40
1 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO MUHAMMADYAH KOTA BANDUNG SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan WINDY OKTAVIANI DEVI AK.1.15.105 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG 2019

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

1

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI

JOMPO MUHAMMADYAH KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai

Gelar Sarjana Keperawatan

WINDY OKTAVIANI DEVI

AK.1.15.105

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2019

Page 2: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

2

Page 3: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

3

Page 4: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

4

Page 5: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

5

ABSTRAK

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang

telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Hasil proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010

- 2035, jumlah penduduk lansia di Jawa Barat pada tahun 2018 sebanyak 4.16 juta

jiwa atau sekitar 8,67% dari total penduduk Jawa Barat, jumlah tersebut terdiri dari

sebanyak 2,02 jiwa (8.31%) lansia laki-laki dan sebanyak 2.14 juta jiwa (9.03%)

lansia perempuan. (Dinkes, 2018). World Health Organization (WHO, 2012)

menyebutkan bahwa kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka

dalam kehidupan dan konteks budaya serta sistem nilai dimana mereka hidup dan

dalam hubungannya dengan tujuan hidup individu, harapan, standart, perhatian serta

fokus hidupnya

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pada lansia

dipanti jompo muhammadyah kota bandung tahun 2019.

Metode penelitian menggunakan lembar kesioner WHOQOL, Populasi pada

penelitian ini sebanyak 36 orang. Sample sebanyak 30 orang. Pengumpulan data

menggunakan kuesioner yang sudah baku yaitu WHOQOL-BREEF. Analisa data

menggunakan analisa univariat.

Hasil analisis univariat diperoleh hasil hampir sebagian responden (50,0%)

termasuk kategori kualitas hidup baik. Diharapkan pihak instansi dapat membantu

aktivitas fisik lansia terutama yang lansia ditinggalkan oleh anak-anak dan

saudaranya untuk lebih memperhatikan lagi kondisi lansia.

Kata Kunci : Lansia, Kualitas Hidup Pada Lansia

Kepustakaan : 10 Buku (2010-2019)

4 Jurnal (2012-2018)

6 Website (2002-2017)

Page 6: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

6

ABSTRAC

According to world health organization (WHO), elderly is a person who entering the age of over than 60 years old. The result from indonesian population projection in 2010 – 2035, the amount of elderly in west Java in 2018 as much as 4.16 million inhabitants or know about 8,31% of total population of West Java, those numbers consist of 2,02 million inhabitants (8.31%) male elderly and 2.14 million inhabitants (9.03%) female elderly inhabitants (Dinkes, 2018). World Health Organization (WHO,2012) mention that quality of life is individuals perception to their position in their life and cultural context also value system where they live and in relation to individuals life goals, hope, standart, afection, and also their life focus.

The purpose of this research is to know depiction of elderly life quality in Muhamadiyah nursing home in Bandung city 2019

Research method using questionnair paper WHOQOL, population in this research as much as 36 persons, sample as much as 30 persons. Data gathering using valid questionnair that is WHOQOL-BREEF. Data analysis using univariate analysis.

The result of analysis obtained from almost all respondent (50,0%) including good life quality denomination. It is expected that instances can help the physical activity of elderly, especially those elderly abandoned by their children and siblings to pay more attention to the condition of the elderly

Key word : elderly, life qulity of elderly

Documents: 10 books (2010-2019)

: 4 journals(2012-2018)

: 6 websites (2002-2017)

Page 7: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

7

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul “GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DIPANTI

JOMPO MUHAMMADYAH KOTA BANDUNG. Shalawat serta salam tidak lupa

penulis junjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga

dan sahabatnya.

Penulis sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

skripsi ini baik berupa bimbingan, nasehat, maupun dukungan yang sangat berarti dan

membantu penulis. Adapun pihak-pihak yang bersangkutan yaitu :

1. H. Mulyana, SH., MPd., M.kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana

Bandung

2. Dr. Entis Sutrisno, MH.Kes.,Apt. Selaku rektor Universitas Bhakti Kencana

Bandung.

3. R. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Universitas Bhakti Kencana

Bandung.

4. Lia Nurlianawati, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung.

Page 8: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

8

5. Rizki Muliani, S.Kep.,Ners.,MM Pembimbing I yang selalu sabar dan

meluangkan waktu serta tenaga dan memberikan petunjuk, arahan, motivasi yang

sangat berguna bagi penulis selama penyusunan skripsi penelitian ini.

6. Anggi Jamiyanti, S.Kep.,Ners, selaku Pembimbing II yang selalu sabar dan

meluangkan waktu serta tenaga dalam memberikan petunjuk, arahan, motivasi

yang sangat berguna bagi penulis selama penyusunan skripsi penelitian ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf Universitas Bhakti Kencana Bandung yang telah

mendidik penulis selama menempuh pendidikan.

8. Papah dan Mamah selaku Orang tua, dan keluarga besar yang selama ini

memberikan kasih sayang, semangat dan dukungan, motivasi, materi tiada henti,

doa yang tulus dalam penyusunan proposal penelitian ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik dan tersayang terima kasih atas kebersamaan,

kekeluargaan, dukungan, bantuan, semangat dan do’anya.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi penelitian ini, yang

tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi penelitian ini masih jauh

dari kesempurnaan sehingga saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan. Semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan dan khususnya kemajuan ilmu keperawatan di masa yang

mendatang.

Bandung, Agustus 2019

Page 9: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

9

Penulis

Page 10: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ ii

ABSTRAK ........................................................................................................... iii

ABSTRACT .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL................................................................................................ vii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6

1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6

1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................................... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................ 8

2.1 Konsep Lanjut Usia ........................................................................................ 8

2.2 Konsep Kualitas Hidup ................................................................................... 13

Page 11: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

11

2.3 Konsep Dukungan Keluarga ........................................................................... 24

2.4 Keterkaitan Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia. 28

2.5 Kerangkat Teori .............................................................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 30

3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................................... 30

3.2 Paradigma Penelitian ....................................................................................... 30

3.3 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 32

3.4 Variabel Penelitian .......................................................................................... 33

3.5 Definisi Konseptua Dan Definisi Operasional ............................................... 34

3.6 Populasi Dan Sample ...................................................................................... 36

3.7 Pengumpulan Data .......................................................................................... 37

3.8 Langkah-Langkah Penelitian .......................................................................... 43

3.9 Pengolahan Data Dan Analisa Data ................................................................ 45

3.10 Etika Penelitian ............................................................................................. 50

3.11 Lokasi Dan Waktu......................................................................................... 53

BAB IV HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 54

4.1 Hasil Penilitian ................................................................................................ 54

4.1.1 Hasil Univariat ....................................................................................... 54

4.1.2 Analisa Bivariat ...................................................................................... 56

4.2 Pembahasan ..................................................................................................... 57

4.2.1 Dukungan Keluarga Pada Lansia di Panti Jompo Muhammadiyah. ...... 57

4.2.2 Kualitas Hidup Pada Lansia di Panti Jompo Muhammadiyah

Page 12: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

12

Kota Bandung. ........................................................................................ 61

4.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pada Lansia

Di Panti Jompo Muhammadiyah Kota Bandung ................................... 64

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 68

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 68

5.2 Saran ................................................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

13

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................ 35

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dukungan keluarga .............................. 54

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup ...................................... 55

Tabel 4.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup ..... 56

Page 14: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

14

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Konseptual ................................................................. 29

Bagan 2.2 Kerangka Penilitian .................................................................... 32

Page 15: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang

telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada

manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Menurut

undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1 ayat II yang “lanjut

usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas”

Berdasarkan data WHO dalam dua dekade tahun 2005 sampai 2025 proposi

jumlah penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih dalam populasi dunia

diperkirakan meningkat dari 800 juta penduduk menjadi 2 milyar penduduk

lansia atau mengalami lonjakan dari 10% menjadi 20%. Di Indonesia tahun

2016 jumlah lansia sebesar 22.6 juta jiwa, mengalami kenaikan pada tahun

2018 menjadi 24 juta jiwa, dan diperkirakan tahun 2020 Indonesia akan

memiliki lansia sebanyak 11.3% dari jumlah penduduk (Kemenkes RI, 2018).

Hasil proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010 - 2035, jumlah penduduk

lansia di Jawa Barat pada tahun 2018 sebanyak 4.16 juta jiwa atau sekitar

8,67% dari total penduduk Jawa Barat, jumlah tersebut terdiri dari sebanyak

2,02 jiwa (8.31%) lansia laki-laki dan sebanyak 2.14 juta jiwa (9.03%) lansia

perempuan. Sedangkan di Bandung Barat jumlah lansia tahun 2018 sebanyak

Page 16: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

16

767.625 jiwa atau sekitar 5.6 % dari penduduk Kota Bandung (Dinkes,

2018). Lanjut usia ini akan mengalami suatu proses yang disebut proses

penuaan.

Menurut Maryam, dkk (2013), pada usia lanjut dapat terjadi suatu

perubahan pada kondisi fisik, dimana kondisi fisik yang dapat terjadi

perubahan ataupun penurunan kondisi fisik seperti kulit keriput, gangguan

penglihatan, gangguan pendengaran, dan lain-lain. Jika hal tersebut terjadi

pada lansia dapat menurunkan kualitas hidup lansia karena beberapa hal

tersebut dapat mengakibatkan kondisi fisik yang semakin menurun. Jika

berlangsung lama diderita hal yang dapat terjadi pada kondisi psikologis

lansia dapat menurunkan kualitas hidup lansia tersebut, seperti ketakutan

yang terjadi karena semakin bertambah usia yang mendekati ajal, dijauhi

oleh keluarga yang tidak ingin mengurusnya, dan lain-lain.

Kemudian menurut Siti (2016), menyatakan bahwa usia lanjut juga

menunjukan adanya perubahan dalam hubungan sosial pada lansia baik

dengan keluarga ataupun orang disekitarnya seperti anggota keluarga yang

mulai tidak peduli dengan kondisi lansia tersebut, tidak ingin repot

mengurus lansia selain itu pula lingkungan turut menjadikan kualitas hidup

lansia baik atau tidak karena jika lingkungannya tidak dapat menerima

keberadaan lansia dapat menimbulkan rasa acuh dari orang lain terhadp

lansia, serta jika lingkungan sekitar yang berbahaya tidak dijauhkan dari

lansia dapat menyebabkan resiko yang berbahaya bagi lansia tersebut.

Page 17: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

17

Menurut WHO (2012) kualitas hidup adalah persepsi individu

terhadap posisi mereka dalam kehidupan dan konteks budaya serta sistem

nilai dimana mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan hidup

individu, harapan, standart, perhatian serta fokus hidupnya.

Kemudian dampak kualitas hidup lansia bila tak terpenuhi, terdapat

banyak permasalahan yang di alami lansia diantaranya seiring dengan

bertambahnya jumlah lansia, tidak berpendidikan, tidak memperoleh akses

kesehatan, tidak memiliki jaminan hari tua, tidak memiliki dukungan sosial

dari keluarga, teman dan lingkungan sekitar untuk merawat mereka. Banyak

lansia yang pada akhirnya harus mengalami berbagai masalah psikis

maupun fisik, pada kondisi fisik terserang bebagai penyakit kronis dan

kondisi psikis seperti stress, depresi, kesepian bahkan sampai nekat

melakukan upaya bunuh diri, hal ini menyebabkan perubahan pada kualitas

hidup lansia (Salamah, 2005 dalam Komariah, 2016).

Gabriel dan bowling dalam Netuveli Blane (2013) menjelaskan tentang

kualitas hidup seseorang dikatakan baik atau tidak nya didapat dari

kesehatan akan tetapi ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi antara

lain hubungan sosial yang baik dengan anak, keluarga, teman, dan tetangga,

faktor lingkungan sosial ditunjukan melalui hubungan yang baik dengan

tetangga, lingkungan yang menyenangkan, rumah yang nyaman, dan

pelayanan umum yang baik, kualitas hidup lansia dengan kriteria buruk

yaitu kondisi fisik menurun, hubungan sosial menurun, tingkat kemandirian

menurun, status gizi ikut menurun, perubahan psikologis, masalah sosial

Page 18: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

18

sering terjadi depresi dan rumit, hilangnya minat atau rasa senang, usia

lanjut sering menutupi kesepian serta rasa sedih.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 05 Mei 2019 pada

pihak staf Panti Jompo Muhammadyah Kota Bandung lanjut usia berjumlah

36. Berdasarkan data yang didapat dari pihak staf panti jompo jumlah lansia

yang berada didalam wisma berjumlah 6 orang dan 30 masing-masing

berada bersama keluarganya. 6 orang lansia tersebut dititipkan karena pihak

keluarga tidak mampu untuk mengurus karena faktor ekonomi, sehingga

keluarga terpaksa untuk menitipkan lansianya.

Dan 3 lansia diantaranya selain dirinya selalu ditinggal oleh anak-

anaknya, lansia mengalami stroke seperti ada kendala untuk masak, berobat

sehingga mengalami hambatan aktifitas fisik. Sehingga untuk melakukan

interaksi sosial dirinya merasa malu dengan keadaannya, bantuan dari

keluarganya sehari-hari mereka lakukan saat tidak bekerja saja. Kemudian 3

lansia lainnya mengatakan dirinya cemas akan kondisi fisiknya yang mulai

menurun sehingga melibatkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan

sehari-harinya, dan juga lansia mendapatkan hasil tentang kehidupannya

saat masa tua yang kurang berkualitas baik, rata-rata lansia mengungkapkan

keluhan mereka mengenai kurangnya perhatian dan kepedulian dari anggota

keluarganya. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya

kesibukan dari anggota keluarga, kemiskinan dan tingkat pendidikan yang

rendah anggota keluarga, keluarga tidak mau direpotkan dengan berbagai

permasalahan dan penyakit yang umumnya diderita oleh lansia. Hal tersebut

Page 19: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

19

menyebakan lansia merasa tidak dibutuhkan dan tidak di hargai lagi dalam

keluarganya. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “

Gambaran kualitas hidup pada lansia di panti jompo muhammadyah kota

bandung”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran kualitas hidup pada lansia di

Panti Jompo Muhammadyah Kota Bandung ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui adakah gambaran kualitas hidup pada lansia di

Panti Jompo Muhammadyah Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi fisik pada kualitas hidup lansia dipanti jompo

muhammadyah kota bandung.

2. Mengidentifikasi psikologis pada kualitas hidup lansia dipanti

jompo muhammadyah kota bandung.

3. Mengidentifikasi hubungan sosial pada kualitas hidup lansia

dipanti jompo muhammadyah kota bandung.

4. Mengidentifikasi Lingkungan pada kualitas hidup lansia dipanti

jompo muhammadyah kota bandung.

Page 20: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

20

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai gambaran

kualitas hidup lansia serta sebagai bahan informasi untuk upaya

peningkatan kualitas hidup yang penuh.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Tempat Penelitian

Memberikan informasi bagi keluarga tentang kualitas hidup pada

lansia sehingga lansia dapat memenuhi kualitas hidupnya.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Menjadi bahan pembelajaran dan sumbler referensi di pustakaan,

serta sebagai bahan acuan untuk mendukung mahasiswa dalam

melakukan penelitian.

3. Bagi Perawat

Penelitian ini berguna dalam memberikan masukan dan informasi

tentang keperawatan gerontik yang berkaitan dengan dukungan

kualitas hidup pada lansia.

4. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman tersendiri dalam penerapan ilmu yang

diperoleh selama menjadi mahasiswa keperawatan, sebagai bahan

dasar untuk peneliti selanjutnya sehingga penelitian bisa lebih baik

lagi.

Page 21: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

21

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Lanjut Usia

2.1.1 Definisi lanjut usia

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah

seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia

merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki

tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan

lansia ini akan menjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau

proses penuaan. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke

atas baik pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan

bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah

sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi

dirinya (Rosidawati, 2011).

Lansia merupakan proses menua dimana keadaan alamiah yang

ditandai dengan kemunduran atau penurunan fungsi fisik, psikologis,

dan social yang berkaitan satu dengan yang lain lupa, kemunduran

orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima

hal atau ide baru. Jadi lansia merupakan kesehatan secara umum

maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia, masalah kesehatan

jiwa yang biasanya timbul pada para lansia meliputi depresi,

demensia, dan kecemasan (Muhith A, 2015).

Page 22: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

22

Lanjut Usia (aging structural population) di Indonesia sendiri

sebagai negara berkembang memiliki penduduk berstruktur yaitu

memiliki jumlah penduduk dengan usia 60 tahun ke atas sekitar 8,90%

dari jumlah penduduk di Indonesia (Menkokestra,dalam sunartyasih &

Linda, 2013) usia lanjut membawa penurunan fisik yang lebih besar

dibandingkan periode-periode usia sebelumnya, kemudian dipertegas

oleh Farhand (dalam Listiana, dkk, 2013).

2.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia

Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari

pendapat berbagai ahli yang di kutip dari Nugroho (2008) :

1. Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1

ayat II yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai

usia 60 tahun keatas”

2. Menurut WHO:

a. Usia pertengahan : 45-59 tahun

b. Lanjut usia : 60 – 74 tahun

c. Lanjut usia tua : 75- 90 tahun

d. Usia sangat tua : diatas 90 tahun (Kushariyadi, 2010).

2.1.3 Perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Page 23: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

23

Menurut Mujahidullah (2012) dan Wallace (2007), beberapa

perubahan yang akan terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan

fisik,intlektual, dan keagamaan.

1. Perubahan fisik

a. Sel

Saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam

tubuh akan berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran

lebuh besar sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu

dan proposi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati

beekurang.

b. Sistem persyarafan

Keadaan system persyarafan pada lansia akan mengalami

perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada indra

pendengaran akan terjadi gangguan pendengaran seperti

hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga. Pada indra

penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan pada kornea,

hilangnya daya akomodasi dan menurunnya lapang pandang.

Pada indra peraba akan terjadi seperti respon terhadap nyeri

menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra pembau

akan terjadinya seperti menurunnya kekuatan otot pernafasan,

sehingga kemampuan membau juga berkurang.

c. Sistem gastrointestinal

Page 24: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

24

Pada lansia akan terjadi menurunya selara makan ,

seringnya terjadi konstipasi, menurunya produksi air liur

(Saliva) dan gerak peristaltik usus juga menurun.

d. Sistem genitourinaria

Pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan sehingga

aliran darah ke ginjal menurun.

e. Sistem musculoskeletal

Pada lansia tulang akan kehilangan cairan dan makin rapuh,

keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku dan tendon

mengerut.

f. Sistem Kardiovaskuler

Pada lansia jantung akan mengalami pompa darah yang

menurun, ukuran jantung secara kesuruhan menurun dengan

tidaknya penyakit klinis, denyut jantung menurun, katup jantung

pada lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi

lipid. Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia kerana

hilangnya distensibility arteri. Tekanan darah diastolic tetap

sama atau meningkat.

2. Perubahan intelektual

Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012),

akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada

kemampuan otak seperti perubahan Intelegenita Quantion (IQ)

yaitu fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan

Page 25: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

25

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecehan

masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang.

Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan

kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk

menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga

kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.

3. Perubahan keagamaan

Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya

lansia akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal

tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan

meninggalkan kehidupan dunia.

4. Perubahan Psikologis

Lansia akan mengalami perubahan psikologisnya seperti

depresi, pada lansia stres lingkungan sering menimbulkan depresi

dan kemampuan beradaptasi sudah menurun, kesepian, duka cita,

kecemasan, perasaan khawatir terhadap hidupnya, rasa takut

terhadap penyakit yang diderita, perasaan panik terhadap masalah

yang ringan (Menurut Maslow dalam Mujahidin, 2012).

5. perubahan sosial

Page 26: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

26

Perubahan sosial lansia meliputi keluarga, kesendirian dan

kehampaan, teman ketika lansia lainnya meninggal maka akan

muncul perasaan kapan akan meninggal.

2.2 Konsep Kualitas Hidup

2.2.1 Definisi Kualitas Hidup

Menurut World Health Organization Quality of Live

(WHOQOL) mengartikan kualitas hidup sebagai persepsi individu

terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan

sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harpan, standar, dan

perhatian. Kualitas Hidup merupakan suatu konsep yang sangat luas

yang dipengaruhi beberapa faktor yaitu: kondisi fisik individu,

psikologis, interaksi sosial dan lingkungan sehingga masing-masing

memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas

hidup pada lanjut usia (Amalia Yuliati dkk, 2014).

Kualitas hidup yaitu istilah deskriptif dan memiliki arti yang luas,

mengacu pada kesehatan emosional, sosial dan fisik individu, serta

kemampuan untuk dapat berfungsi dalam tugas kehidupan biasa.

Kualitas hidup terdiri dari subjektif seseorang mengenai sejauh mana

berbagai dimensi, sepertilingkungan, kondisi fisik, ikatan sosial dan

kondisi psikologis dirasakan memenuhi kebutuhannya. Kualitas hidup

merupakan konsep yang kompleks, yang terkait dengan kepuasan

individu terhadap seluruh aspek hidupnya mulai dari fisik hingga

sosial dan psikologi, banyak hal yang mempengaruhi kualitas hidup,

Page 27: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

27

termasuk lingkungan sosial, fisik, hubungan antar pribadi dan

kesehatan (Penney Upton,2012).

Kualitas Hidup (Vicky, 2012 dalam Davika Triana, 2017) ,

diartikan sebagai persepsi individu baik laki-laki atau wanita dalam

hidup di tinjau dari konteks budaya sistem nilai dimana mereka

tinggal, berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan

perhatian pada mereka. Kualitas hidup dalam hal ini merupakan suatu

konsep yang sangat luas yang di pengaruhi kondisi fisik individu,

psikologis, hubungan sosial serta lingkungan. Pertambahan usia lansia

dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, mental, serta

perubahan kondisi sosial yang dapat mengakibatkan pada peran-peran

sosialnya. Selain itu, dapat menurunkan derajat kesehatan, kehilangan

pekerjaan dan dianggap sebagai individu yang tidak mampu. Hal

tesebut akan mengakibatkan lansia secara perlahan menarik diri dari

hubungan dengan masyarakat atau lingukngan sekitar. Berdasarkan

pengertian tersebut maka kualitas hidup dapat diartikan dengan

kepuasan hidup yang dapat dilihat dari kondisi fisik, psikologis,

lingkungan dan kondisi soial yang dirasakan oleh individu tersebut.

Kemudian menurut Barcaccia (2013) mendefiniskan kualitas hidup

terkait kesehatan sebagai persepsi yang dimiliki individu mengenai

kondisi kesehatan fisik, emosi dan kesejahteraan sosial yang

Page 28: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

28

dipengaruhi oleh kondisi medis dan pengobatannya. Kualitas hidup

terkait kesehatan meliputi beberapa dimensi seperti status dan persepsi

kondisi medik atau kesehatan secara umum, status mental, psikologis,

status tidur, kemampuan untuk melakukan aktivitas keseharian dan

aktivitas sosial Pienimaki (2014).

World Health Organization (WHO, 2012) menyebutkan bahwa

kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam

kehidupan dan konteks budaya serta sistem nilai dimana mereka hidup

dan dalam hubungannya dengan tujuan hidup individu, harapan,

standart, perhatian serta fokus hidupnya. Berdasarkan pemaparan

definisi kualitas hidup menurut beberapa tokoh diatas, maka kualitas

hidup dapat didefinisikan sebagai pandangan individu terhadap

kondisi fisik maupun psikologisnya.

2.2.2 Domain Kualitas Hidup

Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL-

BREF) (Skevington, Lotfy & O’Connell, 2004) menyebutkan terdapat

empat dimensi mengenai kualitas hidup, diantaranya sebagai berikut:

1. Dimensi kesehatan fisik

Kesehatan fisik yang dapat mempengaruhi kapasitas individu

untuk melakukan aktifitas-aktifitas, ketergantungan pada obat-

obatan ataupun bantuan medis, kelelahan, keterbatasan dalam

Page 29: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

29

energi, mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, kualitas

tidur/istrirahat, kapasitas kerja.

2. Dimensi kesejahteraan psikologis

Dimensi ini berkaitan dengan kondisi mental individu. Kondisi

mental memiliki pengaruh terhadap kemampuan individu untuk

beradaptasi terhadap berbagai tuntutan baik dari dalam maupun

luar diri individu, Individu yang sehat mental akan memiliki body

image, perasaan positif, harga diri, spritualitas, keyakinan diri dan

kemampuan kognitif yang positif (berpikir, ingatan, belajar,

konsentrasi).

3. Dimensi Hubungan Sosial

Dalam melakukan hubungan atau relasi dengan orang lain,

masing-masing individu akan saling mempengaruhi, mengubah

atau memperbaiki perilaku dan pola pkirnya. Dimensi ini meliputi

aktifitas bersama dan aktifitas seksual.

4. Dimensi Lingkungan

Dimensi ini menyangkut kondisi tempat tinggal individu, yang

meliputi keadaan didalamnya, ketersediaan dan prasarana tempat

tinggal untuk menunjang aktifitas kehidupan individu, sumber

finansial, ketersediaan perawatan kesehatan, kesempatan mendapat

informasi baru, rekreasi, kondisi lingkungan tempat tinggal seperti

iklim, polusi, kebisingan.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Page 30: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

30

Menurut Yuliaw (2009) dalam Agustiawan dan Siregar (2013)

kualitas hidup di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Usia

Usia menentukan kerentanan individu terhadap penyakit. Pada

umumnya kualitas hidup cenderung menurun dengan meningkatnya

umur. (Siregar, 2013). Menurut Harlock, (1998), usia dibagi

menjadi 3 yaitu:

a. Masa dewasa awal yaitu 18-40 tahun

Masa dewasa awal secara biologis merupakan masa puncak

pertumbuhan fisik yang prima dan usia tersebut dari populasi

manusia secara keseluruhan. Pada masa dewasa awal ini

perkembangan fisik mengalami degradasi sedikit demi seikit

mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Sedangkan secara

segi emosional, dewasa awal adalah masa dimana motivasi

untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung kekuatan fisik

yang prima.

b. Masa dewasa madya, yaitu 40-60 tahun

Masa usia dewasa madya diartikan sebagai suatu masa

menurunnya keterampilan fisik dan pikologis. Pada tahap

dewasa madya aspek fisik seseorang mulai melemah, terasuk

fungsi alat indra (terutama indera pendengaran dan penglihatan)

Page 31: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

31

serta mengalami penyakit tertentu yang sebelumnya belum

pernah dialami. Akibat perubahan fisik yang semakin melemah,

akan berpengaruh terhadap peran dan fungsinya di masyarakat

menyebabkan menurunnya interaksi. Secara kognitif usia

dewasa madya mengalami penurunan kemampuan mengingat,

berfikir, dan mekanisme yang memerlukan kecepatan dan

keakuratan.

c. Masa dewasa lanjut yaitu 60 tahun ke atas 38

Pada tahap ini ditandai dengan semakin melemahnya

kemampuan fisik dan psikis seseorang (meliputi pendengaran,

penglihatan, daya ingat, pola pikir serta interaksi sosial). Selain

itu, pada tahap ini terjadi penurunan pertumbuhan dan

reproduksi sel menyebabkan terjadi banyak kegagalan

pergantian sel yang rusak sehingga menyebabkan proses

penyembuhan terhadap suatu penyakit akan berjalan lebih lama.

Secara kognitif, kecepatan memperoleh informasi mengalami

penurunan serta ketidakmampuan mengeluarkan kembali

informasi yang telah disimpan dalam ingatannya

2. Jenis kelamin

Satvik et al (2008) dalam Nurchayati, Sofia (2010) menyatakan

bahwa secara nyata perempuan memiliki kualitas hidup yang lebih

rendah dibandingkan dengan laki-laki, sedangkan Bakewell et al

dalam Farida (2010) mengungkapkan perempuan mudah

Page 32: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

32

dipengaruhi oleh depresi karena berbagai alasan yang terjadi dalam

kehidupannya, seperti mengalami sakit yang mengarah pada

kekurangan kesempatan dalam semua aspek kehidupannya.

3. Pendidikan

Pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan

yang lebih luas juga memungkinkan dapat mengontrol dirinya

dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Selain itu, pengetahuan

atau kognitif merupakan 39 domain yang penting untuk

terbentuknya tindakan, prilaku yang didasari pengetahuan akan

lebih langgeng dari pada yang tidak didasari pengetahuan

(Notoadmojo, 2005). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka ia akan cenderung berprilaku poitif karena pendidikan yang

diperoleh dapat meletakkan dasardasar pengertian dalam diri

seseorang.

4. Pekerjaan

Berbagai jenis pekerjaan akan berpengaruh pada frekuensi dan

distribusi penyakit. Hal ini disebabkan sebagian hidup digunakan

untuk bekerja dengan berbagai urusan lingkungan yang berbeda

(Budiarto dan Anggraini, 2002)..

5. Ekonomi

Sekarang yang mempunyai status sosial yang berkecukupan

akan mampu menyediakan fasilitas yang ddiperlukan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, individu yang status

Page 33: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

33

sosial ekonominya rendah akan mengalami kesulitan didalam

memenuhi kebutuhan hidupnya (Sunaryo, 2004).

6. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga dapat mempengaruhi kepuasan seseorang

dalam menjalani kehidupan sehari-hari termasuk kepuasan terhadap

status kesehatannya. Memberikan perawatan kesehatan kepada

keluarga merupakan hal yang paling dalam membantu mencapai

suatu keadaan sehat hingga tingkat yang optimum. (Moran, dkk

1997 dalam Nurchayati, Sofia 2010)

2.2.4 Aspek-Aspek Kualitas Hidup

Menurut WHO (1996) terdapat empat aspek mengenai kualitas

hidup, diantaranya sebagai berikut:

1. Kesehatan fisik, diantaranya Aktivitas sehari-hari, ketergantungan

pada zat obat dan alat bantu medis, energi dan kelelahan, mobilitas,

rasa sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, kapasitas kerja.

2. Kesejahteraan psikologi, diantaranya image tubuh dan penampilan,

perasaan negative, perasaan positif, harga diri,

spiritualitas/agama/keyakinan pribadi, berpikir , belajar , memori

dan konsentrasi.

3. Hubungan sosial, diantaranya hubungan pribadi, dukungan sosial,

aktivitas seksual.

4. Hubungan dengan lingkungan, diantaranya sumber keuangan,

kebebasan, keamanan fisik dan keamanan Kesehatan dan

Page 34: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

34

perawatan sosial : aksesibilitas dan kualitas, lingkungan rumah,

Peluang untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru,

partisipasi dalam dan peluang untuk kegiatan rekreasi / olahraga,

lingkungan fisik (polusi / suara / lalu lintas / iklim), mengangkut.

Sedangkan menurut WHOQOL-BREF (dalam rapley, 2003)

terdapat empat aspek mengenai kualitas hidup, diantaranya sebagai

berikut (Nimas, 2012) :

1. Kesehatan fisik, mencakup aktivitas sehari-hari, ketergantungan

pada obat-obatan, energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan

ketidaknyamanan, tidur/istirahat, kapasitas kerja

2. Kesejahteraan psikologis, mencakup bodily image appearance,

perasaan negatif, perasaan positif, spiritual/agama/keyakinan

pribadi, berpikir, belajar, memori dan konsentrasi.

3. Hubungan sosial, mencakup relasi personal, dukungan sosial,

aktivitas seksual

4. Hubungan dengan lingkungan mencakup sumber finansial,

kebebasan, keamanan dan keselamatan fisik, perawatan

kesehatan dan sosial termasuk aksesbilitas dan kualitas,

lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai

informasi baru maupun keterampilan, partisispasi dan mendapat

kesempatan untuk melakukan rekreasi dan kegiatan yang

menyenangkan di waktu luang, lingkungan fisik termasuk

polusi/kebisingan/lalu lintas/iklim serta transportasi.

Page 35: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

35

2.2.5 Pengukuran Kualitas Hidup

Alat ukur kualitas hidup yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan alat ukur yang disusun oleh WHO yaitu WHOQOL-

BREF. Alat ukur ini adalah hasil 10 tahun penelitian pada kualitas

hidup dan pelayanan kesehatan. Sebelumnya, alat ukur kualitas

hidup ini terdiri dari 100 item yang disebut WHOQOL 100, alat ukur

ini merupakan person-centered, instrumen yang multilingual untuk

asesmen subjektif dan di desain untuk penggunan umum sebagai

profol multidimensional.

Sebagai tambahan, WHOQOL-BREF dapat mengeneralisasikan

sebuah profil dari empat skor domain ke dalam item yang berjumlah

relatif sedikit, sebanyak 26 item, yang terdiri dari domain physical

(7item), domain psychological (6 item), domain sosial relations

(3item), dan domain enviroument (8 item), serta 2 item yang

merupakan gambaran kualitas hidup secara umum, namun 2 item ini

tidak termauk dalam perhitungan. WHOQOL-BREF memerlukan

waktu yang cukup singkat untuk mengerjakannya sehingga cocok

bagi responden yang tidak memiliki waktu banyak atau ketika aspek

yang mendetail tidak terlalu diperlukan.

Alat ukur ini merupakan alat ukur yang reliabel dengan ɑ =

0,66-0,87 dan valid dengan r= 0,89-0,95. pada mulainya, alat ukur

WHOQOL-BREF ini menggunakan bahasa inggris, kemudian

diadaptasi ke dalam beberapa bahasa, salah satunya dalam bahasa

Page 36: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

36

Indonesia oleh Sarasvita dan Joewana dalam penelitiannya untuk

pengguna drug. Sayangnya, alat ukur ini belum memiliki uji

psikometri (Wardhani, 2006). Oleh karena itu Wardhani (2006)

melakukan uji validitas dan reabilitas pada akat ukur WHOQOL-

BREF edisi bahasa Indonesia. Pengujian validitas alat ukur

dilakukan oleh Wardhani (2006) menunjukan alat ukur WHOQOL-

BREF edisi bahasa Indonesia valid dengan r= 0,409-0,850.

Wardhani (2006) melakukan uji validitas dengan menggunakan uji

validitas item dengan cara mengukur korelasi skor antar item dengan

setiap validitas item dengan cara mengukur korelasi skor antar item

dengan setiap domain yang terdapat pada WHOQOL-BREF. Selain

itu, alat ukur WHOQOL-BREF juga merupakan alat ukur yang

reliabel mengukur kualitas hidup dengan ɑ= 0,8756, diukur dengan

menggunakan coefficient Cronbach-Alpha. Dengan kata lain, alat

ukur WHOQOL-BREF edisi bahasa Indonesia merupakan alat ukur

yang valid dan reliabel mengukur kualitas hidup.

Alat ukur WHOQOL-BREF hanya memberikan satu jenis skor

untuk masing-masing domain. Jadi ada 4 buah skor yang masing-

masing mengambarkan setiap domainnya. Menurut Skevington (

2008) alat ukur WHOQOL-BREF tidak memberikan skor

menyeluruh atau skor total dari keseluruhan domain, melainkan

hanya ada skor tiap domain. Setelah mengubah item 3 item yang

unfavorable, kemudian skor per domain dihitung dan

Page 37: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

37

ditransformasikan kedalam skala 4-20 menggunakan Satistical

Pancage for Social Shience (SPPS). Setelah itu, skor per dominan

transformasikan ke dalam skala 0-100 menggunakan rumus yang

telah ditentukan oleh WHO, sehingga nilai skor dari alat ukur ini

dapat dibandingkan dengan nilai skor pada alat ukur WHOQOL-100

( WHO groups, 2008 ). Berikut adalah rumus di transformasikan

skor ke dalam skala 0-100 :

2.2.6 Dampak Kualitas hidup lansia bila tak terpenuhi

Seiring dengan bertambahnya jumlah lansia, terdapat banyak

permasalahan yang di alami lansia diantaranya tidak berpendidikan, tidak

memperoleh akses kesehatan, tidak memiliki jaminan hari tua, tidak

memiliki dukungan sosial dari keluarga, teman dan lingkungan sekitar untuk

merawat mereka. Banyak lansia yang pada akhirnya harus mengalami

berbagai masalah psikis maupun fisik, pada kondisi fisik terserang bebagai

penyakit kronis dan kondisi psikis seperti stress, depresi, kesepian bahkan

sampai nekat melakukan upaya bunuh diri, hal ini menyebabkan perubahan

pada kualitas hidup lansia (Salamah, 2005 dalam Lilis Komariah, 2016).

Selain itu dapat menurunkan derajat kesehatan, kehilangan pekerjaan dan

TRANSFORMED SCORE = ( score – 4 ) x ( 100 / 6 )

Page 38: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

38

dianggap sebagai individu yang tidak mampu, hal ini yang akan

mengakibatkan lansia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan

masyarakat sekitar sehingga interaksi sosial menurun, lansia menyendiri dan

mengalami kesepian, stress,depresi, maka hal ini dapat mempengaruhi

kualitas hidup lansia (Andreas, 2012)

2.2.7 Ciri-ciri kualitas kualitas hidup lansia

Gabriel dan bowling dalam Netuveli Blane (2013) menjelaskan

tentang kualitas hidup seseorang dikatakan baik tidak hanya didapat dari

kesehatan akan tetapi ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi antara

lain hubungan sosial yang baik dengan anak, keluarga, teman, dan tetangga,

faktor lingkungan sosial ditunjukan melalui hubungan yang baik dengan

tetangga, lingkungan yang menyenangkan, rumah yang nyaman, dan

pelayanan umum yang baik;faktor psikolog seperti selalu optimisdan sikap

positif, berpikir kearah masa depan, penerimaan dan strategi koping yang

lain; aktif dalam kegiatan sosial; kondisi keungan yang aman; dan tidak

tergantung pada orang lain.

Kualitas hidup lansiaa dengan kriteria buruk yaitu kondisi fisik

menurun, hubungan sosial menurun, tingkat kemandirian menurun, status

gizi ikut menurun, perubahan psikologis, masalah sosial sering terjadi

depresi dan rumit, hilangnya minat atau rasa senang, usia lanjut sering

menutupi kesepian sertaa rasa sedih, insomnia, rasa lelah atau hilangnya

energi, rasa bersalah atau tidak berharga, sulit berkonsentrasi dan pikiran

berulang tentang kematian atau gagasan bunuh diri (Soekanto dkk, 2009).

Page 39: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

39

Kerangka Konsep

Bagan 2.1

Kerangka teori

LANSIA Perubahan pada lansia

1. Fisik

2. Intelektual

3. Keagamaan

4. Psikologis

5. Sosial

Kualitas Hidup

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas

hidup :

1. Usia

2. jenis kelamin

3. pendidikan

4. pekerjaan

5. ekonomi

6. dukungan keluarga

Page 40: GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI JOMPO

40

Sumber : Mujahidullah (2012) dan Wallace (2007), Yuliaw (2009) dalam

Agustiawan dan Siregar (2013).