Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
i
GAMBARAN ASUPAN ENERGI DAN NATRIUM PADA PENDERITA
GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI RAWAT INAP DI
RSUD Dr.H. MOCH.ANSARI SALEH BANJARMASIN
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma III (tiga) kesehatan Bidang Gizi
Oleh :
MERI GRISINTA
Nomor Induk Mahasiswa PO.62.31.3.17.296
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
JURUSAN GIZI
2020
ii
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
GAMBARAN ASUPAN ENERGI DAN NATRIUM PADA PENDERITA
GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RSUD
Dr.H. MOCH.ANSARI SALEH BANJARMASIN
Oleh
Meri Grisinta
NIM. PO.62.31.3.17.296
Laporan Tu gas Akhir ini telah memenuhi persyaratan dan diujikan pada
Hari/Tanggal : Selasa / 09 /Juni/2020
Waktu : 08.00 – 09.30
Tempat : Ruang I
Pembimbing
Fretika Utami Dewi, S.Gz, M.Pd
NIP. 19780218 200012 2 004
iii
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI
TIM PENGUJI
Laporan Tugas Akhir ini Telah Diuji dan Dinilai
Tanggal 09 Juni 2020
Tim Penguji
Tanda Tangan
Ketua : Karina S.A.Sawong,S.Gz.,RD
NIP. 19870922 200903 2 001 (.................................)
Anggota : Fretika Utami Dewi S.Gz,M.Pd
NIP. 19780218 200012 2 004 (.................................)
Retno Ayu Hapsari, S.Gz, MNut & Diet
NIP.19861107 201012 2 002 (.................................)
iv
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir dengan Judul
GAMBARAN ASUPAN ENERGI DAN NATRIUM PADA PENDERITA
GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI RAWAT INAP DI
RSUD Dr.H. MOCH.ANSARI SALEH BANJARMASIN
Telah dilaksanakan tanggal 09 Juni 2020
Mengesahkan,
Pembimbing
Fretika Utami Dewi, S.Gz, M.Pd
NIP. 19780218 200012 2 004
Direktur,
Dhini, M. Kes
NIP. 19650401 198902 2 002
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
v
v
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Meri Grisinta
NPM : PO.62.31.3.17.296
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang berjudul “ Gambaran
Asupan Energi dan Nantrium Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Rawat Inap di RSUD Dr.H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin ”
berdasarkan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari Penulis sendiri,
baik untuk naskah laporan maupun kegiatan yang tercantum sebagai bagian dari
Tugas Akhir ini. Jika terdapat karya orang lain, penulis akan mencantumkan
sumber yang jelas.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya
bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan norma yang berlaku.
Palangka Raya, 09 Juni 2020
Yang membuat pernyataan,
MERI GRISINTA
NIM.PO.62.31.3.17.296
ABSTRAK
vi
vi
JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
Tugas Akhir, 09 Juni 2020
Meri Grisinta dan Fretika Utami Dewi
“GAMBARAN ASUPAN ENERGI DAN NATRIUM PADA PENDERITA
GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RSUD
Dr.H. MOCH.ANSARI SALEH BANJARMASIN”
Iii, v bab, 51 halaman, 11 tabel , Daftar gambar 1, 5 Lampiran
Latar belakang : Angka kejadian gagal ginjal kronis di Indonesia berdasarkan
data dari Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi gagal ginjal kronis 0,2% dari
penduduk Indonesia. Pemberian energi cukup penting untuk mencegah
katabolisme, asupan natrium merupakan salah satu syarat diet pasien Gagal Ginjal
Kronik (GGK). Asupan natrium berhubungan erat dengan kontrol tubuh terhadap
volume ekstraseluler. Tujuan : mengetahui gambaran asupan energi dan natrium
pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani rawat inap di RSUD
Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Metode penelitian : desain penelitian
cross sectional yang dilaksanakan tanggal 09 april - 4 Mei 2020. Jumlah sampel
sebanyak 6 orang. Data asupan energi dan natrium diperoleh dari hasil asupan
melalui comstok selama 2 hari dan dianalisis menggunakan nutri survey kemudian
menghitung rata-rata. Hasil : berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sampel
berusia < 60 tahun dan > 60 tahun jumlahnya seimbang (33,3%) dan berjenis
kelamin perempuan sebesar 66,6 %, Asupan energi sampel penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani rawat inap termasuk kedalam defisit besar sebesar 50 %
dan asupan natrium pasien termasuk ke dalam kategori defisit besar sebesar
100%. Kesimpulan : asupan energi dan natrium sampel termasuk ke dalam
kategori defisit.
Kata kunci : Asupan Energi, Asupan natrium, Penderita Gagal Ginjal Kronik
Daftar pustaka : 29 bacaan ( 1999-2016)
vii
vii
ABSTRACT
NUTRITIONAL DEPARTMENT
HEALTH POLYTECHNIC OF KEMENKES PALANGKA RAYA
Final Project, 09 June 2020
Meri Grisinta and Fretika Utami Dewi
"DESCRIPTION OF ENERGY AND SODIUM INTAKE IN CHRONIC
KIDNEY FAILED PATIENTS WHO ARE HAVING IN HOSPITAL IN
HOSPITAL Dr.H. MOCH.ANSARI BY BANJARMASIN "
III, V chapters, 51 pages, 11 tables, List of figures 1, 5 attachments
Background: The incidence of chronic kidney failure in Indonesia is based on data
from Riskesdas in 2013, the prevalence of chronic kidney failure is 0.2% of the
Indonesian population. Enough energy is important to prevent catabolism, sodium
intake is one of the dietary requirements for patients with chronic kidney failure.
Sodium intake is closely related to body control over extracellular volume.
Objective: to know the description of energy and sodium intake in patients with
chronic kidney failure who are hospitalized in Dr.H.Moch Regional Hospital.
Ansari Saleh Banjarmasin. Research methods: cross sectional study design
conducted on 09 April - 4 May 2020. The number of samples was 6 people. Data
on energy and sodium intake were obtained from intake through stockpiles for 2
days and analyzed using a nutri survey and then calculated the average. Results:
based on research that has been carried out samples aged <60 years and> 60 years
the number is balanced (33.3%) and female sex is 66.6%, energy intake of
samples of patients with chronic kidney failure undergoing hospitalization is
included in a large deficit of 50% and sodium intake of patients included in the
category of a large deficit of 100%. Conclusion: Energy intake and sample
sodium are included in the deficit category.
Keywords: Energy intake, sodium intake, patients with chronic kidney failure
Bibliography: 29 readings (1999-2016)
viii
viii
LEMBAR RIWAYAT HIDUP
Memuat nama, tempat tanggal lahir, agama, No HP, email, alamat, dan
riwayat pendidikan.
contoh halaman riwayat hidup :
Nama : Meri Grisinta
Tempat Tanggal lahir : Gagutur 25- 05 – 2000
Agama : Khatolik
HP : 082350827762
Email : [email protected]
Alamat : Desa gagutur dalam ( Barito selatan)
Riwayat pendidikan :
1. 2005 -2011 : SD 2 Gunung Bintang Awai
2. 2011-2014 : SMP 8 Palangka Raya
3. 2014-2017
4. 2017 -2020
: SMA 4 Palangka Raya
: Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
ix
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan
syukur sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir
dengan tepat waktu. Laporan tugas akhir ini di susun sebagai salah satu syarat
dalam memenuhi tugas akhir Program Studi Diploma III Gizi pada semester
enam.
Peneliti menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan
tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung maka pada kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Dhini,M.Kes selaku direktur Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Palangka Raya.
2. Ibu Nila Susanti,SKM, MPH selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Kementrian kesehatan Palangka Raya.
3. Bapak Teguh Supriyono,STP,M si selaku ketua program studi
Diploma III Gizi Politeknik kesehatan Kementrian Kesehatan
Palangka Raya
4. Ibu Fretika Utami Dewi, S.Gz,M.Pd sebagai pembimbing laporan
tugas akhir yang telah meluangkan waktu, tenaga, arahan, masukan,
dan menyumbangkan pemikiran dengan kesabaran kepada penulis
dalam proses pembuatan laporan tugas akhir.
x
x
5. Dosen dan Staf Politeknik Kesehatan kementrian kesehatan Palangka
Raya, Jurusan Gizi baik Prodi Diploma III dan Prodi Sarjana Terapan
Gizi dan Dietetika yang telah memberikan bantuan melalui proses
pembelajaran.
6. Ayah, Ibu, Saudara, dan keluarga tercinta atas segala dukungan moral,
material dan doa untuk peneliti, sehingga dapat menyelesaikan laporan
tugas akhir ini dengan tepat waktu.
7. Orang terkasih, yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan
moral, dan meluangkan waktu serta pemikiran dalam proses penulisan
laporan tugas akhir ini.
8. Semua rekan-rekan mahasiswa (i) Diploma III Reguler XVIII Prodi
Diploma III Gizi, yang telah banyak memberikan bantuan dalam
berbagai bentuk demi kelancaran penyusunan laporan tugas akhir ini.
Peneliti mengaku dalam penulisan laporan tugas akhir ini masih banyak
kekurangan dan masih belum sempurna. Peneliti membuka saran dan akan
menerima masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan penelitian salanjutnya. Semoga laporan tugas akhir ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak
Palangka Raya, Juni 2020
Meri Grisinta
xi
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ............................................... iii
LEMBAR PENGESAHAAN ................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN .............................................. v
ABSTRAK ............................................................................................. vi
ABSTRACT ........................................................................................... vii
LEMBAR RIWAYAT HIDUP .............................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................ ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumus Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan .............................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI ..................................................................... 7
1. Gagal Ginjal Kronik ................................................................ 7
a. Pengertian Gagal Ginjal Kronik ......................................... 7
2. Etiologi Gagal ginjal kronik .................................................... 8
3. Gejala gagal ginjal kronik ........................................................ 8
4. Pencegahan gagal ginjal kronik ............................................... 10
5. Terapi gizi pada pasien Gagal ginjal kronik ............................ 12
xii
xii
6. Tahapan Gagal ginjal kronik .................................................... 13
7. Penyebab Gagal ginjal kronik ................................................. 14
8. Komplikasi hematologis ......................................................... 15
9. Penatalaksanaan diet Gagal ginjal kronik .............................. 19
a. Tujuan Diet Gagal ginjal kronik ....................................... 20
b. Syarat Diet Gagal ginjal kronik ......................................... 21
c. Perhitungan kebutuhan zat gizi pada penderita
Gagal ginjal kronik ........................................................... 21
10. Asupan zat gizi ....................................................................... 23
A. Energi ................................................................................ 23
B. Natrium ........................................................................ ..... 24
B. Kerangka Konsep .......................................................................... 26
C. Definisi Operasional ...................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang lingkup penelitian ............................................................ 30
B. Rancangan penelitian .................................................................. 30
C. Populasi Dan sampel ................................................................... 30
D. Variabel penelitian ...................................................................... 32
E. Jenis data ..................................................................................... 32
F. Cara pengumpulan data ............................................................... 32
1. Data primer ........................................................................... 32
2. Data sekunder ....................................................................... 33
3. Prosedur ................................................................................ 33
G. Pengolahan data .......................................................................... 34
H. Analisis data ............................................................................... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 35
B. Analisis Univariat ....................................................................... 38
1. Karakteristik sampel ............................................................ 38
xiii
xiii
a) Jenis kelamin .................................................................. 38
b) Umur ............................................................................... 40
c) Pekerjaan ......................................................................... 41
d) Pendidikan ....................................................................... 42
e) Status Gizi ...................................................................... 43
2. Asupan Sampel ..................................................................... 45
a) Energi .............................................................................. 45
b) Natrium ........................................................................... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 50
B. Saran ........................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi penyebab Gagal ginjal kronik ......................... ......... 15
Tabel 2.2 Perhitungan kebutuhan Zat gizi ....................................... ........ 21
Tabel 2.3 Koreksi BB pada odema dan ascites ......................................... 22
Tabel 2.4 Status gizi Menurut Lila ......................................................... 22
Tabel 2.5 Status gizi Menurut IMT ......................................................... 23
Tabel 4.1 Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin ...................... 39
Tabel 4.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan
Jenis kelamin dan Umur ........................................................................... 40
Tabel 4.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Pekerjaan .......................... 41
Tabel 4.4 Karakteristik Sampel Berdasarkan Pendidikan ................ ...... 42
Tabel 4.5 Karakteristik Sampel Berdasarkan Status Gizi ...................... 43
Tabel 5.1 Asupan Energi Sampel ............................................................ 45
Tabel 5.2 Asupan Natrium Sampel ....................................................... 46
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 kerangka konsep .............................................................. 26
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 perhitungan
Lampiran 2 Data Pasien
Lampiran 3 Data karakteristik
Lampiran 4 surat pernyataan
Lampiran 5 Formulir asupan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit gagal ginjal kronis adalah penyakit yang disebabkan karena
kerusakan fungsi ginjal secara terus menerus dan tidak dapat diubah, sehingga
tubuh tidak mampu mempertahankan metabolisme tubuh terutama menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit yang akhirnya pasien mengalami uremia
(Smeltzer, Bare, 2010). Penderita gagal ginjal kronik mengalami kerusakan
ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali sehingga tubuh tidak
mampu memelihara metabolisme dan gagal dalam mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat terjadinya peningkatan
ureum (Anggraini, 2015).
Angka kejadian gagal ginjal kronis di Indonesia berdasarkan data dari
Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi gagal ginjal kronis 0,2% dari penduduk
Indonesia (Balitbang Kesehatan Kemenkes RI, 2013). Laporan Menurut data
Profil Kesehatan Indonesia (2006), gagal ginjal menempati urutan ke enam
sebagai penyebab kematian pasien yang dirawat di rumah sakit. Diperkirakan
jumlah penderita gagal ginjal kronik di Indonesia sebesar 12,5 % atau sekitar
18 juta orang (Kemenkes RI, 2016).
Penyebab kerusakan fungsi ginjal secara terus menerus dan tidak dapat
diubah, sehingga tubuh tidak mampu mempertahankan metabolisme tubuh
terutama menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit yang akhirnya pasien
2
mengalami uremia. Penderita gagal ginjal kronik mengalami kerusakan ginjal
yang progresif dan tidak dapat pulih kembali sehingga tubuh tidak mampu
memelihara metabolisme dan gagal dalam mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit yang berakibat terjadinya peningkatan ureum (Smeltzer,
Bare, 2010).
Asupan energi yang adekuat diperlukan untuk mencegah katabolisme
jaringan tubuh. Sumber energi bisa diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan
protein. Apabila asupan energi terpenuhi sesuai kebutuhan maka status gizi
akan optimal karena asupan energi yang cukup tidak akan menimbulkan mual
dan muntah (Almatsier dkk 2005).
Menurut Almatsier (2006), pada orang dewasa energi diberikan yaitu
adalah 35-40 kkal/kgBB/hari. Pemberian energi cukup penting untuk
mencegah katabolisme, karena ini tidak saja mengurangi kemampuan
jaringan, tetapi juga pelepasan nitrogen yang dikeluarkan melalui ginjal
(Moore, 1997).
Asupan natrium merupakan salah satu syarat diet pasien Gagal Ginjal
Kronik (GGK). Asupan natrium berhubungan erat dengan kontrol tubuh
terhadap volume ekstraseluler. (Triatmoko, 2015). Kadar natrium dalam tubuh
58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5mEq/kgBB dapat berubah-ubah.
Ekresi Natrium dalam urine 100 - 180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan
keringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).
3
Menurut penelitian Davies et al (2009), pemberian rendah natrium
pada penderita GGK dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lolyta dkk (2011), di RS Telogorejo Semarang
juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan
natrium terhadap tekanan darah pasien GGK. Penelitian ini menunjukkan
bahwa tingginya asupan natrium mengakibatkan ginjal mengalami kesulitan
untuk mengeluarkannya sehingga natrium di dalam tubuh meningkat.
Menurut penelitian Muliyati dkk (2011), konsumsi natrium berlebih
menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium sehingga terjadi peningkatan
volume cairan ekstraseluler. Peningkatan volume cairan ekstraseluler akan
dinormalkan dengan cara cairan intraseluler ditarik ke luar. Meningkatnya
volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan
volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Menurut teori William
(1999) menyatakan akibat peningkatan tekanan darah pada jangka panjang
dapat menyebabkan penebalan dinding ventrikel kiri dan beberapa penyakit
penyerta pada penderita GGK seperti diabetes mellitus dan hipertensi dapat
mempercepat buruknya fungsi ginjal penderita.
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian tertarik untuk melakukan
suatu penelitian tentang gambaran Asupan energi dan natrium pada penderita
gagal ginjal kronik yang menjalani rawat inap di RSUD Dr.H.Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin.
4
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran asupan energi dan natrium pada penderita gagal
ginjal kronik yang menjalani rawat inap di RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh
Banjarmasin ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
asupan energi dan natrium pada penderita gagal ginjal kronik yang
menjalani rawat inap di RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
2. Tujuan Khusus
Beberapa tujuan khusus yang ingin diperoleh melalui penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi karakteristik sampel meliputi umur, jenis kelamin,
Status gizi, pendidikan, dan pekerjaan penderita gagal ginjal kronik
yang menjalani rawat inap di RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin.
b. Menghitung kebutuhan energi dan natrium pada penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani rawat inap di RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin.
c. Mengidentifikasi asupan energi dan natrium pada penderita gagal
ginjal kronik yang menjalani rawat inap di RSUD Dr.H.Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin.
5
d. Menganalisis asupan energi dan natrium pada penderita Gagal ginjal
kronik yang menjalani rawat inap di RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh
Banjarmasin.
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Melalui penelitian ini mahasiswa dapat menerapkan dan
memanfaatkan ilmu yang di dapatkan selama pendidikan dan dapat
menambah pengetahuan dan pemahaman dalam melaksanakan laporan
tugas akhir tentang gambaran asupan energi dan natrium pada penderita
gagal ginjal kronik yang menjalani rawat inap di RSUD Dr.H.Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin.
2. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan
sebagai manfaat bagi rumah sakit dan pasien mengenai gambaran asupan
energi dan natrium pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani
rawat inap di RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
6
3. Bagi Institusi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan bagi mahasiswa serta dapat dijadikan sebagai referensi
dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan gambaran asupan
energi dan natrium pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani
rawat inap di RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Definisi gagal ginjal kronik
Penyakit gagal ginjal kronis adalah penyakit yang disebabkan
karena kerusakan fungsi ginjal secara terus menerus dan tidak dapat
diubah, sehingga tubuh tidak mampu mempertahankan metabolisme
tubuh terutama menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit yang
akhirnya pasien mengalami uremia (Smeltzer, Bare, 2010). Penderita
gagal ginjal kronik mengalami kerusakan ginjal yang progresif dan
tidak dapat pulih kembali sehingga tubuh tidak mampu memelihara
metabolisme dan gagal dalam mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit yang berakibat terjadinya peningkatan ureum (Anggraini,
2015).
Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) adalah keadaan
dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara
perlahan – lahan (menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal.
Peyakit ini bersifat progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali
(irreversibel). Gejala penyakit ini umumnya adalah tidak ada nafsu
makan, mual, muntah, pusing, sesak nafas, rasa lelah, edema pada kaki
dan tangan serta uremia. Apabila nilai Glomerulo Filtration Rate
(GFR) atau Tes Kliren Kreatinin (TKK) < 25 ml/menit, diberikan diet
rendah protein (Almatsier, 2004).
8
GGK adalah penurunan fungsi ginjal yang menahun mengarah
pada kerusakan jaringan ginjal yang tidak reversible dan progresif.
Adapun GGT (Gagal Ginjal Terminal) adalah fase terakhir dari GGK
dengan faal ginjal sudah sangat buruk. Kedua hal tersebut bisa
dibedakan dengan tes klirens kreatinin (Irwan, 2016).
2. Etiologi Gagal Ginjal Kronik
Etiologi memegang peran penting dalam memperkirakan
perjalanan klinis GGK dan penaggulangannya. Penyebab primer GGK
juga akan mempengaruhi manifestasi klinis yang akan sangat
membantu diagnose, contoh: gout akan menyebabkan nefropati gout.
Penyeban terbanyak GGK dewasa ini adalah nefropati DM, hipertensi,
glomerulus nefritis, penyakit ginjal herediter, uropati obstruki, nefritis
interstitial. Sedangkan di Indonesia, penyebab GGK terbanyak adalah
glomerulus nefritis, infeksi saluran kemih (ISK), batu saluran kencing,
nefropati diabetic, nefrosklerosis hipertensi, ginjal polikistik, dan
sebagainya (Irwan, 2016).
3. Gejala Gagal Ginjal Kronik
Ginjal merupakan organ dengan daya kompensasi tinggi.
Jaringan ginjal sehat akan mengambil alih tugas dan pekerjaan
jaringan ginjal yang sakit dengan meningkatkan perfusi darah ke
ginjal dan filtrasi. Bila jaringan ginjal yang rusak mencapai 75 -85
% maka daya kompensasi tak lagi mencukupi sehingga timbul
9
gejala uremia oleh karena terjadi penurunan zat – zat yang tak bisa
dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal yang sakit. Gagal ginjal pada
tahap awal akan tidak disadari oleh penderitanya, karena gejalanya
umumnya tidak nampak. Tetapi ada pula gejala yang akan
dirasakan pada saat sakit ginjal. Berikut ini merupakan beberapa
gejala yang dapat dirasakan ketika mengalami gagal ginjal adalah
sesak nafas, urin berbau, kencing darah, pembengkakan dan mudah
lelah. Untuk gejala yang dialami oleh penderita GGK umumnya
berupa sindrom uremia yaitu (Irwan, 2016)
a. Gastrointestinal
Nafsu makan menurun, anoreksia, pendarahan
gastrointestinal, mual, muntah, mulut kering, rasa pahit,
pendarahan epitel, diare dan konstipasi.
b. Kulit
Kering, atropi, warna berubah kecoklatan dan gatal
c. Kardiovaskuler
Hipertensi, pembesaran jantung, payah jantung, pericarditis,
dan gagal jantung kongestif.
d. Darah
Anemia, asidosis, pendarahan, kegiatan trombosit menurun,
eritropoetin menurun, dan trombositopenia.
10
e. Neurologi
Apatis, neuropati, perifer, depresi, precoma. Hasil tes
klirens kreatinin adalah sebagai berikut:
a. Gagal Ginjal Dini = > 30 ml / menit
b. Gagal Ginjal Kronik (GGK) = 30 – 5 ml / menit
c. Gagal Ginjal Terminal = ≤ 5 ml / menit
4. Pencegahan Gagal Ginjal Kronik
Penyakit GGK adalah salah satu jenis penyakit tidak menular
yang memiliki angka cukup tinggi, namun demikian penyakit ini
dapat dihindari melalui upaya pencegahan yang meliputi (Irwan,
2016) :
a. Mengendalikan penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, dan juga
penyakit jantung dengan lebih baik. Penyakit ginjal merupakan
salah satu penyakit sekunder akibat dari penyakit primer yang
mendasarinya. Oleh sebab itulah, perlunya mengendalikan dan
mengontrol penyakit primer agar tidak komplikasi menjadi gagal
ginjal.
b. Mengurangi makanan yang mengandung garam adalah salah satu
jenis makanan dengan kandungan natrium yang tinggi. Natrium
yang tinggi bukan hanya bisa menyebabkan tekanan darah
11
meningkat, namun juga akan memicu terjadinya proses
pembentukan batu ginjal.
c. Minumlah banyak air setiap harinya. Air adalah salah satu
komponen makanan yang diperlukan tubuh agar bisa terhindar dari
dehidrasi. Selain itu, air juga bisa berguna dalam membantu untuk
mengeluarkan racun dari dalam tubuh dana kan membantu
mempertahankan volume serta konsentrasi darh. Selain itu air juga
bisa berguna dalam memelihara sistem pencernaan dan membantu
mengendalikan suhu tubuh.
d. Jangan menahan buang air kecil. Penyaringan darah merupakan
salah satu fungsi yang paling utama yang dimiliki ginjal. Disaat
proses penyaringan berlangsung, maka jumlah dari kelebihan
cairan akan tersimpan di dalam kandung kemih dan setelah itu
harus segera dibuang. Walupun kandung kemih mampu
menampung lebih banyak urin, tetapi rasa ingin buang air kecil
akan dirasakan di saat kandung kemih sudah mulai penuh sekitar
120 – 250 ml urin. Sebaiknya jangan pernah menahan buang air
kecil. Hal ini akan berdampak besar dari terjadinya proses
penyaringan ginjal.
e. Makan makanan yang baik. Makanan yang baik adalah makanan
dengan kandungan nutrisi serta gizi yang baik. Sebaiknya hindari
makanan junk food
12
5. Terapi Gizi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Pemberian nutrisi yang tepat untuk penderita GGK sangat perlu
diperhatian untuk menghambat progresifitas kerusakan organ tubuh.
Diet yang diberikan untuk penderita GGK umumnya berupa (Irwan,
2016; Baradero)
1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB ( usia di bawah 60 tahun) dan
30 kkal/kg BB ( usia 60 tahun keatas).
2. Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 g/kg BB. Sebaiknya harus bernilai
biologik tinggi.
3. Lemak cukup,yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total.
Diutamakan lemak tidak jenuh ganda.
4. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi
yang berasal dari protein dan lemak.
5. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria,
atau anuria.banyak natrium yang diberikan antara 1-3 g.
6. Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila aa hiperkalemia (kalium
darah > 5,5 mEq), oliguria, atau anuria.
7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah
pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan (± 500 ml).
8. Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam
folat, vitamin C, dan vitamin D.
13
6. Tahapan gagal ginjal kronik
Gagal ginjal kronik terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak
mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk
kelangsungan hidup. Pada gagal ginjal kronik melewati empat tahap,
yaitu penurunan cadangan ginjal, insufiensi ginjal, gagal ginjal, dan
End-stage renal disease (ESRD).
a. Penurunan cadangan ginjal
1. Sekitar 40-70% nefron tidak berfungsi
2. Laju Filtrasi glomerulus 40-50% normal
3. BUN dan Kreatinin serum masih normal
b. insufiensi ginjal
1. 75-80% nefron tidak berfungsi
2. Laju filtrasi glomerulus 20-40% normal
3. BUN dan Kreatinin serum mulai meningkat
4. Noktura dan poliuria
c. Gagal ginjal
1. Laju filtrasi glomerulus 10-20% normal
2. BUN dan kreatinin serum meningkat
3. Anemia, azotemia, dan asidosis metabolic
4. Berat jenis urine
5. Poliuria dan nokturia
6. Gejala Gagal ginjal
14
d. End-stage renal disease (ESRD)
1. Lebih dari 85% nefron tidak berfungsi
2. Laju filtrasi glomerulus kurang dari 10% normal
3. BUN dan kreatnin tinggi
4. Anemia,azotemia,dan asidosis metabolic
5. Berat jenis urine tetap 1,010
6. Oliguria
7. Gejala gagal ginjal (Baradero,Dayrit,dan Siswadi 2008).
7. Penyebab Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal
yang progresif dan ireversibel yang berasal dari berbagai penyebab.
Angka perkembangan penyakit ginjal kronik ini sangat bervariasi.
Perjalanan ESRD hingga tahap terminal dapat bervariasi dari 2-3
bulan hingga 30-40 tahun. Penyakit gagal ginjal kronik yang tersering
dapat dibagi, menjadi delapan kelas seperti yang tercantum pada tabel
15
Tabel 2.1 Klasifikasi Penyebab Gagal Ginjal Kronik
Klasifikasi Penyebab gagal ginjal kronik
Klasifikasi penyakit Penyakit
Penyakit infeksi tubulointerstinal Pielonefritis kronik atau refluks
nefropati
Penyakit peradangan Glomerulonefritis
Penyakit vascular hipertensif Nefrosklerosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteri renalis
Gangguan jaringan ikat Lupus eritematosus sistemik
Poliarteris nosoda
Sklerosis sistemik progresif
Gangguan congenital dan herediter Penyakit ginjal polikistik
Asidosis tubulus ginjal
Penyakit meetabolik Diabetes mellitus
Gout
Hiperparatiroidisme
Amiloidosis
Nefropati toksik Penyalah gunaanb analgesic
Nefropati timah
Nefropati Obstruktif Traktus urinarius bagian atas:
batu,neoplasma, fibrosis
retroperitoneal
Traktur urinarius bagian bawah:
Hipertrofi prostat, striktur, uretra,
anomaly congenital leher vesika
urinaria dan (uretra)
(Price dan Wilson 2005).
8. Komplikasi Hematologis
Komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang memerlukan
pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup :
16
a. Anemia
Anemia pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh
produksi eritropoietin yang tidak adekuat oleh ginjal. Ginjal
merupakan sumber utama eritropoietin, yaitu faktor pertumbuhan
hematopoietik yang memacu pembentukan sel darah merah, dan
diobati dengan pemberian eritropoietin subkutan atau intravena.
Hal ini hanya bekerja bila kadar besi, folat, dan vitamin B12
adekuat dan pasien dalam keadaan baik. Sangat jarang terjadi,
antibody dapat terbentuk melawan eritropoietin yang diberikan
sehingga terjadi anemia aplastik.
Walaupun pembekuan darah normal, namun fungsi trombosit
terganggu dan waktu perdarahan (waktu yang diperlukan suatu
perdarahan akibat luka untuk berhenti) memanjang. Waktu
perdarahan dapat membaik dengan dialysis yang efisien, koreksi
anemia dengan eritropoietin, dan pemberian estrogen konjugasi
(O’Callaghan, 2009).
b. Penyakit vascular dan hipertensi
Penyakit vascular merupakan penyebab utama kematian pada
gagal ginjal kronik. Pada pasien yang tidak menyandang diabetes,
hipertensi mungkin merupakan faktor resiko yan paling penting.
Sebagian besar hipertensi pada penyakit gagal ginjal kronik
disebabkan hipervolemia akibat retensi natrium dan air. Keadaan
17
ini biasanya tidak cukup parah untuk bisa menimbulkan edema,
namun mungkin terjadi ritme jantung tripel (O’Callaghan, 2009).
Hipertensi seperti itu biasanya memberikan respons terhadap
restriksi natrium dan pengendalian volume tubuh melalui dialysis.
Jika fungsi ginjal memadai, pemberian furosemid dapat
bermanfaat. Hipertensi yang tidak memberikan respons terhadap
pengurangan volume tubuh sering kali berkaitan dengan produksi
renin yang berlebihan.
Kelebihan aktivitas simpatis juga dapat berperan.
Vasokontriksi seperti andoletin, hormon antidiuretik atau defisiensi
vasodilator nitrat oksida dapat pula berperan pada hipertensi jenis
ini (O’Callaghan, 2009).
c. Gastrointestinal
Walaupun kadar gastrin meningkat, ulkus peptikum tidak
lebih sering terjadi pasien gagal ginjal kronik dibanding dengan
populasi normal. Namun demikian gejala mual dan muntah,
anoreksia, dan dada terbakar sering terjadi. Insidensi esofagitis
serta angiodiplasia lebih tinggi. Keduanya dapat menyebabkan
perdarahan. Insidensi pakreatitis juga lebih tinggi. Gangguan
pengecap juga dapat berkaitan dengan bau nafas yang menyerupai
urin (O’Callaghan, 2009).
18
d. Endokrin
Pada pria, gagal ginjal kronik dapat menyebabkan kehilangan
libido, impotensi dan penurunan jumlah serta motilitas sperma,
pada wanita sering terjadi kehilangan libido, berkurangnya ovulasi
dan infertilitas. Siklus hormon pertumbuhan yang abnormal dapat
turun berkontribusi dalam menyebabkan retardasi pertumbuhan
pada anak dan kehilangan masa otot pada orang dewasa
(O’Callaghan, 2009).
e. Neurologis dan psikiatrik
Gagal ginjal yang tidak diobati dapat menyebabkan
kelelahan, kehilangan kesadaran dan bahkan koma, seringkali
dengan tanda iritasi neurologis (mencakup tremor, asteriksis,
agitasi, meningitis, peningkatan tonus otot dengan mioklonus,
klonus pergelangan kaki, hiperefleksia, plantar eksensor dan yang
paling berat kejang). Aktivitas Na+/K+ ATPase terganggu pada
uremia dan terjadi perubahan yang tergantung hormon paratiroid
pada transpor kalsium membran yang dapat berkontribusi dalam
menyebabkan neurotransmisi yang abnormal.
Neuropati perifer dapat terjadi manifestasi yang khas adalah
neuropati sensori motorik distal, dengan kehilangan sensori berpola
glove and stocking, dan kelemahan serta kehilangan massa otot
distal.Biasanya terjadi simetris, namun dpata juga terjadi
19
mononeuropati terisolasi serta mengenai saraf cranial. neuropati
automik juga dapat terjadi (O’Callaghan, 2009).
f. Imunologis
Fungsi imunologis terganggu pada gagal ginjal kronik dan
infeksi sering terjadi. Uremia menekan fungsi sebagian besar sel
imun dan dialisis dapat mengaktivasi efektor imun, seperti
komplemen dengan tidak tepat (O’Callaghan, 2009).
9. Penatalaksanaan Diet Gagal Ginjal Kronik
a. Tujuan Diet Gagal Ginjal Kronik (Almatsier, 2008).
Tujuan diet penyakit ginjal kronik dengan dialisis adalah untuk :
1) Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan
kerja ginjal.
2) Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi
(uremia)
3) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
4) Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal,dengan
memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus.
b. Syarat Diet Gagal Ginjal Kronik
1) Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB ( usia di bawah 60 tahun)
dan 30 kkal/kg BB ( usia 60 tahun keatas).
2) Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 g/kg BB. Sebaiknya harus
bernilai biologik tinggi.
20
3) Lemak cukup,yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total.
Diutamakan lemak tidak jenuh ganda.
4) Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi
energi yang berasal dari protein dan lemak.
5) Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria,
atau anuria.banyak natrium yang diberikan antara 1-3 g.
6) Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila aa hiperkalemia (kalium
darah > 5,5 mEq), oliguria, atau anuria.
7) Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah
pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan (± 500 ml).
8) Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam
folat, vitamin C, dan vitamin D.
21
9) Perhitungan Kebutuan Zat Gizi Pada Penderita gagal ginjal
kronik
a. Kebutuhan Zat gizi
Tabel 2.2 Perhitungan kebutuan Zat gizi
Zat Gizi Konservatif
Energi kkal/kgBBI/hari 35 (<60 tahun)
30-35(>60 tahun)
Protein gram/kg
BBA/hari
0,6-0,75
Lemak % total lemak 20-30 % Pasien cenderung mempunyai resiko
terhadap cardio vascular,lebih penting pada pemilihan
lemak PUFA dan MUFA
Kolesterol 250-300 mg/hari
Karbohidrat % total
energi
Sisa dari perhitungan protein dan lemak berkisar
antara 60- 70%
Natrium mg/hari 1-3
Kalium mg/hari 40- 70 mEq
Cairan ± 500 ml
(Sunita Almatsier, M.Sc 2008)
Apabila Terjadi oedema atau Ascites maka menggunakan BB
koreksi
Rumus: BB Koreksi= BB saat ini-Koreksi Oedema/Ascites
22
Tabel 2.3 Koreksi BB pada oedema dan ascites
Tingkatan Oedema Ascites
Ringan(Bengkak pada kaki dan tangan) -1 kg atau 10% -2,2 kg
Sedang(Bengkak pada wajah, tangan,
atau kaki)
-5 kg atau 20 % -6 kg
Berat (Bengkak pada wajah, tangan dan
kaki)
-14 kg atau 30% -10 kg
(Anggraeni, A.C. 2012)
b. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Lila juga digunakan menentukan status gizi pasien yang
tidak bisa ditimbang (Wahyuningsih 2013)
Cara perhitungan :
% persentil
x 100 %
Tabel 2.4 Status gizi Menurut LILA
Klasifikasi Parameter
Gizi normal ≥ 85 %
Gizi Kurang
Gizi Buruk
70 – < 85 %
< 70 %
( Kemenkes 2013)
23
c. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah indeks sederhana
dari berat badan untuk tinggi badan. Berat badan dalam
kilogram dobagi dengan tinggi badan dalam meter (WHO
2004)
IMT = BB(kg)/TB(m2)
Tabel 2.5 Status gizi Menurut IMT
Klasifikasi Parameter
Sangat kurus
Kurus Moderat
Sedikit kurus
Normal
< 16.00
16.00 – 16.99
17.00 – 18.49
18.50 – 24.99
Pre-obesitas 25.00 – 29.99
Obesitas Kelas I
Obesitas Kelas II
Obesitas Kelas III
30.00 – 34.99
35.00 – 39.99
> 39.99
( WHO 2004)
10. Asupan Zat Gizi
1. Energi
Asupan energi yang adekuat diperlukan untuk mencegah
katabolisme jaringan tubuh. Sumber energi bisa diperoleh dari
karbohidrat, lemak, dan protein. Apabila asupan energi terpenuhi
sesuai kebutuhan maka status gizi akan optimal karena asupan
energi yang cukup tidak akan menimbulkan mual dan muntah.
24
Menurut Almatsier (2006), pada orang dewasa energi
diberikan yaitu adalah 35-40 kkal/kgBB/hari. Pemberian energi
cukup penting untuk mencegah katabolisme, karena ini tidak saja
mengurangi kemampuan jaringan, tetapi juga pelepasan nitrogen
yang dikeluarkan melalui ginjal (Moore, 1997).
2. Natrium
Asupan natrium merupakan salah satu syarat diet pasien
GGK. Asupan natrium berhubungan erat dengan kontrol tubuh
terhadap volume ekstraseluler. Keseimbangan natrium ditentukan
oleh asupan natrium selama periode interdialisis dan kehilangan
pada saat hemodialisis (Triatmoko, 2015).
Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana+70%
atau 40,5mEq/kgBB dapat berubah-ubah. Ekresi Natrium dalam
urine 100 - 180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan keringat
58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).
Menurut penelitian Davies et al (2009), pemberian rendah
natrium pada penderita GGK dapat menurunkan tekanan darah.
Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Lolyta dkk (2011),
di RS Telogorejo Semarang juga menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara asupan natrium terhadap tekanan
darah pasien GGK. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingginya
25
asupan natrium mengakibatkan ginjal mengalami kesulitan untuk
mengeluarkannya sehingga natrium di dalam tubuh meningkat.
Menurut penelitian Muliyati dkk (2011), konsumsi natrium
berlebih menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium sehingga
terjadi peningkatan volume cairan ekstraseluler. Peningkatan
volume cairan ekstraseluler akan dinormalkan dengan cara cairan
intraseluler ditarik ke luar. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan volume
plasma, curah jantung dan tekanan darah. Menurut teori William
(1999) menyatakan akibat peningkatan tekanan darah pada jangka
panjang dapat menyebabkan penebalan dinding ventrikel kiri dan
beberapa penyakit penyerta pada penderita Gagal Ginjal Kronik
seperti diabetes mellitus dan hipertensi dapat mempercepat
buruknya fungsi ginjal penderita.
26
B. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel Bebas
: Variabel Terikat
: Arah hubungan
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Penderita gagal ginjal kronik
Asupan Energi
Asupan Natrium
27
C. Definisi Operasional
1. Penderita Gagal Ginjal Kronik
Penderita Gagal Ginjal Kronik adalah penderita yang diagnosa
menderita Gagal Ginjal Kronik yang diperoleh melalui data rekam
medik di RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
a. Parameter : Penderita Gagal Ginjal Kronik
b. Skala : Nominal
2. Umur
Umur dihitung berdasarkan tahun penuh yang telah dijalani
penderita yang diperoleh dengan cara wawancara .
a. Parameter : Tahun
b. Skala : Rasio
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah pembagian jenis seksual yang ditentukan
secara biologis dan anatomi.
a. Parameter : Laki –laki dan perempuan
b. Skala : Nominal
28
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu aktifitas sehari-hari yang mendapatkan
penghasilan.
a. Parameter : Tidak bekerja, Petani, Pedagang, IRT.
b. Skala : Nominal
5. Berat badan
Berat badan adalah ukuran tubuh dari sisi beratnya yang
ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan
apapun.
a. Parameter : kg
b. Skala : Rasio
6. Tinggi badan
Tinggi badan adalah antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan.
a. Parameter : cm
b. Skala : Rasio
7. Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
a. Parameter : SD,SMP,SMA,Sederajat
b. Skala : Ordinal
29
8. Asupan Energi
Asupan energi adalah asupan yang berasal dari makanan
dan parenteral yang dikonsumsi penderita GGK selama 2 hari dengan
menggunakan comstok
a. Parameter : kkal
b. Skala : Rasio
9. Asupan Natrium
Asupan natrium adalah asupan yang berasal dari makanan
(termasuk garam) dan parenteral yang dikonsumsi penderita GGK
selama 2 hari dengan menggunakan comstok.
a. Parameter : mg
b. Skala : Rasio
10. Status Gizi
Status gizi adalah ukuran kondisi fisiologis seseorang akibat dari
konsumsi makanan, penyerapan (absorbsi), dan penggunaan
(ultization) zat-zat gizi (kurdanti,2015). Status gizi dapat dinilai dari
indeks Massa tubuh (IMT), Lingkar Lengan Atas (LILA) dan
persentase lemak tubuh.
a. Parameter : Gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih
b. Skala : Ordinal
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini termasuk dalam gizi klinik, yang
bertujuan untuk mengetahui asupan energi dan natrium pada penderita
gagal ginjal kronik yang menjalani rawat inap di RSUD Dr.H.Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan pada bulan April- Mei
tahun 2020 pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani rawat inap
di RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
B. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross sectional. Studi cross sectional adalah mengukur
variabel dependen dan variabel idependen secara bersamaan dalam satu
waktu (Chandra,2008) dan untuk mengetahui gambaran asupan energi dan
natrium pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani rawat inap di
RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani rawat inap di RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin.
31
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien yang ada pada
populasi dan terdiagnosis gagal ginjal kronik yang menjalani rawat inap
di RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin dan diambil secara
purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi :
1) Penderita bersedia dijadikan sampel
2) Tidak dibedakan berjenis kelamin laki-laki atau perempuan
3) Penderita gagal ginjal kronik yang menjalani rawat inap selama
di RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
4) Penderita dapat berkomunikasi dengan baik
5) Penderita dalam keadaan sadar (Compos Mentis)
6) Penderita dengan usia 30- 65 tahun.
7) Penderita yang menderita gagal ginjal kronik dengan komplikasi
Anemia, DM, Stemia, odema anasarka, hipoalbumin,
Hiperurisemia, Hipoglikemia.
b. Kriteria Esklusi
1) Penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisa
2) Penderita gagal ginjal kronik yang tidak melengkapi kuesioner.
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh
sebanyak 6 orang.
32
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penderita gagal ginjal
kronik di RSUD Dr.H.Moch. Ansari saleh Banjarmasin
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah asupan energi dan
natrium
E. Jenis Data
1. Data Primer
a. Nama
b. Jenis Kelamin
c. Umur
d. Pekerjaan
e. Asupan
2. Data sekunder
a. Diagnosa penyakit
b. Data Gambaran Umum Lokasi Penelitian.
33
F. Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung didapatkan, yaitu antara lain :
a. Data identitas penderita yang meliputi : umur, BB, TB, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, diperoleh melalui pengukuran
langsung dengan penderita Gagal ginjal kronik
b. Data berat badan penderita diperoleh dengan menimbang langsung
berat badan pasien di rumah sakit menggunakan timbangan digital
dengan tingkat ketelitian 0,1 kg tetapi jika penderita tidak bisa
berdiri dapat menggunakan pengukuran Lingkar lengan atas.
c. Data tinggi badan penderita diperoleh dari pengukuran mikrotoice
jika penderita dapat berdiri dengan tegak. Tetapi jika penderita
tidak dapat berdiri dengan tegak menggunakan tinggi lutut dan
panjang depa yang memiliki tingkat ketelitin 0,1 cm.
d. Data asupan energi dan natrium diperoleh dari hasil comstok
selama 2 hari.
2. Data Sekunder
Data diperoleh dari di RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin yang berupa Diagnosa medis dan gambaran umum lokasi
penelitian.
34
3. Prosedur
a. Mengunjungi RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
kemudian meminta izin diklat untuk pengambilan data penelitian di
ruang penyakit dalam.
b. Meminta kesediaan penderita untuk menjadi sampel
c. Melakukan wawancara karakteristik penderita dan pengambilan
data sekunder
d. Menghitung kebutuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
rawat inap di RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
e. Mengidentifikasi asupan Energi dan Natrium pada penderita
dengan metode comstok, karena kondisi pandemi covid 19 hal ini
tidak memungkin untuk pengambilan data secara langsung di
bantu oleh ahli gizi ruang nilam
f. Menggambarkan hasil asupan energi dan natrium pada penderita
Gagal ginjal kronik
G. Pengolahan Data
Seluruh data yang diperoleh dilakukan tahapan proses pengolahan
data menggunakan data asupan energi dan natrium yang diperoleh melalui
comstok kemudian selanjutnya dianalisis dengan cara memasukkannya
kedalam nutri survey kemudian menghitung rata-rata asupan energi dan
natrium.
35
H. Analisis data
Data dianalisis secara univariat yang meliputi data yang ada di dalam
variabel bebas antara lain karakteristik penderita meliputi : umur, asupan
energi dan natrium, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan penderita
dalam bentuk deskriptif.
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin
merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berfungsi sebagai Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, oleh Menteri
Kesehatan Republik Indonesia melalui surat Keputusan Nomor : 372 /
MENKES / IV / 2008,pada tanggal 15 April 2008, menetapkan Rumah
Sakit Umum Daerah Dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin ditetapkan
sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B menyelenggarakan
pelayanan dengan :
1) Menyediakan fasilitas terdepan yang terjangkau bagi masyarakat
menengah kebawah. Renovasi yang ditargetkan dapat menampung
pelayanan VIP dan diharapkan akan sedikit mengeser segmen pasar
yang tidak hanya berkutat dikelas menengah kebawah, tetapi juga
menengah keatas.
2) Mengutamakan kenyamanan dan keselamatan pasien melalui
keramahan pelayanan, kecepatan / kelancaran serta kebersihan
sarana dan prasarana di lingkungan Rumah Sakit.
Sedangkan fungsi Rumah Sakit sesuai pada Peraturan
Daerah Nomor : 035 Tahun 2009 adalah :
36
1. Pelayanan medis.
2. Pelayanan penunjang medis.
3. Pelayanan Keperawatan.
4. Pelayanan Rujukan.
5. Pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan
6. Pelaksanaan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
7. Pengelolaan urusan Ketatausahaan
Pada kepemimpinan Gubernur Kalimantan Selatan H. Rudy Ariffin
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
berkembang demikian pesat, sampai dengan tahun 2011 dan berdasarkan
Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor.
188.44/0592/KUM/2011, tanggal 16 Nopember 2011 telah ditetapkan
sebagai Rumah Sakit Umum Daerah yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) Penuh telah
mendapat dukungan terhadap perkembangan dan peningkatan
pembangunannya di Rumah Sakit sebagai berikut :
a) Peningkatan dana Operasional Rumah Sakit
b) Peningkatan fasilitas Rumah Sakit baik fisik/ gedung dan alat
kesehatan
c) Pemenuhan Sumber Daya Manusia (SDM)
d) Pemberlakukan Perda Pola Tarif Pelayanan Kesehatan nomor 5
Tahun 2012, tanggal 16 Maret 2012.
37
e) Peningkatan dan penetapan kelas Rumah Sakit menjadi Kelas B
Pendidikan oleh Dep Kes
f) Mempertahankan Akriditasi Rumah Sakit Lulus Paripurna.
g) Memberlakukan Perda Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas
Rumah Sakit
Pada tahun 2013 Rumah Sakit Umum Daerah Dr H Moch Ansari
Saleh Banjarmasin ini sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menurut Peraturan Gubernur
Kalimantan Selatan Nomor, 054 tahun 2013 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Di Provinsi Kalimantan Selatan telah ditetapkan
sebagai Rumah Sakit rujukan Regional 1 (satu) dari Kota Banjarmasin dan
Kabupaten Barito Kuala.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin yang berlokasi di Jalan Brigjend H. Hasan Basri No. 1
Banjarmasin ini, berdiri diatas lahan seluas 87.675 m2 dengan rencana
luas bangunan fisik sesuai dengan masterplan yang telah dibuat untuk
pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin berjumlah 20.597,19 m2.
Berdasarkan indikator pelayanan untuk tahun 2014 angka BOR
sebesar 80,47%, TOI sebesar 1,21 hari, LOS sebesar 4,85 hari, BTO
sebesar 58,84 kl, NDR sebesar 35,97 permil, GDR sebesar 66,78 permil
dan kepuasan pengguna pelayanan rumah sakit sebesar 89,71%. Dari
38
indikator pelayanan tersebut hanya TOI, BOR dan kepuasan pengguna
pelayanan rumah sakit yang melebihi batas bawah standar yang telah
ditetapkan.
Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
umum, Rumah Sakit juga memberikan pelayanan kesehatan seperti BPJS
maupun Asuransi lainnya. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin, sebagai rumah sakit kelas B, juga
menyelenggarakan praktek belajar lapangan bagi Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Umum maupun Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, Poltekkes
Banjarbaru, Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan Negeri maupun
Swasta.
B. Analisis Univariat
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
univariat yang memiliki fungsi untuk menjelaskan secara deskriptif
mengenai distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang
diteliti, baik variabel bebas maupun variabel terikat.
1. Karakteristik Sampel
a. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian gambaran asupan energi dan natrium
pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani rawat inap di
RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin yang dilakukan oleh
peneliti, diperoleh kategori karakteristik sampel berdasarkan jenis
39
kelamin dan umur dari sampel. Karakteristik sampel berdasarkan jenis
kelamin tersaji pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persentase
Perempuan 4 66,7 %
Laki-laki 2 33,3 %
Total 6 100 %
(Sumber : Data primer)
Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa sebagai besar sampel
berjenis kelamin perempuan (66,7 %). Mayoritas sampel berjenis
kelamin perempuan pada saat penelitian di rawat inap ruang nilam
penyakit dalam dalam kadar gagal ginjal kronik yang di atas normal
banyak perempuan di bandingkan dengan laki-laki.
Secara klinik laki-laki mempunyai risiko mengalami gagal ginjal
kronik 2 kali lebih besar dari pada perempuan. Hal ini dimungkinkan
karena perempuan lebih memperhatikan kesehatan dan menjaga pola
hidup sehat dibandingkan laki-laki, sehingga laki-laki lebih mudah
terkena gagal ginjal kronik dibandingkan perempuan. Perempuan
lebih patuh dibandingkan laki-laki dalam menggunakan obat karena
perempuan lebih dapat menjaga diri mereka sendiri serta bisa
mengatur tentang pemakaian obat (Morningstar et al., 2002).
40
b. Umur
Karakteristik sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin tersaji
pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis kelamin dan Umur
No Umur Jenis kelamin n
L % P %
1 30 – 55 0 0 2 33,3 % 2
2 56 – 65 2 33,3 % 2 33,3 % 4
Jumlah 2 33,3 % 4 66,6 % 6
(Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa tidak ada sampel dengan
jenis kelamin laki-laki yang berumur 30–55 tahun, umur 56-65 tahun
berjumlah 2 orang (33,3 %). Sedangkan sampel dengan jenis kelamin
perempuan diketahui bahwa umur 30–55 tahun berjumlah 2 orang (33,3
%) dan umur 56-65 tahun berjumlah 2 orang (33,3 %). Hal ini karena
mayoritas sampel di ambil rawat inap di ruang nilam penyakit dalam.
Usia tersebut masuk dalam ketegori usia dewasa akhir dan masa manula
(Amin A.M & Juniati D.2017).
Semakin tua umur, maka semakin berkurang fungsi ginjal dan
berhubungan dengan penurunan kecepatan ekskresi glomerulus dan
memburuknya fungsi tubulus. Penelitian RSUD Wates, Kulon Progo (2015)
41
menunjukan hasil penurunan fungsi ginjal dalam skala kecil merupakan
proses normal bagi setiap manusia seiring bertambahnya usia, namun tidak
menyebabkan kelainan atau menimbulkan gejala karena masih dalam batas-
batas wajar yang dapat ditoleransi ginjal dan tubuh. Namun, akibat ada
beberapa faktor risiko dapat menyebabkan kelainan dimana penurunan
fungsi ginjal terjadi secara cepat atau progresif sehingga menimbulkan
berbagai keluhan dari ringan sampai berat, kondisi ini disebut gagal ginjal
kronik (GGK) atau chronic renal failure (CRF). Mcclellan dan Flanders
(2003) membuktikan bahwa faktor risiko gagal ginjal salah satunya adalah
umur yang lebih tua.
c. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian gambaran asupan energi dan natrium
pada penderita gagal ginjal kronik pada ruang rawat inap di RSUD Dr. H.
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh
karakteristik sampel berdasarkan pekerjaan yang tersaji pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase
Tidak Bekerja
Pedagang
1
1
16,7 %
16,7 %
Petani 1 16,7 %
IRT 3 50 %
Total 6 100 %
(Sumber : Data primer)
42
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa pekerjaan sampel adalah
tidak bekerja sebanyak 1 orang (16,7 %), pedagang sebanyak 1 orang (
16,7 %), petani sebanyak 1 orang ( 16,7%) dan IRT sebanyak 3 orang (50
%). Pekerjaan merupakan suatu kegiatan dengan tujuan untuk mencari
nafkah. Penghasilan yang diperoleh juga digunakan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa responden yang
menjalani perawatan Gagal ginjal kronik di RSUD Dr.H.Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin mempunyai penghasilan yang kurang, pendapatan
keluarga merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronik ( Nursalama 2008)
d. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian gambaran asupan energi dan natrium
pada penderita gagal ginjal kronik pada ruang rawat inap di RSUD Dr. H.
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh
karakteristik sampel berdasarkan pendidikan tersaji pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Karakteristik Sampel Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentase
SD 2 33,3 %
SMP/MTS/SLTP 2 33,3 %
SMA/SLTA 1 16,7 %
S1 1 16,7 %
Total 6 100,0 %
(Sumber : Data primer)
43
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui pendidikan sampel adalah SD
sebanyak 2 orang (33,3 %), SMP/MTS/SLTP sebanyak 2 orang (33,3%),
SMA/MTS/SLTA sebanyak 1 orang (16,7 %), sedangkan untuk S1
sebanyak 1 orang (16,7 %). Tingkat pendidikan ikut dalam menentukan
mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang
mereka peroleh. Menurut Notoatmodjo 2010, menjelaskan bahwa semakin
tinggi pendidikan semakin tinggi pula pengetahuan. Pernyataan tersebut
sesuai dengan hasil pada penelitian ini.
e. Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian gambaran asupan energi dan natrium
pada penderita gagal ginjal kronik pada ruang rawat inap di RSUD Dr. H.
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh
karakteristik sampel berdasarkan Status Gizi tersaji pada table 4.5
Tabel 4.5 Karakteristik Sampel Berdasarkan Status Gizi
Berdasarkan Lila
Pendidikan Jumlah Persentase
Normal 4 66,7
Gizi Kurang
Pre-obesitas
1
1
16,7
16,7
Total 6 100,0 %
(Sumber : Data primer)
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa IMT sampel terbanyak
adalah normal sebanyak 4 orang (66,7 %), Defisit sedang sebanyak 1
orang (16,7 %), pre – obesitas sebanyak 1 orang ( 16,7) ada Satu sampel
44
tidak dapat di hitung IMT yaitu Ny. Rs karena ada nya odema anasarka
pada umum nya biasanya odema di tandai dengan gejala albumin yang
tinggi dan penumpukan cairan berlebih di seluruh jaringan dan rongga
tubuh. Kondisi ini biasanya adalah gejala dari penyakit lain yang tergolong
parah.
Saat pemeriksaan antenatal ada beberapa keluhan-keluhan
fisiologis yang sering dialami oleh ibu hamil, dan salah satunya adalah
edema pada tungkai bawah. Edema ini sangat tidak menyenangkan dan
membuat ibu hamil tidak nyaman. Diperkirakan bahwa sekitar 75% wanita
akan mengalami akumulasi cairan yang berlebihan di sekitar kaki dan
pergelangan kaki di beberapa titik selama kehamilan. Edema adalah
penimbunan cairan berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam
berbagai rongga tubuh (Robbins dan kumar 1995). Edema lokal disebut
juga edema pitting. Sedangkan edema umum di sebut edema anasarka
(Asmadi, 2008:54).
Menurut penelitian (Varney, 2006) edema disebabkan karena
tekanan uterus yang membesar pada vena-vena panggul wanita yang
duduk atau berdiri pada vena kava inferior saat ia berada pada posisi
terlentang. Sebaiknya ibu hamil tidur dengan posisi miring ke sebelah kiri,
karena posisi ini memberi keuntungan untuk bayi dan untuk mendapatkan
aliran darah dan nutrisi yang maksimal ke plasenta karena adanya vena
besar (vena cava inferior) dibagian belakang sebelah kanan spina yang
mengembalikan aliran darah ke tubuh bagian bawah ke jantung yang juga
45
dapat membantu ginjal untuk membuang sisa produk dan cairan dari tubuh
ibu sehingga mengurangi pembengkakan pada kaki, pegelangan kaki dan
tangan.
2. Asupan Sampel
a. Asupan Energi
Asupan energi sampel diperoleh menggunakan comstok selama 2
hari. Hasil analisis terdapat pada lampiran 4. Asupan energi sampel
tersaji pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Asupan Energi Sampel
No Sampel Asupan Energi (kkal) Kebutuhan Keterangan
I II Rata-rata
1 Ny.Su 417,4 389,1 403 1485 kkal 27 % (Defisit berat)
2 Ny.Rs 279,6 350,1 314,8 1732,5 kkal 18 % (Defisit berat)
3 Tn.S 258,8 350,1 304,4 1701 kkal 17 % (Defisit berat)
4 Ny.Rh 391,3 471,7 431,5 1575 kkal 27 % (Defisit berat)
5
6
Ny.Sm
Tn. San
391,3
312,0
518,6
308,9
454,9
310,4
1350 kkal
1404 kkal
33 % (Defisit berat)
22 % ( Defisit berat)
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa rata-rata asupan energi
semua sampel dalam kategori defisit berat. Pada saat penelitian terjadinya
kondisi pandemi covid 19 sehingga pada saat pengambilan data asupan
sampel selama 2 menggunakan metode comstok dan di bantu oleh ahli gizi
ruangan Nilam. Asupan semua sampel masuk dalam kategori defisit berat
di karenakan pada saat masuk rumah sakit rata-rata semua sampel
46
mengalami penurunan nafsu makan yang di mana semua sampe
mengkonsumsi semua makanan dari rumah sakit hanya sebesar 20-50 %
saja sehingga membuat asupan energi semua sampel termasuk dalam
kategori defisit berat.
Kurang energi merupakan suatu hal yang penting untuk
mendapatkan perhatian karena berpotensi untuk reversible. Dengan
demikian, gizi kurang yang terjadi pada pasien GGK seharusnya dapat
diperbaiki dengan memenuhi kebutuhan nutrisinya. beberapa peneliti
menemukan bahwa pasien GGK menunjukkan tanda gizi kurang (Kopple,
2007). Penyebab gizi kurang pada pasien GGK sebenarnya sangat
multifaktorial, diantaranya asupan makan yang kurang. Faktor penyebab
rendahnya asupan energi pada pasien GGK yaitu faktor sosial ekonomi
(depresi, stress, kurangnya pengetahuan dan kemiskinan) atau karakteristik
pasien. Faktor lain adalah mual dan muntah serta adanya komplikasi
penyakit penyerta. Faktor dari makanan yaitu diet inadekuat dan uremia
juga menyebabkan anoreksia pada pasien GGK (Susetyowati, 2002).
b. Asupan Natrium
Asupan natrium sampel diperoleh menggunakan comstok selama 2
hari. Hasil analisis terdapat pada lampiran 4. Asupan natrium sampel
tersaji pada tabel 4.7.
47
Tabel 4.7 Asupan Natrium Sampel
No Sampel Asupan Natrium (mg) Kebutuhan Keterangan
I II Rata-rata
1 Ny.Sun 422,6 425,6 424,1 1200 mg 35 % (Defisit berat)
2 Ny.Rs 410,1 437,8 423,9 800 mg 52 % (Defisit berat)
3 Tn.S 199,4 437,8 318,6 1200 mg 26 % (Defisit berat)
4 Ny.Rh 438,8 444,4 441,6 1200 mg 36 % (Defisit berat)
5
6
Ny.Sm
Tn. San
438,8
170,8
676,7
419,0
557,7
294,9
800 mg
800 mg
69 % (Defisit berat)
36 % (Defisit berat)
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa rata-rata asupan natrium
semua sampel dalam kategori defisit berat. Pada saat penelitian terjadi
kondisi pandemi covid 19 sehingga pada saat pengambilan data asupan
sampel selama 2 hari dengan menggunakan comstok dan di bantu oleh ahli
gizi ruangan. Asupan semua sampel masuk dalam kategori defisit berat di
karenakan pada saat masuk rumah sakit rata-rata semua sampel mengalami
penurunan nafsu makan yang di mana semua sampe mengkonsumsi semua
makanan dari rumah sakit hanya sebesar 20-50 % saja sehingga membuat
asupan natrium semua sampel termasuk dalam kategori defisit berat.
Terjadinya defisit berat pada asupan natrium karena ada pembatasan
natrium dengan adanya pemberian diet RG pada penderita GGK dengan
hipertensi.
Kekurangan natrium dipengaruhi oleh kandunganan mineral
natrium yang ada dalam bahan makanan yang mengandung sedikit
natrium, makanan sumber natrium adalah garam dapur, roti, soda kue,
48
makanan kalengang dan cepat saji. Sedangkan buah-buahan sayuran, lauk
nabati dan lauk hewani mengandung sedikit natrium tergantung cara
pengolahan dan pemberian bahan makanan tambahan yang mengandung
natrium, yang dapat meningkatkan kandungan natrium dalam makanan
tersebut setelah diolah. Namun kelebihan natrium juga berdampak negatif
bagi kesehatan karena dapat meningkatkan tekanan darah yang berakibat
menjadi hipertensi (Kartasapoetra., 2005).
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sampel berjumlah 6 orang perempuan umur 30–55 tahun berjumlah 2
orang (33,3 %), dan laki-laki umur 56-65 tahun berjumlah 2 orang
(33,3 %), dan umur 56-65 tahun berjumlah 2 orang (33,3 %)
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui Status Gizi sampel yaitu
Normal sebanyak 4 orang (66,7 %) Pendidikan berdasarkan hasil
penelitian yaitu SD sebanyak 2 orang (33,3%), SMP sebanyak 2 orang
(33,3%) berdasarkan pekerjaan sampe yaitu IRT 3 orang (50%).
2. Kebutuhan per hari untuk asupan energi yaitu 1485 kkal, 1732,5
kkal,1701 kkal, 1575 kkal,1350 sedangkan untuk kebutuhan natrium
yaitu 1200 mg, 1200 mg, 1200 mg, 1200 mg, 800 mg, 800 mg.
3. Rata-rata asupan energi seluruh sampel berada pada kategori defisit
berat dan asupan natrium seluruh sampel berada pada kategori defisit
berat
4. Hasil analisis rata-rata asupan energi yaitu, 27 % (defisit berat), 18 %
(defisit berat), 17 % (defisit berat), 27 % (defisit berat), 33 % (defisit
berat), 22 % (defisit berat) sedangkan untuk hasil asupan natrium yaitu
35 % (defisit berat), 52% (defisit berat), 26% defisit berat, 36 % (defisit
berat), 69 % (defisit berat), 36 % (defisit berat).
50
B. Saran
1. Memperbaiki asupan energi dengan memotivasi pasien agar
mengkonsumsi makanan sesuai diet yang diberikan. Selain itu,
diharapkan kepada keluarga pasien untuk senantiasa
mengingatkan dan memotivasi pasien untuk tetap makan
meskipun pasien sedang mengalami penurunan nafsu makan.
2. Memberikan Edukasi tetap dapat dilakukan untuk meningkatkan
kepatuhan klien GGK dalam pembatasan asupan natrium, namun
diperlukan faktor-faktor pendukung lainya seperti dukungan
keluarga, dukungan sosial dan motivasi dari klien sendiri.
3. Diharapkan bagi pasien agar lebih mengontrol pola hidup dalam
kesehariannya, agar dapat meningkatkan kesehatan fisik, dan
kualitas hidup
51
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Almatsier, S., 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia
Almatsier, S(ed.). 2008. Penuntun Diet Edisi Baru Instalasi Gizi Perjan RS. Dr.
Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietesien Indonesia. PT Gramedia
Utama. Jakarta
Almatsier, Sunita. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Anggraeni, A. C. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Anggraeni, Adisty C. (2012). Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta
Anggraini, Y. D. (2016). Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis RSUD
Blambangan Banyuwangi. Universitas Jember
Asmadi. (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS 2013). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Baradero, Dayrit, Siswadi. 2008. Seri Asuhan Keperawatan : Klien Gangguan
Ginjal. Jakarta: EGC
Davies S, Carlsson O, Simonsen O et al. 2009. The effect of low-sodium
peritoneal dialysis fluids on blood pressure thirst and volume status.
Irwan, D., 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Yogyakarta: CV Budi
Utama.
Juniati, D., & Amin, M. A. (2017). Klasifikasi Kelompok Umur Manusia
Berdasarkan Analisis Dimensi Fraktal Box Counting dari Citra Wajah
dengan Deteksi Tepi Canny. Math Unesa: Jurnal Ilmiah Matematika , 2 (6),
33-42.
Lolyta, Rika, Ismonah, Solechan, Ahmad. 2011. Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Tekanan Darah Hemodialisis Pada Klien Gagal Ginjal
Kronik (Studi Kasus Di RS Telogorejo Semarang)
Mcclellan, W.M., dan Flanders, W.D.,2003, Risk Factor for progessive chronic
kidney disease; J Ant Soc Nephrol; 14:65-70
52
Moore MC. 1997. Pedoman Terapi dan Nutrisi. Jakarta: Hipotekrates
Muliyati, Hepti dkk. 2011. Hubungan Pola Konsumsi Natrium dan Kalium serta
Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. (Rineka Cipta, 2010).
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. K onsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
(Salemba Medika, 2008).
O’callaghan, C. 2009. At a Glace Sistem Ginjal (2 edision ed.) (E. Yasmine,
penerj.). Erlangga. Jakarta
Price, S.A., dan Wilson, L. M., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Prosesproses
Penyakit, Edisi 6, Vol. 2, diterjemahkan oleh Pendit, B. U., Hartanto, H.,
Wulansari, p., Mahanani, D. A.,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Textbook of
Medical surgical nursing 12 ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
Susetyowati. 2002. Pengaruh Konseling Gizi dengan Buklet terhadap Makan dan
Status Gizi Penderita Gagal Ginjal Kronik. Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.
Susetyowati. 2002. Pengaruh Konseling Gizi dengan Buklet Terhadap Konsumsi
Makanan dan Status Gizi Penderita Ginjal Kronik di RS Dr. Sardjito
Yogyakarta. Jakarta: Proseding Kursus Penyegar Ilmu Gizi.
Suwitra, K. 2006. Gagal Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I,
Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.Jakarta
Triatmoko, B. 2015. Hubungan Tingkat Asupan Natrium dan Interdialytic Weight
Gain pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo. Skripsi.
Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi I. Jakarta. EGC.
William, L dan Henrich, MD. 1999. Principles and Practice of Dialysis.
Lippincott
53
Lampiran 1 perhitungan
1. Ny. Sunarti
Lila = 28 cm
TB = 155 cm
BBI = ( TB – 100) – 10 % ( TB – 100)
= ( 155 – 100) – 10% ( 155 – 100)
= 55 – 5,5
= 49,5
Persentil Lila
x 100 %
x 100 % = 92 ( normal)
Energi = (30 x 49,5)
= 1.485 kkal
Natrium = 3 x 400 = 1.200 mg Na
2. Ny.Rs
Lila = 32 cm
TB = 155 cm
BBI = ( TB – 100) – 10 % ( TB – 100)
= ( 155 – 100) – 10% ( 155 – 100)
= 55 – 5,5
= 49,5
54
Persentil Lila
x 100 %
x 100 % = 115
Koreksi odem = 115 – 30 % = 85 (Normal )
Energi = ( 35 x 49,5)
= 1732,5 kkal
Natrium = 2 x 400 = 800 mg Na
3. Tn.S
Lila = 25,5 cm
TB = 163 cm
BBI = ( TB – 100) – 10 % ( TB – 100)
= ( 163 – 100) – 10% ( 163 – 100)
= 63 – 6,3
= 56,7
Persentil Lila
x 100 %
x 100 % = 83 (Gizi kurang)
Energi = (30 x 56,7)
= 1.701 kkal
Natrium = 3 x 400 = 1.200 mg Na
4. Ny. Rh
BB = 54 kg
TB = 150 cm
BBI = ( TB – 100) – 10 % ( TB – 100)
= ( 150 – 100) – 10% ( 150 – 100)
= 50 – 5
= 45
55
IMT
=
= 24 ( Normal)
Energi = ( 35 x 45)
= 1.575 kkal
Natrium = 3 x 400 = 1.200 mg Na
5. Ny. Sm
Lila = 28 cm
TB = 150 cm
BBI = ( TB – 100) – 10 % ( TB – 100)
= ( 150 – 100) – 10% ( 150 – 100)
= 50 – 5
= 45
Persentil Lila
x 100 %
x 100 % = 92 (Normal)
Energi = (30 x 45)
= 1.350 kkal
Natrium = 2 x 400 = 800 mg Na
56
6. Tn. San
BB = 60 kg
TB = 152 cm
BBI = ( TB – 100) – 10 % ( TB – 100)
= ( 152 – 100) – 10% ( 152 – 100)
= 52 – 5,2
= 46,8
IMT
= 25 (Pre- obesitas)
Energi = (30 x 46,8 )
= 1404 kkal
Natrium = 2 x 400 = 800 mg Na
51
Lampiran 2 Data Pasien
No
Nama
pasien
Jk
(P/L)
Alamat
Tanggal lahir
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Diagnosa Medis
Komplikasi
BB
(kg)
TB
(cm)
Kebutuhan Zat Gizi
Energi
Natrium
1 Ny.sun P - 11 -04 – 1960 60 SD Petani Stemi,CKD, HHD
withoutcongestive, DM
tipe II
Stemia,Dm 54 155 1485 1200
2 Ny.Rs P Komp. Keruwing
indah blok gelatin
A11
23-07-1988 31 S1 IRT Odema
anasarka,CKD,HT,
Anemia,Hipoalbumin,
G2P1A0 hamil 9 mmg.
Anemia,
odema
anasarka,
hipoalbumin
62 155 1732,5 800
3 Tn.S L Jl.simp kuin seltan
Gg 5 Oktober,
Banjarmasin Barat
25 -01- 1955 65 SMP Tidak
bekerja
GEA dehidrasi R-S
AKI dd CKD,
Hiperurisemia.
Hiperurisemia 53 163 1701 1200
4 Ny.Rh P Jl. Alalak selatan Rt 1 01- 07- 1982 37 SMA IRT CKD + Anemia Anemia 54 150 1.575 1200
5 Ny.Sm P Jl.Benua anyar Rt 13 15 – 05- 1956 63 SMP IRT Hipoglikemia ec Dm
tipe 2 AKI dd CKD
Dm,
Hipoglikemia
45 150 1.350 800
6 Tn.San L - 12 – 09-1958 61 SD Pedagang Syok
Hipovolemik,volisitemi
a vera
volisitemia
vera
60 152 1404 800
50
Lampiran 3 Data karakteristik
Data karakteristik
Nama sampel :
Jenis kelamin :
Tempat tanggal lahir :
Pekerjaan :
Diagnosa :
No Rekam Medik :
BB :
TB :
Sampel
( )
51
Lampiran 4 surat pernyataan
SURAT PERNYATAAN
BERSEDIA MENJADI SAMPEL PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Menyatakan bersedia menjadi sampel dalam penelitian yang dilakukan
oleh saudari Meri Grisinta mahasiswa program studi DIII Gizi Poltekkes
kemenkes Palangka Raya yang berjudul :“GAMBARAN ASUPAN ENERGI
DAN NATRIUM PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI RAWAT INAP DI RSUD Dr.H. MOCH. ANSARI SALEH
BANJARMASIN”
Saya menyadari bahwa penelitian ini bermanfaat untuk kepentingan
penelitian. Identitas sampel akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela
dan penuh kesadaran tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Banjarmasin .............................. 2020
(.........................................................)
52
Lampiran 5 Formulir asupan
FORMULIR ASUPAN COMSTOK
Nama :
Tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Waktu Menu Bahan
Makanan
Barat
(Gram)
Energi Natrium
53
Lampiran 6 Formulir asupan
FORMULIR ASUPAN COMSTOK
Nama : Ny.Sun
Tanggal lahir : 11 April 1960
Jenis kelamin : Perempuan
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI ( MENU KE I )
Waktu Menu Bahan Makanan Barat
(Gram)
Energi Natrium
Pagi Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
ikan tongkol Ikan segar 20 22,2 7,6
Cah buncis Buncis 15 5,2 0,4
Wortel 15 3,9 9,0
Jagung muda 20 21,6 3,4
Garam 0,3 0,0 116,2
Siang Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Ayam bistik Ayam 20 57,0 14,6
Tempe kareh Tempe 25 49,8 1,5
Acar sayuran Kacang panjang 15 5,2 0,4
Wortel 20 5,2 12,0
Ketimun 15 1,9 0,3
Pisang mauli Pisang 50 46,0 0,5
Garam 0,3 0,0 116,2
Malam Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Patin bb kuning Ikan segar 20 19,6 9,6
Tempe kareh Tempe 20 39,8 1,2
sayuran bening Wortel 15 3,9 9,0
pepaya muda parut 15 3,3 1,2
Jagung manis 15 16,2 2,5
Semangka 35 11,2 0,7
Garam 0,3 0,0 116,2
Total 417,4 422,6
54
FORMULIR ASUPAN COMSTOK
Nama : Ny.Sun
Tanggal lahir : 11 April 1960
Jenis kelamin : Perempuan
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI ( MENU KE II )
Waktu Menu Bahan Makanan Barat
(Gram)
Energi Natrium
Pagi Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Telur asam manis Telur 25 38,8 31,0
Oseng sayur Wortel 15 3,9 9,0
labu siam 15 3,0 0,2
Garam 0,3 0,0 116,2
Siang Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Ayam bistik Ayam segar 20 57,0 14,6
Tumis tempe Tempe 25 49,8 1,5
Sayur bening labu kuning 15 5,8 0,2
jagung manis 15 16,2 2,5
Karawila 15 3,0 0,2
Melon Buah 30 11,5 0,3
Garam 0,3 0,0 116,2
Malam Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Ayam kari Daging ayam 20 57,0 14,6
Tahu bb opor Tahu 20 15,2 1,4
Lodeh terong Terong 15 4,2 0,4
Kacang panjang 15 5,2 0,4
Santan 5 3,5 0,2
Semngka 30 9,6 0,6
Garam 0,3 0,0 116,2
Total 389,1 425,6
55
FORMULIR ASUPAN COMSTOK
Nama : Ny.RS
Tanggal lahir : 23 Juli 1988
Jenis kelamin : Perempuan
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI (MENU KE I)
Waktu Menu Bahan Makanan Barat
(Gram)
Energi Natrium
Pagi Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
ikan tongkol Ikan segar 20 22,2 7,6
Sayur bening Wortel 15 3,9 9,0
Labu siam 15 3,0 0,2
Garam 0,3 0,0 116,2
Siang Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Ayam bistik Ayam 20 57,0 14,6
Sup sayur Timun 15 1,9 0,3
Wortel 15 3,9 9,0
Pisang mauli Pisang 50 46,0 0,5
Garam 0,3 0,0 116,2
Malam Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Patin bb kuning Ikan segar 20 19,6 9,6
sayuran bening Wortel 15 3,3 1,2
pepaya muda parut 15 3,9 9,0
Semangka Buah 30 9,6 0,6
Garam 0,3 0,0 116,2
Total 279,6 410,1
56
FORMULIR ASUPAN COMSTOK
Nama : Ny.RS
Tanggal lahir : 23 Juli 1988
Jenis kelamin : Perempuan
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI (MENU KE II)
Waktu Menu Bahan Makanan Barat
(Gram)
Energi Natrium
Pagi Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Telur bb kuning Telur 25 38,8 31,0
Sayur bening Wortel 15 3,9 9,0
labu siam 15 3,0 0,2
Garam 0,3 0,0 116,2
Siang Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Ayam bistik Ayam segar 25 71,2 18,3
Sayur bening labu kuning 10 3,9 0,1
jagung manis 10 10,8 1,7
Karawila 15 3,0 0,2
Melon Buah 30 11,5 0,3
Garam 0,3 0,0 116,2
Malam Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Ayam kari Daging ayam 25 71,2 18,3
Sup sayur Wortel 15 3,9 9,0
Kentang 15 13,9 0,8
Semangka 30 9,6 0,6
Garam 0,3 0,0 116,2
Total 350,1 437,8
57
FORMULIR ASUPAN COMSTOK
Nama : Tn.S
Tanggal lahir : 25 Januari 1955
Jenis kelamin : Laki-laki
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI “ MENU KE I”
Waktu Menu Bahan Makanan Barat
(Gram)
Energi Natrium
Pagi Nasi tim Beras 30 23,4 0,0
tongkol asam manis Ikan segar 20 22,2 7,6
Sayur bening Wortel 20 2,6 6,0
Labu siam 10 2,0 0,1
Susu nefrisol Susu 60 20,9 31,2
Garam 0,1 0,0 38,7
Siang Nasi tim Beras 20 23,4 0,0
Ayam bistik Ayam 20 57,0 14,6
Sup sayur Timun 10 1,3 0,2
Wortel 10 2,6 6,0
Pisang mauli Buah 50 46,0 0,5
Garam 0,1 0,0 38,7
Malam Nasi tim Beras 20 23,4 0,0
Patin goreng Ikan segar 20 19,6 9,6
Sayur bening Pepaya muda 10 2,2 0,8
Wotel 10 2,6 6,0
Semangka Buah 30 9,6 0,6
Garam 0,1 0,0 38,7
Total 258,8 199,4
58
FORMULIR ASUPAN COMSTOK
Nama : Tn.S
Tanggal lahir : 25 Januari 1955
Jenis kelamin : Laki-laki
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI “MENU KE II”
Waktu Menu Bahan Makanan Barat
(Gram)
Energi Natrium
Pagi Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Telur bb kuning Telur 25 38,8 31,0
Sayur bening Wortel 15 3,9 9,0
Labu siam 15 3,0 0,2
Garam 0,3 0,0 116,2
Siang Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Ayam bistik Daging ayam 25 71,2 18,3
Sayur bening Labu kuning 10 3,9 0,1
Jagung manis 10 10,8 1,7
Gambas 15 3,0 0,2
Melon Buah 30 11,5 0,3
Garam 0,3 0,0 116,2
Malam Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Ayam kari Daging ayam 25 71,2 18,3
Sup sayur Wortel 15 3,9 9,0
Kentang 15 13,9 0,8
Semangka Buah semngka 30 9,6 0,6
Garam 0,3 0,0 116,2
Total 350,1 437,8
59
FORMULIR ASUPAN COMSTOK
Nama : Ny.RH
Tanggal lahir : 01 Juli 1982
Jenis kelamin : Perempuan
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI “MENU KE I”
Waktu Menu Bahan Makanan Barat
(Gram)
Energi Natrium
Malam Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Telur bistik Telur 25 38,8 31,0
Sayur bening Wortel 15 3,9 9,0
Labu siam 15 3,0 0,2
Garam 0,3 0,0 116,2
Pagi Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Ayam goreng Daging ayam 25 71,2 18,3
Tahu bb kuning Tahu 20 15,2 1,4
Sayur bening Labu kuning 15 5,8 0,2
Pepaya muda 15 3,3 1,2
Semangka Buah 30 9,6 0,6
Garam 0,3 0,0 116,2
Siang Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Ayam bb tomat Ayam segar 25 71,2 18,3
Sup sayur Wotel 15 3,9 9,0
Kentang 15 13,9 0,8
Pisang ambon Buah 50 46,0 0,5
Garam 0,3 0,0 116,2
Total 391,3 438,8
60
FORMULIR ASUPAN COMSTOK
Nama : Ny.RH
Tanggal lahir : 01 Juli 1982
Jenis kelamin : Perempuan
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI “MENU KE II”
Waktu Menu Bahan
Makanan
Barat
(Gram)
Energi Natrium
Malam Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Telur bb kuning Telur 25 38,8 31,0
Sayur bening Wortel 15 3,9 9,0
Gambas 15 3,0 0,2
Garam 0,3 0,0 116,2
Pagi Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Opor ayam Daging ayam 25 71,2 18,3
Tahu Tahu 20 15,2 1,4
Sop makaroni Wortel 10 2,6 6,0
Kentang 10 9,3 0,5
Makaroni 25 88,3 0,8
Pisang mauli Buah pisang 50 46,0 0,5
Garam 0,3 0,0 116,2
Siang Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Daging bb karih Daging sapi 20 53,8 10,6
Oseng sayur Wortel 25 6,5 15,0
Taoge 15 18,3 2,1
Semangka Buah
semangka
30 9,6 0,6
Garam 0,3 0,0 116,2
Total 471,7 444
61
FORMULIR ASUPAN COMSTOK
Nama : Ny.SM
Tanggal lahir : 15 Mei 1956
Jenis kelamin : Perempuan
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI “MENU KE I”
Waktu Menu Bahan Makanan Barat
(Gram)
Energi Natrium
Malam Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Telur bistik Telur 25 38,8 31,0
Sayur bening Wortel 15 3,9 9,0
Labu siam 15 3,0 0,2
Garam 0,3 0,0 116,2
Pagi Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Ayam goreng Daging ayam 25 71,2 18,3
Tahu bb kuning Tahu 20 15,2 1,4
Sayur bening Labu kuning 15 5,8 0,2
Pepaya muda 15 3,3 1,2
Semangka Buah 30 9,6 0,6
Garam 0,3 0,0 116,2
Siang Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Ayam bb tomat Ayam segar 25 71,2 18,3
Sup sayur Wotel 15 3,9 9,0
Kentang 15 13,9 0,8
Pisang ambon Buah 50 46,0 0,5
Garam 0,3 0,0 116,2
Total 391,3 438,8
62
FORMULIR ASUPAN COMSTOK
Nama : Ny.SM
Tanggal lahir : 15 Mei 1956
Jenis kelamin : Perempuan
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI “MENU KE II”
Waktu Menu Bahan Makanan Barat
(Gram)
Energi Natrium
Malam Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Telur bb kuning Telur 25 38,8 31,0
Sayur bening Wortel 15 3,9 9,0
Gambas 15 3,0 0,2
Garam 0,5 0,0 193,6
Pagi Nasi tim Beras 50 58,6 0,0
Opor ayam Daging ayam 25 71,2 18,3
Tahu Tahu 20 15,2 1,4
Sop makaroni Wortel 10 2,6 6,0
Kentang 10 9,3 0,5
Makaroni 25 88,3 0,8
Pisang mauli Buah pisang 50 46,0 0,5
Garam 0,5 0,0 193,6
Siang Nasi tim Beras 50 58,6 0,0
Daging bb karih Daging sapi 20 53,8 10,6
Oseng sayur Wortel 25 6,5 15,0
Taoge 15 18,3 2,1
Semangka Buah semangka 30 9,6 0,6
Garam 0,35 0,0 193,6
Total 518,6 676,7
63
FORMULIR ASUPAN COMSTOK
Nama : Tn. San
Tanggal lahir : 12 September 1958
Jenis kelamin : laki-laki
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI ( MENU KE I )
Waktu Menu Bahan Makanan Barat
(Gram)
Energi Natrium
Pagi Nasi tim Beras 20 23,4 0,0
ikan tongkol Ikan segar 20 22,2 7,6
Cah buncis Buncis 10 3,5 0,3
Wortel 10 2,6 6,0
Jagung muda 10 5,9 0,9
Garam 0,1 0,0 38,7
Siang Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Ayam bistik Ayam 20 57,0 14,6
Acar sayuran Kacang panjang 10 3,5 0,3
Wortel 10 2,6 6,0
Ketimun 10 1,3 0,2
Pisang mauli Pisang 50 46,0 0,5
Garam 0,1 0,0 38,7
Malam Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Patin bb kuning Ikan segar 20 19,6 9,6
Tempe kareh Tempe 20 39,8 1,2
sayuran bening Wortel 10 2,6 6,0
pepaya muda parut 10 2,2 0,8
Semangka 30 9,6 0,6
Garam 0,1 0,0 38,7
Total 312,0 170,8
64
FORMULIR ASUPAN COMSTOK
Nama : Tn. San
Tanggal lahir : 12 September 1958
Jenis kelamin : laki-laki
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI ( MENU KE II )
Waktu Menu Bahan Makanan Barat
(Gram)
Energi Natrium
Pagi Nasi tim Beras 20 23,4 0,0
Telur asam manis Telur 25 38,8 31,0
Oseng sayur Wortel 10 2,6 6,0
labu siam 10 2,0 0,1
Garam 0,3 0,0 116,2
Siang Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Ayam bistik Ayam segar 20 57,0 14,6
Sayur bening labu kuning 10 3,9 0,1
jagung manis 10 5,9 0,9
Karawila 10 2,0 0,1
Melon Buah 30 11,5 0,3
Garam 0,3 0,0 116,2
Malam Nasi tim Beras 30 35,1 0,0
Ayam kari Daging ayam 20 57,0 14,6
Tahu bb opor Tahu 20 15,2 1,4
Lodeh terong Terong 10 2,8 0,3
Kacang panjang 10 3,5 0,3
Santan 5 3,5 0,2
Semngka 30 9,6 0,6
Garam 0,3 0,0 116,2
Total 308,9 419,0