Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITAHIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA
KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATENBOGOR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Keperawatan ( S.Kep )
Disusun oleh:
Indah Dwi Pusparani
NIM.1111104000038
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2016 M
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSINGSYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OFJAKARTA
Undergraduate Thesis, January 2016
Indah Dwi Pusparani, NIM: 1111104000038
Lifestyle picture in Patients with Hypertension in the sub-district PuskesmasCiangsana Gunung Putri Bogor District 2015
xvii + 90 pages + 16 tables + 2 schemes + 9 attachments
ABSTRACT
Hypertension is strongly influenced by an unhealthy lifestyle. There are severalthings that cause hypertension, such as smoking habits, frequency of consumptioneat salty, fatty food consumption frequency, the frequency of consumption ofcaffeinated beverages, physical activity, and a state of stress. The purpose of thisstudy is to describe the lifestyle of people with hypertension. This type of researchis quantitative descriptive research design. Samples were 40 adults in thecommunity health center Ciangsana Gunung Putri, Bogor Regency hypertensionwith total sampling sampling method. The collection of data by using a structuredquestionnaire. Analysis of the data used are univariate. The results showed thatgender is more dominant hypertensive women was 60.0%, an overview history ofdescent of 57.5%, of respondents have an unhealthy lifestyle by 100%, the imageof smoking of 42.5%, a picture frequency of food consumption salted by 40.0%with a frequency of more than once a day, the picture of the frequency ofconsumption of fatty foods by 30.0% with a frequency of once a day, the pictureof the frequency of consumption of caffeinated beverages amounted to 35.0%with a frequency of once a day, the picture of physical activity for 10.0% have ahabit of physical activity and 12.5% of patients with hypertension who are activeleisure activities, description of the state of stress of 57.5%. Suggested to theHealth Center staff Ciangsana to increase health promotion related to theprevention and treatment of hypertension.
Keywords: Lifestyle, People With Hypertension, Adult Society
Reference: 90 (years 1982-2013)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Januari 2016
Indah Dwi Pusparani, NIM: 1111104000038
Gambaran Gaya Hidup pada Penderita Hipertensi di Puskesmas CiangsanaKecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015
xvi + 90 halaman + 16 tabel + 2 bagan + 9 lampiran
ABSTRAK
Penyakit hipertensi sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Adabeberapa hal yang menyebabkan terjadinya hipertensi, diantaranya kebiasaanmerokok, frekuensi konsumsi makan asin, frekuensi konsumsi makan berlemak,frekuensi konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran gaya hidup penderita hipertensi.Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Sampelpenelitian adalah 40 masyarakat dewasa di Puskesmas Ciangsana KecamatanGunung Putri Kabupaten Bogor yang menderita hipertensi dengan metodepengambilan sampel total sampling. Pengumpulan data dengan menggunakankuesioner terstruktur. Analisis data yang digunakan adalah univariat. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin penderita hipertensi lebih dominanperempuan sebesar 60,0 %, gambaran riwayat keturunan sebesar 57,5 %,responden memiliki gaya hidup yang tidak sehat sebesar 100%, gambarankebiasaan merokok sebesar 42,5%, gambaran frekuensi konsumsi makan asinsebesar 40,0% dengan frekuensi lebih dari satu kali sehari, gambaran frekuensikonsumsi makan berlemak sebesar 30,0% dengan frekuensi satu kali sehari,gambaran frekuensi konsumsi minuman berkafein sebesar 35,0% dengan frekuensi
satu kali sehari, gambaran aktivitas fisik sebesar 10,0% yang memiliki kebiasaanaktifitas fisik dan sebesar 12,5% penderita hipertensi yang aktif melakukanaktivitas di waktu luang, gambaran keadaan stres sebesar 57,5%. Disarankankepada petugas Puskesmas Ciangsana agar meningkatkan promosi kesehatanterkait pencegahan dan penanganan penyakit hipertensi.
Kata kunci: Gaya Hidup, Penderita Hipertensi, Masyarakat DewasaReferensi: 90 (tahun 1982-2013)
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Indah Dwi Pusparani
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Agustus 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 21 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Komp. TNI-AL Blok D1 No.1 RT.06/ RW.19
Ciangsana-Bogor
Status : Belum Menikah
Telpon : 083815115878
E-mail : [email protected]
Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program
Studi Ilmu Keperawatan
Riwayat Pendidikan : - TK Al-Falah (1998-1999)
- SDN 02 Ciangsana (1999-2005)
- SMPN 3 GunungPutri (2005-2008)
- SMAN 1 Cileungsi (2008-2011)
- S1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (2011-sekarang)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT,
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan baginda nabi besar
Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat beserta pengikutnya hingga akhir
zaman. Atas kekuasaan dan izin Allah SWT skripsi dengan judul “Gambaran
Gaya Hidup Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Ciangsana Kecamatan
Gunung Putri Kabupaten Bogor” telah selesai. Dalam penulisan skripsi ini tidak
luput dari kekurangan dan kelemahan. Namun, dengan bantuan berbagai pihak
proposal skripsi ini dapat terselesaikan, oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih
pantas diucapkan kecuali ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Arief Sumantri, S.KM., M. Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Kepala Program Studi dan
Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB.selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, MNS Selaku Dosen Pembimbing pertama dan
Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB. selaku Dosen Pembimbing kedua
yang senantiasa dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran–
saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.
5. Ibu Nia Damiati, S.Kp., MSN. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan saran dan masukan selama penulis melakukan
studi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
memberikan ilmu yang sangat berguna untuk perbekalan penulis.
x
7. Ayah (Iwan Rachmat Setiawan), ibu (Dra. Kuswandari) dan kakak
tersayang (Wilson Rahmatdhika Wardana) yang selalu sabar
mendengarkan keluh kesah, serta memberi nasehat dan motivasi yang
sangat membantu.
8. Untuk yang tersayang (Panji Kurnianto, Laila Muthohharoh, Syahdah
Dinuriah, dan Ita Samtasiyah) yang telah banyak memberikan motivasi,
dukungan, masukan kepada penulis baik selama mengikuti perkuliahan
maupun dalam penulisan skripsi.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis menyerahkan segalanya
dengan harapan semoga amal baik yang telah dicurahkan guna membantu
penyusunan skripsi ini mendapat balasan. Aamiin. Penulis menyadari bahwa
penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis
menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan yang membangun demi
perbaikan di masa mendatang.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Jakarta, Januari 2016
Indah Dwi Pusparani
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Pernyataan Keaslian Karya .................................................................................... ii
Abstract ................................................................................................................. iii
Abstrak .................................................................................................................. iv
Pernyataan Persetujuan .......................................................................................... v
Lembar Pengesahan .............................................................................................. vi
Daftar Riwayat Hidup ..........................................................................................viii
Kata Pengantar .....................................................................................................ix
Daftar Isi ..............................................................................................................xi
Daftar Tabel ........................................................................................................ xv
Daftar Bagan.........................................................................................................xvi
Daftar Lampiran...................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................6
C. Pertanyaan Peneliti..............................................................................6
D. Tujuan Penelitian................................................................................7
E. Manfaat Penelitian .............................................................................7
F. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi..........................................................................................10
1. Definisi Hipertensi.......................................................................10
xii
2. Penyebab Hipertensi.....................................................................11
3. Cara Pengukuran Tekanan Darah.................................................11
4. Gajala Hipertensi..........................................................................13
5. Patofisiologi Hipertensi................................................................13
6. Komplikasi Hipertensi.................................................................15
7. Penatalaksanaan Hipertensi..........................................................17
8. Gaya Hidup..................................................................................20
a. Kebiasaan Merokok.................................................................23
b. Frekuensi Konsumsi Makanan Asin........................................24
c. Frekuensi Konsumsi Makanan Berlemak................................25
d. Frekuensi Konsumsi Minuman Berkafein...............................26
e. Aktivitas Fisik..........................................................................26
f. Keadaan Stres...........................................................................29
B. Kerangka Teori.................................................................................31
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep..............................................................................32
B. Definisi Operasional.........................................................................33
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian..............................................................................39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................39
C. Populasi dan Sampel.........................................................................40
D. Instrumen Penelitian.........................................................................40
E. Pengumpulan Data............................................................................41
F. Uji Validitas dan Reabilitas..............................................................42
1. Uji Validitas................................................................................42
2. Uji Reabilitas..............................................................................44
G. Pengolahan Data...............................................................................45
1. Editing Data.................................................................................46
2. Coding Data.................................................................................46
xiii
3. Sortir Data....................................................................................47
4. Entry Data....................................................................................47
5. Cleaning.......................................................................................47
H. Analisis Data.....................................................................................47
1. Analisis Univariat.........................................................................47
I. Etika Penelitian.................................................................................47
1. Inform Consent.............................................................................48
2. Anonimity....................................................................................48
3. Confidentiality..............................................................................48
4. Self Determination.......................................................................49
5. Protection from discomfort..........................................................49
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tempat Penelitian.............................................................50
1. Gambaran Umum.........................................................................50
2. Program Puskesmas.....................................................................51
B. Karakteristik Responden...................................................................52
1. Umur Responden.........................................................................52
2. Jenis Kelamin Responden............................................................53
3. Riwayat Keturunan Hipertensi.....................................................53
4. Gaya Hidup..................................................................................54
5. Kebiasaan Merokok.....................................................................54
6. Frekuensi Kebiasaan Makanan Asin............................................55
7. Frekuensi Kebiasaan Makanan Berlemak....................................55
8. Frekuensi Minuman Berkafein.....................................................56
9. Aktivitas Fisik..............................................................................57
10. Keadaan Stres...............................................................................58
BAB VI PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden.....................................................................59
1. Umur Responden..........................................................................59
B. Jenis Kelamin Responden............................................................60
xiv
C. Riwayat Keturunan Hipertensi.....................................................61
D. Kebiasaan Merokok.....................................................................61
E. Frekuensi Kebiasaan Makanan Asin............................................62
F. Frekuensi Kebiasaan Makanan Berlemak....................................64
G. Frekuensi Minuman Berkafein.....................................................65
H. Aktivitas Fisik..............................................................................66
I. Keadaan Stres...............................................................................67
J. Keterbatasan Penelitian................................................................68
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan......................................................................................70
B. Saran.................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................73
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah....................................................................10
Tabel 2.2 Skor Perhitungan Kuesioner Aktivitas Fisik..........................................28
Tabel 2.3 Pengelompokkan Hasil Pengukuran Indeks Aktivitas Fisik..................28
Tabel 3.1 Definisi Operasional..............................................................................33
Tabel 4.1 Penjelasan Isi Kuesioner........................................................................41
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur.............................52
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin................53
Tabel 5.3 Riwayat Keturunan Hipertensi Dalam Keluarga...................................53
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gaya Hidup...................54
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok......54
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Asin.55
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan
Berlemak................................................................................................55
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Minuman
Berkafein...............................................................................................56
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Aktivitas Fisik....57
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Aktivitas Waktu
Luang.....................................................................................................57
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keadaan Stres.............58
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori.....................................................................................31
Bagan 3.1 Kerangka Konsep..................................................................................32
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Izin Pengambilan Data dan Penelitian
Lampiran 2. Permohonan Partisipasi Penelitian
Lampiran 3. Informed Consent
Lampiran 4. Kuesioner
Lampiran 5. Hasil Olah SPSS
Lampiran 6. Hasil Olah Mc.Excel dan Mc.Word
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun
menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Di
Indonesia, hipertensi cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data
Riskesdas (2007), prevalensi hipertensi pada usia dewasa sebesar 31,7%,
dan data WHO (World Health Organization) (2008), menyebutkan
prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 41%.
Proporsi penyebab kematian oleh penyakit menular (PM) di
Indonesia telah menurun sepertiganya dari 44% menjadi 28%, sedangkan
akibat penyakit tidak menular (PTM) mengalami peningkatan yang cukup
tinggi dari 42% menjadi 60% (Depkes, 2008). Berdasarkan data PTM
dalam Riskesdas (2013), meliputi: (1) asma; (2) penyakit paru obstruksi
kronis (PPOK); (3) kanker; (4) diabetes melitus; (5) hipertiroid; (6)
hipertensi; (7) jantung koroner; (8) gagal jantung; (9) stroke; (10) gagal
ginjal kronis; (11) batu ginjal; (12) penyakit sendi/ rematik. Salah satu
penyakit degeneratif yang perlu diwaspadai adalah hipertensi. Hipertensi
adalah penyebab kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur
6,8%, setelah stroke 15,4% dan tuberculosis 7,5% (Depkes, 2008).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur
palingtidak pada tiga kesempatan yang berbeda. (Corwin, 2009). Diketahui
sembilan dari sepuluh orang yang menderita hipertensi tidak dapat
diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki
2
pembunuh diam-diam atau silent killer, sebab seseorang dapat mengidap
hipertensi selama bertahun-tahun tanpa menyadarinya sampai terjadi
kerusakan organ vital yang cukup berat yang bahkan dapat menyebabkan
kematian. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika
telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan
gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal,
gangguan fungsi kognitif atau stroke (Saraswati, 2009).
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial merupakan
95% dari seluruh kasus hipertensi. Sisanya adalah hipertensi sekunder,
yaitu tekanan darah tinggi yang penyebabnya dapat diklasifikasikan,
diantaranya adalah kelainan organik seperti penyakit ginjal, kelainan pada
korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid, dan lain-
lain (Yogiantoro, 2006).
Hipertensi bukan merupakan penyakit dengan faktor penyebab
tunggal, tetapi disebabkan oleh banyak faktor yaitu kegemukan, pola
makan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, keadaan stress
psikologis, kebiasaan minum alkohol, pola konsumsi kopi dan kebiasaan
merokok (Dhianningtyas et al., 2006). Hipertensi mempunyai gejala
umum yang akan di timbulkan seperti pusing, sakit kepala, rasa berat
ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang (Soeparman, 2003).
Sesungguhnya gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat, dapat
3
menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, misalnya; makanan, aktifitas
fisik, stres, dan merokok (Puspitorini, 2009).
Meningkatnya kejadian hipertensi cenderung terjadi pada orang
dengan faktor risiko; orang dengan usia diatas 18 tahun, jenis kelamin,
orang yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi, serta pada orang
dengan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok (Depkes, 2006).
Umumnya pada usia produktif seseorang kurang memiliki motivasi untuk
memperhatikan pola makan dan kesehatannya. Walaupun 90% dari
penyebab hipertensi adalah riwayat keluarga, namun faktor lain seperti
pola makan, aktivitas fisik dan gaya hidup turut mempengaruhi kejadian
hipertensi (Pritasari, 2006).
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor resiko yang tidak dapat
diubah yang berpengaruh terhadap penyakit hipertensi (Cahyono, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menggunakan data Riskesdas tahun
2007, prevalensi hipertensi pada perempuan lebih besar dibandingkan
dengan laki-laki yaitu 50,3% dan 49,7% (Rahajeng dan Tuminah, 2009).
Hal berbeda ditunjukan dari hasil penelitian yang dilakukan di Pakistan.
Penelitian tersebut menunjukkan sebesar 51,91% laki-laki menderita
hipertensi dan sebesar 48,09% pada perempuan (Humayun et al., 2009).
Riwayat hipertensi keluarga berhubungan dengan kejadian
hipertensi yang ditunjukan oleh penelitian Respati tahun 2007. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah saat bekerja dan
beristirahat lebih tinggi pada responden yang salah satu atau kedua
orangtuanya tidak hipertensi (Tanjung, 2009).
4
Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok
yang dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin
dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah
(Dalimartha et al., 2008). Menurut Sitorus (2005), yang menyatakan
bahwa merokok sebatang setiap hari meningkatkan tekanan darah sistolik
10-25 mmHg serta menambah detak jantung 5-20 kali/menit.
Perilaku konsumsi makanan asin juga diyakini berkontribusi dalam
penyakit hipertensi (Kothcen et al., 2006). Dari penelitian Sugihartono
(2007), didapatkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi asin berisiko
menderita hipertensi sebesar 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak
mempunyai kebiasaan mengkonsumsi asin.
Beberapa fakta dalam studi epidemiologi menunjukkan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara tingginya asupan lemak jenuh dengan
hipertensi (Kotchen et al., 2006). Konsumsi lemak jenuh meningkatkan
resiko kenaikan berat badan yang merupakan faktor resiko hipertensi.
Asupan lemak jenuh yang kemudian menyebabkan hipertensi (Irza, 2009).
Menurut penelitian eksperimental Winkelmayer et al., (2005),
kafein akan meningkatkan konsentrasi hormon stres seperti epinefrin,
norepinefrin, dan kortisol yang dapat menyebabkan hipertensi (Saleh,
2011). Seseorang yang tidak terbiasa minum kopi memiliki tekanan darah
lebih rendah jika dibandingkan dengan seseorang yang mengkonsumsi
kopi 1-3 cangkir per hari. Pria yang mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per
hari memiliki tekanan darah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
yang mengkonsumsi kopi 1-3 cangkir per hari (Uiterwaal et al., 2007).
5
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan
melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus
melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko hipertensi karena bertambahnya
risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung
mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung
harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri yang
dapat menyebabkan hipertensi (Rohaendi, 2008).
Stres sering dihubungkan dengan hipertensi. Pada keadaan stres,
tubuh akan memproduksi hormon adrenalin yang menyebabkan denyut
jantung meningkat, sehingga meningkatkan tekanan darah (Irza, 2009).
Prevalensi stres terus meningkat di kalangan masyarakat. Globalisasi
diduga merupakan salah satu pemicunya. Dunia bergerak dan berubah
semakin cepat dan bagi yang tidak siap menghadapinya akan terjebak pada
situasi penuh pertentangan, sehingga gejala yang muncul adalah stres
secara fisik maupun psikologis (Dwiyono, 2008).
Berdasarkan data tiga bulan terakhir yaitu pada bulan Januari-
Maret tahun 2015 di Puskesmas Ciangsana, didapatkan 40 orang jumlah
penderita hipertensi primer/essensial usia dewasa. Laporan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2014, didapatkan 10
dari 15 responden yang mempunyai tekanan darah tinggi dan 5 orang yang
6
mempunyai tekanan darah normal bahkan rendah. Rata-rata sistolik yang
ditemukan sebesar 130 mmHg dan rata-rata diastolik yang ditemukan 100
mmHg serta dengan konsumsi obat antihipertensi. Belum diketahuinya
gambaran gaya hidup pada pasien hipertensi di Puskesmas Ciangsana
Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.
Melihat dari permasalahan–permasalahan diatas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Gambaran Gaya Hidup
Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Ciangsana Kecamatan
Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang ditemukan peneliti dalam studi
pendahuluan dan berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis
merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Gaya Hidup
Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung
Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.
C. Pertanyaan Peneliti
Bagaimana gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di
Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun
2015 berdasarkan jenis kelamin, riwayat keturunan, kebiasaan merokok,
frekuensi konsumsi makan asin, frekuensi konsumsi makan berlemak,
frekuensi konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres ?
7
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di
Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor
Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
1) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di
Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor
Tahun 2015 berdasarkan jenis kelamin.
2) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di
Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor
Tahun 2015 berdasarkan riwayat keturunan.
3) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di
Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor
Tahun 2015 berdasarkan kebiasaan merokok.
4) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di
Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor
Tahun 2015 berdasarkan frekuensi konsumsi makan asin.
5) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di
Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor
Tahun 2015 berdasarkan frekuensi konsumsi makan berlemak.
6) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di
Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor
Tahun 2015 berdasarkan frekuensi konsumsi minuman berkafein.
8
7) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di
Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor
Tahun 2015 berdasarkan aktivitas fisik.
8) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di
Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor
Tahun 2015 berdasarkan keadaan stres.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai pengetahuan dan wawasan serta pengalaman berharga bagi
penulis untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh
dibangku kuliah sehingga dapat bermanfaat untuk melakukan asuhan
keperawatan pada pasien-pasien hipertensi.
2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Salah satu wujud Tridharma Perguruan Tinggi (akademik,
penelitian, dan pengabdian masyarakat) dalam bidang keperawatan dan
menjadi bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi
masyarakat dalam menjaga kesehatannya dan dapat meningkatkan
kesadaran terhadap penyakit hipertensi sehingga dapat dilakukan
pencegahan dini.
9
4. Bagi Puskesmas Ciangsana
Sebagai bahan informasi untuk kebijakan dimasa depan, seperti
memberikan penyuluhan/informasi yang terkait dengan hipertensi
dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dan perhatian dalam
upaya pencegahan penyakit degeneratif, sehingga dapat menurunkan
prevalensi hipertensi dikawasan tersebut.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran gaya hidup
pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung
Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015. Penelitian ini dilakukan oleh
mahasiswi Program Studi Keperawatan UIN pada bulan Mei 2015 di
Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor dan
yang diteliti adalah para penduduk penderita hipertensi yang berdomisili di
wilayah tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode cross
sectional dengan pengambilan sampel secara total sampling. Penelitian ini
dilakukan pada satu waktu untuk mengetahui gambaran gaya hidup pada
penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin, riwayat keturunan,
kebiasaan merokok, frekuensi konsumsi makan asin, frekuensi konsumsi
makan berlemak, frekuensi konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik,
dan keadaan stres di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri
Kabupaten Bogor Tahun 2015.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Basha,
2004).
Menurut Joint National Commitee (JNC) VII tahun 2003, Hipertensi
adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg atau
mengkonsumsi obat anti hipertensi (Guyton, 2007).
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi Sistolik
(mmHg)
Diastolik
(mmHg)
Normal 90 - 119 60 – 79
Prehipertensi 120 - 139 80 – 89
Hipertensi Tahap I 140 - 159 90 – 99
Hipertensi Tahap II 160 100
Isolated Systolic Hypertension 140 < 90
Sumber : JNC VII (2003)
11
2. Penyebab Hipertensi
a. Hipertensi Primer (Essential Hypertension)
Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau idiopatik,
adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus
hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan hemodinamik utama
pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab
hipertensi esensial adalah mulitifaktor, terdiri dari faktor genetik dan
lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya
riwayat penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor predisposisi genetik
ini dapat berupa sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress,
peningkatan reaktivitas vaskular (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi
insulin. Paling sedikit ada tiga faktor lingkungan yang dapat menyebabkan
hipertensi yakni, makan garam (natrium) berlebihan, stress psikis, dan
obesitas (Setiawati dan Bustami, 2005).
b. Hipertensi Sekunder (Secondary Hypertension)
Penyebab paling sering dari hipertensi sekunder adalah kelainan
dan keadaan dari sistem organ lain seperti ginjal (gagal ginjal kronik,
glomerulus nefritis akut), kelainan endokrin (tumor kelenjar adrenal,
sindroma cushing) serta bisa diakibatkan oleh penggunaan obat-obatan
(kortikosteroid dan hormonal) (Sustrani, 2006).
3. Cara Pengukuran Tekanan Darah
Menurut Sustrani (2006), ada beberapa hal yang harus diperhatikan
sebelum mengukur tekanan darah yaitu :
12
a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran
dilakukan.
b. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan
tangan sejajar dengan jantung (istirahat).
c. Pakailah baju lengan pendek.
d. Buang air kecil dulu sebelum diukur, karena kandung kemih yang penuh
dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
Ukuran manset harus sesuai dengan lengan penderita yaitu paling
sedikit 80% lebar manset harus dapat menutupi lingkar lengan. Pasien di
ukur dalam posisi duduk atau berbaring dengan posisi lengan hampir
mendatar/setinggi jantung ke posisi hampir vertikal. Rabalah denyut nadi
radialis pada sisi lateral dan kembangkan karet sfigmomanometer secara
bertahap sampai tekanan sistolik 20 mmHg diatas titik dimana denyut nadi
radialis menghilang. Auskultasi pada arteri brakialis dan kempiskan karet
kurang lebih dua mmHg per detik, catat titik pertama pulsasi yang terdengar
(korotkoff 1) yang merupakan tekanan darah sistolik dan titik di mana bunyi
pulsasi menghilang (korotkoff 5) yaitu tekanan diastolik. Dilakukan setelah
pasien istirahat selama 5 menit, dilakukan 2 kali dengan jarak 5-10 menit.
Semua orang dewasa harus mengukur tekanan darahnya secara teratur
setidaknya setiap lima tahun sampai umur 80 tahun. Jika hasilnya berada
pada nilai batas normal, pengukuran perlu dilakukan setiap tiga sampai 12
bulan (Gray, 2005). Menurut Lany (2005), dalam pengukuran tekanan darah
sebaiknya tekanan darah diukur 2 atau 3 kali berturut-turut, dan pada
13
detakan yang terdengar tegas pertama kali mulai dihitung. Jika hasilnya
berbeda maka nilai yang dipakai adalah nilai yang terendah.
4. Gejala Hipertensi
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah
diamati antara lain gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, sering
gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga
berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata
berkunang-kunan dan mimisan (keluar darah dari hidung). Namun, menurut
Crea (2008), gejala hipertensi adalah sakit kepala bagian belakang dan kaku
kuduk, sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing, dada berdebar-
debar dan lemas, sesak nafas, berkeringat, dan pusing.
5. Patofisiologi Hipertensi
Patofisiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor yang saling
berhubungan terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada pasien
hipertensi esensial. Namun, pada sejumlah kecil pasien penyakit ginjal atau
korteks adrenal (2% dan 5%) merupakan penyebab utama peningkatan
tekanan darah (hipertensi sekunder) namun selebihnya tidak terdapat
penyebab yang jelas pada pasien penderita hipertensi esensial. Beberapa
mekanisme fisiologi turut berperan aktif pada tekanan darah normal dan
yang terganggu. Hal ini mungkin berperan penting pada perkembangan
penyakit hipertensi esensial. Terdapat banyak faktor yang saling
berhubungan terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada pasien
hipertensi (Crea, 2008).
14
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi (Crea, 2008).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
15
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi (Crea, 2008).
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Rohaendi, 2008).
6. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit
diantaranya adalah stroke hemorragik, penyakit jantung hipertensi, penyakit
arteri koronaria anuerisma, gagal ginjal, dan ensefalopati hipertensi (Shanty,
2011).
1) Stroke
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena
berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak
yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang
pula stroke disebut dengan CVA(cerebrovascular accident). Hipertensi
16
menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah,
sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah
rentan pecah. Namun demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada
bukan penderita hipertensi. Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh darah
pecah karena lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba karena
suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan atau faktor
emosional. Pecahnya pembuluh darah di suatu tempat di otak dapat
menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan
nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan
nutrisi dan akhirnya mati. Darah yang tersembur dari pembuluh darah yang
pecah tersebut juga dapat merusak sel-sel otak yang berada disekitarnya.
2) Penyakit Jantung
Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnya terjadi
hipertropi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Kebutuhan
oksigen oleh miokardium akan meningkat akibat hipertrofi ventrikel, hal ini
mengakibat peningkatan beban kerja jantung yang pada akhirnya
menyebabkan angina dan infark miokardium. Disamping itu juga secara
sederhana dikatakan peningkatan tekanan darah mempercepat aterosklerosis
dan arteriosklerosis.
3) Penyakit Arteri Koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit
arteri koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plak terbentuk pada
17
percabangan arteri yang ke arah aterikoronaria kiri, arteri koronaria kanan
dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah kedistal dapat
mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan
olehakumulasi plak atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di
sekitar obstruksiarteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi
ke miokardium. Kegagalan sirkulasikolateral untuk menyediakan suplai
oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri
koronaria.
4) Aneurisme
Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang
terpisah sehingga memungkinkan darah masuk. pelebaran pembuluh darah
bisa timbul karena dinding pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta
disekans. kejadian ini dapat menimbulkan penyakit aneurisma diamana
gejalanya adalah sakit kepala yang hebat, sakit di perut sampai ke pinggang
belakang dan di ginjal. aneurisme pada perut dan dada penyebab utamanya
pengerasan dinding pembuluh darah karena proses penuaan (aterosklerosis)
dan tekanan darah tinggi memicu timbulnya aneurisme.
7. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Penatalaksanaan Farmakologi
1) Diuretik
Diuretik adalah obat antihipertensi yang efeknya membantu
ginjal meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air (Setiawati, 2005).
Meningkatkan ekskresi natrium pada ginjal akan mengurangi volume
18
cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah (Sheps,
2005).
2) Penghambat Adrenergik
Menurut Sheps (2005), penghambat adrenergik merupakan
sekelompok obat yang terdiri dari alfa-bloker, beta-bloker, dan alfa-
beta-bloker (abetol). Penghambat adrenergik berguna untuk
menghambat pelepasan renin, angiotensin juga tidak akan aktif.
Angiotensin I tidak akan dibentuk dan angiotensin II juga tidak akan
berubah. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah (Setiawati, 2005).
3) Vasodilator
Vasodilator adalah obat-obat antihipertensi yang efeknya
memperlebar pembuluh sarah dan dapat menurunkan tekanan darah
secara langsung (Setiawati, 2005).
4) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Penghambat enzim konversi angiotensin mengurangi
pembentukan angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan
sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya eksresi natrium dan
air, serta retensi kalsium. Akibatnya terjadi penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi (Setiawati, 2005).
5) Antagonis Kalsium
Menurut Sheps (2005), cara bekerja antagonis kalsium hampir
sama dengan vasodilator. Antagonis kalsium adalah obat antihipertensi
yang memperlebar pembuluh darah.
19
b. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
1) Berhenti Merokok
Rokok dapat mempengaruhi kerja beberapa obat antihipertensi.
Dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat (Sheps,
2005).
2) Diet
Untuk mengendalikan hipertensi, kita harus membatasi asupan
natrium, mengurangi makanan berlemak, makan lebih banyak biji-
bijian, buah-buahan, sayuran dan produk susu rendah lemak dengan
begitu akan meningkatkan kesehatan kita secara menyeluruh dan
memberikan manfaat khusus bagi penderita tekanan darah tinggi
(Sheps, 2005).
3) Olahraga teratur
Olah raga teratur mampu menurunkan jumlah lemak serta
meningkatkan kekuatan otot terutama otot jantung. Berkurangnya
lemak dan volume tubuh, berarti mengurangi resiko hipertensi (Sheps,
2005).
4) Penanganan Stres
Hormon epinefrin dan kortisol yang dilepaskan saat stres
menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan
pembuluh darah dan meningkatkan denyut jantung. Besarnya
peningkatan tekanan darah tergantung pada beratnya stres, koping yang
adekuat dapat berpengaruh baik terhadap penurunan tekanan darah
(Sheps, 2005).
20
B. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan
dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya
(Sakinah, 2002). Menurut Lisnawati (2006), gaya hidup sehat
menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya
memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif.
Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat
badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga secara
teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.
Sejalan dengan pendapat Lisnawati, Notoatmojo (2005),
menyebutkan bahwa perilaku sehat (healthy behavior) adalah perilaku-
perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai gaya hidup
yang sehat diperlukan pertahanan yang baik dengan menghindari kelebihan
dan kekurangan yang menyebabkan ketidakseimbangan yang menurunkan
kekebalan dan semua yang mendatangkan penyakit. Hal ini juga didukung
oleh pendapat Maulana (2009) yang menyebutkan bahwa untuk
mendapatkan kesehatan yang prima jalan terbaik adalah dengan merubah
gaya hidup yang terlihat dari aktifitasnya dalam menjaga kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan gaya hidup adalah pola perilaku individu sehari-hari yang
diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya untuk mempertahankan
21
hidup sedangkan gaya hidup sehat dapat disimpulkan sebagai serangkaian
pola perilaku atau kebiasaan hidup sehari-hari untuk memelihara dan
menghasilkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit serta
melindungi diri untuk sehat secara utuh. Gaya hidup dapat memicu
terjadinya hipertensi. Ini dikarenakan gaya hidup menggambarkan pola
prilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik,
mental dan sosial yang meliputi kebiasaan tidur, mengkonsumsi makanan
yang tidak sehat, merokok atau bahkan minum-minuman beralkohol
(Lisnawati, 2011).
“Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan
upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya.”(Becker, 1979 dalam Notoatmodjo, 2012). Notoatmodjo,
2005 (dalam Yanti 2008) mendefinisikan perilaku kesehatan (health
behavior) sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan,
minuman, dan pelayanan kesehatan.Perilaku kesehatan pada dasarnya
adalah respon seseorang (organisasi) terhadap stimulus yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan (Notoatmodjo, 1993 dalam Agustin, 2006).Berdasarkan uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sehat adalah tindakan-tindakan
yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
22
Sesungguhnya gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat, dapat
menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, misalnya; Makanan, aktifitas
fisik, stres, dan merokok (Puspitorini, 2009). Jenis makanan yang
menyebabkan hipertensi yaitu makanan yang siap saji yang mengandung
pengawet, kadar garam yang terlalu tinggi dalam makanan, kelebihan
konsumsi lemak (Susilo, 2011).
Untuk mengendalikan dan mencegah hipertensi, selain pola makan
sehat juga harus melakuan gaya hidup sehat, ini sangat penting karna gaya
hidup sehat akan membuat kita sehat keseluruhan dengan, melakukan
olahraga teratur, berhenti merokok juga berperan untuk mengurangi
hipertensi, dan mengendalikan pola kesehatan secara keseluruhan, termasuk
mengendalikan kadar kolestrol, diabetes, berat badan dan pemicu penyakit
lainnya (Susilo, 2011).
Gaya hidup masa kini menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi
ini memicu berbagai penyakit seperti penyakit kepala, sulit tidur, maag,
jantung dan hipertensi. Saat seseorang merasa tertekan, tubuhnya tubuhnya
melepaskan adrenalin dan kortison, sehingga menyebabkan tekanan
darahnya meningkat. Tubuh menjadi lebih siaga menghadapi bahaya. Bila
kondisi ini berlarut-larut, tekanan darahnya akan tetap tinggi. Gaya hidup
modern cendrung membuat berkurangnya aktivitas fisik (olahraga),
konsumsi alkohol tinggi, minum kopi dan merokok. Semua prilku tersebut
merupakan pemicu tekanan darah tinggi ( Sutomo, 2009).
23
Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan adalah mengatur pola
makan, olahraga secara teratur, dan menghindari konsumsi alkohol atau
rokok. Adapun beberapa jenis diet, yakni diet rendah garam, diet rendah
kolestrol dan lemak terbatas, diet tinggi serat, dan diet kalori. Diet yang
diterapakan bisa disesuikan dengan kondisi hipertensi. Dengan mengatur
makanan yang tepat, tekanan darah bisa turun dengan lebih cepat (sutomo,
2009).
Tekanan darah juga di pengaruhi oleh aktifitas fisik, gaya hidup yang
tidak aktif(kurang gerak) bisa memicu terjadinya hipertensi bagi orang-
orang memiliki kepekaan yang di turunkan. kurang aktivitas berpengaruh
terhadap kerja detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung
harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri
(Rohaendi, 2008)
a. Kebiasaan Merokok
Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok
yang dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin
dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah
(Dalimartha et al., 2008). Menurut Sitorus (2005), yang menyatakan
bahwa merokok sebatang setiap hari meningkatkan tekanan darah sistolik
10-25 mmHg serta menambah detak jantung 5-20 kali/menit. Sitepu
(2012), menyatakan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan merokok
memiliki resiko 5,320 kali lebih besar untuk terjadiya hipertensi.
24
Risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang
dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali
lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat
kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui
rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan
hipertensi (Marliani, 2007).
Senyawa kimia yang terkandung dalam satu batang rokok sangat
berbahaya, terutama nikotin dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut
dihisap dan kemudian masuk ke dalam aliran darah. Zat beracun tersebut
dapat merusak pembuluh darah yang akan menyebabkan aterosklerosis
yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang akan menyebabkan
tekanan dalam dinding arteri meningkat. Jika merokok dimulai usia muda,
berisiko mendapat serangan jantung menjadi dua kali lebih sering
dibanding tidak merokok. Serangan sering terjadi sebelum usia 50 tahun
(Depkes, 2008).
Bahaya efek langsung dari merokok yaitu hubungan langsung
dengan aktifitas berlebih saraf simpatik, yang meningkatkan kebutuhan
oksigen pada miokardial yang kemudian diteruskan dengan peningkatan
pada tekanan darah, denyut jantung, dan kontraksi miokardinal (Kaplan,
2011).
b.Frekuensi Konsumsi Makan Asin
Garam (NaCl) diyakini berkontribusi dalam meningkatkan tekanan
darah pada dinding arteri. Hal ini dibuktikan melalui sejumlah penelitian
25
eksperimental dengan model simpanse, yang secara genetik mendekati
manusia. NaCl disuntikkan ke dalam makanan mereka selama 20 bulan.
Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa asupan NaCl meningkatkan
tekanan darah simpanse tersebut. Tekanan darah akan meningkat tajam,
pada asupan NaCl yang berlebih, dan pada studi asupan NaCl tertinggi,
dilaporkan bahwa tekanan sistolik dan diastolik akan meningkat 33 dan 10
mmHg, sedangkan pada manusia, dampak asupan NaCl pada tekanan
darah akan meningkatkan resiko hipertensi bersamaan dengan faktor lain
seperti usia atau riwayat keluarga (Kothchen et al., 2006).
Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam
jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbangan
cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah
yang berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan volume
darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya
dan tekanan darah menjadi naik (Sustrani, 2006). Hasil penelitian
Sugiharto (2007), yang membuktikan bahwa ada hubungan antara
konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi dan meyatakan bahwa
seseorang yang terbiasa mengkonsumsi makanan asin akan berisiko 3,95
kali dibandingkan orang yang tidak terbiasa konsumsi makanan asin.
c. Frekuensi Konsumsi Makan Berlemak
Beberapa fakta dalam studi epidemiologi menunjukkan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara tingginya asupan lemak jenuh dengan
tekanan darah, dan pada beberapa populasi dengan tekanan darah dibawah
rata-rata mengkonsumsi lemak total dan asam lemak jenuh rendah
26
(Kotchen et al., 2006). Selain itu, konsumsi lemak jenuh meningkatkan
resiko kenaikan berat badan yang merupakan faktor resiko hipertensi.
Asupan lemak jenuh yang kemudian menyebabkan hipertensi (Irza, 2009).
Keberadaan lemak jenuh yang berlebih dalam tubuh akan menyebabkan
penumpukan dan pembentuk plak di pembuluh darah sehingga pembuluh
darah menjadi semakin sempit dan elastisnya berkurang (Almatsier, 2003).
d. Frekuensi Konsumsi Minuman Berkafein
Konsumsi kopi yang berlebihan dalam jangka yang panjang dan
jumlah yang banyak diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit
Hipertensi atau penyakit Kardiovaskuler. Beberapa penelitian menunjukan
bahwa orang yang mengkonsumsi kafein (kopi) secara teratur sepanjang
hari mempunyai tekanan darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan
didalam 2-3 gelas kopi (200-250 mg) terbukti meningkatkan tekanan
sistolik sebesar 3-14 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg
pada orang yang tidak mempunyai hipertensi (Crea, 2008).
Mengkonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari mempunyai
tekanan darah rata-rata lebih tinggi di bandingkan dengan kalau mereka
tidak mengkonsumsi sama sekali. Kebiasaan mengkonsumsi kopi dapat
meningkatkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan risiko terkena
penyakit jantung (Sustrani, 2006).
e. Aktivitas Fisik
Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan
lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika
beristirahat (Armilawati, 2007). Hasil penelitian Dalimartha, dkk (2005),
27
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi, dan individu yang kurang aktif mempunyai resiko
menderita hipertensi sebesar 30-50%. Penelitian dari Farmingharm Study
menyatakan bahwa aktivitas fisik sedang dan berat dapat mencegah
kejadian stroke. Selain itu, dua meta-analisis yang telah dilakukan juga
menyebutkan hal yang sama. Hasil analisis pertama menyebutkan bahwa
berjalan kaki dapat menurunkan tekanan darah pada orang dewasa sekitar
2% (Kelley 2001).
Menurut Depkes (2006), seseorang yang dikatakan olahraga
apabila melakukan olahraga selama >30 menit dan 3-4 kali/minggu. Indeks
aktivitas fisik responden pada waktu melakukan pekerjaan, olahraga dan
pada waktu luang. Kuesioner Aktivitas fisik ini terdiri dari 14 pertanyaan
dan setiap pertanyaan memiliki penilaian yang berbeda-beda, berikut
rincian pertanyaan kuesioner :
- No.1 dengan pilihan jawaban ya/ tidak
- No.2 dan 5 dengan pilihan jawaban Intensitas rendah/sedang/tinggi
- No.3 dan 6 dengan pilihan jawaban < 1 jam/ 1-2 jam/ 3-4 jam/ > 4 jam/
2-3 jam
- No.4 dan 7 dengan pilihan jawaban < 1 bulan/ 1-3 bulan/ 4-6 bulan/ 7-9
bulan/ > 9 bulan
- No.8 dengan pilihan jawaban Jauh lebih sedikit/ Lebih sedikit/ sama/
Lebih banyak/ Jauh lebih banyak
- No.9-14 dengan pilihan jawaban Tidak pernah/ Jarang/ Kadang-kadang/
Sering/ Sangat sering
28
Berikut tabel skor perhitungan kuesioner aktivitas fisik:
Tabel 2.2 Skor Perhitungan Kuesioner
Pilihan Jawaban Skor
Intensitas Rendah 0,76
Intensitas Sedang 1,26
Intensitas Tinggi 1,76
< 1 jam 0
1-2 jam 1,5
2-3 jam 2,5
3-4 jam 3,5
>4 jam 4,5
< 1 bulan 0,04
1-3 bulan 0,17
4-6 bulan 0,42
7-9 bulan 0,67
>9 bulan 0,92
Pertanyaan nomor delapan sampai 14 memiliki skor 1 sampai 5.
Skor tersebut kemudian digolongkan sesuai dengan skala Likert
menjadi lima golongan yang kemudian dikelompokkan kembali
menjadi sebagai berikut :
Tabel 2.3 Pengelompokan Hasil Pengukuran Indeks Aktivitas Fisik
Status AktivitasFisik
(Skala Likert)
Skor IndeksAktivitas Fisik Saat
Berolahraga
Skor IndeksAktivitas Fisik Saat
Waktu Luang
PengelompokanHasil
PengukuranSangat Aktif 4,5 5 Aktif
Aktif 3,5 4 Aktif
Cukup Aktif 2,5 3 Aktif
Kurang Aktif 1,5 2 Tidak Aktif
Sangat Kurang Aktif 0,5 1 Tidak Aktif
(Baecke et al., 1982).
29
Pada saat melakukan intensitas latihan, tekanan darah yang
meninggi adalah sistolik, sedangkan diastolik tidak tergantung intensitas
latihan. Apabila latihan terus dilanjutkan, maka secara bertahap tekanan
darah sistolik akan turun sebagai reaksi dari peningkatan dilatasi arteriola
di dalam otot yang aktif saat latihan. Olahraga yang dilakukan secara
teratur, menyebabkan jantung akan bekerja lebih efisien, denyut jantung
berkurang dan menurunkan tekanan darah (Tremblay, 2006 dalam Respati,
2007).
f. Keadaan Stres
Suheni (2007), yang menyatakan bahwa responden yang
mengalami stres memiliki resiko terkena hipertensi sebesar 9,333 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki stres.
Dalam Cahyono (2008), stres adalah respon fisiologik, psikologis, dan
perilaku seseorang individu dalam menghadapi penyesuaian diri terhadap
tekanan yang bersifat internal maupun eksternal. Menurut Hawari (2001),
stress adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap
tuntutan beban atasnya (stresor psikososial) yang berdampak pada sistem
kardiovaskuler. Stresor Psikososial itu sendiri terdiri dari: perkawinan,
orangtua, antar pribadi, pekerjaan, lingkungan, keuangan, hukum,
perkembangan, penyakit fisik, faktor keluarga, dan trauma.
Stress dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur
fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung,
menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air dan garam
(Syaifuddin, 2006).
30
Menurut Depkes RI (2006) dan Sutanto (2010), stres atau
ketegangan jiwa (rasa murung, tertekan, marah, dendam, takut dan
bersalah). Ketika otak menerima sinyal bahwa seseorang sedang stres,
perintah untuk meningkatkan sistem simpatetik berjalan dan
mengakibatkan hormon stres dan adrenalin meningkat. Liver melepaskan
gula dan lemak dalam darah untuk menambah bahan bakar. Nafas menjadi
lebih cepat sehingga jumlah oksigen bertambah. Sehingga menyebabkan
kerja jantung menjadi semakin cepat sehingga meningkatkan tekanan
darah.
Sutanto (2010), menjelaskan bahwa pelepasan hormon adrenalin
oleh anak ginjal sebagai akibat stres berat akan menyebabkan naiknya
tekanan darah dan meningkatkan kekentalan darah yang membuat darah
mudah membeku atau menggumpal. Adrenalin juga dapat mempercepat
denyut jantung, menyebabkan gangguan irama jantung dan mempersempit
pembuluh darah koroner.
31
C. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Lisnawati (2011), Puspitorini (2009), Shanty (2011), Sheps (2005),
Sutanto (2009)
Hipertensi
Gaya Hidup: Kebiasaan Merokok,Perilaku Konsumsi Makanan Asin,
Perilaku Konsumsi MakananBerlemak, Perilaku Konsumsi
Minuman Berkafein, Aktivitas Fisik,dan Keadaan Stres [Lisnawati
(2011), Puspitorini (2009)]
Penatalaksanaan:1. Farmakologi
- Diuretik- Penghambat Adrenergik- Vasodilator- Antagonis Kalsium
2. Nonfarmakologi- Berhenti Merokok- Diet- Olahraga teratur- Penanganan Stres
(Sheps, 2005).
Komplikasi: stroke hemorragik,penyakit jantung hipertensi,penyakit arteri koronariaanuerisma, gagal ginjal, danensefalopati hipertensi (Shanty,2011).
Gejala Klinis: gejala ringan sepertipusing atau sakit kepala, seringgelisah, wajah merah, tengkuk terasapegal, mudah marah, telingaberdengung, sukar tidur, sesaknapas, rasa berat ditengkuk, mudahlelah, mata berkunang-kunan danmimisan (keluar darah dari hidung)(Sutanto, 2009).
32
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Gaya Hidup Penderita Hipertensi:
- Kebiasaan Merokok
- Perilaku Konsumsi Makanan Asin
- Perilaku Konsumsi Makanan Berlemak
- Perilaku Konsumsi Minuman Berkafein
- Aktivitas Fisik
- Keadaan Stres
Berdasarkan bagan diatas, peneliti hanya ingin mengetahui variabel
gaya hidup pada penderita hipertensi berdasarkan data demografi (nama
responden, usia responden, jenis kelamin responden, dan hasil ukur tekanan
darah responden, dan riwayat keturunan), kebiasaan merokok, perilaku konsumsi
makanan asin, perilaku konsumsi makanan berlemak, perilaku konsumsi
minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres. Faktor usia tidak
dimasukan karena sudah ditentukan dalam karasteristik sampel yaitu responden
yang berusia 26-45 tahun karasteristik ini mengikuti kriteria usia Depkes RI
(2009).
33
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang didalamnya tidak
ada analisis hubungan antara variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat,
bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak,
siapa dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif (Morton, 2008).
Penelitian deskriptif ini didasarkan pada tujuan penelitian, yaitu untuk
mengetahui gambaran gaya hidup penderita hipertensi usia dewasa di
Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun
2015.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Ciangsana
Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.
2. Waktu Penelitian
Dilaksanakan pada bulan Juni-Desember 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
35
Populasi adalah keseluruhan dari unit didalam pengamatan yang
akan dilakukan (Sabri, 2008). Populasi studi dalam penelitian ini adalah
penderita hipertensi yang terdata di Puskesmas Ciangsana yang berusia 26-
45 tahun yaitu berjumlah 40 orang. Karakteristik usia sampel yakni 26-45
tahun, karakteristik usia ini mengikuti data yang didapat dari puskesmas
dan data kependudukan dari kelurahan setempat.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya
diukur dan yang nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari
populasi (Sabri, 2008). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel
dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan
mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah
populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel
penelitian semuanya.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen penelitian yang
digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Alat Spyghmomanometer aneroid dan stetoskop, digunakan untuk
pengukuran penyakit hipertensi atau penentuan nilai tekanan darah (sistole
dan diastole).
2. Kuesioner, isi dari kuesioner yang dibuat yaitu:
36
a. Data Demografi (nama responden, usia responden, jenis kelamin
responden, dan hasil ukur tekanan darah responden)
b. Berisi sejumlah pertanyaan mengenai, usia, jenis kelamin, riwayat
keturunan, kebiasaan merokok, perilaku konsumsi makanan asin,
perilaku konsumsi berlemak, perilaku konsumsi minuman berkafein,
aktivitas fisik, dan keadaan stres.
Tabel. 4.1 Penjelasan Isi Kuesioner
Variabel Jumlahpertanyaan
NomorPertanyaan
Riwayat Keturunan 1 1
Kebiasaan Merokok 1 2
Kebiasaan Makanan dan Minuman 3 2-5
Aktivitas Fisik 14 1-14
Keadaan Stres 20 1-20
E. Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer, yakni hasil pengisian kuesioner oleh responden mengenai
jenis kelamin, riwayat keturunan, perilaku konsumsi makanan asin,
perilaku konsumsi berlemak, perilaku konsumsi minuman berkafein,
aktivitas fisik, dan keadaan stres.
2. Data Sekunder, yakni data wilayah, penduduk RT/RW dan posyandu
Tahun 2013, laporan bulanan penduduk Desa Ciangsana bulan Oktober
2014 dari Kelurahan Ciangsana dan Arsip Puskesmas Ciangsana berupa
Laporan Jenis penyakit berdasarkan jumlah kasus.
F. Uji Validitas dan Reabilitas
37
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari
instrumen yang dgunakan dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan
cara mengkorelasi setiap skor variable jawaban dibandingkan dengan total
skor masing-masing variable, kemudian hasil korelasi dibandingkan
dengan nilai mutlak pada taraf signifikan 0,05 dan 0,01 (Arikunto, 2010).
Studi pilot merupakan pengumpulan data diawali dengan uji coba
instrumen penelitian pada sekelompok masyarakat yang merupakan bagian
dari populasi yang bukan sampel. Jumlah responden yang digunakan yaitu
30 responden (Sugiyono, 2013). Instrumen pada penelitian ini terdiri dari
dua macam skala pengukuran yaitu skala Gutmann dan skala Likert.
Pengukuran uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan dengan cara
berbeda (Hidayat, 2008). Uji validitas dengan menggunakan rumus
Korelasi Point Biserial diaplikasikan untuk menguji valid sebuah hasil uji
coba tes (instrumen) hasil belajar dalam hal ini soal pilihan ganda. Dalam
bentuk jawaban benar = 1, dan salah = 0.Uji validitas dengan rumus
Korelasi Point Biserial, secara umum (Sugiyono, 2013):
38
Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner skala Gutman, nilai r pbis > r
tabel pada 12 pertanyaan didapatkan 10 pertanyaan yang dinyatakan valid
dan didapatkan 2 pertanyan yang dinyatakan tidak valid. Pernyataan yang
tidak valid yaitu “apakah anda merasa tegang, cemas, atau kuatir” dengan
nilai 0,4324 dan “apakah anda mengalami rasa tidak enak diperut” dengan
nilai 0,1695 dipertahankan karena kuesioner ini merupakan kuesionaer
baku.
Uji validitas untuk skala likert menggunakan pearson product moment,
rumus tersebut digunakan untuk jenis data ordinal atau yang mempunyai
rentang. Seluruh item yang mencapai koefisien korelasi rxy ≥0,30
dianggap sebagai item yang valid (Sugiyono, 2013). Rumus yang
digunakan yaitu:
keterangan :
rhitung = Koefisien korelasi
Xi = Jumlah skor item
Yi = Jumlah skor total (seluruh item)
n = jumlah responden
Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner skala Likert dengan
pengukuran menggunakan point product moment dari 12 pernyataan
delapan dikatakan valid dan empat dikatakan tidak valid karena
39
mempunyai nilai korelasi < 0,3. Pernyataan yang tidak valid yaitu “saat
waktu luang saya berolahraga” dengan nilai 0,095, “saat waktu luang saya
berkeringat” dengan nilai 0,247, “saat waktu luang saya menonton tv”
dengan nilai 0,261, dan “saat waktu luang saya berjalan” dengan nilai
0,154 dipertahankan karena kuesioner ini merupakan kuesionaer baku.
Uji coba instrumen dilakukan pada bulan April 2015. Uji coba
dilakukan terhadap 30 masyarakat di daerah Puskesmas Ciangsana yang
mempunyai karakteristik demografi yang hampir sama dengan wilayah
Puskesmas Ciangsana, dengan kriteria bahwa responden tersebut adalah
masyarakat dewasa yang tinggal di daerah Puskesmas Ciangsana yang
menderita hipertensi.
2. Uji Reabilitas
Reabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran ini tetap konsisten bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama (Arikunto, 2010). Penelitian ini
menggunakan formula Kuder Richardson 20 (KR 20) untuk menguji
reliabilitas instrumen dengan skala Gutmann. Adapun rumus sebagai
berikut:
40
Uji reliabilitas yang digunakan pada instrumen ini untuk skala Likert
yaitu rumus aplha coronbach. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut
(Sugiyono, 2013):
Keterangan:
Nilai acuan untuk uji reliabilitas KR20 maupun alpha coronbach yaitu,
jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna, jika alpha antara 0,70 – 0,90
maka reliabilitas tingg, jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas
moderat, dan jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan hasil KR20 > 0,6 yaitu
0,7997 hasil tersebut menandakan instrumen pada penelitian ini memiliki
nilai reliabel yang tinggi sedangkan pada pengukuran dengan
menggunakan aplha cronbach, didapatkan nilai alpha > 0,6, yaitu 0,688,
instrumen pada penelitian ini dikatakan reliable.
G. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau
data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan
menggunakan rumusan tertentu sehingga menghasilkan informasi yang
41
diperlukan (Setiadi,2007). Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh
peneliti dalam pengolahan data dibagi menjadi enam tahap, yaitu
1. Editing data (pemeriksaan data)
Tahap ini yaitu data yang diperoleh berupa daftar pertanyaan, pada
kegiatan ini peneliti memeriksa data dengan cara mengumpulkan atau
menjumlahkan dan melakukan koreksi pada hasil kuesioner (Budiarto,
2008). Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memeriksa kembali
kuesioner dengan maksud mengecek, apakah semua kuesioner telah diisi
sesuai dengan petunjuk sebelumnya (Mardalis, 2008).
2. Coding data (pemberian kode)
Mengklasifikasi jawaban dari responden kedalam kategori,
biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode
berbentuk angka pada masing–masing jawaban (Budiarto, 2008). Kode
yang digunakan untuk penilaian gaya hidup yaitu “(1) untuk gaya hidup
tidak sehat dan (2) untuk gaya hidup sehat” (Notoatmodjo, 2005). Kode
yang digunakan untuk penilaian perilaku konsumsi makanan asin,
berlemak dan minuman berkafein yaitu “(1) untuk Lebih dari 1 kali sehari,
(2) untuk 1 kali sehari, (3) untuk 3-6 kali seminggu, (4) untuk 1-2 kali
seminggu, (5) untuk kurang 1 kali seminggu, dan (6) untuk tidak pernah”
(Aisyiyah, 2009). Kode yang digunakan untuk penilaian aktivitas fisik
yaitu “(1) untuk tidak aktif dan (2) untuk Aktif“ (Baecke, 1982). Kode
yang digunakan untuk penilaian keadaan stres yaitu “ (1) untuk stres dan
(2) untuk tidak stres” (Depkes, 2008).
42
3. Sortir data
Mensortir adalah dengan memilih atau mengelompokkan data
menurut jenis yang dikehendaki.
4. Entry data
Pada tahap ini jawaban–jawaban yang sudah diberi kode kategori
kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi
data.
5. Cleaning
Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih
dari kesalahan sehingga data siap dianalisis (Hidayat, 2008).
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis jenis variabel yang dinyatakan
dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam
bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Data dari setiap responden akan
dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh
dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan software statistik
(Dahlan, 2010).
I. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan
43
(Hidayat, 2007). Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain
sebagai berikut:
1. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari
Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian,
dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika subjek tidak bersedia maka
peneliti harus menghormati hak pasien.
2. Anonimity (Tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti. Peneliti akan manjamin kerahasiaan identitas responden,
dimana data-data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian dan apabila telah selesai maka data tersebut akan dimusnahkan.
44
Beberapa prinsip etik menurut Polit (2006), yaitu:
1. Self Determination, yaitu responden diberi kebebasan untuk
menentukan apakah bersedia atau tidak mengikuti kegiatan penelitian
dengan sukarela, setelah semua informasi yang berkaitan dengan
penelitian dijelaskan dengan menandatangani informed consent yang
telah disediakan.
2. Protection from discomfort, kenyamanan responden selama penelitian
dijamin. Peneliti menekankan apabila responden merasa tidak aman
atau nyaman selama mengikuti kegiatan penelitian sehingga
menimbulkan masalah baik fisik maupun psikologis, maka peneliti
mempersiapkan responden untuk menghentikan partisipasinya.
45
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian
gambaran gaya hidup pada pasien hipertensi di Puskesmas Ciangsana
Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan
dengan menyebarkan kuesioner secara total sampling kepada setiap
pengunjung yang berobat di puskesmas dan melakukan kunjungan rumah
kepada pasien yang telah terdiagnosis hipertensi dan masuk kedalam
kategori usia dewasa yaitu laki-laki atau perempuan yang berusia 25-45
tahun.
A. Gambaran Tempat Penelitian
1. Gambaran Umum
Puskesmas Ciangsana beralamat di Kp. Cikeas Hilit Nrt 5/3 Desa
Ciangsana Kec. Gunung Putri dan berdiri tahun 1984. Puskesmas
Ciangsana merupakan satu-satunya puskesmas yang ada di wilayah
Kelurahan Ciangsana, letak berbatasan dengan :
a. Sebelah utara : Perbatasan desa Bojong Kulur
b. Sebelah Selatan : Berbatasan Desa Nagrak
c. Sebelah Barat : Berbatasan Kel. Jatirangga/ Kali Cikeas
d. Sebelah Timur : Berbatasan Desa Limusnunggal/ Kali Cileungsi
1. Program Puskesmas
46
Puskesmas Ciangsana memiliki beberapa program Kesehatan
dasar, pengembangan wajib, dan pengembangan pilihan.
1) Pengembangan kesehatan dasar meliputi:
a. Promosi kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
c. Kesehatan ibu dan anak
d. Perbaikan gizi
e. Pengobatan
2) Pengembangan wajib meliputi:
a. Usaha Kesehatan Sekolah
b. Lansia
3) Pengembangan pilihan meliputi:
a. Laboratorium
Untuk program puskesmas yang fokus pada penyakit hipertensi
lebih di titik beratkan pada program kuratifnya karena lebih
terprogram. Setiap satu bulan sekali atau setidaknya jika obat
antihipertensinya sudah habis, pasien hipertensi diwajibkan untuk
kontrol ke puskesmas. Sementara untuk promotif dan preventif sudah
berjalan namun kurang digalakkan. Program promotif dan preventif
dilakukan oleh para kader saat Posbindu dengan cara penyuluhan
kesehatan. Peserta penyuluhan tidak hanya peserta posbindu namun
diberikan pula kepada para remaja. Selain itu menurut pengamatan
penulis, setiap pasien yang berobat ke puskesmas selalu dilakukan
pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan pengobatan, walaupun
47
pasien tersebut tidak berobat untuk hipertensi. Dari pemeriksaan awal
tersebut akan didapatkan tekanan darah pasien sehingga jika pasien
pada saat itu memiliki tekanan darahnya tinggi dapat pula diberikan
informasi agar pasien tersebut tidak terkena hipertensi.
B. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Karakteristik umur responden mengikuti kategori umur Depkes
RI Tahun 2009. Responden dalam penelitian ini merupakan pasien
hipertensi yang datang berobat di Puskesmas Ciangsana, Kecamatan
Gunung Putri Kabupaten Bogor. Jumlah responden adalah sebanyak
40 orang. Sebagian kecil responden dalam rentang dewasa awal yang
memiliki umur 26-35 tahun, yaitu 7 orang (17,5 %), sedangkan yang
paling banyak adalah responden yang berumur 36-45 tahun, yaitu 33
orang (82,5 %). Responden dengan umur termuda yaitu 26 tahun dan
responden dengan umur tertua yaitu 45 tahun.
Berikut ini distribusi responden berdasarkan umur dalam tabel
berikut ini :
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Umur
(Tahun)
Frekuensi Presentase
(%)
Dewasa Awal (26-35) 7 17,5
Dewasa Akhir (36-45) 33 82,5
Jumlah 40 100
2. Jenis Kelamin Responden
48
Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan jenis kelamin
responden :
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
(%)
Laki-laki 16 40,0
Perempuan 24 60,0
Total 40 100
Data di atas menunjukkan sebagian besar responden mempunyai jenis
kelamin perempuan, yaitu sebanyak 24 responden (60,0 %). Sedangkan
laki-laki sebanyak 16 responden (40,0%) .
3. Riwayat Keturunan Hipertensi dalam Keluarga
Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan riwayat hipertensi
yang ada dalam keluarga responden :
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat
Keturunan Hipertensi dalam Keluarga
Keturunan Hipertensi Frekuensi Presentase
(%)
Ya 23 57,5
Tidak 17 42,5
Total 40 100
Data di atas menunjukkan sebagian besar responden mempunyai riwayat
keturunan hipertensi dalam keluarganya, yaitu sebanyak 23 responden
(57,5 %). Sedangkan 17 responden (42,5 %) tidak memiliki riwayat
keturunan hipertensi dalam keluarganya.
49
4. Gaya Hidup
Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan gaya hidup:
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gaya Hidup
Gaya Hidup Frekuensi Presentase
(%)
Gaya hidup tidak
sehat
40 100
Gaya hidup sehat 0 0
Total 40 100
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa seluruh responden
mempunyai gaya hidup tidak sehat, yaitu sebanyak 40 responden (100%).
5. Kebiasaan Merokok
Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan kebiasaan
merokok:
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan
Merokok
Kebiasaan Merokok Frekuensi Presentase
(%)
Merokok 17 42,5
Tidak Merokok 23 57,5
Total 40 100
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian kecil responden yang
mempunyai kebiasaan merokok, yaitu sebanyak 17 responden (42,5%).
Sedangkan 23 responden (57,5%) tidak memiliki kebiasaan merokok.
6. Frekuensi Kebiasaan Makan Asin
50
Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan kebiasaan makan
asin:
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan
Makan Asin
Kebiasaan Makan Asin Frekuensi Presentase
(%)
Lebih dari 1 kali sehari 16 40,0
1 kali sehari 14 35,0
3-6 kali seminggu 6 15,0
1-2 kali seminggu 4 10,0
Total 40 100
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
yang mempunyai kebiasaan makan asin lebih dari satu kali sehari, yaitu
sebanyak 16 responden (40,0%). Sedangkan responden yang memiliki
kebiasaan makan asin 1-2 kali seminggu sebanyak 4 responden (10,0%).
7. Frekuensi Kebiasaan Makan Berlemak
Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan kebiasaan makan
asin:
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan
Makan Berlemak
Kebiasaan Makan
Berlemak
Frekuensi Presentase
(%)
Lebih dari 1 kali sehari 11 27,5
1 kali sehari 12 30,0
3-6 kali seminggu 12 30,0
1-2 kali seminggu 5 12,5
Total 40 100
51
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
yang mempunyai kebiasaan makan berlemak satu kali sehari dan 3-6 kali
seminggu, yaitu sebanyak 12 responden (30,0%). Sedangkan responden
yang memiliki kebiasaan makan berlemak 1-2 kali seminggu sebanyak 5
responden (12,5%).
8. Frekuensi Minuman Berkafein
Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan kebiasaan
minuman berkafein:
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan
Minuman Berkafein
Kebiasaan Minuman
Berkafein
Frekuensi Presentase
(%)
Lebih dari 1 kali sehari 12 30,0
1 kali sehari 14 35,0
3-6 kali seminggu 8 20,0
1-2 kali seminggu 4 10,0
Tidak Pernah 2 5,0
Total 40 100
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
yang mempunyai kebiasaan minuman berkafein satu kali sehari, yaitu
sebanyak 14 responden (35,0%). Sedangkan responden yang tidak pernah
memiliki kebiasaan minuman berkafein sebanyak 2 responden (5,0%).
52
9. Aktivitas Fisik
Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan status aktivitas
fisik dan status aktivitas waktu luang, yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status
Aktivitas fisik
Aktivitas Fisik Frekuensi Presentase
(%)
Aktif 4 10,0
Tidak Aktif 36 90,0
Total 40 100
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak
mempunyai kebiasaan aktivitas fisik, yaitu sebanyak 36 responden
(90,0%). Sedangkan responden yang memiliki kebiasaan aktivitas fisik
sebanyak 4 responden (10,0%).
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status
Aktivitas Waktu Luang
Aktivitas Fisik Frekuensi Presentase
(%)
Aktif 5 12,5
Tidak Aktif 35 87,5
Total 40 100
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
yang tidak mempunyai kebiasaan aktivitas waktu luang, yaitu sebanyak
35 responden (87,5%). Sedangkan responden yang memiliki kebiasaan
aktivitas waktu luang sebanyak 5 responden (12,5%).
53
10. Keadaan Stres
Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan keadaan stres:
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keadaaan
Stres
Keadaan Stres Frekuensi Presentase
(%)
Stres 23 57,5
Tidak Stres 17 42,5
Total 40 100
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
yang mengalami keadaan stres yaitu sebanyak 23 responden (57,5%).
Sedangkan responden yang tidak mengalami keadaan stres sebanyak 17
responden (42,5%).
54
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan pembahasan yang meliputi interpretasi dari hasil
penelitian, keterbatasan penelitian dan selanjutnya akan dibahas tentang
bagaimana implikasi dari hasil penelitian yang akan dibandingkan dua hal
pokok yaitu antara lain kerangka teori dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan mengenai gambaran gaya hidup pada pasien hipertensi berdasarkan
jenis kelamin, riwayat keturunan, kebiasaan merokok, frekuensi konsumsi
makan asin, frekuensi konsumsi makan berlemak, frekuensi konsumsi
minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres di Puskesmas
Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.
A. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Pada penelitian gambaran gaya hidup pada pasien hipertensi di
Puskesmas Ciangsana diperoleh sebanyak 40 responden yang sesuai
dengan sampel yang direncanakan. 40 responden yang diteliti adalah
responden dengan umur di antara 26-45 tahun yang merupakan
termasuk usia dewasa dalam kategori usia menurut Depkes RI (2009).
Hal ini didukung oleh data yang didapatkan dari Riskesdas (Riset
Kesehatan Dasar) tahun 2007, prevalensi hipertensi pada usia dewasa di
Indonesia sebesar 31,7% dan data dari Depkes (Departemen Kesehatan)
tahun 2006 yang menyatakan, bahwa meningkatnya kejadian hipertensi
55
cenderung terjadi pada orang dengan usia diatas 18 tahun. Berdasarkan
hasil studi pendahuluan ditemukan bahwa kategori usia dewasa dengan
responden terbanyak yaitu rentang 26-45 tahun, sehingga penelitian ini
mengambil sampel dengan rentang usia tersebut. Hal tersebut didukung
oleh pernyataan Pritasari (2006), yang menyatakan bahwa pada usia
produktif umumnya seseorang kurang memiliki motivasi untuk
memperhatikan pola makan dan kesehatannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penderita hipertensi usia
dewasa disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Hal ini didukung
oleh pernyataan Nisa (2012), Gaya hidup merupakan faktor risiko
penting timbulnya hipertensi pada seseorang termasuk usia dewasa
muda (21-40 tahun). Meningkatnya hipertensi dipengaruhi oleh gaya
hidup yang tidak sehat. Hal-hal yang termasuk gaya hidup tidak sehat,
antara lain merokok, kurang olahraga, mengonsumsi makanan yang
kurang bergizi, dan stres.
Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi menurut
peringkatan usia dan biasanya pada usia >40 tahun. pada pasien umur
20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) (Sharma, 2008).
Resiko hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur, hal ini
disebabkan oleh adanya perubahan struktur pada pembuluh darah besar
sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah
menjadi lebih kaku. Sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah
sistolik (Muhammadun, 2010).
56
2. Jenis Kelamin
Pada penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden
mempunyai jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 24 responden
(60,0 %). Sedangkan laki-laki sebanyak 16 responden (40,0%). Hasil
analisis gambaran antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi dapat
diketahui bahwa presentase kejadian hipertensi di subjek penelitian lebih
banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Hasil dari penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan menggunakan data
Riskesdas tahun 2007, prevalensi hipertensi pada perempuan lebih besar
dibandingkan dengan laki-laki yaitu 50,3% dan 49,7% (Rahajeng dan
Tuminah, 2009).
Wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
daripada pria pada usia tersebut (Perry & Potter 2005, h. 798). Wanita
lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini
disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita. Menurut
Cortas (2008), prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan
wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL. Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pernyataan Dalimartha
(2008) yang menyebutkan bahwa tingkat kejadian hipertensi akan lebih
tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Perbedaan hasil penelitian
57
ini disebabkan oleh perbandingan jumlah subjek penelitian laki-laki dan
perempuan yang tidak proporsional dimana jumlah subjek penelitian
perempuan hampir dua kali jumlah subjek penelitian laki-laki.
3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Keturunan
Hipertensi dalam Keluarga
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus
hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Rohaendi
dalam Irza, 2009).
Hasil ini didukung dengan pernyataan Black & Hawks (2005) yang
mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi akan mempunyai risiko yang lebih besar mengalami
hipertensi. Hal ini terjadi karena seseorang yang mempunyai riwayat
keluarga dengan hipertensi, beberapa gennya akan berinteraksi dengan
lingkungan dan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Adanya
faktor genetik pada keluaraga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang
tua menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi (Wade, 2003).
58
Pada penelitian ini dengan responden berusia 26-45 tahun,
didapatkan hasil sebesar 57,5% responden yang menderita hipertensi
memiliki riwayat hipertensi pada orang tuanya, dan sebesar 42,5%
responden yang menderita hipertensi tidak memiliki riwayat hipertensi
pada orang tuanya. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar
penderita hipertensi itu memiliki riwayat keturunan hipertensi dari
kedua orangtua, kakek atau bahkan neneknya. Hal ini senada dengan
hasil penelitian Irza (2009), dimana Irza yang mengambil sampel semua
responden tanpa melihat apakah responden merokok serta apakah
responden tersebut telah terdiagnosis hipertensi menyatakan bahwa
faktor riwayat keluarga sangat berpengaruh terhadap kemungkinan
terjadinya hipertensi.
B. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Faktor Pemberat
Hipertensi
1. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Kebiasaan
Merokok
Senyawa kimia yang terkandung dalam satu batang rokok sangat
berbahaya, terutama nikotin dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut
dihisap dan kemudian masuk ke dalam aliran darah. Zat beracun
tersebut dapat merusak pembuluh darah yang akan menyebabkan
aterosklerosis yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang
akan menyebabkan tekanan dalam dinding arteri meningkat. Jika
merokok dimulai usia muda, berisiko mendapat serangan jantung
59
menjadi dua kali lebih sering dibanding tidak merokok. Serangan
sering terjadi sebelum usia 50 tahun (Depkes, 2008).
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian kecil responden
yang mempunyai kebiasaan merokok, yaitu sebanyak 17 responden
(42,5%). Hasil penelitian ini berbeda dari Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Irza (2009) juga menunjukkan hasil yang sama. Dalam
penelitian Irza yang mengambil sampel responden yang merokok dan
uang tidak merokok dengan mengabaikan berapa jumlah batang rokok
yang dikonsumsi dalam sehari dan apakah responden telah terdiagnosis
hipertensi atau tidak hasilnya menyatakan bahwa faktor merokok atau
tidaknya responden berhubungan dengan kejadian hipertensi.
Hal ini disebabkan karena sebagian besar subjek penelitian yang
saat ini adalah perempuan 57,5% yang umumnya bukan perokok,
sedangkan responden laki-laki yang merokok lebih sedikit yaitu
sebesar 42,5%. Penderita hipertensi pada penelitian ini sebagian besar
tidak merokok, tetapi untuk faktor merokok berisiko terhadap kejadian
hipertensi.
2. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Frekuensi
Kebiasaan Makan Asin
Natrium (Na) bersama klorida (Cl) dalam garam dapur (NaCl)
bermanfaat bagi tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan
tubuh dan mengatur tekanan darah. Namun, natrium yang masuk
dalam darah secara berlebihan dapat menahan air, sehingga
meningkatkan volume darah. Peningkatan volume darah
60
mengakibatkan tekanan pada dinding pembuluh darah meningkat,
sehingga kerja jantung dalam memompa darah juga semakin
meningkat. Kelebihan natrium dalam darah juga berdampak buruk
bagi dinding pembuluh darah dan mengikis pembuluh darah tersebut
hingga terkelupas. Kotoran akibat pengelupasan ini dapat menyumbat
pembuluh darah (Widharto 2007, hh. 10-12).
Berdasarkan hasil penelitian ini, frekuensi kebiasaan makan asin
didapatkan bahwa penderita hipertensi yang mengkonsumsi makanan
asin lebih dari satu kali sehari, yaitu sebanyak 16 responden (40,0%).
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sugiharto (2007), yang
membuktikan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan asin
dengan kejadian hipertensi dan meyatakan bahwa seseorang yang
terbiasa mengkonsumsi makanan asin akan berisiko 3,95 kali
dibandingkan orang yang tidak terbiasa konsumsi makanan asin.
Penelitian ini menyatakan bahwa semakin sering seseorang
mengkonsumsi makanan asin maka akan semakin besar pula peluang
untuk terkena penyakit hipertensi. Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan Beevers (2002), pada orang kembar yang dibesarkan
secara terpisah atau bersama dan juga terdapat anak-anak bukan
adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah
dalam keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup.
Berdasarkan penelitian tersebut merupakan akibat dari faktor genetika
dan separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan sejak
awal kanak-kanak.
61
3. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Frekuensi
Kebiasaan Makan Berlemak
Konsumsi pangan tinggi lemak juga dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah yang dikenal dengan aterosklerosis.
Lemak yang berasal dari minyak goreng tersusun dari asam lemak
jenuh rantai panjang. Keberadaanya yang berlebih di dalam tubuh
akan menyebabkan penumpukan dan pembentukkan plak di pembuluh
darah. Pembuluh darah akan menjadi semakin sempit dan
elastisitasnya berkurang. Kandungan Lemak atau minyak yang dapat
mengganggu kesehatan jika jumlahnya berlebih lainnya adalah:
kolesterol, trigliserida, low density lopoprotein (LDL). Jeroan (usus,
hati, babat, lidah, jantung, otak, dan paru), santan dan semua minyak
lainnya seperti minyak jagung, minyak kedelai yang mendapat
pemanasan tinggi atau dipanaskan berulang-ulang banyak
mengandung asam lemak jenuh berupa koleterol. (Almatsier, 2003).
Hasil penelitian ini, dimana penderita hipertensi memiliki
kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak satu kali sehari dan 3-6
kali seminggu, yaitu sebanyak 12 responden (30,0%). Sedangkan
responden yang memiliki kebiasaan makan berlemak 1-2 kali
seminggu sebanyak 5 responden (12,5%). Hasil ini sama dengan hasil
penelitian Irza (2009) yang menyatakan bahwa faktor konsumsi lemak
berhubungan dengan hipertensi yaitu makin sering mengkonsumsi
makanan dengan tinggi lemak, maka tekanan darah juga akan semakin
tinggi. Aisyiyah (2009) juga menyatakan hal yang sama hal ini karena
62
konsumsi jeroan berlebih dapat menimbulkan penimbunan kolesterol
dan meningkatkan penyempitan pembuluh darah. Persamaan hasil
penelitian ini disebabkan oleh persamaan kriteria subjek penelitian
yang digunakan yaitu individu dengan hipertensi.
4. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Frekuensi
Minuman Berkafein
Mengkonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari mempunyai
tekanan darah rata-rata lebih tinggi di bandingkan dengan kalau
mereka tidak mengkonsumsi sama sekali. Kebiasaan mengkonsumsi
kopi dapat meningkatkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan
risiko terkena penyakit jantung (Sustrani, 2006). Pernyataan tersebut
selaras dengan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden yang mempunyai kebiasaan minuman berkafein satu kali
sehari, yaitu sebanyak 14 responden (35,0%).
Penelitian ini didukung oleh pernyataan menurut penelitian
eksperimental Winkelmayer et al. (2005) kafein akan meningkatkan
konsentrasi hormon stres seperti epinefrin, norepinefrin, dan kortisol
yang dapat meningkatkan tekanan darah. Beberapa peneliti
menyatakan bahwa kafein dapat membuat pembuluh darah menyempit
karena kafein dapat memblokir efek adenosine yaitu hormon yang
menjaga agar pembuluh darah tetap lebar. Kafein juga merangsang
kelenjar adrenal untuk melepas lebih banyak kartisol dan adrenalin
yang dapat memicu tekanan darah menjadi meningkat (Sheps, 2005).
63
Berbagai penelitian mengenai hubungan konsumsi minuman
berkafein dengan kejadian hipertensi telah dilakukan dan
menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan
oleh Shaleh (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi.
Sementara itu, hasil berbeda ditunjukkan dalam penelitian Fitriani
(2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pola konsumsi kafein dengan kejadian hipertensi.
Perbedaan pada ketiga penelitian ini disebabkan oleh perbedaan
dalam mengkategorikan konsumsi kafein. Pada Penelitian yang
dilakukan oleh Shaleh (2011) konsumsi kafein dikategorikan dalam
iya dan tidak. Pada penelitian Fitriani (2010), konsumsi kafein
dikategorikan menjadi >2 gelas/hari dan ≤ 2 gelas/hari. Sedangkan
pada penelitian ini peneliti memkategorikan dalam bentuk frekuensi
konsumsi kafein dengan kategori lebih dari 1 kali sehari, 1 kali sehari,
3-6 kali seminggu, 1-2 kali seminggu, kurang 1 kali seminggu dan
tidak pernah.
5. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik
Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa penderita hipertensi yang
tidak memiliki kebiasaan melakukan aktivitas fisik 90,0% dan
penderita hipertensi yang tidak aktif melakukan aktivitas di waktu
luang sebesar 87,5%. Dapat disimpulkan bahwa responden penelitian
ini kurang aktif dalam aktivitas olahraga. Kejadian hipertensi ini
dipengaruhi oleh faktor kebiasaan subjek penelitian yang tidak rutin
64
dalam hal aktivitas fisik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Dalimartha, dkk (2005), yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi, dan
individu yang kurang aktif mempunyai resiko menderita hipertensi
sebesar 30-50%.
Aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan resiko kegemukkan
yang juga merupakan salah satu faktor resiko dari hipertensi dan
penyakit degeneratif lainnya. Aktivitas fisik seperti olahraga yang
teratur akan menurunkan tahanan perifer untuk menunjukkan tekanan
darah. Selain itu, olahraga yang teratur melatih otot jantung dalam
pekerjaan berat di kondisi tertentu, sehingga jantung akan terbiasa
dengan kondisi tersebut. Orang dengan aktivitas fisik yang kurang
cenderung memiliki frekuensi denyut nadi yang lebih tinggi, sehingga
otot jantung memompa darah lebih keras dan sering. Hal ini akan
menyebabkan tekanan pada dinding arteri semakin besar (Price&Lang,
2006). Olahraga atau aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur,
menyebabkan jantung akan bekerja lebih efisien, denyut jantung
berkurang dan menurunkan tekanan darah (Tremblay, 2006 dalam
Respati, 2007).
6. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Keadaan Stres
Hasil penelitian ini yaitu bahwa sebagian besar responden yang
mengalami keadaan stres yaitu sebanyak 23 responden (57,5%). Dari
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kejadian hipertensi ini
dipengaruhi oleh keadaan stres subjek penelitian. Hal ini sejalan
65
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2012), yang
menyatakan bahwa stres mempunyai hubungan bermakna dengan
kejadian hipertensi.
Pernyataan diatas didukung juga dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Suheni (2007), yang menyatakan bahwa responden
yang mengalami stres memiliki resiko terkena hipertensi sebesar 9,333
kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki
stres.
Stres mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat
kejadian hipertensi. Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh
darah perifer dan keluaran jantung. Stres dapat memicu pengeluaran
hormon kortisol dan epinefrin yang berhubungan dengan
imunosupresi, aritmia, dan peningkatan tekanan darah dan denyut
jangtung (Davis, 2004). Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan berbagai penyakit yang salah satunya adalah hipertensi
(Hahn & Payne, 2003).
Persamaan hasil penelitian ini disebabkan karna faktor persamaan
subjek penelitian yaitu khusus penderita hipertensi. Subjek dalam
penelitian ini mempunyai koping stres yang mungkin tidak efektif
namun tidak secara khusus diteliti dalam penelitian ini. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa subjek penelitian mempunyai
kebiasaan aktivitas yang tidak rutin atau kurang aktif dimana aktivitas
fisik atau olahraga merupakan salah satu mekanisme koping stres yang
efektif untuk mengurangi stres.
66
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis masih memiliki keterbatasan penelitian.
Keterbatasan penelitian yang dimaksud diantaranya mendapat kendala
dalam mencari teori-teori yang terbaru yang terkait dengan penelitian ini,
sehingga peneliti hanya dapat melakukan penelitian kuantitatif dan tidak
dapat mengeksplor lebih dalam tentang gaya hidup penderita hipertensi
berdasarkan jenis kelamin, riwayat keturunan, kebiasaan merokok,
frekuensi konsumsi makan asin, frekuensi konsumsi makan berlemak,
frekuensi konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres.
Selain itu dalam cara mengkategorikan hasil penelitian tentang
kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar lemak dan garam tinggi,
peneliti juga memiliki kekurangan sumber bacaan sehingga ditakutkan
hasilnya akan bias karena antara kuantitas dan kualitas makanan yang
dikonsumsi tidak dikaji lebih lanjut. Kemudian pada indeks aktivitas fisik
msih belum menemukan sumber yang terbaru.
67
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Penderita hipertensi terbanyak yang terdata di Puskesmas Ciangsana
tahun 2015 adalah pada rentang umur 26-45 tahun sebanyak 40 orang.
2. Jenis kelamin penderita hipertensi yang terdata oleh puskesmas
Ciangsana tahun 2015 lebih dominan perempuan sebesar 60,0 %.
3. Gambaran riwayat keturunan pada penderita hipertensi di Puskesmas
Ciangsana tahun 2015 yaitu sebesar 57,5 % yang memiliki riwayat
keturunan hipertensi.
4. Gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di Puskesmas
Ciangsana tahun 2015 yaitu seluruh responden memiliki gaya hidup
yang tidak sehat sebesar 100%.
5. Gambaran kebiasaan merokok pada penderita hipertensi di Puskesmas
Ciangsana tahun 2015 adalah sebesar 42,5% yang memiliki kebiasaan
merokok.
6. Gambaran frekuensi konsumsi makan asin pada penderita hipertensi di
Puskesmas Ciangsana tahun 2015 adalah sebesar 40,0% yang memiliki
kebiasaan makan asin lebih dari satu kali sehari.
7. Gambaran frekuensi konsumsi makan berlemak pada penderita
hipertensi di Puskesmas Ciangsana tahun 2015 adalah sebesar 30,0%
68
yang memiliki kebiasaan makan berlemak satu kali sehari.
8. Gambaran frekuensi konsumsi minuman berkafein pada penderita
hipertensi di Puskesmas Ciangsana tahun 2015 adalah sebesar 35,0%
yang memiliki kebiasaan minuman berkafein satu kali sehari.
9. Gambaran aktivitas fisik pada penderita hipertensi di Puskesmas
Ciangsana tahun 2015 adalah sebesar 10,0% yang memiliki kebiasaan
aktifitas fisik dan sebesar 12,5% penderita hipertensi yang aktif
melakukan aktivitas di waktu luang.
10. Gambaran keadaan stres pada penderita hipertensi di Puskesmas
Ciangsana tahun 2015 adalah sebesar 57,5% yang mengalami keadaan
stres.
B. Saran
1. Bagi klien dan masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat untuk mengubah gaya hidupnya ke
arah yang lebih sehat, terutama mengurangi atau bahkan bahkan
berhenti merokok, mengurangi frekuensi konsumsi makan asin,
mengurangi frekuensi konsumsi makan berlemak, mengurangi
frekuensi konsumsi minuman berkafein, melakukan aktivitas fisik dan
aktivitas di waktu luang yang rutin dan lebih mengontrol keadaan
stresnya secara baik serta meningkatkan motivasi untuk melakukan
pemeriksaan sedini mungkin dan pengobatan rutin bagi penderita
hipertensi.
69
2. Kepada Pihak Puskesmas Ciangsana
Diharapkan Puskesmas Ciangsana lebih meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan terutama terhadap penderita hipertensi, lebih
meningkatkan upaya pelayanan kesehatan yang lebih utama adalah
upaya preventif untuk mengendalikan faktor resiko hipertensi, dan
lebih meningkatkan upaya kuratif untuk kelompok yang beresiko
tinggi terhadap hipertensi.
3. Kepada peneliti lain
Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif oleh karena itu,
diharapkan kepada peneliti selanjunya untuk melakukan penelitian
sejenis dengan mengeksplor lebih dalam terkait gaya hidup penderita
hipertensi dengan jenis penelitian kualitatif.
70
DAFTAR PUSTAKA
Adger, W.N., Kelly, P.M. and Ninh, N.H., editors : Living with environmental
change: social vulnerability, adaptation and resilience in Vietnam. London:
Routledge. 2001.
Agustin, Mubiar. Profil Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini Di TK Laboratorium
Universitas Pendidikan Indonesia, Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 4, No.2.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 2006.
Alimul Aziz, H. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika. 2008.
Armilawaty. Hipertensi dan Faktor Risikonya Dalam Kajian Epidemiologi. 2007.
Diunduh pada tanggal 30 Mei 2012 melalui
www.ridwanuddin.wordpress.com
Arikunto, S. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).
Jakarta : Rineka Cipta. 2010.
Azwar, Syaifuddin. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
2006.
Baecke, JAH. Burema J Frijters ER. A short questionnaire for the measurement of
habitual physical activity in epidemiological studies. Am J Clin Nutr. 1982
Basha, Adnil. Hipertensi. 2004 Dari : http://www.PJNHK.go.id [18 Juni 2008]
Beevers, DG. Seri Kesehatan-Bimbingan Dokter Pada Tekanan Darah: Apa Yang
Dimaksud Dengan Hipertensi?: Gejala Hipertensi. Jakarta: Dian Rakyat,
Hal. 3-4. 2002.
Budiharto. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu
Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC. 2008.
71
Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka Cipta. 2000.
Cahyono, Suharjo. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Jakarta : Kanisius. 2008.
Cardiology Channel. Hypertension (High Blood Pressure);http://www.
Cardiologychannel.com [diakses tanggal 10 Agustus 2008].
Chandra, B. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: EGC. 1995.
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black H.R., Cushman W.C., Green L.A., Izzo
J.L., Jr., et al. The seventh report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure:
The JNC 7 Report. JAMA;289:2560-72. 2003.
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku: Patofisiologi. Jakarta:EGC. 2009.
Crea, M.. Hypertension. Jakarta: Medya. 2008.
Dadang, Hawari. Manajemen, Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta:UI Press. 2006.
Dahlan Sopiyudin, M. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalamPenelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.2010.
Dalimartha. S. Care Your Self Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus. 2008.
Departemen Kesehatan RI. Hasil riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007,
Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Dep Kes RI, 2008
______. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka. 2003.
______. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. 2009.
______. PrinsipDasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2001.
______. Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi.
Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Depkes RI. 2006.
______. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia Tahun
2007. Jakarta: Balitbangkes Depkes RI. 2008.
72
______. Panduan Promosi Perilaku Tidak Merokok. Jakarta: Pusat Promosi
Kesehatan Depkes RI. 2008.
______. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika. 2008.
Dhianningtyas, Yunita & Hendrati, Lucia Y. Risiko Obesitas, kebiasaan merokok,
dan konsumsi garam terhadap kejadian hipertensi pada usia produktif. The
Indonesian Journal of Public Health Vol. 2 No. 3. 2006.
Fahmida, Umi dan Drupadi HS Dillon. Handbook Nutritional Assessment.
Jakarta: SEAMEO-TROPMED RCCN UI. 2007.
Gray, Huon. Kardiologi Edisi IV. Jakarta: Erlangga. 2005.
Guyton A.C. and J.E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC. 2007.
Hawari, D. Manajemen stress, cemas, dan depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2001.
Hidayat, A.A.A. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika. 2007.
________, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika. 2008.
Humayun, Anjum et al. Relation of Hypertension With Body Mass Index and Age
in Male and Female Population of Peshawar, Pakistan. J Ayub Med Coll
Abbottabad 2009 (21); 63-65. Diunduh pada hari Jumat, 13 Januari 2012
jam 11.00 dari: http://www.ayubmed.edu.pk/JAMC/PAST/21-3/. 2009.
Irza, Syukraini. Analisis Faktor-Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat
Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat. Skripsi.
73
http://www.digilibusu.or.id. Fakultas Farmasi USU. Diakses tanggal 4 Juli
2010, pukul 15.00 WIB. 2009.
Kaplan, Norman M. Smoking and Hypertension. Diakses pada hari Senin, 5 Maret
2012 jam 14.30 dari: http//uptodate.com/patients/content/topic.do. 2011.
Kotchen, Theodore A et al. Nutrition, Diet, and Hypertension. Modern Nutrition
in Health and Disease (2). Phidelphia: Lippincot Williams & Wilkins. 2006.
Lany Gunawan. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Kanisius, Jakarta. 2005.
Lisnawati, L. Generasi Sehat Melalui Imunisasi, Trans Info Media, Jakarta. 2011.
Mansjoer Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aesculaplus.
Jakarta. 2001.
Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Profosal. Jakarta : PT. Bumi
Aksara. 2008.
Marliani, L. 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Gramedia. 2007.
Maulana, H. D., Sos, S. & Kes, M. Promosi Kesehatan. EGC. 2009.
Morton, C. C. MRSA bacteria is common and handwasing is important preventivemeasure. 2008. Http://www.hsph.harvard.edu/now/20080314/mrsa-bacteria-handwasing.html, diperoleh tanggal 24 April 2009.
Ningsih, F. Hubungan Karakteristik Individu, Asupan Zat Gizi dan Gaya Hidup
Terhadap Kejadian Hipertensi pada orang Dewasa di Depok Tahun 2008.
Skripsi tidak diterbitkan: FKM UI. 2008.
Notoadmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. 2003.
_________. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 2005.
Polit D.F & Beck C.T. Nursing Research Methods, Appraisal, and Utilizationa
(6th Ed.). Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. 2006.
74
Price, Wilson. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC. 2006.
Pritasari. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta:
PT Primamedia Pustaka. 2006.
Puspitorini, Myra. Hipertensi Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
(Cetakan 3). Yogyakarta: Image Press. 2009.
Rahajeng, Ekowati., Tuminah, Sulistyowati. Prevalensi Hipertensi dan
Determinannya di Indonesia. 2009. Dalam: Majalah Kedokteran
Indonesia, Volume: 59 Nomor 12. Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan
Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Available
from:http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/.../700/69
9 [Accesed 2 Desember 2012]
Respati, Anung. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi Ringan Pada Laki-
laki Usia 20-40 Tahun di Kota Pariaman Tahun 2007. Tesis. Depok;
FKMUI. 2007.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul
Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2007
Rohaendi. Hipertensi. 2008. Diambil tanggal 16 September 2009 dari
http://dimasmis.blogspot.com/html.
Sabri, L., Hastono, SP. Statistik Kesehatan.Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
2008. See more at: http://statistik-kesehatan.blogspot.com/2011/03/statistik-
parametrik-dan-non-parametrik.html#sthash.Cv1KPzeI.dpuf
Sakinah. Media Muslim Muda. Solo. Alfata. 2002.
75
Saleh, Asep Jalaludin. Faktor-faktor Resiko Kejadian Hipertensi pada Dewasa
Pedesaan di Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011.
Skripsi. Depok: FKMUI. 2011.
Saraswati, S. DIET SEHAT untuk penyakit asam urat, diabetes, hipertensi, dan
stroke. Jogjakarta: A Plus Books, Cetakan I. 2009.
Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
2007.
Setiawati, A. dan Bustami. Farmakologi dan Terapi, Edisi 4. Jakarta: Universitas
Indonesia Press. 2005.
Sevilla, Consuelo et, Al. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Universitas
Indonesia Press. 1993.
Shanty, M. Penyakit yang Diam-diam Mematikan. Yogyakarta: Javalitera. 2011.
Sheps, Sheldon G. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta: PT Intisari Mediatama. 2005.
Siagian, Albiner. Epidemiologi Gizi. Jakarta: Erlangga. 2010.
Sihombing M. Hubungan prilaku merokok, konsumsi makanan/minuman, dan
aktivitas fisik dengan penyakit hipertensi pada responden obes usia dewasa
di Indonesia. Maj Kedokt Indon. 60(9):406-412. 2010.
Siswono. http://www.republika.co.id. Diakses Tanggal 12 Mei 2008.
Sitepu, Rahmadani. Pengaruh Kebiasaan Merokok dan Status Gizi Terhadap
Hipertensi pada Pegawai kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi
Sumatera Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara. 2012.
76
Sitorus, Ronald H. Gejala Penyakit dan Pencegahannya. Bandung: Yrama
Wiidya. 2005.
Smet, Bart. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia. 1994.
Soeparman. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI. 2003.
Sugihartono, Aris. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat
(Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). 2007 Tesis.
http://eprints.undip.ac.id. Program Studi Magister Epidemiologi Pasca
Sarjana UNDIP, Semarang. Diakses tanggal 16 Agustus 2010, pukul 14.44
WIB.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.
. 2007
________. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R & D. Bandung: Alfabeta. 2013.
Suhardjono. Hipertensi pada Usia Lanjut dalam Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III
Edisi IV. Depok: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
2006.
Suheni, Yuliana. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian
Hipertensi pada Laki-laki Usia 40 Tahun ke Atas Di Badan Rumah Sakit
Daerah Cepu. Skripsi. Fakultas Ilmu Olahraga Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Negeri Semarang. 2007.
Sumiati, Ati. Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Remaja Obes Di
SMP Islam Al Azhar 12 Rawamangun. Skripsi. Jakarta:Poltekes Jakarta II.
2008.
77
Susanto. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta : CV. Andi.
2010.
Susilo, Yekti dan Wulandari Ari. (2011). Cara Jitu Mengatasi
Hipertensi. Yogyakarta : Andi.
Sustrani, Lisnawati. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2006.
Sutanto. Awas 7 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Paradigma Indonesia. 2009.
Sutomo, Budi. Menu.Sehat.Penakluk.Hipertensi. Jakarta. 2009.
Tanjung, Novi Dewi. Hubungan Antara Gaya Hidup, Asupan Gizi, Pola Minum,
dan Indeks Massa Tubuh dengan Hipertensi pada Pra lansia dan Lansia
Posbindu Kelurahan Rangkepan Jaya Depok Tahun 2009. Skripsi. Depok;
FKMUI. 2009.
Tremblay, Angelo and Fanny Therrien. Phisial Activity and Body Functionality
Implications for Obesity Prevention and Treatment.Can J of Physiol
Pharmacol: 84;288: 149-156. 2006. Dalam Respati, Anung. 2007.
Hubungan Aktifitas Fisik dengan Hipertensi Ringan Pada Laki-laki Usia
20-40 Tahun Di Kota Pariaman Tahun 2007. Tesis. Depok: FKMUI.
Uiterwaal, Cuno SPM et al. Coffe Intake and Incidence of Hypertension. Am J
Clin Nutr 2007 Vol 85: 718-723. 2007. Diunduh pada hari Jumat, 13
Januari 2012 jam 11.00. dari: www.ajcn.org.
Winkelmayer, W. C., Stampler, M. J., & Willett, W. C. Habitual Caffeine Intake
and the Risk of Hypertension in Woman. JAMA, 294 (18). 2330-2335.
2005. Diunduh pada, Februari, 21, 2012. http://jama.ama-
78
assn.org/content/294/18/2330.full.pdf+html?sid=787a8688-3173-4c87-
8007-8517ae3412ce.
World Health Organization. International Society of Hypertension WritingGroup,
World Health Organization-Internasional Society of hypertension statement
of Management of Hypertension, 108-17. 2008.
Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.
79
LAMPIRAN
80
Rekapitulasi Hasil Penelitian Aktifitas Fisik:
p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 IAO Status IAWL status1 A A A A A A 1 2 2 4 4 3 2 1,2 TA 4,2 A1 B B A B B A 2 2 2 4 3 2 2 1,5 A 2,2 A1 B B D B B D 3 4 4 4 3 2 2 3,4 A 2,2 A1 B B B B B B 2 3 3 3 2 2 2 2,2 A 2,2 A1 B B B B B B 2 3 3 4 3 2 3 2,2 A 2,5 A2 A A A A A A 1 2 2 5 3 1 2 1,2 TA 1,7 A1 C B D C B D 3 2 2 2 2 2 2 2,6 A 2,5 A1 B C D B C D 3 3 3 3 3 3 3 3,3 A 5,2 A1 B C C B C C 2 2 2 4 4 4 3 4,1 A 7,7 A1 A A A A A A 3 3 4 3 3 3 2 2,5 A 2,7 A1 A A A A A A 3 3 3 4 3 3 3 2,3 A 4,2 A2 A B A A B A 2 3 3 3 2 2 2 2,1 A 2,2 A2 A A A A A A 3 3 4 5 2 2 1 2,5 A 1,5 TA1 A B A A B A 2 3 3 2 2 2 1 2,1 A 2,2 A1 B B A B B A 3 3 3 3 1 3 1 2,4 A 2 A1 B B A B B A 3 2 2 4 2 2 2 2 A 2 A2 A A A A A A 2 3 3 3 1 1 1 2 A 1,5 TA1 A B A A B A 1 3 3 3 2 2 2 1,8 A 2,2 A2 A A A A A A 1 2 2 5 3 1 1 1,3 TA 1,5 TA1 A B A A B A 3 3 4 3 4 3 2 2,6 A 3 A1 B C D B C D 3 3 4 2 4 3 2 6,7 A 3,2 A2 A A A A A A 3 3 3 3 2 3 1 2,5 A 2,2 A1 C C D C C D 4 3 4 4 4 3 2 8,6 A 2,7 A1 C B C C B C 2 3 3 4 3 2 1 4,2 A 2 A1 B C D B C D 3 3 3 3 4 2 3 6,5 A 3 A2 A A A A A A 1 2 2 4 2 1 1 1,3 TA 1,5 TA1 B B D B B D 2 3 2 4 2 2 2 4,3 A 2 A1 C C B C C B 3 3 3 3 4 3 4 3,7 A 3,5 A1 B C D B C D 3 3 4 4 3 3 3 6,7 A 2,7 A1 A B A A B A 2 2 3 4 2 2 2 1,8 A 2,2 A1 B C D B C D 3 3 4 3 3 4 3 6,7 A 3,2 A1 A B A A B A 3 3 3 4 2 3 3 2,3 A 2,5 A2 A A A A A A 2 2 3 4 2 2 1 1,8 A 1,7 A1 B C C B C C 4 4 2 3 2 4 3 5,1 A 3 A1 B B D B B D 3 3 3 4 3 2 1 4,8 A 2 A1 B C B B C B 4 4 4 3 4 3 3 4 A 3,2 A1 A B A A B A 3 4 2 3 4 2 2 2,3 A 2,7 A2 A A A A A A 2 2 3 4 3 1 1 1,8 A 1,7 A2 A A A A A A 2 2 4 4 2 1 1 2 A 1,5 TA1 B C C B C C 3 3 4 4 3 2 3 5,1 A 2,5 A