Menjelang kemerdekaan, beliau terpilih menjadi anggota BPUPKI.Perannya sangat besar. Beliau masuk dalam Panitia Sembilan yang menghasilkanPiagam Jakarta. Bersama dengan Bung Karno, beliau memproklamasikankemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka beliau mendampingiBung Karno menjadi wakil presiden.Pada tahun 1956 beliau mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden.Setelah itu, beliau mengabdikan diri sebagai guru besar ilmu ekonomi diUniversitas Indonesia. Setelah pemerintahan Bung Karno runtuh beliaudiangkat menjadi penasihat khusus dan beberapa kali menjadi ketua misiinternasional. Beliau wafat di Jakarta pada tanggal 14 Maret 1980.e. Muhammad Yamin (1903 - 1962)Muhammad Yamin adalah seorang ahli hukum, tokoh pergerakan kemerdekaan,penyair angkatan Pujangga Baru, dan penggali sejarah Indonesia.Sejak muda beliau sudah berkecimpung dalam kegiatan organisasi.Bersama Bung Hatta ia mendirikan Jong Sumatranen Bond. Dalam gerakanpolitik ia mula-mula bergabung dengan Partindo.Menjelang kemerdekaan Indonesia, beliau terpilih menjadi anggotaBPUPKI. Beliau salah seorang yang mengajukan usul dasar negara dalamrapat BPUPKI tanggal 29 Mei 1945. Beliau juga menjadi anggota PanitiaKecil yang merumuskan Piagam Jakarta.Ketika Indonesia merdeka beliau beberapa kali memangku jabatanmenteri dan menjadi anggota DPR/MPRS. Sebagai sastrawan beliau menulisbanyak karya sastra yang meliputi sajak dan naskah drama. Studisejarahnya menghasilkan karya seperti “Gajah Mada”, “Sejarah PeperanganDiponegoro”, dan lain-lain.f. Ahmad Subarjo (1896-1978)Ahmad Subarjo adalah pejuang kemerdekaan dari golongan tua.Semasa kuliah beliau giat dalam Perhimpunan Indonesia. Menjelang proklamasikemerdekaan, ia duduk dalam keanggotaan BPUPKI. Beliau jugatermasuk dalam Panitia Sembilan yang menghasilkan Piagam Jakarta.Perannya yang sangat penting adalah menjadi penengah antara golonganmuda dan Sukarno dalam peristiwa Rengas Dengklok.Setelah Indonesia merdeka, ia diangkat sebagai Menteri Luar NegeriRI dalam Kabinet Presidensial. Setelah penyerahan kedaulatan, Subarjobeberapa kali diangkat sebagai anggota delegasi Indonesia dalam perundingandengan sejumlah pemerintah asing. Setelah tidak aktif dalam bidangdiplomasi dan pemerintahan, beliau memberi kuliah di berbagai universitas,antara lain di Universitas Indonesia.2. Menghormati usaha para tokoh dalammempersiapkan kemerdekaanKita pantas menghargai usaha tokoh-tokoh bangsa dalam mempersiapkankemerdekaan kita. Berkat usaha mereka, kita dapat hidup di alammerdeka dan menikmati sistem ketatanegaraan yang mereka perjuangkan.Bentuk penghormatan kepada mereka dapat kita ungkapkan dengan mengenangjasa-jasa mereka. Kita juga bisa berziarah ke makam mereka daberdoa untuk mereka.Bentuk penghargaan yang tak kalah penting adalah mencontoh sikapsikappositif yang mereka tunjukkan dan meneruskan perjuangan mereka.Sikap positif tokoh-tokoh bangsa yang patut kita contoh antara lain:1. Rela berjuang demi bangsa dan negara.2. Berpendirian tetapi juga menghormati pendapat orang lain. Para tokohbangsa terkenal memegang teguh pendapat dan memperjuangkan pendapatnya.

Namun, ketika suatu kesepakatan bersama telah diambil denganlapang dada mereka menerima keputusan itu.Karya mereka membangun dasar negara harus kita teruskan agar sendisendinegara ini makin kokoh. Undang-Undang Dasar 1945 yang merekahasilkan merupakan karya yang amat mengagumkan. Namun demikian,seiring dengan perkembangan zaman undang-undang dasar itu ternyatadirasa perlu untuk disempurnakan. Maka kita mengenal adanya amandementerhadap UUD 1945. Usaha ini harus tetap kita lakukan agar terciptasuatu sistem yang lebih baik. Ini menjadi tugas kita sekarang sebagai generasipenerus bangsa.

RANGKUMAN

Ada banyak hal yang harus dipersiapkan ketika sebuah negara baruberdiri. Tugas berat ini diemban oleh pemimpin-pemimpin bangsa yangduduk menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha KemerdekaanIndonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia(PPKI).BPUPKI bertugas mempelajari dan meneyelidiki hal-hal penting untukmendirikan Indonesia merdeka. BPUPKI diketuai oleh Dr. K.R.TRajiman Wedyodiningrat. BPUPKI mengadakan dua kali masa sidangresmi. Selama masa ini, dengan sungguh-sungguh memikirkan bentuknegara yang akan segera berdiri. BPUPKI akhirnya menghasilkan RancanganUndang-Undang Dasar 1945.PPKI dibentuk setelah BPUPKI menyelesaikan tugasnya. PPKI diketuaioleh Ir. Sukarno. Lembaga ini bertugas mempersiapkan segala sesuatuberkaitan dengan masalah ketatanegaraan bagi Indonesia baru.PPKI melakukan beberap kali persidangan. Hasil persidangan PPKI,antara lain: mengesahkan UUD 1945, memilih Presiden dan Wakil Presiden,membentuk 12 departemen, dan menetapkan pembagian wilayahnegara RI menjadi 8 provinsi.Bentuk negara dan dasar negara dibahas secara sungguh-sungguholeh anggota BPUPKI dan PPKI. Banyak tokoh yang mengusulkan bentuknegara. Selain itu, ada tiga tokoh yang mengusulkan dasar negara,yaitu Mohammad Yamin, Supomo, dan Sukarno. Nama “Pancasila” untukdasar negara diusulkan oleh Ir. Sukarno.Rumusan dasar negara, Pancasila, terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Rumusan itu bukan rumusan dasar negarayang diusulkan Mohammad Yamin, Supomo, maupun Sukarno. Rumusandasar negara dalam Pembukaan UUD 1945 berbunyi:1. Ketuhanan Yang Maha Esa.2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.3. Persatuan Indonesia.4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

EVALUASI

I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!1. Kemerdekaan Indonesia sudah dipersiapkan sejak ... .a. pasukan Jepang terdesak oleh pasukan Sekutub. Jepang masuk Indonesiac. Inggris menduduki Indonesiad. Jauh hari sebelum kesempatan memproklamasikan kemerdekaantiba2. Tujuan Perdana Menteri Koiso mengumumkan Indonesia akan diberikemerdekaan di kemudian hari adalah ... .a. agar rakyat Indonesia bahagiab. agar tentara Sekutu tidak disambut sebagai pembebas tetapipenyerbuc. agar para tokoh mempersiapkan diri dalam pencalonan presidend. agar rakyat berterimakasih pada Jepang3. Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia(BPUPKI) adalah ... .a. Kumakici Harada c. Ichibangaseb. Sukarno d. Radjiman Wedyodiningrat4. Jenderal Kuniaki Koiso mengumumkan bahwa Indonesia akan dimerdekakansetelah ... .a. bangsa Indonesia mandirib. tercapai kemenangan akhir dalam perang Asia Timur Rayac. bangsa Indonesia membantu melawan Sekutu

d. BPUPKI selesai melakukan tugasnya5. Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) adalah ... .a. Sukarno c. Drs. Mohammad Hattab. Ahmad Subarjo d. Radjiman Wedyodiningrat6. Pernyataan tentang PPKI berikut ini yang benar adalah ... .a. PPKI diterima secara total oleh rakyat Indonesiab. PPKI dibentuk sebelum BPUPKIc. PPKI berjasa dalam menyiapkan UUD bagi negara Indonesiad. PPKI tidak berhasil mengesahkan UUD

7. Sidang PPKI 19 Agustus 1945 memutuskan wilayah Indonesia dibagimenjadi ... .a. enam provinsi c. enam negara bagianb. delapan provinsi d. delapan negara bagian8. Berikut ini tokoh yang mengusulkan dasar-dasar negara adalah ... .a. Ahmad Subarjo c. Muhammad Yaminb. Mohammad Hatta d. Wachid Hasyim9. Nama “Pancasila” untuk dasar negara diusulkan oleh ... .a. Ahmad Subarjo c. Mr. Muhammad Yaminb. Ir. Sukarno d. Prof. Dr. Mr. Supomo10. Piagam Jakarta (Jakarta Charter) dirumuskan oleh ... .a. BPUPKI c. PPKIb. Panitia Kecil d. Panitia Sembilan11. Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar diketuai oleh ... .a. Ahmad Subarjo c. Muhammad Yaminb. Sukarno d. Supomo12. Proklamator kemerdekaan Indonesia adalah ... .a. Sukarno-Hatta c. Sukarno-Ahmad Subarjob. Supomo-Yamin d. Supomo-Hatta13. Tokoh pergerakan kemerdekaan yang juga dikenal sebagaipenyair angkatan Pujangga Baru, adalah ... .a. Ahmad Subarjo c. Muhammad Yaminb. Sukarno d. Supomo14. Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah ... .a. Pancasila c. liberalismeb. komunisme d. Sosialisme15. Dokuritsu Zumbi Coosakai adalah nama Jepang untuk ... .a. PPKI c. Panitia Kecilb. BPUPKI d. Panitia SembilanII. Isilah titik-titik di bawah ini!1. Pembentukan BPUPKI diumumkan oleh Pemerintah Militer Jepangdi Jawa pada tanggal ... .2. Tugas BPUPKI adalah ... .3. Kepala kantor tata usaha BPUPKI adalah ... .4. PPKI dibentuk pada tanggal ... dan baru bersidang tanggal ... .5. Pada tanggal 23 Agustus 1945 Presiden Sukarno mengumumkanterbentuknya tiga badan, yaitu ... , ... , dan ... .6. Kedudukan Ahmad Subarjo dalam PKKI adalah sebagai ... .7. BKR adalah singkatan dari ... .8. Panitia Sembilan menghasilkan suatu naskah yang kemudian disebut... atau ... .9. Tokoh-tokoh yang diminta oleh Sukarno-Hatta untuk membicarakankeberatan rakyat Indonesia Timur atas rumusan Piagam Jakartaadalah ..., ..., ..., dan ... .10. UUD 1945 disahkan PPKI pada tanggal ... .III. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!1. Sejak kapan kemerdekaan Indonesia dipersiapkan?2. Mengapa sila pertama dalam Piagam Jakarta diubah?3. Manakah rumusan dasar negara yang otentik?4. Sebutkan 10 tokoh yang berperan dalam mempersiapkan kemerdekaandan dasar negara Indonesia!5. Sifat apa saja yang harus kita teruskan dari para tokoh yang mempersiapkankemerdekaan Indonesia?

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 5Untuk SD/MI Kelas 5

\