60
i GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ILEUM AYAM RAS PEDAGING YANG DI BERI TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM RANSUM SKRIPSI Oleh: YESSY ANATALIA SIAGIAN I 111 12 905 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

  • Upload
    others

  • View
    27

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

i

GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIANILEUM AYAM RAS PEDAGING YANG DI BERI TEPUNG DAUN

KELOR (Moringa oleifera) DALAM RANSUM

SKRIPSI

Oleh:

YESSY ANATALIA SIAGIANI 111 12 905

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 2: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ii

GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUSBAGIAN ILEUM AYAM RAS PEDAGING YANG DI BERI TEPUNG

DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM RANSUM

SKRIPSI

Oleh:

YESSY ANATALIA SIAGIANI 111 12 905

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana FakultasPeternakan Universitas Hasanuddin

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 3: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

iii

Page 4: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

iv

Page 5: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan

yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang selalu melimpah kepada umat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian hingga penyusunan tugas

akhir yang berjudul “Gambaran Histologis dan Tinggi Vili Usus Halus bagian

Ileum Ayam Ras Pedaging yang diberi Tepung Daun Kelor (Moringa

oleifera) dalam Ransum” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Tak lupa pula penulis

mengucapkan syukur kepada Ibunda Maria yang senantiasa memberi

perlindungan dan hantaran doa kepada anak-Nya Yesus Kristus atas segala

kesehatan dan berkat selama penyusunan tugas akhir ini hingga selesai.

Penulis mengakui banyak hambatan dan kesulitan yang dialami dalam

menyelesaikan tugas akhir ini. Tetapi berkat kerja keras, semangat, dorongan,

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

Tibalah saat yang paling dinantikan sekaligus mengharukan bagi penulis,

yaitu menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus, seindah, dan sebanyak

mungkin kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini,

antara lain kepada:

1. Ibu drh. Hj. Farida Nur Yuliati selaku pembimbing utama dan Bapak Ir.

Mustakim Mattau, MS selaku pembimbing anggota yang telah banyak

Page 6: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

vi

meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan serta

nasehat dari awal penelitian hingga selesainya penulisan tugas akhir ini.

2. Bapak Dr. Muhammad Ihsan Andi Dagong, S.Pt., M.Si., Ibu Prof. Dr. drh.

Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc., dan Bapak Prof. Dr. Ir. Djoni Prawira

Rahardja, M.Sc. sebagai pembahas yang telah memberikan masukan dalam

proses perbaikan tugas akhir ini.

3. Bapak Ir.Mustakim Mattau, MS selaku Pembimbing Akademik, Bapak Dr. Ir.

Wempie Pakiding, M.Sc selaku pembimbing Seminar Pustaka dan Ibu Dr.

Nahariah, S.Pt., M.P. selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan terima

kasih atas bimbingan dan masukan selama ini.

4. Dekan, Pembantu Dekan I, II dan III dan seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas

Peternakan yang telah melimpahkan ilmunya kepada penulis selama berada

dibangku perkuliahan, serta Bapak/Ibu Staf Pegawai Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin yang telah membantu dalam proses akademik.

5. Bapak Dr. Ir.Wempie Pakiding. M.Sc Kepala Laboratorium Ilmu Ternak

Unggas dan Ibu drh. Hj. Farida Nur Yuliati, M.Si selaku Kepala

Laboratorium Mikrobiologi Ternak.

6. Bapak Muhammad Yunus, Nuraeni, S.Pt dan Tri Astuti, S.Pt selaku teman

penelitian yang telah banyak mengajarkan arti kerjasama, kebersamaan dan

pengertian selama proses penelitian.

7. Kanda Rachman Hakim S.Pt., M.P., Azhar S.Pt, Urfiana Sara S.Pt, Rajma

Fastawa S.Pt, Yusri S.Pt, Trianta Tahir S.Pt, Sem S.Pt, Ridwan S.Pt, Sulkifli,

Page 7: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

vii

Nasrun, Auliya S.Pt, Takim dan Makmur yang telah banyak membantu di

laboratorium Ilmu Ternak Unggas hingga penelitian selesai.

8. Teman berbagi cerita selama dibangku perkuliahan Tika, Rita, Fatma, Reski,

Nis dan Mela sukses selalu dan tetap menjadi diri sendiri.

9. Team Kunyit: Jihad, Kandi dan Rahim, team umbi : Nesma, Wahyu dan

Rahmat Burhan, serta team bahan pakan: Fatma, Mela, Dita dan Nis yang

telah banyak membantu dan memotivasi penulis selama ini.

10. Widy Wing Tandililing selaku teman dekat, teman berbagi cerita, teman

mengadu, teman pelampiasan kemarahan dan kesedihan yang selalu

memberikan semangat, dukungan serta doa bagi penulis dari awal hingga

semua tahap bisa terlewati. Mengenalmu yang cukup lama menjadi kesan

tersendiri bagi penulis, semangat mengerjakan tugas akhirnya dan cepat

nyusul yah!!!!

11. Partner PKL (Mega dan Hasrah) di Teaching Industry Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin yang telah mengajarkan arti kebersamaan dan

kerjasama selama PKL berlangsung.

12. Teman-teman KKN gel. 90 UNHAS khususnya Posko Kalosi Alau Kec. Dua

Pitue Kab. Sidrap yaitu Khaerani, Anti, Kak Lenny, Mail dan Kak Erwin

yang pernah tinggal seatap kurang lebih 2 bulan lamanya, meski berbeda

agama, suku dan ras tetapi sudah dianggap seperti keluarga sendiri yang telah

membantu, memberikan semangat , kerjasama yang tinggi. Kompak terus dan

sukses selalu buat kalian

Page 8: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

viii

13. Teman-Teman yang telah banyak membantu selama dikampus : Wendy

Natalia, Kasmita, Tenri, Incess Appe, Ica, Imu, Kanzul, Aswar Raden, Erick,

Akbar, Zuhal, Kartina desember, Cica , Rismawati, Isnawati, Bambang serta

teman- teman semua yang tidak sempat disebutkan satu per satu terima kasih

dan sukses selalu.

14. Teman angkatan Flock Mentality 012 terlebih khusus kelas D salam kompak

selalu, Larva 013, solandeven 011, Lion 010, Merpati 09, Bakteri 08 dan

Rumput 07.

15. Lembaga Tercinta Himaprotek_UH, Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin yang telah banyak memberi wadah terhadap penulis

untuk berproses dan belajar.

16. Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) Unhas sebagai sarana dalam menjalin

keakraban dan tempat menumbuhkan iman persaudaraan kepada sesama

mahasiswa katolik lainnya khususnya buat kalian : Advin, Jabet, Marlin,

Okta, Johan, Gedo, Kak Pius, Kak Vian, Kak Didi, Kak Vivi dan teman-

teman KMK Unhas yang tak dapat disebukan satu per satu.

17. Tempat kediaman selama penulis menimba ilmu di kota daeng “ Kost Oma at

Kampung Rama Lor.5, Perm. Puri Yuhan Permai, Ramsis Unhas Putri dan

Rumah BTP Blok B/252 terima kasih karena sudah menjadi tempat yang

mengajarkan arti hidup mandiri.

18. Green Office Bawakaraeng (Kantor Oriflame) dan Jaringan Drelin.biz yang

telah memberikan peluang bagi penulis untuk mengejar impian dan bisa

menghasilkan secara materiil.

Page 9: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ix

19. Semua keluarga besar khususnya buat Oma Emming, Opa Miner, Oma

Theresia, Om Teo, Om deon, Tante Puji, Tante Rian, Tante Iin, Bunda

Kristin, Tante Ike yang telah banyak mendoakan dan mensupport penulis

selama ini.

Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua malaikat yang menjadi titipan

Tuhan yakni kedua orang tua yang tercinta, Ayahanda Antonius Sanda Rupa dan

Ibunda Damaris Bumbungan. Terima kasih atas setiap tetasan keringat, air mata,

canda tawa, suka duka, semangat dan doa setiap hari yang tak henti-hentinya

kalian panjatkan kepada Tuhan yang selalu menjadi kekuatan dalam diri penulis

sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Papa dan

Mama gelar ini kupersembahkan untuk kalian orang terhebatku, dan kepada

saudara-saudariku: Adris, Liga, Hedwig, Monica, Ella dan si bungsu (Edo)

serta kedua sepupu Indriani dan Novi yang sudah dianggap seperti saudara

sendiri terima kasih atas doa dan support yang berlimpah yang diberikan hingga

penulis mampu menyelesaikan studi ini

Dengan sangat rendah hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik serta saran pembaca sangat

diharapkan adanya oleh penulis demi perkembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan nantinya, terlebih khusus di bidang peternakan. Semoga makalah

skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca terutama bagi saya sendiri.

Makassar, November 2016

Penulis

Page 10: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

x

ABSTRAK

YESSY ANATALIA SIAGIAN. I111 12 905. Gambaran Histologis dan TinggiVili Usus Halus Bagian Ileum Ayam Ras Pedaging yang Diberi Tepung DaunKelor (Moringa oleifera) dalam Ransum. Di bawah bimbingan: Farida NurYuliati dan Mustakim Mattau.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui atau mengevaluasi pengaruhpemberian tepung daun kelor dalam ransum terhadap gambaran histologis usushalus bagian ileum. Sebanyak 72 ekor ayam ras pedaging umur 15 hari strainLohmann dipelihara secara intensif sampai umur 35 hari berdasarkan RancanganAcak Lengkap yang terdiri dari 3 perlakuan dengan 3 ulangan dan 8 ekor sebagaisub ulangan. Perlakuan berupa penambahan tepung daun kelor dalam pakan basaldengan level yang berbeda (masing-masing 0, 2%, dan 4 %). Sampel usus diambilpada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa gambaran histologis pada usus halus bagian ileum denganpemberian tepung daun kelor dengan level 2% dan 4% dalam ransum mengalamikerusakan sel yaitu hiperplasia epitel, nektrotik epitel, peradangan danpendarahan. Semakin tinggi level pemberian tepung daun kelor dalam pakansemakin pendek vili usus halus bagian ileum.

Kata kunci: Ayam Pedaging, Histologis, Vili, Ileum, Tepung Daun Kelor

Page 11: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

xi

ABSTRACT

YESSY ANATALIA SIAGIAN. I111 12 905. Histological and height villiileum in small intestine of broilers fed dietary of Moringa oleifera Leaf Meal(MOLM). Supervised by: Nur Farida Yuliati and Mustakim Mattau.

An experiment was carried out evaluate the effects of broilers fed dietaryMoringa oleifera Leaf Meal (MOLM) on the histological ileum of small intestine.A total of 72 Lohmann strain of broilers chickens 15 days reared intensively up to35 days rondomly divided into 3 treatments with 3 replication of 8 broilers. Thetreatments were he addition of Moringa leaf powder in the basal feed withdifferent levels (respectively 0, 2%, and 4%). Intestinal samples taken at the endof the study to analyze the parameters histological. The results showed that feddietary Moringa oleifera Leaf Meal (MOLM) 2% dan 4% damaged cells in ileumof small intestine like as hyperplasia epithel, necrotic epithel, inflamation, andbleed. The higher the level of Moringa oleifera Leaf Meal (MOLM) in fed gettingshorter villi of small intestine in ileum

Key words: Broilers, histological, villi, ileum, Moringa oleifera Leaf Meal(MOLM)

Page 12: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iv

KATA PENGANTAR....................................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... x

ABSTRACT....................................................................................................... xi

DAFTAR ISI...................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi

PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Tanaman Kelor (Moringa oleifera) ............................. 5

Penggunaan Daun Kelor sebagai Bahan Pakan Unggas............................ 9

Sistem Pencernaan pada Unggas ............................................................... 11

Usus Halus........................................................................................ 12

Histologis Usus Halus (Vili) ............................................................ 13

Gambaran Histopatologi ............................................................................ 14

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat..................................................................................... 16

Materi Penelitian........................................................................................ 16

Page 13: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

xiii

Rancangan Penelitian................................................................................. 17

Pemeliharaan.............................................................................................. 18

Preparasi Sampel Histologi ....................................................................... 21

Paramater yang Diukur .............................................................................. 21

Analisis Data.............................................................................................. 21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Histologis Usus Halus bagian Ileum........................................ 23

Histologis Usus Halus bagian Ileum (Tinggi Villi) Ayam Pedaging ........ 28

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 32

LAMPIRAN....................................................................................................... 36

DOKUMENTASI .............................................................................................. 42

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 44

Page 14: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

xiv

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Komposisi Kimia dan Nutrisi Daun Kelor ................................................ 7

2. Komposisi Senyawa Anti-Nutrisi Daun Kelor .......................................... 8

3. Komposisi Ransum Finisher (Umur 15-35 Hari) ...................................... 17

4. Komposisi Nutrisi Tepung Daun Kelor..................................................... 18

5. Komposis Nutrisi Pakan Komersil Starter (Umur 1-14 hari) Ayam Pedaging

................................................................................................................... 19

6. Komposisi Nutrisi Pakan Basal Finisher (15-35 hari) ............................. 20

7. Konsumsi Pakan, Tepung Daun Kelor dan Air Minum Umur 15-35 Hari

.................................................................................................................. 20

8. Tinggi Vili Usus Halus bagian Ileum Ayam Ras Pedaging yang diberi

Tepung Daun Kelor dalam Ransum ......................................................... 28

Page 15: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Gambaran Histologis Usus Halus tanpa perlakuan (Kontrol) ................... 23

2. Gambaran Histologis Usus Halus sdengan Penambahan Tepung Daun Kelor

2% dalam ransum ...................................................................................... 24

3. Gambaran Histologis Usus Halus dengan Penamabahan Tepung Daun Kelor

4% dalam ransum ...................................................................................... 25

Page 16: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Prosedur Preparasi Sampel Histologis....................................................... 36

2. Istilah-Istilah Kesehatan ............................................................................ 41

Page 17: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

1

PENDAHULUAN

Ayam ras pedaging adalah salah satu ternak yang berkembang di Indonesia

yang dipelihara dengan tujuan pemenuhan protein hewani. Peningkatan jumlah

penduduk dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan bernilai gizi

tinggi, menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan dan kebutuhan protein

hewani. Salah satu cara alternatif dalam memenuhi permintaan mayarakat akan

kebutuhan protein adalah pengembangan usaha peternakan ayam ras pedaging

secara kontinu.

Pengembangan usaha peternakan ayam ras pedaging sering mengalami

berbagi kendala seperti rendahnya produktifitas dikarenakan lambatnya

pertumbuhan. Pertumbuhan ayam dapat dipengaruhi oleh efisiensi pakan. Ayam

yang memiliki pertumbuhan cepat efisiensi pakannya akan lebih baik daripada

ternak yang pertumbuhannya lambat (Nursjamsiah, 1994 ; Rahmanto 2012). Hal

ini dipengaruhi oleh proses pencernaan pakan, yang berkaitan dengan kondisi

histologis dan kemungkinan terjadi perbedaan kondisi pada setiap organ

pencernaan.

Salah satu organ pencernaan yang berfungsi dalam proses penyerapan

nutrisi adalah usus halus. Usus halus merupakan organ utama tempat

berlangsungnya pencernaan dan absorbsi produk pencernaan dan mempunyai

peranan penting dalam transfer nutrisi (Suprijatna, et al., 2008). Usus halus

terletak antara lambung dan usus besar yang merupakan tempat utama terjadinya

pencernaan secara kimia dan penyerapan nutrisi. Secara anatomis, usus halus

Page 18: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

2

dibagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Ileum yang

merupakan bagian paling ujung dari usus halus berfungsi dalam proses

penyerapan nutrisi dikarenakan penyerapan nutrisi terbesar terjadi dalam ileum.

Ileum memiliki peranan mengabsorbsi nutrisi seperti asam amino, vitamin, dan

monosakarida.

Setiap bagian usus halus terdiri dari empat selaput atau lapisan yaitu

mukosa, submukosa, tunika muskularis, dan adventisia atau serosa. Pada lapisan

mukosa usus halus terdapat suatu bentuk khusus berupa vili-vili. Vili berfungsi

untuk memperluas permukaan area lumen serta mengefisienkan proses absorbsi.

Pertambahan bobot badan setiap ternak dipengaruhi oleh seberapa besarnya

penyerapan (absorbsi) zat-zat makanan dalam saluran cerna. Kemampuan usus

dalam memanfaatkan nutrisi ditentukan oleh perkembangan organ saluran

pencernaan. Salah satu tanaman herba yang dapat digunakan sebagai pakan ternak

adalah tanaman kelor yang dapat memberikan konstribusi dalam meningkatkan

kinerja saluran pencernaan ayam pedaging.

Kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu tumbuhan perdu yang

ketersediaannya di Indonesia cukup banyak dan kemungkinkan dapat

dimanfaatkan sebagai bahan pakan. Suplementasi kelor dalam pakan selain

meningkatkan performa, juga memperbaiki karakteristik kimia darah, dan

meningkatkan respon imun tubuh terutama dalam menurunkan kandungan asam

urat, trigliserida, dan rasio albumin/globulin pada serum ayam pedaging (Du et

al., 2007). Selain itu, pemberian kelor juga meningkatkan performa ayam melalui

pengaruhnya terhadap kondisi usus halus.

Page 19: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

3

Penelitian Aderinola dkk., (2013) melaporkan bahwa pemberian daun kelor

sebagai pakan tambahan pada level rendah (0-2%) pada ayam pedaging fase

starter dan finisher (ad libitum) menunjukkan adanya penurunan nilai pada

beberapa parameter hematologis, menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol

serum, dan menurunkan kadar lemak pada daging. Berbeda dengan Aderinola et

al. (2013), Banjo (2012) dan Teteh dkk., (2013) melaporkan bahwa pemberian

tepung daun kelor hingga 2% dan 3% dalam pakan selama 4 minggu, tidak

menunjukkan dampak negatif pada ayam pedaging. Berdasarkan pada kedua

penelitian tersebut, maka penelitian ini direkomendasikan pemberian tepung daun

kelor 2% dalam pakan untuk meningkatkan pertumbuhan ayam pedaging sebagai

pengganti penggunaan antibiotik yang berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan.

Performa dari usus halus berkolerasi dengan morfologi dari vili-vili usus

yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis bahan pakan, zat kimia

pakan, dan feed additif serta gangguan pertumbuhan villi usus halus yang

kemungkinan bisa terjadi yang digambarkan melalui perbedaan gambaran

histopatologi. Tetapi efisiensi penggunaan tepung daun kelor dalam ransum belum

memberikan informasi yang cukup mengenai sejauh mana pengaruh yang

diberikan terhadap performa ayam pedaging khususnya dalam proses penyerapan

nutrisi. Oleh karena itu, perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai gambaran

histopatologi dan tinggi vili usus bagian ileum ayam pedaging yang diberi tepung

daun kelor dalam ransum.

Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang dapat diidentifikasi

pada penelitian ini ialah tepung daun kelor (Moringa oleifera) diketahui

Page 20: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

4

mengandung zat aktif yang mampu mencegah atau meminimalkan kerusakan

jaringan pada saluran cerna dan meningkatkan kinerja usus dalam proses absorbsi

zat-zat nutrisi. Sehingga melalui pengamatan gambaran histologis dari usus halus

bagian ileum ayam pedaging daun kelor dapat berpengaruh baik terhadap

peningkatan metabolisme dan penyerapan nutrisi dalam tubuh ternak.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui atau mengevaluasi

pengaruh pemberian tepung daun kelor dalam ransum terhadap gambaran

histologis usus halus bagian ileum

Page 21: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

5

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Tanaman Kelor (Moringa oleifera)

Tumbuhan kelor (Moringa oleifera) merupakan merupakan salah satu

spesies tumbuhan dalam family Moringaceae yang tahan tumbuh di daerah kering

dan tropis. Spesies ini merupakan salah satu tanaman di dunia yang sangat

bermanfaat, karena semua bagian dari tanaman seperti daun, bunga dan akar dapat

dimanfaatkan untuk berbagai tujuan baik di bidang medis maupun industri

(Sjofjan, 2008). Tumbuhan ini juga sering kali dikonsumsi oleh masyarakat

dengan cara diolah menjadi sayur, tanaman ini selain bernilai nutrisi tinggi juga

memiliki citarasa yang enak serta dapat digunakan sebagai obat-obatan untuk

pemanfaatan komposisi kimia yang terdapat didalamnya.

Kelor awalnya banyak tumbuh di India, namun kini kelor banyak ditemukan

di daerah beriklim tropis (Grubben, 2004). Moringa oleifera merupakan

tumbuhan asli sub-Himalaya di India, Pakistan, Banglades, dan Afganistan,

termasuk pohon yang mudah tumbuh dan telah digunakan oleh penduduk asli

Roma, Yunani, dan Mesir. Tanaman kelor (Moringa oleifera) merupakan

tumbuhan penting di India, Etiopia, Filipina, dan Sudan serta tumbuh di bagian

barat, timur, dan selatan Afrika, Asia tropis, Amerika Latin Karibia, Florida, dan

Pulau Pasifik (Fahey, 2005).

Tanaman kelor ini memiliki banyak manfaat mulai dari bagian daun,

bunga, akar yang dapat digunakan sebagai bahan makanan, bahan industri dan

Page 22: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

6

dapat pula digunakan dalam dunia medis seperti obat-obatan. Adapun Klasifikasi

tanaman kelor menurut Cwayita (2014) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Order : Brassicales

Family : Moringaceae

Genus : Moringa

Species : Moringa oleifera, Lam

Upaya pemberian tepung daun kelor dalam ransum ternak harus

diperhatikan dosis penggunaannya, hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu

kesehatan ternak jika diberikan dengan dosis yang berlebih, sebab selain

mengandung zat-zat nutrisi tinggi yang bermanfaat bagi tubuh ternak, tepung

daun kelor juga mengandung zat-zat anti nutrisi baik itu secara alami ada dalam

tanaman maupun diperoleh dari pestisida ataupun pupuk yang diberikan pada

tanaman.

Beberapa senyawa nutrisi yang terkandung dalam tanaman kelor diduga

mampu memperbaiki kondisi produktivitas ternak itu sendiri dalam proses

perbaikan manajemen pakan khususnya pada ternak unggas. Namun dalam

penggunaannya sebagai tambahan nutrisi dalam bentuk pakan perlu

memperhatikan dosis penggunaan berdasarkan setiap kandungan nutrisi yang

terdapat dalam daun kelor. Beberapa senyawa yang terkandung di dalam daun

Page 23: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

7

kelor baik itu yang bersifat nutrisi maupun antinutrisi disajikan pada Tabel 1 dan

Tabel 2.

Tabel 1. Komposisi Kimia dan Nutrisi Daun KelorParameter Nilai Sumber

Komposisi Kimia (% BK)Protein kasar 25,1 – 30,29 Moyo et al., 2011; Aderinola et

al.,2013 ; Fuglie, 2001NDF 11,40 – 21,9 Moyo et al., 2011ADF 8,49 – 11,4 Moyo et al., 2011Energy (Kkal/100 kg) 1440,11 Ogbe et al., 2012Kadar lemak 2,11 - 5,9 Ogbe et al., 2012; Aderinola et

al., 2013

Profil asam amino (% BK)Lysine 1,1 – 1,64 Moyo et al., 2011Histidine 0,6 – 0,72 Moyo et al., 2011Trheonine 0,8 – 1,36 Moyo et al., 2011Arginine 1,2 – 1,78 Moyo et al., 2011; Aderinola et

al., 2013 ; Fuglie, 2001

Methionine 0,3 Moyo et al., 2011MineralCa (%) 1,91 – 3,65 Ogbe et al., 2012; Cwayita, 2013Mg (%) 0,38 – 0,50 Ogbe et al., 2012; Cwayita, 2013K(%) 0,97 – 1,50 Ogbe et al., 2012; Cwayita, 2013Na (%) 192,95 Ogbe et al., 2012Fe (ppm) 107,48 Ogbe et al., 2012Zn (ppm) 60,06 Ogbe et al., 2012P (ppm) 30,15 Ogbe et al., 2012Mn (ppm 81,65 Ogbe et al., 2012Cu (ppm) 6,1 Ogbe et al., 2012

Page 24: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

8

Tabel 2. Komposisi Senyawa Anti-Nutrisi Daun Kelor

Senyawa Anti-nutrisi Nilai (%) Sumber

Phytate 2,59 Ogbe et al., 2012Oxalate 0,45 Ogbe et al., 2012Saponin 1,6 Ogbe et al., 2012Tannin 21,19 Ogbe et al., 2012

Tripsin Inhibitor 3 Ogbe et al., 2012Hydrogen Cyanida 0,1 Ogbe et al., 2012

Total Fenolik 2,02-2,74 Moyo et al., 2011

Tanaman secara umum selain mengandung nutrisi yang bermanfaat bagi

tubuh manusia atau ternak, juga mengandung senyawa anti-nutrisi yang diperoleh

dari pupuk dan pestisida atau terdapat dalam bagian tanaman secara alami

(Makkar dan Becker, 1997). Beberapa senyawa kimia anti-nutrisi tersebut dikenal

pula dengan senyawa “metabolit sekunder” yang menunjukkan aktivitas biologis

tinggi. Zat anti- nutrisi yang umum dijumpai pada tanaman antara lain: saponin,

tannin, flavonoid, alkaloid, tripsin (protease) ihibitor, oxalate, phytate,

haemaglutinin (lectin), cyanogenik glikosida, cardiac glikosida, coumarin, dan

gossypol (Soetan dan Oyewole. 2009). Beberapa senyawa ini menunjukkan

dampak negatif terhadap kesehatan dan juga dampak positif apabla dikonsumsi

dalam jumlah tertentu (Chivapat et al., 2011; Chivapat et al., 2012).

Senyawa anti-nutirisi ialah senyawa-senyawa yang dihasilkan secara alami

bahan makanan/pakan melalui metabolisme normal oleh suatu spesies (Chivapat

et al., 2011). Mekanisme kerja dari zat anti-nutrisi ini berbeda-beda tergantung

pada jenis senyawa dan asal tanaman yang menghasilkan seyawa tersebut,

misalnya inaktivasi beberapa jenis nutrisi, menghambat proses cerna, atau

penggunaan nutrisi tertentu dalam metabolisme (Kumar, 1992). Dikemukakan

Page 25: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

9

pula bahwa suatu senyawa anti-nutrisi bukanlah merupakan karakteristik intrinsik

dari senyawa tersebut, melainkan tergantung pada kondisi saluran pencernaan

ternak/manusia yang mengkonsumsi senyawa tersebut. Sebagai contoh, tripsin

inhibitor, yang diketahui sebagai senyawa anti-nutrisi pada ternak monogastrik,

tidak menunjukkan dampak negatif pada ternak ruminansia karena senyawa ini

akan terdegradasi dalam rumen (Kakengi dkk., 2005).

Penggunaan Daun Kelor sebagai Bahan Pakan Unggas

Salah satu solusi praktis untuk beberapa masalah di bidang perunggasan di

daerah tropis adalah memperhatikan kebutuhan gizi unggas dan komposisi nutrisi

dari pakan yang tersedia dalam pemeliharaan untuk kebutuhan produksi. Salah

satu langkah yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah kekurangan

pasokan bahan baku pakan dengan upaya mengarahkan peternak untuk

memanfaatkan tanaman dan produk olahan limbah untuk dijadikan bahan pakan

unggas (Banjo, 2012).

Tanaman kelor telah lama dikenal sebagai tanaman sayuran oleh masyarakat

Indonesia. Kandungan nutrisi daun kelor yang cukup tinggi, juga mengandung

berbagai bahan aktif dengan aktivitas biologis yang beragam menjadikan daun

kelor berpotensi sebagai pakan ternak (Cwayita, 2013). Pengetahuan mengenai

karakteristik senyawa bahan aktif, dan mekanisme kerjanya dalam tubuh ternak

unggas menjadi aspek penting yang perlu dikaji sehubungan dengan penggunaan

daun kelor sebagai bahan pakan atau pakan tambahan pada ternak unggas.

Page 26: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

10

Hasil penelitian Aderinola et al. (2013), memberikan rekomendasi bahwa

apabila tujuan utama pemeliharaan ayam pedaging untuk perbaikan kondisi

perlemakan, bukan pertumbuhan yang menjadi perhatian utama, maka daun kelor

dapat diberikan sejak ayam berumur satu hari walaupun dengan level yang tidak

terlalu tinggi (2%). Berbeda dengan Banjo (2012) dan Teteh dkk., (2013)

melaporkan bahwa pemberian tepung daun kelor hingga 2% dan 3% dalam pakan

selama 4 minggu, tidak menunjukkan dampak negatif pada ayam pedaging. Pada

kedua penelitian tersebut, direkomendasikan pemberian tepung daun kelor 2%

dalam pakan untuk meningkatkan pertumbuhan ayam pedaging sebagai pengganti

penggunaan antibiotik yang berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan karkas.

Suplementasi kelor, selain meningkatkan performa, juga memperbaiki

karakteristik kimia darah, dan meningkatkan respon imun tubuh terutama dengan

menurunkan kandungan asam urat, trigliserida, dan rasio albumin/globulin pada

serum ayam pedaging (Du et al., 2007). Selain itu, pemberian kelor juga

meningkatkan performa ayam melalui pengaruhnya terhadap kondisi usus halus.

Yang et al (2006) melaporkan bahwa pemberian daun kelor dalam pakan dapat

memperbaiki kondisi duodenum, meningkatkan jumlah populasi Lactobacillus

dalam ileum dan mengurangi koloni E.coli, sehingga dapat meningkatkan status

imun tubuh pada ayam pedaging yang diamati.

Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian

ekstrak kelor dalam waktu lama dengan dosis tinggi (Chivapat et al., 2011). Pada

penelitian tersebut, sebanyak 80 ekor tikus percobaan diberikan 4 jenis perlakuan

masing-masing kontrol (hanya diberi air aquades), dan kelompok yang diberi

Page 27: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

11

ekstrak daun kelor dalam air minum dengan dosis masing-masing 10, 100, dan

1000 mg/kg/hari selama 6 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pemberian ekstrak daun kelor melalui air minum tidak memberikan dampak

negatif terhadap tikus percobaan walaupun dengan dosis tinggi (1000 mg/kg/hari).

Beberapa parameter kimia darah yang diamati tidak berbeda dengan kelompok

kontrol, demikian pula pada pengamatan histopatologis tidak ditemukan adanya

lesi pada beberaa organ yang diamati. Hasil kajian ini membuktikan bahwa proses

ektraksi dan pemberian tepung daun kelor melalui air minum tidak berdampak

negatif terhadap tikus percobaan.

Sistem Pencernaan pada Unggas

Sistem pencernaan merupakan sistem yang terdiri dari saluran pencernaan

dan organ-organ pelengkap yang berperan dalam proses perombakan bahan

makanan, baik secara fisik, maupun kimia menjadi zat-zat makanan yang siap

diserap oleh dinding saluran pencernaan. Pada ternak unggas khususnya ayam ras

pedaging mempunyai saluran pencernaan yang sederhana, karena unggas

merupakan hewan monogastrik (berlambung tunggal). Saluran-saluran

pencernaan pada ayam broiler terdiri dari mulut, esophagus, proventriculus, usus

halus, sekum, usus besar, dan kloaka (Abun dalam Hamzah, 2013).

Doeschate et a1. (1993) menyatakan bahwa dalam usus terjadi penyerapan

zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Kemampuan adaptasi saluran

pencernaan berdasarkan atas fungsi fisiologis tergantung pada pasokan nutrisi

yang diberikan pada periode perkembangan awal setelah menetas. Status nutrisi

Page 28: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

12

dan pola pemberian pakan dapat memodifikasi fungsi saluran pencernaan (Zhou et

al., 1990; Suthama dan Ardiningsasi, 2012).

Usus Halus

Menurut Suprijatna dkk., (2008) usus halus merupakan organ utama tempat

berlangsungnya pencernaan dan absorbsi produk pencernaan. Berbagai enzim

yang masuk ke dalam saluran ini berfungsi mempercepat dan mengefisiensikan

pemecahan karbohidrat, protein, dan lemak untuk mempermudah proses absorbsi.

Pada ayam dewasa, panjang usus halus sekitar 62 inci atau 1,5 meter.

Sebagian besar pencernaan terjadi di dalam usus halus, disini terjadi

pemecahan zat-zat pakan menjadi bentuk yang sederhana, dan hasil

pemecahannya disalurkan ke dalam aliran darah melalui gerakan peristaltik di

dalam usus halus. Di dalam saluran pencernaan, khususnya pada usus halus,

patogen yang sering menyebabkan gangguan adalah Escherichia coli. Sudah

banyak dilaporkan bahwa mikroorganisme patogen, seperti Escherichia coli yang

terdapat dalam saluran pencernaan, dapat merusak mukosa saluran pencernaan

secara potensial (Wresdiyati dkk., 2013).

Secara anatomis, usus halus dibagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum,

jejunum, dan ileum. Ileum yang merupakan bagian paling ujung dari usus halus

berfungsi dalam proses penyerapan nutrisi dikarenakan penyerapan nutrisi

terbesar terjadi dalam ileum. Ileum memiliki peranan mengabsorbsi nutrisi, asam

amino, vitamin, dan monosakarida.

Page 29: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

13

Histologis Usus Halus (Vili)

Kemampuan pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan dapat

dipengaruhi oleh luas permukaan epithel usus, jumlah lipatan-lipatannya, dan

banyaknya villi dan mikrovilli yang memperluas bidang penyerapan (Austic dan

Nesheim, 1990 ; Ibrahim 2008) dan dipengaruhi juga oleh tinggi dan luas

permukaan villi, duodenum, jejunum, dan ileum (Sugito, et al., 2007 ; Ibrahim

2008).

Luas permukaan usus halus seperti tinggi villi menggambarkan area untuk

penyerapan zat-zat nutrisi. Vili merupakan tonjolan kecil mirip jari atau daun

yang terdapat pada membran mukosa, panjangnya 0,5 sampai 1,5 mm dan hanya

terdapat pada usus halus. Vili pada ileum bentuknya mirip jari dan lebih pendek

dibandingkan dengan vili yang terdapat pada duodenum dan jejejnum. Salah satu

parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas pertumbuhan adalah struktur

morfologi usus (Wang et al., 2008).

Vili berfungsi untuk memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh

terhadap proses penyerapan makanan (Alfiansyah. 2011). Perkembangan vili-vili

usus pada ayam broiler berkaitan dengan fungsi dari usus dan pertumbuhan dari

ayam tersebut (Sun, 2004). Semakin lebar vili semakin banyak zat-zat makanan

yang akan diserap pada akhirnya dapat berdampak pada pertumbuhan organ-organ

tubuh dan karkas yang meningkat (Asmawati, 2013). Awad et al., (2008)

melaporkan bahwa peningkatan tinggi vili pada usus halus ayam pedaging

berkaitan erat dengan peningkatan fungsi pencernaan dan fungsi penyerapan

Page 30: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

14

karena meluasnya area absorpsi serta merupakan suatu ekspresi lancarnya sistem

transportasi nutrisi keseluruh tubuh.

Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas

pertumbuhan adalah struktur morfologis usus (Wang et al., 2008 ; Ningtias 2013).

Tinggi vili pada setiap bagian usus halus secara umum meningkat seiring

dengan bertambahnya umur ayam (Wang et al., 2008)

Gambaran Histopatologi

Histopatologi berasal dari dua kata yaitu histo yang berarti jaringan dan

patologi yang berarti ilmu yang mempelajari tentang penyakit. Menurut Spector

(1993), histopatologi merupakan ilmu yang mempelajari kerusakan jaringan

secara mikroskopis. Menurut Gosh dan Singh (1994), pemeriksaan histopatologi

pada vili usus memperlihatkan kematian sel (nekrosa), pendarahan dan peluruhan

(deskuamasi).

Histopatologi adalah ilmu yang mempelajari kerusakan jaringan yang

diperiksa secara mikroskopis. Bahan yang akan dipelajari diperoleh dengan

memproses potongan jaringan mati yang telah difiksasi secara kimiawi yang pada

akhirnya akan diperoleh “irisan jaringan yang sangat tipis” (slide/preparat)

sehingga dapat dipelajari strukturnya dengan menggunakan mikroskop cahaya.

Untuk mempermudah pemeriksaannya, irisan tipis ini dapat diwarnai dengan

berbagai zat warna guna meningkatkan kekontrasan dari berbagai komponen yang

ada dalam slide tersebut.

Pemeriksaan histopatologis merupakan salah satu pemeriksaan berdasarkan

perubahan morfologi jaringan atau sel terinfeksi agen penyakit. Perubahan

Page 31: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

15

morfologi jaringan atau sel dapat diamati setelah pewarnaan Hematoxylin dan

Eosin (HE) dari preparat jaringan terinfeksi.

Page 32: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

16

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai dengan Januari

2016, bertempat di Laboratorium Produksi Ternak Unggas, Jurusan Produksi

Ternak Universitas Hasanuddin, Makassar sebagai tempat pemeliharaan dan

pengolahan data dilaksanakan pada akhir pemeliharaan yang bertempat di:

- Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Nutrisi dan Makanan

Ternak Universitas Hasanuddin untuk analisis bahan pakan ternak.

- Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner (Maros) sebagai tempat

interprestasi gambaran mikroskopis usus.

Materi Penelitian

Materi yang digunakan antara lain: ayam ras pedaging strain Lohmann MB

202, pakan starter komersil (butiran), pakan finisher, air minum, vaksin dan

tepung daun kelor (Moringa oleifera Lam). Bahan-bahan pendukung antara lain;

formaldehyde 37 %w/w (analar), chloroform (analar), xylene (analar), toluen,

ethanol, sodium bicarbonate (analar), magnesium sulphate (analar), paraffin wax

(paraplast plain/MEDOS), Mayers Hematoxylin dan Eosin (lih.Apendiks 1.1dan

Apendiks 1.2).

Alat yang digunakan antara lain: kandang, chick guard, gasolek, koran, alat

analisa proksimat, litter, timbangan pakan, wadah penyimpanan, scalpel, pinset,

gunting, tempat pemotongan jaringan basah, keranjang tissue, proseccor,

embedding center, mikrotom putar, pisau mikrotom, pengasah pisau mikrotom,

Page 33: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

17

alat penulis pada gelas, floatation bath, dishwarmer, slide staining racks, staining

jars with lids, dan miroskop.

Rancangan Penelitian

Penelitian dirancang berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (3 x 3)

dengan menggunakan ayam ras pedaging strain Lohmann MB 202 dengan berat

awal ±40 g, berumur satu hari (Day Old Chicks) berkelamin jantan (sexed)

sebanyak 72 ekor, dibagi secara acak berdasarkan perlakuan sebagai berikut:

1. Pakan komersil finisher tanpa tepung daun kelor (P0)

2. Pakan komersil finisher+ 2 % tepung daun kelor (P1)

3. Pakan komersil finisher+ 4 % tepung daun kelor (P2)

Tabel 3. Komposisi Ransum Finisher (Umur 15-35 Hari)Uraian Komposisi (%)

Konsentrat 40

Jagung 60

Uraian P0 P1 P2Komposisi (%)

Pakan Komersilfinisher 100 98 96Tepung daun kelor 0 2 4

Total 100 100 100

Jumlah perlakuan pada penelitian ini sebanyak 3 dan masing-masing

perlakuan terdiri atas 3 kali ulangan sehingga terdapat 9 unit percobaan yang

masing-masing diisi dengan 8 ekor ayam. Perlakuan pemberian tepung daun kelor

dilakukan melalui pakan dimulai setelah pertumbuhan usus halus telah maksimal

sebagaimana rekomendasi Gadzirayi dan Mupangwa (2014) yaitu pada umur 15

hari hingga akhir periode pemeliharaan (35 hari) dengan level penambahan sesuai

Page 34: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

18

perlakuan.

Daun kelor yang digunakan berasal dari tanaman kelor lokal yang sehat.

Daun tanaman kelor segar dikumpulkan dan dipisahkan dari tangkai tanaman.

Pengeringan pada suhu ruang dilakukan selama tiga hari tanpa sinar matahari

hingga kadar air mencapai 20%. Penggilingan hingga halus dilakukan dan

hasilnya berupa tepung ditimbang dan dicampurkan bersama dengan bahan pakan

lain sesuai dengan perlakuan.

Sampel tepung daun kelor yang digunakan dalam penyusunan ransum

Finisher pada penelitian ini dianalisis proksimat untuk mengetahui komposisi

nutrisi yang terkandung di dalamnya. Hasil analisis disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Nutrisi Tepung Daun KelorKomposisi Nutrisi * Kandungan (%)

Air 10,56Protein kasar 30,30Lemak kasar 6,13Serat kasar 12,48BETN 38,49Abu 12,60Ca 2,66P 0,95

*berdasarkan hasil analisis proksimat di Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Universitas Hasanuddin

Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dalam sebuah kandang dengan dinding terbuka

berukuran 6 x 6 m. Pada umur 1-11 hari pemeliharaan DOC dilakukan dengan

manajemen brooding yang menggunakan gasolek sebagai pemanas pengganti

indukan, pada umur 12 hari ayam dipindahkan di kandang yang telah dibuat

berpetak-petak berukuran panjang 120 cm, lebar 100 cm, dan tinggi 50 cm agar

adaptasi ayam terhadap lingkungan kandang lebih baik sebelum diberikan

Page 35: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

19

perlakuan penambahan tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam ransum

finisher pada umur 15-35 hari. Petak kandang yang dibuat ditempatkan secara

berjejer dan pengacakan dilakukan pada setiap unit percobaan untuk mengisi

masing-masing satu petak kandang, setiap petak diisi 8 ekor ayam. Sumber

cahaya berasal dari dua buah lampu neon (40 watt) yang ditempatkan pada bagian

atas kandang setinggi 2 m. Lama pencahayaan selama penelitian masing-masing

24 jam.

Pemeliharaan dilakukan selama 35 hari dengan menggunakan dua jenis

pakan yaitu pakan starter berupa pakan komersil butiran (crumble) yang diberikan

pada umur 1-14 hari, dan pakan basal finisher ( umur 15 - 35 hari) yang

diformulasikan sesuai dengan rekomendasi (NRC, 1994). Kandungan nutrisi

pakan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6. Pakan diberikan dua kali

sehari secara ad libitum.

Tabel 5. Komposisi Nutrisi Pakan Komersil Starter (Umur 1-14) Ayam PedagingKomposisi Nutrisi * Kandungan (%)

Protein kasar 22-23Lemak kasar 6Serat kasar 3-4BETN 50Abu 5,5Ca 1,5P 0,5-0,7

*berdasarkan hasil analisis laboratorium produsen

Page 36: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

20

Tabel 6. Komposisi Nutrisi Pakan Basal Finisher (15-35 Hari)Uraian Komposisi (%)

Konsentrat 40Jagung 60

Kandungan Nutrisi*Kadar Air 12,86Protein 20,86Lemak Kasar 4,13Serat Kasar 7,88BETN 58,87Abu 8,27Ca 1,33P 1,21

*berdasarkan hasil analisis proksimat di Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Universitas Hasanuddin

Selama pemeliharaan, pemberian multi-vitamin tambahan hanya dilakukan

pada umur 1-7 hari, antibiotik komersil tidak diberikan, dan vaksinasi hanya

dilakukan pada umur 4 hari untuk penyakit ND dengan menggunakan vaksin

strain H-B1 melalui tetes mata.

Tabel 7. Konsumsi Pakan, Tepung Daun Kelor dan Air Minum Umur 15-35 Hari

Perlakuan Pakan (g/ekor/hari)Tepung Daun kelor(g/ekor/hari)

Air Minum(ml/ekor/hari)

P0 122,70±5,70 0,00±0,00 308,43±26,42P1 131,09±6,48 2,62±0,13 312,67±21,43P2 129,43±14,43 5,18±0,60 319,13±45,90

Sumber: Yunus, 2016 (data belum dipublikasikan)

Pada saat ayam berumur 35 hari, sebanyak 1 ekor dari setiap unit

percobaan diambil secara acak, kemudian dilakukan pemotongan dan pemisahan

setiap bagian usus halus. Setelah itu, mengambil bagian ileum ±2-3 cm dan

dimasukkan kedalam botol yang berisi larutan alkohol 10% +aquades lalu dibawa

ke Laboratorium Patologi BB-Vet Maros untuk prosedur selanjutnya.

Page 37: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

21

Preparasi sampel histologi

Pembuatan preparat histologi dilakuakan dengan membuat preparat

Hematoxylin Eosin (HE) dengan penginterprestasian data yang dilakukan

bekerjasama dengan Balai Besar Veteriner (BB-Vet) Maros (Lampiran 1).

Parameter yang Diukur

1. Gambaran Histotologis Usus halus bagian Ileum

Preparat yang telah diwarnai dengan Hematoxylin Eosin (HE) (Lampiran

1) kemudian melakukan interprestasi gambar menggunakan camera optilab untuk

membandingkan normal atau tidaknya setiap bagian usus tersebut dengan

perbesaran 40X dibawah mikroskop.

2. Tinggi Vili

Cara pengukuran tinggi vili dilakukan menggunakan komputer layar datar

dengan program Microsoft Office Picture Manager pada perbesaran 10x dan

dengan bantuan mikroskop serta camera optilab. Mula-mula standar ukuran μm

ditentukan lebih dahulu dengan bantuan komputer yaitu berapa nilai perbesaran

yang dipakai atau diinginkan dan dikonversikan ke dalam satuan panjang (μm).

Analisis Data

Berdasarkan jenis data dalam penelitian ini yaitu kualitatif maka analisa

data dilakukan dengan analisis statistik deksriptif dengan penyajian data dalam

bentuk gambar dan tabel (Gazpersz, 1991). Gambaran histopatologi atau tingkat

Page 38: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

22

kerusakan suatu jaringan di nilai berdasarkan skor dengan penjelasan sebagai

berikut:

0 = Tidak ada perubahan (Normal)

1 = Sangat ringan

2 = Ringan

3 = Sedang

4 = Berat

Page 39: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Histologis Usus Halus bagian Ileum

Gambaran histologis usus halus bagian ileum ayam broiler yang diberi

tepung daun kelor dalam ransum dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3.

Gambar 1. Gambaran Histologis Usus Halus bagian Ileum Ayam Broileryang di beri tepung daun kelor dalam ransum (kontrol)(tingkat kerusakan jaringan tidak ada /normal dengan skor 0).(A) Pewarnaan HE, Pembesaran obyektif 10x, (B) PewarnaanHE, Pembesaran obyektif 40x.

A

B

Vili

Page 40: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

24

Gambar 2. Gambaran Histologis Usus Halus bagian Ileum Ayam Broileryang di beri tepung daun kelor dalam ransum dengankonsentrasi 2% (tingkat kerusakan jaringan dengan skor 3) .Ditemukan perdarahan (merah) dan nekrotik epitel (biru). (A)Pewarnaan HE, Pembesaran obyektif 10x, (B) PewarnaanHE, Pembesaran obyektif 40x.

A

B

Vili

A

Page 41: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

25

Gambar 3. Gambaran Histologi Usus Halus bagian Ileum Ayam Broileryang di beri tepung daun kelor dalam ransum dengankonsentrasi 4% (tingkat kerusakan jaringan dengan skor 4) .Ditemukan hiperplasia epitel (hitam) ,nekrotik epitel (biru),dan sel radang meningkat luas (merah). (A) Pewarnaan HE,Pembesaran obyektif 10x, (B) Pewarnaan HE, Pembesaranobyektif 40x.

Hasil pengamatan histologis usus halus bagian ileum (Gambar 1, 2 dan 3)

menunjukkan bahwa pada perlakukan P0 (kontrol) memiliki tingkat kerusakan

tidak ada atau normal. Perlakuan P1 (2% tepung daun kelor ditambahkan dalam

A

B

Vili

Page 42: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

26

ransum) memiliki tingkat kerusakan jaringan dengan skor 3 (sedang) yang

ditunjukkan dengan adanya hiperplasia epitel dan perdarahan. Sedangkan pada

perlakuan P3 (4% tepung daun kelor ditambahkan dalam ransum) memiliki

tingkat kerusakan jaringan dengan skor 4 (berat) yang ditunjukkan dengan adanya

nekrotik epitel, hiperplasia epitel dan sel radang meningkat luas. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi level pemberian tepung daun kelor dalam

pakan dapat merusak sel usus bagian ileum . Tingginya tingkat kerusakan jaringan

yang terjadi diduga disebabkan oleh kadar anti nutrisi dalam tepung daun kelor

yang tinggi sehingga belum sepenuhnya dapat dicerna dalam usus . Widodo

mengatakan bahwa senyawa anti nutrisi paling tinggi yang terdapat dalam daun

kelor yaitu tannin .Tannin yang terdapat dalam daun kelor diduga bisa memicu

terhambatnya proses pencernaan dalam saluran cerna. Kumar, (1992)

manambahkan bahwa mekanisme kerja dari zat anti-nutrisi ini berbeda-beda

tergantung pada jenis senyawa dan asal tanaman yang menghasilkan seyawa

tersebut, misalnya inaktivasi beberapa jenis nutrisi, menghambat proses cerna,

atau penggunaan nutrisi tertentu dalam metabolisme.

Senyawa anti-nutrisi bukanlah merupakan karakteristik intrinsik dari

senyawa tersebut, melainkan tergantung pada kondisi saluran pencernaan

ternak/manusia yang mengkonsumsi senyawa tersebut. Tripsin inhibitor yang

diketahui sebagai senyawa anti-nutrisi dalam daun kelor yang diberikan pada pada

ternak ruminansia tidak menunjukkan dampak negatif karena senyawa ini akan

terdegradasi dalam rumen (Kakengi et al., 2005).

Page 43: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

27

Peningkatan kerusakan jaringan pada P1 dan P2 diduga disebabkan oleh

meningkatnya dosis pemberian tepung daun kelor. Selain tannin, senyawa anti

nutrisi lainnya yang terdapat pada tanaman kelor adalah saponin. Walapun

kadarnya hanya sedikit tetapi saponin dalam tanaman kelor diduga dapat

menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan apabila tepung daun kelor

diberikan pada dosis yang tinggi dapat mengakibatkan iritasi saluran pencernaan

ayam. Iritasi dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan terjadinya

peradangan serta terganggunya proses pencernaan ayam ( Dwipayanti, 2008).

Proses pencernaan ayam yang terhambat akan berpengaruh terhadap proses

penyerapan nutrisi yang secara tidak langsung berdampak pada bobot hidup

ternak. Pada penelitian dengan perlakuan yang sama Nuraeni (2016) menyatakan

bahwa penambahan tepung daun kelor dalam pakan pada perlakuan P1 dan P2

tidak berbeda nyata dengan perlakuan P0 (kontrol). Hal ini tersebut diduga karena

adanya kesamaan manajemen dalam pemeliharaan, jenis kelamin, dan umur yang

seragam, bibit yang sama serta kandungan asam amino yang kurang bervariasi

dalam ransum yang diberikan. Sejalan dengan pendapat Winedar dkk., (2007)

bahwa pertambahan berat badan disebabkan secara langsung oleh ketersediaan

asam amino pembentuk jaringan sehingga konsumsi protein pakan berhubungan

langsung dengan proses pertumbuhan. Salah satu pembentuk jaringan untuk

konsumsi protein yaitu asam- asam amino yang dihasilkan dari proses penyerapan

nutrisi dalam usus halus bagian ileum.

Daun kelor Moringa oleifera mempunyai kandungan bahan aktif seperti

flavonoid, phenols, alkaloid, dan isotiosianat. Senyawa-senyawa tersebut juga

Page 44: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

28

terkandung dalam tanaman obat lain yang mekanisme kerjanya kemungkinan

sama. Parhusip (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan

aktif seperti flavonoid, phenols, dan alkaloid dalam ekstrak Andaliman dapat

menyerang membran sitoplasma dan mempengaruhi integritasnya, kerusakan pada

membran ini mengakibatkan peningkatan permeabilitas dan kebocoran sel yang

diikuti dengan keluarnya materi intraseluler. Kebocoran sel bakteri dapat

disebabkan karena rusaknya ikatan hidrofobik komponen penyusun membran sel

seperti protein, fosfolipid, serta komponen-komponen yang berikatan secara

hidrofilik karena bereaksi dengan fenol. Hal ini berakibat meningkatnya

permeabilitas membran sel dan memungkinkan masuknya senyawa-senyawa

fitokimia ke dalam sel, sehingga berakibat keluarnya substansi sel seperti protein

dan asam nukleat yang mengakibatkan kematian sel. Kematian sel pada usus

menyebabkan terjadinya nekrosis jaringan sehingga dalam hal ini mengakibatkan

tingginya tingkat kerusakan pada usus.

Histologi Usus Halus bagian Ileum (Tinggi Vili) Ayam Pedaging

Pengaruh penambahan tepung daun kelor dalam ransum terhadap tinggi

vili usus halus bagian ileum pada ayam pedaging umur 35 hari dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 5. Tinggi Vili Usus bagian Ileum Ayam Ras Pedaging yang diberi TepungDaun Kelor dalam Ransum

Perlakuan Rata-rata Tinggi vili (µm)P0 936,47P1 414,69P2 351,29

Ket: P0 = Pakan basal (kontrol), P1= Pakan basal + tepung daun kelor 2%, P2 = Pakanbasal+ tepung daun kelor 4%

Page 45: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

29

Tabel 5 memperlihatkan bahwa tinggi vili pada P0 (kontrol)yaitu

936,47µm lebih tinggi dibandingkan dengan P1 (2%) dan P2 (4%) yaitu 414,69

µm dan 351,29 µm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan

tepung daun kelor dalam ransum maka semakin pendek vili usus halus bagian

ileum. Hal ini diakibatkan karena terjadinya peradangan dan sel radang pada usus

halus sehingga menyebabkan vili rusak dan memendek. Hal ini sejalan dengan

pendapat Henderson et al., (1999) yang mengatakan bahwa peradangan pada

saluran cerna mengakibatkan villi usus halus memendek dan sekum membesar

disertai infiltrasi sel radang. Pemendekan dan pembesaran vili akan mengurangi

kerapatan vili (Winarsih, 2005).

Penambahan tepung daun kelor dalam ransum pada perlakuan P1 (2%) dan

(4%) dapat memperpendek tinggi vili usus selama masa pertumbuhan. Vili yang

tinggi menunjukkan bahwa kondisi usus lebih baik daripada vili yang pendek. Hal

ini didukung oleh gambaran histologi ileum yang menggambarkan pada perlakuan

P0 (kontrol) susunan vili terlihat normal sedangkan pada P1 (2%) dan P2(4%)

vili-vili usus mengalami kerusakan(hiperplasia epitel, nekrotik epitel dan terjadi

peradangan serta pendarahan). Awad et al,. (2008) menyatakan bahwa

peningkatan tinggi vili pada usus dengan fungsi pencernaan dan absorbsi terjadi

karena bentuk vili utuh yang merupakan ekspresi lancarya sistem transportasi

nutrisi keseluruh tubuh. Rofiq (2003) menyatakan bahwa daya serap nutrisi pada

usus halus dipengaruhi oleh luas permukaan bagian dalam usus (lipatan, villi dan

mikrovilli) dan lamanya transit digesta dalam usus.

Page 46: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

30

Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan P1 (2%) dan P2 (4%)

mengalami penurunan tinggi vili. Pada penilitian dengan perlakuan yang sama,

Nuraeni (2016) menyatakan bahwa pemberian tepung daun kelor dalam pakan

dengan level 2% dan 4% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot

hidup ayam pedaging. Hal ini menunjukkan kondisi ayam masih baik, namun

sudah mulai terjadi kerusakan, seperti vili yang pendek sehingga mengakibatkan

proses absorbsi terganggu.

Page 47: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

31

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Gambaran histologis pada usus halus bagian ileum dengan pemberian

tepung daun kelor dengan level 2% dan 4% dalam ransum mengalami

kerusakan sel yaitu hiperplasia epitel, nektrotik epitel, peradangan dan

pendarahan.

2. Semakin tinggi level pemberian tepung daun kelor dalam pakan semakin

pendek vili usus halus bagian ileum.

Saran

Sebaiknya dalam pakan ayam tidak disarankan untuk menambahkan

tepung daun kelor pada level 2% dan 4% sehingga perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut tentang teknik dan taraf pemberian tepung daun kelor yang lebih

efektif pada ayam pedaging.

Page 48: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

32

DAFTAR PUSTAKA

Abun. 2007. Pengukuran nilai kecernaan pakan yang mengandung limbah udangwindu produk fermentasi pada ayam broiler. Laporan Penelitian. UniversitasPadjajaran. Bandung.

Aderinola, O. A., T. A. Rafiu, A.O. Akinwumi, T. A. Alabi, and O. A. Adeagbo.2013. Utilization of Moringa oleifera leaf as feed supplement in broiler diet.Int. J. Food Agric. Vet. Sci., 3(3): 94-102.

Alfiansyah, Muhammad. 2011. Anatomi dan Pencernaan Usus Halus. http://www.sentra-edukasi.com/. Diakses tanggal 05 Februari 2016.

Asmawati. 2013. The effect of in ovo feeding on hatching weight and smallintestinal tissue development of native chicken. (Disertasi) FakultasPeternakan Unniversitas Hasanuddin. Makassar.

Austic, R. E. and Nesheim., 1990. Poultry Production, 13th ed. Lea andFebiger.Philadelph. London. p.29-30.

Awad, W.A., K. Ghareeb, S. Nitclu S. Pasteiner, S.A. Raheem, and J. Bohm.2008. Efect of dietary inclusion of probiotic, prebiotic and symbiotic onintestinal glucose absorb'tion of broiler chickens. Lrt. J. Poult. Sci. 7: 688-691.

Banjo, O.S. 2012. Growth and performance as affected by inclusion of Moringaoleifera leaf meal in broiler chicken diet. J. Biol. Agric. Healthcare, 2: 35-38.

Chivapat, S., P. Sincharoenpokai, P. Suppajariyawat, A. Rungsipipat, S.Phattarapornchaiwat, and V. Chantarateptawan. 2012. Safety evaluation ofethanolic extract of Moringa oleifera Lam. Seed in experimental animals.Thai. J. Vet. Med. 42(3): 343-352.

Cwayita, W. 2014. Effects of feeding Moringa oleifera leaf meal as an additiveon growth performance of chicken, physico- chemical shelf-life indicators,fatty acids profiles and lipid oxidation of broiler meat. Masters ThesisFaculty of Science and Agriculture, University of Fort Hare, Alice, SouthAfrica.

Denbow DM. 2000. Gastrointestinal anatomy and physiology. Di dalam: WhittowJC, editor. Sturkie’s Avian Physiology. Ed ke-5. London: Academic Pr. hlm299-325.

Du, P.L., P.H. Li, R. Y. Yang, and J. C. Hsu. 2007. Effect of dietarysupplementation of Moringa oleifera on growth performance, blood

Page 49: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

33

characteristics and immune response in broiler. J. Chinese Society Anim.Sci. 36(3): 135-146.

Dwipayanti N. M. Y. 2008. Profil organ dalam serta histopatologi usus dan hatiayam kampung terinfeksi cacing Ascaridia galli yang diberi tepung daunjarak (jathropa curcas l.). (Skripsi). Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Fahey J. W. 2005. Moringa oleifera: A review of the medical evidence for itsnutritional, therapeutic and propylactic properties. Part 1. Trees for LifeJournal. 1:5-15.

Fuglie, L. J. 2001. The Miracle Tree (The Multiple Atribute of Moringa). Senegal:CWS Dakkar.

Gaspersz, 1991. Teknik analisis dalam penelitian percobaan. Tarsito: Bandung

Ghosh, J.D. dan Singh, J. 1994. Acute Ascaridiosis in chickens. A Report. IndianVeterinary Journal. Vol. Edition: 717-719.

Grubben, G.J.H. 2004. Plant Resources of Tropical Africa 2 Vegetables. Belanda:PROTA Foundation.

Hamzah. 2013. Respon Usus Dan Karakteristik Karkas pada Ayam Ras PedagingDdngan Berat Badan Awal Berbeda yang dipuasakan setelah Menetas. Skripsi.Universitas Hasanuddin: Makassar.

Ibrahim, S. 2008. Hubungan ukuran-ukuran usus halus dengan berat badanbroiler. Agripet : Vol (8) No. 2: 42-46.

Kakengi, A.M.V., M.N. Shem, S.V. Sarwatt and T. Fujihara. 2005. Can Moringaoleifera be used as protein supplementation for ruminants? Asian-Aust. J.Anim. Sci., 18(1): 42-47.

Kumar, R. 1992. Antinutritional factors, the potential risks of toxicity andmethods to alleviate them. Proceedings of the FAO ExpertConsultation held at the Malaysian Agricultural Research andDevelopment Institute (MARDI) in Kuala Lumpur, Malaysia, 14-18October, 1991. Andrew Speedy and Pierre-Luc Puglise (eds).

Makkar, H. P. S and Becker, K. 1997. “Nutrient and Anti Guality Factors onDifferent Morphological Parts of the Moringa Tree”. Journal of AgriculturalScience 128: 31.

Moyo, B., S. Oyedemi, P. J. Masika, and V. Muchenje. 2012. Polyphenoliccontent and antioxidant properties of Moringa oleifera leaf meal extractsand enzymatic activity of liver from goats supplemented with Moringaoleifera/Sunflower cake. Meat Sci., 02: 29.

Ningtias, A. S. 2013. Comparison of Growth Performance of Broilers, Kampong,and Backcross3 (Gallus gallus domesticus Linnaeus, 1758) Based on

Page 50: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

34

Morphometri and Histological Structure of Ileum and Breast Muscle.(Skripsi) Fakultas Biologi. Universitas Gajah Mada.

NRC (National Research Centre). 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9ed.National Academy Press. Washington DC.

Nuraeni. 2016. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Kelor Moringa oleifera dalamRansum terhadap Karakteristik Karkas dan NonKarkas Broiler. (Skripsi).Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Nursjamsiah. 1994. Efek campuran rumput gajah, dedak jagung dan konsentratkomersial terhadap performa sapi PO. (Skripsi). Fakultas PeternakanUniversitas Padjajaran, Bandung.

Ogbe, A. O. and J. P. Affiku. 2012. Effect of polyherbal aqueous extract (Moringaoleifera, Arabic gum, and wild Ganoderma lucidum) in comparison withantibiotic on growth performance and haematological parameters of broilerschickens. Res. J. Recent Sci., 1(7):10-18.

Parhusip, A.J.N. 2006. Kajian Mekanisme Antibakteri Ekstrak Andaliman(Zanthoxylum acanthopodium DC) terhadap Bakteri Patogen Pangan.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Portugaliza, H.P. and T.J. Fernandez. 2011. Growth performance of Cobb broilersgiven varying concentration of Malunggay (Moringa oleifera Lam.)aqueous leaf extract. Online J. Anim. Feed Res., 2(6): 465-469.[http://www.science-line.com/index]

Rahmanto. 2012. Struktur histologik usus halus dan efesiensi pakan ayamkampung dan ayam broiler. (Skripsi). Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta.

Rofiq, M. N. 2003. Potensi Suspensi Teh Fermentasi Kombucha (STK) dalammengontrol infeksi Salmonella sp. dan pengaruhnya terhadap performanayam broiler. Tesis. Fakultas Peternakan, Institut Pertanaian Bogor. Bogor.

Sjofjan, O. 2008. Efek Penggunaan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dalamPakan Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging. Fakultas PeternakanUniversitas Brawijaya. Malang.

Sugito dan M. Delima. 2007. Dampak Cekaman Panas terhadap PertambahanBobot Badan, Rasio Heterofil:Limfosit dan Suhu Tubuh Ayam Broiler. J.Ked. Hewan 3(1): 216-226.

Sun, X. 2004. Broiler performance and intestinal alterations when fed drug-freediets. Thesis.Animal and Poultry Science. Blacksburg. Virginia.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono, R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar TernakUnggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Page 51: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

35

Suthama, N dan S.M. Ardiningasasi. 2012. Perkembangan fungsi fisiologissaluran pencernaan ayam Kedu periode starter. Laporan Penelitian. FakultasPeternakan. UNDIP. Semarang.

Teteh, A., E. Lawson, K. Tona, E. Decuypere and M. Gbeassor. 2013. Moringaoleifera leaves: Hydro-alcoholic extract and effect on growth performanceof broilers. Int. J. Poult. Sci., 12(7): 401-405.

Winarsih, W. 2005. Pengaruh probiotik dalam pengendalian Salmonellosissubklinis pada ayam : Gambaran patologis dan performan. Disertasi.Pascasarjana Institut Pertania Bogor. Bogor.

Winedar, H., Listyawati, S dan Sutarno. 2004. Daya Cerna Protein Pakan,Kandungan Protein Daging, dan Pertambahan Berat Badan Ayam Broilersetelah Pemberian Pakan yang Difermentasi dengan EffectiveMicroorganisms-4 (EM-4). Universitas Sebelas Maret (UNS). Surakarta.

Wresdiyati, U., Laila, S.R., Setio R., Arief, I.A., Astawan, M. 2013. ProbiotikIndigenus Meningkatkan Profil Kesehatan Usus Halus Tikus yang DiinfeksiEnteropathogenic E. coli. Departemen Anatomi, Fisiologi, danFarmakologi. Fakultas Kedokteran Hewan. IPB. Bogor.

Yang, R.Y., L.C. Chang, J.C. Hsu, B.B.C. Weng, M. C. Palada, M.L. Chadha, andV. Levasseur. 2006. Nutritional and functional properties of Moringaleaves-from germplasm to plant, to food, to health. Proceeding seminar:Moringa and other highly nutritious plant resources: strategies, standardsand markets for a better impact on nutrition in Africa. Ghana.

Zhou, Z.X., Y. Isshiki., K. Yamauchi and Y. Nakahiro. 1990. Effects of forcefeeding and dietary cereals on gastrointestinal size, intestinal absorptiveability and endogenous Nitrogen in ducks. Br. Poult. Sci. 31:307-317.

Page 52: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

36

Lampiran

Lampiran 1. Prosedur Histopatologi

1. Fiksasi

Sampel jaringan difiksasi dengan Buffered Neutral Formalin (BNF),

volume Buffered Neutral Formalin (BNF) minimal 10 kali volume jaringan. Pada

umumnya waktu yang diperlukan untuk fiksasi sempurna adalah 48 jam.

2. Pemotongan Spesimen

a. Spesimen yang dipilih untuk pemeriksaan, dipotong setebal 0,5-1 cm.

b. Potongan spesimen dimasukkan dalam keranjang pemprosesan dengan

disertai dengan label nomor spesimen yang ditulis dengan pensil.

c. Sisa spesimen dengan Buffered Neutral Formalin (BNF) disimpan dalam

botol bertutup rapat. Selanjutnya botol ini disimpan berurutan dan

dibuang apabila telah melebihi 3 bulan dan ditulis dalam formulir

pemusnahan sampel.

3. Prossesing dan Embedding

Embedding cassete yang telah diisi spesimen jaringan dimasukkan kedalam

tissue processor dengan pengaturan waktu sebagai diuraikan pada tabel dibawah

ini.

Tabel. 1. Prosedur tissue processor dan pengaturan waktu

No Proses Reagensia Waktu

1 Fiksasi Buffer formalin 10% 2 jam2 Fiksasi Buffer formalin 10% 2 jam3 Dehidrasi Alkohol 70% 1 jam

Page 53: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

37

Embedding cassette dikeluarkan dari tissue processor dan masukkan ke

dalam wadah yang telah tersedia pada alat embedding center. Keluarkan contoh

specimen dari keranjang tissue untuk di blok oleh paraffin satu-persatu (agar tidak

tertukar no. contoh specimen). Tempatkan cetakkan dan keranjang pada sisi kanan

dan kiri dispenser paraffin.

Contoh spesimen diletakkan diatas cetakkan lalu diisi dengan paraffin

dengan menekan tombol hitam yang telah tersedia pada alat embedding center.

Cetakkan diberi nomer sesuai nomer contoh spesimen yang letakkan diatas

keranjang yang berisi contoh spesimen. Pindahkan cetakan pada bagian dingin.

Setelah beku (mengeras paraffinnnya) pisahkan cetakan dengan keranjang. setelah

terpisah pindahkan keranjang siap untuk dilakukan pemotongan dengan mikrotom

knife.

4. Pemotongan

a. Ambil blok jaringan kemudian difiksir pada microtome. Blok jaringan

dipotong dengan microtome kasar sehingga didapatkan permukaan yang

rata.

4 Dehidrasi Alkohol 90% 1 jam5 Dehidrasi Alkohol 100% 1 jam6 Dehidrasi Alkohol 100% 2 jam7 Dehidrasi Alkohol 100% 2 jam8 Clearing Toluen 1 jam9 Clearing Toluen 1.5 jam10 Clearing Toluen 1,5 jam11 Impregnasi Paraffin 2 jam12 Impregnasi Paraffin 3 jam

Total Waktu 20 jam

Page 54: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

38

b. Gunakan pisau mikrotom yang masih tajam, ketebalan potongan 5-6

mikron. Pilih potongan jaringan terbaik dari pita yang terbentuk.

c. Potongan yang terpilih direntangkan pada floating out yang bersuhu sekitar

400C yang terlebih. Suhu yang ideal akan mengakibatkan potongan jaringan

merentang sempurna, tidak berkerut.

d. Taburkan gelatin powder sebanyak 5 gram untuk 100 cc aquadest dan

biarkan larut sempurna.

e. Potongan yang bagus, tidak tergores, tidak mengkerut dipilih dan diambil

dengan gelas slide yang sudah bernomer sesuai dengan nomer epi/patologi.

f. Slide yang berisi tempelan potongan jaringan ditempatkan diatas pelat

pemanas slide, minimal dua jam.

5. Pewarnaan

a. Sebelum pewarnaan dilakukan, semua bahan pewarna harus diperiksa

kejernihannya dan disesuaikan dengan jadwal penggantian yang tersedia

(3 kali penggunaan setiap pemakaian).

b. Tahapan pewarnaan:

Tabel 2. Tahap Pewarnaan Mayers Hematoxylin EosinNo Reagensia Waktu

1 Xylol I 2 menit2 Xylol II 2 menit3 Alkohol 100% I 1 menit4 Alkohol 100% II 1 menit5 Alkohol 95% I 1 menit6 Alkohol 95% II 1 menit7 Mayer’s Haematoxylin 15 menit8 Rendam dalam Tap Water 20 menit9 Masukkan dalam Eosin 15 detik -2

Page 55: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

39

menit10 Alkohol 95 % III 2 menit11 Alkohol 95 % IV 2 menit12 Alkohol 100% III 2 menit13 Alkohol 100% IV 2 menit14 Akohol 100%V 2 menit15 Xylol III 2 menit16 Xylol IV 2 menit17 Xylol V 2 menit

Setelah selesai pewarnaan dilakukan coverslipping, siapkan coverslips

secukupnya sesuai dengan jumlah preparat yang baru saja diwarnai lalu teteskan

1-2 tetes “entellan” pada tiap coverslip. balik dan tutupkan pada slide preparat

yang baru saja diwarnai, cegah jangan sampai terbentuk gelembung udara, biarkan

preparat yang sudah tertutup dengan coverslip lalu dibiarkan sampai mengering

sempurna. Bersihkan slide glass dengan xylol lalu berilah nomor sesuai dengan

nomor yang ada dietiket slide glass tersebut dan siap untuk diperiksa di bawah

mikroskop cahaya.

6. Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan d bawah mikroskop untuk melihat

perubahan morfologis dari contoh spesimen yang diperiksa. Pemeriksaan

dilakukan sebanyak 5x lapangan pandang lalu dirata2 skor kelainan yang didapat

atau persentase kerusakan pada 5x lapangan pandang tersebut.

Apendiks

1. Mayers Hematoxylin Eosin

1.1. Alat dan Bahan:

a. Staining Jar 20b. Preparat Slidesc. Timerd. Mounting

Page 56: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

40

e. Xylol 1,2,3f. Alkohol 100 %g. Alkohol 95 %h. Alkohol 80 %i. Aquadestj. Larutan Mayers Haematoxylin dan Eosink. Larutan Stok Eosin 1%

1.2. Pembuatan Zat Warna Mayer’s Haematoxylin

a. Haemotoxylin crystals 1 gramb. Distilled Water 1000 mlc. Sodium iodate 0,2 gramd. Ammonium/Potassium alum 50 grame. Citric acid 1 gramf. Chloral hydrate 50 gram

Cara Pembuatan Mayers Haematoxylin :

Masukkan potassium alum kedalam air tanpa pemanasan tambahkan

hematoksilin kedalam larutan tersebut. Tambahkan sodium iodate, asam sitrac dan

choral hydrate lalu diaduk semua bahan tersebut sampai marata. Hasil pewarnaan

akhir berwarana merah keungguan. Pewarnaan dapat disimpan dalam beberapa

bulan.

Page 57: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

41

Lampiran 2. Istilah-istilah Kesehatan

a. Hyperplasia/Hiperplasia epitel

Menurut kamus kesehatan hyperplasia/hiperplasia epitel merupakan

peningkatan abnormal dalam jumlah sel dalam suatu organ atau jaringan.

b. Nekrosis/ Necrotic

Menurut kamus kesehatan nekrosis merupakan kematian patologis satu

atau lebih sel atau sebagian jaringan atau organ, yang dihasilkan dari kerusakan

ireversibel. Hal ini terjadi ketika tidak ada cukup darah mengalir ke jaringan, baik

karena cedera, radiasi, atau bahan kimia.

c. Sel radang/ inflammation

Radang (bahasa Inggris: inflammation) adalah respon dari suatu organisme

terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi

yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar,

atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem

kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.

Page 58: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

42

DOKUMENTASI

DOC umur 1 hari

Masa pemeliharaan

Pencampuran pakan

Page 59: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

43

Sampel usus halus

Pengamatan sampel

Perhitungan tinggi vili

Page 60: GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

44

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yessy Anatalia siagian lahir pada tanggal 22 Desember 1994

di Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis merupakan

anak kedua dari tujuh orang bersaudara, dari pasangan Bapak

Antonius Sanda Rupa dan Ibu Damaris Bumbungan.

Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis yakni:

TK Pertiwi tahun 1999-2000, SD Negeri Kristen Makale 1

Tahun 2000-2006; SMP Katolik Makale Tahun 2006-2009; SMA Negeri 1

Makale Tahun 2009-2012 dan pada tahun 2012-2016 penulis melanjutkan

pendidikan S1 di Fakultas Peternakan Program Studi Ilmu Peternakan Universitas

Hasanuddin (UNHAS) Makassar, melalui jalur Prestasi, Olahraga, Seni dan

Keilmuan (POSK). Adapun pengalaman organisasi yang pernah ditempuh oleh

penulis semasa kuliah adalah sebagai Bendahara Umum pengurus Keluarga

Mahasiswa Katolik Unhas pada periode 2014-2015 ; terdaftar di Data Base Senat

Mahasiswa Fakultas Peternakan UNHAS (SEMA FAPET_UH) sebagai Warga

Biasa Tahun 2012 dan Pengurus Departemen Pendidikan dan Penalaran

Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTEK_UH) periode 2014-

2015.