134
GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN KOLOSTOMI PERMANEN DI YAYASAN KANKER INDONESIA JAKARTA PUSAT Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh: Yuniska Pratiwi 108104000007 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA

DENGAN KOLOSTOMI PERMANEN DI YAYASAN KANKER

INDONESIA JAKARTA PUSAT

Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

Yuniska Pratiwi

108104000007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 H

Page 2: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN
Page 3: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN
Page 4: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN
Page 5: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN
Page 6: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

vi

RIWAYAT HIDUP

Nama : YUNISKA PRATIWI

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, Oktober 1990

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Arafah Raya Blok E2 No.52 RT/RW 04/10

Kelurahan Panunggangan Barat kecamatan

Cibodas, Kota Tangerang, Banten

Anak ke : 9 dari 10 bersaudata

Telepon : 085781190436

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Cimone 6 tahun 1996-2002

2. SMP Negeri 6 Tangerang tahun 2002-2005

3. MA Negeri 1 Tangerang tahun 2005-2008

4. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008-2013

Page 7: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

vii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, April 2013

Yuniska Pratiwi, NIM : 108014000007

Gambaran Konsep Diri Pada Klien Dewasa Muda Dengan Kolostomi

Permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat

xiv + 72 Halaman + 2 Tabel + 1 Bagan+ 5 Lampiran

ABSTRAK

Kolostomi ialah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam

kolon iliaka (asendens), tempat mengeluarkan feses.Kolostomi

dibuat agar klien dapat bertahan hidup lebih lama dan untuk membantu

mereka kembali kehidup yang lebih sehat dan produktif serta

meningkatkan kualitas hidupnya. Klien dengan kolostomi menghadapi

beberapa masalah, baik fisik dan psikologis, misalnya kebocoran yang

disebabkan oleh kegagalan menempelnya perekat kantung dan kesulitan

dalam menjaga kantung. Masalah tersebut sangat berpontensi untuk

mempengaruhi konsep diri klien terhadap kondisi yang

dialaminya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep

diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan

Kanker Indonesia Jakarta Pusat.Penelitian ini menggunakan studi kualitatif

dengan pendekatan fenomenologi.Sampel dalam penelitian dipilih dengan

menggunakan teknik jenis Purposive Sampling dengan pendekatan

sampling Homogen.Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara

mendalam. Penelitian ini menghasilkan sembilan belas tema yaitu :

stresor, adaptasi transisi sehat sakit, perubahan fungsi eliminasi tubuh,

keterbatasan aktivitas, penilaian kepuasan terhadap bentuk tubuh, alasan

penilaian bentuk tubuh., faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri,

pencapaian ideal, indikator keberhasilan, respon emosional, respon

kehilangan, sumber pembentukan harga diri, peran dikeluarga, tugas

perkembangan, stresor, sikap terhadap penerimaan, pengakuan jenis

kelamin, penilaian diri terhadap tujuan hidup, penilaian koping.Peneliti

menyarankan agar klien dapat berbagi pengalaman dengan sesama

penderita untuk meningkatkan penerimaan dan pembentukan konsep diri

yang positif.

Kata kunci : dewasa muda, kolostomi, konsep diri

Daftar bacaan : 32 (1998-2011)

Page 8: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

viii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

DEPARTMENT OF NURSING

Undergraduate Thesis, April 2013

Yuniska Pratiwi, ID Number : 108104000007

Picture of Self-Concept In Young Adults Client With A Permanent

Colostomy at Indonesia Cancer Foundation Central Jakarta

xiv + 72 Halaman + 2 Tabel + 1 Bagan+ 5 Lampiran

ABSTRACT

Colostomy is a hole made through the abdominal wall into the iliac colon ,

the place to secrete feces. Colostomy made so that the client may survive

longer and to help them return a more healthy life and a productive and

improve the quality of life. Clients with a colostomy faced some problems,

both physical and psychological, such leaks caused by the failure of the

adhesive attachment of the bag and the difficulty in keeping the bag. The

problem is so equally harmful to influence self-concept clients against it

condition. This research aims to see the picture of self-concept in young

adultsclient with a permanent colostomy at Indonesia Cancer Foundation

Central Jakarta. This research uses a qualitative study with

phenomenological approach. The samples in this study were selected using

purposive sampling technique type Homogeneous sampling approach.

Data collection was done by in-depth interviews. This research resulted

nineteen themes, namely: stressor, adaptations healthy and diseased

transitions, changes in the body's elimination functions, activity

limitations, assessment of satisfaction with body shape, body shape

valuation grounds., Factors that affect ideal self, ideal achievement,

success indicators, emotional response, loss of response, the source of the

formation of self-esteem, role in the family, the task of development,

stressor, attitudes toward acceptance, recognition of gender, self-

assessment toward the purpose of life, coping appraisal. Researcher

suggested that clients can share their experiences with fellow sufferers to

increase acceptance and establishment a positive self-concept.

Keywords: Young Adult, Colostomy, Self Concept

Reference :32 (1998-2011)

Page 9: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat ALLAH SWT,

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi

Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat beserta pengikutnya hingga akhir

zaman.

Atas kekuasaan dan izin ALLAH SWT Skripsi dengan judul “ Gambaran

Konsep Diri Pada Klien Dewasa Muda Dengan Kolostomi Permanen DI Yayasan

Kanker Indonesia Jakarta Pusat ” telah selesai. Dalam penulisan skripsi ini tidak

luput dari kekurangan dan kelemahan.Namun, dengan bantuan berbagai pihak

skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bpk Prof. Dr. (Hc.) dr. M. K. Tadjudin Sp. And. Selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Djauhari, Selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.kes, Selaku Pembantu Dekan Bidang

Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dra. Farida Hamid, Mpd, Selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 10: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

x

5. Bpk Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM. Selaku Kepala Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Ernawati, S.Kp. M.Kep, Sp.KMB. Selaku Dosen Pembimbing pertama

yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama penyusunan

skripsi ini.

7. Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini,S.Kep.M.Sc. Selaku Dosen Pembimbing kedua

yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama penyusunan

skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta

staff akademik atas bantuannya yang telah memudahkan penulis dalam proses

belajar di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Yayasan Kanker Indonesia di Jakarta Pusat yang telah memberikan waktu dan

tempat untuk pelaksanaan penelitian dan pengambilan data.

10. Orang tua tercinta (Ibu Suhartini dan Bapak(Alm) Achmad Kazuini) terima

kasih atas segala pengorbanan yang telah kau berikan untukku, yang selalu

menyayangiku, mengasihiku, terima kasih atas doa untukku dan dukungan

kalian sampai aku selesai menyusun skripsi dengan baik.

11. Kakak-kakak dan adik tersayang ( Deni, Wawan, Nenden, Agus, Dewi, Zuli,

Ardi, Desi, Budi, Puji, Dandi, Fajar, Revi, dan Ibnu) yang selalu memberikan

semangat dan motivasi tiada hentinya kepada penulis.

12. Keponakanku tersayang (Nurul, Ghozi, Amanda, Puput, Ghifar, Hafizh, Bilal,

Azka) yang selalu memberikan keceriaan dan semangat kepada penulis.

Page 11: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

xi

13. Teman sepermainan yang selalu bersama baik dalam suka maupun duka ( Ifat

Qq, Opi, Wensil, Pia, Ose, Sri, Ningsih dan Mii) yang telah memberikan

dukungan dan pembelajaran kepada penulis.

14. Seluruh teman-temanku di Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2008

yang telah menjadi penyemangat kuliahku terima kasih atas partisipasi kalian.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan

yang membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Jakarta, 9 April 2013

Yuniska Pratiwi

Page 12: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................ v

RIWAYAT HIDUP ......................................................................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................................................... vii

ABSTRACT .................................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 6

C. Pertanyaan Peneliian .............................................................................................. 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

A. Tujuan .............................................................................................................. 7

1. Tujuan Umum .................................................................................................. 7

2. Tujuan Khusus ................................................................................................. 7

B. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 8

Page 13: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

xiii

1. Bagi klien .......................................................................................................... 8

2. Bagi Institusi Yayasan Kanker Indonesia ....................................................... 8

3. Bagi Profesi Keperawatan ................................................................................ 8

4. Bagi Peneliti ..................................................................................................... 9

5. Bagi Penelii yang Akan Datang ....................................................................... 9

E. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 10

A. Kolostomi ............................................................................................................. 10

1. Definisi Kolostomi ........................................................................................... 10

2. Lokasi dan Tipe Kolostomi ............................................................................... 10

3. Indikasi Kolostomi ........................................................................................... 12

4. Komplikasi kolostomi ...................................................................................... 15

B. Konsep Diri .......................................................................................................... 15

1. Definisi Konsep Diri ...................................................................................... 15

2. Teori Perkembangan Konsep Diri .................................................................. 16

3. Factor yang Mempengaruhi Konsep Diri ....................................................... 18

4. Komponen Konsep Diri ................................................................................. 19

a. Citra Tubuh ............................................................................................. 19

b. Ideal Diri .................................................................................................. 23

c. Harga Diri................................................................................................. 24

d. Peran ........................................................................................................ 26

e. Identitas Diri............................................................................................. 26

5. Ciri-Ciri Individu yang Memiliki Keperibadian Sehat .................................. 28

6. Pengaruh Perawat Pada Konsep Diri Klien ................................................... 28

Page 14: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

xiv

C. Dewasa Muda ...................................................................................................... 30

1. Perkembangan Dewasa Muda ........................................................................ 30

2. Karakteristik Perkembangan Dewasa Muda ................................................. 30

3. Perkembangan Konsep Diri Dewasa Muda ................................................... 32

D. Kerangka Teori..................................................................................................... 33

BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................................. 35

A. Kerangka Konsep ................................................................................................ 35

B. Befinisi Istilah ...................................................................................................... 36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 39

A. Desain Penelitian .................................................................................................. 39

B. Populasi ............................................................................................................... 40

C. Sampel ................................................................................................................. 40

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 41

E. Instrument Penelitian ........................................................................................... 42

F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 42

G. Validasi Data ....................................................................................................... 45

H. Teknik Anlisa Data ............................................................................................. 46

I. Etika Penelitan .................................................................................................... 48

BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 50

A. Gambaran wilayah penelitian ................................................................................ 50

B. Hasil penelitian...................................................................................................... 51

1. Karakteristik partisipan ................................................................................... 51

2. Analisa tematik................................................................................................ 53

Page 15: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

xv

a. Gambaran Citra Tubuh .............................................................................. 53

Tema I. Stressor ....................................................................................... 54

Tema II. Adaptasi Transisi Sehat Sakit. .................................................... 54

Tema III.Perubahan Fungsi Eliminasi Tubuh ........................................... 56

Tema IV. Keterbatasan Aktivitas ............................................................. 56

Tema V. Penilaian Kepuasan Terhadap Bentuk Tubuh ........................... 57

Tema VI.Alasan Penilaian Benuk Tubuh.................................................. 57

b. Gambaran Ideal Diri .................................................................................. 58

Tema VII.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ideal Diri ......................... 58

Tema VIII.Pencapaian Ideal Diri .............................................................. 59

c. Gambaran Harga Diri ................................................................................ 59

Tema IX.Indikator Keberhasilan ............................................................... 59

Tema X.Respon Emosional ....................................................................... 60

Tema XI.Respon Kehilangan .................................................................... 60

Tema XII.Sumber Pembantukan Harga Diri ............................................. 61

d. Gambaran Peran ........................................................................................ 62

Tema XIII.Peran Dikelurga ....................................................................... 62

Tema XIV.Tugas Perkembangan .............................................................. 62

Tema XV. Stresor ..................................................................................... 63

e. Gambaran Identitas Diri ............................................................................ 63

Tema XVI.Sikap Terhadap Penerimaan ................................................... 64

Tema XVII.Pengakuan Jenis Kelamin ...................................................... 64

Tema XIIII.Penilaian Diri Terhadap Tujuan Hidup .................................. 65

Tema XIX. Penilaian Koping ................................................................... 65

Page 16: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

xvi

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................................ 67

A. Interpretasi hasil penelitian dan diskusi ................................................................ 67

1. Citra Tubuh pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen ............... 68

Tema I. Stressor ....................................................................................... 68

Tema II. Adaptasi Transisi Sehat Sakit. .................................................... 69

Tema III.Perubahan Fungsi Eliminasi Tubuh ........................................... 71

Tema IV. Keterbatasan Aktivitas ............................................................. 72

Tema V. Penilaian Kepuasan Terhadap Bentuk Tubuh ........................... 73

Tema VI. Alasan Penilaian Benuk Tubuh ............................................... 74

2. Ideal Diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen ................... 75

Tema VII. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ideal Diri ....................... 75

Tema VIII. Pencapaian Ideal Diri ............................................................ 76

3. Gambaran Harga Diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi

permanen ......................................................................................................... 77

Tema IX. Indikator Keberhasilan ............................................................. 77

Tema X. Respon Emosional ...................................................................... 78

Tema XI. Respon Kehilangan .................................................................. 79

Tema XII. Sumber Pembantukan Harga Diri ........................................... 81

4. Gambaran Peran pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen ....... 82

Tema XIII. Peran Dikelurga ..................................................................... 82

Tema XIV. Tugas Perkembangan ............................................................ 82

Tema XV. Stresor ..................................................................................... 83

5. Gambaran Identitas Diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi

permanen ......................................................................................................... 84

Page 17: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

xvii

Tema XVI. Sikap Terhadap Penerimaan ................................................. 84

Tema XVII. Pengakuan Jenis Kelamin .................................................... 86

Tema XIIII. Penilaian Diri Terhadap Tujuan Hidup ................................ 86

Tema XIX. Penilaian Koping ................................................................... 87

Hasil Catatan Lapangan ........................................................................... 88

B. Keterbatasan penelitian ........................................................................................ 90

BAB VII PENUTUP ........................................................................................................ 92

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 92

B. Saran ...................................................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. xviii

LAMPIRAN

Page 18: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Stoma usus merupakan lubang buatan pada dinding perut yang

langsung berhubungan dengan usus kecil atau usus besar ( Ayaz, 2008). Stoma

usus bisa dibuat dari ileum (ileostomi) atau kolon (kolostomi), stoma merupakan

anus baru (neoanus), yang dibuat bila anus itu sendiri telah diangkat atau pada

saat diinginkan pengalihan aliran feses dari usus sebelah distal, seperti pada

keadaan bedah darurat kolon sisi kiri untuk „mengistirahatkan‟ usus bagian distal

atau melindungi suatu anastomosis (Britto dan Dalrymple, 2005). Kolostomi

ialah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka

(asendens), tempat mengeluarkan feses ( Pearce, 2009). Kolostomi dapat dibuat

sementara ataupun permanen.

Kolostomi dibuat agar klien dapat bertahan hidup lebih lama dan

untuk membantu mereka kembali kehidup yang lebih sehat dan produktif serta

meningkatkan kualitas hidupnya. Namun, klien dengan kolostomi menghadapi

beberapa masalah, baik fisik dan psikologis, misalnya kebocoran yang

disebabkan oleh kegagalan menempelnya perekat kantung dan kesulitan dalam

menjaga kantung . Kecemasan dan merasa malu memiliki kolostomi dapat

menyebabkan perubahan pada gaya hidup, termasuk kemampuan untuk mencari

pekerjaan, keinginan untuk melakukan perjalanan, dan penilaian terhadap citra

dirinya. Cara klien dalam memandang perubahan dalam tubuh mereka dapat

Page 19: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

2

mempengaruhi perilaku mereka terhadap keluarga dan teman-teman, dan

berpengaruh terhadap masalah hubungan seks (Nugent et al, 1999). Masalah

tersebut sangat berpontensi untuk mempengaruhi konsep diri klien terhadap

kondisi yang dialaminya.

Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang

sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya didukung oleh konsep diri yang

baik dan stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran,

kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang

dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina

hubungan interpersonal (Salbiah, 2003). Meskipun konsep diri tidak langsung

ada, begitu individu dilahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan individu konsep diri akan terbentuk karena

pengaruh lingkungannya. Selain itu konsep diri juga akan dipelajari oleh

individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai

stresor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu

terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan

situasi tertentu. Gambar penilaian tentang konsep diri dapat diketahui melalui

rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri terdiri dari

beberapa bagian, yaitu: citra tubuh (body image), ideal diri, harga diri, peran dan

identitas (Salbiah, 2003).

Page 20: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

3

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mihalopoulos et al.(1994)

dalam Potter & Perry, (2005), menyatakan bahwa klien dengan kolostomi sering

mempersepsikan kolostomi sebagai suatu bentuk pemotongan/perusakan.

Walaupun pakaian menutupi ostomi, klien merasa berbeda. Faktor penting

dalam reaksi klien adalah karakter sekresi feses dan kemampuan untuk

mengontrolnya. Bau busuk, tumpahan atau kebocoran feses yang encer, dan

ketidakmampuan mengatur defekasi membuat klien kehilangan harga dirinya.

Sebuah kolostomi dapat menimbulkan perubahan citra tubuh yang serius,

terutama jika kolostomi tersebut bersifat permanen. Sebuah penelitian yang

dilaporkan oleh Walsh et al. (1995) dalam potter& perry, (2005) mengukur

persepsi citra tubuh klien yang menjalani kolostomi. Klien yang memiliki

riwayat penyakit usus kronik dalam jangka waktu lama, seperti penyakit Crohn

atau colitis ulseratif telah meningkatkan kualitas hidupnya, tetapi memiliki citra

tubuh yang lebih rendah. Sebaliknya, klien yang membutuhkan kolostomi akibat

kanker memiliki citra tubuh yang lebih tinggi, tetapi kualitas hidupnya

berkurang.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Yayasan Kanker Indonesia di

dapatkan informasi bahwa jumlah klien yang menggunakan kolostomi sebanyak

413 orang dengan berbagai indikasi pembuatan kolostomi diantaranya kanker

kolon, atresia ani, divertikulum, obstruksi usus, hirschsprung dan kanker rektal.

Setelah dilakukan wawancara secara singkat kepada beberapa klien dengan

kolostomi sebagian dari mereka menyataka bahwa mereka mengalami berbagai

perubahan dalam menjalani hidupnya sejak adanya kolostomi pada dirinya,

Page 21: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

4

mereka menyatakan bahwa saat awal adanya kolostomi pada tubuh mereka,

mereka merasa tidak percaya dan tidak menerima adanya lubang kolostomi pada

dirinya, mereka merasa malu dan tidak terbiasa dengan adanya kolostomi pada

dirinya. Pernyataan diatas senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

(Ayaz, 2008) yang menyatakan bahwa, adanya stoma dapat menyebabkan

banyak perubahan dalam emosi dan gaya hidup. Di antara perubahannya yaitu,

perubahan psikologis seperti perubahan dalam tubuh, kecemasan (takut

diketahui), penurunan harga diri, dan tidak menyukai diri sendiri terhadap yang

terjadi padanya.

Klien dengan kolostomi sering mengalami perubahan citra tubuh dan

konsep diri. Dukungan psikologis dan penyuluhan adalah aspek penting dalam

mengatasi masalah ini ( Jhonson et al, 2005). Citra tubuh menunjukan gambaran

diri sendiri yang dimiliki setiap orang. Penyakit dan cedera serius dapat merusak

konsep diri tersebut. Mengadaptasi terhadap perubahan yang diakibatkan oleh

penyakit dapat mempengaruhi perasaan seseorang mengenai identitasnya.

Kecacatan mayor bisa dianggap sebagai keterbatasan yang harus dihadapi.

Namun sebaliknya bisa juga menyebabkan perasaan “tidak berdaya” (Salbiah,

2003)

Ancaman terhadap citra tubuh dan juga harga diri, sering desertai

perasaan malu, ketidakadekuatan dan rasa bersalah. Dalam lingkungan

perawatan kesehatan, orang kadang harus menyesuaikan dengan berbagai situasi

yang mengancam harga diri mereka. Pelanggaran kesopanan dan invasi terhadap

privasi menyebabkan ansietas dan rasa malu. Ancaman yang hebat terhadap citra

Page 22: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

5

tubuh dapat diakibatkan mulai dari perubahan drastis seperti kolostomi atau

ileostomi, amputasi, masektomi atau prosedur bedah semacamnya (Brunner dan

Suddarth, 2002)

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal

penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.

Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam

kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien

dan keluarga. Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya

dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti

ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarik diri.

Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya. Saat mengalami

penyakit, peran-peran klien tersebut dapat mengalami perubahan. Perubahan

tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara

drastis dan berlangsung lama. Individu atau keluarga lebih mudah beradaptasi

dengan perubahan yang berlangsung singkat dan tidak terlihat. Penyakit kronis

dapat mempengaruhi kemampuan untuk memberikan dukungan finansial, oleh

karenanya juga mempengaruhi nilai diri dan peran di dalam keluarga. Perubahan

ini dapat menggangggu konsep diri.

Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota

keluarganya yang lain dan lingkungannya. Klien yang mengalami perubahan

konsep diri karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan

keluarganya dan lingkungannya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan

Page 23: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

6

konflik. Akibatnya anggota keluarga dan lingkungannya akan merubah interaksi

mereka dengan klien.

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan diatas maka peneliti

menyimpulkan bahwa dengan adanya kolostomi pada seseorang dapat

mempengaruhi persepsi tentang konsep dirinya, dari beberapa penelitian yang

telah dipaparkan menunjukan bahwa klien dengan kolostomi mengalami

beberapa perubahan konsep diri diantaranya yaitu perubahan citra tubuh dan

harga diri, dalam hal ini peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut

tentang gambaran konsep diri yang terdiri dari lima komponen. Dalam penelitian

ini peneliti ingei mengetahui mengenai gambaran konsep diri pada klien dengan

kolostomi di yayasan kanker indonesia.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya hanya

didapatkan gambaran tentang citra diri dan harga diri dari klien dengan

kolostomi, sedangkan komponen konsep diri mencakup dari lima komponen

yang saling berhubungan dan menjadi satu kesatuan yang terdiri dari dari citra

diri, harga diri, peran diri , ideal diri dan identitas diri. Maka dari itu peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian secara menyeluruh tentang lima komponen

dari konsep diri.

Page 24: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

7

C. Pertanyaan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka pertanyaan penelitianya adalah

bagaimana gambaran konsep diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi

permanen.

D. Tujuan dan manfaat penelitian

A. Tujuan

1. Tujuan Umum:

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran konsep

diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan

Kanker Indonesia Jakarta Pusat.

2. Tujuan Khusus:

a) Mengidentifikasi gambaran karakteristik citra diri (Body Image) klien

dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia

Jakarta Pusat.

b) Mengidentifikasi gambaran karakteristik ideal diri pada klien dewasa

muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta

Pusat.

c) Mengidentifikasi gambaran karakteristik harga diri pada klien dewasa

muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta

Pusat.

Page 25: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

8

d) Mengidentifikasi gambaran karakteristik peran pada klien dewasa muda

dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat.

e) Mengidentifikasi gambaran karakteristik identitas personal pada klien

dewasa muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia

Jakarta Pusat.

B. Manfaat Penelitian

1. Bagi klien :

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai

konsep diri yang dimiliki oleh klien dengan kolostomi di Yayasan

Kanker Indonesia untuk membentuk konsep diri individu yang baik.

2. Bagi institusi Yayasan Kanker Indonesia :

Hasil penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan gambaran

konsep diri pada klien dengan kolostomi dimana institusi berada,

sehingga dapat menjadi fasilitator untuk membantu klien membentuk

konsep diri yang baik.

3. Bagi Profesi Keperawatan :

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu

pengetahuan tentang gambaran konsep diri, dimana ini dapat dijadikan

sebagai referensi dalam melakukan asuhan keperawatan yang tepat yang

berhubungan dengan konsep diri

Page 26: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

9

4. Bagi peneliti :

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang

bagaimana gambaran konsep diri yang ada pada klien dengan kolostomi,

dan sebagai tambahan untuk penelitian selanjutnya.

5. Bagi penelitian akan datang :

Hasil penilitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti

selanjutnya, dan dapat memperluas wawasan peneliti selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran konsep

diri pada klien dengan kolostomi di Yayasan Kanker Indonesia. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan studi kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi yaitu penelitian yang bertujuan mengetahui pengalaman

seseoarang yang menjadi informan melalui wawancara mendalam. Informan

dalam penelitian ini adalah klien dengan kolostomi di yayasan kanker Indonesia.

Page 27: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kolostomi

1. Definisi Kolostomi

Kolostomi ialah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen

kedalam kolon iliaka (asendens), tempat mengeluarkan feses.

Kolostomi dapat sementara jika kemudian ditutup lagi, atau permanen

dan bekerja sebagai anus tiruan sesudah eksisi rectum ( Pearce, 2009)

2. Lokasi dan Tipe Kolostomi

a. Lokasi pembuatan kolostomi

Kolostomi asendens mengosongkan usus dari kolon asendens.

Kolostomi transversal mengosongkan usus dari kolon transversal.

Kolostomi desendens mengosongkan usus dari kolon desendens.

Lokasi ostomi mempengaruhi karakter dan penatalaksanaan drainase

feses.

1. Ileostomi menghasilkan drainase feses yang cair dan tidak dapat

diatur. Klien ileostomi harus melaksanakan beberapa tindakan

kewaspadaan khusus guna mencegah kerusakan kulit karena

drainase ileostomi mengandung enzim-enzim pencernaan, yang

dapat merusak kulit. Bau minimal karena feses hanya mengandung

sedikit bakteri.

2. Kolostomi asendens serupa dengan ileostomi yauitu drainase feses

cair dan tidak dapat diatur, dan terdapat enzim-enzim pencernaan.

Page 28: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

11

Akan tetapi, bau merupakan masalah yang memerlukan

pengontrolan (misal., deodoran di dalam kantung ostomi).

3. Kolostomi transversal menghasilkan bau yang tajam, dengan

drainase agak kental karena beberapa cairan telah diapsorbsi

kembali. Biasanya tidak terdapat kontrol.

4. Kolostomi desendens menghasilkan drainase feses yang lebih

padat. Feses memiliki konsistensi normal atau konsistensinya telah

terbentuk, dan frekuensi rabas dapat diatur. Bau biasanya dapat

dikontrol.

( Kozier & Erb, 2009)

b. Tipe stoma

Terdapat 4 tipe utama konstruksi stoma: tunggal (single), lengkung

(loop), tabung ganda (double-barreled) dan kolostomi pemisah

(devided colostomy).

1. Kolostomi (ujung) tunggal hanya memiliki sebuah stoma yang

muncul dari ujung bagian proksimal usus.

2. Kolostomi lengkung, sebuah lengkung usus dibawa keluar dari

abdomen, disangga dengan batang plastic apabila dibuat dua

lubang, lubang proksimal (atau ujung yang berfungsi)

mengeluarkan materi feses dan lubang distal atau ujung yang tidak

berfungsi hanya mengeluarkan mucus.

3. Kolostomi tabung ganda, dibentuk dua stoma yang terpisah, satu

stoma berada di proksimal dan berfungsi sedangkan stoma yang

lain berada di distal dan tidak berfungsi.

Page 29: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

12

4. Kolostomi pemisahan memiliki dua stoma, dipisahkan diatas

dinding abdomen.

( Kozier & Erb, 2009)

3. Indikasi Kolostomi

a. Divertikulum

Penyakit divertikulum adalah suatu kondisi penonjolan dan

pelebran dari dinding saluran gastrointestinal. Divertikulosis adalah

terbentuknya kantung atau pelebaran keluar dari dinding usus besar

terutama pada bagian kolon sigmoid. Penyakit divertikulum dapat

terjadi pada sepanjang saluran gastrointestinal, bisa didapat atau bisa

bersifat congenital, seperti Meckel’s Divertikulum. Penyakit

divertikulum merupakan herniasi dari mukosa dan submukosa atau

seluruh dinding (Rabinowitz, 2008 dalam Muttaqin dan Sari, 2011)

Menurut Sjamsuhidayat (2005) reseksi bagian kolon yang

mengalami divertikulum dapat dikerjakan secara selektif. Reseksi

kolon sigmoid biasanya dilakukan dengan cara Hartmann dengan

kolostomi sementara untuk menghindari resiko tinggi gangguan

penyembuhan luka anastomosis yang dibua primer pada lingkungan

radang.

b. Hirschsprung

Penyakit hirschsprung adalah suatu gangguan perkembangan dari

system saraf enteric dengan karakteristik tidak adanya sel-sel ganglion

(tidak adanya pleksus mienterik) pada bagian distal kolon dan kolon

tidak dapat mengembang dengan memberikan manifestasi perubahan

Page 30: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

13

struktur dari kolon (Lee, 2008 dalam Muttaqin dan Sari, 2011) pada

kondisi klinik penyakit hirschsprung lebih dikenal dengan megakolon

congenital.

Penatalaksanaan medis pembedahan operasi bervariasi tergantung

pada usia pasien, status mental, kemampuan untuk melakukan aktivitas

hidup sehari-hari, panjang segmen aganglionik, derajat dilatasi kolon

dan kehadiran enterokolitis. Pilihan bedah kolostomi termasuk pada

tingkat usus normal, irigasi rectal diikuti oleh reseksi usus dan

prosedur kolostomi (Dasgupta, 2004 dalam Muttaqin dan Sari 2011)

c. Obstruksi usus besar

Obstruksi usus besar adalah suatu kondisi penyumbatan patologis

akbat adanya kelainan mekanik atau non mekanik pada usus besar.

Ostruksi usus besar mekanik dapat disebabkan oleh neoplasma atau

kelainan anatomi, seperti volvulus, hernia inkarserata, striktur atau

obtipasi. Kelainan non mekanik biasanya dihubungkan dengan kondisi

pseudo-obstruksi (McCowan, 2009 dalam Muttaqin dan Sari, 2011).

Intervesi bedah dengan reseksi kolon dan kolostomi untuk kecepatan

pemulihan, serta mengurangi morbiditas.

d. Kanker kolon

Kanker kolon adalah suatu keganasan yang terjadi di usus besar.

Secara genetic, kanker kolon merupakan penyakit yang kompleks.

Perubahan genetic sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi

premalignant(adenoma) untuk adenokarsinoma invasive. Rangkaian

Page 31: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

14

peristiwa molekuler dan genetic yang menyebabkan transformasi dari

keganasan polip adenomatosa.

Pembedahan adalah satu-satunya modalitas kuratif untuk kanker

kolon (tahap I-III) dan berpotensi memberikan satu-satunya pilihan

bagi pasien dengan metastasis di hati dan atau paru-paru (penyakit

stadium IV). Untuk lesi di sekum dan kolon kanan, diindikasikan

untuk hemikolektomi kanan; untuk lesi di proksimal kolon transverses

atau tengah, dilakukan hemikolektomi kanan; untuk lesi di lienalis

fleksura dan kolon sebelah kiri, dilakukan hemikolektomi kiri. Pada

setiap lesi pada kolon sigmoid, maka akan dilakukan intervensi

sigmoid kolektomi yang sesuai dengan kondisi klinis.

e. Atresia ani

Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya

lubang atau saluran anus (Wong,2003 dalam Maryunani dan

Nurhayati, 2009) sedangkan menurut (Purwanto,2001) Atresia ani atau

anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membrane yang

memisahkan bagian endoderm mengakibatkan pembentukan lubang

anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung

kedalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan

langsung dengan rectum.

Jadi dapat disimpulkan bahwa atresia ani adalah kelainan

congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk

mengeluarkan feses karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang

terjadi pada waktu kehamilan. Penatalaksanaan pembedahan pada bayi

Page 32: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

15

lahir bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan kelainan.tindakan

kolostomi neonatus dimana tindakan ini harus dilakukan.

4. Komplikasi Kolostomi

Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma (biasanya akibat

obesitas), perforasi (akibat ketidaktepatan irigasi stoma), retraksi

stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomotik

dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah.

Kebocoran dari anastomosis usus menyebabkan distensi abdomen dan

kekakuan, peningkatan suhu, serta tanda syok (Brunner & Suddart,

2002)

B. Konsep Diri

1. Definisi Konsep Diri

Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan

kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan

mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart, 2007).

Sedangkan menurut (Suliswati dkk, 2002) konsep diri adalah semua

ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu

dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara

bertahap dimulai dari bayi dapat mengenalidan membedakan orang lain.

Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep diri

dipengaruhi oleh pengalaman interpersonal dan kultural yang memberikan

perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi

Page 33: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

16

individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak sosial dan

pengalaman dengan orang lain.

2. Teori Perkembangan Konsep Diri

Konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan

pengalamannya dengan tubuhnya sendiri. Konsep diri dipelajari melalui

pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain dan

interaksi dengan dunia di luar dirinya. Konsep diri berkembang terus

mulai dari bayi hingga usia tua. Pengalaman dalam keluarga merupakan

dasar pembentukan konsep diri karena keluarga dapat memberikan

perasaan mampu dan tidak mampu, perasaan diterima atau ditolak dan

dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi

dan meniru perilaku orang lain yang diinginkannya serta merupakan

dorongan yang kuat agar individu mencapai tujuan yang sesuai atau

pengharapan yang pantas.

Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat mengeksplorasi

dunianya secara terbuka dan jujur karena latar belakang penerimaan

sukses, konsep diri yang positif berasal dari pengalaman yang positif yang

mengarah pada kemampuan pemahaman.

Karakter individu dengan konsep diri yang positif:

1. Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai teman dan gampang

bersahabat.

2. Mampu berfikir dan membuat keputusan.

3. Dapat beradaptasi dan menguasai lingkungan.

Page 34: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

17

Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan

sosial yang maladaptif.Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas

dari berbagai stresor, dengan adanya stresor akan menyebabkan

ketidakseimbangan dalam diri sendiri. Dalam usaha mengatasi

ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan koping yang bersifat

membangun (konstruktif) ataupun koping yang bersifat merusak

(destruktif). Koping yang konstruktif akan menghasilkan respon yang

adaptif yaitu aktualisasi diri dan konsep diri yang positif.

Aktualisasi diri merupakan respon adaptif yang tertinggi karena

individu dapat mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya. Konsep

diri yang positif adalah individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan

kelemahannya sevara jujur dan dalam menilai suatu masalah individu

berfikir secara positif dan realistik. Apabila individu menggunakan koping

destruktif ia akan mengalami kecemasan, sehingga menimbulkan rasa

yang bermusuhan yang dilanjutkan dengan individu menilai dirinya

rendah, tidak berguna, tidak berdaya, tidak berarti, takut dan

mengakibatkan perasaan bersalah. Rasa bersalah ini akan mengakibatkan

kecemasan yang meningkat, proses ini berlangsung terus yang dapat

menimbulkan respon yang maladaptif berupa kekacauan identitas, harga

diri yang rendah dan depersonalisasi (Suliswati dkk, 2002).

Page 35: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

18

3. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

a. Faktor Predisposisi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri

seseorang. Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut:

1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,

harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang,

kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada

orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.

2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotip peran

gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.

3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi

ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan

perubahan struktur social.

b. Stresor Pencetus

Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal,

yaitu :

1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan

peristiwa yang mengancam kehidupan.

2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang

diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis

transisi peran :

a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang

berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap

Page 36: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

19

perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-

norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.

b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya

anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.

c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan

sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh:

1) Kehilangan bagian tubuh

2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh

3) Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang

normal

4) Prosedur medis dan keperawatan

(Stuart, 2007).

4. Komponen Konsep Diri

Konsep diri terdiri dari citra tubuh (body image), ideal diri (self

ideal), harga diri (self esteem), peran (self role), dan identitas diri (self

identity).

a. Citra tubuh

Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari

atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai

ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh

sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi

dan pengalaman-pengalaman baru. Citra tubuh harus harus realistis

karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu akan

Page 37: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

20

lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan. Individu yang menerima

tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri tinggi dari pada

individu yang tidak menyukai tubuhnya.

Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting

pada aspek psikologisnya. Individu yang stabil, realistis dan konsisten

terhadap citra tubuhnya akan memperlihatkan kemampuan mantap

terhadap realisasi yang akan memacu sukses di dalam kehidupan

(suliswati dkk, 2005)

Banyak Faktor yang dapat mempengaruhi gambaran diri seseorang,

seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran

diri. Stresor-stresor tersebut dapat berupa :

1. Operasi.

Seperti: mastektomi, amputsi, luka operasi yang semuanya

mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti

operasi plastik, protesa dan lain –lain.

2. Kegagalan fungsi tubuh.

Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi

yaitu tidak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering

berkaitan dengan fungsi saraf.

3. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fngsi tubuh

Seperti sering terjadi pada klien gangguan jiwa , klien

mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda

dengan kenyataan.

4. Tergantung pada mesin.

Page 38: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

21

Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai

tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik

engan penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan.

5. Perubahan tubuh berkaitan

Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan

merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya

usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif

dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati

perubahan tubuh yang tidak ideal.

6. Umpan balik interpersonal yang negatif

Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan,

makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.

7. Standard sosial budaya.

Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap

pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari

budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri

individu, seperti adanya perasaan minder.

Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat

menunjukan tanda dan gejala, seperti :

a) Syok Psikologis.

Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap

dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.

Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas.

Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh

Page 39: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

22

membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti

mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan

keseimbangan diri.

b) Menarik diri.

Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari

kenyataan , tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau

menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung ,

tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam

perawatannya.

c) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.

Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon

kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai

melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.

Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas

adalah proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda

berikut secara menetap maka respon klien dianggap maladaptif

sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu :

1) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang

berubah.

2) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi

tubuh.

3) Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.

4) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.

Page 40: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

23

5) Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang

hilang.

6) Mengungkapkan keputusasaan.

7) Mengungkapkan ketakutan ditolak.

8) Depersonalisasi.

9) Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.

(Salbiah, 2003)

b. Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya

bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan

dengan tipe orang yang diinginkan atau disukainya atau sejumlah aspirasi,

tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita atau

pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat

individu tersebut melahirkan penyesuaian diri.

Pembentukan ideal diri dimulai pada masa kanak-kanak

dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan

harapan atau tuntutan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu

menginternalisasikan harapan tersebut dan dan akan membentuk dasar dari

ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses

identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua akan

dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik

dan perubahan peran dan tanggung jawab.

Individu cenderung menetapkan tujuan yang sesuai dengan

kemampuannya, kultur, realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas.

Page 41: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

24

Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek terhadap diri,

tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samar atau kabur. Ideal

diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu

mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang

membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan

dan keseimbangan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri

1. Menetapkan ideal diri sebatas kemampuan

2. Faktor kultur dibandingkan dengan standar orang lain

3. Hasrat melebihi orang lain

4. Hasrat untuk berhasil

5. Hasrat untuk memenuhi kebutuhan realistikhasrat menghindari

kegagalan

6. Adanya perasaan cemas dan rendah diri

(suliswati dkk, 2005)

c. Harga Diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai

dengan menganalis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal

dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu dicintai,

dihormati dan dihargai. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila

sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga

dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak

diterima lingkungan.

Page 42: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

25

Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan

perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia.

Untuk meningkatkan harga diri anak diberi kesempatan untuk sukses, beri

penguatan atau pujian bila anak sukses, tanamkan “ideal” atau harapan

jangan terlalu tinggi dan sesuaikan dengan budaya, berikan dorongan

untuk aspirasi atau cita-cita dan bantu membentuk pertahanan diri untuk

hal-hal yang menggangu persepsinya.

Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas, karena pada

saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang

harus dibuat menyangkut dirinya sendiri. Remaja dituntut untuk

menentukan pilihan, posisi peran dan memutuskan apakah ia mampu

meraih sukses dari suatu bidang tertentu, apakah ia dapat berpartisipasi

atau diterima di berbagai macam aktivitas sosial.

Pada usia dewasa harga diri menjadi stabil dan memberikan

gambaran yang jelas tentang dirinya dan cenderung lebih mampu

menerima keberadaan dirinya. Hal ini didapatkan dari pengalaman

menghadapi kekurangan diri dan meningkatkan kemampuan secara

maksimal kelebihan dirinya. Pada masa dewasa akhir timbul masalah arga

diri karena adanya tantangan baru sehubungan dengan pensiun,

ketidakmampuan fisik, berpisah dari anak, kehilangan pasangan. (

suliswati dkk, 2005)

Page 43: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

26

d. Peran

Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang

diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam

kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk berperan serta dalam

kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan

memvalidasi pada orang yang berarti. Setiap orang disibukan oleh

beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu

sepanjang daur kehidupan. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari

peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.( suliswati

dkk, 2005)

Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap peran:

1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.

2. Tanggapan yang konsisten dari orang-orang yang berarti terhadap

perannya.

3. Kecocokan dan keseimbangan antar peran yang diembannya.

4. Keselarasan norma budaya dan harapan individu terhadap perilaku.

5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan penampilan peran yang

tidak sesuai.

e. Identitas diri

Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat

diperoleh individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya,

menyadari individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Identitas

diri merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu

Page 44: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

27

kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut atau

jabatan dan peran. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang

kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada

duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek pada diri

sendiri), kemampuan dan penguasaan diri.

Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan

perkembangan konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu

mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri,

mengatur diri dan menerima diri.

Ciri individu dengan identitas diri yang positif:

1. Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari

orang lain

2. Mengakui jenis kelamin sendiri

3. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu

keselarasan

4. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat

5. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan

datang

6. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat

dicapai/direalisasikan.

(Suliswati dkk, 2005)

Page 45: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

28

5. Ciri-ciri individu yang memiliki keperibadian sehat

a. Citra diri positif dan akurat

Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian

yang sesuai akan kesehatan diri termasuk persepsi saat ini dan yang

lalu akan diri sendiri dan perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan

dan potensi tubuh

b. Ideal diri realistis

Individu yang memiliki idial diri realistis akan mempunyai tujuan

hidup yang dapat dicapai.

c. Harga diri tinggi

Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang

dirinya sebagai seorang yang berarti dan bermanfaat.

d. Penampilan peran memuaskan

Individu dengan penampilan peran memuaskan akan dapat

berhubungan dengan orang lain secara intim dan memdapat kepuasan.

Ia dapat memercayai dan terbuka pada orang lain dan membina

hubungan interdependen.

e. Identitas jelas

Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah

kehidupan dalam mencapai tujuan.

6. Pengaruh perawat pada konsep diri klien

Penerimaan perawat terhadap klien dengan perubahan konsep diri

membantu menstimulasi rehabilitasi yang positif. Klien yang

penampilan fisiknya telah mengalami perubahan dan yang harus

Page 46: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

29

beradaptasi terhadap citra tubuh yang baru, hampir pasti baik klien

maupun keluarganya akan melihat pada perawat dan mengamati

respon dan reaksi mereka terhadap situasi yang baru. Perawat

mempunyai mempunyai dampak yang sangat signifikan dalam hal ini.

Rencana keperawatan yang dirumuskan untuk membantu klien dengan

perubahan konsep diri dapat ditingkatkan atau digagalkan oleh nilai

dan perasaan bawah sadar perawat. Penting artinya bagi perawat untuk

mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut mengenai diri mereka:

a. Perasaan perawat sendiri mengenai kesehatan dan penyakit.

b. Bagaimana perawat bereaksi terhadap stress

c. Kekuatan komunikasi nonverbal dengan klien dan keluarganya dan

bagaimana hal tersebut ditunjukan

d. Nilai dan harapan pribadi apa yang ditunjukan dan mempengaruhi

klien

e. Bagaimana pendekatan tidak menghakimi dapat bermanfaat bagi

klien.

Perawat harus mengkaji diri mereka sendiri secara jujur sebelum

mereka dapat mulai memahami bagaimana mereka mempengaruhi

klien mereka baik dengan kata-kata atau tindakan. Perawat juga

mempunyai dampak signifikan pada citra tubuh. Klien yang harus

berpartisipasi terhadap perubahan citra tubuh yang disebabkan oleh

penyakit atau pembedahan memerlukan dukungan, demikian juga

halnya keluarga klien. Misalnya, jika perawat merasa bahwa ostomi

sangat mengakibatkan buruknya penampilan, maka mereka tidak boleh

Page 47: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

30

mengekspresikan pendapat tersebut pada klien baik secara verbal

maupun nonverbal.

C. Dewasa Muda

1. Perkembangan Dewasa Muda

Papalia,olds dan Feldman (2001) mengungkapkan bahwa

kelompok dewasa muda (young adulthood) berkisar antara usia 20-40

tahun. Kelompok ini merupakan kelompok yang biasanya telah

mencapai kematangan secara fisik sehingga terkesan sangat berbeda

dengan tahap remaja sebelumnya (Dariyo Agoes, 2004)

2. Karakteristik Perkembangan Dewasa Muda

Tugas-tugas perkembangan pada dewasa muda dipusatkan pada

harapan-harapan masyarakat dan mencakup mendapatkan suatu

pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama

dengan suami atau istri membentuk suatu keluarga, membesarkan

anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung

jawab sebagai warga Negara dan bergabung dalam suatu kelompok

social yang cocok (Hurlock, 1993 dalam mesra melisa, 2007). Hurlock

(1993) menambahkan bahwa tingkat penguasaan tugas-tugas ini pada

awal masa dewasa akan mempengaruhi tingkat keberhasilan ketika

mencapai puncak keberhasilan pada usia setengah baya, baik itu dalam

bidang pekerjaan, pengakuan social ataupun kehidupan keluarga.

Penguasaan ini juga dapat menentukan kebahagian yang akan

didapatkan sampai dengan tahun-tahun akhir kehidupan seseorang.

Page 48: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

31

Keberhasilan dalam menguasai tugas-tugas tersebut sangat dipengaruhi

oleh beberapa factor. Faktor-faktor tersebut yaitu:

a. Kemampuan fisik

Puncak kemampuan fisik biasanya dicapai pada usia

pertengahan dua puluhan dan terjadi penurunan pada awal empat

puluhan. Karena itu pada periode ini, seseorang secara fisik dapat

menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang sulit.

b. Kemampuan motorik

Dikarenakan puncak kemampuan fisik yang terjadi pada usia

dewasa muda, maka seseorang yang berada pada usia ini, dapat

mempelajari keterampilan-keterampilan motorik yang baru dan

juga seseorang yang berada pada usia ini dapat mengandalkan

kemampuan motorik mereka pada situasi tertentu.

c. Kemampuan Mental

Kemampuan mental pada masa dewasa muda diperlukan untuk

mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru,

seperti misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari,

penalaran analogis dan berpikir kreatif

d. Motivasi

Seseorang yang telah mencapai usia dewasa muda akan

memiliki keinginan yang kuat untuk dianggap mandiri oleh

kelompok social meraka. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi

seseorang yang berada pada tahapan ini untuk menguasai tugas-

Page 49: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

32

tugas perkembangan yang diperlukan agar dapat dianggap sebagai

orang yang mandiri.

e. Role model

Pada usia dewasa muda, seseorang mendapatkan motivasi

untuk dapat berprilaku sesuai yang dianut oleh masyarakat. Oleh

sebab itu, seseorang yang berada pada usia ini, mencontoh perilaku

yang dilakukan oleh orang dewasa, dimana mereka berperilaku

sesuai yang dianut oleh masyarakat

3. Perkembangan konsep diri dewasa muda

Meski pertumbuhan fisik telah berhenti, perubahan kognitif,

social, dan prilaku terus terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda

adalah periode untuk memilih ; adalah periode untuk

menetapkan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam

pekerjaan, dan mulai melakukan hubungan erat. Konsep diri

dan citra tubuh menjadi relative stabil dalam masa ini.

Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi social, dan

penghargaan dan penerimaan diberikan untuk penampilan

normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar social.

Konsep diri secara konstan terus berkembang dan dapat

diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.

(Potter & Perry, 2005)

Page 50: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

33

D. Kerangka Teori

2.1 Kerangka Teori

FACTOR PREDISPOSISI

Mempengaruhi harga diri mempengaruhi performa peran mempengaruhi identitas diri

STRESSOR PENCETUS

( Kolostomi)

Trauma biologis ketegangan peran

1. Transisi peran situasi

2. Transisi peran perkembangan:

Tugas perkembangan dewasa muda:

1) Mendapatkan suatu pekerjaan

2) Memilih seorang teman hidup

3) belajar hidup bersama dengan

suami atau istri membentuk suatu

keluarga

4) Membesarkan anak-anak

5) Mengelola sebuah rumah tangga

6) Menerima tanggung jawab

sebagai warga Negara

7) Bergabung dalam suatu

kelompok social yang cocok

3. Transisi peran sehat sakit:

1. Kehilangan bagian tubuh

2. Perubahan ukuran, bentuk, penampilan,

atau fungsi tubuh

3. Perubahan fisik yang berhubungan

dengan tumbuh kembang normal

4. Prosedur medis dan keperawatan

Page 51: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

34

PENILAIAN TERHADAP STRESSOR

SUMBER KOPING

Kekuatan Ego

MEKANISME KOPING

Jangka Pendek Jangka Panjang Orientasi Ego

Konstruktif Destruktif

Respon Adaptif Respon Maladaptif

2.1 Stuart stress adaptation model as related to self-concept respons

Konsep diri:

1. Citra diri

2. Harga diri

3. Peran

4. Ideal diri

5. Identitas diri

Page 52: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

35

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat di ketahui

melalui rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif.

Konsep diri itu sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu : citra

diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas (Stuart, 2007).

Bagan 3.1 kerangka konsep

Konsep diri pada klien dewasa muda

dengan kolostomi :

- Citra diri

- Harga diri

- Peran

- Ideal diri

- Identitas diri

Page 53: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

36

No Nama Variabel Definisi Istilah Metode Alat Ukur Sumber

Partisipan

Hasil ukur Validasi

1. Citra Tubuh Persepsi klien dengan

kolostomi tentang keadaan

fisiknya baik bantuk tubuh,

fungsi tubuh dan

penampilan sehari-hari

serta gambaran tubuh yang

disukai dan tidak disukai

setelah memiliki kolostomi

- Wawancara

mendalam

- Observasi

- Pedoman

wawancara

- Catatan

lapangan

- Partisipan

utama

- Partisipan

pendukung

- Persepsi

klien

tentang

keadaan

tubuhnya

setelah

adanya

kolostomi

Triangulasi

sumber

Triangulasi

teknik

2. Ideal Diri Persepsi klien yang

memiliki kolostomi

terhadap diri sendiri secara

- Wawancara

mendalam

- Pedoman

wawancar

- Partisipan

utama

- Harapan

klien

terhadap

Triangulasi

sumber

Triangulasi

B. Bagan 3.2 Definisi

Istilah

Page 54: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

37

keseluruhan yang

berhubungan dengan cita-

cita, tujuan hidup, nilai-

nilai sesuai harapan

hidupnya di masyarakat.

- Observasi - Catatan

lapangan

- Partisipan

pendukung

dirinya

setelah

adanya

kolostomi

teknik

3. Harga Diri Tanggapan dan penilaian

klien yang memiliki

kolostomi terhadap

perilaku dirinya yaitu

apakah sudah sesuai

dengan apa yang

diharapkan oleh diri sendiri

dan orang lain.

- Wawancara

mendalam

- Observasi

- Pedoman

wawancar

- Catatan

lapangan

- Partisipan

utama

- Partisipan

pendukung

- Penilaian

klien

terhadap

keberha-

silan

hidupnya

Triangulasi

sumber

Triangulasi

teknik

Page 55: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

38

4. Peran Persepsi klien yang

memiliki kolostomi

tentang posisi dan peran

dikeluarga dan

dimasyarakat.

- Wawancara

mendalam

- Observasi

- Pedoman

wawancar

- Catatan

lapangan

- Partisipan

utama

- Partisipan

pendukung

-Persepsi

klien tentang

posisi dan

tugasnya d

keluarga dan

masyarakat

Triangulasi

sumber

Triangulasi

teknik

5. Identitas Diri

Kesadaran klien yang

memiliki kolostomi akan

sifat dan keunikan dirinya

sendiri yang berbeda

dengan orang lain.

- Wawancara

mendalam

- Observasi

- Pedoman

wawancar

- Catatan

lapangan

- Partisipan

utama

- Partisipan

pendukung

-Penilaian

klien

terhadap

keberhasilan

yang

diharapkan

dengan yang

didapatnya

Triangulasi

sumber

Triangulasi

teknik

Page 56: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

39

Page 57: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

39

BAB IV

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi yaitu penelitian yang dapat bersifat deskriptif yang mempelajari

fenomena tentang respons keberadaan manusia bertujuan untuk menjelaskan

pengalaman seseorang dalam kehidupannya termasuk didalamnya interaksi

sosial yang dilakukannya. Penelitian kualitatif merupakan sumber dari

deskripsi yang luas dan kokoh dan membuat penjelasan tentang proses-proses

yang terjadi dalam lingkup setempat. Penelitian kualitatif ini dapat memahami

alur peristiwa secara kronologis,menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran

orang setempat, memperoleh penjelasan yang kaya dan bermanfaat karena

penelitian kualitatif isinya adalah narasi kata-kata.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,

suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya,

data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh

karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekannkan generalisasi, tetapi

lebih menekannkan pada makna (Sugiyono, 2010). Melalui pendekatan ini

diharapkan dapat menggali informasi secara mendalam tentang hal-hal yang

berkaitan dengan konsep diri.

Page 58: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

40

B. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti ( Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua klien dewasa muda dengan kolostomi yang berada di

Yayasan Kanker Indonesia Jakarta Pusat yang berjumlah 29 orang.

C. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi (Hidayat, 2007).

Sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang dipilih dengan

menggunakan teknik jenis Purposive Sampling yaitu sampel yang dipilih

melalui penetapan kriteria tertentu oleh peneliti (Tashakkari and Teddlie,

2002 dalam Swarjana, 2012) penelitian ini menggunakan pendekatan

sampling Homogen, teknik ini dilakukan dengan cara peneliti memilih

orang atau klien karena memiliki sifat atau karakteristik yang serupa.

Dalam pengambilan sampel homogen peneliti sengaja mengambil sampel

individu atau situs berdasarkan keanggotaan dalam sebuah sub-kelompok

yang memiliki karakteristik tertentu. Pemilihan sempel dalam penelitian

ini diambil berdasarkan atas prinsip kesesuaian (appropriateness) dan

kecukupan (adequacy). Penentuan unit partisipan dianggap telah memadai

apabila telah sampai kepada redundancy (data telah jenuh jika ditambah

partisipan lagi tidak memberikan informasi yang baru ) artinya bahwa

dengan menggunakan partisipan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi

diperoleh tambahan informasi baru yang berarti (Nasution, (1988) dalam

Page 59: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

41

Sugiyono, 2010). Mengacu pada perinsip tersebut, maka sumber partisipan

atau partisipan dalam penelitian ini adalah:

1. Partisipan kunci

Partisipan kunci ini terdiri dari klien dengan kolostomi yang

berada di Yayasan kanker Indonesia, klien berjumlah dua orang

dengan criteria:

a. Klien dengan kolostomi yang berada di Yayasan Kanker

Indonesia.

b. Klien dewasa muda berusia 20-40 tahun.

c. Klien yang telah memiliki kolostomi lebih dari enam bulan

d. Klien dengan kolostomi permanen

e. Klien yang data-datanya lengkap berada di yayasan

f. Dapat berkomunikasi dengan baik

g. Klien berada di daerah yang memungkinkan ditempuh oleh

peneliti

2. Partisipan pendukung

Informan ini terdiri dari dua orang yang diambil satu orang dari

tiap-tiap partisipan kunci. Partisipan merupakan anggota

keluarga atau orang terdekat dari klien yang mengetahui

perkembangan klien sebelum dan sesudah memiliki kolostomi.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Kanker Indonesia yang

memiliki perkumpulan klien dengan kolostomi, klien dengan kolostomi di

Page 60: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

42

yayasan ini berjumlah 413 orang dengan klien dewasa muda berjumlah 29

orang, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012.

E. Instrument Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri,

bagaimana cara mendapatkan hasil yang baik tergantung peneliti dalam

mengelola atau memperdalam suatu data. Instrumen tambahan dari

penelitian ini adalah pedoman wawancara mendalam (indepth interview)

dengan menggunakan alat untuk mencatat dan alat perekam (tape

recorder/handphone)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2012.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu alat perekam.

Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah open-ended interview.

Cara ini dipilih karena open ended interview memberikan kesempatan

pada partisipan untuk menjelaskan sepenuhnya pengalaman mereka

tentang fenomena yang sedang diteliti. Wawancara dilakukan secara

tidak terstruktur dan dengan tatap muka.

2. Tahap pengumpulan data

a. Tahap persiapan pengumpulan data

Setelah memperoleh izin dari Yayasan Kanker Indonesia(YKI)

untuk melakukan penelitian disana, peneliti mulai melakukan

kegiatan persiapan pengumpulan data. Peneliti mendapatkan

Page 61: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

43

informasi dari YKI berupa catatan berbentuk buku yang berisikan

tentang data-data anggota yang memiliki kolostomi, lalu peneliti

memulai untuk memilih dan menentukan partisipan yang

memungkin untuk dijadikan sampel. Selanjutnya, peneliti

menghubungi partisipan melalui telepon untuk melakukan

pendekatan dan informed consent secara lisan pada partisipan

untuk dapat berpatisipasi dan bersedia menjadi partisipan dalam

penelitian ini. Setelah partisipan memberikan persetujuannya

secara lisan, kemudian peneliti dengan partisipan menentukan

waktu dan tempat yang disepakati untuk melakukan wawancara.

Sebelum melakukan wawancara, peneliti melakukan ujicoba

pedoman wawancara pada partisipan yang berbeda dengan calon

partisipan pada penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk memastikan

apakah pedoman wawancara yang telah dibuat sesuai atau tidak

dengan kemampuan menjawab dari partisipan yang berhubungan

dengan tujuan informasi yang ingin digali oleh peneliti. Pada uji

coba peneliti membiasakan diri untuk menulis catatan lapangan

dan mengajukan pertanyaan yang telah disusun dalam pedoman

wawancara.

b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Pertama peneliti mempersiapkan tempat akan dilakukan

wawancara sesuai dengan kontrak sebelumnya dengan

partisipan/keluarga informan, semua proses wawancara dilakukan

di rumah partisipan dengan waktu yang telah disepakati.

Page 62: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

44

Selanjutnya mempersiapkan alat perekam dengan cara meletakkan

diantara peneliti dan informan. Selain itu peneliti mempersiapkan

buku catatan lapangan dengan terlebih dahulu meminta ijin

kepada partisipan.

Proses wawancara berlangsung selama 30-45 menit dimulai

dengan mengajukan pertanyaan ringan seputar partisipan dan

kehidupan sehari-harinya untuk membangun rasa saling percaya

dan menyediakan waktu untuk informan dan peneliti untuk

bersikap santai dan tidak tegang selama proses wawancara

berlangsung. Pada tahap ini tombol perekam dinyalakan. Setelah

itu pertanyan dikembangkan ke pedoman wawancara yang telah

disiapakan. Urutan pertanyaan diajukan sesuai dengan jawaban

partisipan dan masih berkaitan dengan tujuan penelitian. Setiap

ada informasi yang kurang jelas pada saat proses wawancara

berlangsung, peneliti melakukan klarifikasi. Selama proses

wawancara berlangsung, peneliti membuat catatan lapangan yang

berupa hal-hal penting atau kata-kata kunci dan gambaran

ekspresi non-verbal partisipan serta hal-hal lain yang dianggap

penting untuk memperkaya data penelitian.

3. Tahap penutupan

Diakhir proses wawancara, peneliti membuat kesepakatan

dengan partisipan untuk datang kembali jika ada data yang belum

didapat atau mngulang data jika ada yang hilang. Selain itu,

peneliti melakukan terminasi dengan mengucapkan terima kasih

Page 63: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

45

kepada partisipan atas partisipasi dan kesediaannya. Peneliti juga

menjelaskan jika informan ingin mengetahui hasil penelitian, maka

peneliti akan datang kembali dan menginformasikan hasil akhir

penelitian.

G. Validasi Data

Untuk menjaga validasi data, maka peneliti menggunakan metode

validitas internal dengan melakukan triangulasi. Triangulasi dalam

pengujian kredibilitas ini dapat diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi

meliputi (Sugiyono, 2011):

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data

dari sumber yang berupa informan berbeda-beda. Data yang telah

dianalisis akan menghasilkan suatu kesimpulan yang akurat.

2. Triagulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji kreadibilitas

data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang

diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,

dokumentasi atau kuesioner. Bila dengan menggunakan teknik

tersebut mendapatkan hasil yang berbeda-beda, maka peneliti akan

melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data untuk

Page 64: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

46

memastikan data mana yang dianggap benar, atau mungkin semua

benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data

yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat

nara sumber masih segar, sehingga informan belum mempunyai

banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga

lebih kreadibel. Pengujian kreadibilitas data dlakukan dengan cara

melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik

lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji

menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-

ulang hingga mendapatkan kepastian data.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validasi data berupa

triangulasi sumber dan teknik.

H. Teknik Analisa Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep diri

pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen. Analisa data

yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

teknik Colaizzi (1978). Langkah-langkah analisis data berdasarkan

Colaizzi (1978) dalam saryono dan mekar 2010, meliputi:

1. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran

menyeluruh tentang fenomena yang telah dikumpulkan.

Page 65: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

47

2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan

mengenai data yang dianggap penting kemudian dilakukan

pengkodean data.

3. Membaca semua gambaran semua partisipan secara berulang-

ulang.

4. Mengulang catatan asli dan kutipan pertanyaan penting dengan

mengelompokkan kata kunci.

5. Mengatur kumpulan membentuk pegertian dari kelompok tema

dengan membuat kategori-kategori.

6. Peneliti kemudian menulis gambaran tempat dan merumuskan

tema.

7. Selanjutnya mengintegrasi hasil analisis ke dalam bentuk

deskriptif

8. Peneliti mengulang validasi data ke partisipan atas gambaran

yang diberikan untuk mengklarifikasi data hasil penelitian

9. Jika data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga

menjadi gambaran yang lengkap.

Page 66: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

48

Tabel 4.1

Teknik analisa data

Sumber: Colaizzi ,1978 dalam Saryono & Mekar, 2010

I. Etika penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan

(Hidayat, 2007). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Menggabungkan data yang baru

diperoleh saat dilakukan validasi

Memiliki gambaran yang jelas

tentang fenomena yang diteliti

Mencatat data yang diperoleh

(hasil wawancara)

Kembali ke responden untuk

klarifikasi data hasil penelitian

Membaca transkrip secara

berulang-ulang

Mengintegrasikan hasil analisis ke

dalam bentuk deskriptif

Mengelompokkan kata kunci

Merumuskan tema Membuat kategori-kategori

Page 67: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

49

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, serta mengetahui dampaknya. Subjek penelitian harus

menandatangani lembar persetujuan ketika bersedia menjadi responden.

Peneliti harus menghormatinya, jika responden menolak.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang membserikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh

peneliti, hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil

riset (Hidayat, 2007).

Page 68: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

50

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 2

partisipan melalui proses analisis data dari hasil wawancara mendalam,

ditemukan tema yang selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk naratif dengan

penyajian hasil penelitian sebagai berikut.

A. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN

Yayasan Kanker Indonesia (YKI) adalah organisasi nirlaba yang

bersifat sosial dan kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya

penanggulangan kanker. Tujuan YKI adalah mengupayakan penanggulangan

kanker dengan menyelenggarakan kegiatan di bidang promotif, preventif dan

suportif. YKI memiliki cabang di seluruh Indonesia., penelitian ini dilakukan

di cabang Jakarta pusat. YKI menjalankan berbagai program penanggulangan

kanker dengan memprioritaskan pelaksanaan program pada 10 kanker utama

berikut:

Kanker Leher Rahim

Kanker Payudara

Kanker Hati

Kanker Paru

Kanker Kulit

Kanker Nasofaring

Kanker Kolorektal

Page 69: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

51

Leukemia

Trofoblas Ganas

Limfoma Malignum.

Salah satu pelayanan suportif yang berada di YKI adalah Indonesian

Ostomy Association (InOA) adalah suatu wadah bagi para penyandang stoma

(ostomate). Kegiatan InOA antara lain mendistribusikan kantong stoma

bantuan dari luar negeri dan memberi pelayanan luka dan stoma. Penelitian

dilakukan kepada anggota InOA yang memenuhi karakteristik yang

diinginkan peneliti.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Partisipan

Dalam penelitian ini partisipan dibagi menjadi dua yaitu partisipan

kunci dan partisipan pendukung. Partisipan utama adalah klien dewasa

muda dengan kolostomi permanen yang terdaftar sebagai anggota InOA di

YKI cabang Jakarta Pusat. Karakteristik dari partisipan utama yang

diperoleh antara lain klien berusia 20-40 tahun dan memiliki kolostomi

permanen. sedangkan partisipan pendukung adalah salah satu anggota

keluarga dari partisipan kunci.

a. Partisipan kunci

Partisipan kunci dalam penelitian ini adalah anggota InOA yang

berusia antara 20-40 tahun dan memiliki kolostomi permanen yang

berada YKI Jakarta Pusat.

Page 70: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

52

Tabel 5.1

Karakteristik Partisipan Utama

No Variabel Partisipan

1 2

1. Nama Tn. S Tn. E

2. Umur (thn) 39 34

3. Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki

4. Agama Islam Islam

5. Status perkawinan Kawin Belum kawin

6. Pendidikan terakhir S1 D3

7. Pekerjaan Karyawan Karyawan

8. Pendapatan Rp 4.000.000 Rp 2.000.000

9. Status dalam keluarga Kepala rumah

tangga

Anak

10. Jumlah anggota keluarga 7 orang 4 orang

11. Tahun pembuatan kolostomi 2004 2005

b. Partisipan pendukung

Partisipan pendukung adalah salah satu anggota keluarga dari

partisipan kunci yang mengetahui perkembangan keadaan klien sejak

sebelum adanya kolostomi hingga setelah ada kolostomi.

Page 71: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

53

Tabel 5.2

Partisipan Pendukung

No Variabel Partisipan

1 2

1. Nama Ny. I Ny. M

2. Umur (thn) 34 59

3. Jenis kelamin Perempuan Perempuan

4. Agama Islam Islam

5. Pekerjaan IRT IRT

6. Hubungan dengan informan Istri Tn. S Ibu Tn. E

2. Analisa Tema

Berdasarkan hasil analisa tema yang telah dilakukan dalam

penelitian teridentikfikasi Sembilan belas tema. Proses pemunculan tema-

tema tersebut dapat dilihat pada lampiran. Tema-tema tersebut akan

diuraikan berdasarkan tujuan penelitian.

a. Gambaran Citra tubuh (Body Image)

Gambaran citra tubuh pada klien dewasa muda dengan kolostomi

permanen tergambar dalam enam tema, yaitu stresor, adaptasi transisi

sehat-sakit, perubahan fungsi eliminasi tubuh, keterbatasan aktivitas,

penilaian kepuasan terhadap bentuk tubuh dan alasan penilaian bentuk

tubuh. Masing-masing tema tersebut akan diuraikan di bawah ini.

Page 72: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

54

Tema I: Stresor

Stresor yang dialami oleh partisipan dalam penelitian ini

berupa adanya perubahan bentuk tubuh dan penggunaan alat bantu.

Partisipan merasakan adanya perubahan bentuk tubuh yang

menonjol dibagian perut, merasa tidak normal dan tidak sebagus

dahulu seperti ungkapan berikut :

“…jadi ya saya harus pakai kolostomi sekarang ada

kantongnya agak nonjol dibagian perut..” (P1)

“Bentuk tubuh saya ya gak normal lagi… yang tadinya

bagus sekarang ada tonjolan diperut, otomatis tubuh kita

berubahlah gak sebagus tubuh kita yang normal…” (P2)

Penggunaan alat bantu berupa kantong juga merukakan

stresor yang dirasakan oleh partisipan seperti ungkapan berikut :

“…ada kantong supaya gak bocor jadi harus hati-hati…”

(P1)

“…ya pakai kantong kemana-mana harus pakai kantong

kalo gak ada kantong gak bisa…” (P2)

Tema II : Adaptasi Transisi Sehat-Sakit

Adaptasi transisi sehat-sakit yang dialami oleh partisipan

berupa reaksi syok psikologis, kecemasan, ketidaknyamanan dan

penerimaan secara bertahap. Seperti ungkapan partisipan yang

menyatakan bahwa adnya perasaan syok psikologis saat awal

pertama memiliki kolostomi.

“…mau gak mau saat pertama kali pasang kolostomi saja

merasa terbebani….Pada saat kita pakai kolostomi nih

awal-awalnya pertama sekali saya risih” (P1)

Page 73: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

55

Kecemasan juga dirasakan oleh partisipan karena partisipan

merasa resah dan takut terjadi sesuatu pada kantong kolostominya.

Seperti ungkapan berikut:

“… misalnya lagi diperjalanan nh perjalanan jauh udah

gak tahan nah disitu kita udah gak tahan kita resah

banget takut bocor, takut tumpah karena pada saat itu

lagi sama temen- temen nah itu udah kacau pikiran

sampe sekarang kalo itu, saat kita berpergian aja yang

buat saya khawatir banget…” (P1)

“jadi takut kantongnya penuh mungkin karena banyak

gerak jadi takut bocor.” (P2)

Ketidaknyamanan juga dirasakan partisipan karena merasa

terganggu karena adanya kolostomi, seperti ungkapan berikut:

“ … terus gimana ya kayaknya ganggu deh orang buat

gerak saki ... Cuma agak risih aja kalo udah penuh merasa

terganggu…” (P1)

Penerimaan yang dirasakan oleh partisipan terjadi secara

bertahap, partisipan menerina adanya perubahan terhadap dirinya,

seperti ungkapan berikut :

“…sampe kurang lebih 3 bulan baru merasa rileks , udah

merasa gak ada deh kolostomi dibadan udah terbiasa…”

(P1)

“…Tapi saya terima aja kalo memang harus berubah kayak

begini” (P2)

Page 74: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

56

Tema III : Perubahan Fungsi Eliminasi Tubuh

Perubahan fungsi eliminasi tubuh pada partisipan terdiri

dari perubahan fisiologis dan perubahan anatomis. Perubahan

fisiologis yang dirasakan adanya hilang control reflek buang air

besar dan buang air kecil seperti ungkapan berikut :

“…Cuma buang air besarnya aja jadi berubah, biasanya

bisa ditahan kalo ini kan gak bisa ya udah langsung keluar

aja ke kantong kolostomi…” (P1)

“…Hhmm,, ada, biasanya kalo kita ingin buang air kecil

gak bisa ditahan lama gak tau kenapa, harus cepet-cepet

ketoilet. Biasanya kalo pingin buang air besar sekarang

gak perlu ngeden-ngeden karena langsung masuk ke

kantong kolostomi..” (P2)

Perubahan bentuk anatomis tubuh juga dirasakan oleh

partisipan seperti ungkapan berikut :

“…menurut saya biasanya normal masih punya anus

sedangkan sekarang anusnya dipindahkan ke samping jadi

kita pakai kolostomi…”(P2)

Tema IV : Keterbatasan Aktivitas

Keterbatasan aktivitas yang dirasakan partisipan berupa

adanya perubahan dalam melakukan kebiasaan sehari-hari seperti

merasa terbebani ketika melakukan perjalanan jauh dan tidak bisa

menjalnakan hobi seperti naik gunung dan bermain futsal, seperti

ungkapan berikut:

Page 75: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

57

“…saya merasa teganggu jika saat perjalanan yang sangat

jauh apa lagi kalo waktu pemberhentian untuk ke kamar

mandi jarang ada…” (P1)

“…tapi ada aja kendalanya, kalo dulu tuh ya suka naik

gunung , kadang kalo mu naik gunung tuh ya agak ribet

jugakarena di gunungkan tidak ada air jadi udah jarang

naik gunung lagi. Saya juga suka main futsal, jadi takut

kantongnya penuh mungkin karena banyak gerak jadi takut

bocor” (P2)

Tema V : Penilaian Kepuasan Terhadap Bentuk Tubuh

Penilaian kepuasan terhadap bentuk tubuh meliputi bagian

tubuh yang disukai, bagian tubuh yang tidak disukai, Seperti

ungkapan partisipan berikut :

“Ya saya suka semua sih,…. ya kurang suka dibagian perut

, kalo bagian yang lumayan saya suka mungkin hidung

saya…” (P1)

“Semua suka…. tapi kalo ada kurangnya sh ada misalnya

kurang mancung atau apa…” (P2)

Tema VI : Alasan Penilaian Bentuk Tubuh

Alasan penilaian bentuk tubuh meliputi penilaian positif

dan negative terhadap bagian tubuh, seperti ungkapan partisipan

berikut :

“…tapi sekarang kan saya pakai kantong di perut saya

…..hidung saya ya lumayan mancung” (P1)

Page 76: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

58

“Semua suka, karena tuhan sudah memberikan seperti itu

ya kita sukuri aja, tapi kalo ada kurangnya sh ada misalnya

kurang mancung atau apa , tapi disukuri aja” (P2)

b. Gambaran Ideal Diri

Gambaran ideal diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi

permanen tergambar dalam dua tema, yaitu factor-faktor yang

mempengaruhi ideal diri dan factor-faktor yang mempengaruhi

pencapaian ideal diri.

Tema VII : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ideal Diri

faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri meliputi adanya

harapan positif yang dijadikan sebagai tujuan dalam hidupnya.

Seperti keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi

keluarganya dan membuat keluarga merasa senang, seperti

ungkapan partisipan berikut :

“…. Saya sebagai seorang bapak berharap saya bisa

memberikan yang terbaik untuk mereka, saya ingin menjadi

orang tua yang bisa membuat anak-anak saya bangga

dengan saya, sebagai seorang suami saya berharap istri

sya tetap menerima keadaan saya seperti ini… ” (P1)

“…Saya juga ingin jadi anak yang berbakti kepada kedua

orang tua saya, maunya buat mereka senang insyaallah ya.

Saya berharap bisa seperti anak-2nak yang lainnya bisa

membahagiakan orang tua bukan membebani mereka

dengan keadaan saya yang sekarang” (P2)

Page 77: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

59

Tema VIII : Pencapaian Ideal Diri

Pencapaian ideal diri pada partisipan meliputi adanya

motivasi. Hasrat untuk berhasil( material) dan adanya pencapaian

tugas perkembangan, hal ini seperti ungkapan partisipan berikut :

“Kedepannya saya ingi sembuh, saya ingin memiliki

kecukupan yang lebih, punya usaha sendiri mungkin …”

(P1)

“Saya maunya sembuh/sehat …Selain itu ya harapan saya

sh ingin menjadi orang yang sukses, jadi pengusahalah

kedepannya......Harapan saya yang lainnya juga mudah-

mudahan ditemukan jodohnya yang mau terima saya apa

adanya, saya juga lagi bertahap mengumpulkan modal

untuk usaha sendiri karena gak mungkin dengan kondisi

saya seperti ini terus bekerja berat” (P2)

c. Gambaran Harga Diri

Gambaran harga diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi

permanen tergambar dalam empat tema, yaitu indicator keberhasilan,

respon emosional, respon kehilangan dan sumber pembentukan harga

diri.

Tema IX : Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang tergambar pada partisipan

meliputi adanya pencapaian tugas perkembangan partisipan merasa

keberhasilan yang didapatkan sekarang sebagai indicator

pencapaian keberhasilannya. Seperti ungkapan partisipan berikut :

“Belum merasa berhasil, karena dengan kondisi saya yang

seperti ini saya harus bekerja dan orang lain pun tidak ada

Page 78: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

60

yang tahu dengan kondisi saya sekarang.....maunya saya

punya usaha sendiri biar enak gak ada yang

mempermasalahkan kondisi saya.....saya punya anak 5,

…tetap harus saya nafkahi, saya punya semangat ya buat

mereka..” (P1)

“Kalo keberhasilan menurut saya belom, karena ada

beberapa yang belum tercapai. Saya orangnya bosenan

kerja, jadi saya ingin menjadi wira usaha ya itu belum

tercapai, lagi kumpulin modalnya dulu, untuk urusan

keluarga saya masih single, lagi cari-cari pasangan hidup,

insyaallah tercapai ketemu jodohnya” (P2)

Tema X : Respon Emosional

Respon emosional yang tergambar pada partisipan meliputi

adanya rasa percaya diri dan rasa harga diri rendah, pada P1

tergambar adanya rasa percaya diri sedangkan pada P2 tergambar

adanya rasa harga diri rendah, seperti ungkapan partisipan berikut:

“ya saya sih biasa aja toh banyak orang yang gak tau

kondisi sayakan, kan kantongnya ada didalam jadi gak

kelihatan” (P1)

“Ya rasa-rasa malu pasti ada juga sih, ya kita takutnya

kantong kita bocor atau gak kuat perekatnya, saat interaksi

dengan orang ya agak risih juga karena kalau penuh agak

menonjol” (P2)

Tema XI : Respon Kehilangan

Respon kehilangan yang tergambar pada partisipan meliputi

adanya reaksi syok psikologi dan penerimaan secara bertahap. Syok

Page 79: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

61

psikologi terjadi saat partisipan pertama kali memiliki kolostomi,

setelah itu timbul rasa penerimaan secara bertahap, seperti

ungkapan partisipan berikut :

“Pada saat kita pakai kolostomi nih awal-awalnya pertama

sekali saya risih terus gimana ya kayaknya ganggu deh

orang buat gerak saki sampe kurang lebih 3 bulan baru

merasa rileks , udah merasa gak ada deh kolostomi

dibadan udah terbiasa”(P1)

“Dari awal sampai sekarang proses menerima adanya

kolostomi ya awal-awal saya masih belum menerima

karena bentuknyakan berubah yang tadinya tidak pake

kolostomi sekarang pake kolostomi ya lama-lama

sejalannya waktu kira-kira 2-3 bulanlah ya jadi terbiasa

juga…”(P2)

Tama XII : Sumber Pembentukan Harga Diri

Sumber pembentukan harga diri yang tergambar pada

partisipan meliputi adnya respon klien terhadap penilaian orang lain

dan adanya dukungan dari keluarga, seperti ungkapan partisipan

berikut :

“Kalo saya sih gak perduli sama omongan orang lain

selama saya gak minta makan dan minta kerjaan sama dy

sih saya biarin aja kecuali saya merepotkan dia… Kalo

keluarga ...mereka juga ngerti dan gak pernah

mempermasalahkan hal itu, mereka baik-baik saja ya gak

suka dibeda-bedain”(P1)

“Ada beberapa teman sama tetangga yang tahu saya

memiliki kolostomi, tapi mereka tidak pernah memberikan

penilaian yang berbeda ke saya, ya bersikap biasa saja…..

keluarga, orang tua yang tahu ya selalu kasih semangat

buat saya ya saya senang karena keluarga saya masih

Page 80: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

62

memperhatikan saya apalagi dengan kondisi saya yang

seperti ini, mereka juga menghargai saya ko saya gak

pernah dilakukan beda.”(P2)

d. Gambaran Peran

Gambaran peran pada klien dewasa muda dengan kolostomi

permanen tergambar dalam tiga tema, yaitu peran di keluarga, tugas

perkembangan dan stresor.

Tema XIII : Peran Dikeluarga

Peran partisipan dalam keluarga tergambar dalam posisi

partisipan dalam keluarga sebagai ayah pada P1 dan sebagai anak

pada P2, seperti ungkapan berikut :

“Saya bapak dari 5 orang anak…”(P1)

“Perannya biasa saja, saya sebagai anak…”(P2)

Tema XIV : Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan yang tergambar pada partisipan

meliputi adanya pelaksanaan tugas peran dalam keluarga seperti

mencari nafkah pada P1 dan membantu orang tua pada P2, seperti

ungkapan partisipan sebagai berikut :

“ya saya sebagai kepala rumah tangga, saya jalankan

seperti biasanya mencari nafkah dan membiayai

mereka…”(P1)

“ya kalau bisa saya bantu orang tua, kalau saya ada rezeki

ya saya suka bantu dan sisanya saya tabung untuk

kedepannya.”(P2)

Page 81: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

63

Tema XV : Stresor

Stresor yang tergambar pada partisipan meliputi adanya

keterbatasan pencapaian materi dan stresor tugas perkembangan.

Adanya keterbatasan materi seperti ungkapan partisipan berikut:

“Hambatan sih ada, saat saya sedang mencari nafkah saya

berfikiran ingin melangkah mencari nafkah lebih, namun

karena kebutuhan kantong semakin langka saya sulit, saya

terhambat dengan jumlah kantong… ya itu dia hambatanya

susah cari kantong, kantong harganya mahal”(P1)

“…saya juga sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang

mungkin lebih baik ya penghasilannya, saya kalo mu cari

lagi takutnya disana ada cek up nanti kalo saya ketahuan

punya kangtong dipersulitnantinya…”(P2)

Salah satu stresor lain yang terdapat pada P2 adanya

stressor dalam tugas perkembangan, seperti ungkapan berikut :

“Ada tapi gak terlalu yak arena saya pakai kolostomi

mungkin saya sulit untuk mendapatkan pasangan

hidup,yang mau terima saya apa adanya kayak gini, kan

gak smua orng mau kali ya…”

e. Gambaran Identitas Diri

Gambaran identitas diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi

permanen tergambar dalam empat tema, yaitu sikap terhadap

penerimaan, pengakuan jenis kelamin, penilaian diri terhadap tujuan

hidup dan penilaian koping.

Page 82: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

64

Tema XVI : Sikap Terhadap Penerimaan

Sikap terhadap penerimaan tergambar dari adanya

penerimaan adaptif dan penerimaan maladaptive. Penerimaan adaptif

meliputi adanya perasaan sama dengan yang lain dan merasaa sama

dengan orang kebanyakan dan mensyukuri apa yang terjadi pada diri

dan menerima adanya perubahan fisik saat ini. Seperti ungkapan

partisipan berikut :

“Apa ya,, ya stiap orang memang berbeda tapi ya

kayaknya saya biasa aja sama seperti yang lainnya ya,

mungkin saya beda fisiknya dengan yang lain karena saya

punya kolostomi tapi ya bagi saya sih syukuri aja” (P1)

“ …ya sama seperti orang Indonesia kebanyakan, ya saya

sih bedanya karena punya kantong saja, tapi ya udah

terima aja”(P2)

Tema XVII : Pengakuan Jenis Kelamin

Pengakuan jenis kelamin pada partisipan tergambar dengan

adanya penerimaan jenis kelamin yang ada pada dirinya, seperti

ungkapan berikut :

“Dilahirkan sebagai laki-laki gitu? Ya saya terimalah

buktinya saya sekarang sudah punya keluarga…”(P1)

“Kalo dilahirkan sebagai laki-laki ya terima kan takdir

kita jadi laki-laki…”(P2)

Page 83: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

65

Tema XVIII : Penilaian Diri Terhadap Tujuan Hidup

Penilaian diri terhadap tujuan hidup pada partisipan

tergambar dalam pencapaian tugas perkembangan, partisipan merasa

sebagai seseorang yang dewasa belum tercapai keinginannya untuk

menikah dan membina keluarga yang bahagia. Seperti ungkapan

partisipan berikut :

“…karena saya masih memiliki beberapa keinginan saya

yang belum tercapai. Saya ingin sukses, menikah dan

memiliki keluarga yang bahagia.”(P2)

Tema XIX : Penilaian Koping

Penilaian koping pada partisipan tergambar dalam respon

negative terhadap kepuasan dan pengontrolan diri secara spiritual,

dalam respon terhadap kepuasan semua partisipan merasa kurang

puas dengan adanya kolostomi. Namun semua partisipan memiliki

kemampuan secara spiritual untuk mengontrol respon negatifnya.

Partisipan satu mengatakan mensyukuri apa yang ada pada dirinya

sekarang, sedangkan partisipan lain mengatakan menerimannya

sebagai takdir. Seperti ungkapan partisipan berikut :

“…dengan memakai kolostomi saya tidak puas tapi kalo

udah seperti ini ya saya berusaha menerima saja….. Kalo

ditanya puas ya dengan kondisi saya seperti ini, tapi ya

syukuri saja.” (P1)

Page 84: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

66

“ya sebagai seorang laki-laki dewasa sih saya belum merasa

puas, karena saya masih memiliki beberapa keinginan saya

yang belum tercapai. Saya ingin sukses, menikah dan

memiliki keluarga yang bahagia. Ya semua dalam proseslah

kalo takdir saya memang begini ya dijalanin saja.”(P2)

Page 85: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

67

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi

Peneliti telah mengidentifikasi sembilan belas tema yang

merupakan hasil dari penelitian ini. Beberapa diantaranya memiliki sub-

tema dengan kategori-kategori makna tertentu. Tema-tema tersebut

teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian. Gambaran citra tubuh pada

klien dewasa muda dengan kolostomi permanen dapat diidentifikasikan

dalam enam tema, yaitu : 1) stresor 2) adaptasi transisi sehat sakit 3)

perubahan fungsi eliminasi tubuh 4) keterbatasan aktivitas 5) penilaian

kepuasan terhadap bentuk tubuh 6) alasan penilaian bentuk tubuh.

Gambaran ideal diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen

dapat diidentifikasikan pada tema ke-tujuh, yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi ideal diri; dan pada tema ke-delapan pencapaian ideal diri.

Sedangkan gambaran harga diri pada klien dewasa muda dengan

kolostomi permanen teridentifikasi pada tema ke-sembilan, yaitu indikator

keberhasilan; tema ke-sepuluh, yaitu respon emosional; tema ke-sebelas

respon kehilangan; dan pada tema ke-dua belas, yaitu sumber

pembentukan harga diri .

Page 86: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

68

Tema ke-tiga belas, yaitu peran dikeluarga; tema ke-empat belas,

yaitu tugas perkembangan; dan tema ke-lima belas, yaitu stresor

menggambarkan gambaran peran klien dewasa muda dengan kolostomi

permanen. Penelitian ini juga telah mengidentifikasi gambaran identitas

diri klien dewasa muda dengan kolostomi permanen melalui tema ke-enam

belas, yaitu sikap terhadap penerimaan; tema ke-tujuh belas, yaitu

pengakuan jenis kelamin; tema ke-delapan belas, yaitu penilaian diri

terhadap tujuan hidup; dan tema ke-sembilan belas, yaitu penilaian koping.

Selanjutnya peneliti akan membahas masing-masing tema yang

teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian.

1. Citra tubuh pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen

Tema I : Stresor

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi gambaran diri seseorang,

seperti, munculnya stresor yang dapat mengganggu integrasi gambaran

diri (salbiah, 2003). Stresor dapat berasal dari berbagai sumber, baik

dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada

situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial dan lingkungan luar

lainnya (Patel,1996 dalam Nasir & Muhith,2011). Dalam penelitian

ini partisipan memiliki stresor berupa perubahan bentuk tubuh dan

penggunaan alat bantu. Setiap perubahan dalam kesehatan dapat

menjadi stresor yang mempengaruhi konsep diri. perubahan fisik

dalam tubuh menyebabkan perubahan citra tubuh, di mana identitas

dan harga diri juga dapat dipengaruhi. Semua partisipan merasakan

adanya perubahan bentuk yang menonjol dibagian perutnya

Page 87: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

69

dikarenakan adanya kolostomi dan adanya penggunaan alat bantu

berupa kantong kolostomi yang harus selalu mereka gunakan, hal ini

merupakan stresor yang dapat mempengaruhi penilaian terhadap

bentuk tubuh setelah adanya kolostomi. Salah satu partisipan

mengatakan bahwa dengan adanya kolostomi membuat tubuhnya tidak

sebagus dahulu dan merasa tidak normal karena saat ini memiliki

kolostomi. Banyak faktor dapat yang mempengaruhi citra tubuh

seseorang, seperti operasi (misalnya mastektomi, amputasi, ileostomi),

Kegagalan fungsi tubuh (seperti hemiplegi, buta, tuli), seseorang yang

tergantung pada mesin, perubahan tubuh seiring dengan bertambahnya

usia, umpan balik interpersonal yang negatif, Umpan balik ini berupa

tanggapan yang tidak baik misalnya celaan atau makian sehingga dapat

membuat seseorang menarik diri, dan lain-lain (Perry & Potter, 2005)

Tema II : Adaptasi transisi sehat sakit

Tema ini terdiri dari syok psikologis, kecemasan, ketidaknyamanan

dan penerimaan secara bertahap. Syok Psikologis merupakan reaksi

emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat

pertama tindakan. Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap

ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan

tubuh membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti

mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan

keseimbangan diri.( salbiah, 2003) Dalam penelitian ini partisipan

merasakan adanya rasa terbebani saat pertama kali memiliki kolostomi,

rasa risih dan tidak terbiasa dengan keadaan barunya merupakan

Page 88: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

70

respon awal terhadap proses penerimaan terhadap perubahan yang

terjadi pada dirinya.

Kecemasan timbul saat partisipan merasakan adanya rasa

khawatiran saat berpergian, rasa resah timbul karena adanya ketakutan

akan kondisi kantong kolostomi, partisipan takut jika kantongnya akan

tumpah dan bocor jika penuh. Kecemasan dan merasa malu memiliki

kolostomi dapat menyebabkan perubahan pada gaya hidup, termasuk

kemampuan untuk mencari pekerjaan, keinginan untuk melakukan

perjalanan, dan penilaian terhadap citra dirinya (Nugent et al, 1999)

Hal seperti ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada partisipan

karena merasa terganggu saat kantong penuh, partisipan juga

mengungkapkan awal memiliki kolostomi tidak merasa nyaman

dikarenakan adanya rasa sakit setelah pembuatan stoma sehingga

mengganggu saat bergerak. Setelah tiga bulan memiliki kolostomi

partisipan sudah mulai merasa rileks dan merasa terbiasa dengan

kondisi barunya. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap akan

timbul setelah klien sadar akan kenyataan, maka respon kehilangan

atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan

reintegrasi dengan gambaran diri yang baru (salbiah, 2003), dalam

penelitian ini semua partisipan mengatakan bahwa adanya proses

penerimaan kolostomi terjadi setelah tiga bulan memilikinya,

partisipan merasa sudah terbiasa dengan adanya kolostomi partisipan

mengatakan sudah bisa menerima perubahan yang terjadi pada bentuk

tubuhnya. Jacob, Knick & sally (2003) dalam rahayu (2008)

Page 89: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

71

menyatakan bahwa fase acceptance/menerima dicapai oleh masing-

masing individu dalam rentang waktu yang bervariasi tergantung dari

kemampuan individu untuk membentuk koping dalam menjalani

proses berduka. Ada individu yang mampu adaptif dalam waktu 1-3

bulan setelah peristiwa kehilangan, namun beberapa individu lain

mencapainya dalam 6 bulan hingga 1 tahun.

Tema III : Perubahan fungsi eliminasi tubuh

Eliminasi normal sisa tubuh melalui saluran gastrointestinal adalah

fungsi dasar dari kebanyakan manusia. Bila system ini berubah dan

eliminasi normal tidak dapat terjadi, system tubuh lain berisiko

mengalami perubahan juga. Selain itu, perubahan eliminasi dapat

berdampak emosional dan sosial (nurachmah dan sudarsono, 2000).

Pada penelitian ini partisipan mengalami perubahan fungsi eliminasi

tubuh yang mencakup adanya perubahan fisiologis dan anatomis. Pada

klien yang memiliki kolostomi otomatis akan terjadi perubahan fungsi

fisiologis berupa hilangnya kontrol pengeluaran feses melalui anus hal

ini menyebabkan sisa pembuangan feses keluar melalui kolostomi

yang berada di bagian perut. Semua partisipan mengatakan adanya

perubahan fungsi tubuh sejak adanya kolostomi mereka tidak bisa

menahan buang air besar dan tidak perlu mengedan ketika buang air

besar karena kotoran akan langsung keluar melalui kolostomi.

Perubahan anatomis letak pembuangan feses berubah dari pengeluaran

yang biasanya dikeluarkan oleh anus sekarang melalui kantong

kolostomi yang ada dibagian perut. Adanya perubahan eliminasi pada

Page 90: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

72

seseorang beresiko terhadap penilaina konsep diri, klien yang

mengalami perubahan eliminasi, konsep dirinya dapat terancam

misalnya inkontinesia yang sering, feses yang berbau busuk, dan

peralatan ostomi yang merupakan beberapa factor yang dapat

menyebabkan klien merasa bahwa ada suatu perubahan pada citra

tubuhnya. Akibatnya, klien mungkin menghindari sosialisasi dengan

orang lain atau tidak berkeinginan untuk melaksanakan tanggung

jawab dalam merawat dirinya ( Perry & Potter, 2005)

Tema IV : Keterbatasan aktifitas

Fungsi fisik yang terganggu sangat beragam antara lain menurunya

kemandirian untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan,

mandi, membersihkan diri, berdandan, toileting, perubahan dalam

berkemih, kerusakan integritas kulit, gangguan buang air besar.

Keterbatasan fisik yang dialami memungkinkan penderita

menggunakan berbagai macam alat bantu (suryadinata, 2008). Dalam

penelitian ini semua partisipan merasakan adanya perubahan aktivitas

yang biasa dilakukan saat sebelum memiliki kolostomi dengan

sesudahnya, partisipan satu mengatakan sejak adanya kolostomi

merasa khawatir jika harus berpergian dalam jarak yang jauh dan

waktu yang lama hal ini dikarenakan partisipan sering merasa tidak

enak jika kantung penuh dan sulit untuk menemukan kamar mandi

selama dalam perjalanan, partisipan juga mengatakan sulit untuk

berpergian kemana-mana jika persediaan kantong tidak ada. Namun

untuk mengatasinya partisipan sebisa mungkin mengatur jadwal

Page 91: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

73

berpergian dengan ketersediaan kantong. Sedangkan partisipan lainnya

merasakan adanya perubahan aktivitas dalam menjalankan hobinya

yaitu naik gunung dan bermain futsal, ia mengatakan jika naik gunung

disana sulit untuk menemukan air dan akan menjadi kesulitan jika

harus membersihkan kantong kolostomi, dan ia juga merasa terganggu

jika harus bermain futsal karena ditakutkan kantongnya akan bocor

jika terlalu banyak gerak dan berkeringat.

Tema V : Penilaian Kepuasan terhadap bagian tubuh

Menurut Cash, 2000 dalam sari, (2008) mengemukakan salah satu

komponen citra tubuh yaitu body areas satisfaction (kepuasan terhadap

bagian tubuh), yaitu kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara

spesifik, seperti wajah, rambut, payudara, tubuh bagian bawah

(pinggul, pantat, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), dan

keseluruhan tubuh. Pada penelitian ini partisipan mengemukakan

bagian tubuh yang disukai dan bagian tubuh yang tidak disukai,

partisipan satu mengungkapkan bagian yang disukai yaitu hidung

sedangkan partisipan yang lain mengatakan semua bagian tubuh suka.

Pada bagian tubuh yang tidak disukai partisipan satu mengatakan

bagian tubuh yang tidak disukai yaitu perut, sedangkan partisipan yang

lain mengatakan hidung. Dalam penelitian ini partisipan mampu

menilai sendiri terhadap kepuasan bagian tubuh yang ada pada dirinya

melalui cara pandang terhadap dirinya sendiri. Cara individu

memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek

psikologisnya. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap

Page 92: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

74

citra tubuhnya akan memperlihatkan kemampuan mantap terhadap

realisasi yang akan memacu sukses di dalam kehidupan (suliswati dkk,

2005)

Tema VI : Alasan penilaian bentuk tubuh

Papilla, Olds, dan Feldman (2004) dalam rizkiana dan retnaningsih

(2009) menyatakan bahwa individu yang memiliki penerimaan diri

berpikir lebih realistic tentang penampilan dan bagaimana dirinya

terlihat dalam pandangan orang lain. Ini bukan berarti individu tersebut

mempunyai gambaran sempurna tentang dirinya, melainkan individu

tersebut dapat melakukan sesuatu dan berbicara dengan baik mengenai

dirinya yang sebenarnya. Dalam penelitian ini partisipan

mengungkapkan penilaian positif dan negatif mengenai bentuk tubuh

yang disukai dan tidak disukai. Pada penilain positif terhadap bentuk

tubuh partisipan satu mengatakan menyukai hidungnya karena

mancung sedangkan partisipan lainnya mengatakan menyukai semua

bagian tubuhnya karena semua yang ada pada dirinya merupakan

pemberian tuhan yang harus disyukuri. Pada penilaian negative

terhadap bentuk tubuh, partisipan satu mengatakan bagian tubuh yang

tidak disukai yaitu perut karena selalu ada kantong yang menempel di

perutnya. Dalam hal ini pertisipan dapat mengungkapkan kesukaan dan

ketidaksukaan beserta alasan terhadap bagian bentuk tubuhnya,

penilaina ini baik untuk klien dalam mengungkapkan apa yang ada

pada dirinya. . Citra tubuh harus harus realistis karena semakin dapat

menerima dan menyukai tubuhnya individu akan lebih bebas dan

Page 93: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

75

merasa aman dari kecemasan. Individu yang menerima tubuhnya apa

adanya biasanya memiliki harga diri tinggi dari pada individu yang

tidak menyukai tubuhnya (suliswati dkk, 2005)

2. Ideal diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen

Tema VII : Faktor- faktor yang mempengaruhi ideal diri

Individu cenderung menetapkan tujuan yang sesuai dengan

kemampuannya, kultur, realita, menghindari kegagalan dan rasa

cemas. Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek

terhadap diri, tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samar

atau kabur. Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu

menetapkan ideal diri sebatas kemampuan, faktor kultur dibandingkan

dengan standar orang lain, hasrat melebihi orang lain, hasrat untuk

berhasil, hasrat untuk memenuhi kebutuhan realistic, hasrat

menghindari kegagalan, adanya perasaan cemas dan rendah diri

(suliswati dkk, 2005). Dalam penelitian ini semua partisipan

menetapkan harapa-harapan positif yang ingin dicapainya seperti

partisipan satu mengatakan ingin memberikan yang terbaik untuk

keluarganya, membuat bangga keluarga, dan berharap istri dan

keluarganya dapat menerima keadaannya yang sekarang sedangkan

partisipan lainnya mengatakan ingin menjadi anak yang berbakti dan

membahagiakan kedua orang tuanya serta tidak menjadi beban bagi

orang tuannya dengan kondisi saat ini.

Page 94: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

76

Tema VIII : Pencapaina Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia

seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar

dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau

disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih.

Ideal diri, akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri

berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu

tersebut melahirkan penyesuaian diri (suliswati dkk, 2005). Dalam

peneliian ini semua partisipan memiliki penilaian positif terhadap

kondisinya saat ini, partisipan berharap walaupun sekarang

memiliki kolostomi bukan menjadi hambatan bagi kehidupan masa

depannya. Keinginan untuk memperoleh keberhasilan dimasa

depan juga masih menjadi harapan yang terus diusahakan sampai

saat ini dengan bekerja dan berusaha mendapatkan penghasilan dan

pekerjaan yang lebih baik dilakukan semua partispan karena semua

partisipan berkeinginan untuk memiliki usaha sendiri kedepannya.

Semua partisipan mengungkapkan keinginannya untuk sembuh dan

sehat dari penyakit yang pernah ada pada diri mereka agar apa

yang menjadi pengharapan partisipan dapat berjalan dengan baik

apabila memiliki tubuh yang sehat. Salah satu partisipan berharap

agar mendapatkan pasangan hidup hal ini merupakan salah satu

tugas perkembangan yang apabila telah dicapai oleh dewasa muda

akan mempengaruhi tingkat keberhasilan ketika mencapai puncak

keberhasilan pada usia setengah baya (Hurlock, 1993 dalam mesra

Page 95: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

77

melisa, 2007), Seseorang yang telah mencapai usia dewasa muda

akan memiliki keinginan yang kuat untuk dianggap mandiri oleh

kelompok social meraka. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi

seseorang yang berada pada tahapan ini untuk menguasai tugas-

tugas perkembangan yang diperlukan agar dapat dianggap sebagai

orang yang mandiri( mesra melisa, 2007).

3. Harga diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen

Tema IX : indikator keberhasilan

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai

dengan menganalis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan

ideal dirinya. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering

mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga

dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau

tidak diterima lingkungan. Dalam penelitian ini semua partisipan

merasa belum puas terhadap keberhasilan yang diperolehnya saat ini,

partisipan satu mengatakan meskipun sekarang ia sudah memiliki

pekerjaan namun penghasilan yang diperolehnya masih kurang jika

harus digunakan untuk keperluan keluarga hanya sekedar cukup dan

belum bisa memiliki pendapatan yang lebih, karena ia merasa ruang

lingkupnya merasa berkurang dengan kondisi adanyanya kolostomi,

sehingga klien mengingikan memiliki usaha sendiri dan dapat dengan

bebas mengelolanya tanpa harus mempermasalahkan kondisi saat ini.

Partisipan yang lain juga mengungkapkan keinginannya untuk

Page 96: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

78

memiliki usaha sendiri dikarenakan dengan kondisi yang seperti ini ia

merasa lebih sulit untuk memdapatkan pekerjaan yang lumayan baik.

Menurut Coopersmith (1967) dalam Oktario (2008) ada

beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri, antara lain yaitu kelas

sosial dan kesuksesan. Kedudukan kelas sosial dapat dilihat dari

pekerjaan, pendapatan dan tempat tinggal. Individu yang

memiliki pekarjaan yang lebih bergengsi, pendapatan yang lebih tinggi

dan tinggal dalam lokasi rumah yang lebih besar dan mewah akan

dipandang lebih sukses dimata masyarakat dan menerima keuntungan

material dan budaya. Hal ini akan menyebabkan individu dengan kelas

sosial yang tinggi meyakini bahwa diri mereka lebih berharga dari

orang lain. Dalam penelitian ini semua partisipan menganggap dirinya

belum mencapai keberhasilan di bidang pekerjaan mereka berpendapat

bahwa mereka belum bisa memiliki usaha sendiri karena dengan

memiliki usaha sendiri mereka merasa bisa memiliki penghasilan yang

lebih dan tidak ada orang lain yang akan mempermasalahkan

kondisinya saat bekerja.

Tema X : respon emosional

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal

dirinya. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan

negative terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan

harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma)

atau kronis (negative self evaluasi yang telah berlangsung lama)

Page 97: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

79

menurut beberapa ahli salah satu factor yang mempengaruhi gangguan

harga diri adalah adanya gangguan fisik dan mental, gangguan ini

dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri (salbiah,

2003). Dalam penelitian ini semua parisipan memiliki perubahan

bentuk tubuh karena adanya kolostomi semua partisipan juga

menggunakan alat bantu berupa kantong kolostomi, hal ini merupakan

salah satu stressor bagi partisipan sehingga adanya stressor dapat

mempengaruhi respon emosi. Pada partisipan satu mengatakan bahwa

adanya kolostomi tidak menjadikannya merasa malu tetika

berinteraksi dengan orang lain karena menurutnya orang lain tidak

akan mengetahui kondisinya karena kolostomi tertutup berada didalam

dan tertutup baju, sedangkan pertisipan lainnya mengatakan bahwa

dalam hati merasa malu dan risih ketika berinteraksi denga orang lain

yang karena apabila penuh kantongnya akan tampak ada sesuatu yang

menonjol dari bagian perutnya. Namun, hal ini terjadi saat kantong

terasa penuh dan ada rasa kekhwatiran bocor dan tumpah. Menurut

Taylor (1991 dalam Nasir & Muhith,2011) adanya stressor dapat

menimbulkan Respon stress salah satunya dapat terlihat dalam respon

emosi, Respon emosi akan dapat muncul sangat luas, menyangkut

emosi yang mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu,

marah, dan sebagainya.

Tema XI : respon kehilangan

Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi

fisiologis atau psikologis. Kehilangan bagian tubuh dapat mencakup

Page 98: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

80

anggota gerak, mata rambut, gigi atau payudara. Kehilangan fungsi

fisiologis mencakup kehilangan kontrol kandung kemih atau usus,

mobilitas, kekuatan atau fungsi sensoris. Kehilangan fungsi psikologis

termasuk kehilangan ingatan, rasa humor, harga diri, percaya diri,

respek, atau cinta. Kehilangan aspek diri ini dapat terjadi akibat

penyakit, cidera atau perubahan perkembangan atau situasi.

Kehilangan seperti ini dapat menurunkan kesejahterahan individu.

Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan

tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh

dan konsep diri (Perry & Potter, 2005). Dalam penelitian ini semua

partisipan mengalami kehilangan aspek diri mencakup bagian tubuh

adanya kolostomi di bagian perut, fungsi fisiologis hilangnya kontrol

terhadap pembuangan melalui anus. Semua partisipan mengatakan

sulit menerima saat pertama merasakan adanya kehilangan aspek diri

pada dirinya, namun sejalan dengan waktu semua partisipan secara

bertahap melakukan proses penerimaan terhadap apa yang terjadi pada

dirinya karena mereka meyakini semua yang terjadi pada mereka

merupakan takdir yang harus mereka terima. Dalam hal ini semua

partisipan berusahan untuk menerima dan menyesuaikan dengan

keadaannya yang sekarang, mereka meyakinkan apa yang terjadi pada

kondisi dirinya saat ini tidak menjadi penghalang untuk mencapai

harapan dan tujuan hidup yang lebih baik kedepannya. Pada penelitian

ini, semua partisipan dewasa muda terlihat lebih realistis dalam

menerima kondisinya saat ini. Usia memainkan peran dalam

Page 99: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

81

pengenalan dan reaksi terhadap kehilangan Dewasa muda

menghubungkan kehilangan dengan signifikansinya terhadap status,

peran, dan gaya hidup. Kehilangan pekerjaan atau kesejahterahan

ekonomi, perceraian atau kerusakan fisik menyebabkan duka cita lebih

mendalam dan mengancam keberhasilan ( Perry & Potter, 2005)

Tema XII : sumber pembentukan harga diri

Harga diri berasal dari dua sumber, yaitu diri sendiri dan orang lain.

Harga diri bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Dalam

penelitian ini sumber harga diri pada klien diidentifikasi terhadap

respon klien terhadap penilaian orang lain pada dirinya dan adaya

dukungan keluarga. Dalam hal ini semua partisipan menganggap

bahwa penilaian orang lain yang tidak bermanfaat tidak perlu untuk

difikirkan dan menganggap biasa saja. Semua partisipan tidak

memperdulikan penilaian negative orang lain terhadap dirinya selama

mereka tidak merugikan orang tersebut mereka akan bersikap biasa

saja dalam menanggapi penilaian dari luar. Berbeda dengan dukungan

yang selalu diberikan oleh keluarga kepada partisipan, semua

partisipan merasakan kasih sayang yang diberikan oleh keluarganya

dan merasa bahwa mereka masih memiliki keluarga yang dapat

menerima mereka apa adanya keluarga bisa mengerti keadaan

partisipan dan tidak memperlakukan beda terhadap dirinya, hal ini

dukungan yang besar dan berarti dari keluarga dapat berdampak baik

terhadap pembentukan harga diri seseorang.. Harga diri mencakup

penerimaan diri sendiri karena nilai dasar, meski lemah dan terbatas.

Page 100: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

82

Seseorang yang menghargai dirinya dan merasa dihargai oleh orang

lain biasanya mempunyai harga diri yang tinggi. Seseorang yang

merasa tidak berharga dan menerima sedikit respek dari orang lain

biasanya mempunyai harga diri yang rendah ( Perry & Potter, 2005)

4. Peran pada klien dewasa muda dengan kolostomi permanen

Tema XIII : peran di keluarga

Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh

keluarga, komunitas, dan kultur. Peran membentuk pola perilaku yang

diterima secara sosial yang berkaitan dengan fungsi seorang individu

dalam berbagai kelompok sosial.( Stuart & sundeen, 1991 dalam Perry

& Potter, 2005). Dalam penelitian ini partisipan satu memiliki posisi

peran dalam keluarganya sebagai seorang ayah dari lima orang anak

dan seorang suami dari istrinya, sedangkan partisipan yang lain

berperan sebagai seorang anak.

Tema XIV : tugas perkembanngan

Tugas-tugas perkembangan pada dewasa muda dipusatkan pada

harapan-harapan masyarakat dan mencakup mendapatkan suatu

pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama

dengan suami atau istri membentuk suatu keluarga, membesarkan

anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung

jawab sebagai warga Negara dan bergabung dalam suatu kelompok

social yang cocok (Hurlock, 1993 dalam mesra melisa, 2007). Dalam

penelitian ini partisipan satu telah menjalankan tugas perkembangan

sebagai seorang laki-laki dewasa muda pada umumnya, sedangkan

Page 101: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

83

partisipan yang lain belum sepenuhnya mengalami harapannya sesuai

tugas perkembangan seperti belum menemukan pasangan hidup dan

membina keluarga sendiri, namun berusaha menjalankan perannya

sebagai seorang anak yang membantu orang tua. Pencapaian tugas

perkembangan seseorang dapat meningkatkan penilaian terhadap diri

individu, semakin banyak kesesuaian yang dialami pada tugas

perkembangan semakin tinggi pula rasa keberhasilan yang ada pada

dirinya. Hurlock, 1993 dalam mesra melisa, 2007 menambahkan

bahwa tingkat penguasaan tugas-tugas ini pada awal masa dewasa akan

mempengaruhi tingkat keberhasilan ketika mencapai puncak

keberhasilan pada usia setengah baya, baik itu dalam bidang pekerjaan,

pengakuan social ataupun kehidupan keluarga. Penguasaan ini juga

dapat menentukan kebahagian yang akan didapatkan sampai dengan

tahun-tahun akhir kehidupan seseorang.

Tema XV : Stresor

Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan

berakibat diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh

dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran

diri, identitas diri peran dan harga diri. Masalah konsep diri dapat di

cetuskan oleh faktor psikologis, sosiologi atau fisiologi, namun yang

penting adalah persepsi klien terhadap ancaman.(Salbiah, 2003).

Dalam penelitian ini partisipan merasakana adanya hambatan yang

dialaminya sejak adanya kolostomi dalam menjalankan perannya

sehari-hari. Partisipan satu mengatakan sejak adanya kolostomi pada

Page 102: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

84

dirinya ia merasakan kesulitan untuk mencari nafkah lebih untuk

keluarganya, ia merasa sulit mendapatkan pekerjaan dan penghasilan

lebih dengan kondisinya saat ini, ia merasa ruang lingkup untuk

mencari tambahan materi berkurang dengan kondisi saat ini, hal ini

dikarenakan juga karena keterbatasan kantong sehingga ia sulit untuk

berpergian jauh tanpa persediaan kantong yang cukup, sedangkan

harga kantong mahal dan sekarang sulit mendapatkan bantuan kantong

dari YKI, partisipan yang lain juga mengatakan kesulitan untuk

mendapatkan penghasilan materi yang lebih dikarenakan sulitnya

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan kondisi seperti ini, ia

juga mengatakan merasa kesulitan untuk mendapatkan pasangan hidup

yang dapat menerima keadaannya dengan kolostomi. Harga diri yang

tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan

cocok dengan ideal diri. posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor

terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran,

tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan (keliat, 1992

dalam salbiah 2003 )

5. Identitas diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi

permanen

Tema XVI : sikap terhadap penerimaan

Coleridge (1997) dalam satyaningtias dan sri 2010 mengatakan

penerimaan diri bukanlah sikap pasrah, tetapi menerima identitas diri

secara positif, pandangan tentang diri sendiri dan harga diri tidak

menurun sama sekali, bahkan dapat meningkat. Hurlock (2006) dalam

Page 103: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

85

satyaningtias dan sri 2010 mengemukakan bahwa penerimaan diri

merupakan kemampuan menerima segala hal yang ada pada diri

sendiri baik kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki, sehingga

apabila terjadi peristiwa yang kurang menyenangkan maka individu

tersebut akan mampu berpikir logis tentang baik buruknya masalah

yang terjadi tanpa menimbulkan perasaan, permusuhan, perasaan

rendah diri, malu, dan rasa tidak aman. Dalam penelitian ini semua

partisipan mengatakan merasa memiliki kesama dengan yang lain

dalam hal keunikan yang ada pada dirinya, partisipan memnggangap

bahwa apa yang ada pada dirinya sama saja dengan orang lain miliki,

namun semua partisipan mengatakan hal yang mungkin membedakan

mereka dengan yang lainnya yaitu adanya perbedaan fisik, partisipan

merasa berbeda karena adanya kolostomi pada dirinya, meskipun

adanya kesamaan atau perbedaan yang ada pada dirinya dengan orang

lain semua partisipan dapat menerima dan mensyukuri apa yang ada

pada dirinya saat ini. Penerimaan diri berkaitan dengan konsep diri

yang positif. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat

memahami dan menerima fakta-fakta yang begitu berbeda dengan

dirinya, orang dapat menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman

mentalnya sehingga evaluasi tentang dirinya juga positif ( handayani,

ratnawati dan helmi, 1998), Sari (2002) dalam satyaningtias dan sri

2010 menyatakan bahwa individu yang memiliki penerimaan diri akan

mengetahui segala kelebihan dan kekurangannya, dan mampu

mengelolanya.

Page 104: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

86

Tema XVII : pengakuan jenis kelamin

Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan

perkembangan konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu

mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai

diri, mengatur diri dan menerima diri. Dalam penelitian ini semua

partisipan mengakui dan menerima jenis kelamin yang telah ada pada

dirinya, mereka mengakui dirinya sebagai laki-laki. Ciri individu

dengan identitas diri yang positif yaitu ; Mengenal diri sebagai

organisme yang utuh terpisah dari orang lain, Mengakui jenis kelamin

sendiri, memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu

keselarasan, menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat,

menyadari hubungan masa lalu sekarang dan yang akan datang,

mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat dicapai/direalisasikan

(Suliswati dkk, 2005)

Tema XVIII : Penilaian Diri Terhadap Tujuan Hidup

Individu dalam rentang kehidupannya akan selalu berhadapan dnegan

masalah. Hanya saja masalah yang dihadapi individu satu akan

mempunyai bentuk dan tingkat kesulitan yang berbeda dengan yang

lainnya. Masalah-masalah yang dihadapi individu begitu kompleks

sehingga membutuhkan keterampilan pemecahan masalah yang

strategis, yang dilandasi oleh tujuan hidup seseorang. Tanpa tujuan

hidup yang jelas, individu akan mengalami kesulitan dalam

mengarungi hidup ini. salah satu cara untuk mencapai tujuan hidup

adalah dengan cara lebih mengenal diri sendiri, yaitu apakah kekuatan-

Page 105: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

87

kekuatan diri dan apakah kelemahan-kelemahan diri.(handayani dkk,

1998). Dalam penelitian ini salah satu partisipan mengatakan bahwa

sebagai seorang laki-laki dewasa ia merasa belum berhasil dalam salah

satu pencapaian tugas perkembangan yaitu memiliki pasangan hidup

dan membina keluarga, hal tersebut merupakan salah satu penilaian

diri terhadap tujuan dalam hidupnya. Pencapaian tujuan dalam hidup

seseorang akan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan. Hurlock,

(1993) dalam mesra melisa 2007 menambahkan bahwa tingkat

penguasaan tugas-tugas ini pada awal masa dewasa akan

mempengaruhi tingkat keberhasilan ketika mencapai puncak

keberhasilan pada usia setengah baya, baik itu dalam bidang pekerjaan,

pengakuan social ataupun kehidupan keluarga.

Tema XIX : penilaian koping

Koping merupakan suatu tindakan yang mengubah kongnitif secara

konstan dan usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau

eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang

dimiliki individu. Koping yang efektif adalah koping yang membantu

seseorang untuk menoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak

merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainnya ( Lazarus dan

Folkman,1984 dalam Nasir & Muhith, 2011). Dalam penelitian ini

semua partisipan merasakan kurang puas dengan adanya kolostomi

pada dirinya, namun semua partisipan memiliki pengontrolan diri

secara spiritual terhadap penerimaannya dengan meyakini banwa

semua ini adalah takdir yang harus dialami dan berusaha unuk selalu

Page 106: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

88

mensyukurinya. Menurut Lazarus (2000) dalam Rahayu 2008

menjelaskan bahwa koping yang berfokus pada emosi dilakukan untuk

membuat nyaman dengan memperkecil gangguan emosi yang

dirasakan. Jenis koping ini bertujuan untuk meredakan atau mengatur

ekanan emosional atau mengurangi emosi negative dan memahami

kejadian yang penuh dengan stressor. Koping ini lebih bersifat pasif,

perilaku yang terlihat berupa upaya mengatasi emosi yang timbul pada

tingkat kognitif seperti menghindar, menyalahkan diri sendiri,

mengatur atau mengusir emosi yang disebabkan oleh stressor (Scott,

(2000) dalam rahayu 2008).

Hasil Catatan Lapangan

Selain melakukan wawancara, peneliti juga melakukan pencatatan

lapangan terhadap informan baik sikap, penerimaan dan tingkah laku

serta keadaan fisik dan lingkungan sekitar informan untuk

mendapatkan hasil yang relevan. Tidak semua hasil observasi dapat

peneliti tulis, berikut sebagian hasil catatan lapangan yang dapat

mendukung penelitian :

Catatan lapangan Tn. S

Wawancara dilakukan pada tanggal 23 Desember 2012 pukul 13.25

s/d 14.15 WIB. Tn. S mengenakan kaos dan celana panjang, klien

tampak rapih dan bersih. Saat peneliti datang kerumah Tn. S,

sedang menonton TV bersama anak dan istrinya diruang tamu.

Ketika peneliti datang Tn. S terlihat kooperatif dengan wajah

Page 107: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

89

tersenyum, kontak mata baik, jarak peneliti dan informan juga

berdekatan. Wawancara dilakukan di ruang tamu peneliti duduk

berhadapan dengan klien, klien kooperatif selama wawancara ,

klien menjawab seluruh pertanyaan peneliti, apabila ada yang

kurang jelas klien menanyakan kembali dan peneliti menjelaskan

dan mengulang kembali pernyataan klien. Selama proses

wawancara klien tampak rileks dan tenang dalam menceritakan

pengalaman yang ada pada dirinya yang berhubungan dengan

kolostomi. Klien tidak menunjukan ekspresi yang berlebihan.

Suasana lingkungan sekitar tempat wawancara tidak terlalu ramai

dan rapih sehingga dapat mendukung proses wawancara.

Catatan lapangan Tn. E

Wawancara dilakukan pada tanggal 22 Desember 2012

pukul 13.00 s/d 13.45 WIB. Klien menggunakan kaos dan celana

panjang, klien tampak rapih dan bersih. Wajah klien tampak

bersahabat dan tersenyum saat bertemu dengan peneliti.

Wawancara dilakukan di ruang tamu rumah Tn. E suasana

lingkungan tempat wawancara tenang dan sepi, peneliti dan klien

duduk saling berhadapan. Selama wawancara berlangsung

informan tidak tertutup atau menarik diri. klien tampak kooperatif

selama wawancara. Klien menjawab seluruh pertanyaan yang

diajukan peneliti. Klien tampak rileks dan tenang saat memberikan

jawaban. Tidak ada ekspresi klien yang berlebihan selama proses

wawancara. Selama proses wawancara berlangsung apabila ada

Page 108: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

90

pertanyaan yang klien belum mengerti peneliti menjelaskan

kembali dengan bahasa yang lebih di mengerti klien, setelah itu

peneliti mengulang kembali pernyataan klien. Wawancara berjalan

baik.

B. Keterbatasan penelitian

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :

1. Dalam penelitian ini, sampel informan yang digunakan hanya informan

yang mau diwawancara sedangkan informan yang tidak terjalin

komunikasi (menolak) tidak digunakan. Sampel yang telah dipilih oleh

peneliti sebanyak 10 0rang, dua informan telah dilakukan wawancara

untuk menguji pedoman wawancara, dan sisanya sebanyak delapan

orang yang bisa dilakukan wawancara namun ada beberapa hal yang

menyebabkan tidak berlangsungnya wawancara yaitu adanya klien

yang meninggal sebanyak dua orang, dua orang tidak bersedia

dilakukan wawancara dan dua orang tidak dapat dikonfirmasi ulang

kesediaannya, jadi klien yang memungkinkan dilakukannya

wawancara hanya sebanyak dua orang.

2. Pengumpulan data dilakukan hanya beberapa kali pertemuan. Hal ini

dikarenakan jarak tempuh yang jauh dari tempat peneliti dan informan

punya kegiatan seperti sebagai pencari nafkah keluarga.

3. Daerah penelitian tidak mewakili seluruh keanggotaan Yayasan

Kanker Indonesia, anggota yang dipilih berdasarkan data yang tertera

di YKI jakarta Pusat yang memenuhi keriteria menjadi informan,

Page 109: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

91

penelitian dilakukan pada klien yang daerahnya mudah diakses dan

telah diketahui keberadaannya dan mencukupi kebutuhan informan.

4. Dalam penelitian ini kurang tergali bagaimana proses pembentukan

konsep diri informan sejak awal memiliki kolostomi hingga saat ini,

dimana informan dalam penelitian ini telah memiliki kolostomi >7

tahun.

Page 110: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

92

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini mendapatkan sembilan belas tema yang

masing-masing tema merupakan hasil identifikasi dari lima komponen

konsep diri pada klien dewasa muda dengan kolostomi di yayasan kanker

Indonesia Jakarta pusat. Berikut ini adalah hasil identifikasi dari masing-

masing komponen konsep diri :

1. Gambaran karakteristik citra diri (Body Image) klien dewasa

muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker

Indonesia Jakarta Pusat teridentifikasi dalam enam tema,

yaitu stresor, adaptasi transisi sehat-sakit, perubahan fungsi

eliminasi tubuh, keterbatasan aktivitas, penilaian kepuasan

terhadap bentuk tubuh dan alasan penilaian bentuk tubuh.

2. Gambaran karakteristik ideal diri pada klien dewasa muda

dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia

Jakarta Pusat teridentifikasi dalam dua tema, yaitu factor-

faktor yang mempengaruhi ideal diri dan factor-faktor yang

mempengaruhi pencapaian ideal diri.

3. Gambaran karakteristik harga diri pada klien dewasa muda

dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia

Jakarta Pusat teridentifikasi dalam empat tema, yaitu

Page 111: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

93

indikator keberhasilan, respon emosional, respon kehilangan

dan sumber pembentukan harga diri.

4. Gambaran karakteristik peran pada klien dewasa muda

dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker Indonesia

Jakarta Pusat teridentifikasi dalam tiga tema, yaitu peran di

keluarga, tugas perkembangan dan stresor.

5. Gambaran karakteristik identitas personal pada klien dewasa

muda dengan kolostomi permanen di Yayasan Kanker

Indonesia Jakarta Pusat teridentifikasi dalam empat tema,

yaitu sikap terhadap penerimaan, pengakuan jenis kelamin,

penilaian diri terhadap tujuan hidup dan penilaian koping.

B. Saran

1. Bagi institusi Yayasan Kanker Indonesia

Dapat mengembangkan program-program yang dapat

meningkatkan kesejahteraan penderita kanker khususnya dalam

peningkatan hubungan konseling tentang pembentukan konsep diri.

dapat memjadi fasilitaror bagi sesama penderita kanker untuk bertukar

pikiran untuk meningkatkan rasa penerimaan dan pembentukan konsep

diri yang positif.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Dapat meningkatkan dan mengembangkan suatu program

keperawatan tentang pembentukan konsep diri adaptif khususnya

program konselor bagi klien dengan kolostomi.

3. Bagi penelitian akan datang

Page 112: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

94

Bagi peneliti yang tertarik terhadap penelitian tentang konsep diri

pada klien dengan kolostomi dapat melakukan penelitian lanjutan

mencakup karakteristik usia yang berbeda, atau gambaran konsep diri

pada klien yang baru memiliki kolostomi.

Page 113: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

xviii

DAFTAR PUSTAKA

(http://ilmubedah.info/colostomy-kolostomi-definisi-teknik-operasi-

20110209.html) diakses pada 23 maret 2012 jam 11:14

Ayaz, sultan. Body Image And Self-Esteem In Patients With Stoma. Turkiye. 2008

( Diakses pada 13 maret 2012 pulul 15:36 WIB) tersedia di

http://www.turkiyeklinikleri.com/abstract.php?id=5037

Britto, J.A dan Dalrymple, M.J.R. Kisi-Kisi Menembus Masalah Bedah. Jakarta :

EGC. 2005

Brunner & suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8. Jakarta: EGC.

2002

Dariyo, Agoes. Jurnal Provitae volume 1. Fakultas Psikologi Universitas

Tarumanagara Jakarta. 2004

Handayani et al. Efektivitas Peletihan Pengenalan Diri Terhadap Peningkatan

Penerimaan Diri dan Harga Diri. Universitas Gajah Mada: 1998

Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika. 2007

Johnson et al. Prosedur Perawatan Dirumah: Pedoman Untuk Perawat.

Jakarta:EGC. 2005

Kozier dan Erb. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Ed. 5. Jakarta: EGC.2009

Maryunani dan Murhayati. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada

Neonatus. Penerbit TIM: Jakarta.2009

Page 114: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

xix

Mesra, Melisa. Disonansi Kognitif. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

2007

Muttaqin & Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi dan Keperawatan Medikal

Bedah. Jakarta: Salemba Medika.2011

Nasir dan Munhith. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa : Pengantar Teori: Salemba

medika. 2011

Nugent et al. Quality of life in stoma patients. From the university surgical unit

and stoma care department, southamptom general hospital, united

kingdom. 1999

Nurachmah dan sudarsono. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta: EGC. 2000

Oktario. HARGA DIRI REMAJA YATIM PIATU : Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara. 2009

Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologis Untuk Paramedis. Jakarta: PT

Gramedia pustaka utama. 2009

Potter & Parry. Buku AjarFundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik

Ed 4. Jakarta: EGC. 2005

Rahayu, Esti. RESPON DAN KOPING IBU DENGAN KEMATIAN JANIN:

STUDI GROUNDED THEORY : Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia. 2008

Retnaningsih dan Rizkiana. PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA PENDERITA

LEUKIMIA: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. 2009

Salbiah. Konsep Diri. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara. Medan : Tidak diterbitkan. 2003

Page 115: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

xx

Sari tasya. PENGARUH CITRA TUBUH TERHADAP PENYESUAIAN DIRI

REMAJA PUTERI : Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2008

Saryono dan Mekar, Dwi anggraeni. Metodologi Peneliian Kualitatif Dalam

Bidang Kesehatan.yogyakarta: Nuha Medika. 2010

Simanjuntak, Panusur dan Nurhidayah, Rika Endah. KEMAMPUAN SELF CARE

DAN GAMBARAN DIRI PASIEN KOLOSTOMI DI RSUP H. ADAM

MALIK MEDAN. Universitas sumatera utara 2007.

Sri dan Satyaningtyas. PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP

PENYANDANG CACAT FISIK : Fakultas Psikologi Universitas

Mercu Buana Yogyakarta. 2010

Stuart, Gail W . Buku Saku Keperawatan Jiwa Ed. 5. EGC: Jakarta. 2007

Sugiyono. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2010

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi

(Mixed Method). Bandung : Alfabeta. 2011

Suliswati , et al . Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Penerbit EGC:

Jakarta. 2005

Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. 2004

Suryadinata, Neneng. ASPEK PSIKOLOGIS PENDERITA PENYAKIT KRONIS :

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. 2008

Swarjana, I Ketut. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : CV ANDI

offset. 2012

Page 116: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

xxi

Wim de Jong dan R. Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta:

Penerbit buku kedokteran EGC. 2005

Page 117: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

Pedoman wawancara mendalam (Indepth Interview)

Partisipan klien dengan kolostomi

I. Petunjuk umum

a. Tahap persiapan

b. Tahap perkenalan

c. Jelaskan tujuan dan manfaat wawancara mendalam

d. Ucapkan terima kasih kepada informan atas kesedian dan waktu yang

telah diluangkan untuk pelaksanaan wawancara.

II. Petunjuk wawancara mendalam

a. Wawancara dilakukan oleh seorang pewawancara

b. Informan bebas menyampaikan pengalaman dan perasaan yang

dirasakannya.

c. Semua pengalaman dan perasaan yang disampaikan oleh informan

akan dijamin kerahasiaanya

d. Wawancara ini akan direkam pada tape recorder untuk membantu

dalam penulisan.

Page 118: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

III. Pelaksanaan wawancara

A. Identitas pewawancara

1. Nama pewawancara :

2. Tanggal pewawancara :

3. Waktu wawancara :

4. Tempat wawancara :

B. Identitas klien

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan :

5. Pekerjaan :

6. Status perkawinan :

7. Status dalam keluarga :

8. Jumlah anggota keluarga :

9. Pendapatan :

Page 119: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

C. Citra diri

1. Bagaimanakah penilaian bapak/ibu tentanng bentuk tubuh bapak/ibu

setelah adanya kolostomi?

2. Apakah ada perubahan dari fungsi tubuh bapak/ibu setelah adanya

kolostomi?

3. Apakah selama ini bapak/ibu merasa ada keterbatasan aktivitas?

(probing: terganggu dengan adanya kantung.takut kantong bocor, takut

tercium bau)

4. menurut bapak/ibu, bagian tubuh mana yang paling bapak/ibu sukai

dan tidak disukai ?apa alasannya?

D. Harga diri

1. Bagaimana bapak/ibu menilai keberhasilan yang di dapat saat ini

dengan harapan yang di inginkan ?

2. Bagaimanakah perasaan bapak/ibu setelah memiliki kolostomi, apakah

merasa malu dengan adanya kolostomi pada bapak/ibu ketika

berinteraksi dengan orang lain?

3. Apakah penilaian orang lain mempengaruhi harga diri bapak/ibu?

Page 120: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

E. Ideal Diri

1. Dengan kondisi saat ini, bagaimana harapan bapak/ibu terhadap peran

baik dikeluarga maupun dimasyarakat?

2. Apa harapan bapak/ibu terhadap kondisi saat ini?

F. Peran

1. Apakah peran bapak/ibu dalam keluarga?

2. Apakah ada hambatan dalam menjalani peran tersebut setelah adanya

kolostomi pada bapak/ibu? Coba jelaskan?

G. Identitas Diri

1. Bisakah bapak/ibu ceritakan keunikan yang ada pada diri bapak/ibu

yang membuat anda berbeda dengan orang lain?

2. Apakah bapak/ibu merasa puas terhadap status bapak/ibu sebagai

seorang laki-laki atau perempuan?

Page 121: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Partisipan Pendukung (Anggota Keluarga)

Persepsi konsep diri

a. Gambaran diri

1. Bagaimana reaksi anggota keluarga yang sakit ketika mengetahui salah satu

anggota keluarganya harus dilakukan kolostomi?

2. Bagaimana orang lain (keluarga, masyarakat) memandang salah satu anggota

keluarga yang menderita sakit ini?

3. Apakah selama ini bapak/ibu melihat ada keterbatasan aktivitas? (probing:

terganggu karena adanya kantung, takut kantung bocor, takut tercium bau)

b. Harga diri

1. Bagaimana bapak/ibu melihat perasaan salah satu anggota keluarga ketika pertama

kali melihat bagian tubuhnya terdapat kolostomi? (probing: malu, cemas, takut,

depresi/stress, atau yang lainnya), apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengatasinya?

2. Serta apa yang dilakukan salah satu anggota keluarga ketika mengetahui menderita

penyakit ini ? (probing : menjauh dari keluarga, mengurung diri, mengasingkan diri)

Page 122: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

c. Peran

1. Bagaimana perlakuan keluarga terhadap salah satu anggota keluarga yang sakit?

(probing: diasingkan, tidak boleh mengerjakan pekerjaan rumah)

2. Bagaimana perlakuan teman/tetangga atau mayarakat terhadap salah satu anggota

keluarga yang sakit sehari-hari? (probing: kegiatan sosial, keagamaan)

d. Ideal diri

1. Pekerjaan apa yang dilakukan salah satu anggota keluarga yang sakit sehari-hari

dan pekerjaan yang diharapkan? (probe : jenis pekerjaan (ringan/sedang/berat)

2. Bagaimana menurut keluarga harapan informan terhadap sakitnya?

e. Identitas diri

1. Bagaimana salah satu anggota keluarga yang sakit mencukupi kebutuhan hidup

sehari-hari?

2. Sebagai pemimpin/ibu rumah tangga dalam keluarga, bagaiman peran salah satu

anggota keluarga yang sakit dalam keluarga dan dimasyarakat? (probing: apakah

masih dilibatkan atau tidak dilibatkan dan diganti anggota keluarga yang lain)

Page 123: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

ANALISA TEMATIK

A. Citra diri

1. Bagaimana penilaian bapak/ibu tentang bentuk tubuh bapak/ibu setelah

adanya kolostomi?

Katagori P1 P2 Subtema Tema

Terdapat benjolan

diperut

V V Perubahan bentuk

tubuh

Stressor

Agak nonjol V

Tidak normal V

Tidak sebagus

dahulu

V

Pakai kantong V V Penggunaan alat

bantu

Pertama ada

kolostomi terbebani

V

Syok psikologis

Adaptasi transisi

sehat sakit

Pertama kali risih V

Resah takut bocor V

Kecemasan

Takut tumpah V

Takut kantong

penuh

V

Takut bocor V

Khawatir saat

berpergian

V

Page 124: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

Terganggu saat

kantong penuh

V Ketidaknyamanan

mengganggu saat

bergerak sakit

V

3 bulan merasa

rileks

V Penerimaan secara

bertahap

Sudah terbiasa

merasa gak ada

dibadan

V

Terima perubahan

bentuk tubuh

V

2. Apakah ada perubahan dari fungsi tubuh bapak/ibu setelah adanya

kolostomi?

Katagori P1 P2 Subtema Tema

Tidak bisa menahan

BAB

V Perubahan fisiologis Perubahan fungsi

eliminasi tubuh

Tidak perlu ngejan

saat BAB

V

BAK tidak bisa

tahan lama

V

Anus dipindah

kesamping

V Perubahan anatomis

Page 125: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

3. Apakah selama ini bapak/ibu merasa ada keterbatasan aktivitas? (probing:

terganggu dengan adanya kantung.takut kantong bocor, takut tercium bau)

Katagori P1 P2 Subtema Tema

Terbebani saat

diperjalanan jauh

tidak ada kamar

mandi(saat penuh

takut bocor)

V Perubahan dalam

melakukan

kebiasaan sehari-

hari

Keterbatasan

aktivitas

Tidak bisa naik

gunung

lagi(digunung tidak

ada air untuk

membersikhan)

V

Terganggu saat

main futsal( takut

bocor karena

banyak gerak)

V

Page 126: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

4. Menurut bapak/ibu, bagian tubuh mana yang paling bapak/ibu sukai dan

tidak disukai ?apa alasannya?

Katagori P1 P2 Subtema Tema

Hidung V Bagian tubuh yang

disukai

Penilaian kepuasan

terhadap bagian tubuh Semua suka V

perut V Bagian tubuh yang

tidak disukai hidung V

karena mancung V Penilaian positif Alasan penilaian

bentuk tubuh karena pemberian

tuhan

V

karena ada kantong V Penilaian negatif

kurang mancung V

Page 127: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

Analisa tematik

C. Ideal Diri

1. Dengan kondisi saat ini, bagaimana harapan bapak/ibu terhadap peran baik

dikeluarga ?

Katagori P1 P2 Sub tema Tema

Memberikan yang

terbaik untuk keluarga

V

Harapan positif

Factor-faktor

yang

mempengaruhi

ideal diri Menjadi anak yang

berbakti

V

Membuat bangga

keluarga

V

Membuat keluarga

senang

V

Bisa membahagiakan

orang tua

V

Istri dapat menerima

keadaan sekarang

V Penerimaan dari

keluarga

Tidak membebani

orang tua

V Adanya perasaan

cemas

Page 128: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

2. Apa harapan bapak/ibu terhadap kondisi saat ini?

Katagori P1 P2 Subtema Tema

adanya kolostomi

bukan suatu hambatan

melakukan aktivitas

V V Penilaian positif

Pencapaian

ideal diri

Ingin sembuh/sehat V V Motivasi

Ingin memiliki

penghasilan lebih

V Hasrat untuk

berhasil(material)

Ingin menjadi sukses V

Memiliki usaha V V

Mendapatkan

pasangan hidup

V Pencapaian tugas

perkembangan

Page 129: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

Analisa tematik

B. Harga diri

1. Bagaimana bapak/ibu menilai keberhasilan yang di dapat saat ini dengan

harapan yang di inginkan ?

Katagori P1 P2 Sub tema Tema

Belum memiliki usaha

sendiri

V Pencapaian

kemampuan

material

Indicator

keberhasilan

Belum memiliki

wirausaha

V

Memiliki pekerjaan

lebih baik

V V

Belum mendapatkan

jodoh

V Pencapaian

Tugas

perkembangan Menjadi kepala rumah

tangga

V

Memiliki anak V

Page 130: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

2. Bagaimanakah perasaan bapak/ibu setelah memiliki kolostomi, apakah merasa

malu dengan adanya kolostomi pada bapak/ibu ketika berinteraksi dengan

orang lain?

Katagori P1 P2 Subtema Tema

Dalam hati malu V Harga diri rendah

(HDR)

Respon

emosional Risih saat interaksi

dengan orng lain

V

Tidak malu V Percaya diri

Biasa saja karena

tidak terlihat

V

Awal adanya

kolostomi sulit

menerima

V V Syok psikologis Respon

kehilangan

Sejalannya waktu 2-3

bulan menerima

V Penerimaan

secara bertahap

Menerina karena

takdir

V

Merasa rileks setelah

3 bulan

V

Page 131: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

3. Apakah penilaian orang lain mempengaruhi harga diri bapak/ibu?

Katagori P1 P2 Subtema Tema

Tidak memperdulikan,

Cuek

V Respon klien

terhadap

Penilaian orang

lain

Sumber

pembentukan

harga diri

Biasa saja V

Keluarga tidak

memperlakukan beda

V V Dukungan

keluarga

Keluarga mengerti V V

Page 132: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

Analisa tematik

D. Peran

1. Apakah peran bapak/ibu dalam keluarga?

Katagori P1 P2 Sub tema Tema

Kepala rumah tangga V Posisi dalam

keluarga

Peran di

keluarga Bapak V

Anak V

Mencari nafkah V Tugas dalam

keluarga

Tugas

perkembangan Membantu orang tua V

2. Apakah ada hambatan dalam menjalani peran tersebut setelah adanya kolostomi

pada bapak/ibu? Coba jelaskan?

Katagori P1 P2 Subtema tema

Sulit mencari nafkah

lebih karena keterbatasan

kantong

V Keterbatasan

pencapaian

materi

Stressor

Harga kantong mahal V

Sulit mendapat pekerjaan

karena cek kesehatan

V

Sulit mencari pasangan

hidup yang menerima

keadaan dengan

kolostomi

V Stressor tugas

perkembangan

Page 133: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

Analisa tematik

E. Identitas Diri

1. Bisakah bapak/ibu ceritakan keunikan yang ada pada diri bapak/ibu yang

membuat anda berbeda dengan orang lain?

Katagori P1 P2 Subtema Tema

Merasa biasa saja

sama dengan yang

lain

V Penerimaan

adaptif

Sikap terhadap

penerimaan

Merasa sama dengan

orang kebanyakan

V

Mensyukuri apa

yang ada sekarang

V

Menerima adanya

perubaha fisik

V

Merasa fisik beda

karena memiliki

kolostomi

V V Penerimaan

maladaptif

Page 134: GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DEWASA MUDA DENGAN

2. Apakah bapak/ibu merasa puas terhadap status bapak/ibu sebagai seorang laki-

laki atau perempuan?

Katagori P1 P2 Subtema tema

Menerima dilahirkan

sebagai laki-laki

V V Penerimaan jenis

kelamin

Pengakuan jenis

kelamin

Sebagai laki-laki

dewasa belum menikah

V Pencapaian tugas

perkembangan

Penilaian diri

terhadap tujuan

hidup

Tidak puas V Respon negative

terhadap kepuasan

Penilaian

koping Puas tidak puas dengan

kondisi saat ini

V

Semua dalam proses

menerima takdir

V Pengontrolan diri

secara spiritual

Syukuri saja V