105
Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak-anak Jalanan Kawasan Jalan Malioboro di Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Diajukan oleh : Yohanes Darmawan 998114095 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak-anak … · 2015. 11. 23. · pengetahuan akan obat yang dikonsumsi .. 56 8. Pengaruh lingkungan dan teman sesama anak-anak

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak-anak Jalanan Kawasan Jalan Malioboro di Daerah

Istimewa Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh :

Yohanes Darmawan

998114095

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak-anak Jalanan Kawasan Jalan Malioboro di Daerah Istimewa

Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007

Yang diajukan oleh:

Yohanes Darmawan

NIM : 998114095

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Yosef Wijoyo, M. Si., Apt

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kupersembahkan karya kecil & sederhana ini kepada:

Bapa di surga, juga Tuhan Yesus dan Bunda Maria

Ibuku, Bapakku, kakakku, cintaku, dan

Sahabat – sahabat yang selalu setia dalam proses hidupku

Terimakasih, sudah mengajari aku cinta, karena Engkau datang ke dunia untuk mencintai manusia Terimakasih, sudah mengajariku untuk rendah hati, karena Engkau datang ke dunia untuk melayani Terimakasih sudah mengajariku untuk memaafkan, karena Engkau sendiri tidak pernah menghitung dosaku Terimakasih sudah mengajariku untuk setia, karena Engkau sendiri tidak pernah meninggalkanku Jejak kaki memang hanya sepasang di atas pasir karena saat itu aku berada dalam gendongan-Mu Selalu sedih melihat air mataku Selalu hadir menyapa Walau aku meninggalkan dan memusuhi Menyediakan bahu untuk bersandar, ketika aku lelah menghadapi dunia ini Terimakasih karena telah sudi menjadi sahabatku

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Oktober 2007

Penulis,

Yohanes Darmawan

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Yohanes Darmawan

Nomor Mahasiswa : 998114095

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil pad Anak-anak Jalanan Kawasan Jalan Malioboto adi Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 15 Februari 2008

Yang menyatakan,

Yohanes Darmawan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran penyalahgunaan obat triheksifenidil pada komunitas anak-anak jalanan di wilayah Malioboro yang terpusat di depan Benteng Vredenburg. Metode penelitian ini menggunakan metode accidental sampling mengingat keterbatasan jumlah anak-anak jalanan yang dapat bekerja sama terbatas jumlahnya.

Pengisian kuisioner dilakukan oleh 50 responden dari 120 anak-anak jalanan yang masih aktif menyalahgunakan triheksifenidil dan setiap hari “eksis” atau berada di wilayah tersebut. Sebanyak 33 responden (66%) adalah laki-laki dan 17 responden (34%) perempuan dimana 46% dari 50 responden adalah remaja (13-18 tahun) dengan usia termuda 8 tahun. Triheksifenidil diperoleh dengan harga Rp 10.000,00 – Rp 15.000,00 per butir dari hasil mengamen (70 %). 70% dari responden mengkonsumsi triheksifenidil tersebut bersama dengan teman (biasanya bersama alkohol), hal tersebut dapat menandakan betapa kuatnya pengaruh sosial akan perilaku responden. Efek dari triheksifenidil yang responden harapkan adalah fly (40%), dan tenang (34%). Selain triheksifenidil, sebanyak 22 responden menyalahgunakan obat lain seperti haloperidol, dextroamfetamin, lexotan, dan sebagainya.

Triheksifenidil merupakan jenis obat keras yang dapat menimbulkan ketergantungan secara psikis tetapi triheksifenidil tidak masuk kedalam psikotropika tetapi merupakan obat keras yang sering disalahgunakan. Tanpa pengetahuan yang cukup, formal maupun informal, tindakan penyalahgunaan obat akan terus terjadi. Meski jumlah anak-anak jalanan di Yogyakarta yang menyalahgunakan obat-obatan masih relatif sedikit, namun komunitas ini perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya dan dapat memperbesar jumlah penyalahguna obat-obatan yang telah ada.

Kata kunci : triheksifenidil, anak-anak jalanan, penyalahgunaan obat.

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

The objective of this research is to find out the description of the drugs abused among on the street children community. in Malioboro, especially in front of Vredenburg Fort.

There are 50 respondents from 150 street children of Vredeburg Fort which still active using trihexyfenidyl. The method used in this research is accidental sampling since there are only a few street children who can cooperate. According the questionnaire given, the results are 33 respondents (66 %) are male and 17 respondents (34 %) are female in which 46 % from 50 respondents are teenagers (13-18 years old) with 8 years old children as the youngest respondent. From the questionnaire, it is known that 70 % of the respondent buy trihexyphenidyl Rp. 10.000 up to Rp. 15.000 / tablet. The result of lack of knowledge and information about trihexyphenidyl leads the user to consume it frequently without knowing its side effect. Around 70 % of the respondents consume trihexyphenidyl altogether with their friends when they drink alcohol which shows the strong influence of friends and environment in case of drugs abused. There are several trihexyphenidyl effects expected by the user: “fly” / feel free (40 %) and calm (34 %). Beside trihexyphenidyl , 22 respondents abused other type of drugs such as haloperidol , dextroamfetamin, lexotan, and etc. Lack of knowledge, either formal or informal will raise the abused of psikotropic. Although only a few of street children who abused drugs, however, the attention given to this community is needed. Since, it will affect not only the surround community but also increase the number of drugs abused. Key words :trihexyphenidyl, street children community of Vredeburg Fort , drugs-abused.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang setia

menuntun dan menemani sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang

berjudul “Gambaran Penyalahgunaan Obat Triheksifenidil Pada Anak-anak Jalanan

Kawasan Jalan Malioboro di Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan Mei – Juni 2007”

disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan menulis. Oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Tersusunnya skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada:

1. Orang tuaku, perpanjangan tangan Tuhan, yang tak henti-hentinya berdoa dan selalu

memberikan semangat juga kasih sayang sehingga penulis mampu menyelesaikan

babak-babak dalam kehidupan penulis.

2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta dan sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak

masukkan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Yosef Wijoyo, M. Si., Apt., selaku dosen pembimbing utama yang telah sabar

dan mau menyediakan waktu dan tenaga untuk berdiskusi serta memberi saran dan

masukan dalam penyusunan skripsi ini.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Bapak Drs. Sulasmono, Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan

masukan dalam skripsi ini.

5. Bapak Ir. Aris Dwiatmaka, M.Sc., yang telah banyak membantu dalam metodologi

penelitian.

6. Esti, yang selalu mendukung tanpa ragu-ragu dan telah mengajarkan artinya cinta,

pengorbanan, dan kehidupan.

7. Teman-teman dan sahabat anak-anak jalanan di kawasan Jalan Malioboro bagian

Selatan yang mau meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner yang penulis ajukan.

8. Semua kakakku, Theresia, Joko, Tri, dan Iin, yang tak putus-putusnya berdoa dan

mendukung penulis dalam perjuangan hidup.

9. Ibu Kartini, sebagai ibu yang sabar dan selalu percaya pada penulis.

10. Samsul, Budi, Cecep, Ega, Rolex, dan Gus Dur, yang mau berjuang untuk membantu

penulis dalam penyebaran kuisioner dan pengambilan data.

11. Sahabat dan teman seperjuangan, adik-adik angkatan Fakultas Farmasi, terima kasih

atas energi yang diberikan selama ini.

12. Heri, Gendut, Kobo, Nowo, Rio yang walaupun enggan tetap mau membantu penulis.

13. Anak-anak kost “Uh…Ah…”, Dwi, Eri, dan Danang yang selalu membukakan pintu

depan bila penulis datang larut malam.

14. Si-Mbok dan Pak’e yang selalu memberikan semangat.

15. Teman-teman “Kopi Joss” Tugu yang menjadi sahabat dan hampir setiap malam

berproses bersama penulis.

16. Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hanya Tuhan Yesus yang dapat membalas segala kebaikan kalian atas semua

yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, Oktober 2007

Penulis

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v

INTISARI ……………………………………………………………………. vi

ABSTRACT …………………………………………………………………… vii

PRAKATA ………………………………………………………………….. viii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… xi

DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xvii

BAB I. PENGANTAR ……………………………………………………… 1

A. PERMASALAHAN ………………………………………………… 4

B. TUJUAN PENELITIAN ……………………………………………. 4

C. MANFAAT PENELITIAN ………………………………………….. 4

1. Manfaat Teoritis …………………………………………………. 4

2. Manfaat Praktis ………………………………………………… 5

D. KEASLIAN PENELITIAN ………………………………………… 5

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ……………………………………… 6

A. Perilaku Masyarakat ………………………………………………… 6

1. Teori Aksi Max Weber …………………………………………. 6

2. Teori Adopsi Inovasi Rogers …………………………………… 8

3. Teori Perilaku Lawrence Green ……………………………….. 10

B. Anak-anak Jalanan ………………………………………………….. 12

C. Saraf ………………………………………………………………… 14

1. Jalannya rangsang pada sel saraf ……………………………….. 15

2. Sistem saraf menurut fungsi ……………………………………. 16

D. Psikotropika ………………………………………………………… 18

1. Definisi psikotropika …………………………………………….. 18

2. Penggolongan psikotropika berdasarkan UU RI nomor 5 tahun

1997 tentang psikotropika ……………………………………… 19

3. Penggolongan psikotropika menurut kegunaan ………………… 20

E. Antikolinergik ……………………………………………………… 25

1. Definisi ………………………………………………………….. 25

2. Farmakodinamik ………………………………………………… 25

3. Farmakokinetik ………………………………………………… 26

4. Efek terapi ……………………………………………………… 26

5. Efek samping …………………………………………………… 27

F. Perilaku Penyalahgunaan Obat-obatan ……………………………… 28

G. Penyalahgunaan Psikotropika ……………………………………… 31

1. Definisi penyalahgunaan psikotropika …………………………. 31

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan psikotropika …………. 31

3. Dampak dari penyalahgunaan psikotropika ……………………... 31

H. Keterangan Empiris ………………………………………………… 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………………… 33

A. Jenis dan Rancangan ………………………………………………… 33

B. Batasan Operasional ………………………………………………… 33

C. Subyek dan Tempat …………………………………………………. 34

D. Teknik Sampling ……………………………………………………. 34

E. Instrumen Penelitian ………………………………………………… 35

F. Tata Cara Penelitian ………………………………………………… 35

1. Analisis situasi …………………………………………………… 35

2. Wawancara ………………………………………………………. 35

3. Membuat kuisioner yang dibutuhkan ……………………………. 36

4. Menentukan besar sampel ………………………………………. 36

G. Cara pengambilan sampel ……………………………………………. 38

H. Pengumpulan dan analisis data ……………………………………… 38

I. Pengambilan kesimpulan …………………………………………… 39

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………. 40

A. Gambaran Umum Pengambilan Data ……………………………….. 40

1. Perhitungan jumlah sampel ……………………………………… 40

2. Pelaksanaan pengambilan data ………………………………….. 41

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Karakteristik Responden ……………………………………………. 42

1. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin …………………… 42

2. Jumlah responden berdasar usia dan pendidikan terakhir

dari responden …………………………………………………… 43

C. Gambaran Penyalagunaan Triheksifenidil pada Responden ……….. 46

1. Frekuensi penyalahgunaan triheksifenidil ……………………… 46

2. Frekuensi pengkonsumsian triheksifenidil dalam sehari ………… 47

3. jumlah maksimal Triheksifenidil yang dikonsumsi dalam sekali

minum ………………………………………………………….. 48

4. Asal dan harga Triheksifenidil yang diperoleh responden ……… 50

5. Sumber dana anak-anak jalanan untuk membeli Triheksifenidil … 53

6. Alasan dan tujuan responden menyalahgunakan triheksifenidil … 55

7. Pengetahuan responden akan efek yang ditimbulkan dan sumber

pengetahuan akan obat yang dikonsumsi ……………………….. 56

8. Pengaruh lingkungan dan teman sesama anak-anak jalanan

pada penyalahgunaan triheksifenidil …………………………… 59

9. Over dosis Triheksifenidil pada responden ……………………… 60

10. Penyalahgunaan obat yang lain selain triheksifenidil …………… 61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………. 64

A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 64

B. Saran …………………………………………………………………. 66

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 67

LAMPIRAN ………………………………………………………………… 70

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Daftar Tabel

Hal

Tabel 1. Tabel Fungsi Saraf Otonom………………………………………… 17

Tabel 2. Penggolongan Obat Psikotropika ………………………................. 22

Tabel 3. Obat Antikolinergik Sentral………………………………………… 28

Tabel 4. Jumlah responden di depan Benteng Vredenburg berdasarkan jenis

kelamin pada bulan Mei-Juni 2007 ……………………………….. 43

Tabel 5. Frekuensi penyalahgunaan triheksifenidil pada responden di depan

Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 ………………….. 47

Tabel 6. Banyaknya triheksifenidil sekali minum pada responden di depan

Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 ………………….. 49

Tabel 7. Tabel harga tiap butir triheksifenidil pada bulan Mei-Juni 2007 di

depan Benteng Vredenburg ……………………………………….. 51

Tabel 8. Tabel sumber dana responden di depan Benteng Vredenburg untuk

membeli Triheksifenidil pada bulan Mei-Juni 2007 ………………………… 53

Tabel 9. Pengetahuan responden di depan Benteng Vredenburg akan efek

triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 ……………………………....... 57

Tabel 10.Pengetahuan responden di depan Benteng Vredenburg akan efek

samping yang ditimbulkan pada bulan Mei-Juni 2007 …………… 57

Tabel 11.Narasumber pengetahuan responden di depan Benteng Vredenburg

akan triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 …………………………. 58

Tabel 12.Konsumsi obat lain selain triheksifenidil pada responden di depan

Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 ………………….. 62

Tabel 13.Nama-nama obat yang pernah digunakan oleh responden di depan

Benteng Vredenburg selain triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007…… 63

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Daftar Gambar Hal

Gambar 1. Teori Aksi Weber dan Teori Aksi Parsons ………………………. 7

Gambar 2. Proses adopsi inovasi Rogers …………………………………….. 8

Gambar 3. Struktur kimia triheksifenidil …………………………………….. 25

Gambar 4. Jumlah responden di depan Benteng Vredenburg bedasarkan usia

pada bulan Mei-Juni 2007 ……………………………………….. 45

Gambar 5. Tingkat pendidikan responden di depan Benteng Vredenburg pada

bulan Mei-Juni 2007 …………………………………………….. 45

Gambar 6. Frekuensi pengkonsumsian triheksifenidil pada responden di depan

Benteng Vredenburg dalam satu hari pada bulan Mei-Juni 2007… 48

Gambar 7. Sumber dana untuk mendapatkan triheksifenidil pada responden di

depan Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007 …………. 50

Gambar 8. Alasan dan tujuan responden di depan Benteng Vredenburg dalam

penyalahgunaan triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 ………….... 56

Gambar 9. Pengaruh lingkungan pada responden di depan Benteng Vredenburg

akan perilaku penyalahgunaan triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007 60

gambar 10. Banyaknya responden di depan Benteng Vredenburg yang pernah

over dosis triheksifenidil pada bulan Mei-Juni 2007 ……………. 61

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA)

Yogyakarta .............................................................................. 71

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Dinas Perijinan Pemerintah Kota

Yogyakarta .............................................................................. 72

Lampiran 3. Kuisioner Penelitian ................................................................. 73

Lampiran 4. Pengolahan Data ...................................................................... 75

Lampiran 5. Wawancara Dengan Anak-anak Jalanan ................................ 79

Lampiran 6. Riwayat Hidup Penulis ........................................................... 84

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENGANTAR

Masalah penyalahgunaan obat keras, narkotika, psikotropika, dan zat

adiktif lainnya atau yang lebih dikenal sebagai Napza telah mencapai tingkat yang

mengkhawatirkan. Beberapa tahun silam Napza masih dikonsumsi oleh kalangan

tertentu saja, tetapi sekarang telah mulai dikonsumsi baik kalangan atas seperti

artis, pejabat, maupun orang-orang ditingkat ekonomi rendah.

Maraknya peredaran dan penyalahgunaan obat-obat keras, narkotika,

psikotropika, maupun zat adiktif lainnya telah menjadi masalah yang serius dan

menjadi masalah nasional yang perlu ditangani secara khusus oleh pemerintah,

baik di pemerintah pusat maupun di daerah terutama pada penyalahgunaan obat-

obat keras selain psikotropika yang dapat mempengaruhi sistem saraf sehingga

dapat mengubah perilaku dan menyebabkan ketergantungan. Obat-obat keras yang

menyebabkan ketergantungan tersebut harganya relatif lebih murah daripada

narkotika atau psikotropika, tetapi mempunyai efek yang mirip dengan

psikotropika (Anonim, 2007a).

Hal penyalahgunaan obat-obatan ini tidak lagi terbatas pada golongan

tertentu melainkan telah masuk kemasyarakat dari semua kalangan dengan

berbagai tingkat usia maupun tingkat sosial ekonomi. Masalah ini telah merambah

masuk ke daerah-daerah dan tak terkecuali Daerah Istimewa Yogyakarta yang

mendapat predikat kota pelajar dan kota pariwisata. Dari berbagai kalangan yang

ada di Yogyakarta, yang sangat potensial terlibat dalam penyalahgunaan obat-

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

obatan adalah kalangan remaja dimana masa remaja yang identik dengan serba

ingin tahu, ingin mengekplorasi diri, ingin bebas, pencarian jati diri, keinginan

untuk mencoba hal-hal yang baru, dan sebagainya (Atmaja, 2007).

Tidak terkecuali anak-anak jalanan yang hidup di pinggir-pinggir kota

Yogyakarta, sebuah “sisi gelap” yang mungkin kita tidak sadari, anak-anak

jalanan yang hidup di jalanan kota Yogyakarta mempunyai usia rata-rata remaja.

Sebuah sisi yang terkadang, atau bahkan sering lepas dari pengamatan kita

bahwa anak-anak jalanan yang rata-rata berusia remaja (12 – 22 tahun) adalah

masyarakat yang paling rentan akan maraknya praktek penyalahgunaan obat-

obatan, karena justru tanpa pengawasan yang terpadu akan membentuk sebuah

kebebasan yang tak terkendali (Permadi, 1997).

Anak-anak jalanan remaja yang sebagian besar waktunya terjun dan hidup

di jalanan, merupakan sebuah fenomena hidup kita sehari-hari yang hampir atau

bahkan tidak pernah kita pikirkan keberadaannya, kemungkinan terbesarnya

menjadi sangat rentan terhadap masalah penyalahgunaan obat-obatan baik obat-

obat yang dijual bebas, obat-obat keras, maupun Napza yang mudah diperoleh

dari transaksi gelap (Atmadja, 2007).

Meningkatnya jumlah anak-anak yang hidup di jalan dapat dikatakan

seiring dengan meningkatnya pembangunan beberapa sektor di kota Yogyakarta.

Masalah meningkatnya jumlah anak-anak jalanan di kota Yogyakarta ini juga

sejalan dengan bertambah kompleksnya masalah dari kota Yogyakarta itu sendiri,

salah satu masalah yang timbul adalah masalah penyalahgunaan obat-obat keras

pada anak-anak jalanan (Anonim, 2007a).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

Apabila kita cermati, penyalahgunaan obat diluar tujuan medis tanpa

adanya pengawasan dokter terjadi berulang kali secara teratur dan dalam jumlah

berlebihan sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan, pendidikan,

maupun dalam kehidupan sosial. Penyalahgunaan obat amat sangat berbeda

dengan penggunaan obat dalam penggunaan medis, karena dalam penggunaan

medis terdapat petunjuk yang jelas mengapa obat tersebut digunakan untuk

mengobati penyakit (Joewana, 2000).

Penyalahgunaan obat-obatan, baik obat-obat keras maupun jenis

psikotropika pada anak-anak jalanan terutama pada anak-anak jalanan di kota

Yogyakarta yang terpusat di Benteng Vredenburg di jalan Malioboro mempunyai

tujuan yang bervariasi, antara lain dengan tujuan ingin mencoba, ingin diakui di

dalam kelompoknya, mencari kesenangan dan hiburan, untuk melepaskan diri dari

permasalahan yang berat, hingga pada akhirnya sampai pada taraf intensif atau

teratur dimana seseorang telah tergantung pada obat-obatan secara fisik dan

mental. Obat-obatan yang banyak dan sering dikonsumsi anak-anak jalanan di

depan Benteng Vredenburg kota Yogyakarta adalah obat triheksifenidil yaitu jenis

obat keras yang mempunyai efek pada sistem saraf otonom, karena obat jenis ini

relatif lebih murah daripada narkotika tetapi mempunyai efek yang hampir sama

dengan narkotika.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi penyalahgunaan

obat-obatan pada anak-anak jalanan di kota Yogyakarta, salah satunya adalah

upaya pencegahan. Upaya ini dilakukan untuk mengubah sikap perilaku dan cara

pikir dari kelompok individu yang sudah mempunyai kecenderungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

menyalahgunakan obat golongan psikotropika maupun obat lainnya serta

melakukan tindak pidana dari perdagangan dan pengedarannya secara gelap

(Anonim, 2007b).

A. Permasalahan

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut :

Seperti apakah karakteristik dan gambaran dari tindakan penyalahgunaan

obat triheksifenidil pada anak-anak jalanan di kawasan Malioboro yang terpusat di

depan Benteng Vredenburg ?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai penelitian awal untuk mengetahui

karakteristik dan gambaran dari penyalahgunaan obat keras jenis triheksifenidil

dikalangan anak-anak jalanan di kota Yogyakarta.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

langkah awal untuk mengetahui karakteristik dan gambaran dari penyalahgunaan

obat keras jenis triheksifenidil dikalangan anak-anak jalanan daerah Benteng

Vredenburg kota Yogyakata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

2. Manfaat praktis

Manfaat secara praktisnya adalah sebagai sebuah acuan akan penelitian

lebih lanjut berkenaan dengan tingkat edukasi atau pengetahuan akan manfaat dan

bahaya obat yang dikonsumsi dikalangan anak-anak jalanan, maupun penelitian

sosial yang berkaitan dengan anak-anak jalanan dan permasalahannya.

D. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan permasalahan

NAPZA, seperti “Profil Penyalahgunaan NAPZA di Jakarta, Bandung, dan

Surabaya”, dan penelitian tentang “Jumlah Pecandu Narkoba disebuah Universitas

Swasta di Jakarta”. Namun sejauh pengetahuan penulis, belum pernah dilakukan

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dari penyalahgunaan

triheksifenidil dikalangan anak-anak jalanan di depan Benteng Vrendenburg kota

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Perilaku Masyarakat

Perilaku masyarakat pengguna obat dapat juga disebut perilaku

konsumen. Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan

individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan

barang dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada

persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Sarwono, 1989).

Beberapa faktor di dalam perilaku yang dapat mempengaruhi individu

untuk mengambil keputusan, menurut McLeish (1986), faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu itu

sendiri yang terdiri dari motivasi, pengamatan, pembelajaran, kepribadian, dan

konsep diri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar

individu itu sendiri, terdiri dari kebudayaan, adanya perbedaan tingkat sosial,

keluarga, pergaulan, maupun yang bersifat hasutan.

1. Teori Aksi Max Weber

Max Weber mengembangkan teori aksi, yang populer disebut sebagai

teori bertindak. Webber berpendapat bahwa individu melakukan suatu

tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsiran atas

suatu obyek stimulus atau situasi tertentu (Sarwono, 1989). Teori ini terus

dikembangkan oleh Parsons bersama Talcott yang menyatakan bahwa aksi

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

merupakan respons mekanik terhadap suatu stimulus bukan perilaku,

sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Menurut

Parsons, yang utama bukanlah tindakan individu, melainkan norma-norma dan

nilai-nilai sosial yang menuntun dan mengatur perilaku (Sarwono, 1989).

Gambar 1. Teori Aksi Weber dan Teori Aksi Parsons (Sarwono, 1989)

Kondisi obyektif disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu

nilai akan mengembangkan suatu bentuk tindakan sosial tertentu. Parsons

melihat bahwa tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh tiga sistem,

yaitu sistem sosial, sistem budaya, dan sistem kepibadian dari masing-masing

individu. Keterkaitan individu dengan sistem sosialnya melalui status dan

peranannya. Individu menduduki suatu tempat tertentu dalam setiap sistem

sosial dan akan bertindak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku yang

dibuat oleh sistem aturan tersebut, serta perilaku individu ditentukan pula oleh

tipe kepribadiannya (Sarwono, 1989).

Stimulusa.

Pengalaman

Persepsi

Pemahaman

Penafsiran

individu

Tindakan

Sistem sosial

Sistem budaya

Sistem kepribadian

b.

Individu

Teori aksi Weber

Teori aksi Parsons

Perilaku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

2. Teori Adopsi Inovasi Rogers

Di dalam masyarakat modern, selain adopsi perilaku, terdapat pula

proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut dapat disebabkan oleh

adanya sesuatu gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan yang

diharapkan untuk diterima oleh individu tersebut. Teori ini dikenal sebagai

innovation decision process. Terdapat lima tahap dalam proses ini, yaitu

mengetahui atau menyadari tentang adanya ide baru (awareness), menaruh

perhatian terhadap ide tersebut (evaluation), mencoba memakainya (trial), dan

bila menyukainya maka setuju untuk menerima ide atau hal baru tersebut

(adoption).

Pengetahuan

Keputusan

pertimbangan Diterima (adopsi)

Penguatan

Tetap adopsi

Ditolak

Ditolak Tetap ditolak

Adopsi

Gambar 2. Proses adopsi inovasi Rogers ( Sarwono, 1989)

Teori ini terus dikembangkan oleh Rogers dengan melakukan

pengamatan di lapangan. Penelitian di lapangan serta penelitian mengenai

penerapan teori ini ternyata membuat Rogers menyimpulkan bahwa proses

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

adopsi tidaklah berhenti setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Kelak

dapat berubah sebagai akibat dari pengaruh llingkungannya. Oleh karena itu

Rogers mengubah teori itu dan membagi proses pembuatan keputusan menjadi

empat tahap, yaitu :

1. Tahap knowledge

Mula-mula individu menerima informasi dan pengetahuan yang

berkaitan dengan suatu ide baru, hal ini menimbulkan minat untuk

mengenal lebih jauh tentang obyek atau topik yang baru dikenal dan fase

ini dipengaruhi oleh petugas kesehatan.

2. Tahap persuasion

Untuk membujuk atau meningkatkan motivasi individu guna

bersedia menerima obyek atau topik yang diajukan tersebut, tergantung

daripada hasil persuasi petugas atau pendidik kesehatan.

3. Tahap decision

Pada tahap ini, dibuatlah keputusan untuk menerima atau justru

menolak ide tersebut. Namun sebaliknya, petugas kesehatan tidak cepat

merasa puas jika suatu ide diterima.

4. Tahap confirmation

Pada tahap ini individu telah memasuki sebuah proses penguatan

(confirmation), yaitu meminta dukungan dari lingkungan atas keputusan

yang telah diambil tersebut. Bila lingkungan memberikan respon positif /

mendukung keputusan yang diambil, maka perilaku yang baru dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

dipertahankan. Sedangkan bila bila ada keberatan dan kritik dari

lingkungan, terutama dari kelompok acuannya, maka biasanya adopsi itu

tidak jadi dipertahankan dan individu akan kembali lagi pada perilaku

semula (Sarwono, 1989).

3. Teori Perilaku Lawrence Green

Lawrence mencoba untuk menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor

pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes), dan faktor dari luar perilaku

(non behavior causes). Faktor perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas dan atau sarana-

sarana kesehatan seperti Puskesmas, obat-obatan, alat-kontrasepsi, jamban,

dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan yang secara langsung merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

(Sarwono, 1989)

Pada dasarnya pemilihan-pemilihan perilaku yang ingin dan atau telah

diadopsi oleh setiap individu pasti melewati tahap-tahap penilaian secara pribadi.

Pemilihan dan adopsi perilaku dapat dipengaruhi atas tiga faktor dalam pemilihan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

perilaku, yaitu :

a. Motivasi

Motivasi adalah dorongan yang bertindak untuk memuaskan suatu

kebutuhan, dorongan ini diwujudkan dalam bentuk tindakan atau perilaku.

Motivasi tersebut timbul karena adanya suatu kebutuhan atau keinginan yang

harus dipenuhi. Keinginan tersebut akan mendorong individu untuk

melakukan suatu tindakan agar tujuannya tercapai (Sarwono, 1989).

Motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu dorongan kebutuhan dan

keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan.

Sumber yang mendorong terciptanya suatu kebutuhan tersebut dapat berasal

dari dalam individu sendiri atau dari lingkungan sekitarnya (McLeish, 1986).

b. Pengetahuan

Pengetahuan sebagai unsur-unsur yang mengisi akal dan alami jiwa

seseorang yang sadar, yang secara nyata terkandung di dalam otaknya.

Pengetahuan akan menimbulkan suatu gambaran, persepsi, konsep, dan fantasi

akan berbagai hal yang diterima dari lingkungan melalui panca inderanya

(McLeish, 1986).

c. Tindakan

Setelah individu mengetahui stimulus atau rangsangan dan

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap obyek baru tersebut, proses

selanjutnya individu akan menyikapinya dengan sebuah tindakan. Faktor-

faktor dukungan dari pihak lain yang mendukung seperti teman, saudara,

lingkungan, dan lain-lain juga sangat berpengaruh dari pengambilan tindakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

individu tersebut (McLeish, 1986).

Secara garis besar kita dapat menyimpulkan bahwa setiap perilaku-

perilaku yang ada di kelompok masyarakat berawal dari sebuah pandangan dari

masyarakat itu sendiri. Pandangan yang dianggap benar oleh sebuah kelompok

masyarakat akan menjadi sebuah pembelajaran dimana pandangan-pandangan

yang dianggap benar tersebut akan melalui proses pertimbangan, pengkajian,

pengambilan keputusan, serta penguatan sehingga akan mengalami penolakan

ataupun menjadi sebuah perilaku yang dapat diterima dan diadopsi.

Perkembangan dari pengambilan keputusan untuk kemudian menjadi

perilaku ini terjadi pada setiap anggota masyarakat, tidak terkecuali pada

komunitas anak-anak jalanan, dimana setiap anggota dari komunitas anak-anak

jalanan mengalami proses-proses dalam mengadopsi sebuah perilaku yang berlaku

pada komunitas tersebut. Sebelum itu, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu

profil anak-anak jalanan secara umum baik dari definisi, hingga alasan mereka

mereka mengadopsi perilaku yang menyimpang dari pandangan masyarakat

secara umum.

B. Anak-anak Jalanan

Sampai saat ini ada berbagai definisi tentang anak-anak jalanan. Tetapi

anak-anak jalanan adalah istilah yang disepakati pada Konvensi Nasional untuk

mendefinisikan anak-anak atau remaja yang menggunakan sebagian besar atau

seluruh waktunya untuk bekerja dijalanan dari kawasan urban (Permadi, 1997).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Alasan yang paling sering terdengar dari hampir semua anak-anak jalanan

ini mengapa mereka sampai harus bekerja dijalanan adalah karena motivasi

ekonomi dan adanya masalah keluarga.

Dengan bekal seadanya, mereka tetap mencoba untuk mengintip peluang

ekonomi yang muncul dari kehidupan jalanan. Variasi kerja sebagai mata

pencaharian dari anak-anak jalanan ini amatlah beragam, yaitu : pengamen,

tukang semir sepatu, penjual koran, pengemis, tukang parkir, dan sebagainya.

Anak-anak jalanan merupakan kelompok yang sangat berbeda dari anak-

anak normal yang hidup bersama keluarga di rumah dimana terdapat orang-orang

yang siap melindungi dari berbagai macam ancaman. Sebaliknya banyak anak-

anak jalanan yang harus hidup tanpa keluarga, rumah, pendidikan yang layak, dan

selalu berinteraksi dengan anak-anak jalanan yang lainnya serta menghadapi

ancaman seorang diri (Anonim, 2007b).

Akibatnya perilaku serta kematangan emosional dari anak-anak jalanan

seringkali terlihat jauh menyimpang dibandingkan anak-anak seusianya yang

hidup normal. Banyak penyimpangan yang dapat dijumpai pada anak-anak

jalanan, seperti penyalahgunaan obat-obatan baik obat-obatan yg dijual bebas

maupun Napza, seks bebas, perilaku yang menjurus agresif dan impulsif

merupakan bentuk-bentuk pola kehidupan yang kemudian menjadi erat

bersinggungan dengan hidup keseharian mereka (Permadi,1997).

Komunitas anak-anak jalanan relatif tertutup dari dunia luar, tetapi

pengaruh sesamanya (sesama anak-anak jalanan) dapat sangat kuat. Dengan

demikian penyalahgunaan akan konsumsi obat-obatan kemungkinan besar dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

pengaruh teman-teman jalanan yang lainnya, sehingga adopsi perilaku

penyalahgunaan obat-obatan akan sangat cepat diadopsi di kalangan anak-anak

jalanan itu sendiri (Anonim, 2007b).

Meskipun dalam Kedokteran, beberapa golongan obat keras, narkotika dan

psikotropika masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau

digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan, terlebih lagi bila

disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu

maupun masyarakat luas khususnya generasi muda (Anonim, 2007b).

C. Saraf

Sistem saraf manusia merupakan suatu jalinan jaringan saraf yang

kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan antara satu dengan yang lain.

Tugas dari sistem saraf adalah mengkoordinasi, mentafsirkan, dan mengontrol

interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sistem tubuh yang penting ini

juga mengatur kebanyakan aktifitas sistem-sistem tubuh lainnya. Sistem saraf

berfungsi sebagai berikut : menerima rangsang, baik dari lingkungan maupun dari

dalam tubuh sendiri, mengubah rangsang dalam perangsangan saraf dan

memprosesnya, serta mengkoordinasi dan mengatur fungsi tubuh melalui impuls-

impuls yang dibebaskan dari pusat ke perifer.

Dari sudut pandang anatomi dan sekaligus berdasarkan fungsinya, saraf

dibedakan menjadi dua sistem, yaitu Sistem Saraf Pusat (SSP) yang meliputi otak

dan sumsum tulang belakang; dan sistem saraf perifer yang meliputi serabut-

serabut hantar dari SSP ke perifer dan dari perifer ke SSP.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Penggolongan lebih lanjut adalah pembagian atas Sistem saraf otonom

(vegetatif) yang bekerja tidak di bawah kemauan, dan sistem saraf somatik atau

sistem saraf yang bekerja di bawah kemauan (Mutschler, 1991).

Unsur penyusun neuron (sel saraf) adalah badan sel (soma, perikaryon)

dengan inti sel, badan golgi, badan Nissl; dan serabut saraf yang terdiri dari akson

(silinder aksis), neurit (cabang yang panjang), dan dendrit (cabang yang pendek).

(Mutschler, 1991).

1. Jalannya rangsang pada sel saraf

Impuls saraf dari SSP hanya dapat diteruskan ke ganglion dan sel efektor

melalui pelepasan suatu zat kimia yang khas yang disebut transmitor

neurohormonal ( = transmitor). Pada keadaan potensial istirahat pada akson,

membran sel dalam keadaan potensial negatif, hal ini diakibatkan oleh kadar ion

K di dalam sel saraf 40 kali lebih besar daripada kadarnya diluar sel, sedangkan

ion Na dan Cl jauh lebih banyak di luar sel. Dalam keadaan ini ion Na tidak dapat

memasuki sel. Bila ada depolarisasi akibat rangsangan dari luar yang mencapai

ambang rangsang, maka permebilitas terhadap ion Na sangat meningkat sehingga

Na masuk ke dalam sel dan menyebabkan potensial negatif tadi menjadi netral

dan atau bahkan menjadi positif ( = polarisasi terbalik). Kejadian ini diikuti oleh

repolarisasi, yaitu kembalinya potensial istirahat dengan terhentinya pemasukan

ion Na dan keluarnya ion K. Perubahan potensial tersebut disebut potensial aksi

(impuls) saraf (Darmansjah, Setiawati, dan Gan, 1995).

Suatu transmisi neurohormonal tidak selalu menyebabkan depolarisasi,

tetapi juga menyebabkan hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi disebabkan karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

akibat meningkatnya permeabilitas dari ion K (Darmansjah dkk, 1995).

2. Sistem saraf menurut fungsi

a. Sistem saraf sadar

Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (kranial), yaitu saraf-

saraf yang keluar dari otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi dari

sistem saraf sadar ini adalah untuk mengatur gerakan-gerakan yang

dipengaruhi kemauan (yang diatur oleh sistem piramidal), dan mengatur

berlangusngnya gerakan-gerakan terlatih (yang diatur oleh sistem

ekstrapiramidal) seperti berjalan, naik sepeda, mimik dan sebagainya

(McLeish, 1986).

b. Sistem saraf otonom

Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari

otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang

bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing

jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion.

Saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut saraf praganglion, dan

yang berada pada ujung ganglion disebut saraf postganglion.

Sistem saraf otonom dibagi menjadi sistem saraf simpatik dan

sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan

parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai

ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada

sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang

karena ganglion menempel pada organ yang dibantu (Anonim, 2007c).

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan

(antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus

vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak

lain dan saraf sumsum sambung (Darmansjah dkk, 1995).

Tabel 1. Tabel Fungsi Saraf Otonom

Organ Kerja setelah perangsangan

Simpatikus Parasimpatikus Jantung

frekuensi kekuatan kontraksi

Meningkat Meningkat

Menurun Menurun

Paru-paru Otot bronkus

Relaksasi

Kontraksi

Kelenjar air ludah Sekret kental Banyak sekret encer Peristaltik saluran cerna Diperlemah Diperkuat Kandungan empedu Relaksasi Kontraksi

(Mutschler, 1991)

Susunan saraf otonom berfungsi sebagai pengatur (regulator),

penyelaras, dan koordinator aktifitas viseral vital (Noback, 1982). Sistem saraf

otonom berguna untuk memelihara keseimbangan dalam organisme (sistem

keseimbangan dalam) dimana sistem ini mengatur fungsi-fungsi organ yang tidak

dibawah kemauan dan kesadaran, seperti :

1. Sirkulasi dengan cara menaikkan atau menurunkan aktivitas jantung dan

khususnya melalui penyempitan atau pelebaran pembuluh-pembuluh darah.

2. Pernafasan dengan cara menaikkan atau menurunkan frekuensi pernafasan

dan penyempitan atau penyempitan otot bronkus.

3. Peristaltik saluran cerna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

4. Tonus semua otot polos lainnya seperti kandung empedu, ureter, kandung

kemih, dan

5. Sekresi kelenjar keringat, kelenjar air ludah, kelenjar lambung, kelenjar

usus, dan kelenjar-kelenjar lain (Mutschler, 1991).

Sistem vegetatif eferen pada simpatikus dan parasimpatikus masing-

masing terdiri dari 2 neuron. Dari neuron yang satu rangsang dari sistem saraf

pusat dihantarkan ke suatu ganglion vegetatif, di sini terjadi perangsangan pada

neuron kedua yang menuju organ yang dituju. Berdasarkan hubungan dengan

ganglion, neuron pertama disebut neuron preganglion dan neuron kedua disebut

neuron postganglion (Noback, 1982).

Saraf otonom juga berhubungan dengan saraf somatik; sebaliknya,

kejadian somatik dapat mempengaruhi fungsi organ otonom. Sebagai contoh

denyut jantung bertambah cepat saat kita berolah raga, mengecilnya pupil dan

menyipitkan mata saat mata menerima kelebihan cahaya, dan sebagainya

(Mutschler, 1991).

D. Psikotropika

1. Definisi psikotropika

Psikotropika di dalam Undang-undang RI nomor 5 tahun 1997 tentang

Psikotropika didefinisikan sebagai zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis

bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat (SSP) yang menyebabkan perubahan yang khas pada aktivitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

mental dan perilaku (Anonim, 1997).

Santoso dan Wiria (1995) juga mendefinisikan psikotropika sebagai obat

yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis dan berpengaruh pada

kelakuan seseorang.

2. Penggolongan psikotropika berdasarkan UU RI nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika

Berdasarkan potensi sindroma ketergantungan yang ditimbulkan, maka psikotropika dibagi dalam empat golongan : a. Psikotropika golongan I, adalah psikotropika yang hanya dapat

digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi obat, serta mempunyai potensi amat kuat untuk menyebabkan sindroma ketergantungan.

b. Psikotropika golongan II, adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat menyebabkan sindroma ketergantungan.

c. Psikotropika golongan III, adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.

d. Psikotropika golongan IV, adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan (Anonim, 1997).

Selain psikotropika golongan IV masih terdapat obat-obat lain yang

digolongkan sebagai obat keras. Jenis obat ini tidak menimbulkan ketergantungan

secara fisik tetapi menimbulkan ketergantungan secara psikologis dimana obat

keras masuk dalam “Daftar G” (Gevaarlick). Oleh karena, pengaturan,

pembinaan, dan pengawasannya tunduk kepada peraturan perundang-undangan

yang berlaku (Anonim, 1997).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

3. Penggolongan psikotropika menurut kegunaan.

Berdasarkan penggunaannya dibidang kedokteran, psikotropika dibagi

dalam empat golongan, seperti yang ditunjukkan pada table 2, yaitu :

a. Antipsikosis / neuroleptik

Yaitu obat atau bahan yang bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun

kronik dan mempunyai ciri terpenting berupa kegunaannya untuk

mengatasi agresivitas, hiperaktivitas, dan labilitas emosi pada pasien

psikosis. Obat golongan ini tidak menyebabkan koma maupun anesthesia

pada penggunaan dosis besar, dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal

yang reversibel/ireversibel, dan tidak ada kecenderungan untuk

menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis.

b. Antiansietas

Yaitu obat atau bahan yang berguna dalam pengobatan simtomatik

penyakit psikoneurosis dan sebagai obat tambahan pada terapi penyakit

somatik yang didasari ansietas (perasaan cemas) dan ketegangan mental.

Penggunaannya pada dosis tinggi jangka lama dapat menimbulkan

ketergantungan psikis dan apabila dibandingkan dengan sedatif yang

sudah lebih lama dikenal, antiansietas tidak begitu banyak menimbulkan

rasa kantuk.

c. Antidepresi

Yaitu obat untuk mengatasi depresi mental. Obat ini terbukti dapat

menghilangkan atau mengurangi depresi yang timbul pada beberapa jenis

skizofrenia lainnya. Obat ini tidak menimbulkan euphoria pada orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

normal.

d. Antipsikotogenik

Yaitu obat yang dapat menimbulkan kelainan tingkah laku, disertai

halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir, dan perubahan dalam perasaan.

Obat baru digolongkan sebagai psikotogenik apabila mampu menimbulkan

keadaan psikosis tanpa delirium dan disorientasi (Santoso dkk., 1995).

Pemerintah dan masyarakat telah berjuang untuk memberantas pengedaran

dan penyalahgunaan obat-obatan di Indonesia, baik psikotropika, narkotika,

maupun obat keras lainnya. Dibuktikan dari beberapa undang-undang yang

berhasil dibentuk oleh pemerintah, antara lain Undang-undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika, dan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang

Narkotika.

Disamping itu MPR-RI juga telah mengeluarkan Ketetapan MPR-RI No:

VI/MPR/2002, yang merekomendasikan kepada presiden sebagai berikut :

1. melakukan tindakan tegas sesuai dengan hukum yang berlaku terhadap

produsen, pengedar, dan pemakai serta melakukan langkah koordinasi

yang efektif, antisipatif, dan edukatif dengan pihak terkait dan

masyarakat.

2. mengupayakan untuk meningkatkan anggaran guna melakukan

rehabilitasi terhadap korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika,

dan zat adiktif lainnya. (Satriyo, 2003)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Tabel 2. Penggilongan obat psikotropika

a. Obat antipsikosis

i. Derivat fenotiazin

1. Senyawa dimetilaminopropil

Klorpromazin, Promazin, Triflupromazin

2. Senyawa piperidil

Mepazin, Tioridazin

3. Senyawa piperazin

Asetofenazin, Proklorperazin, Karfenazin, Trifluoperzin, Tiopropazat,

Flufenazin, Perfenazin

ii. Non fenotiazin

Klorprotiksen

iii. Butirofenon

Haloperidol

b. Obat antiansietas

i. Benzodiazepin : Diazepam, Klordiazepoksida, Klorazepat

ii. Golongan lain

c. Obat antidepresi

i. Penghambat monoaminoksidase (MAO)

Isokarboksazid, Nialamid, Fenelzin

ii. Senyawa dibenzazepin

Imipramin, Desmetilimipramin, Amitriptilin, Desmetilamitriptilin

iii. Senyawa lain

Amoksapin, Maprotilin, Trazadon, Fluoksetin, Bupropion, nomifensin,

Mianserin

d. Obat antipsikotogenik

Meskalin, LSD-25

(Santoso dkk., 1995)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Menurut Instruksi Presiden RI nomor 3 tahun 2002, dampak

penyalahgunaan narkoba dapat dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Depresan

Merupakan obat penenang (sedatif) yang bekerja untuk menekan

sistem saraf pusat dan saraf otonom. Zat –zat ini memberikan rasa rileks yang

bersifat artifisial dan mengurangi ketegangan/kegelisahan serta tekanan

mental. Namun obat jenis ini cenderung mengakibatkan ketergantungan secara

psikologis. Upaya untuk mengatasi ketergantungan terhadap obat-obatan jenis

ini sangat berat. Contoh obat depresan misalnya obat tidur (barbiturat)

2. Stimulan

Merupakan zat yang meningkatkan aktivitas, memperkuat, dan

meningkatkan aktivitas dari sistem saraf pusat dan saraf otonom. Stimulan

bekerja mengurangi kantuk karena kelelahan, mengurangi nafsu makan

(Atmadja, 2007).

Stimulan dapat mendorong simptom yang bersifat memabukkan

seperti meningkatnya denyut jantung, membesarnya pupil, meningkatnya

tekanan darah, serta mual-mual dan muntah, menyebabkan tremor/gemetar.

Dampak penggunaan jangka panjangnya berupa mual-mual, tidak bisa tidur

(insomnia), kehilangan berat badan dan depresi. Selain itu obat-obat jenis ini

dapat menyebabkan tindak kekerasan dan perilaku agresif hingga dapat

menyebabkan sakit jiwa (delusional psychosis).

Obat-obatan atau zat yang termasuk dalam kategori ini antara lain

adalah amfetamin, dan zat penghilang nafsu makan sintetis seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

phenmetrazin dan methilpenidat (Satriyo, 2003).

3. Halusinogen

Halusinogen adalah sejenis obat yang memiliki kemampuan untuk

memproduksi spektrum pengubah rangsangan indera yang jelas, perasaan dan

pikiran. Akibat yang disebabkan oleh halusinogen bisa berbeda pada

pemakainya, mulai dari perasaan gembira hingga sampai perasaan ngeri yang

luar biasa (Atmadja, 2007).

Halusinogen secara kimiawi sangat beragam dan dapat mengakibatkan

perubahan mental yang hebat seperti euphoria, gelisah, penyimpangan

(distorsi) sensorik, halusinasi yang benar-benar “nyata” (merusak persepsi),

mengganggu denyut jantung dan tekanan darah, berkhayal, ketakutan,

paranoia (kekecewaan), dan depresi.Yang termasuk dalam zat atau obat jenis

ini adalah, ekstasi, dan mescalin (Satriyo, 2003).

Pengkonsumsian napza (narkotika, psikotropika, dan zat aditif

lainnya) pada dasarnya akan dapat dirasakan dengan segera. Penyalahgunaan

napza dalam jangka waktu tertentu akan berpengaruh pada fungsi dari sistem

saraf, dengan terus meningkatnya kebutuhan untuk mengkonsumsi napza akan

menyebabkan ketergantungan secara fisik dan psikologis yang dapat berakibat

pada over dosis akut dan bahkan kematian yang disebabkan pada depresi

pernafasan (Atmadja, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

E. Antikolinergik

CCH2

OH

CH2

N

Gambar 3. Struktur kimia triheksifenidil (Mutschler, 1991) Gambar 3. Struktur kimia triheksifenidil (Mutschler, 1991)

1. Definisi 1. Definisi

Antikolinergik merupakan obat alternatif levodopa dalam pengobatan

parkinsonisme. Prototipe kelompok ini adalah triheksifenidil. Termasuk dalam

kelompok ini adalah : bipiriden, prosiklidin, penztropin, dan antihistamin dengan

efek antikolinergik difenhidramin dan etopropazin.

Antikolinergik merupakan obat alternatif levodopa dalam pengobatan

parkinsonisme. Prototipe kelompok ini adalah triheksifenidil. Termasuk dalam

kelompok ini adalah : bipiriden, prosiklidin, penztropin, dan antihistamin dengan

efek antikolinergik difenhidramin dan etopropazin.

Mekanisme kerja : Mekanisme kerja :

Dasar kerja obat ini ialah mengurangi aktivitas kolinergik yang berlebihan

pada ganglia basal.

Dasar kerja obat ini ialah mengurangi aktivitas kolinergik yang berlebihan

pada ganglia basal.

Efek antikolinergik perifer pada obat ini relatif lemah daripada atropin,

dimana atropin maupun alkaloid beladon lainnya (yang merupakan obat pertama

sebagai antiparkinson) mempunyai efek perifer yang terlalu mengganggu (Gan,

1995).

Efek antikolinergik perifer pada obat ini relatif lemah daripada atropin,

dimana atropin maupun alkaloid beladon lainnya (yang merupakan obat pertama

sebagai antiparkinson) mempunyai efek perifer yang terlalu mengganggu (Gan,

1995).

2. Farmakodinamik 2. Farmakodinamik

Triheksifenidil berefek sentral. Dibandingkan dengan potensi atropin, Triheksifenidil berefek sentral. Dibandingkan dengan potensi atropin,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

triheksifenidil memperlihatkan potensi antispasmodik (bersifat menghambat

gerakan peristaltik lambung dan usus) setengah daripada atropin, efek midriatik

sepertiganya, dan efek terhadap kelenjar ludah dan vagus sepersepuluhnya.

Seperti atropin, triheksifenidil dalam dosis besar menyebabkan perangsangan otak

(Gan, 1995).

3. Farmakokinetik

Tidak banyak data farmakokinetik yang diketahui tentang triheksifenidil,

itu dikarenakan pada saat obat ini ditemukan, farmakokinetika belum

berkembang. Sekarang obat ini kurang diperhatikan setelah ada levodopa dan

bromokriptin (Gan, 1995).

Kadar puncak triheksifenidil tercapai setelah 1 – 2 jam. Masa penuh

eliminasi terminal antara 10 – 12 jam. Jadi pemberian 2 kali sehari sudah

mencukupi, tidak 3 kali sehari sebagaimana yang dilakukan sekarang ini (Gan,

1995).

4. Efek terapi

Pemberian triheksifenidil khususnya bermanfaat terhadap parkinsonisme

akibat obat. Misalnya oleh neuroleptik, temasuk juga antiemetik turunan

fenotiazin, yang menimbulkan gangguan ekstrapiramidal akibat blokade reseptor

dopamin di otak. Penambahan antikolinergik golongan ini secara rutin pada

pemberian neuroleptik tidak dibenarkan, kemungkinan timbulnya akinesia tardif.

Triheksifenidil juga memperbaiki gejala beser ludah (sialorrhoea) dan

suasana perasaan. Selain pada parkinson, triheksifenidil juga digunakan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

sindrom atetokoriatik, totikolis spastik, dan spasme fasialis (Gan, 1995).

5. Efek samping

a. Efek samping sentral.

Dapat berupa gangguan neurologik, yaitu ataksia (kehilangan kontrol

gerak), disartia, hipertermia (kenaikan suhu tubuh), gangguan mental

seperti pikiran kacau, amnesia, delusi, halusinasi, somnolen, dan koma

(Gan, 1995).

b. Efek samping perifer.

Dapat berupa mulut kering, gangguan miksi, meteorisme sering terjadi

tetapi tidak membahayakan. Muka merah setelah pemberian dapat terjadi

setelah pemberian obat ini, reaksi tersebut bukan reaksi alergi melainkan

efek samping sehubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah wajah

(Gan, 1995).

Triheksifenidil juga dapat menyebabkan kebutaan akibat komplikasi

glaukoma sudut tertutup, terutama terjadi bila dosis harian 15-30 mg sehari. Pada

pasien glaukoma sudut terbuka yang mendapat miotik, antikolinergik cukup aman

digunakan (Gan, 1995).

Dilihat dari potensi triheksifenidil untuk menyebabkan ketergantungan

secara psikis, maka triheksifenidil dapat dimasukkan ke dalam golongan “daftar

G”. Disamping itu juga bahwa triheksifenidil masuk ke dalam golongan

antikolinergik, dimana triheksifenidil adalah obat yang berguna untuk terapi

penyakit Parkinson dan mempunyai potensi yang lemah untuk menyebabkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

ketergantungan (Anonim, 1997).

Tabel 3. Obat Antikolilnergik sentral

Obat Dosis oral Sediaan Triheksifenidil

2 mg, 2-3 kali sehari, rentang dosis 10-20 mg/hari tergantung respons dan penerimaan.

Triheksifenidil tablet 2mg, 5 mg.

Biperiden HCl atau laktat

Prosiklidin

0,5-2 mg, 2-4 kali sehari

5 mg, 2-3 kali sehari. Rentang dosis 20-30 mg/hari

Bipiriden tablet 2 mg

Tablet 5 mg

Benztropin mesilat 0,5-1 mg/hari diberikan malam hari. Rentang dosis 4-6 mg/hari Oral:dewasa 25mg 3Xsehari

Anak 5 mg/kg/hari dalam 4 dosis.

IM : dewasa 10-50 mg Anak = dosis oral maksimum 400mg/hari

Tablet 0,5; 1; dan 2 mg Kapsul 25 mg Injeksi 10 mg/ml

(Gan, 1995)

F. Perilaku Penyalahgunan Obat-obatan

Bila dipandang dari sisi sosial, terdapat faktor-faktor yang tidak dapat

diabaikan begitu saja. Terutama dalam kehidupan remaja, faktor lingkungan

dimana seorang remaja itu tumbuh akan sangat berpengaruh dalam perilaku

penyalahgunaan obat. Adapun berbagai macam faktor secara sosial dapat

dipandang sebagai faktor penyebab dalam perilaku penyalahgunaan obat.

1. Faktor individual :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang

mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat.

Ciri - ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan napza:

a. cenderung memberontak.

b. memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.

c. perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada.

d. kurang percaya diri.

e. mudah kecewa, agresif dan destruktif.

f. murung, pemalu, pendiam.

g. merasa bosan dan jenuh.

h. keinginan untuk bersenang – senang yang berlebihan.

i. keinginan untuk mencoba.

j. identitas diri kabur.

k. kemampuan komunikasi yang rendah.

l. putus sekolah.

m. kurang menghayati iman dan kepercayaan.

2. Faktor Lingkungan :

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik

sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat.

Lingkungan keluarga :

a. komunikasi orang tua dan anak kurang baik

b. hubungan kurang harmonis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

c. orang tua yang bercerai, dan atau menikah lagi.

d. orang tua terlampau sibuk, kurang memperhatikan anak.

e. orang tua yang otoriter.

f. kurangnya orang yang menjadi tauladan dalam hidupnya.

g. kurangnya kehidupan beragama.

Lingkungan sekolah :

a. sekolah yang kurang disiplin.

b. sekolah dekat dengan tempat hiburan.

c. sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif.

d. adanya murid pengguna napza.

Lingkungan teman sebaya :

a. berteman dengan penyalahguna.

b. tekanan atau ancaman dari teman.

Lingkungan masyrakat / sosial :

a. lemahnya penegak hukum.

b. situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.

(Anonim, 2007b)

Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat seseorang

kelak menjadi penyalahguna obat-obatan. Akan tetapi makin banyak faktor-faktor

diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna obat.

(Anonim, 2007b)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

G. Penyalahgunaan Psikotropika

1. Definisi penyalahgunaan psikotropika

Undang-undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1997 tentang

psikotropika menyebutkan, penyalahgunaan psikotropika yang dalam

pengertian lain disebut penggunaan secara merugikan adalah penggunaan

psikotropika tanpa pengawasan dokter (Anonim, 1997).

2. Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan psikotropika

Tidak semua zat atau obat dapat menimbulkan adiksi dan dependensi

pada pemakainya. Beberapa zat tertentu dapat menyebabkan adiksi dan

dependensi. Ciri-ciri dari adiksi dan dependensi adalah sebagai berikut.

a. keinginan yang tak tertahankan terhadap zat yang dimaksud dan kalau

perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya.

b. kecenderungan untuk menambah dosis sesuai dengan toleransi tubuh.

c. ketergantungan psikis apabila pemakaian zat dihentikan akan

menimbulkan kecemasan, kegelisahan, depresi, dan gejala psikis yang

lainnya.

d. ketergantungan fisik apabila pemakaian zat ini dihentikan akan

menimbulkan gejala putus obat (Hawari, 1995).

3. Dampak dari penyalahgunaan psikotropika

Bahaya dan resiko dari penyalahgunaan psikotropika ini dapat

dibedakan menjadi resiko dari segi hukum dan resiko dari segi kesehatan.

Dilihat dari segi kesehatan, penyalahgunaan psikotropika dalam jangka waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

tertentu dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen, over dosis,

bahkan dapat menyebabkan kematian (Atmadja, 2007).

Selain itu penyalahgunaan psikotorpika juga mendapatkan sangsi dari

segi hukum. Seperti yang diketahui dari Undang-undang Republik Indonesia

nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika, maka semua orang yang terlibat

dalam penyalahgunaan psikotropika dapat dikenai sanksi berupa hukuman

penjara maupun denda. Mereka yang dapat dijerat hukum melalui Undang-

undang tersebut mencakup produsen, penyalur, dan pemakai dengan tingkatan

hukuman dan atau denda yang bervariasi (Satriyo, 2003)

H. Keterangan Empiris

Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif non analitik untuk mengetahui

gambaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi Anak-anak jalanan di Jalan

Malioboro kota Yogyakarta berkaitan dengan penyalahgunaan obat triheksifenidil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan tujuan utamanya

adalah melakukan penggambaran terhadap fenomena kesehatan masyarakat, baik

yang berupa faktor resiko maupun efek. Penelitian ini hanya mendeskripsikan atau

menggambarkan fenomena penyalahgunaan obat jenis triheksifenidil yang amat

sering terjadi dikalangan anak-anak jalanan tanpa mecoba untuk menganalisis

bagaimana dan mengapa fenomena tersebut dapat terjadi (Pratiknya, 2001).

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan langkah-langkah awal bagi

penelitian selanjutnya tentang penyalahgunaan obat-obat keras terutama obat

triheksifenidil yang paling banyak dikonsumsi oleh anak-anak jalanan di kota

Yogyakarta khususnya di kawasan Malioboro (depan Benteng Vredenburg).

B. Batasan Operasional

1. Penyalahgunaan obat triheksifenidil yang lebih dikenal dengan sebutan

“triplex” yang beredar di kalangan anak-anak jalanan yang dipengaruhi

banyak faktor, antara lain adalah keinginan diri sendiri (coba-coba),

hingga faktor pengaruh lingkungan (pengaruh dari teman anak-anak

jalanan yang lainnya).

2. Tingkat pengetahuan akan obat triheksifenidil yang dikonsumsi.

Pengetahuan tersebut meliputi efek terapi, efek samping, dan faktor resiko

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

dalam pengkonsumsian obat-obatan tersebut.

3. Anak-anak jalanan di Jalan Malioboro Yogyakarta yang masih aktif

mengkonsumsi triheksifenidil, yang pada saat waktu pengambilan data

terdapat dilokasi (di depan Benteng Vredenburg).

C. Subyek dan Tempat

Populasi adalah keseluruhan sumber data penelitian yang terdiri dari

manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, peristiwa-

peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu

penelitian (Nawawi, 1983).

Di dalam penelitian in populasi penelitian yang dimaksud adalah wilayah

di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarata. Responden adalah kelompok-

kelompok anak-anak jalanan di kawasan Malioboro yang terkonsentrasi di depan

Benteng Vredenburg yang pada waktu penelitian bersedia menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti lewat kuisioner. Kriteria inklusinya adalah

anak-anak jalanan yang masih aktif menyalahgunakan triheksifeidil dan selalu ada

di wilayah Jalan Malioboro yang terpusat di depan Benteng Vredenburg dan pada

saat pengambilan data sedang berada di sekitar wilayah tersebut.

D.Teknik Sampling

Teknik sampling yang dipergunakan pada penelitian ini adalah accidental

sampling yaitu data yang diambil dari responden secara kebetulan atau responden

mau bekerjasama (Sarwanto dan Kuntara, 2003). Pemilihan metode ini mengingat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

anak-anak jalanan yang bersedia untuk bekerja sama terbatas jumlahnya, maka

sampling unit diterima asalkan bersedia bekerja sama.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

panduan wawancara dan lembar kuesioner. Panduan wawancara dibuat

berdasarkan permasalahan yang dihadapi dan dimaksudkan untuk memperjelas

hasil survei kuisioner.

F. Tata Cara Penelitian

1. Analisis situasi

Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai

keseharian subyek sebelum dilakukan penelitian. Pengumpulan informasi

dilakukan dengan pendekatan pribadi selama kurang lebih 8 bulan, pengumpulan

informasi ini juga dibantu oleh anak jalanan yang bersangkutan karena lebih

mengetahui medan di lokasi tersebut dan lebih mempermudah dalam sosialisasi

dengan subyek penelitian.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk menggali lebih dalam

keterangan yang dibutuhkan untuk membuat pertanyaan kuisioner sehingga dapat

berkaitan dengan permasalahan, melalui pembicaraan informal dan pembicaraan

yang dikaitkan dengan permasalahan serta untuk klarifikasi jawaban kuesioner.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

3. Membuat kuisioner yang dibutuhkan

Dalam penelitian ini dipergunakan teknik komunikasi tidak langsung

dengan angket atau kuisioner sebagai alat pengumpulan datanya. Angket atau

kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis

pula oleh responden.

Uji coba atau validasi kuisioner dilakukan untuk mengetahui apakah

responden telah mengerti maksud dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa beberapa pertanyaan semi

terbuka dan pertanyaan tertutup.

Untuk pertanyaan tertutup, dalam setiap item disediakan sejumlah

alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden salah satu diantaranya yang

dianggap paling tepat. Sedangkan untuk pertanyaan semi terbuka, disamping

alternatif jawaban yang tersebutkan, tersedia pula tempat untuk memberikan

jawaban secara bebas dan terbatas. Hal ini dimaksudkan apabila menurut

responden diantara alternatif jawaban yang tersedia tidak ada jawaban yang

dianggapnya tepat.

4. Menentukan besar sampel

Ada beberapa ukuran minimum yang dapat diterima berdasarkan tipe

penelitian. Menurut Hadari Nawawi, perhitungan jumlah sampel yang dibutuhkan

adalah menggunakan rumus sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

2

21

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛ ∗≥

b

zqpn

α

(Nawawi, 1983)

Dimana : n = jumlah sampel minimal p = proporsi jumlah kelompok I (laki-laki) q = proporsi jumlah kelompok II (perempuan)

α∗21z = derajat koefisien konfidensi (95%) dimana bernilai 1,96

b = persentase perkiraan kesalahan dalam penentuan sampel (0,1) (Nawawi, 1983)

Diketahui bahwa jumlah anak-anak jalanan di depan Benteng Vredenburg

adalah berjumlah 220 orang, tetapi dalam penelitian ini yang menjadi

respondennya adalah anak-anak jalanan yang kriterianya adalah masih aktif

menyalahgunakan triheksifenidil. Diketahui dari pendekatan awal diperoleh

sebanyak 120 responden dengan jumlah anak-anak perempuan sebanyak 17 orang,

dan jumlah laki-laki sebanyak 103 orang.

Perhitungan :

86,0120103

=

=−

=populasijumlah

lakilakijumlahp

14,086,01

1

=−=−= pq

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

α∗21z = 1,96

b = 10% = 0,1

1279,4616,384*121597,01,0

96,114,0*86,02

≥≥

⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛≥

nn

n

maka jumlah sampel yang diambil adalah 47 orang (dibulatkan ke atas).

G. Cara pengambilan sampel

Karena penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara accidental

sampling. Pengambilan sampel dengan metode ini dilakukan dengan mendatangi

responden satu persatu dengan dibantu anak jalanan dan saat mengisi kuisioner

dilakukan pengawasan dan dicatat agar tidak mengisi lebih dari satu kuisioner.

Melihat terbatasnya jumlah anak-anak jalanan yang bersedia untuk bekerjasama,

maka sampling unit diterima asalkan mau bekerjasama (untuk mengisi kuisioner).

H. Pengumpulan dan analisis data

1. Pengumpulan data

Data yang diperoleh akan diolah secara tabulasi data dan pengolahan data secara

hand sorting (pemilihan dengan tangan).

2. Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif untuk

mengetahui berapa besar pengaruh lingkungan dan berapa jauhnya pengetahuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

dan atau pengalaman tentang obat triheksifenidil yang dikonsumsi oleh individu

yang terkait.

I. Pengambilan kesimpulan

Kesimpulan diambil berdasarkan hasil dari kuisioner, berapa besar

pengaruh lingkungan dan berapa jauhnya pengetahuan responden akan obat

triheksifenidil yang sering dikonsumsi dikalangan anak-anak jalanan sehingga

dapat dilakukan penggambaran tentang penyalahgunaan triheksifenidil pada

responden di wilayah Malioboro bagian selatan (depan Benteng Vredenburg).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Anak-anak jalanan dipilih sebagai responden karena sebagian besar

masyarakat mengenal anak-anak jalanan adalah kumpulan anak-anak dan atau

remaja yang hidup bebas di jalanan tanpa memperdulikan aturan-aturan yang

berlaku di masyarakat pada umumnya. Kebebasan yang tak terkontrol tersebut

menimbulkan keprihatinan akan semakin banyaknya anak-anak jalanan yang

melakukan penyalahgunaan obat-obatan dan semakin hari semakin meningkat.

Obat yang paling sering disalahgunakan oleh anak-anak jalanan di Kota

Yogyakarta adalah triheksifenidil. Triheksifenidil masuk ke dalam obat-obat

keras dimana penyalahgunaan triheksifenidil dilaporkan bersama dengan laporan

psikotropika.

A. Gambaran Umum Pengambilan Data

1. Perhitungan jumlah sampel

Jumlah keseluruhan anak-anak jalanan yang selalu berada di daerah

Benteng Vredenburg adalah 220 orang, tetapi yang menjadi respondennya

dalam penelitian ini adalah anak-anak jalanan dengan kriteria anak-anak

jalanan yang masih aktif mengkonsumsi triheksifenidil hingga penelitian

dilakukan. Responden yang diperoleh hanya 120 orang, dimana terdiri dari 17

orang perempuan dan 103 orang laki laki, kisaran jumlah data tersebut

40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

diperoleh dari perhitungan dan keterangan dari anak jalanan yang masih eksis

dilokasi. Berdasarkan rumus perhitungan jumlah sampel minimal dari Hadari

Nawawi, maka dengan menggunakan derajat kofidensi 95% dan kemungkinan

membuat kesalahan dalam menentukan ukuran sampel / responden sebesar

10% diperoleh jumlah sampel minimal yang dipakai sebesar 47 responden.

Dari perhitungan jumlah responden yang telah dilakukan pada BAB

III, responden minimal yang harus diperoleh adalah sebanyak 47 responden

(dibulatkan ke atas).

Pada penelitian ini, respondennya adalah manusia sehingga semua

hasil perhitungan sampel dapat dibulatkan ke atas. Berdasarkan perhitungan

yang tertera pada BAB III, dimana jumlah responden minimal adalah 47

orang, jumlah kuisioner yang disebar sebanyak 100 eksemplar dan responden

yang mengembalikan lembar kuisioner sebanyak 50 eksemplar, jadi jumlah

kuisioner telah mencukupi jumlah minimal kuisioner yang hrus diperoleh.

2. Pelaksanaan pengambilan data

Pengambilan data meliputi penyebaran dan pengambilan angket atau

kuisioner. Angket yang disebarkan oleh penulis dengan dibantu oleh beberapa

orang teman anak-anak jalanan juga (yang telah lama eksis di wilayah depan

Benteng Vredenburg) kepada responden, yaitu anak-anak jalanan yang setiap

hari eksis di wilayah tersebut. Kuisioner yang disebarkan adalah sebanyak 100

buah kuisioner, dan yang dikembalikan sebanyak 52 buah tetapi yang dapat

digunakan datanya berjumlah 50 buah kuisioner.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

Angket atau kuisioner yang disebarkan mempunyai jenis campuran,

yaitu berbentuk closed questions, open-closed questions, dan open questions.

Kuisioner yang dikembalikan hanya berjumlah setengahnya, hal ini

disebabkan karena lebih dari separuh anak-anak jalanan di daerah Benteng

Vredenburg tidak percaya lagi dengan pengisian-pengisian kuisioner yang

dilakukan oleh mahasiswa. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei – Juni

tahun 2007. Pengambilan data baru dapat dilakukan pada bulan Mei karena

sebelumnya penulis melakukan pendekatan terlebih dahulu selama kurang

lebih 8 bulan dengan sedikit demi sedikit masuk ke dalam kehidupan anak-

anak jalanan secara langsung sehingga timbul sebuah rasa percaya antar teman

dengan responden.

Pengambilan data dilakukan dengan cara disebarkan dan langsung

diambil, meskipun demikian separuh dari kuisioner yang dibagikan rusak atau

tidak dikembalikan.

B. Karakteristik Responden

1. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin.

Berdasarkan dari data yang terkumpul, seperti yang terdapat pada

tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah responden berjenis kelamin laki-laki

adalah sebanyak 33 orang atau sebanyak 66% dan jumlah responden berjenis

kelamin perempuan adalah 17 orang atau sebanyak 34%. Dari jumlah dan

prosentase yang diperoleh, dapat menunjukkan bahwa pada komunitas anak-

anak jalanan, untuk jenis kelamin laki-laki lebih rentan/lebih beresiko

dibandingkan jenis kelamin perempuan dalam penyalahgunaan obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

triheksifenidil. Lebih beresikonya anak-anak jalanan yang berjenis kelamin

laki-laki disebabkan oleh mudah terpengaruhnya responden dengan teman

sesama anak-anak jalanan. Pengaruh tersebut dapat berupa rasa hasutan,

ajakan, hingga tantangan “belum jantan” bila belum meminum triheksifenidil.

Pengaruh yang kuat tersebut menimbulkan rasa ingin tahu dari responden

maupun rasa setia kawan terhadap teman-teman sesama anak-anak jalanan

yang lain. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa lebih dari 50% anak-anak jalanan

yang mengisi kuisioner adalah jenis kelamin laki-laki.

Tabel 4. Jumlah responden di depan Benteng Vredenburg berdasarkan jenis kelamin bulan Mei-Juni 2007

Keterangan Jumlah Prosentase

Laki-laki 33 orang 66%

Perempuan 17 orang 34%

2. Jumlah responden berdasar usia dan pendidikan terakhir dari responden.

Berdasarkan data distribusi usia responden yang diperoleh dari

kuisioner yang telah disebarkan, seperti yang terlihat pada gambar 4 di atas,

maka batasan usia yang paling banyak menggunakan triheksifenidil adalah

kisaran usia 13 sampai dengan usia 18 tahun dimana hal tersebut berarti

bahwa usia remaja (13 sampai dengan 18 tahun) lebih mudah untuk

dipengaruhi oleh teman dan lingkungan dalam penyalahgunaan baik obat-obat

keras seperti triheksifenidil maupun psikotropika. Mudah terpengaruhnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

penggunaan triheksifenidil secara tidak benar menurut aturan terapi yang

tertulis dapat disebabkan banyak faktor. Penulis telah melakukan pendekatan

secara pribadi dan melakukan wawancara, dan menurut narasumber yang tidak

mau disebutkan namanya, bahwa terutama pada kisaran usia tersebut (13-18

tahun), mempunyai rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba hal baru yang

sangat besar.

Tetapi pada usia antara 19 hingga 24 tahun juga dapat bepotensi

besar untuk menyalahgunakan triheksifenidil. Menurut data dalam gambar di

atas dapat dilihat bahwa pada usia tersebut menempati urutan kedua dalam

penyalahgunaan triheksifenidil. Yang lebih memprihatinkan adalah diantara

anak-anak jalanan terdapat anak-anak pada kisaran usia 7-12 tahun yang telah

mengkonsumsi triheksifenidil, dimana menurut data, usia termuda dalam

penyalahgunaan triheksifenidil adalah usia 8 tahun, keadaan ini sangat

memperihatinkan bahwa pada usia semuda itu telah menyalahgunakan

triheksifenidil yang dapat berpengaruh pada perkembangan tubuh dan mental

pada usia anak-anak.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh, pendidikan terakhir para

responden secara berturut-turut adalah lulus SD atau masih SD sebesar 36%

(18 orang), Lulus SMP sebesar 36% (18 orang), tidak sekolah sebesar 2% (1

orang), dan masih kuliah sebesar 2% (1 orang). Dilihat dari perbandingan

tingkat pendidikan terakhir, dapat diketahui bahwa anak-anak jalanan di depan

Benteng Vredenburg rata-rata mengenyam pendidikan, paling tidak mereka

dapat membaca dan menulis. Terlihat pada gambar 5 bahwa yang paling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

banyak mengkonsumsi triheksifenidil adalah anak-anak jalanan yang

berpendidikan akhir SD dan SMP. Ada kemungkinan faktor tingkat

pendidikan yang rendah, dapat dengan mudah untuk dipengaruhi oleh teman-

teman sesama anak-anak jalanan untuk mengkonsumsi triheksifenidil tersebut.

Gambar 5. Tingkat Pendidikan Responden

Gambar 5. Tingkat Pendidikan Responden di depan Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007

36% 36%

24%

2%

0tidak

sekolahSD SMP SMA kuliah

2%

46%40%

12% 2%

0

%

7-12 th 13-18 th 19-24 th 24-30 th

7-12 th 13-18 th 19-24 th 24-30 th Range Usia

Gambar 4. Jumlah Responden di depan Benteng Vredenburg Bedasarkan Usia pada bulan Mei-Juni 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

C. Gambaran Penyalagunaan Triheksifenidil pada Responden

1. Frekuensi penyalahgunaan triheksifenidil.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengisian kuisioner, sebanyak

48% (24 orang) anak-anak jalanan tidak sering mengkonsumsi triheksifenidil,

36% (18 orang) mengkonsumsi triheksifenidil setiap satu hari sekali, dan

sebanyak 3 orang (6%) yang mengkonsumsi 2 hari sekali dan 3 hari sekali.

Dari jumlah data yang diperoleh, semua responden yang mengisi kuisioner,

semuanya (100%) mengkonsumsi triheksifenidil dengan frekuensi waktu yang

berbeda-beda.

Menurut wawancara dengan salah satu sumber, keputusan mereka

untuk mengkonsumsi triheksifenidil sebagian besar karena mereka

terpengaruh oleh teman, baik dengan melihat, ingin mencoba, dengan hasutan,

maupun dipaksa oleh teman yang lain. Pemilihan dan perubahan perilaku pada

anak-anak jalanan pada kasus ini dibenarkan menurut Teori Aksi menurut

Parsons. Parsons mengatakan bahwa pengambilan keputusan untuk

mengadopsi perilaku sangat dipengaruhi oleh sistem budaya, sosial, dan

kepribadian. Dalam kasus ini kepribadian anak-anak jalanan yang keras dan

sistem budaya mereka yang bebas, serta ditambah lagi dengan pengaruh sosial

sesama anak-anak jalanan sangat mempengaruhi setiap individu masing-

masing untuk mengambil keputusan untuk menyalahgunakan triheksifenidil

dan mengadopsinya sebagai perilaku. Dalam pandangan masyarakat pada

umumnya, perilaku mereka (responden) ini adalah sebuah penyimpangan

perilaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Walaupun demikian, hal ini sangat memprihatinkan bahwa

penyalahgunaan psikotropika dan triheksifenidil di kalangan anak-anak

jalanan di wilayah Benteng Vredenburg telah menyebar dan mengakar kuat

terutama yang terjadi pada responden. Penyebaran dan penyalahgunaan

triheksifenidil di kalangan anak-anak jalanan sudah menjadi hal yang biasa

dan tidak mengherankan bagi mereka.

Tabel 5. Frekuensi penyalahgunaan triheksifenidil pada responden di depan Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007

Jumlah Prosentase (%)

Jarang-jarang 24 48%

1 hari sekali 18 36%

2 hari sekali 3 6%

3 hari sekali 3 6%

4 hari sekali 2 4%

Jumlah 50 100%

2. Frekuensi pengkonsumsian triheksifenidil dalam sehari.

Seperti yang terlihat pada gambar 6, menunjukkan secara berturut-

turut bahwa sebayak 72% responden (36 orang) setiap satu hari sekali

mengkonsumsi triheksifenidil. Disusul dengan 2 kali sehari dengan jumlah

sebanyak 10 responden (20%), 4 kali sehari 6% (3 orang), dan 3 kali sehari

dengan jumlah responden sebanyak 1 orang (2%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Masih aktifnya responden mengkonsumsi triheksifenidil dapat

disebabkan banyaknya faktor. Diantaranya adalah mudahnya akses di

lingkungan anak-anak jalanan sekitar depan Benteng Vredenburg untuk

mendapatkan triheksifenidil, baik dari cara mendapatkan triheksifenidil hingga

luasnya pengaruh jaringan gelap yang menguasai daerah tersebut. Selain itu

dengan pengetahuan yang tidak memadai, pengaruh sesama dan lingkungan

yang keras yang dirasakan anak-anak jalanan, terus membuat mereka

menyalahgunakan triheksifenidil hingga sekarang.

72%

20%

2% 6%

1 kali sehari 2 kali sehari 3 kali sehari 4 kali sehari

Gambar 6. Frekuensi pengkonsumsian triheksifenidil pada responden di depan Benteng Vredenburg dalam satu hari pada bulan Mei-Juni 2007

3. Jumlah maksimal Triheksifenidil yang dikonsumsi dalam sekali minum.

Menurut Gan, (1995) dalam buku Farmakologi dan Terapi,

penggunaan terapi untuk triheksifenidil adalah sebanyak 2 hingga 3 kali sehari

dengan rentang dosis terapi 10-20 mg/hari. Dari data responden yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

diperoleh, menyatakan bahwa lebih dari separuh responden (>50%) dalam

mengkonsumsi triheksifenidil selama ini belum termasuk kategori over dosis.

Tetapi sisa responden (40%) mengkonsumsi 2 hingga 4 tablet sekali

minum dan telah masuk dalam kategori over dosis. Hal ini dapat

mengkhawatirkan karena ada kemungkinan jumlah tablet triheksifenidil yag

dikonsumsi dalam penyalahgunaan triheksifenidil dapat terus bertambah dan

telah menyebabkan ketagihan secara psikis. Pengkonsumsian yang berlebihan

terutama pada dosis harian 15-30 mg sehari, triheksifenidil dapat

menyebabkan kebutaan akibat komplikasi glaukoma sudut tertutup.

Tabel 6. Banyaknya triheksifenidil sekali minum pada responden di depan Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007

Keterangan Jumlah Prosentase

1 tablet 30 60%

2 tablet 6 12%

3 tablet 5 10%

> 4 tablet 5 10%

4tablet 4 8%

Total 50 100%

Dilihat dari potensi responden untuk menyalahgunakan

triheksifenidil tersebut, bahkan hingga lebih dari 2 tablet sekali minum,

disebabkan karena terlalu seringnya responden mengkonsumsi triheksifenidil

sehingga ada kemungkinan hal tersebut menyebabkan naiknya ambang batas

kebutuhan dosis minimal yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menimbulkan

efek yang diharapkan oleh pemakai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Berdasarkan wawancara dengan narasumber, bahkan ada seorang

anak-anak jalanan yang mengkonsumsi hingga lebih dari 20 tablet setiap hari.

4. Asal dan harga Triheksifenidil yang diperoleh responden.

Seperti yang telah diuraikan di atas, pengaruh lingkungan terutama

sesama teman anak-anak jalanan sangat berperan baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam penyimpangan perilaku dalam hal ini adalah

penyalahgunaan triheksifenidil pada responden, dimana sistem sosial yang

mereka bentuk seperti rasa solidaritas sangat besar pengaruhnya dalam

pengambilan keputusan penyalahgunaan triheksifenidil.

Prosen t a se

Berdasarkan hasil kuisioner yang telah diisi oleh responden,

menunjukkan sebanyak 26 responden atau sebesar 52% membeli

triheksifenidil dari temannya sendiri. Selain itu, sebanyak 28% atau 14

responden yang diberikan oleh temannya. Berarti sebanyak 80% responden

0

cara mendapatkan

c d a b

a. beli sendiri b. beli dari teman c. diberikan teman d. lain-lain

14%

52%

28%

6%

Gambar 7. Sumber dana untuk mendapatkan triheksifenidil pada responden di depan Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

mendapatkan triheksifenidil dari temannya, baik itu membeli, maupun

diberikan teman. Selebihnya (20%) mendapatkan triheksifenidil dengan

berbagai usaha. Keterangan darimana responden mendapatkan obat

triheksifenidil tersebut dapat dilihat dari gambar 7.

Data tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut dengan memetakan

harga tiap tablet triheksifenidil yang harus dibayarkan oleh responden. Harga

tiap tablet triheksifenidil sangat bervariasi. Selengkapnya dapat dilihat dari

tabel berikut ini.

Tabel 7. Tabel harga tiap butir triheksifenidil pada bulan Mei-Juni 2007 di depan Benteng Vredenburg

Harga Jumlah responden Prosentase

Rp.15.000,- 12 orang 24%

Rp.12.000,- 9 orang 18%

Rp.10.000,- 5 orang 10%

Rp.2000,- 4 orang 8%

Rp.20.000,- 4 orang 8%

Rp.1000,- 3 orang 6%

Rp.1500,- 1 orang 2%

Sebanyak 31 orang dari 50 responden harus membeli triheksifenidil

dengan kisaran harga Rp. 10.000,00 hingga Rp. 20.000,00. Jumlah rupiah

yang sangat melambung tinggi untuk setiap tablet triheksifenidil.

Melambungnya harga satu tablet triheksifenidil hingga sampai pada pembeli

dapat disebabkan oleh banyak kemungkinan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Menurut wawancara dengan narasumber, responden dapat

mendapatkan harga Rp. 10.000,00 atau lebih karena triheksifenidil tersebut

telah melalui lebih dari satu orang pengedar. Dalam arti bahwa responden

mendapatkan triheksifenidil tersebut dari pengedar yang lebih kecil, itu

sebabnya mengapa harga triheksifenidil tersebut melambung tinggi. Pada

dasarnya bahwa peredaran obat-obat keras, terutama triheksifenidil, maupun

psikotropika tersebut sudah merupakan jaringan dimana peredaran

psikotropika dan obat-obat yang lain telah terkoordinasi dari bandar yang

besar hingga bandar yang lebih kecil. Berdasarkan keterangan dari

narasumber, di daerah Benteng Vredenburg terdapat lebih dari 4 pengedar,

baik pengedar yang kecil maupun pengedar utama. Harga triheksifenidil yang

melambung juga disebabkan karena semakin banyaknya razia dan

pemeriksaan terhadap pengguna Napza dan pengedar Napza oleh Polisi.

Sebanyak 8 responden biasa mendapatkan triheksifenidil dibawah

Rp. 3000,00. Hal ini dapat terjadi karena triheksifenidil tersebut dibeli

langsung dari orang pertama (bandar besar) atau kaki tangan pengedar,

sehingga harganya relatif lebih murah.

Banyak cara atau modus operasi jaringan peredaran triheksifenidil,

psikotropika, maupun narkotika yang digunakan untuk memperkuat dan

memperluas wilayah peredaran. Tetapi yang pasti adalah wilayah peredaran

obat keras jenis triheksifenidil telah meluas. Modus perdagangan

triheksifenidil secara gelap dilakukan dengan cara pertama kali dengan

mempengaruhi (mengiming-imingi) anak-anak jalanan untuk mencoba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

“sesuatu” yang belum pernah dicobanya, dan setelah orang yang dipengaruhi

tersebut ketagihan, maka mereka terpaksa untuk membeli triheksifenidil

tersebut dengan harga yang ditentukan.

Peranan “teman” dalam perluasan wilayah peredaran triheksifenidil

ini menjadi kunci utama karena pemakai mendapatkan bujukan pertama kali

dari orang yang dikenalnya. Rasa senasib dan solidaritas sesama teman

menjadi alasan dalam membujuk anak-anak jalanan untuk mencoba dan

menyalahgunakan triheksifenidil.

5. Sumber dana anak-anak jalanan untuk membeli Triheksifenidil.

Hampir sebagian besar profesi dari responden adalah pengamen.

Dari data responden yang diperoleh bahwa sebesar 34 orang responden atau

68% mendapatkan uang untuk membeli triheksifenidil dengan cara mengamen

dan lain-lainnya dibawah 15% mendapatkan uang dengan cara yang berbeda-

beda. Data dari mana uang untuk membeli triheksifenidil dapat dilihat dari

tabel 8 berikut.

Tabel 8. Tabel sumber dana responden di depan Benteng

Vredenburg untuk membeli Triheksifenidil pada bulan Mei-Juni 2007

Keterangan Jumlah Persentase Ngamen 34 68%

minta orang tua 7 14% diberi teman 6 12% minta teman 5 10%

Meminta dengan paksa 5 10%

uang saku 5 10% Mencuri 4 8%

kerja kasar 2 4% Patungan 2 4%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Hal yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana cara sebagian

anak-anak jalanan dalam mencari uang untuk membeli triheksifenidil.

Sebagian besar anak-anak jalanan di daerah tersebut hanya mengandalkan

hasil dari mengamen. Dapat dibayangkan, dengan penghasilan dari

mengamen, responden membeli triheksifenidil yang harganya tidak sebanding

dengan hasil yang mereka dapatkan. Tindakan berbahaya yang dapat muncul

pada anak-anak jalanan adalah tindakan mencuri dan meminta dengan paksa,

dimana tindakan tersebut hanya untuk mendapatkan uang secara cepat dan

praktis untuk membeli triheksifenidil tersebut. Tindakan tersebut sudah masuk

dalam tindakan kriminal karena tindakan itu termasuk tindakan yang

merugikan bagi orang lain dan melanggar hukum.

Tindakan yang dilakukan oleh anak-anak jalanan tersebut

menandakan adanya perubahan perilaku pada diri 10% responden. Menurut

sumber saat wawancara, sebagian teman anak-anak jalanan begitu sangat

menikmati efek halusinasi yang berlebihan dari triheksifenidil yang mereka

konsumsi sehingga membuat mereka menjadi mempunyai sikap tidak peduli

terhadap lingkungan sekitarnya dan melakukan apapun termasuk tindakan

kriminal seperti meminta dengan paksa dan mencuri demi mendapatkan uang

secara cepat dan praktis.

Ada pula kemungkinan terjadinya perubahan perilaku yang

mengarah ke dalam tindakan kriminal ini dipicu oleh ketagihan atau

kecanduan yang telah dialami sehingga cara yang cepat untuk mendapatkan

uang adalah dengan cara mencuri dan atau meminta dengan paksa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

6. Alasan dan tujuan responden menyalahgunakan triheksifenidil.

Alasan dan tujuan responden menyalahgunakan triheksifenidil

adalah kerena mereka ingin mendapatkan perasaan semu yang dirasakan

setelah mengkonsumsi triheksifenidil. Dapat dilihat pada gambar 8 bahwa

yang paling banyak menginginkan perasaan “terbang (Fly)” yaitu 40%,

perasaan tenang yang diinginkan oleh responden menempati urutan kedua

terbanyak dengan 34%, perasaan gembira dengan 24%, serta 2% lain-lain.

Menurut Gan (1995), triheksifenidil sebagai obat antikolinergik

sentral mempunyai efek samping seperti hipertermia dan halusinasi yang

berlebihan. Dari data yang ada, dapat diketahui bahwa yang mereka inginkan

dari meminum triheksifenidil adalah reaksi dari efek samping triheksifenidil.

Tubuh terasa lemas (yang diasumsikan oleh mereka sebagai perasaan tenang)

disebabkan karena triheksifenidil bekerja untuk menekan pelepasan Ach

(asetilkolin) pada reseptor kolinergik dari ujung saraf somatik di ganglia basal

sehingga pelepasan ion K+ dan Na+ dapat dicegah. Kedua ion ini berguna

untuk merangsang membran otot disekitarnya sehingga menimbulkan aksi otot

dan kontraksi otot rangka. Selain itu pula triheksifenidil juga menimbulkan

efek memperbaiki mood atau perasaan. Sedangkan perasaan “fly” atau tenang

diakibatkan dari efek samping sentral berupa halusinasi.

Selain itu alasan lain yang ingin dicapai dari sebagian responden

adalah mereka ingin masalah yang dialaminya dalam sekejap dapat hilang

sehingga hidup mereka berubah menjadi sempurna.

Alasan-alasan ini menggambarkan bahwa kepribadian responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

masih belum matang dan sebagian besar dari responden tidak berani

menghadapi permasalahan atau berpaling dari kenyataan hidupnya.

Ketidakberanian mereka dan sikap ingin lari dari masalah dengan cara

penyelesaian yang salah itulah yang menjadikan mereka mempunyai perilaku

yang menyimpang.

34%

40%

24%

2%

Tenang/rilex fly gembira Lain-lain

Gambar 8. Alasan dan tujuan responden di depan Benteng Vredenburg dalam penyalahgunaan triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007

Pengetahuan responden akan efek yang ditimbulkan dan sumber pengetahuan akan obat yang dikonsumsinya.

Tingkat pengetahuan responden, baik pengetahuan formal maupun

informal, akan bahayanya psikotropika dan obat-obat keras yang sering

disalahgunakan seperti triheksifenidil adalah salah satu senjata untuk tidak

menyalahgunakan obat-obatantersebut. Seperti yang dapat terlihat dari tabel 9

bahwa sebenarnya mereka mengetahui efek yang ditimbulkan dari

penggunaan triheksifenidil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Tabel 9. Pengetahuan responden di depan Benteng Vredenburg akan efek triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007

Keterangan Jumlah Prosentase

Saya tahu 27 54%

Ragu-ragu 14 28%

Tidak tahu 9 18%

Total 50 100%

Sebenarnya pemerintah dan dinas-dinas terkait telah melakukan

tindakan untuk membatasi, mengurangi, dan memberantas pengedaran dan

penyalahgunaan obat-obat keras dan psikotropika, baik dengan jalan hukum

maupun dengan berbagai macam penyuluhan (dapat dilihat pada tabel 11). Ini

dapat dilihat dari lebih dari 50% responden yang menjawab tahu akan efek

yang ditimbulkan dari triheksifenidil, akan tetapi seluruh responden yang

mengisi kuisioner yang diajukan masih tetap saja menyalahgunakan

triheksifenidil. Namun dari data yang diperoleh, masih banyak dari responden

tersebut tidak tahu secara pasti akan efek yang ditimbulkan dari penggunaan

triheksifenidil.

Tabel 10. Pengetahuan responden di depan Benteng Vredenburg akan efek samping yang ditimbulkan pada bulan Mei-Juni 2007

Keterangan Jumlah Prosentase

Ya 34 68%

Tidak tahu 16 32%

TOTAL 50 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Tabel 11. Narasumber pengetahuan responden di depan Benteng Vredenburg akan triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007

Keterangan Jumlah Prosentase

Pengalaman pribadi 14 28%

Dari penyuluhan 14 28%

Dari teman 12 24%

Lain-lain 3 6%

TOTAL 50 100%

Walaupun demikian, besarnya keinginan yang besar untuk

mengkonsumsi triheksifenidil sangat berpengaruh dalam proses memilih

(menggunakan atau tidak menggunakan). Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa

pengetahuan akan efek dari triheksifenidil diperoleh lebih banyak dari

pengalaman pribadi dan dari penyuluhan (sebanyak 28% pada tabel 11) masih

kurang memadai untuk mengetahui secara pasti akan efek yang dapat

ditimbulkan dari pengkonsumsi triheksifenidil. Ada kemungkinan responden

hanya merasakan efek yang ditimbulkan setelah minum tanpa mengetahui

secara pasti kegunaan terapi dari obat tersebut.

Tanpa adanya pengetahuan yang memadai/cukup, responden akan

membuat persepsi yang salah akan efek yang dapat ditimbulkan dari

penggunaan triheksifenidil secara pasti. Persepsi yang salah tersebut

mengakibatkan anak-anak jalanan akan terus menyalahgunakan triheksifenidil

dan atau psikotropika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

8. Pengaruh lingkungan dan teman sesama anak-anak jalanan pada penyalahgunaan triheksifenidil.

Hampir semua anak-anak jalanan pernah dan masih

menyalahgunakan triheksifenidil. Terutama pada saat responden berkumpul

bersama yang lainnya dan secara bersama-sama mengkonsumsi triheksifenidil.

Dari pengisian kuisioner yang telah diedarkan, menyebutkan bahwa sebanyak

35 orang responden atau sebanyak 70% responden mengkonsumsi

triheksifenidil tersebut bersama-sama. Selebihnya, sebanyak 30% atau 15

responden lebih suka mengkonsumsi triheksifenidil sendirian. Responden

yang mengkonsumsi triheksifenidil sendirian sebagian besar adalah

perempuan, ini disebabkan kemungkinan mereka malu bila dilihat oleh teman-

temannya.

Biasanya pada saat responden mengkonsumsi triheksifenidil,

responden telah terpengaruh oleh minuman keras dimana sebagai bahan utama

dari menuman keras tersebut adalah alkohol dengan kadar yang bervariasi.

Seperti yang kita ketahui bahwa dalam dunia kefarmasian, alkohol merupakan

salah satu pelarut organik yang digunakan untuk melarutkan bahan obat.

Alkohol mempunyai sifat mudah dan cepat diserap lambung dan usus halus.

Alkohol dapat mendpresi susunan saraf pusat dan menyebabkan

pengkonsumsi dapat kehilangan kontrol gerak, sedangkan triheksifenidil

adalah obat yang mempunyai efek mengurangi rangsang gerak dari saraf

kolinergik. Dilihat dari sifat alkohol yang mendepresi SSP sehingga dapat

menimbulkan halusinasi, mudah diserap ke dalam tubuh, dan alkohol sebagai

pelarut organik, maka efek dari triheksifenidil akan semakin diperkuat oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

alkohol karena alkohol dapat dengan mudah menembus sawar otak.

0

%

Bersama teman sendirian

70% 30%

Gambar 9. Pengaruh lingkungan pada responden di depan Benteng Vredenburg akan perilaku penyalahgunaan triheksifenidil

bulan Mei-Juni 2007

9. Over dosis Triheksifenidil pada responden.

Dari pernyataan responden, sebanyak 38% atau 19 responden pernah

overdosis setelah meminum triheksifenidil. Hal ini membahayakan dimana

triheksifenidil berpotensi menyebabkan kebutaan pada dosis harian 15-30 mg

sehari, hal ini berarti bahwa sebagian responden mengkonsumsi triheksifenidil

secara berlebihan dan di atas batas terapi triheksifenidil yang dianjurkan. Adapun

yang dirasakan sebagian responden yang mengalami overdosis tersebut

menyebutkan apa yang mereka rasakan, seperti tubuh terasa panas, kemudian

mengalami halusinasi, dan berikutnya mengalami perasaan yang tenang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

38%

62%

tidak overdosis

pernah overdosis

Gambar 10. Banyaknya responden di depan Benteng Vredenburg yang pernah over dosis triheksifenidil pada bulan Mei-Juni 2007

10. Penyalahgunaan obat yang lain selain triheksifenidil.

Jika dilihat dari tingkat pengetahuan para responden dan data yang

diperoleh pada tabel 10 dan tabel 11, besar kemungkinan sebagian dari

responden hanya tahu efek yang ditimbulkan triheksifenidil dari pengalaman

pribadi, akibatnya banyak responden yang tidak mengerti secara pasti atau

mungkin tidak peduli akan bahayanya penggunaan obat secara salah (di luar

tujuan terapi). Hal ini juga dapat dilihat pada tabel 12, betapa banyaknya

jumlah responden yang mengkonsumsi obat-obatan selain triheksifenidil

(sebanyak 22 responden).

Tabel 12. Konsumsi obat lain selain triheksifenidil pada responden di depan Benteng Vredenburg pada bulan Mei-Juni 2007

Keterangan Jumlah

Ada 22

Tidak ada 28

TOTAL 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Pada dasarnya alasan utama untuk menyalahgunakan obat-obatan

adalah sama, yaitu responden ingin mendapatkan perasaan tenang dan rileks.

Perasaan tersebut yang dianggap oleh sebagian besar dari mereka (anak-anak

jalanan pada kawasan Benteng Vredenburg) dapat melupakan semua masalah

hidup yang mereka alami walaupun untuk sesaat.

Tetapi untuk sebagian dari responden mengkonsumsi obat lain selain

triheksifenidil. Bahkan ada responden yang mengkonsumsi lebih dari satu

jenis / macam obat. Jumlah responden yang mengkonsumsi obat lain selain

triheksifenidil berjumlah 22 orang, tetapi jumlah total responden yang

memberikan keterangan jenis obat yang juga dikonsumsinya berjumlah 48

responden. Berarti rata-rata satu responden mengkonsumsi minimal 2 jenis

obat secara berkala.

Dari hasil kuisioner yang terlihat pada tabel 13, obat yang paling banyak

dikonsumsi selain triheksifenidil adalah dekstroamfetamin. Detroamfetamin juga

merupakan obat antiparkinson dimana obat ini digunakan sebagai obat alternatif

selain levodopa dan sebagai kombinasi dengan obat-obat anti parkinson yang

lainnya. Dekstroamfetamin tidak banyak mempengaruhi tremor, tetapi dapat

mengurangi kekakuan dan memperbaiki mood (Gan, 1995). Penggunaan

dekstroamfetamin dengan triheksifenidil dapat saling mendukung dan saling

memperkuat kerja dari masing-masing obat.

Pengetahuan yang minimal (biasanya dari pengalaman pribadi),

pengaruh teman sesama anak-anak jalanan serta sikap yang tidak peduli terhadap

lingkungan sekitarnya dapat menjadi pemicu akan terjadinya praktek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

penyalahgunaan obat yang lebih lebih banyak lagi, terutama jenis psikotropika,

narkotika, dan obat-obat keras lainnya. Apabila anak-anak jalanan tidak segera

diberikan pemahaman yang baru / lebih akan bahaya penyalahgunaan obat yang

beredar maka kemungkinan dalam jangka waktu lama akan berakibat fatal bagi

individu yang menyalahgunakan obat-obatan secara tidak terkontrol.

Berdasarkan data nama obat lain yang sering dikonsumsi, telah dilakukan

penelusuran akan “nama jalanan” dari obat yang sering dikonsumsi tersebut, tetapi

sebagian besar anak-anak jalanan yang tidak tahu nama kimia maupun dagang

dari obat-obat tersebut.

Tabel 13. Nama-nama obat yang pernah digunakan oleh responden di depan

Benteng Vredenburg selain triheksifenidil bulan Mei-Juni 2007

Nama obat yang dikenal responden

Keterangan jenis obat

Jumlah responden

Karnofen 1 Paramex + Sprite 1

Sabu-sabu 1 Kombi Obat Tidur 1

Haloperidol Antipsikosis 3 Kode Kodein 7

Batman Obat penenang 4 Pink = king Lexotan 5

Lonceng Obat penenang 1 double D Obat anjing 1 X -treme 1 Fido-dido 1

Dextro Dekstroamfetamin 13 Lexotan 1

Ngelem (Aibon) 2 Antimo 2 Alkohol Zat aditif lainnya 2

Kecubung 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Karakteristik umum dari 50 responden dari 120 orang yaitu, responden

yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 66% (33 orang) dan tingkat usia

responden yang paling banyak menyalahgunakan triheksifenidil antara 13

tahun hingga 18 tahun (46%), dimana tingkat pendidikan 18 orang dari 50

responden hanya lulus atau tidak selesai SD.

2. Gambaran dari tindakan penyalahgunaan obat triheksifenidil pada anak-

anak jalanan di kawasan Malioboro yang terpusat di depan Benteng

Vredenburg antara lain dengan alasan pertama kali adalah ingin coba-coba

dan ingin tahu. Tujuan dari responden mengkonsumsi triheksifenidil

secara berkala adalah ingin mencapai efek psikis yang utamanya berupa

perasaan “fly” / terbang, dan perasaan tenang / rileks. Dengan dicapainya

perasaan tersebut maka mereka merasa bahwa semua masalah dalam hidup

mereka hilang dalam sekejap.

3. sebanyak 48% responden mengkonsumsi triheksifenidil jarang-jarang dan

dan sebanyak 36% mengkonsumsi minimal satu hari sekali, dan sebanyak

60% responden mengkonsumsi triheksifenidil 1 butir sekali minum dengan

kemungkinan besar mereka tidak tahu secara pasti akan efek terapi dan

efek samping yang ditimbulkan dari triheksifenidil tersebut. Dengan

64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

tingkat kesadaran dan pengetahuan yang masih rendah dalam meraba

bahaya dari penyalahgunaan obat, dibuktikan sebanyak 38% (19 orang)

responden pernah overdosis

4. Obat-obatan lain yang paling sering digunakan dikalangan anak-anak

jalanan adalah dekstroamfetamin yang juga sebagai obat anti parkinson

(dopaminergik sentral) sebagai alternatif pengganti levodopa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

B. Saran

1. Perlu diteliti lagi lebih lanjut tentang pengetahuan anak-anak jalanan,

faktor-faktor penyebab dan pendorong penyalahgunaan obat-obatan dan

psikotopika karena berkaitan dengan sikap anak-anak jalanan itu sendiri

terhadap obat keras dan psikotropika.

2. Perlu adanya kebijakan yang lebih intensif lagi dari pihak-pihak terkait

untuk memberikan pengertian bahayanya Napza.

3. Perlu dibentuk tim khusus yang peduli akan kehidupan anak-anak jalanan

di tingkat universitas maupun tingkat fakultas yang terdiri dari dosen dan

mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu untuk bekerja sama dalam upapya

pencegahan, pemberantasan, serta penanggulangan Napza terutama

psikotropika di kalangan anak-anak jalanan.

Upaya yang dapat dilakukan dapat berupa pemberian informasi lewat

penyuluhan, selebaran, brosur, konsultasi, hingga bila dianggap perlu

dilakukan pendampingan anak-anak jalanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Daftar Pustaka

Anonim, 1997, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 nomor 76, Jakarta.

Anonim, 2007a, Esai dan Teori Anak Jalanan dan Subkultur: Sebuah Pemikiran Awal, http://kunci.or.id/esai/misc/kirik_anak.htm., Diakses tanggal 5 Februari 2007

Anonim 2007b, Napza dan Permasalahannya, depkes.go.iddownloadsNapza.html, Diakses pada tanggal 7 Februari 2007.

Anonim, 2007c, Sistem Saraf, http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0086%20Bio%202-9e.htm, diakses pada tanggal 18 Juli 2007

Atmadja, T. S., 2007, Lonceng Kematian, http://www.pemda-diy.go.id/berita/article.php?sid=2066, Diakses pada tanggal 8 Februari 2007.

Darmansjah, I., Setiawati, A., dan Gan, S, 1995, Obat Otonom, dalam Ganiswarna, S.G., Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 24-27, PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.

Gan, V., 1995, Obat penyakit Parkinson dan Pelemas Otot yang Bekerja Sentral,

dalam Ganiswarna, S.G., Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 182-183, PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.

Harefa, F, 2007, Narkoba dan Remaja,

http://fidelisharefa.wordpress.com/2007/02/08/narkoba-remaja/, diakses pada tanggal 8 Februari 2007.

Hasan, M. I., 2002, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan aplikasinya,

Ghalia Indonesia, Jakarta Hawari, D., 1995, Antisipasi Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Alkohol &

Zat Aditkif Lanilla: Aspek Medik, Psikiatrik, Psikososial, dan Psikoreligius, http://www.homeline.edu/apakabar/basisdata/1995/05/11/0008.html .

Irwanto AKK, 1995, Pekerja Anak di Tiga Kota Besar : Jakarta, Surabaya, Medan, Dinas Sosial, Jakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Joewana, S, 2000, Penyalahgunaan NAPZA, Lokakarya dan Pelatihan Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan NARKOBA, 11-14 Mei, Cipanas.

Mandagi, J., dan Wresniwiro, M., 1995, Masalah Narkotika dan Zat

Adiktif Lainnya serta Penanggulangannya, Edisi I, Pramuka Saka Bhayangkara, Jakarta.

Masngudin, H. M. S., 2007, Kenakalan Remaja sebagai Perilaku Menyimpang

Hubungannya dengan Keberfungsian Sosial, http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm, diakses pada tanggal 18 Juli 007

McLeish, J, 1986, Behaviorisme sebagai Psikologi Perilaku Modern, Tarsito,

Bandung. Mutschler, E, 1991, Dinamika Obat;Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi,

Edisi ke-5, ITB, Bandung Nawawi, H., 1983, Metode Penelitian Bidang Sosial, 140-143, Gajah Mada

University Press, Yogyakarta. Noback, C. R., 1982, Anatomi Susunan Saraf Manusia, 161-177, Edisi ke-2,

Penerbit cv EGC, Jakarta Utara. Noviastuti, A., 2000, Aspek Psikiatri Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika,

dan Zat Adiktif Lain (NAPZA), Seminar Mengatasi Penderita Penyalahgunaan Narkoba Secara Tepat dan Benar, 19 Februari 2000, Semarang.

Permadi, G, 1997, Penelitian Anak-anak Jalanan di Kotamadya Semarang, Laporan Akhir, Yayasan Duta Awam Semarang, Semarang.

Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 10-18, Penerbit Rajawali, Jakarta.

Santoso, S.O., dan Wiria, M.S.S., 1995, Psikotropika, dalam Ganiswarna, S.G.,

Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 419-425, PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.

Sarwanto dan Kuntara, 2003, Penentuan Besar Sampel, Medika, no.12, 795, PT.

Grafiti Medika Pers, Jakarta. Sarwono, S.W., 1989, Psikologi Remaja, 4-43, Rajawali Pers, jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Satriyo, D, 2003, Permasalahan Narkoba di Indonesia dan Penanggulangannya, Pelatihan Training dalam Pencegahan Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Lingkungan Kerja, Badan Narkotika Republik Indonesia, Graha Dinar, Cisarua, Bogor.

Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya, Edisi IV, 419-425, PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.

Zubaedi, 2003, Indonesia dalam Status Bahaya

Psikotropika,Http:/www.suaramerdeka.com/kha2.htm, di down-load tanggal 13 Juli 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72  

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

PANDUAN PERTANYAAN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan terakhir :

1. Berapa hari sekali Anda mengkonsumsi tripleks?

a. 1 hari

b. 2 hari

c. 3 hari

d. 4 hari

e. jarang-jarang :

………hari sekali

2. Bila Anda mengkonsumsi tripleks, berapa butir sekali minum?

a. 1 butir

b. 2 butir

c. 3 butir

d. 4 butir

e. lebih dari 4 butir :

………….butir

3. berapa kali Anda dalam sehari mengkonsumsi tripleks ?

a. 1 kali

b. 2 kali

c. 3 kali

d. 4 kali

4. darimana anda dapatkan obat tripleks tersebut ?

a. beli sendiri

b. beli dari teman

c. diberikan oleh teman

d. lain-lain

Jika jawabannya C, maka langsung ke nomor 7

5. bila Anda membeli, berapa rupiah harga satu butir tripleks?

Rp ……………..

6. bila Anda membeli, darimana uang itu didapatkan untuk membeli obat tersebut ?

a. ……………..

b. ……………..

c. ……………..

d. ……………..

7. apa yang Anda harapkan dari meminum tripleks ?

a. tenang atau rilex

b. fly (perasaan terbang)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

c. gembira

d. lain-lain : ……………..

……………..

8. Apakah Anda tahu secara pasti efek yang ditimbulkan dari meminum obat tersebut ?

a. ya, saya tahu

b. ragu-ragu

c. tidak tahu

9. apakah Anda juga tahu efek samping yang ditimbulkan bila Anda meminum obat tersebut

?

a. ya

b. tidak tahu

10. bila anda tahu akan efek yang ditimbulkan, darimana Anda dapatkan informasinya ?

a. dari pengalaman diri sendiri

b. dari teman

c. dari penyuluhan

d. lain-lain

11. biasanya, bersama siapa Anda meminum obat tersebut ?

a. sendirian

b. bersama teman-teman

12. apakah anda pernah Over Dosis saat meminum obat tersebut ?

a. ya, pernah

b. belum pernah

13. selain tripleks, apakah ada obat-obatan lain yang anda sering minum untuk mencapai

kondisi seperti anda meminum tripleks ?

a. ada, ………..………..

………..………..

………..………..

………..………..

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Kategori Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27umur 7-12 1 1 1 1 1 1

13-18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19-24 1 1 1 1 1 1 1 1 24-30

pendidikan tidk sklh 1 terakhir sd 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

smp 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 sma 1 1 1 1 kuliah 1

jenis laki-laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 kelamin perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 a 1 1 1 1 1 1 1 1 b c 1 1 1 d 1 1 e 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 a 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 b 1 1 c 1 1 1 d 1 1 e 1 3 a 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 b 1 1 1 1 1 1 c d 1 1 4 a 1 1 1 1 b 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 c 1 1 1 1 1 1 1 1 d 1 5 tidak beli 1 1 1 1 1 1 1 Rp 1.000,00 1 1 Rp 1.500,00 Rp 2.000,00 1 Rp 10.000,00 1 1 Rp 12.000,00 1 1 1 1 1 1 Rp 13.000,00 Rp 15.000,00 1 1 1 1 1 Rp 20.000,00 1 Rp 30.000,00 6 minta ortu 1 1 1 ngamen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 diberi teman 1 1 mencuri 1 1 1 1 minta teman 1 1 1 kompas 1 1 1 1 kerja kasar 1 kerja patungan 1 menjual barang uang saku 1

Olah Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 % jumlah 12% 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 46% 23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 40% 20 1 2% 1 2% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 36% 18 1 1 1 1 1 1 1 36% 18 1 1 1 1 1 1 1 1 24% 12 2% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 66% 33 1 1 1 1 1 34% 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34% 17 1 1 1 6% 3 6% 3 4% 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 48% 24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 60% 30 1 1 1 1 12% 6 1 1 10% 5 1 1 8% 4 1 1 1 1 10% 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 72% 36 1 1 1 1 20% 10 1 2% 1 1 6% 3 1 1 1 14% 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 52% 26 1 1 1 1 1 1 28% 14 1 1 6% 3 1 16% 8 1 6% 3 1 2% 1 1 1 1 8% 4 1 1 1 10% 5 1 1 1 18% 9 1 2% 1 1 1 1 1 1 1 1 24% 12 1 1 1 8% 4 0% 0 1 1 1 1 14% 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 70% 35 1 1 1 10% 5 8% 4 1 1 10% 5 1 10% 5 1 4% 2 1 2% 1 1 4% 2 0% 0 1 1 1 1 10% 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

7 a 1 1 1 1 1 1 1 1 b 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 c 1 1 1 1 1 1 1 1 d 1 8 a 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 b 1 1 1 1 1 1 1 1 c 1 1 1 1 1 9 a 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 b 1 1 1 1 1 1 1 1

10 a 1 1 1 1 1 b 1 1 1 1 1 1 1 c 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 d 1 1

11 a 1 1 1 1 1 1 1 b 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

12 a 1 1 1 1 1 1 1 1 b 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

13a karnopen paramex 1 kembung sabu-sabu 1

obat tidur kombi heloperidol 1 kode 1 1 1 1 kangpen basomo

penenang batman 1 lexotan pink = king 1

lonceng

obat anjing double D x-treme fido-dido dextro 1 1 1 1 lexotan ngelem antimo 1 alkohol 1 kcubung 1

13b 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

1 1 1 1 1 1 1 1 1 34% 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 40% 20 1 1 1 1 24% 12 2% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 54% 27 1 1 1 1 1 1 28% 14 1 1 1 1 18% 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 68% 34 1 1 1 1 1 1 1 1 32% 16 0% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28% 14 1 1 1 1 1 24% 12 1 1 1 1 28% 14 1 6% 3 1 1 1 1 1 1 1 1 30% 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 70% 35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 38% 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 62% 31 1 2% 1 2% 1 0% 0 2% 1 1 2% 1 1 1 6% 3 1 1 1 14% 7 0% 0 0% 0 1 1 1 8% 4 1 1 1 1 10% 5 0% 1 2% 1 1 2% 1 1 2% 1 0% 1 2% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26% 13 1 2% 1 1 1 4% 2 1 4% 2 1 4% 2 2% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 56% 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 % jumlah

12% 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 46% 23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 40% 20 1 2% 1 2% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 36% 18 1 1 1 1 1 1 1 36% 18 1 1 1 1 1 1 1 1 24% 12 2% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 66% 33 1 1 1 1 1 34% 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34% 17 1 1 1 6% 3 6% 3 4% 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 48% 24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 60% 30 1 1 1 1 12% 6 1 1 10% 5 1 1 8% 4 1 1 1 1 10% 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 72% 36 1 1 1 1 20% 10 1 2% 1 1 6% 3 1 1 1 14% 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 52% 26 1 1 1 1 1 1 28% 14 1 1 6% 3 1 16% 8 1 6% 3 1 2% 1 1 1 1 8% 4 1 1 1 10% 5 1 1 1 18% 9 1 2% 1 1 1 1 1 1 1 1 24% 12 1 1 1 8% 4 0% 0 1 1 1 1 14% 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 70% 35 1 1 1 10% 5 8% 4 1 1 10% 5 1 10% 5 1 4% 2 1 2% 1 1 4% 2 0% 0 1 1 1 1 10% 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

7 a 1 1 1 1 1 1 1 1 b 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 c 1 1 1 1 1 1 1 1 d 1 8 a 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 b 1 1 1 1 1 1 1 1 c 1 1 1 1 1 9 a 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 b 1 1 1 1 1 1 1 1

10 a 1 1 1 1 1 b 1 1 1 1 1 1 1 c 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 d 1 1

11 a 1 1 1 1 1 1 1 b 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

12 a 1 1 1 1 1 1 1 1 b 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

13a karnopen paramex 1 kembung sabu-sabu 1

obat tidur kombi heloperidol 1 kode 1 1 1 1 kangpen basomo

penenang batman 1 lexotan pink = king 1

lonceng

obat anjing double D x-treme fido-dido dextro 1 1 1 1 lexotan ngelem antimo 1 alkohol 1 kcubung 1

13b 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

1 1 1 1 1 1 1 1 1 34% 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 40% 20 1 1 1 1 24% 12 2% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 54% 27 1 1 1 1 1 1 28% 14 1 1 1 1 18% 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 68% 34 1 1 1 1 1 1 1 1 32% 16 0% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28% 14 1 1 1 1 1 24% 12 1 1 1 1 28% 14 1 6% 3 1 1 1 1 1 1 1 1 30% 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 70% 35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 38% 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 62% 31 1 2% 1 2% 1 0% 0 2% 1 1 2% 1 1 1 6% 3 1 1 1 14% 7 0% 0 0% 0 1 1 1 8% 4 1 1 1 1 10% 5 0% 1 2% 1 1 2% 1 1 2% 1 0% 1 2% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26% 13 1 2% 1 1 1 4% 2 1 4% 2 1 4% 2 2% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 56% 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

WAWANCARA DENGAN ANAK-ANAK JALANAN Nama : X (nama samaran)

Lokasi wawancara : di depan Benteng Vendesburg

Penanya

X

Penanya

Penanya

X

Penanya

X

Penanya

X

Penanya

X

Penanya

X

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Selamat pagi mas, boleh wawancara sebentar nggak ???

Oh….. selamat pagi, boleh-boleh aja.

Tadi khan sudah mengisi kuisioner, nah saya ingin menanyakan

secara pribadi sama Mas.

Awal dari Anda memperoleh informasi tentang obat

trihexyphenidyl ini dari mana ya ???

Saya memperolehnya pertama-tama dari teman lama saya sesama

anak-anak jalanan.

Terus bagaimana Anda bisa tertarik untuk mengkonsumsi

trihexyphenidyl pertama kalinya???

Pertama-tama sama dia (teman lama) trihexyphenidyl itu dikasih,

karena penasaran terus saya coba saja.

Apa tidak ada perlawanan saat diiming-imingi???

Ya…nggak sih, soalnya khan nggak enak sama temen saya.

Terus selanjutnya bagaimana ????

Pada akhirnya saya ketagihan, ya akhirnya saya harus beli. Abis

enak sih!!!

Truzz, sekarang masih mengunakan triheksifenidil??

Udah jarang, soalnya saya pernah ngeliat temen meninggal karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Penanya

X

Penanya

:

:

:

over dosis, lagipula sekarang udah nggak tergantung lagi

Bagaimana cara Mas untuk tidak tergantung lagi ??

Caranya dosis triheksifenidil diturunin bersamaan dengan minum

obat yang lebih aman, itu juga tahunya saya dikasih tahu teman.

Terus diminum sambil nurunin dosis triheksifenidil sampai hilang.

Ohh… Gitu, ya sudah Mas, makasih ya!!!

Nama : Y (nama samaran)

Lokasi wawancara : di depan Benteng Vendesburg

Penanya

Penanya

Y

Penanya

Y

Penanya

Y

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Selamat pagi mas, boleh ngobrol-ngobrol sedikit ???

Oh….. boleh…… boleh.

Langsung aja ya Mas, udah ngisi kuisioner khan ?!

Awal dari Anda memperoleh obat trihexyphenidyl ini dari mana???

Saya memperolehnya pertama-tama langsung beli dari temen yang

jadi bandar pertama juga pernah nemenin dia (bandarnya) beli.

Mas, dapetnya triheksifenidil dari apotek itu caranya gimana sih ??

soalnya khan triheksifenidil itu termasuk golongan obat keras yang

harus ditebus dengan resep dokter.

Dapetnya dari malsu resep dokter, di-scan dulu, terus diperbanyak.

Oh…gitu. Ngambil resepnya dimana ?? di sekitar Yogya juga??

Nggak, biasanya ngambilnya di luar Yogya seperti Solo, Magelang,

atau Wates. Yah..kota-kota deket Yogya lah!!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Penanya

Y

Penanya

Y

Penanya

Y

Penanya

Y

Penanya

Y

Penanya

Y

Penanya

Penanya

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Mas biasanya kaluau minum triheksifenidil bersama-sama atau

sendiri dan kena pengaruh alkohol nggak?

Nggak, kalau saya minum itu (triheksifenidil) sendirian dan nggak

kena alkohol.

Motivasi Mas minum triheksifenidil apa Mas???

Pengennya sih rilex, tenang gitu. Soalnya kalau udah minum

triheksifenidil langsung lemes.

Kok Mas bisa kenal triheksifenidil dari siapa??

Awal SMP dulu saya pengen coba-coba, soalnya teman-teman pada

minum, jadi khan nggak solider kalau ngga minum.

Kira-kira sudah berapa lama Mas konsumsi triheksifenidil?? Mas

pernah OD??

Kira-kira 7 tahun, walah kalau OD pernah ngerasain dan pernah

melihat teman OD juga.

Rasanya kayak apa sih mas??

Rasanya setengah mati, setengah hidup.

Terus sekarang katanya sudah berhenti, kenapa mas, apa karena

mas tahu efek-efek dari triheksifenidil??

Ya sebenernya sih nggak tahu, tapi karena melihat teman yang OD

makanya saya jadi takut dan nggak mau minum lagi. Sudah ya saya

mau ngamen lagi!!

Ohh gitu, ya sudah mas terima kasih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Nama : Z (nama samaran)

Lokasi wawancara : di depan Benteng Vendesburg

Penanya

Z

Penanya

Z

Penanya

Z

Penanya

Z

Penanya

Z

Penanya

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Selamat pagi mas,mau wawancara sedikit boleh nggak???

Bisa kok, nggak apa-apa.

Mas udah ngisi kuisioner?

Apa yang membuat mas tertarik menggunakan triheksifenidil??

Sebenernya sich nggak tertarik, Cuma sama temen dikasih tahu

katanya ada barang enak, mau nggak, ya terus dikasih

triheksifenidil itu.

Waktu itu saya khan minum-minum sama temen-temen, saat

keadaan mabuk terus ditawarin. Namanya lagi mabuk, ya udah saya

minum deh… waktu itu minum langsung 3 butir.

Mas Tahu nggak efek yang ditimbulkan dari penggunaan

triheksifenidil???

Aslinya sih nggak tahu secara pasti. Saya tahunya hanya dari

omong-omongan teman-teman saja.

Yang pengen mas peroleh dari minum triheksifenidil apa mas ??

Yah sampai sekarang sih bisa santai dan tahan begadang kalau saya

minum triheksifenidil.

Terus apa yang mas rasakan selama minum triheksifenidil???

Yah tergantung suasana hati, kalau lagi sedih ya jadi lemes, kalau

lagi happy ya bisa jadi agresif.

Mas, dapetnya triheksifenidil caranya gimana sih ?? soalnya khan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Z

Penanya

Z

Penanya

Z

Penanya

Z

:

:

:

:

:

:

:

triheksifenidil itu termasuk golongan obat keras yang harus ditebus

dengan resep dokter.

Kalau dulu saya selalu dikasih sama teman, tapi khan nggak enak

dikasih terus, jadi sekarang beli sendiri dari hasil ngamen.

Mas biasanya kaluau minum triheksifenidil bersama-sama atau

sendiri dan kena pengaruh alkohol nggak?

Biasanya kita minum-minum dulu, kalau udah sedikit naik

diminumin triheksifenidil biar rileks.

Sampai sekarang peredaran triheksifenidil di sini masih banyak

nggak mas???

Sebenernya masih banyak, tapi sudah nggak fullgar lagi. Nggak

seperti dulu.

Kalau mas beli triheksifenidil harganya berapa mas???

Saya beli di teman yang jadi bandar, bandar kecil sich, harga 1 butir

Rp 10.000,-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Riwayat Hidup Penulis

Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara,

penulis dilahirkan di kota Depok, Jawa Barat pada

tanggal 10 Januari 1981 dari pasangan Bapak

Thomas Suparno dan Ibu Theresia Tugiyem.

Penulis mulai masuk di bangku sekolah di Taman

Kanak-kanak Kutilang, Depok pada tahun 1987. Kemudian pada tahun 1989

penulis masuk sekolah dasar di SDN Bhakti Jaya III, Depok Timur hingga tahun

1993. Penulis meneruskan pendidikan di SMP Regina Pacis Bogor hingga tahun

1996. Pada sekolah yang sama pula, penulis melanjutkan pendidikan di SMU

Regina Pacis Bogor mulai pada tahun 1996 hingga tahun 1999.

Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan pada jenjang perguruan

tinggi di Universitas Sanata Dharma Fakultas Farmasi Yogyakarta sampai

sekarang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI