56
1 GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase(SGOT) PADA MAHASISWA OBESITAS DI POLTEKKES KEMENKES KENDARI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai salah Satu SyaratUntuk Menyelesaikan PendidikanDiploma IIIPoliteknik Kesehatan Kemenkes Kendari Oleh : MUZADILA JUMEI P00341015026 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2018

GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

1

1

GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic

Transminase(SGOT) PADA MAHASISWA OBESITAS DI

POLTEKKES KEMENKES KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai salah Satu SyaratUntuk Menyelesaikan PendidikanDiploma

IIIPoliteknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Oleh :

MUZADILA JUMEI

P00341015026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2018

Page 2: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

2

Page 3: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

3

Page 4: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

4

Page 5: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

5

RIWAYAT HIDUP

A. IdentitasDiri

Nama : Muzadila Jumei

NIM : P00341015026

Tempat, TanggalLahir : Wale-ale, 07 Mei 1998

Suku/bangsa :Muna/Indonesia

JenisKelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kel. Lepo-lepo

B. Pendidikan

1. SD Negeri4Tongkuno Selatan, Tamattahun 2009

2. SMP Negeri 2 Tongkuno Selatan, Tamattahun 2012

3. SMA Negeri1Tongkuno, Tamattahun 2015

4. Tahun 2015 melanjutkanpendidikan di PoliteknikKesehatan Kemenkes

Kendari Jurusan Analis Kesehatan.

v

Page 6: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

6

MOTTO

Kita Hidup Bukan Di Dunia Mimpi

Tapi, Kita Hidup Untuk Mengejar Mimpi

Karya Tulis ini Kupersembahkan Kepada

Almamaterku,

Ayahanda dan ibunda tercinta

Keluargaku tersayang

Sahabat-sahabatku tersayang

Agama, bangsa dan negaraku

vi

Page 7: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

7

ABSTRAK

Muzadila Jumei (P00341015026)Analisis Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic

Transaminase (SGOT) Pada Penderita Obesitas Di Poltekkes Kemenkes Kendari.

Dibimbing oleh bapak Akhmad dan Ibu Supiati(xiii + 34 halaman + 3 tabel + 7

lampiran).Latar Belakangobesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan

akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga

dapat mengganggu kesehatan.Keterlibatan SGOT pada penderita Obesitasyaitu

akan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

kadar SGOT meningkat dalam tubuh.Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kadar

Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) pada penderita Obesitas Di

Poltekkes Kemenkes Kendari. Metode penelitianDeskriptif dengan sampel

penelitian berjumlah 30 penderita Obesitas. Pengambilan sampel menggunakan

teknik Total Sampling. HasilpenelitianMenunjukkan dari 30 sampel sebagian

besar MahasiswaObesitas hasil normal sebanyak 22 MahasiswaObesitasdan yang

mengalami peningkatan 8MahasiswaObesitas.KesimpulanDari hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa dari 30 penderita Obesitas yang diperiksa kadarSerum

Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGTO) jumlah kadar SGOT yang normal

lebih banyak dari jumlah kadar SGOT yang tinggi.Saran Penelitian ini

diharapakan dapat dijadikansebagai bahan informasi, bagi masyarakat khususnya

penderita Obesitas agar sering melekuken pemeriksaanSerum Glutamic

Oxaloacetic Transaminase (SGOT) untuk mengetahui lebih dini mencegah

kerusakan Sel jantung, sel hati, otot dan rangka.

Kata kunci:Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT),Penderita

Obesitas

DaftarPustaka:15 buah (2006 - 2017)

vii

Page 8: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

8

KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikumWr.Wb

Alhamdulillahirobbil‟ „Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat, hidayah dan kemudahan yang selalu diberikan kepadahamba-Nya,

sehingga karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Kadar Enzim Serum

Glutamic Oxaloacetic Transminase(SGOT) Pada Penderita Obesitas Di Poltekkes

Kemenkkes Kendari”. Penelitian inidisusun dalam rangka melengkapi salah

satusyarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III (DIII) pada

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.

Rasa hormat, terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada

Ayahanda Muslima S.Pd Dan Ibunda Sarnia S.Pd.i tercinta atas semua bantuan

moril maupun materil, motivasi, dukungan dan cinta kasih yang tulus serta doanya

demi kesuksesan studi yang penulis jalani selama menuntut ilmu sampai

selesainya karyatulis ini. Terimakasih pula kepada saudara-saudariku Muh..

Syadikin Hawo,S.Hi , Yusra Saroni Hawo,SPd.i dan Syahiddun Razak,S.Kom

yang selalu mendukung dan memberi motivasi sampai saat ini.

Proses penulisan karyatulis ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang,

dan penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terimakasih

kepada Bapak Akhmad, S.ST.,M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Supiati,

STP.,MPH selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kesabaran

dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama

menyusun karyatulis ini. Ucapan terimakasih penulis juga tujukan kepada:

1. Askrening, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Dr. Ir. Sukanto Toding, MSP, MA selaku kepala Badan Penelitian dan

Pengembangan Provinsi Sulawesi TenggaraSultra yang telah memberikan izin

untuk melakukan penelitian.

viii

Page 9: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

9

3. Tuti Dwiyana, Amd.Anakes,SKM selaku Kepala Laboratorium Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Kendari yang telah memberi kemudahan dalam penelitian.

4. Anita Rosanty, SST. M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan.

5. Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.,M.Pd dan Tuty Yuniarty, S.Si.,M.Kes selaku

penguji dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan

serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik

yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.

7. Teristimewa dan takterhingga penuli sucapkan terimakasih kepada kedua

orangtua dan keluarga besar saya yang selalu menemani dalam suka dan duka,

membantu, mendukung dan mendoakan penulis.

8. Terkhusus penulis ucapkan terimakasih kepada Arif Hidayat Abdurrahman.SP,

Bripda Charles Stephan Kumesan,Sri Dinaca,Nurhasnah dan Wahyul yang

selalu mendukung dan mendengarkan keluh kesah penulis.

9. Terimahkasih Kepada Sahabat-Sahabatku Oktavia Rama Ayu Wandani,Alfrida

Fitra Amalia,Karnila,Janiati Ija dan Marsaina yang selalu memberi semangat

kepada penulis.

10. Terimakasih kepada seluruh teman – teman Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes

Kemenkes Kendari angkatan tahun 2015 yang selalu memberikan semangat

kepada penulis.

Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat untuk

menambah khasanah ilmu khususnya bagi ilmu pengetahuan dan penelitian

selanjutnya .Karya ini merupakan tugas akhir yang wajib di lewati dari masa

studi yang telah penulis tempuh, semoga menjadi awal yang baik bagi penulis

Amin.

WassalamualaikumWr.Wb

Kendari, 26 Juni 2018

Peneliti

ix

Page 10: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

10

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v

MOTTO ............................................................................................................. vi

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang SGOT .......................................................... 4

B. Tinjauan Umum Tentang Obesitas ....................................................... 7

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Teori Kerangka Konsep ...................................................................... 18

B. Bagan Kerangka Konsep .................................................................... 19

C. Variabel Penelitian ............................................................................. 19

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................................ 20

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................................... 21

B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 21

C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 21

x

Page 11: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

11

D. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 22

E. Instrumen Penelitian ........................................................................... 22

F. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium.................................................. 23

G. Jenis Data ............................................................................................ 25

H. Analisis Data....................................................................................... 25

I. Pengolahan Data ................................................................................. 25

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................... 24

B. Hasil Penelitian ................................................................................... 25

C. Pembahasan ........................................................................................ 27

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 31

B. Saran ................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

Page 12: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

12

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada

Penderita Obesitas Di Poltekkes Kemenkes Kendari

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pada Penderita

Obesitas Di Poltekkes Kemenkes Kendari

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Serum Glutamic

Oxaloacetic Transaminase (SGOT) Pada Penderita Obesitas Di

Poltekkes Kemenkes Kendari

xii

Page 13: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Hasil Penelitian

Lampiran 2 : Tabulasi Data

Lampiran 3 : Master Tabel

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Kendari

Lampiran 5 : Surat Izin dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara

Lampiran 6 : Surat keterangan telah melakukan penelitian

Lampiran 7 : Dokumentasi Proses Penelitian

xiii

Page 14: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013 mendefinisikan

obesitas adalah akumulasi abnormal lemak tubuh yang dapat menyebabkan

resiko bagi kesehatan. Obesitas merupakan dua hal yang berbeda, namun

demikian keduanya sama-sama menunjukan adanya penumpukan lemak yang

berlebihan dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indek massa

tubuh (IMT) di atas normal.

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun

dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi

perluasan ke dalam jaringan organnya.Terjadinya obesitas lebih ditentukan

oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik,

maupun keduanya (Misnadierly, 2007).

Hasil pemeriksaan obesitas di sulawesi tenggara pada tahun 2016

menunjukan dari 86.430 penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang

dilakukan pemeriksaan, 22.025 atau 25,48% di antaranya mengalami

obesitas. Pada obesitas lebih banyak ditemukan pada perempuan dengan

jumlah 29,13% sedangkan pada laki-laki sebesar 13,20%. Hasil tersebut

cukup mengkhawatirkan karena sejalan dengan kecenderungan meningkatnya

jumlah obesitas baik di indonesia maupun dunia, padahal sulawesi tenggara

dalam hal gaya hidup dan pola konsumsi belumlah seperti kota atau daerah

yang lebih maju lainnya di indonesia (profil Dinkes,2016).

Hasil penelitian weni kurdanti (2015) menunjukkan bahwa asupan energi

merupakan faktor risiko kejadian obesitas pada remaja sejalan dengan hasil

penelitian yang menemukan asupan energi berlebih lebih banyak ditemukan

pada kelompok obesitas dibandingkan kelompok non-obesitas. Rata-rata

asupan energi remaja obesitas diperoleh dari jenis makanan tinggi energi

seperti kontribusi konsumsi sumber energi yaitu nasi 3 kali sehari, roti putih 2

lembar sekali makan, kentang, mie bihun, mie instan, dan dari jenis umbi-

umbian. Dari hasil wawancara dengan subjek juga didapatkan bahwa

1

Page 15: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

2

makanan yang dikonsumsi menyumbangkan asupan energi tinggi yaitu

makanan dari makanan cepat saji (fast food). Dalam satu minggu remaja

obesitas dapat pergi ke outlet-outlet atau restoran cepat saji sebanyak 1-2 kali.

Menurut penelitian Friedly 2014 tentang enzim hati pada dewasa muda

usia 18 sampai 21 tahun mendapatkan hasil bahwa peningkatan kadar SGOT

(Serum Gluamic Oxaloacetic Transminase) dan SGPT lebih tinggi terjadi

pada laki-laki karna dipengaruhi oleh estrogen yang menyebabkan SGOT dan

SGPT terjadi peningkatan.

Aspartate amino transferase(AST) atau SGOT adalah enzim yang

biasanya terdapat dalam jaringan tubuh,terutama dalam jantung dan hati.

Enzim ini dilepaskan ke dalam serum sebagai akibat dari cedera jaringan,oleh

karena itu kosentrasi dalam serum SGOT dapat meningkat pada penyakit

infark miokard atau kerusakan akut pada sel-sel hati (dorland,1998).

Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) adalah enzim hepar

yang membantu produksi protein,enzim ini juga mengkatalis transfer suatu

gugus amino dari aspartat ke α-ketoglutarat yang menghasilkan oksaloasetat

dan glutamate. Kadar normal pada SGOT yaitu <41 u/l. Enzim ini lebih

sensititif untuk mendeteksi kerusakan otot dan otot jantung daripada

kerusakan hati karena SGOT juga di produksi di otot rangka,otak dan

jantung,kadarnya akan meningkat di dalam darah jika terdapat kerusakan sel

hati. Oleh karena itu meningkatnya kadar SGOT tidak selalu menunjukkan

adanya kelainan di sel hati (daniel S.pratt .2010).

SGOT banyak terdapat dalam mitokondria dan dalam sitoplasma, Oleh

karena itu, untuk proses lebih lanjut, maka akan terjadi kerusakan membran

mitokondria yang akan lebih banyak mengeluarkan enzim SGOT atau

AST,maka jika kadar SGOTnya meningkat karna pengaruh kerusakan

mitokondria maka akan menyebabkan kelainan pada sel jantung (Panil,2007).

Pada penderita Obesitas mereka akan lebih mudah merasa lelah karena

orang dengan berat badan yang berlebih,tenaga yang dibutuhkan untuk

melakukan suatu aktifitas akan bertambah dan kebutuhan oksigen pada

jaringan tubuhpun meningkat,sehingga organ seperti paru-paru,jantung dan

Page 16: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

3

otot akan bekerja lebih keras. Kadar Enzim SGOTpun akan meningkat

dikarenakan aktifitas pada jantung dan otot berlebih. Berdasarkan hal ini

maka peneliti tertarik untuk meneliti “gambaran Enzim SGOT pada obesitas

di Poltekkes Kemenkes Kendari”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hasil kadar Enzim SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic

Transminase) pada Penderita Obisitas di Poltekkes Kemenkkes Kendari

C. Tujuan penelitian

1.Tujuan umum:

Mengetahui hasil pemeriksaan kadar Enzim SGOT (Serum

GlutamicOxaloacetic Transminase) pada Penderita Obesitas di Poltekkes

Kemenkes Kendari

2. Tujuan khusus:

a. Untuk mengetahui kadar Enzim SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic

Transminase) pada Penderita Obesitas di Poltekkes Kemenkes Kendari

D. Manfaat penelitian

1. Bagi institusi pendidikan

sebagai sumbangan ilmiah terhadap Almamater Jurusan Analis

Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari. Serta bahan informasih dan

masukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan bagi calon

pranata Laboratorium Kesehatan terutama di bidang Kimia Klinik

2.Manfaat bagi peneliti

menambah wawasan,pengalaman dan pengetahuan serta bahan dalam

penerapan ilmu metode penelitian,khususnya tentang pemeriksaan

Kadar Enzim Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase pada Penderita

Obesitas.

Page 17: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase

(SGOT)

Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) Serum ini merupakan

enzim hepar yang membantu produksi protein. Enzim ini mengkatalisa transfer

suatu gugus amino dari aspartat ke α-ketoglutarat menghasilkan oksaloasetat

dan glutamat. Selain di hepar, enzim ini juga ditemukan pada organ lain seperti

jantung, otot rangka, otak, dan ginjal. Kerusakan pada salah satu dari beberapa

organ tersebut bisa menyebabkab peningkatan kadar pada enzim dalam darah.

Kadar normal ada pada kisaran <41 U/L. Enzim ini juga membantu dalam

mendeteksi nekrosis sel hepar, tapi dianggap petanda yang kurang spesifik

untuk kerusakan sel hepar sebab enzim ini juga bisa menggambarkan kelainan

pada jantung, otot rangka, otak, dan ginjal.(Daniel S. Pratt, 2010).

Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase(SGOT) merupakan enzim yang

biasanya terdapat dalam jaringan tubuh, terutama dalam jantungdan hati,enzim

itu dilepasakan ke dalam serum sebagai akibat dari cedera jaringan,oleh karena

itu konsentrasi dalam Serum Glutamic Oxaloacetic Transminasedapat

meningkat pada penyakit infark miokard atau kerusakan akut pada sel-sel hati.

Tujuan pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) yaitu

untuk menggambarkan fungsi hati atau kondisi hati dan pendeteksian infeksi

bahkan kerusakan atau cedera pada jaringan otot, jantung bahkan hati

(Dorland, 1998).

Dua macam enzim yang sering dihubungkan dengan kerusakan sel hati

termasuk dalam golongan aminotrasferase, yakni enzim yang mengkatalisis

pemindahan gugusan amino secara reversible antara asam amino dan asam

alfa-keto. Aspartat aminot ransferase(AST) atau glutamat oksalo asetat

transaminase (GOT) mengerjakan reaksi antara asam aspartat dan asam alfa-

ketoglutamat. Alanin amino transferase (AST) atau glutamat piruvat

transaminase (GPT) melakukan reaksi serupa antara alanin dan asam alfa-

ketoglutamat (Hidayat, 2010).

4

Page 18: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

5

1. Patofisiologi Serum Glutamic Oksaloasetik Transminase (SGOT)

Serum Glutamic Oksaloasetik Transminase (SGOT) yang berada sedikit di

atas normal tak selalu menunjukkan seseorang sedang sakit bisa saja

peningkatan itu terjadi bukan akibat gangguan pada liver. Kadar SGOT juga

gampang berubah mungkin pada saat pemeriksaan, kadarnya sedang tinggi.

Namun setelah itu, dia akan kembali normal. Pada orang lain, mungkin saat

di periksa, kadarnya sedang normal, padahal biasanya justru tinggi. Karena

itu, satu kali pemeriksaan saja sebenarnya belum bisa dijadikan dalil untuk

membuat kesimpulan (Widjaja, 2009).

2. Faktor yang dapat mempengaruhi kadar Serum Glutamiv

OksaloasetikTransminase (SGOT)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli yang

berhubungan dengan nilai SGOT, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kadar SGOT yaitu:

a. Istirahat tidur

Penderita hepatitis yang tidak tercukupi kebutuhan istirahat tidurnya

atau waktu tidurnya kurang dari 7 atau 8 jam dapat mempengaruhi

kadar SGOT.

b. Kelelahan

Kelelahan yang diakibatkan oleh aktivitas yang terlalu banyak atau

kelelahan yang diakibatkan karena olahraga juga akan mempengaruhi

kadar SGOT.

c. Konsumsi obat-obatan

Mengkonsumsi obat-obatan tertentu dapat meningkatkan kadar SGOT.

Seperti Isoniasid,Metildopa,Fenitoin dan Asam Valproat.

Page 19: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

6

3. faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium

a. Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST

b. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat

menurunkan kadar SGOT/AST

c. Hemolisis sampel darah

d. Obat-obatan dapat meningkatkan kadar: antibiotik (ampisilin,

karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin,

linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat,

piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin),

antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin, preparat

digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin),

isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat

menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.

4. Kondisi yang terjadi jika meningkatnya kadar SGOT/AST:

a. Peningkatan tinggi (> 5 kali nilai normal): kerusakan hepatoseluler akut,

infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis

infeksiosa

b. Peningkatan sedang (3-5 kali nilai normal): obstruksi saluran empedu,

aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau

primer), distrophia muscularis

c. Peningkatan ringan (sampai 3 kali normal): perikarditis, sirosis, infark

paru, delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA).

5. Masalah klinis SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)

a. Penurunan kadar: kehamilan, diabetik ketoasidosis, beri-beri.

b. Peningkatan kadar: Infark miokard akut (IMA), ensefalitis, nekrosis

hepar, penyakit dan trauma muskuloskeletal, pankreatitis akut,

ekslampsia, gagal jantung kongestif (GJK). Obat-obat yang dapat

meningkatkan nilai AST: Antibiotik, narkotik, vitamin (asam folat,

pidoksin, vitamin A), antihipertensi (metildopa Aldoment, guanetidin),

Page 20: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

7

teofilin, golongan digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin

(Indocin), isoniazid (INH), rifampisin, kontrasepsi oral, salisilat, injeksi

intramuskular (IM) (Joyce, 1997)

B. Tinjauan Umum Tentang Obesitas

1. pengertian

Obesitas didefinisikan sebagai kandungan lemak berlebih pada

jaringan adipose Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu

keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di

jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak

kilokalori yang masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk

menunjang kebutuhan energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut

disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak (Sherwood, 2012).

Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi

pengeluaran energi. Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk

makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan,

maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar kelebihan energi

tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh karena itu, kelebihan

adipositas (obesitas) disebabkan masukan energi yang melebihi

pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi sebanyak 9,3 kalori

yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak

disimpan terutama di aposit pada jaringan subkutan dan rongga

intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan tubuh lainnya seringkali

menimbun cukup lemak pada orang obesitas.Perkembangan obesitas pada

orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan

peningkatan ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat

memiliki adiposity sebanyak empat kali normal, dan setiap adiposit

memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang yang kurus (Guyton, 2007)

Page 21: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

8

Pada penderita obesitas aktifitas fisik yang tidak baik dapat

menyebabkan kegagalan dalam proses penurunan berat badan. Oleh karena

itu pada obesitas peningkatan aktivitas tubuh yang berlebihan dapat

membuat tubuh kelelahan. Kelelahan yang di akibatkan oleh tubuh yaitu

akan meningkatkan kadar SGOT. Enzim SGOT yang tinggi akan

menyebabkan penderita mengalami kelainan pada sel jantung,sel hati,sel

otot dan rangka

2. Etiologi Obesitas

Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan

penting dalam menentukan asupan makanan dan metabolisme energi, gaya

hidup dan faktor lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang

dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh

karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain

aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional (Guyton, 2007).

a.Genetik

Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetic yang

pasti untuk menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena

anggota keluarga umumnya memiliki kebiasaan makan dan pola

aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan

bahwa 20-25% kasus obesitas dapat disebabkan faktor genetic.Gen

dapat berperan dalam obesitas dengan menyebabkan kelainan satu atau

lebih jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta

penyimpanan lemak. Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas

adalah mutasi MCR-4,yaitu penyebab monogenik tersering untuk

obesitas yang ditemukan sejauh ini, defisiensi leptin kongenital, yang

diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai dan mutasi

reseptor leptin, yang juga jarang ditemui. Semua bentuk penyebab

monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil persentase dari

seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya berinterakasi

Page 22: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

9

dengan faktor lingkunganuntuk mempengaruhi jumlah dan distribusi

lemak (Guyton,2007)

b.Aktivitas fisik

Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama

obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang

teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak

tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak kuat dapat menyebabkan

pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu

pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat

meningkatkan pengeluaran energy melebihi asupan makanan, yang

berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).

Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap

pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua

faktor: yaitu tingkat aktivitas dan olahraga secara umum dan angka

metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk

mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua factor tersebut

metabolisme basal memiliki tanggung jawab duapertiga dari

pengeluaran energi orang normal.Meski aktivitas fisik hanya

mempengaruhi sepertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat

normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas

fisik memiliki peran yang sangat penting.Pada saat berolahraga kalori

terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang

hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme

basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunn

metabolism basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan

menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan

olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan

kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi

turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat

penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar

Page 23: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

10

kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya

metabolisme normal (Guyton, 2007).

c.Perilaku makan

Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak

baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab,

diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti

dengan meningkatnya prevalensi obesitas di Negara maju.Sebab lain

yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis,

dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran

stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak

sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam

obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel

lemak yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama

kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin

besar pula jumlah sel lemak.Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak

cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti(Guyton,

2007).

d.Dampak penyakit lain

Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma

dari penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas

adalah hypogonadism,Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma,

craniophryngioma dan gangguan lain pada hipotalamus. Beberapa

anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik

oleh endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka

sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada

berat badan (Flier et al, 2005)

3. Klasifikasi Obesitas

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan indeks sederhana dari berat

badan dan tinggi badan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan

kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. Hal ini

Page 24: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

11

didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan

kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2).5

Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi

berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), Indeks Massa Tubuh (IMT)

merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang

dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi

dengan kwadrat tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman,2007).

Rumus menentukan IMT: IMT =BB

TB(m)2

Tabel:dibawah ini merupakan klasifikasi berat badan berlebih dan

obesitas pada orang dewasa menurut WHO.

Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran yang menyatakan komposisi

tubuh, perimbangan antara berat badan dengan tinggi badan. IMT

digunakan untuk mengukur kegemukan, sebagai dampak dari perubahan

pola hidup, kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji yang tinggi lemak

dan protein, serta rendah karbohidrat.IMT tidak dapat membedakan otot

dengan lemak, selain itu pula tidak memberikan distribusi lemak di dalam

tubuh yang merupakan factor penentu utama risiko gangguan metabolisme

yang dikaitkan dengan kelebihan berat badan.Pola penyebaran lemak

tubuh tersebut dapat ditentukan oleh rasio lingkar pinggang dan pinggul

atau mengukur lingkar pinggang. Pinggang diukur pada titik yang

Klasifikasih IMT (kg/m2) Resiko obesitas

Kurus <18,5 Rendah

Normal 18,5-24,9 Sedang

Kegemukan >=25

Pre-obes 25-29,9 Meningkat

Obes 1 30-34,9 Sedang

Obes 2 35-39,9 Berat

Obes 3 >40 Sangat berat

Page 25: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

12

tersempit sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar, lalu ukuran

pinggang dibagi dengan ukuran pinggul (Arora et al,2007).

Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, ada dua tipe obesitas

yaitu:

a. Tipe buah apel (Adroid), pada tipe ini ditandai dengan

pertumbuhanlemak yang berlebih dibagian tubuh sebelah atas yaitu

sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Tipe ini pada umumnya

dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak yang

menumpuk adalah lemak jenuh.

b. Tipe buah pear (Genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada

bagian bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe

ini banyak diderita oleh perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah

lemak tidak jenuh

Gambar 1. Obesitas Apple-shaped dan Obesitas Peashaped.

Page 26: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

13

3. Teknik pengukuran Rasio Lingkar Pinggang Panggul(RLPP)

1. Teknik pengukuran lingkar pinggang menurut Riskesdas (2013) yaitu

sebagai berikut:

a. Responden diminta dengan cara yang santun untuk membuka pakaian

bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang

rusuk terakhir responden untuk menetapkan titik pengukuran.

b. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.

c. Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.

d. Tetapkan titik tengah di antara diantara titik tulang rusuk terakhir

titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik

tengah tersebut dengan alat tulis. Minta responden untuk berdiri

tegak dan bernafas dengan normal (ekspirasi normal).

e. Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengah

kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut

kembali menuju titik tengah diawal pengukuran.

f. Apabila responden mempunyai perut yang gendut

kebawah,pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu

berakhir pada titik tengah tersebut lagi.

g. Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang

mendekati angka 0,1 cm.

4. Teknik pengukuran lingkar panggul menurut Riskesdas (2013) yaitu

sebagai berikut:

a. Responden diminta berdiri tegap dengan kedua kaki dan berat merata

pada setiap kaki.

b. Palpasi dan tetapkan daerah trochanter mayor pada tulang paha

c. Posisikan pita ukur pada lingkar maksimum dari bokong, untuk wanita

biasanya di tingkat pangkal paha, sedangkan untuk pria biasanya

sekitar 2 - 4 cm bawah pusar.

d. Lingkarkan pita ukur tanpa melakukan penekanan.

e. Ukur lingkar pinggul mendekati angka 0,1cm.

Page 27: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

14

4. Teknik pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut WHO yaitu

sebagai berikut:

a. Lakukan penimbangan pada responden untuk melihat berapa berat

badan dan dicatat.

b. Lakukan pengukuran tinggi badan pada responden utuk melihat berapa

tinggi badan dan dicatat.

c. Setelah itu lakukan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan

cara berat badan responden (kg) dibagi dengan tinggi badan (cm)

(dalam perhitungan ini tinggi badan dari centimeter diubah ke meter).

d. Hitung berapa Indeks Massa Tubuh pada responden,Jika nilai Indeks

Massa Tubuh (IMT) responden > 30 maka responden dinyatakan

Obesitas.

6. Dampak Obesitas

Obesitas memiliki efek samping yang besar pada kesehatan.Obesitas

berhubungan dengan meningkatnya mortalitas, hal ini karena

meningkatnya 50 sampai 100% resiko kematian dari semua penyebab

dibandingkan dengan orang yang normal berat badannya,dan terutama

oleh sebab kardiovaskular.Beberapa efek patologis dari obesitas adalah

resistensi insulin dan diabetes mellitus tipe 2, gangguan pada system

reproduksi, penyakit kardiovaskular, penyakit pulmoner, Gallstones (batu

empedu), penyakit tulang, sendi dan kulit (Flier et al, 2005).

7. Tipe-tipe obesitas

Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan

Dalam beberapa tipe (Purwati, 2001) yaitu:

a. Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel

yang lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-

selnya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada masa anak-

Page 28: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

15

anak.Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa

anak-anak akan lebih sulit.

b. Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang

lebih besar dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini

terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat akan

lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.

c. Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi

karena jumlah dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini

dimulai pada masa anak – anak dan terusberlangsung sampai setelah

dewasa.Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini

merupakan yang paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya

komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.

8. Resiko obesitas

Dari segi fisik,orang yang mengalami obesitas akan mengalami rendah

diri dan merasa kurang percaya diri. Sehingga seringkali akan mengalami

tekanan, baik dari dirinya sendiri maupun dari lingkungannya (Purwati,

2001).

Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan idial, akan

menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi

organ tubuh (Misnadierly, 2007).

Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakit

degeneratif. Penyakit – penyakit tersebut antara lain:

a. Hipertensi

Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi

terhadap Penyakit hipertensi. Menurut hasil penelitian menunjukkan

bahwa pada usia 20 – 39 tahun orang obesitas mempunyai resiko dua

kali lebih besar terserang hipertensi dibandingkan dengan orang

yang mempunyai berat Badan normal (Wirakusumah, 1994).

b. Jantung koroner

Page 29: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

16

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi

akibat penyempitan pembuluh darah koroner. Hasil

penelitianmenyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar

88 % mendapat resiko terserang penyakit jantung koroner.

Meningkatnya factor resiko penyakit jantung koroner sejalan dengan

terjadinya penambahan berat badan seseorang. Penelitian lain juga

menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20 – 40 tahun ternyata

berpengaruh lebih besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan

kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih tua (Purwati, 2010).

c. Diabetes

Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi

tersebut tidak selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan.

Lebih dari 90 % penderita diabetes mellitus tipe serangan dewasa

adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes

mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan

bagi penderita diabetes yang ingin menurunkan berat badan sebaiknya

dilakukan dengan mengurangi konsumsi bahan makanan sumber lemak

dan lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat (Purwati, 2001)

d. Gout Penderita

Obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang sendi

yang lebih serius jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya

ideal. Penderita obesitas yang juga menderita gout harus menurunkan

berat badannya secara perlahan-lahan (Purwati, 2001)

e. Batu Empedu

Penderita obesitas mempunyai resiko terserang batu empedu lebih

tinggi karena ketika tubuh mengubah kelebihan lemak makanan

menjadi lemak tubuh, cairan empedu lebih banyak diproduksi didalam

hati dan disimpan dalam kantong empedu.Penyakit batu empedu lebih

sering terjadi pada penderita obesitas tipe buah apel. Penurunan berat

badan tidak akan mengobati penyakit batu empedu, tetapi hanya

membantu dalam pencegahannya. Sedangkan untuk mengobati batu

Page 30: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

17

empedu harus menggunakan sinar ultrasonic maupun melalui

pembedahan (Andrianto, 1990).

f. Kanker

Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan

obesitas akan beresiko terkena kanker usus besar, rectum, dan kelenjar

prostate.Sedangkan pada wanita akan beresiko terkena kanker rahim

dan kanker payudara. Untuk mengurangi resiko tersebut konsumsi

lemak total harus dikurangi. Pengurangan lemak dalam makanan

sebanyak 20 – 25 % perkilo kalori merupakan pencegahan terhadap

resiko penyakit kanker payudara (Purwati, 2001).

Obesitas terjadi bila jumlah sel lemak bertambah pada tubuh

seseorang.Bila seseorang bertambah berat badannya,maka ukuran sel

lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah

banyak.Secara fisiologis obesitas di defenisikan sebagai suatu keadaan

dengan akumuasi lemak yang tidak normal,keadaan obesitas ini dapat

berisiko pada penyakit kardiovaskuler (jantung).

Pada penderita obesitas aktifitas fisik yang tidak baik dapat

menyebabkan kegagalan dalam proses penurunan berat badan. Oleh

karena itu pada obesitas peningkatan aktivitas tubuh yang berlebihan

dapat membuat tubuh kelelahan. Kelelahan yang di akibatkan oleh

tubuh yaitu akan meningkatkan kadar SGOT.Peningkatan enzim SGOT

akan menyebabkan penderita mengalami kelainan pada sel jantung,sel

hati,sel otot dan rangka.

Page 31: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

18

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Obesitas merupakan kondisi kronis pada tubuh dimana terjadinya

penumpukkan lemak berlebih dalam tubuh melebihibatas yang baik untuk

kesehatan.Seseorang dianggap menderita Obesitas bila indeks massa tubuh

(IMT), yaituhasil ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan

dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari

30 kg/m2.

Menurut peniliti guiraudou m et al (2013) mengemukakan bahwa obesitas

dapat meningkatkan viskositas darah karena kenaikan hematokrit (HCT) dan

dapat meingkatkan Enzim hati atau peningkatan kadar serum glutamic

oxaloacetictransminase (SGOT) yang dapat menyebabkan kerusakan hati,otot

rangka,ginjal dan jantung.

Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) merupakan enzim

yang biasanya terdapat dalam jaringan tubuh, terutama dalam jantung dan

hati,enzim itu dilepasakan ke dalam serum sebagai akibat dari cedera

jaringan, oleh karena itu konsentrasi dalam serum SGOTdapat meningkat

pada penyakit infark miokard atau kerusakan akut pada sel-sel hati. Tujuan

pemeriksaan SGOT yaitu untuk menggambarkan fungsi hati atau kondisi hati

dan pendeteksian infeksi bahkan kerusakan atau cedera pada jaringan otot,

jantung bahkan hati.

Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) banyak terdapat dalam

mitokondria dan dalam sitoplasma, Oleh karena itu, untuk proses lebih lanjut,

maka akan terjadi kerusakan membran mitokondria yang akan lebih banyak

mengeluarkan enzim Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT)

jadi,jika kadarnya meningkat karna pengaruh kerusakan mitokondria maka

akan menyebabkan kelainan pada sel jantung.

Page 32: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

19

Obesitas akan menyebabkan jantung bekerja keras dalam memompa darah

untuk diedarkan keseluruh tubuh sehingga jantung akan bekerja lebih cepat

dan memyebabkan jantung membesar hal ini sangat berpotensi yang dapat

meningkatkan kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT).

Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) meningkat karna

terjadi aktivitas jantung yang berlebihan sehingga menyebabkan SGOT

meningkat

Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti kadar Enzim SGOT pada

Penderita Obesitas di Poltekkes Pemenkes Kendari

B. Bagan Kerangka Konsep

Mahasiswa Obesitas

Pengambilan Darah Vena

Pemeriksaan Kadar enzim SGOT

(serumglutamic 0xaloacetik transminase)

Hasil Pemeriksaan

Kadar SGOT Normal

Hasil Pemeriksaan

Kadar SGOT

Abnormal

Page 33: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

20

C. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu, kadar Serum Glutamic

0xaloacetik Transminase (SGOT) pada Mahasiswa Obesitas

a. VariabelBebas

Mahasiswa obesitas di Lingkungan Poltekkes Kemenkes Kendari.

b. VariabelTerikat

Pemeriksaan Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT)

Pada Mahasiswa Obesitas di Lingkungan Poltekkes Kemenkes Kendari.

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1. Devenisi Oprasional

a.Obesitas adalah orang yang memiliki Berat Badan 20 % atau lebih dikali

tinggi badan normal atau IMT = ≥ 30

b. Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) merupakan enzim

yang berfungsi untuk menggambarkan fungsi hati atau kondisi hati dan

pendeteksian infeksi pada jaringan otot jantung dan hati dengan

memeriksa serum menggunakan alat Polio 100.

2. Kriteria Objektif

a. Nilai normal pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetik Transminase

(SGOT),yaitu

1. Pada Laki-laki dikatakan normal jika kadar serum SGOT

=<35µlsedangkan dikatakan tidak normal jika kadar serum SGOT =

>35 µl

2. Pada Perempuan dikatakan normal jika kadar serum SGOT= < 31 µl

sedangkan dikatakn tidak normal jika kadar serum SGOT = > 31 µl

Page 34: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

21

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang digunakan untuk

memperoleh Gambaran Enzim SGOT (Serum Glutamic oxaloacetic

Transminase) di Poltekkes Kemenkes Kendari.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium RSUD Kota Kendari.

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 – 13 April 2018

C. Populasi Dan Sampel

1. Popuasi

Populasi dalam penelitian ini adalah 30 Mahasiswa Obesitas yang

berada di Poltekkes Kemenkes Kendari.

2. Sampel

Sampel merupakan yang menderita obesitas dari populasi yang

dipilih untuk digunakan dalam penelitian. Teknik dalam pengambilan

sampel yaitu total sampling.

3. Kriteria inklusi dan eksklusi

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi. Adapun kriteria inklusi sampel yang akan diteliti

adalah:

1. Seseorang yang di duga obesitas yang berada di Poltekkes

Kemenkes Kendari dengan nilai IMT > 30

2. Responden bersedia di ambil darahnya

21

Page 35: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

22

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah keadaaan yang menyebabkan subjek

memenuhi kriteria inklusi namun tidak di ikut sertakan dalam

penelitian. Adapun kriteria eksklusi sampel yang akan di teliti adalah:

1. Seseorang yang tidak di duga obesitasyang berada di Poltekkes

Kemenkes Kendari dengan nilai IMT <30

2. Resonden tidak bersedia diambil darahnya

D. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun prosedur pengumpulan data adalah:

1. Data primer di peroleh berdasarkan observasi langsung dengan responden.

2. Data sekunder di peroleh dari pengumpulan jurnal, study literatur yang

mendukung penelitian dan penelitian sebelumnya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri atas alat dan bahan yang digunakan sebagai

berikut:

1. Alat

a. Palio 100

b. Centrifuge

c. Mikropipet 1.000 µl dan 100 µl

d. Tabung sampel

e. Rak tabung

f. Timer

g. Tourniquet

h. Yellow tip

i. Blue tip

j. Kuvet

k. Spoit 3 cc

2. Bahan

a. Sampel (serum)

b. Reagen A

c. Reagen B

Page 36: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

23

d. Tips kuning dan biru

e. Alkohol 70%

f. Spoit 3cc

g. Kapas

h. Tisu

F. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium

1. Pra analitik:

a.Persiapan Sampel:

1. Persiapan Responden

a. Lakukan penimbangan pada responden untuk melihat berapa berat

badan dan dicatat.

b. Lakukan pengukuran tinggi badan pada responden utuk melihat

berapa tinggi badan dan dicatat.

c. Setelah itu lakukan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)

dengan cara berat badan responden (kg) dibagi dengan tinggi

badan (cm) (dalam perhitungan ini tinggi badan dari centimeter

diubah ke meter).

d. Hitung berapa Indeks Massa Tubuh pada responden,Jika nilai

Indeks Massa Tubuh (IMT) responden > 30 maka responden

dinyatakan Obesitas.

2. Pengambilan darah vena

a. Persiapan alat dan bahan.

b. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah, usahakan

pasien senyaman mungkin.

c. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak

melakukan aktivitas dan pasang tali pembendung (tourniquet)

kira-kira 10 cm diatas lipat siku.

d. Pilih bagian vena median cubital atau chepalic. Lakukan perabaan

(palpasi) untuk memastikan posisi vena.

Page 37: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

24

g. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas

alkohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah di bersihkan

jangan di pegang lagi.

h. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas.

Jika jarum telah masuk kedalam vena, akan terlihat darah masuk

ke dalam semprit.

i. Letakkan kapas kering ditempat suntikan lalu segera lepaskan atau

tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-

kira 15 menit.

3. Cara memperoleh serum

a. Disediakan tabung centrifuge yang bersih dan kering.

b. Darah dialirkan lewat dinding tabung sebanyak 3 ml, kemudian

diamkan beberapa menit lalu dimasukkan dalam centrifuge dan

putar selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

c. Tabung dikeluarkan dari centrifuge, cairan kuning yang terdapat di

bagian atas yang digunakan sebagai bahan pemeriksaan.

2. Analitik:

a. Disiapkan semua alat yang akan digunakan

b. Pastikan alat sudah standby

c. Letakkan botol reagent pada botol reagent sesuai dengan no dan

posisinya masing-masing yang dapat dilihat atau disamakan dilayar

pada menu status

d. Siapkan sampel pasien yang akan dikerjakan,kemudian ambil serum

pasien

e. Masukkan serum kedalam cup Min. 300 µl dengan mikropipet,lalu

masukkan pada sampel cup. (Hindari adanya gelembung pada serum

pasien yang ada di sampek cup)

f. Klik work list pada pojok kiri bawah layar dan akan masuk ketampilan

pengisian data pasien.

Page 38: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

25

g. Klik SMP untuk mengerjakan sampel pasien,kemudia isikan

- ID code (urut dengan no. Sebelumya)

- Sample type: Serum

- Patient type: Male/fimale/pedriatic

- Tube type: Sampel cup

h. Kemudian pilih parameter yang ingin dikerjakan,dengan cara mengKlik

parameter yang diinginkan hingga lampu bulat menyala.

i. Setelah itu isikan data pasien dengan mengKlik Patient Private

Data,kemudian akan tampil kolom pengisian data pasien. Isikan No

Unique Id sama dengan No. Id Code pasien. Selanjutnya isikan sesuai

data pasien.

j. Kemudian klik SAVE untuk menyimpan data pasien dan klik close

untuk keluar dari kolom Patient Private Data

k. Selanjutnya klik SAVE In WL

3. Pasca analitik:

Nilai rujukan:

a. Normal laki-laki: <35 U/L

b. Normal perempuan: <31 U/L

G. Jenis Data

a. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data dari sumber-sumber penelitian yang

relevan,baik yang dikumpulkan dari hasil penelitian terdahulu,bahan

kuliah,buku-buku yang dipublikasikan dan informasih-informasih yang

ada kaitannya dengan penelitian ini kemudian dijadikan sebagai

landasan teoritis dalam penulisan penelitian ini.

Page 39: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

26

H. Pengolahan Data

1. Menggunakan RumusIMT = BB

TB(m)2

2. Frekuensi Dari =

x 100%

I. Penyajian Data

Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian

dijelaskan dalam bentuk narasi

Page 40: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

27

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari

RSUD Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung peninggalan

pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan telah

mengalami beberapa kali perubahan yaitu : dibangun oleh Pemerintah

Belanda pada tahun 1927, dilakukan rehabilitasi oleh Pemerintah Jepang

pada tahun 1942 – 1945 menjadi Rumah Sakit Tentara pada tahun 1945 –

1960, menjadi RSU Kabupaten Kendari pada tahun 1960 – 1989, menjadi

Puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989 – 2001, menjadi RSU Kota

Kendari pada tahun 2001 berdasarkan Perda Kota Kendari No.17 Tahun

2001.

Diresmikan penggunaannya sebagai RSUD Abunawas Kota Kendari

oleh bapak Walikota Kendari pada tanggal 23 Januari 2003.Pada tanggal 9

Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah Abunawas Kota Kendari

resmi menempati Gedung baru yang terletak di Jl. Brigjen Z.A Sugianto

No: 39 Kel Kambu Kec. Kambu Kota Kendari. Pada tanggal 12 – 14

Desember 2012 telah divisitasi oleh TIM Komite Akreditasi Rumah Sakit

(KARS), dan berhasil terakreditasi penuh sebanyak 5 pelayanan

(Administrasi & Manajemen, Rekam Medik, Pelayanan Keperawatan,

Pelayanan Medik dan IGD) Berdasarkan SK Walikota Kendari No. 16

Tahun 2015 tanggal 13 Mei 2015 dikembalikan namanya menjadi RSUD

Kota Kendari sesuai PERDA Kota Kendari No. 17 Tahun 2001.

2. Letak Geografis

RSUD Kota Kendari awalnya terletak di Kota Kendari, tepatnya di

Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas lahan 3.527 M2 dan

luas bangunan 1.800 M2. Pada Tahun 2008, oleh pemerintah Kota Kendari

telah membebaskan lahan seluas 13.000 ha untuk relokasi Rumah Sakit,

27

Page 41: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

28

yang dibangun secara bertahap dengan menggunakan dana APBD, TP,

DAK dan DPPIPD.

3. Sarana Laboratorium

a. Ruang registrasi pasien

b. Ruang sampling

c. Ruang hematologi dan imunoserologi

d. Ruang kimia klinik

e. Ruang inkubator

f. Ruang petugas laboratorium

g. Ruang bakteriologi/BTA dan parasitologi

h. Ruang dokter patologi klinik

i. Ruang pantry

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

(SGOT) pada penderita Obesitas di Poltekkes Kemenkes Kendari yang

dilakukan pada bulan April 2018. Dengan jumlah sampel sebanyak 30

penderita Obesitas terdiri atas 3 laki-laki dan 27 perempuanyang Berada di

Poltekkes Kemenkes Kendari lalu dilakukan pemeriksaan Serum Glutamic

Oxaloacetic Transaminase (SGOT)

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada Mahasiswa Obesitas Di Poltekkes Kemenkes

Kendari

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki – Laki 2 25

Perempuan 6 75

Total 8 100

Sumber: Data Primer Diolah 2018

Berdasarkan tabel 5.1 penderita Obesitas yang telah dilakukan

pemeriksaan SGOT jenis kelamin laki-laki 2 penderita Obesitas dengan

28

Page 42: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

29

persentase 25%. Dan jenis kelamin perempuan sebanyak 6 penderita

Obesitas dengan persentase 75%. Sehingga dapat diketahui jumlah

penderita Obesitas lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan di

bandingkan laki-laki.

2. Variasi Penelitian

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Serum Glutamic

Oxalacetic Transaminase (SGOT) Pada Mahasiswa

Obesitas Di Poltekkes Kendari

No. Hasil Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Normal 22 73

2 Tinggi 8 27

Total 30 100

Sumber: Data Primer Diolah 2018

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan

Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) pada penderita

Obeitas Di Poltekkes Kendari. Terdiri dari kadar normal 22 penderita

Obesitas dengan persentase 73% dan kadar tinggi 8 penderita Obesitas

dengan persentase 27%.

C. Pembahasan

Dari hasil penelitian tentang pemeriksaan kadar Serum Glutamic

Oxaloacetic Transaminase (SGOT) pada Mahasiswa Obesitas Di Poltekkes

Kemenkes Kendari ditemukan bahwa dari 30 penderita Obesitas sebagian

besar kadar Serum Glutamic Oxaloacetc Transaminase (SGOT) dengan kadar

normal sebanyak 22yang terdiri dari 21 perempuan dan 1 laki-laki sedangkan

dengan kadar tidak normal didapatkan sebanyak 8 yang terdiri dari 6

perempuan dan 1 laki-laki. Hal ini sesuai teori Joko (2006) mengatakan

bahwa jika pada Obesitas memiliki pola tidur yangteratur, tidak kelelahan,

tidak memiliki aktivitas fisik yang banyak dan tidak mengomsumi obat-

obatantidakakan menyebabkan kadar Serum Glutamic Oxaloacetic

Transaminasedalam tubuh meningkat.

Page 43: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

30

Menurut penelitian Friedly 2014 tentang enzim hati pada dewasa muda

usia 18 sampai 21 tahun mendapatkan hasil bahwa peningkatan kadar SGOT

(Serum Gluamic Oxaloacetic Transminase) dan SGPT lebih tinggi terjadi

pada laki-laki karna dipengaruhi oleh estrogen yang menyebabkan SGOT dan

SGPT terjadi peningkatan.

Pada penelitian ini mendapatkan hasil dari 30 orang Mahasiswa

Obesitasdidapatkan 8 orang diantaranya 2 laki-laki dan 6 perempuan

memiliki kadar SGOT lebih tinggi terjadi pada perempuan. Salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi kadar Serum Glutamic OxaloaceticTransminase

pada perempuan yaitu Hormon Estrogen. Hal ini sesuai dengan pendapat

Guyton.C (2007) yang mengatakan bahwa mengomsumsi obat – obattan

seperti Pil KB dapat meningkatkan Hormon Estrogen dalam tubuh. Dalam

penelitian ini responden yang diperiksa kadar Serum Glutamic Oxaloacetic

Transminasemerupakan perempuan dewasa yang sudah menikah.

Adapun faktor – faktor lain yang dapat meningkatkan Kadar Serum

Glutamic Oxaloacetic Transminase yaitu pola tidur yang kurang baik. Hal ini

sesuai dengan pendapat Tarwoto dan Wartonah (2006) bahwa kelompok

umur dengan kategori dewasa dimana pola tidur yang dialami oleh kelompok

ini sering mengalami Insomnia dan sulit untuk dapat tidur dengan teratur.

Penulis juga berasumsi bahwa aktifitas fisik yang tidak baik dapat

menyebabkan kegagalan dalam proses penurunan berat badan. Oleh karena

itu pada obesitas peningkatan aktivitas tubuh yang berlebihan dapat membuat

tubuh kelelahan. Kelelahan yang di akibatkan oleh tubuh yaitu akan

meningkatkan kadar SGOT. Enzim SGOT yang tinggi akan menyebabkan

penderita mengalami kelainan pada sel jantung,sel hati,sel otot dan rangka.

Transminase merupakan enzim yang bekerja sebagai katalisator dalam

proses pemindahan gugus alpha amino alanin untuk menjadi asam glutamate

dan asam pyruvat. Enzim ini didapat pada sel hati dalam kadar yang jauh

lebih tinggi dari pada sel-sel jantung dan otot. Dalam keperluan klinik test

SGOT enzim ini juga membantu dalam mendeteksi nekrosis sel hepar, tapi

dianggap petanda yang kurang spesifik untuk kerusakan sel hepar sebab

Page 44: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

31

enzim ini juga bisa menggambarkan kelainan pada jantung, otot rangka, otak,

dan ginjal (Daniel S. Pratt, 2010).

Kadar SGOT meningkat pada beberapa kelainan pada jantung,otot

rangka,otak dan ginjal. Kadar yang tertinggi ditemukan dalam hubungannya

dengan keadaan yang menyebabkankerusakan hepatoseluler akut, infark

miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa

Dari penelitian pemeriksaan SGOT, dengan jumlah 30 pasien terjadi

peningkatan kadar SGPOT sebanyak 8 pasien, namun peningkatan kadarnya

bersifat sedang dengan rata-rata peningkatanya 1-2 kali normal. Karena itu

satu kali pemeriksaan saja belum bisa dijadikan kesimpulan bahwa terjadi

adanya kelainan pada jantung,otot rangka,otak dan ginjal.

SGOT yang berada sedikit di atas normal tak selalu menunjukkan

seseorang sedang sakit. Bisa saja peningkatan itu terjadi bukan akibatadanya

kelainan pada jantung,otot rangka,otak dan ginjal. Kadar SGOT juga

gampang naik turun. Mungkin saja saat diperiksa, kadarnya sedang tinggi.

Namun setelah itu kembali normal. Pada orang lain, mungkin saat diperiksa,

kadarnya sedang normal, padahal biasanya justru tinggi. Oleh karena itu, satu

kali pemeriksaan saja sebenarnya belum bisa dijadikan dalil untuk membuat

kesimpulan.Selain itu, banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

peningkatan pada SGOT seperti, obat tertentu, Kurangnya istirahat tidur,

kelelahan yang diakibatkan oleh aktivitas yang terlalu banyak atau kelelahan

yang diakibatkan karena olahraga.

Kekurangan dari penelitian ini ialah jumlah sampel yang diperiksa

terbatas. Dikarenakan pada saat turun ke lapangan banyak dari masyarakat

yang sedang tidak ada ditempat dan ada juga yang tidak berkenan menjadi

responden dikarenakan berbagai alasan, mungkin karena agak sedikit malu

dengan berat badan yang tidak Ideal Khususnya utuk wanita bahkan takut

dengan jarum suntik sehingga banyak yang menolak menjadi responden.

Sampel dalam penelitian ini laki-laki 3 oang dan perempuan 27 yang

berjumlah 30 orang.

Page 45: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

32

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang analisis kadar Serum Glutamic

OxaloaceticTransaminase (SGOT) yang dilakukan pada 30 penderita

Obesitas dapat disimpulkan bahwa ditemukan 8 penderita Obesitas yang

memiliki kadar SGOT tidak normal dengan persentase 27% dan didapatkan

22 penderita Obesitas yang memiliki kadar SGOT normal dengan persentase

73%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan:

1. Diharapkan bagi Institusi Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

khususnya Jurusan Analis Kesehatan dapat dijadikan sebagai bahan

informasi menyangkut dengan pengembangan penelitian mahasiswa

selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Diharapkan bagi Rumah Sakitkhususnya Laboratorium untuk memberikan

anjuran kepada penderita Obesitas untuk melakukan pemeriksaan Serum

Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) guna mengetahui

pemeriksaan faal hati.

3. Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk memeriksa Kadar Serum

Glutamic Oxaloacetic Transminase pada penderita obesitas yang berkaitan

dengan faktor – faktor yang dapat meningkat kadar SGOT dalam tubuh.

Misalakan pada penderita Obesitas yang mengomsumsi obat – obattan

tertentu.

32

Page 46: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

33

DAFTAR PUSTAKA

Alimul hidayat A.A.2010.metode penelitian kesehatan para digma

kuantitatif.jakartaheath books.

Arora,M.,koley,S.,gupta,s & Shandu,J.S,.2007. A study on lipid profile andbody fa

in patients with diabetes mellitus.anthropologist.9(4):295-298

Aru W,sudoyo.2009.buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi v.jakarta;interna

publishing.

Dorland.1998.kamus saku kedokteran Dorland,edisi 25.jakarkata:EGC

Flier,J.S.Flier,E.Mkasper,D.L.,Fauci,A.s,.longo,D.L.,Braunwald,E.

,Hauser,S.L.,& jameson ,J.L.Harrison‟s. 2005. Obesty in principle of

internalMedicine.New York:McGraw-Hill,422-427.

Guiraudou M, Varlet-Marie E, Raynaud de Mauverger E, Brun JF. 2013.

Obesityrelated increase in whole blood viscosity includes different profiles

according to fat localization. Clin Hemorheol Microcirc. 2013;55;63-73

Guyton A.C and J.E. hall.2007. buku ajar fisiologi kedokeran.edisi

9.jakara:EGC.74,76,80-81,244,248,606,636,1070,1340.

Joycelefever kee.1997.buku saku pemeriksaan laboratorium & diagnosikdengan

implikasi keperawatan.EGC.jakarta.

Kurdanti Weni et al. 2015. “Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas

pada remaja” Jurnal gizi klinik Indonesia. (11): 179-190.

Pratt Daniel .S.2010.liver chemistry and function test.In:Feldma

M,Friedma,L.S.,Brandt,L.J.,eds.Sceisenger and Fordtran‟s

Gastrointestinaland liver disease.saunders Elsevier.philadelphia,PA.

Profile DINKES.2016.Pedoman umum gizi seimbang.Kemenkes RI:

http://gizinet.org.id/PGS2016

RISKESDAS.2013. Badan penelitian dan pengembangan kesehatankementrian

RI tahun 2013.Diakses: 19 0ktober 2014 dari http://www.depkes.go.id/resources/download.general/hasil%20Riskesdas%202013.pdf

Widjaj,H.2009.Anatomi abdomen. Jakarta:EGC,128 hlm.

WHO.2008.WHO resport on the global tobacco epidemic.WHO available from :

http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower report full 2008.pdf. (accessed

2011 july 12)

Page 47: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

34

WHO.2013.About cardiovascular diseaces.world healt organization. Ganeva.

Cited july 15th

2014 .Availablefrom .URL

:http://www.who.int/cardiovascular/abot/_cvd/en/accessed.on

Page 48: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

35

Page 49: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

36

Page 50: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

37

Page 51: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

38

Page 52: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

39

Page 53: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

32

Page 54: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

32

Page 55: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

32

1. Alat dan bahan yang gunakan:

Page 56: GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/454/1/jadi muza_opt.pdfakan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

33

Proses pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel