Upload
vulien
View
230
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN TEKANAN DARAH BERDASARKAN FAKTOR
PEMBERAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PEROKOK DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT KOTA TANGERANG
SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Meraih Sarjana S-1 Keperawatan (S.Kep.)
Oleh :
ARGA INDERA WAHYUDI
108104000046
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/2014 M
LEMBAR PERSEMBAHAN
Tuhan mengirimkan bintang yang senantiasa menyinari tatasurya yang indah
Tuhan mengirimkan matahari yang senantiasa menyinari bumiyang selalu kita pijak
Tuhan mengirimkan bulan yang senantiasa menyinari kegelapandi setiap malam
Tuhanpun mengirimkan malaikat-malaikat tak bersayap yangsenantiasa menyinari jalan kehidupan
Untuk malaikat-malaikat tak bersayap yang telah menyinarikehidupanku ini
Engkau bukanlah sosok yang selalu berdiri didepanku
Engkau juga bukan sosok yang selalu berdiri di belakangku
Namun engkau adalah sosok yang senantiasa berdiri disampingkuuntuk selalu ada disaat aku membutuhkan arahan, dorongan dan
kasih sayang
Terima kasih atas semua kasih sayang yang tak pernah hentiengkau curahkan kepadaku selama ini
Ayah, ibu, adik dan engkau yang selalu ada dalam setiaphembusan nafas dan doaku terimalah kado kecil ini
Hanya ini yang bisa aku persembahkan untuk kalian, wahaimalaikat-malaikat tak bersayap yang telah Tuhan kirimkan
untuk menjagaku selama di dunia yang fana ini
With love
γInFaNa
PERI\TYATAAI\T PERSETUJUAI\I
Sidang Skripsi demgan Judul
GAMBARAN TEKANAN DARAII BERDASARKAI\I FAKTOR PEMBERAT
IIIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PEROKOK DI WILAYAII
KERJA PUSKESMAS CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAI\I
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DISUSUN OLEH:
ARGA INDERA WAITYUDI
108104000046
Pembimbing IIPembimbing I
4"")\\
Ns. Uswatun Khasanah. S.ken. MNS
NIP: 1 9770401200912203
-Sry{tIlliq Damiati. S.Ko. MSN
NIP: 1 9790 1142005012007
PROGRAM STT]I}I ILMU KEPERAWATAIT
FAKI]LTAS KEDOKTERAN DAT\I ILMU KESEHATAI\
T]IN SYARIT' HII}AVATT]LLAH
JAKARTA
2013
-
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
GAMBARAN TEKANAN I}ARAH BURI'ASARKAII FAKTOR PEMBERATHIPORTENSI PADA PASIEN IIIPERTENSI Pf,ROKOK DI WILAYAH KNR.IA
PUSKESMAS CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAI\I
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh :
Kamis,28 Februari 2013
Arsa Indera WahvudiflIM: 108104fi10045
Pembimbing I Pembimbing II
-Gil^tI_r_N
Nia Damiati" SJfu. MSNNIP: 197901 142005012007
Ns. Uswatun Khe$anflh. S.Ken.. MNSNIP. I 97704012009122003
Ita Yuanita. S.Kp.. M.Kep.NIP: I 9700 12220080120A 5
Penguji II
ge$Nia D,amiafi. S.Ko, MSN
NIP: 1 9790 I 1420050120CI7i
Penguji III
Ns. Uswatun Khasrnah. S.Ken.. MITSNIP. r 977040 12009 t22003
r:l
. LEMBAR PENGESAIIATI
-,."a STDANG UJIAN SKRTPST
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANT
*AK['LTAS Kf,DOIffERAN DAITI
'"IWU KESENATAN
T]NIVERSTTAS ISLAM I\TEGERI SYARIF IIIDAYATI,LLAII JAKAR'TA
Jakarte, Maret20l4
. Mengetahui,
Ketus Pnogram Studi Ilmu Keperawatur
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakaxta
Del<an Fakultas Kedolaeran dan llmu Kesehatan
Universitus Islan Negsri S1larif Hida5xatuttah Jakda
-\F
RIWAYAT HIDUP
Nama : ARGA INDERA WAHYUDI
Jenis Kelamin : laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 5 November 1989
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : RT/RW 02/02 Desa Sukorejo, Kec. Pohjentrek, Kab.
Pasuruan, Jawa Timur 67171
Anak ke : Pertama dari dua bersaudara
Telepon : 085755106679
E-Mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1994-1996 : TK Dharma Rini VI Pasuruan
1996-2002 : SD Negeri Randusari 1 Pasuruan
2002-2005 : SMP Negeri 2 Pasuruan
2005-2008 : SMA Darul Ulum 2 Jombang
2008-2013 : S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
2005-2006 : Paskibraka Kec. Peterongan, Kab. Jombang, Jawa
Timur
2005-2007 : Pengurus HIMSAPODA Asrama Pondok Tinggi PP
Darul Ulum Jombang
2006-2007 : Ketua Departemen Pengembangan Lomba UKIR
SMA Darul Ulum 2 Jombang
2006-2007 : Bendahara IKAPPDAR Komisariat Pasuruan-
Malang-Probolinggo PP Darul Ulum Jombang
2008-2012 : Pengurus BEM FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2011-2012 : Pengurus CSS MoRA Nasional
2013-2014 : Pengurus PC PMII Ciputat
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
l. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk mernenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri ruf$ Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakaq dalam penulisan ini tetrah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
.-. dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Of$ Syarif H dayatullah
Jakarta.
3.' Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
alau merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia rnenerirna
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Of$ Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Maret2014
Arga Indera Wahyudi
n:
'=1
l
'l
{1
1
.1
:.j
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTASkripsi, Februari 2013Arga Indera Wahyudi, NIM : 108104000046
Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensipada Pasien Hipertensi Perokok di Wilayah Kerja Puskesmas CiputatKota Tangerang Selatanxiii+ 77 halaman, 17 tabel, 2 gambar, 4 lampiran
ABSTRAKRiskesdas 2007 menunjukkan tingginya prevalensi hipertensi di Indonesiayaitu 31,7% dimana 7,2% mengetahui tentang penyakitnya dan 0,4% yangminum obat antihipertensi. Banyak faktor yang mempengaruhi hipertensi,salah satunya merokok. Tingkat konsumsi rokok di Indonesia juga tinggi.Survei nasional 2004 menyebutkan 63,2% laki-laki adalah perokok. Untukmencegah terjadinya keparahan dan penderita hipertensi yang lain makaperlu diketahui gambaran tekanan darah berdasarkan faktor resiko hipertensi.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkanfaktor resiko hipertensi. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan desainpenelitian deskriptif. Jumlah sampelnya 106 orang, yaitu pasien hipertensiperokok yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Pengambilansampel dengan accidental sampling dimana pengumpulan data dilakukandengan pengisian kuesioner dan pengukuran tekanan darah.Hasil penelitian ini seluruh responden berjenis kelamin laki-laki dengantekanan darah rata-rata 134,91/89,81mmHg dan mayoritas responden berusia41-60 tahun, yaitu 49 orang (46,23%). Rata-rata tekanan darah respondenyang merokok >20 batang perhari : 146,5/100,5 mmHg. Rata-rata tekanandarah responden yang merokok >10 tahun : 139,83/93,17 mmHg. Rata-ratatekanan darah responden yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak dantinggi garam : 146/99,5 mmHg dan 146/98 mmHg. Rata-rata tekanan darahresponden yang jarang/tidak pernah olahraga : 136,76/90,29 mmHg. Sertarata-rata tekanan darah responden yang tidak patuh dalam pengobatan :140/93,44 mmHg. Dapat disimpulkan bahwa masih banyak penderitahipertensi yang merokok dan memiliki kebiasaan hidup yang tidak baik.
Kata Kunci : Hipertensi, Rokok, Riwayat Keluarga, Konsumsi LemakTinggi, Konsumsi Garam Tinggi, olahraga, kepatuhanpengobatan.
Daftar Bacaan : 56 (1991-2012)
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCENURSING SCIENCE STUDYSTATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTAPaper, February 2013Arga Indera Wahyudi, NIM : 108104000046
A Description about Blood Tension Based on Hypertension SeriousFactors in Smooking Hypertensionpatients at Working Area of CiputatHealth Center South Tangerang Cityxiii+ 77 pages, 17 table, 2 picture, 4 attachment
ABSTRACTPrevalence of hypertension in Indonesia, based on Riskesdas 2007, ishigh(31,7%). But, just 7,2% people know about their disease and just 0,4%were taking antihypertensive medication. The risk factors of hypertension isso many kind, smoking is one of them. Level of cigarette consumption inIndonesia is high. National survey in 2004 found that 63,4% of men weresmokers. To prevent the occurence and severity of hypertension, we need toknow an overview of risk factors of hypertensionThe aim of the study is to describe blood pressure based on the risk factors ofhypertension. This descriptive research had 106 samples, which is smokershypertension patients in Working Area of Puskesmas Ciputat,SouthTangerang. Accidental sampling is used. Data collected by filling out thequestionnaire and blood pressure measurements.The result of the study is the blood pressure of smokers that have level ofcigarettes >20 per day is 146,5/100,5 mmHg. The blood pressure of >10years smokers 139,83/93,17 mmHg. The blood pressure of respondents thathave high level of fatty consumption is 146/99,5 mmHg, while saltyconsumption is 146/98 mmHg. The respondents with low level activity have136,76/90,29 mmHg. The respondents who do not take medication have140/93,44 mmHg. The conclusion is so many smoker hypertension patientswho have bad life style that can make their disease worse.
Keyword : Hypertension, Smoking, Genetics, High Fat Consumption,High Salt consumption, Exercise, Medication Adherence.
References : 56 (1991-2012)
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT,
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat beserta pengikutnya hingga akhir
zaman.
Atas kekuasaan dan izin Allah SWT Skripsi dengan judul “Gambaran
Tekanan Darah Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi pada Pasien Hipertensi
Perokok di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan” telah
selesai. Dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan.
Namun, dengan bantuan berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin Sp. And. Selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM. Selaku Kepala Program Studi
dan Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep., M.Sc. selaku Sekretaris Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS. Selaku Dosen Pembimbing
pertama dan Ibu Nia Damiati, S.Kp., MSN. Selaku Dosen Pembimbing kedua
yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama penyusunan
skripsi ini.
iv
4. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. Selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang senantiasa memberikan saran dan masukan selama penulis
melakukan study di Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Kepala UPT Puskesmas Ciputat beserta staff yang telah memberikan
waktu dan tempat untuk pelaksanaan penelitian dan pengambilan data.
6. Bpk/Ibu Dosen Jurusan Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu yang
sangat berguna untuk perbekalan penulis nanti.
7. Ayah (Wahyudi), ibu (Lilik Surti P.) dan Adikku tersayang (Ainun Anugerah
W.) yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah, serta memberi nasehat dan
masukan yang sangat membantu.
8. Abi (Khariri Machmud), Umi (Nanik Ni’matus S.) dan Mayli serta Fika yang
telah bersedia menjadi keluarga kedua penulis selama beberapa tahun
perantauan di ibu kota ini.
9. Seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang
Jawa Timur, atas segala doa dan petuah yang mengantar dan mengingatkan
penulis dalam perantauan ini.
10. Pihak Kementerian Agama RI seta pengelola PBSB yang telah memberi
kepercayaan kepada penulis untuk mendapatkan beasiswa dalam Program
Beasiswa Santri Berprestasi, sehingga penulis bisa menempuh studi disini.
11. Saudara-saudaraku dalam naungan rumah CSS MoRA, baik CSS MoRA
Nasional maupun CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang memberi
semangat, inspirasi, nasehat, canda, tawa, dan ilmu yang tak henti-hentinya.
v
12. Sahabat-Sahabatiku dalam wadah kebersamaan PMII, yang memberi siraman
rohani dan mengingatkan akan indahnya syukur kepada-Nya.
13. Teman-teman matrikulasi 2008 pada umumnya, dan teman-teman
keperawatan angkatan 2008 khususnya, atas segala diskusi dan beda pendapat
yang selalu mewarnai.
14. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini, yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu. Kehadiran kalian, sekecil apapun, adalah bagian
yang tidak terpisahkan, yang dapat membentuk kepribadian penulis yang
sedemikian rupa ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis menyerahkan segalanya
dengan harapan semoga amal baik yang telah dicurahkan guna membantu
penyusunan skripsi ini mendapat balasan. Amiin.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan
yang membangun demi perbaikan di masa mendatang.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Jakarta, Maret 2014
Arga Indera Wahyudi
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSEMBAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1. Tujuan Umum ............................................................................... 52. Tujuan Khusus ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 8
A. Tekanan Darah .................................................................................... 81. Pengertian Tekanan Darah ........................................................... 82. Mekanisme Kerja Jantung ............................................................ 10
vii
3. Pengaturan Tekanan Darah .......................................................... 114. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah .................... 12
B. Hipertensi ............................................................................................. 131. Pengertian Hipertensi ................................................................... 132. Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi ............................................... 143. Etiologi Hipertensi ...................................................................... 174. Patogenesis ................................................................................... 185. Faktor Resiko Hipertensi yang Tidak Dapat Dirubah .................. 206. Faktor Resiko Hipertensi yang Dapat Dirubah ............................ 217. Penatalaksanaan Hipertensi .......................................................... 268. Pengukuran Tekanan Darah ......................................................... 29
C. Kerangka Teori ................................................................................... 32
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............. 33
A. Kerangka Konsep ................................................................................ 33B. Definisi Operasional ........................................................................... 34
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 37
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 37B. Variabel Penelitian ............................................................................. 37C. Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................................. 37
1. Lokasi Penelitian .......................................................................... 372. Waktu Penelitian .......................................................................... 38
D. Populasi Dan Sampel .......................................................................... 381. Populasi ........................................................................................ 382. Sampel .......................................................................................... 383. Cara Pemilihan Sampel ................................................................ 40
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 40F. Instrumen Penelitian ........................................................................... 42G. Teknik Analisa Data ............................................................................ 42
1. Analisis Univariat ......................................................................... 42H. Pengolahan Data ................................................................................. 42
1. Editing .......................................................................................... 432. Coding .......................................................................................... 433. Entri data ...................................................................................... 434. Clening Data ................................................................................. 43
I. Etika Penelitian ................................................................................... 431. Lembar Persetujuan ...................................................................... 432. Tanpa Nama ................................................................................. 443. Kerahasiaan .................................................................................. 44
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................ 45
A. Gambaran Tempat Penelitian .............................................................. 451. Gambaran Umum ......................................................................... 452. Program Puskesmas ..................................................................... 46
viii
B. Karakteristik Responden ..................................................................... 471. Umur Responden .......................................................................... 472. Riwayat Keturunan Hipertensi dalam Keluarga .......................... 483. Frekuensi Merokok ...................................................................... 494. Lama Merokok ............................................................................. 495. Kebiasaan Konsumsi Makanan dengan Kadar Lemak Tinggi ..... 506. Kebiasaan Konsumsi Makanan dengan Kadar Garam Tinggi ..... 517. Aktifitas Olah Raga ..................................................................... 518. Kepatuhan Pengobatan ................................................................. 52
C. Analisis Univariat ................................................................................ 531. Tekanan Darah ............................................................................. 532. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi Merokok ...... 533. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok.............. 544. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Lemak ............................................................... 565. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Garam ................................................................. 576. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas Olah Raga ...... 587. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan Pengobatan...59
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... 60
A. Karakteristik Responden ...................................................................... 601. Umur Responden .......................................................................... 602. Jenis Kelamin responden ............................................................. 613. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Keturunan
Hipertensi dalam Keluarga ........................................................... 62B. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi.. 63
1. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi Merokok ...... 632. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok ............. 653. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Lemak ................................................................ 664. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Garam ................................................................ 685. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas Olah Raga ...... 706. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan pengobatan...71
C. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 74
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 75
A. Simpulan ............................................................................................. 75B. Saran .................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII ........................................ 15
Tabel 2. Definisi Operasional ................................................................................ 34
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur .............................. 48
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan
Hipertensi dalam Keluarga ...................................................................... 48
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Merokok ......... 49
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Merokok ................ 49
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan dengan Kadar Lemak Tinggi ................................................... 50
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan dengan Kadar Garam Tinggi .................................................... 51
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Olahraga ......................... 52
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Pengobatan... 52
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden .................................. 53
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi Merokok.. 54
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok ....... 55
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Lemak ........................................................................ 56
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Garam ........................................................................... 57
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas Olahraga ... 58
x
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan
Pengobatan .............................................................................................. 59
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Teori ..................................................................................... 32
Gambar 2. Kerangka Konsep ................................................................................. 33
xii
DAFTAR SINGKATAN
C.O = Cardiac Output
Ditjen = Direktorat Jenderal
HDL = High Density Lipoprotein
JNC = The Joint National Committee on Prevention, Detection
and Treathment of High Blood Pressure
KTP = Kartu Tanda Penduduk
LDL = Low Density Lipoprotein
mEq = mili Equivalen
mg/dL = mili gram per desi liter
ml = mili liter
mm = mili meter
mmHg = milimeter hydrargyrum
Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat
RISKESDAS = Riset Kesehatan Dasar
SFA = Saturated Fatty Acid
SV = stroke volume
TD = Tekanan Darah
WHO = World Health Organization
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Cara Ukur Tekanan Darah
Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Kuisioner
Lampiran 4. Surat Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan terjadinya transisi epidemiologi saat ini, terjadi perubahan
pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi non infeksi (penyakit degeneratif)
seperti penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan stroke yang akhir-akhir ini banyak
terjadi di masyarakat. Penyakit-penyakit tersebut digolongkan kedalam penyakit
tidak menular yang frekuensi kejadiannya mulai meningkat seiring dengan
perkembangan teknologi, perubahan pola makan, gaya hidup serta kemajuan
ekonomi bangsa (Bustan, 2000).
Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi saat ini
dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah beban ganda penyakit, yaitu
disatu pihak masih adanya penyakit infeksi yang harus ditangani dan dilain pihak
semakin meningkatnya penyakit tidak menular. Proporsi angka kematian penyakit
tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun
2007 (Depkes RI., 2010).
Hipertensi sendiri merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan
angka kesakitan yang tinggi. Hipertensi akan memberi gejala yang berlanjut untuk
suatu target organ seperti otak (stroke), pembuluh darah jantung (penyakit jantung
koroner), otot jantung (left ventricle hypertrophy) (Bustan, 2000). Hipertensi
sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk dalam
penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu
sebagai peringatan bagi korbannya (Sustrani, 2006).
2
Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi.
Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap
kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak
menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan
organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi
ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau
datang dengan keluhan lain (Depkes RI, 2010).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar
kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil
pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah
mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat
hipertensi.
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan
sphygmomanometer. Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140
mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang
dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg.
Sedangkan menurut JNC VII 2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan usia
diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan
sistoliknya 140-159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-99 mmHg.
Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih
160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangkan hipertensi stadium
3
III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya
lebih dari 116 mmHg (Sustrani, 2006).
Faktor risiko hipertensi antara lain adalah : faktor genetik, umur, jenis
kelamin, etnis, stress, obesitas, asupan garam, dan kebiasaan merokok. Hipertensi
bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu dengan riwayat keluarga
hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi
daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia, dan pria
memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Hipertensi
lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih.
Obesitas dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Hal ini disebabkan lemak dapat
menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah. Asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran
berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan
meningkatkan tekanan darah. Kebiasaan merokok berpengaruh dalam
meningkatkan risiko hipertensi walaupun mekanisme timbulnya hipertensi belum
diketahui secara pasti (Sitepoe, 1997).
Hasil study pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa dari
10 pasien hipertensi, 7 diantaranya aktif merokok walaupun responden juga
mengetahui bahwa merokok dapat menganggu kesehatan dan meningkatkan
tekanan darah. Sedangkan 3 orang lainnya tidak merokok. Berdasarkan study
pendahuluan tersebut ditemukan fenomena bahwa walaupun responden telah
mengehaui bahwa dirinya terkena hipertensi namun responden tetap melakukan
kebiasaan yang dapat memperberat hipertensi responden, seperti merokok.
4
Beberapa cara untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi
antara lain dengan cara menurunkan berat badan berlebih (obesitas), pembatasan
asupan garam, melakukan olah raga teratur, berhenti merokok dan minum obat
secara teratur (Depkes, 2008). Sitepoe (1997) berpendapat bahwa beberapa zat
kimia dalam rokok bersifat kumulatif, sehingga pada kurun waktu yang lama
dosis racun akan mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang
ditimbulkannya. Sedangkan Sitorus (2005) menyatakan merokok sebatang setiap
hari akan meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg serta menambah
detak jantung 5-20 kali/menit.
Konsumsi pangan tinggi lemak juga dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah yang dikenal dengan aterosklerosis (Almatsier 2003). Asupan
garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon
natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah
(Sitepoe, 1997). Olahraga menyebabkan perubahan besar dalam sistem sirkulasi
dan pernapasan, dimana keduanya berlangsung bersamaan sebagai bagian dari
respon homeostatik. Respon tubuh terhadap olahraga yang melibatkan kontraksi
otot dapat berupa peningkatan kecepatan denyut jantung (Amira, 2009). Menurut
Wolff (2006) menjelaskan bahwa diseluruh dunia sekitar 20% dari semua pasien
hipertensi yang di diagnosis untuk minum obat yang diresepkan oleh dokter
sedangkan menurut Departemen Kesehatan 2006, hanya 50% pasien yang
diresepkan obat antihipertensi tidak minum obat sesuai anjuran tenaga kesehatan.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang ditemukan peneliti dalam study pendahuluan
dan berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti
gambaran tekanan darah berdasarkan faktor-faktor yang memperberat hipertensi
pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, Kota
Tangerang Selatan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran tekanan darah
berdasarkan faktor-faktor yang memperberat resiko hipertensi pada pasien
hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, Kota Tangerang
Selatan.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui karakteristik responden, antara lain berdasarkan usia,
jenis kelamin, riwayat keturunan hipertensi dalam keluarga, frekuensi dan
lama merokok, kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar lemak dan
garam tinggi, aktifitas olahraga dan kepatuhan pengobatan.
b. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan frekuensi
merokok pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat.
c. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan lama merokok
pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
6
d. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan kebiasaan
konsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi pada pasien hipertensi
perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
e. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan kebiasaan
konsumsi makanan dengan kadar garam tinggi pada pasien hipertensi
perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
f. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan aktifitas olahraga
pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
g. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan kepatuhan
pengobatan pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk klien dan masyarakat :
Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada klien dan masyarakat untuk
merubah gaya hidupnya ke arah yang lebih sehat.
2. Untuk institusi pendidikan :
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk menambah wawasan
tentang gambaran tekanan darah berdasarkan faktor-faktor yang memperberat
hipertensi pada pasien hipertensi perokok bagi semua mahasiswa
keperawatan sebagai sumber ilmu dan informasi.
3. Untuk peneliti :
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi peneliti
untuk melakukan penelitian.
7
4. Untuk penelitian yang akan datang :
Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar dalam pengembangan penelitian
lain dengan ruang lingkup yang sama.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tekanan Darah
1. Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap
dinding pembuluh darah, bergantung pada volume darah yang terkandung di
dalam pembuluh dan compliance, atau daya regang (distensibility) dinding
pembuluh yang bersangkutan. Apabila volume darah yang masuk arteri sama
dengan volume darah yang meninggalkan arteri selama periode yang sama,
tekanan darah arteri akan konstan. Namun yang terjadi, selama sistol ventrikel,
volume sekuncup darah masuk arteri-arteri dari ventrikel, sementara hanya
sekitar sepertiga darah dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk
masuk ke arteriol-arteriol. Selama diastol, tidak ada darah yang masuk ke
dalam arteri, sementara darah terus meninggalkan mereka, terdorong oleh
recoil elastik. Tekanan maksimum yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah
disemprotkan masuk ke dalam arteri selama sistol, atau tekanan sistolik, rata-
rata adalah 120 mmHg. Tekanan minimum di dalam arteri sewaktu darah
mengalir keluar selama diastol, yakni tekanan diastolik, rata-rata 80 mmHg.
Tekanan arteri tidak turun menjadi 0 mmHg karena timbul kontraksi jantung
berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar
(Sherwood, 2001).
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh
darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistemik (arteri
9
darah), merupakan tekanan darah dalam sistem arteri tubuh, adalah indikator
yang baik tentang kesehatan kardiovaskuler. Aliran darah mengalir pada
sistem sirkulasi karena perubahan tekanan. Darah mengalir dari daerah yang
tekanannya tinggi ke daerah yang tekanannya rendah. Kontraksi jantung
mendorong darah dengan tekanan tinggi aorta. Puncak dari tekanan
maksimum saat ejeksi terjadi adalah tekanan sistolik. Pada saat ventrikel
relaks, darah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan diastolik atau
minimum. Tekanan diastolik adalah tekanan minimal yang mendesak dinding
arteri setiap waktu (Poter & Perry, 2005).
Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa
(mm Hg) karena manometer air raksa telah dipakai sebagai rujukan baku
untuk pengukuran tekanan darah dalam sejarah Fisiologi. Kadang-kadang
tekanan juga dinyatakan dalam sentimeter air (Guyton, 1997). Tetapi, unit
standar untuk pengukuran tekanan darah adalah millimeter air raksa (mm Hg).
Pengukuran menandakan sampai setinggi mana tekanan darah dapat mencapai
kolom air raksa. Tekanan darah dicatat dengan pembacaan sistolik sebelum
diastolik (misal : 120/80 mmHg). Bila seseorang mengatakan bahwa tekanan
dalam suatu pembuluh darah adalah 50 mm Hg, maka berarti bahwa kekuatan
yang dikerahkan adalah cukup untuk mendorong suatu kolom air raksa ke atas
sampai setinggi 50 mm. Bila tekanan adalah 100 mm Hg, maka kolom air
raksa akan didorong setinggi 100 mm. (Guyton, 1997). Perbedaan antara
sistolik dengan diastolik adalah tekanan nadi. Untuk tekanan darah 120/80
mmHg, tekanan nadi adalah 40 (Poter & Perry, 2005)
10
2. Mekanisme Kerja Jantung
Dalam melakukan kerjanya jantung mempunyai tiga periode yaitu:
a. Periode Konstriksi (periode sistole)
Periode konstriksi merupakan suatu keadaan dimana jantung bagian
ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup bikus dan trikuspidalis dalam
keadaan tertutup valvula semilinaris aorta dan valvula semilunaris arteri
pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke
arteri pulmonalis masuk ke paruparu kiri dan kanan, sedangkan darah dari
ventrikel sinistra mengalir ke aorta kemudian dialirkan ke seluruh tubuh
(Lawson, 2007).
b. Periode dilatasi (periode diastole)
Periode diastole merupakan suatu keadaan dimana jantung
mengembang. Katup bikuspidalis dan trikuspidalis terbuka sehingga darah
dari atrium sinistra masuk ke ventrikel sinistra dan darah dari atrium
dekstra masuk ke ventrikel dekstra. Selanjutnya darah yang ada di paru-
paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan
darah dari seluruh tubuh melalui vena cava masuk ke atrium dekstra
(Lawson, 2007).
c. Periode istirahat
Peride istirahat yaitu waktu antara periode konstriksi (sistole) dan
dilatasi (diastole) dimana jantung berhenti kira-kira 1/10 detik (Lawson,
2007).
11
3. Pengaturan Tekanan Darah
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara sebagai berikut: (Aditama, 2005)
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya.
b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding
arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara
yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi,
yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena
perangsangan saraf atau hormone di dalam darah.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.
Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat. Sebaliknya jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri
mengalami pelebaran dan banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka
tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian
terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam
fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari system saraf yang
mengatur berbagai fungsi secara otomatis).
12
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang
untuk sementara waktu berfungsi untuk: (Aditama, 2005)
a. Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik
tubuh terhadap ancaman dari luar).
b. Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, juga
mempersempit sebagian besar arteiola, tetapi memperlebar arteriola di
daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah
yang lebih banyak).
c. Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan
meningkatkan volume darah dalam tubuh.
d. Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin),
yang merangsang jantung dan pembuluh darah.
4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Suatu tekanan darah dipengaruhi oleh Cardiac Output (C.O) dan
resistensi perifer (TPR). Bila salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan
darah mengalami kenaikan, maka tekanan darah akan mengalami peningkatan.
Bisa disebabakan oleh C.O yang meningkat dan atau TPR yang meningkat.
a. Cardiac Output merupakan volume darah yang dipompakan oleh ventrikel
dalam unit waktu. C.O dapat dihitung melalui denyut jantung (Heart Rate)
yang dikalikan dengan stroke volume (SV). Stroke Volume merupakan
jumlah darah yang dipompakan dalam sekali denyut jantung, yaitu sekitar
70 mL (Majid, 2005).
13
b. Resistensi perifer total dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu, viskositas
(kekentalan) darah, panjang pembuluh, dan jari-jari pembuluh. Viskositas
mengarah pada pergeseran antara molekul suatu cairan yang timbul ketika
molekul tersebut bergesekan satu sama lain selama cairan mengalir.
Semakin besar viskositas maka semakin besar resistensi terhadap aliran.
Jadi, semakin kental suatu cairan maka semakin tinggi pula tingkat
viskositasnya. Pergesekan darah yang terjadi pada lapisan dalam pembuluh
sewaktu mengalir, menyebabkan semakin besar luas permukaan yang
berkontak dengan darah, sehingga resistensi terhadap aliran pun
meningkat. Luas permukaan dipengaruhi oleh panjang (L) dan jari-jari (r)
pembuluh. Pada kenyataannya, jari-jari arteriol adalah pembuluh resistensi
utama pada pohon vaskuler. Berbeda dengan resistensi arteri yang rendah,
resistensi arteriol yang tinggi menyebabkan penurunan yang bermakna
terhadap tekanan rata-rata ketika darah mengalir melalui pembuluh-
pembuluh ini (Sherwood, 2001).
B. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price &
Wilson, 2006). Sedangkan menurut WHO, hipertensi atau tekanan darah
tinggi yaitu tekanan darah sistole sama dengan atau diatas 140 mmHg,
diastole di atas 90 mmHg (Mansjoer, 2000). Hipertensi merupakan tekanan
darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga
14
kesempatan yang berbeda (dilakukan 4 jam sekali). Dianggap mengalami
hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau
90 mmHg diastolik (Corwin, 2000).
Selain itu menurut The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure (JNC VII) hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik >
140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg. Tekanan darah 120-
139/80-89 mmHg dikategorikan sebagai prehipertensi. Seseorang yang
memiliki tekanan darah pada batas tersebut memiliki risiko dua kali lipat
untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan mereka yang tekanan
darahnya normal.
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Basha, 2008).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan.
Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena
termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Sustrani, 2006).
2. Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
yaitu (Mansjoer, 2000) :
15
a. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek
dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor
yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta
polisitemia.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit
ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom
Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, dan lain-lain.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal
Pre Hipertensi
Hipertensi
Derajat 1
Derajat 2
< 120
120-139
140-159
>160
< 80
80-89
90-99
>100
Sumber : Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa dengan
Usia diatas 18 Tahun Menurut The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure (JNC 7), Tahun 2003.
16
Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi
sistolik dan hipertensi diastolik. Pertama yaitu hipertensi sistolik adalah
jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka sistolik.
Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung
berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri
pada suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai
tekanan atas yang nilainya lebih besar. Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi
apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga
memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan
meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan
dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi
diantara dua denyutan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi prevalensi
hipertensi antara lain ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya
riwayat hipertensi dalam keluarga (Arjatmo, 2001).
Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu
primer dan sekunder. Hipertensi primer merupakan jenis yang penyebab
spesifik tidak diketahui. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan jenis yang
penyebab spesifiknya dapat diketahui. Penderita hipertensi sekunder ada 5%-
10% kasus. Pada hipertensi penyebab dan patofisiologinya sudah diketahui
sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan atau pembedahan (Arjatmo
& Hendra, 2001). Penyebab paling sering dari hipertensi sekunder adalah
adanya kelainan dan keadaan dari sistem organ lain seperti ginjal (gagal ginjal
kronik, glomerolus nefritis akut), kelainan endokrin (tumor kelenjar adrenal,
17
sindroma cushing) serta bisa diakibatkan oleh penggunaan obat-obatan
(kortikosteroid dan hormonal) (Sustrani, 2006).
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu
hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah
keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya
ditemukan pada saat penderita dicek up. Hipertensi Maligna adalah keadaan
hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan keadaan kegawatan
yang merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan
ginjal (Wardoyo, 1996).
3. Etiologi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang
beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui
(essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Kelompok lain dari populasi dengan
persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai
hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun
eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi
pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial (Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006).
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri
yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik
normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup ± 90%
18
dari kasus hipertensi. Pada umumnya hipertensi esensial tidak disebabkan
oleh faktor tunggal, melainkan karena berbagai faktor yang saling
berkaitan. Salah satu faktor yang paling mungkin berpengaruh terhadap
timbulnya hipertensi esensial adalah faktor genetik karena hipertensi
sering turun temurun dalam suatu keluarga. (Ditjen Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, 2006).
b. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan penderita hipertensi
sekunder dari berbagai penyakit atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis
atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.
Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, dengan
menghentikan obat atau mengobati/mengoreksi penyakit yang menyertai
merupakan tahap awal penanganan hipertensi sekunder (Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006).
4. Patogenesis
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer.
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan
mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor
genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan
perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium
19
kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh. Dalam tubuh terdapat
sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk mempertahankan
kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. (Beevers et al, 2002).
Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian
dimulai dari sistem yang bereaksi dengan cepat misalnya reflek
kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek kemoreseptor, respon iskemia,
susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis otot polos.
Dari sistem pengendalian yang bereaksi sangat cepat diikuti oleh sistem
pengendalian yang bereaksi kurang cepat, misalnya perpindahan cairan antara
sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol hormon angiotensin dan
vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan berlangsung dalam
jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang
dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang
melibatkan berbagai organ. Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer
dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada
ginjal dan membrane sel, aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang
mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme
natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel. (Beevers et al, 2002).
Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain
penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini
disebabkan karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan
atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan kematian pada
bagian otak yang kemudian dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu
20
rasa sakit ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ
mata yang dapat mengakibatkan kebutaan (Beevers et al, 2002). Gejala–
gejala hipertensi antara lain sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit
bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah,
penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil
terutama di malam hari telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa berputar
(Sustrani, 2006).
5. Faktor Resiko Hipertensi yang Tidak Dapat Dirubah
Berikut ini adalah beberapa faktor resiko hipertensi yang tidak dapat dirubah :
a. Faktor Keturunan atau Gen
Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya.
Apabila riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan
hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya
menderita hipertensi ataupun pada kembar monozygot (sel telur) dan salah
satunya menderita hipertensi maka orang tersebut kemungkinan besar
menderita hipertensi. Penelitian yang dilakukan pada orang kembar yang
dibesarkan secara terpisah atau bersama dan juga terdapat pada anak-anak
bukan adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah
dalam keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup.
Berdasarkan penelitian tersebut secara kasar, sekitar separuh tekanan darah
di antara orang-orang tersebut merupakan akibat dari faktor genetika dan
separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan sejak masa awal
kanak-kanak (Beevers et al, 2002).
21
b. Faktor Jenis Kelamin (Gender)
Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki.
Tetapi wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan
pembuluh darah. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita
hipertensi dari pada wanita. Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan
oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan.
Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi terkena hipertensi
dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich seorang pria dewasa
akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu di antara 5 untuk
mengidap hipertensi (Sustrani, 2006).
c. Faktor Usia
Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia,
kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada
umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 40 tahun
namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia
muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari
berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa
1,8%-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita
hipertensi (Beevers at al, 2002).
6. Faktor Resiko Hipertensi yang Dapat Dirubah
Faktor-faktor resiko hipertensi dibawah ini dapat menjadi faktor yang
dapat memperberat keadaan hipertensi seseorang apabila pasien hipertensi
tidak dapat mengendalikan gaya hidup sehat. Berikut adalah faktor resiko
22
hipertensi yang dapat dirubah atau juga bisa diesebut sebagai faktor yang
dapat memperberat hipertensi :
a. Frekuensi Merokok
Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak
per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1) Perokok Ringan disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari
10 batang per hari.
2) Perokok Sedang disebut perokok sedang jika menghisap 10 – 20 batang
per hari.
3) Perokok Berat disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20
batang per hari (Bustan, 2000).
b. Lama Merokok
Adanya dampak lama merokok terhadap tekanan darah sangat
beralasan, sebab semakin awal seseorang merokok, makin sulit untuk
berhenti merokok. Rokok juga mempunyai dose-respone effect, dimana
semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya karena
akan lebih banyak toksin yang menumpuk di dalam tubuh sehingga pada
kurun waktu yang lama dosis racun akan mencapai titik toksin sehingga
kelihatan gejala yang ditimbulkannya (Smet, 1994).
Walaupun peningkatan tekanan darah tidak begitu tampak namun
dalam waktu yang lama (10-20 tahun), dampak rokok akan terasa sehingga
dapat mengakibatkan beberapa penyakit yang berbahaya seperti stroke,
infark miokardium, jantung, impotensi, kanker dan lain-lain (Rustan,
2006)
23
Sitepoe (1997) berpendapat bahwa beberapa zat kimia dalam rokok
bersifat kumulatif, sehingga pada kurun waktu yang lama dosis racun akan
mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang ditimbulkannya.
Akumulasi yang berlebihan ini lama-kelamaan dapat mengganggu tekanan
darah si perokok hingga akhirnya dapat terjadi hipertensi.
c. Faktor Konsumsi Lemak
Konsumsi pangan tinggi lemak juga dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah yang dikenal dengan aterosklerosis. Lemak
yang berasal dari minyak goreng tersusun dari asam lemak jenuh rantai
panjang (long-saturated fatty acid). Keberadaannya yang berlebih di
dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan dan pembentukan plak di
pembuluh darah. Pembuluh darah menjadi semakin sempit dan
elastisitasnya berkurang. Kandungan lemak atau minyak yang dapat
mengganggu kesehatan jika jumlahnya berlebih lainnya adalah :
kolesterol, trigliserida, low density lipoprotein (LDL) (Almatsier 2003).
Jeroan (usus, hati, babat, lidah, jantung, dan otak, paru) banyak
mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid/ SFA). Jeroan
mengandung kolesterol 4-15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan daging.
Secara umum, asam lemak jenuh cenderung meningkatkan kolesterol
darah, 25-60% lemak yang berasal dari hewani dan produknya merupakan
asam lemak jenuh. Setiap peningkatan 1% energi dari asam lemak jenuh,
diperkirakan akan meningkatkan 2.7 mg/dL kolesterol darah, akan tetapi
hal ini tidak terjadi pada semua orang. Lemak jenuh terutama berasal dari
minyak kelapa, santan dan semua minyak lain seperti minyak jagung,
24
minyak kedelai yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan
berulang-ulang. Kelebihan lemak jenuh akan menyebabkan peningkatan
kadar LDL kolesterol (Almatsier 2003).
d. Faktor Konsumsi Garam
WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur
hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium). Konsumsi garam
memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Masyarakat yang
mengkonsumsi garam yang tinggi dalam pola makannya juga adalah
masyarakat dengan tekanan darah yang meningkat seiring bertambahnya
usia. Sebaliknya, masyarakat yang konsumsi garamnya rendah
menunjukkan hanya mengalami peningkatan tekanan darah yang sedikit,
seiring dengan bertambahnya usia (Beevers et al, 2002).
Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam
jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbangan
cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah
yang berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan volume
darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya
dan tekanan darah menjadi naik (Sustrani, 2006).
e. Aktivitas Fisik (Olahraga)
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah.
Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan
memudahkan timbulnya hipertensi (Arjatmo & Hendra, 2001). Meskipun
25
tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang berolahraga, namun
jika berolahraga secara teratur akan lebih sehat dan memiliki tekanan
darah lebih rendah dari pada mereka yang melakukan olah raga. Olahraga
yang teratur dalam jumlah sedang lebih baik dari pada olahraga berat
tetapi hanya sekali (Beevers et al, 2002).
f. Stres Pekerjaan
Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stress
berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena
tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja
lembur) dan jenis pekerjaan yang harus memberikan penilaian atas
penampilan kerja bawahannya atau pekerjaan yang menuntut tanggung
jawab bagi manusia. Stres pada pekerjaan cenderung menyebabkan
hipertensi berat. Sumber stres dalam pekerjaan (Stressor) meliputi beban
kerja, fasilitas kerja yang tidak memadai, peran dalam pekerjaan yang
tidak jelas, tanggung jawab yang tidak jelas, masalah dalam hubungan
dengan orang lain, tuntutan kerja dan tuntutan keluarga (Smet, 1994).
Beban kerja meliputi pembatasan jam kerja dan meminimalkan kerja
shift malam. Jam kerja yang diharuskan adalah 6-8 jam setiap harinya.
Sisanya (16-18 jam setiap harinya) digunakan untuk keluarga dan
masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Dalam satu minggu seseorang
bekerja dengan baik selama 40-50 jam, lebih dari itu terlihat
kecenderungan yang negatif seperti kelelahan kerja, penyakit dan
kecelakaan kerja (Suma’ mur dalam Rezky, 2011) Stres dapat
meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang pendek, tetapi
26
kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan darah dalam waktu
yang panjang. Dalam suatu penelitian, stres yang muncul akibat
mengerjakan perhitungan aritmatika dalam suatu lingkungan yang bising,
atau bahkan ketika sedang menyortir benda berdasarkan perbedaan ukuran,
menyebabkan lonjakan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba
(Beevers et al, 2002).
7. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan farmakologi dan non
farmakologi.
a. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi adalah penatalaksanaan tekanan darah
tinggi dengan menggunakan obat-obatan kimiawi. Beberapa jenis obat
antihipertensi yang beredar saat ini, antara lain:
1) Diuretik
Diuretik adalah obat antihipertensi yang efeknya membantu
ginjal meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air (Setiawati
dalam Rezky, 2011). Meningkatkan ekskresi pada ginjal akan
mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah (Sheps, 2002).
2) Penghambat Adrenergik
Menurut Sheps (2002), penghambat adrenergik merupakan
sekelompok obat yang terdiri dari alfa-bloker, beta-bloker, dan alfa-
27
beta-bloker (abetol). Penghambat adrenergik berguna untuk
menghambat pelepasan rennin, angiotensin juga tidak akan aktif.
Angiotensin I tidak akan dibentuk dan angiotensin II juga tidak akan
berubah. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan TD (Setiawati dalam Rezky, 2011).
3) Vasodilator
Vasodilator adalah obat-obat antihipertensi yang efeknya
memperlebar pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan darah
secara langsung (Setiawati dalam Rezky, 2011). Obat vasodilator
mempengaruhi pembuluh darah untuk melebar dengan merelaksasikan
otot-otot polos arteriol (Setiawati dalam Rezky, 2011).
4) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Penghambat enzim konversi angiotensin mengurangi
pembentukan angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan
penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya ekskresi
natrium dan air, serta retensi kalsium. Akibatnya terjadi penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi (Setiawati dalam Rezky,
2011).
5) Antagonis Kalsium
Menurut Sheps (2002), cara kerja antagonis kalsium hamper
sama dengan vasodilator. Antagonis kalsium adalah obat
antihipertensi yang memperlebar pembuluh darah.
28
b. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Penatalksanaan non farmakologis merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Beberapa contoh
penatalaksanaan non farmakologis antara lain:
7.2.1. Berhenti Merokok
Rokok dapat mempengaruhi kerja beberapa obat antihipertensi.
Obat bisa tidak bekerja dengan optimal atau tidak memberi efek sama
sekali. Dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat
(Sheps, 2002).
7.2.2. Tidak Mengkonsumsi Alkohol
Alkohol dalam darah merangsang pelepasan epineprin
(adrenalin) dan hormon-hormon lain yang membuat pembuluh darah
menyempit dan penumpukan lebih banyak natrium dan air. Minum
minuma beralkohol yang berlebihan juga menyebabkan kekurangan
gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan magnesium (Sheps, 2002).
7.2.3. Diet
Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 gr) per hari
menjadi 80-100 mmol (4.7 - 5.8 gr) per hari dapat menurunkan
tekanan darah sistolik 4-6 mmHg (Joewono, 2003). Untuk
mengendalikan hipertensi, kita harus membatasi asupan natrium
dalam makanan. Selain membatasi natrium, mengurangi makanan
berlemak, makan lebih banyak biji-bijian, buah-buahan, sayuran dan
produk susu rendah lemak akan meningkatkan kesehatan kita secara
29
menyeluruh dan memberikan manfaat khusus bagi penderita tekanan
darah tinggi (Sheps, 2002).
7.2.4. Olahraga teratur
Olahraga teratur mampu menurunkan jumlah lemak serta
meningkatkan kekuatan otot terutama otot jantung. Berkurangnya
lemak dan volume tubuh, berarti mengurangi resiko tekanan darah
tinggi juga (Shep, 2002).
7.2.5. Penanganan Faktor Psikologis dan Stress
Hormon epineprin dan kortisol yang dilepaskan saat stress
menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan
pembuluh darah dan meningkatkan denyut jantung. Besarnya
peningkatan tekanan darah tergantung pada beratnya stress dan sejauh
mana kita dapat mengatasinya. Penanganan stress yang adekuat dapat
berpengaruh baik terhadap penurunan tekanan darah (Sheps, 2002).
8. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat sphygmomanometer
dan stetoskop. Ada tiga tipe dari sphygmomanometer yaitu dengan
menggunakan air raksa atau merkuri, aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa
adalah jenis sphygmomanometer yang paling akurat. Tingkat bacaan dimana
detak tersebut terdengar pertama kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan
tingkat dimana bunyi detak menghilang adalah tekanan diastolik.
Sphygmomanometer aneroid prinsip penggunaanya yaitu menyeimbangkan
tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang menyimpan
30
udara didalamnya. Spygmomanometer elektronik merupakan pengukur
tekanan darah terbaru dan lebih mudah digunakan dibanding model standar
yang menggunakan air raksa tetapi, akurasinya juga relatif rendah (Sustrani,
2006). Sebelum mengukur tekanan darah yang harus diperhatikan yaitu :
a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran
dilakukan.
b. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan
sejajar dengan jantung (istirahat).
c. Pakailah baju lengan pendek.
d. Buang air kecil dulu sebelum diukur , karena kandung kemih yang penuh
dapat mempengaruhi hasil pengukuran (Sustrani, 2006).
Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien setelah
istirahat yang cukup, yaitu sesudah berbaring paling sedikit 5 menit.
Pengukuran dilakukan pada posisi terbaring, duduk, dan berdiri sebanyak 2
kali atau lebih dengan interval 2 menit. Ukuran manset harus cocok dengan
ukuran lengan atas. Manset harus melingkari paling sedikit 80% lengan atas
dan lebar manset paling sedikit 2 atau 3 kali panjang lengan atas, pinggir
bawah manset harus 2 cm diatas fosa cubiti untuk mencegah kontak dengan
stetoskop. Sebaiknya disediakan barbagai ukuran manset untuk dewasa, anak
dan orang gemuk. Balon dipompa sampai ke atas tekanan diastolik kemudian
tekanan darah diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap
denyut jantung. Tekanan sistolik tercatat pada saat terdengar bunyi yang
pertama (korotkoff I) sedangkan tekanan diastolik dicatat jika bunyi tidak
terdengar lagi (korotkoff V). Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan
31
pada kedua lengan, pada posisi berbaring, duduk dan berdiri (Arjatmo &
Hendra, 2001).
32
C. Kerangka TeoriKonsumsi Lemak
Berlebih Stres Rokok
Munculnya plak dalampembuluh darah
Aktifitas sarafsimpatis meningkat
Nikotin
Tekanan periferberkurang
Aktifitas SarafSimpatis meningkat
Pelepasan Norepinefrinmeningkat
Penurunantekanan perifer
Pelepasan renin
Substrat renin(protein plasma)
Angiotensin I
Angiotensin II
Aldosteron Vasokontriksiarteri perifer
Retensi natriumdan H2O
Volume plasmameningkat
Tekanan darahmeningkatGambar 1. Kerangka Teori
Modifikasi Arjatmo T, dan Hendra U. (2001), Gyton dan Hall (1997), Mangku
Sitepoe (1997).
Keterangan :
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Aktifitas Fisik
Konsumsi GaramBerlebih
Pengobatan
FarmakologiNon
Farmakologi
33
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2008).
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan pada studi pustaka, maka
peneliti membuat kerangka konsep untuk memudahkan mengidentifikasi konsep-
konsep sesuai penelitian sehingga dapat dimengerti.
Gambar 2. Kerangka Konsep
Variabel :
Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan :
1. Frekuensi merokok
2. Lama Merokok
3. Kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi
4. Kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar garam tinggi
5. Aktifitas olahraga
6. Kepatuhan pengobatan
34
B. Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala
Tekanan
Darah
suatu nilai yang
dinyatakan dalam
satuan mmHg dan
terdiri dari dua angka,
yaitu sistole dan
diastole. Untuk tekanan
sistolik nilai normalnya
adalah < 120 mmHg,
sedangkan untuk
tekanan diastolik nilai
normalnya adalah < 80
mmHg.
Pengukuran
dilakukan pada
posisi duduk
sebanyak 2 kali
atau lebih dengan
interval 2 menit.
Cara
pengukurannya
seperti pedoman
yang berlaku
(terlampir)
Sphygmo
manomete
r air raksa
Data numerik
(mmHg)
Rasio
Frekuensi
merokok
Dalam satu hari, berapa
rata-rata jumlah batang
rokok yang dihisap oleh
responden
Meminta
responden untuk
menjawab
pertanyaan dalam
kuisioner.
Kuesioner 1. Perokok ringan
: 1-10 batang
sehari
2. Perokok Sedang
: 11-20 batang
sehari
3. Perokok Berat :
lebih dari 20
batang sehari.
(Bustan, 2000).
Ordinal
35
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala
Lama
merokok
Waktu sejak pertama
kali responden merokok
sampai saat ini
Meminta
responden untuk
menjawab
pertanyaan dalam
kuisioner.
Kuesioner 1. Kurang dari 5
tahun
2. 5-10 tahun
3. Lebih dari 10
tahun
Ordinal
Kebiasaan
konsumsi
makanan
dengan
kadar
lemak
tinggi
Rata-rata jumlah
makanan dengan kadar
lemak tinggi (seperti
susu, jeroan, goreng-
gorengan, dan daging
kambing) yang
dikonsumsi oleh
responden dalam 1
minggu
Meminta
responden untuk
menjawab
pertanyaan dalam
kuisioner.
Kuesioner 1. 1-2x/minggu
2. 3-6x/minggu
3. 1x/hari
4. > 1x/minggu
Ordinal
Kebiasaan
konsumsi
makanan
dengan
kadar
lemak
tinggi
Rata-rata jumlah
makanan dengan kadar
garam tinggi (seperti
mie instan, ikan asin,
telur asin, kecap asin,
keju, dan saus tomat)
yang dikonsumsi oleh
responden dalam 1
minggu
Meminta
responden untuk
menjawab
pertanyaan dalam
kuisioner.
Kuesioner 1. 1-2x/minggu
2. 3-6x/minggu
3. 1x/hari
4. > 1x/minggu
Ordinal
Aktifitas
olahraga
Rata-rata waktu yang
dihabiskan oleh
responden untuk
berolahraga dalam 1
minggu
Meminta
responden untuk
menjawab
pertanyaan dalam
kuisioner.
Kuesioner 1. Jarang/tidak
pernah
2. <30 menit/hari
atau < 3
hari/minggu
3. ≥ 30 menit/hari
atau ≥ 3
Ordinal
36
hari/minggu
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil `Skala
Kepatuhan
pengobata
n
Kemauan responden
dalam mengkonsumsi
obat anti hipertensi
sesuai dengan resep
dokter dalam 3 bulan
terakhir
Meminta
responden untuk
menjawab
pertanyaan dalam
kuisioner.
Kuesioner 1. Ya
2. Tidak
Ordinal
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan
penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun
peneliti pada seluruh proses penelitian (Setiadi, 2007). Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif, desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif
yaitu penelitian untuk menggambarkan tekanan darah berdasarkan frekuensi
merokok dan faktor-faktor resiko hipertensi.
B. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti meliputi tekanan darah, dan faktor-faktor yang dapat
memperberat keadaan hipertensi responden seperti : frekuensi merokok dalam
sehari, lama merokok, kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar lemak dan atau
garam tinggi, aktifitas olahraga dan kepatuhan pengobatan.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota
Tangerang Selatan. Pemilihan lokasi ini berdasarkan atas pertimbangan
bahwa belum pernah dilakukannya penelitian tentang gambaran tekanan
darah berdasarkan faktor yang dapat memperperat hipertensi pada pasien
hipertensi perokok di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.
38
2. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran pustaka, survei awal,
mempersiapkan proposal penelitian, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan
penelitian sampai penyusunan laporan akhir. Penelitian ini dilaksanakan
bulan November 2012 sampai dengan Desember 2012.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat,
2008). Populasi penelitian ini adalah penderita hipertensi yang telah terdaftar
dalam laporan administrasi Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian
keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
(Hidayat, 2008). Sampel pada penelitian ini adalah sampel yang memenuhi
kriteria inklusi sebagai berikut :
a. Pasien hipertensi laki-laki yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
b. Pasien hipertensi yang merokok, yaitu seseorang yang menyatakan dirinya
adalah perokok.
c. Usia pasien ≥ 30 tahun.
d. Bersedia menjadi responden penelitian.
39
Jumlah sampel ditentukan dengan memakai rumus estimasi proporsi pada
populasi dari Paul Leedy sebagai berikut :
N.Z21- P( 1-P )
n =
( N-1 ).d2 + Z 21-
Keterangan:
N : jumlah populasi dalam penelitian
n : besar sampel minimum
Z1-∝/2 : nilai kepercayaan dalam penelitian ditetapkan sebesar 95 %
P : harga proporsi di populasi 40% (Alamsyah, 2009)
d : tingkat kesalahan atau presisi dalam penelitian ini ditetapkan 5 %.
Dalam penelitian ini, populasi penderita hipertensi yang ada diwilayah
Puskesmas Ciputat sebanyak 147 orang sehingga didapatkan perhitungan
sebagai berikut:
n = 147 x (1,96)2 x 0,4 x (1 – 0,4 )
(147 – 1) x (0,05)2 + (1,96)2 x 0,4 x (1 – 0,4)
= 147 x 3,84 x 0,24
146 x 0,0025 + 3,84 x 0,24
= 135,4752
0,365 + 0,9216
40
= 135,4752
1,2866
= 105,29706 = 106 orang
3. Cara Pemilihan Sampel
Cara pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara accidental
sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel dan sempel diambil
seadanya saja tanpa direncanakan terlebih dahulu (Notoadmodjo 2005). Pada
cara ini dihitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam populasi yang akan
dipilih sebagai sampel, kemudian setiap pengunjung yang memenuhi syarat
termasuk sampel.
Secara teknis pengambilan sampel dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
a. Peneliti mengambil sampel penderita hipertensi yang ada di wilayah
puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.
b. Mendata 106 orang yang akan dijadikan sampel sesuai nomor antrian di
Puskesmas.
c. Sampel yang didapat sebanyak 106 orang akan di ukur tekanan darahnya
dan akan disebar kuisioner untuk dilakukan penelitian.
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian
41
(Nursalam, 2008). Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan kuisioner. Penggumpulan data akan dilaksanakan di Puskesmas
Ciputat Kota Tangerang Selatan. Adapun tahapan pengumpulan data yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti memberikan
penjelasan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan menjamin
kerahasiaan jawaban yang diberikan dalam kuisioner kepada calon responden
tersebut.
2. Kemudian responden mengisi formulir persetujuan wawancara.
3. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya tentang hal-hal
yang tidak dipahami dan tidak jelas di dalam kuisioner.
4. Data primer, berupa jumlah rokok yang dihisap dalam sehari, lama merokok,
riwayat keturunan hipertensi, kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar
garam dan lemak tinggi, aktifitas olahraga, kepatuhan pengobatan dan
tekanan darah pasien, dikumpulkan dengan wawancara menggunakan
kuesioner dan pengukuran langsung menggunakan sphygmomanometer jenis
air raksa yang sebelumnya telah dikalibrasi terlebih dahulu. Untuk
pengukuran langsung, dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh beberapa
orang yang sebelumnya dilakukan pengujian dan penyamaan persepsi dengan
peneliti sehingga hasil pengukuran antara peneliti dengan yang membantu
menghasilkan data yang sama. Waktu pengukuran adalah saat pasien datang
ke Puskesmas dan dipersilakan untuk istirahat terlebih dahulu untuk
kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak dua kali atau lebih.
42
5. Data sekunder, berupa riwayat hipertensi pasien dan keluarga pasien,
diperoleh dari pencatatan dan laporan administrasi Puskesmas Ciputat
Tangerang Selatan Tahun 2012.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
terdiri dari delapan pertanyaan yang akan ditanyakan langsung pada pasien dan
sphygmomamometer jenis air raksa yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.
G. Teknik Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang dinyatakan
dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam
bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Analisis ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran tekanan darah berdasarkan faktor pemberat hipertensi.
Dari data ini diperoleh faktor pemberat hipertensi, antara lain berupa lama
merokok, riwayat keturunan hipertensi, kebiasaan konsumsi makanan dengan
kadar garam dan lemak tinggi, aktifitas olahraga, kepatuhan pengobatan
H. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengolahan data yang
terdiri dari:
1. Editing
43
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di
tempat penelitian agar apabila jika ada kekurangan data dapat segera
dilengkapi.
2. Coding
Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
3. Entri Data
Data entri adalah kegiatan memasukan data dari kuesioner kedalam paket
program komputer agar dapat dianalisis, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.
4. Cleaning Data
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih dari
kesalahan sehingga data siap dianalisa (Hidayat, 2008).
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini menekankan masalah etika penelitian yang
meliputi:
1. Lembar Persetujuan (informed consent)
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang
akan diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penelitian serta
manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan
44
tujuan penelitian. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.
2. Tanpa nama (anonymity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi
responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
3. Kerahasiaan (confidentially)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Data yang telah
diolah dalam penelitian di wilayah kerja Puskesmas Ciputat ini ditampilkan
dalam bentuk narasi yang disertai teks, tabel, dan gambar distribusi frekuensi
sehingga memudahkan pembaca dalam memahami hasil penelitian ini.
45
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian gambaran tekanan
darah berdasarkan faktor yang memperberat hipertensi pada pasien hipertensi
perokok di Puskesmas Ciputat. Penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan
kuisioner secara accidental sampling kepada setiap pengunjung yang berobat di
puskesmas dan melakukan kunjungan rumah kepada pasien yang telah
terdiagnosis hipertensi dan merokok kemudian dilakukan pengukuran tekanan
darah.
A. Gambaran Tempat Penelitian
1. Gambaran Umum
Sejarah berdirinya Puskesmas Ciputat berawal dari balai pengobatan
yang dipimpin oleh H. Kamsari Kadri tamatan Sekolah Perawat RSUP Jakarta
tahun 1935. Pada tahun 1950-1955, balai pengobatan ini semakin berkembang,
pasien yang berobat bukan saja warga masyarakat Kecamatan Ciputat, akan
tetapi dari Serpong, pondok Aren, Pondok Betung, bahkan dari Pondok Pinang
sampai masyarakat kemang,sebab pada waktu itu Kedinasan Kesehatan masih
bergabung dengan Kebayoran Lama. Pada tahun 1956 sampai dengan
sekarang, setelah menjadi Puskesmas Ciputat, gedung, sarana dan prasarana
bertambah lengkap begitu juga tenaga paramedik.
Puskesmas Ciputat merupakan salah satu dari 3 Puskesmas yang ada di
wilayah Kecamatan ciputat, letak berbatasan dengan :
46
a. Sebelah Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Sawah
b. Sebelah Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
c. Sebelah Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
d. Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur
Puskesmas Ciputat terletak ± 27 km sebelah tenggara Kota Tangerang,
Luas wilayah Kecamatan Ciputat kira-kira 13.311 Ha dengan sebagian besar
berupa tanah darat/kering (93,64%) sisanya adalah tanah rawa/danau.
2. Program Puskesmas
Adapun program yang terdapat di Puskesmas Ciputat yaitu: program
kesehatan dasar, pengembangan wajib, dan pengembangan pilihan.
1) Pengembangan kesehatan dasar meliputi :
a) Promosi kesehatan
b) Kesehatan lingkungan
c) Kesehatan ibu dan anak
d) Perbaikan gizi
e) P2PL
f) Pengobatan
2) Pengembangan wajib meliputi:
a) Usaha Kesehatan Sekolah
b) Lansia
c) NAPZA
3) Pengembangan pilihan meliputi:
a) Kesehatan jiwa
b) UKGMD
47
c) Laboratorium
Untuk program puskesmas yang fokus pada penyakit hipertensi lebih
di titik beratkan pada program kuratif dan rehabilitatifnya. Sementara
untuk promotif dan preventif kurang begitu digalakkan. Dalam program
promotif dan preventif lebih banyak ditugaskan pada kader saat
dilakukannya Posbindu. Yaitu dengan cara penyuluhan kesehatan sehingga
kurang begitu berpengaruh terhadap warga yang masih berusia remaja dan
dewasa awal. Selain itu menurut pengamatan penulis, setiap pasien yang
berobat ke puskesmas selalu dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum
dilakukan pengobatan, walaupun pasien tersebut tidak berobat untuk
hipertensi. Dari pemeriksaan awal tersebut didapat tekanan darah sehingga
jika pasien pada saat itu tekanan darahnya tinggi dapat pula diberikan
informasi agar pasien tersebut tidak terkena hipertensi.
Dari segi kuratif dan rehabilitatifnya lebih terprogram. Setiap satu
bulan sekali atau setidaknya jika obat antihipertensinya sudah habis, pasien
hipertensi diwajibkan untuk kontrol ke puskesmas. Selain itu mulai tahun
ini, setiap pasien yang datang berobat dengan membawa KTP Tangerang
Selatan, di gratiskan dalam berobat, sehingga mahalnya biaya pengobatan
dan harga obat sudah tidak menjadi kendala lagi.
B. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Menurut Hurlock dalam Alamsyah (2009), masa kedewasaan seseorang
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu young adult / dewasa awal (18-40 tahun),
48
middle life / dewasa menengah (40-60 tahun), dan late adulthood / dewasa
lanjut (>60 tahun). Responden dalam penelitian ini merupakan pasien
hipertensi yang merokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, Kota
Tangerang Selatan. Jumlah responden adalah sebanyak 106 orang. Sebagian
besar responden memiliki umur 41-60 tahun, yaitu 49 orang (46,23 %),
sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang berumur lebih dari 60
tahun tahun, yaitu 18 orang (16,98 %).
Berikut ini distribusi responden berdasarkan umur dalam tabel berikut
ini :
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
2. Riwayat Keturunan Hipertensi dalam Keluarga
Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan riwayat
hipertensi yang ada dalam keluarga responden :
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan
Hipertensi dalam Keluarga
Keturunan Frekuensi PersentaseHipertensi (%)
Ya 73 68,87Tidak 33 31,13Total 106 100
Umur Frekuensi Persentase(Tahun) (%)30-40 39 36,7941-60 49 46,23>60 18 16,98
Total 106 100
49
Data di atas menunjukkan sebagian besar responden mempunyai
riwayat keturunan hipertensi dalam keluarganya. yaitu 73 responden (68,87
%). Sedangkan 33 responden (31,13 %) tidak memiliki riwayat keturunan
hipertensi dalam keluarganya.
3. Frekuensi Merokok
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 106 responden yang
merokok, sebagian besar menghabiskan antara 1-10 batang rokok perhari
serta 11-20 batang rokok perhari, dua kategori ini memiliki jumlah yang
sama, yaitu masing-masing 43 orang (40,57 %), sedangkan 20 orang (18,86
%) menghabiskan lebih dari 20 batang rokok perhari.
Berikut data penyebaran responden berdasarkan frekuensi merokok :
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Merokok
Frekuensi Merokok Jumlah Persentase(Batang/Hari) (%)
1 – 10 43 40,5711 – 20 43 40,57
> 20 20 18,86Total 106 100
4. Lama Merokok
Berikut tabel penyebaran responden berdasarkan lama merokok :
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Merokok
Lama Merokok Frekuensi Persentase(Tahun) (%)
< 5 13 12,265-10 33 31,13> 10 60 56,61Total 106 100
50
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden, bahkan
melebihi setengah dari jumlah sampel, telah merokok lebih dari sepuluh
tahun, yaitu sebanyak 60 responden (56,61 %). Jumlah responden yang
merokok kurang dari lima tahun hanya sebanyak 13 responden (12,26 %).
5. Kebiasaan Konsumsi Makanan dengan Kadar Lemak Tinggi
Berikut adalah tabel sebaran responden berdasarkan kebiasaan
responden dalam mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi, seperti
susu, jeroan, goreng-gorengan serta daging kambing :
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan dengan Kadar Lemak Tinggi
Kebiasaan Konsumsi Frekuensi PersentaseMakanan Tinggi Lemak (%)
1-2x perminggu 44 41,513-6x perminggu 19 17,92
1x perhari 23 21,7> 1x perhari 20 18,87
Total 106 100
Dari data diatas dapat diketahui bahwa kebiasaan responden dalam
mengkonsumsi makan makanan berlemak, seperti susu, jeroan, goreng-
gorengan serta daging kambing, sebagian besar adalah sebanyak 1-2 kali
dalam satu minggu, yaitu 44 responden (41,51 %). Sedangkan responden
yang mengkonsumsi makanan berlemak antara 3-6 kali dalam satu minggu
adalah kategori yang paling sedikit, yaitu berjumlah 19 responden (17,92 %)
saja.
51
6. Kebiasaan Konsumsi Makanan dengan Kadar Garam Tinggi
Berikut adalah tabel sebaran responden berdasarkan kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi garam, seperti mie instan,
ikan asin, kecap asin, keju dan saus tomat :
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan dengan Kadar Garam Tinggi
Kebiasaan Konsumsi Frekuensi PersentaseMakanan Tinggi Garam (%)
1-2x perminggu 37 34,913-6x perminggu 35 33,02
1x perhari 19 17,92> 1x perhari 15 14,15
Total 106 100
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
kebiasaan mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar garam tinggi dalam
kisaran 1-2 kali dalam seminggu, yaitu sebanyak 37 responden (34,91 %).
Sedangkan responden yang mengkonsumsi makanan tinggi garam lebih dari 1
kali dalam sehari adalah yang paling sedikit, yaitu 15 responden (14,15 %).
7. Aktifitas Olahraga
Berikut tabel sebaran responden berdasarkan aktifitas fisik, terutama
olah raga yang dilakukan oleh responden :
52
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Olahraga
Aktifitas Olahraga Frekuensi Persentase(%)
Jarang/tidak pernah 68 64,15< 30menit/hari atau < 3hari/minggu 29 27,36> 30 menit/hari atau > 3hari/minggu 9 8,49
Total 106 100
Data di atas menunjukkan sebagian besar responden jarang atau bahkan
tidak pernah melakukan aktifitas olahraga. Jumlahnya mencapai 68 responden
(64,15 %). Kemudian hanya ada 9 responden (8,49 %) yang melakukan
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit perhari dan atau lebih dari 3 hari
perminggu.
8. Kepatuhan Pengobatan
Sebaran responden berdasarkan kepatuhan responden terhadap
pengobatan dapat diketahui dari tabel di bawah ini :
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan
Pengobatan
Kepatuhan Frekuensi PersentasePengobatan (%)
Ya 42 39,62Tidak 64 60,38Total 106 100
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak
mengkonsumsi obat penurun hipertensi sesuai petunjuk dokter dalam tiga
bulan terakhir. Jumlahnya mencapai 64 responden (60,38 %). Sedangkan
53
sisanya, yaitu 42 responden (39,62 %) mengkonsumsi obat penurun hipertensi
sesuai petunjuk dokter dalam tiga bulan terakhir.
C. Analisis Univariat
1. Tekanan Darah
Berikut adalah tabel gambaran tekanan darah responden :
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden
KeteranganTekanan Darah
Sistole DiastoleMin 100 70
Rata-Rata 134,91 89,81Max 180 140
Melihat data tersebut dapat diketahui bahwa 106 responden yang
diteliti, tekanan sistolik minimalnya adalah sebesar 100 mmHg, sedangkan
tekanan diastolik minimalnya adalah 70 mmHg. Kemudian untuk tekanan
sistolik rata-ratanya adalah 134,91 mmHg, sedangkan tekanan diastolik rata-
ratanya adalah 89,81 mmHg. Kemudian untuk tekanan sistolik maksimalnya
adalah sebesar 180 mmHg, dan tekanan diastolik maksimalnya adalah sebesat
140 mmHg.
2. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi Merokok
Berikuttabel tentang gambaran tekanan darah berdasarkan frekuensi
merokok :
54
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi
Merokok
KeteranganFrekuensi Merokok
1-10 11-20 > 20Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole
Nilai Minimal 100 70 100 70 120 80Nilai Rata-Rata 130,7 85,35 133,72 89,3 146,5 100,5Nilai Maksimal 180 140 170 120 160 140
Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang merokok antara 1-10
batang perhari memiliki tekanan sistolik rata-rata sebesar 130,7 mmHg,
dengan nilai tekanan sistolik terendah adalah 100 mmHg serta tekanan
sistolik tertinggi sebesar 180 mmHg. Sedangkan untuk tekanan diastolik, rata-
ratanya adalah sebesar 85,35 mmHg dengan tekanan diastolik terendah adalah
70 mmHg dan tekanan diastolik tertinggi adalah 140 mmHg.
Responden yang merokok lebih dari 20 batang perhari, memiliki
tekanan sistolik rata-rata 146,5 mmHg, tekanan sistolik terendah adalah 120
mmHg dan tekanan sistolik tertinggi adalah 160 mmHg. Kemudian untuk
tekanan diastolik, rata-ratanya adalah 100,5 mmHg, terendahnya adalah 80
mmHg dan tertingginya adalah 140 mmHg.
3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok
Berikut adalah tabel gambaran tekanan darah berdasarkan lama
merokok :
55
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok
KeteranganLama Merokok
< 5 Tahun 5-10 Tahun > 10 TahunSistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole
Nilai Minimal 100 70 100 70 110 70Nilai Rata-Rata 126,15 82,31 129,39 86,67 139,83 93,17Nilai Maksimal 150 100 160 140 180 140
Data di atas menunjukkan bahwa responden yang merokok kurang dari
5 tahun memiliki tekanan sistolik rata-rata sebesar 126,15 mmHg dengan
tekanan sistolik minimal adalah 100 mmHg dan tekanan sistolik maksimalnya
adalah 150 mmHg. Sedangkan untuk responden yang merokok lebih dari 10
tahun memiliki tekanan sistolik rata-rata sebesar 139,83 mmHg dengan
tekanan sistolik minimal adalah 110 mmHg dan tekanan sistolik maksimal
adalah 180 mmHg.
Kemudian untuk tekanan diastolik, responden yang merokok kurang
dari 5 tahun memiliki tekanan diastolik rata-rata sebesar 82,31 mmHg dengan
tekanan diastoilik minimal adalag 70 mmHg dan tekanan diastolik maksimal
adalah 100 mmHg. Lalu untuk responden yang merokok lebih dari 10 tahun
memiliki tekanan diastolik rata-rata sebesar 93,17 mmHg dengan tekanan
diastolik minimal adalah 70 mmHg dan tekanan diastolik maksimal adalah
140 mmHg.
56
4. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Makanan
Tinggi Lemak
Berikut adalah tabel gambaran tekanan darah berdasarkan kebiasaan
responden dalam mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi, seperti
susu, jeroan, goreng-gorengan serta daging kambing :
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan
Konsumsi Makanan Tinggi Lemak
KeteranganKebiasaan Konsumsi Makanan Tinggi Lemak
1-2x perminggu 3-6x perminggu 1x perhari > 1x perhari
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole
Nilai Minimal 100 70 110 70 120 80 130 80
Nilai Rata-Rata 128,41 85 134,21 87,89 138,26 92,17 146 99,5
Nilai Maksimal 170 120 160 100 160 100 180 140
Data diatas menunjukkan responden yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi antara 1-2 kali
perminggu memiliki tekanan sistolik rata-rata 128,41 mmHg, dengan tekanan
sistolik minimal adalah 100 mmHg dan tekanan sistolik maksimalnya adalah
170 mmHg. Sedangkan tekanan diastolik rata-ratanya adalah 85 mmHg
dengan tekanan diastolik minimalnya adalah 70 mmHg dan tekanan diastolik
maksimalnya adalah 120 mmHg.
Responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan
kadar lemak tinggi lebih dari 1 kali dalam sehari memiliki tekanan sistolik
rata-rata 146 mmHg dengan tekanan sistolik minimalnya adalah 130 mmHg
dan tekanan sistolik maksimalnya adalah 180 mmHg. Sedangkan tekanan
diastolik rata-ratanya adalah 99,5 mmHg dengan tekanan diastolik
57
minimalnya adalah 80 mmHg dan tekanan diastolik maksimalnya adalah 140
mmHg.
5. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Makanan
Tinggi Garam
Berikut adalah tabel gambaran tekanan darah berdasarkan kebiasaan
responden dalam mengkonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi, seperti
mie instan, ikan asin, kecap asin, keju dan saus tomat :
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan
Konsumsi Makanan Tinggi Garam
KeteranganKebiasaan Konsumsi Makanan Tinggi Garam
1-2x perminggu 3-6x perminggu 1x perhari > 1x perhari
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole
Nilai Minimal 100 70 120 70 120 80 120 80
Nilai Rata-Rata 126,49 83,51 135,71 91,14 141,05 93,16 146 98
Nilai Maksimal 170 120 160 140 160 110 180 140
Data diatas menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi
makanan dengan kadar garam tinggi antara 1-2 kali perminggu memiliki
tekanan sistolik rata-rata 126,49 mmHg dengan tekanan sistolik minimalnya
adalah 100 mmHg dan tekanan sistolik maksimalnya adalah 170 mmHg.
Sedangkan tekanan diastolik rata-ratanya adalah 83,51 mmHg dengan
tekanan diastolik minimalnya adalah 70 mmHg dan tekanan diastolik
maksimalnya adalah 120 mmHg.
Responden yang mengkonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi
lebih dari 1 kali dalam sehari memiliki tekanan sistolik rata-rata 146 mmHg
dengan tekanan sistolik minimal sebesar 120 mmHg dan tekanan sistolik
58
maksimal adalah 180 mmHg. Sedangkan tekanan diastolik rata-ratanya
adalah 98 mmHg dengan tekanan diastolik minimalnya sebesar 80 mmHg dan
tekanan diastolik maksimalnya adalah 140 mmHg.
6. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas Olahraga
Berikut tabel gambaran tekanan darah berdasarkan aktifitas olah raga
yang dilakukan oleh responden :
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas
Olahraga
Keterangan
Aktifitas Olahraga
Jarang/tidak pernah< 30menit/hari atau
< 3hari/minggu≥ 30 menit/hari atau
≥ 3hari/minggu
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole
Nilai Minimal 100 70 100 70 100 70
Nilai Rata-Rata 136,76 90,29 132,07 91,93 130 92,22
Nilai Maksimal 180 140 170 120 150 140
Data diatas dapat diketahui bahwa responden yang jarang atau tidak
pernah berolahraga memiliki tekanan sistolik rata-rata 136,76 mmHg dengan
tekanan sistolik minimal 100 mmHg dan tekanan sistolik maksimal 180
mmHg. Sedangkan tekanan diastolik rata-rata dari responden yang jarang
atau tidak pernah olahraga adalah 90,29 mmHg dengan tekanan diastolik
minimal 70 mmHg dan tekanan diastolik maksimal 140 mmHg.
Sedangkan responden yang berolahraga lebih dari atau sama dengan 30
menit perhari atau lebih dari atau sama dengan 3 hari perminggu memiliki
tekanan sistolik rata-rata 130 mmHg dengan tekanan sistolik minimal 100
mmHg dan tekanan sistolik maksimal 150 mmHg. Sedangkan tekanan
59
diastolik rata-ratanya adalah 92,22 mmHg dengan tekanan diastolik minimal
70 mmHg dan tekanan diastolik maksimalnya adalah 140 mmHg.
7. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan Pengobatan
Berikut adalah tabel gambaran tekanan darah berdasarkan kepatuhan
responden terhadap program pengobatan dalam 3 bulan terakhir :
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan
Pengobatan
KeteranganKepatuhan Pengobatan
Ya TidakSistole Diastole Sistole Diastole
Nilai Minimal 100 70 110 70Nilai Rata-Rata 127,14 84,29 140 93,44Nilai Maksimal 170 120 180 140
Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang meminum obat anti
hipertensi sesuai dengan petunjuk dokter dalam 3 bulan terakhir memiliki
tekanan sistolik rata-rata 127,14 mmHg dengan tekanan sistolik minimal 100
mmHg dan tekanan sistolik maksimal 170 mmHg. Sedangkan tekanan
diastolik rata-ratanya adalah 84,29 mmHg dengan tekanan diastolik minimal
70 mmHg dan tekanan diastolik maksimal 120 mmHg.
Responden yang tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi sesuai
petunjuk dokter dalam 3 bulan terakhir memiliki tekanan sistolik rata-rata 140
mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 140 mmHg dengan tekanan sistolik
minimal 110 mmHg dan tekanan sistolik maksimal 180 mmHg serta tekanan
diastolik minimal 70 mmHg dan tekanan diastolik maksimal 140 mmHg.
60
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan pembahasan yang meliputi karakteristik responden,
interpretasi dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan selanjutnya akan
dibahas juga tentang bagaimana implikasi dari hasil penelitian yang akan
dibandingkan dua hal pokok yaitu antara lain kerangka konsep dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran tekanan darah berdasarkan
faktor-faktor pemberat hipertensi pada pasien hipertensi perokok di Puskesmas
Ciputat.
A. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Pada penelitian gambaran tekanan darah di Puskesmas Ciputat Timur
diperoleh sebanyak 106 responden sesuai dengan sampel yang direncanakan.
106 responden yang diteliti adalah responden dengan umur diatas 30 tahun.
Krummel (2004) menyatakan bahwa penyakit hipertensi paling banyak
dialami oleh kelompok umur 31-55 tahun. Sejalan dengan bertambahnya
umur hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan
sistolik terus meningkat sampai umur 80 tahun dan tekanan diastolik terus
meningkat sampai umur 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan
atau bahkan menurun drastis.
Kategori dengan responden terbanyak adalah antara umur 41-60 tahun,
yaitu 49 orang (46,23 %). Peneliti mengambil responden dengan umur diatas
61
30 tahun karena menurut hasil penelitian Aisyiyah (2009) dan Irza (2009)
menyatakan bahwa ada hubungan antara faktor usia dengan hipertensi dan
resiko hipertensi semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Krummel
(2004) juga menyatakan, semakin bertambahnya umur hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah.
2. Jenis Kelamin
Penelitian ini sengaja hanya mengambil responden dengan jenis
kelamin laki-laki karena menurut Sustrani (2006) wanita penderita hipertensi
diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi wanita lebih tahan dari pada
laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh darah. Pria lebih banyak
mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita. Pada pria
hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang
nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi
terkena hipertensi dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich (dalam
Sustrani, 2006) seorang pria dewasa akan mempunyai peluang lebih besar
yakni satu di antara 5 untuk mengidap hipertensi. Khomsan (2004)
menyebutkan bahwa hipertensi pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan, karena perempuan memiliki hormon estrogen yang berperan
sebagai protektor peningkatan tekanan darah. Syukraini (2009) dalam
penelitiannya juga menyatakan bahwa faktor jenis kelamin berhubungan
dengan hipertensi.
62
3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Keturunan Hipertensi
dalam Keluarga
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam
keluarga (Rohaendi dalam Irza, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Beevers (2002) pada orang kembar yang
dibesarkan secara terpisah atau bersama dan juga terdapat pada anak-anak
bukan adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah
dalam keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup.
Berdasarkan penelitian tersebut secara kasar, sekitar separuh tekanan darah di
antara orang-orang tersebut merupakan akibat dari faktor genetika dan
separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan sejak masa awal
kanak-kanak.
Hasil penelitian ini juga menggambarkan bahwa ada perbedaan antara
tekanan sistolik rata-rata dan tekanan diastolik rata-rata pada responden yang
memiliki riwayat keturunan hipertensi jika dibandingkan dengan responden
yang tidak memiliki riwayat keturunan hipertensi pada keluarganya.
Responden yang memiliki riwayat keturunan hipertensi dalam keluarganya
memiliki tekanan sistolik rata-rata 138,63 mmHg dan tekanan diastolik rata-
63
rata 92,05 mmHg. Responden yang tidak memiliki riwayat keturunan
hipertensi dalam keluarganya memiliki tekanan sistolik dan diastolik rata-rata
lebih rendah daripada responden yang memiliki riwayat keturunan hipertensi
dalam keluarganya, yaitu 126,67 mmHg untuk tekanan sistolik rata-ratanya
dan 84,85 mmHg untuk tekanan diastolik rata-ratanya.
Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian Irza (2009). Irza
yang mengambil sampel semua responden tanpa melihat apakah responden
tersebut merokok serta apakah responden tersebut telah terdiagnosis
hipertensi menyatakan bahwa faktor riwayat keluarga sangat berpengaruh
terhadap kemungkinan terjadinya hipertensi.
B. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi
1. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi Merokok
Sitorus (2005) menyatakan merokok sebatang setiap hari akan
meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg serta menambah detak
jantung 5-20 kali/menit. Sitepu (2012) menyatakan bahwa orang yang
mempunyai kebiasaan merokok memiliki resiko 5,320 kali lebih besar untuk
terjadinya hipertensi. Sitepoe (1997) juga menyatakan bila sebatang rokok
dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan, maka dalam tempo setahun, bagi
perokok yang merokok lebih dari 20 batang per hari akan mengalami 70.000
hisapan asap rokok. Semakin banyak jumlah rokok yang dihisap, maka akan
semakin besar pula kecenderungan seseorang untuk menderita hipertensi. Hal
ini karena beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif (ditambahkan),
suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan
64
gejala yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, pada perokok-perokok berat
dengan jumlah rokok yang dihisap lebih dari 20 batang setiap hari akan
merasakan dampak yang ditimbulkan oleh asap rokok tersebut lebih cepat
dibandingkan perokok ringan dengan jumlah rokok yang dihisapnya kurang
dari 10 batang setiap harinya.
Selaras dengan pernyataan tersebut, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa semakin banyak rokok yang dikonsumsi, maka tekanan darah
responden juga akan semakin meningkat. Dalam hal ini berdasarkan kategori
perokok ringan, sedang dan berat. Responden yang masuk kategori perokok
ringan (menghabiskan 1-10 batang perhari) memiliki tekanan sistolik rata-rata
130,7 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 85,35 mmHg. Responden yang
termasuk kategori perokok sedang (menghabiskan 11-20 batang perhari)
memiliki tekanan sistolik rata-rata sedikit lebih tinggi dibanding responden
dengan kategori perokok ringan, yaitu 133,72 mmHg. Tekanan diastolik rata-
ratanya juga sedikit lebih tinggi, yaitu 89,3 mmHg. Responden yang masuk
kategori perokok berat memiliki tekanan sistolik rata-rata 146,5 mmHg dan
tekanan diastolik rata-rata 140 mmHg.
Walaupun berbeda sampel yang diteliti, hasil penelitian ini juga senada
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Syazana (2007). Syazana
mengambil sampel responden yang merokok dan yang tidak merokok namun
mengabaikan apakah responden terdiagnosis hipertensi atau tidak. Hasil
penelitian Syazana (2007) menyatakan bahwa ada perbedaan antara rata-rata
tekanan darah dengan jumlah rokok yang dihisap, yaitu semakin banyak
jumlah rokok yang dihisap, maka rata-rata tekanan darah responden juga
65
meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irza (2009) juga
menunjukkan hasil yang sama. Dalam penelitian Irza yang mengambil sampel
responden yang merokok dan yang tidak merokok dengan mengabaikan
berapa jumlah batang rokok yang dikonsumsi dalam sehari dan apakah
responden telah terdiagnosis hipertensi atau tidak, hasilnya menyatakan
bahwa faktor merokok atau tidaknya responden berhubungan dengan kejadian
hipertensi. Kurniati (2012) juga menyatakan bahwa semakin banyak jumlah
rokok yang dihisap dalam setiap hari maka aka berpengaruh terhadap
peningkatan tekanan darah.
2. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok
Adanya dampak lama merokok terhadap tekanan darah sangat
beralasan, sebab semakin awal seseorang merokok, makin sulit untuk berhenti
merokok. Rokok juga mempunyai dose-respone effect, dimana semakin muda
usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya karena akan lebih banyak
toksin yang menumpuk di dalam tubuh sehingga pada kurun waktu yang lama
dosis racun akan mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang
ditimbulkannya (Smet, 1994).
Walaupun peningkatan tekanan darah tidak begitu tampak namun dalam
waktu yang lama (10-20 tahun), dampak rokok akan terasa sehingga dapat
mengakibatkan beberapa penyakit yang berbahaya seperti stroke, infark
miokardium, jantung, impotensi, kanker dan lain-lain (Rustan, 2006)
Sitepoe (1997) berpendapat bahwa beberapa zat kimia dalam rokok
bersifat kumulatif, sehingga pada kurun waktu yang lama dosis racun akan
66
mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang ditimbulkannya.
Akumulasi yang berlebihan ini lama-kelamaan dapat mengganggu tekanan
darah si perokok hingga akhirnya dapat terjadi hipertensi.
Syazana (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan
antara lama merokok dengan kenaikan tekanan darah, yaitu makin lama
seseorang merokok maka tekanan darah seseorang akan semakin tinggi. Hasil
penelitian kali ini juga menunjukkan perbedaan tekanan sistolik dan diastolik
rata-rata pada responden dengan beberapa kategori lama merokok. Responden
yang telah merokok selama kurang dari 5 tahun memiliki tekanan sistolik
rata-rata 126,15 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 82,31 mmHg.
Responden yang telah merokok antara 5-10 tahun memiliki tekanan sistolik
rata-rata 129,39 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 86,67 mmHg.
Responden yang telah merokok selama lebih dari 10 tahun memiliki tekanan
sistolik rata-rata 139,83 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 93,17 mmHg.
3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Makanan
Tinggi Lemak
Konsumsi pangan tinggi lemak juga dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah yang dikenal dengan aterosklerosis. Lemak yang berasal dari
minyak goreng tersusun dari asam lemak jenuh rantai panjang (long-saturated
fatty acid). Keberadaannya yang berlebih di dalam tubuh akan menyebabkan
penumpukan dan pembentukan plak di pembuluh darah. Pembuluh darah
menjadi semakin sempit dan elastisitasnya berkurang. Kandungan lemak atau
minyak yang dapat mengganggu kesehatan jika jumlahnya berlebih lainnya
67
adalah : kolesterol, trigliserida, low density lipoprotein (LDL) (Almatsier
2003).
Jeroan (usus, hati, babat, lidah, jantung, dan otak, paru) banyak
mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid/ SFA). Jeroan
mengandung kolesterol 4-15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan daging.
Secara umum, asam lemak jenuh cenderung meningkatkan kolesterol darah,
25-60% lemak yang berasal dari hewani dan produknya merupakan asam
lemak jenuh. Setiap peningkatan 1% energi dari asam lemak jenuh,
diperkirakan akan meningkatkan 2.7 mg/dL kolesterol darah, akan tetapi hal
ini tidak terjadi pada semua orang. Lemak jenuh terutama berasal dari minyak
kelapa, santan dan semua minyak lain seperti minyak jagung, minyak kedelai
yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan berulang-ulang. Kelebihan
lemak jenuh akan menyebabkan peningkatan kadar LDL kolesterol
(Almatsier 2003).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 106 responden,
responden yang mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi (seperti
susu, jeroan, goreng-gorengan serta daging kambing) sebanyak lebih dari 1
kali perhari memiliki tekanan sistolik dan diastolik rata-rata tertinggi, yaitu
146 mmHg untuk tekanan sistolik rata-rata dan 99,5 mmHg untuk tekanan
diastolik rata-rata. Responden yang mengkonsumsi makanan dengan kadar
lemak tinggi sebanyak 1-2 kali dalam seminggu memiliki tekanan sistolik dan
diastolik rata-rata terendah, yaitu 128,41 mmHg untuk tekanan sistolik rata-
rata dan 85 mmHg untuk tekanan diastolik rata-rata. Hasil ini sama dengan
hasil penelitian Irza (2009) yang menyatakan bahwa faktor konsumsi lemak
68
berhubungan dengan hipertensi yaitu makin sering mengkonsumsi makanan
dengan tinggi lemak, maka tekanan darah juga akan semakin tinggi.
Walaupun dalam penelitiannya, Irza hanya membagi respondennya menjadi
responden yang mengkonsumsi lemak tinggi dan rendah serta mengabaikan
status hipertensi pada responden. Aisyiyah (2009) juga menyatakan hal yang
sama, hal ini karena konsumsi jeroan berlebih dapat menimbulkan
penimbunan kolesterol LDL dan meningkatkan penyempitan pembuluh
darah.
4. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Makanan
Tinggi Garam
WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga
6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium). Anjuran WHO tersebut
disebabkan karena konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan
darah. menurut Beevers (2002) masyarakat yang mengkonsumsi garam yang
tinggi dalam pola makannya juga adalah masyarakat dengan tekanan darah
yang meningkat seiring bertambahnya usia. Sebaliknya, masyarakat yang
konsumsi garamnya rendah menunjukkan hanya mengalami peningkatan
tekanan darah yang sedikit, seiring dengan bertambahnya usia.
Reabsorpsi natrium oleh tubulus ginjal akan meningkat pada penderita
hipertensi primer yang disebabkan oleh stimulasi beberapa pengangkut
natrium yang terletak di membran luminal seperti halnya pompa natrium yang
terletak di membran basolateral dan menyediakan energi untuk transpor
tersebut. Selain itu suatu zat endogen yang disebut digitalis-like factor yang
69
identik dengan ouabain atau merupakan stereoisomer dari ouabain, dilepaskan
oleh kelenjar adrenal sebagai respon terhadap asupan natrium yang tinggi.
Pada penderita hipertensi primer ditemukan kadar digitalis-like factor yang
tinggi di dalam plasma dan berhubungan langsung dengan tekanan darah
digitalis-like factor mengakibatkan retensi natrium dengan cara meningkatkan
aktivitas pompa natrium ginjal (Adrogue dalam Irza, 2009).
Irza (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa faktor konsumsi
natrium berhubungan dengan hipertensi. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian ini yang menunjukkan bahwa rata-rata tekanan sistolik dan
diastolik responden yang mengkonsumsi makanan dengan kadar garam
tinggi (seperti mie instan, ikan asin, kecap asin, keju dan saus tomat) lebih
dari 1 kali sehari adalah yang tertinggi. Tekanan sistolik rata-ratanya adalah
146 mmHg dan tekanan diastolik rata-ratanya adalah 98 mmHg. Sedangkan
responden yang mengkonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi antara 1-
2 kali perminggu memiliki rata-rata tekanan sistolik dan diastolik terrendah,
yaitu 126,49 mmHg untuk tekanan sistolik rata-ratanya dan 83,51 mmHg
untuk tekanan diastolik rata-ratanya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Williams (1991) yang menjelaskan
bahwa makan natrium berlebih dapat mengganggu kerja ginjal. Krummel
(2004) menambahkan, populasi yang mengkonsumsi garam dalam jumlah
yang kecil (70mEq/hari) terbukti memiliki riwayat hipertensi yang rendah
pula. Sulchan (2012) menyatakan bahwa asupan tinggi natrium berresiko
sebesar 7,9 kali terhadap hipertensi.
70
5. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas Olahraga
Menurut dr. Rai Wahyuni dalam Amira (2009), olahraga dapat
memperbaiki profil lemak darah, yaitu menurunkan kadar total kolestrol,
LDL, dan trigliserida. Olahraga juga dapat memperbaiki HDL, yaitu jenis
kolestrol yang kadarnya sukar dinaikkan. Di samping itu, berbagai faktor
risiko seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan kegemukan dapat diturunkan
dengan menjalankan olahraga yang tepat takaran, durasi, dan frekuensinya.
Olahraga juga dapat memperlancar pemasokan darah ke seluruh tubuh
Keadaan jantung pada orang yang berolahraga (terlatih) jauh berbeda dengan
orang yang tidak berolahraga. Jantung orang yang tidak berolahraga (tidak
terlatih) biasanya dalam satu kali denyutan volume darah yang dapat
dipompakan 70 ml sedangkan bagi yang terlatih dapat mencapai 200 ml, ini
dipengaruhi oleh kekuatan kontraksi otot jantung terutama ventrikel. Dengan
demikian pasokan darah keseluruh tubuh menjadi lancar, Karena
meningkatnya volume darah yang dapat dipompakan dalam satu kali
denyutan (stroke volume) (Amira, 2009).
Amira (2009) juga menyatakan bahwa saat berolahraga jalan cepat,
bersepeda, joging, berenang, atau mengikuti aktivitas erobik lainnya, tekanan
darah akan naik cukup banyak. Misalnya selama melakukan latihan-latihan
fisik yang keras, tekanan darah sistolik dapat naik menjadi 150 - 200 mmHg
dari tekanan sistolik ketika istirahat sebesar 110 - 120 mmHg. Sebaliknya,
segera setelah latihan selesai, tekanan darah akan turun sampai di bawah
normal dan berlangsung selama 30 - 120 menit. Penurunan ini terjadi karena
pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Pada penderita
71
hipertensi, penurunan itu akan nyata sekali. Kalau dilakukan berulang-ulang,
lama kelamaan penurunan tekanan darah tadi berlangsung lebih lama. Itulah
sebabnya latihan olahraga secara teratur akan dapat menurunkan tekanan
darah.
Hasil penelitian yang dilakukan Amira (2009) terhadap mahasiswa yang
tidak merokok dan tidak terdiagnosis hipertensi menyatakan bahwa ada
hubungan antara olahraga dengan tekanan darah. Wau (2011) juga
menyatakan bahwa kurangnya aktifitas fisik dapat meningkatkan resiko
hipertensi. Hasil tersebut selaras dengan hasil penelitian ini dimana responden
yang jarang atau tidak pernah berolahraga mempunyai rata-rata tekanan
sistolik dan diastolik lebih tinggi dibandingkan responden yang berolahraga
kurang dari 30 menit perhari atau kurang dari 3 hari perminggu. Rata-rata
tekanan sistolik responden yang jarang atau tidak pernah berolahraga adalah
136,76 mmHg dan tekanan diastolik rata-ratanya adalah 90,29 mmHg.
Responden yang berolahraga kurang dari 30 menit perhari atau kurang dari 3
hari perminggu memiliki tekanan sistolik rata-rata 132,07 mmHg dan tekanan
diastolik rata-ratanya adalah 91,93 mmHg.
6. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan Pengobatan
Pada umumnya pasien hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan.
Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian
obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah.
Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat
72
dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Hal yang harus
diperhatikan adalah risiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasien-
pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik, dan lansia (Ayu dalam Irza,
2009).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian
besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari
hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2%
penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus
yang minum obat hipertensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang patuh terhadap
program pengobatan, dalam hal ini mengkonsumsi obat anti hipertensi secara
teratur sesuai petunjuk dokter dalam 3 bulan terakhir memiliki rata-rata
tekanan sistolik dan diastolik yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
responden yang tidak patuh terhadap program pengobatan. Responden yang
patuh terhadap program pengobatan memiliki tekanan sistolik rata-rata
127,14 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 84,29 mmHg. Responden yang
tidak patuh terhadap program pengobatan memiliki tekanan sistolik rata-rata
140 mmHg dan tekanan diastolik rata-ratanya 93,44 mmHg.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari 106 responden, 64 (60,38
%) responden diantaranya tidak patuh terhadap program pengobatan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa sebab. Menurut hasil penelitian Adriansyah (2010)
menyebutkan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang dan semakin lama
seseorang mengidap hipertensi maka kepatuhan seseorang terhadap program
73
pengobatan akan semakin berkurang. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Jaya (2009) dalam hasil penelitiannya. Pasien dengan usia antara 56-80 tahun,
9 kali cenderung untuk tidak patuh daripada pasien yang berusia 32-55 tahun.
Pada umumnya pasien dengan umur yang sudah lanjut ditambah lagi dengan
sudah lamanya menderita hipertensi, mengaku sering lupa atau enggan untuk
meminum obatnya. Ada beberapa alasan yang diutarakan pasien tersebut
diantaranya sudah jenuh meminum obat (karena penyakit yang dideritanya
sudah cukup lama), sedangkan penyakitnya tidak kunjung sembuh
sepenuhnya (Adriansyah 2010).
Tingginya pendidikan seseorang juga mempengaruhi kepatuhan
seseorang terhadap perogram pendidikan. Menurut Adriansyah (2010) dengan
semakin tingginya pendidikan, ada kemungkinan pasien tersebut tidak patuh
dalam menjalani pengobatannya. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya
sedikit pengetahuan yang dimiliki pasien tersebut mengenai penyakitnya,
akibat pengetahuan yang tidak menyeluruh, pasien sering mengabaikan
instruksi yang telah diberikan oleh dokter kepadanya dan sering menganggap
penyakit hipertensi tidak begitu fatal bagi kesehatannya padahal komplikasi
yang timbul dari penyakit tersebut sangat membahayakan seiring tidak segera
mengobatinya.
Komunikasi antara dokter dan pasien juga menjadi salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap kepatuhan seseorang terhadap program
pengobatan hipertensi. Hal ini seperti diungkapkan oleh Salamah (2010)
dalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa semakin baik komunikasi
74
pasien dokter maka semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien dalam mengikuti
aturan pengobatan.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis masih memiliki keterbatasan penelitian.
Keterbatasan penelitian yang dimaksud diantaranya keterbatasan penulis dalam
dana, waktu dan tenaga. Karena masih terdapat banyak faktor faktor resiko
hipertensi yang dapat di gali lagi. Namun karena kemampuan peneliti yang
terbatas dalam hal waktu, dana dan tenaga maka faktor-faktor resiko hipertensi
yang dapat dikaji hanya meliputi frekuensi merokok, lama merokok, kebiasaan
konsumsi makanan dengan kadar garam dan atau lemak tinggi, kebiasaan olahraga
dan kepatuhan pengobatan.
Selain itu dalam cara mengkategorikan hasil penelitian tentang kebiasaan
konsumsi makanan dengan kadar lemak dan garam tinggi, peneliti juga memiliki
kekurangan sumber bacaan sehingga ditakutkan hasilnya akan bias karena antara
kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi tidak dikaji lebih lanjut.
Kemudian variabel kepatuhan pengobatan juga tidak dikaji lebih lanjut, karena
responden hanya diberi pertanyaan apakah responden mengkonsumsi obat sesuai
resep dokter dalam tiga bulan terakhir, tanpa dipastikan lebih lanjut oleh peneliti
apakah responden benar-benar mengkonsumsi obatnya atau tidak.
75
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Penelitian ini telah mengidentifikasi beberapa karakteristik dari 106
responden. Mayoritas responden adalah responden yang berusia antara umur
41-60 tahun, yaitu 49 orang (46,23 %). Jenis kelamin responden semuanya
laki-laki. 73 orang (68,87 %) memiliki riwayat keturunan hipertensi dalam
keluarganya. Berdasarkan frekuensi merokok, responden yang merokok
antara 1-10 batang perhari dan 11-20 batang perhari memiliki jumlah yang
sama besar, yaitu masing-masing 43 orang (40,57 %). Berdasarkan lama
merokok, jumlah responden yang merokok lebih dari 10 tahun adalah yang
terbanyak, yaitu 60 orang (56,61 %). Berdasarkan konsumsi makanan dengan
kadar lemak tinggi, responden yang mengkonsumsi antara 1-2 kali perminggu
adalah yang terbanyak, yaitu 44 responden (41,51 %). Kebiasaan konsumsi
makanan dengan kadar garam tinggi yang terbanyak adalah responden yang
mengkonsumsi antara 1-2 kali perminggu, yaitu 37 orang (34,91 %).
Berdasarkan aktifitas olahraga, sebaran responden yang paling banyak adalah
responden yang jarang atau tidak pernah berolahraga, yaitu 68 orang (64,15
%). Berdasarkan kepatuhan pengobatan, responden yang tidak patuh terhadap
program pengobatan adalah yang terbanyak, yaitu 64 orang (60,38 %).
2. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan frekuensi merokok adalah
sebagai berikut : 1-10 batang : 130,7/85,35 mmHg; 11-20 batang :
133,72/89,3 mmHg; >20 batang : 146,5/100,5 mmHg.
76
3. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan lama merokok adalah sebagai
berikut : <5tahun : 126,15/82,31 mmHg; 5-10 tahun : 129,39/86,67 mmHg;
>10 tahun : 139,83/93,17 mmHg.
4. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan kebiasaan konsumsi makanan
tinggi lemak adalah sebagai berikut : 1-2 kali perminggu : 128,41/85 mmHg;
3-6 kali perminggu : 134,21/87,89 mmHg; 1 kali perhari : 138,26/92,17
mmHg; >1 kali perhari : 146/99,5 mmHg.
5. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan kebiasaan konsumsi makanan
tinggi garam adalah sebagai berikut : 1-2 kali perminggu : 126,49/83,51
mmHg; 3-6 kali perminggu : 135,71/91,14 mmHg; 1 kali perhari :
141,05/93,16 mmHg; >1 kali perhari : 146/98 mmHg.
6. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan aktifitas olahraga adalah
sebagai berikut : jarang / tidak pernah : 136,76/90,29 mmHg; < 30 menit
perhari / < 3 hari perminggu : 132,07/91,93 mmHg; ≥ 30 menit perhari / ≥ 3
hari perminggu : 130/92,22 mmHg
7. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan kepatuhan pengobatan adalah
sebagai berikut : ya : 127,14/84,29 mmHg; tidak : 140/93,44 mmHg
B. Saran
a. Bagi klien dan masyarakat :
Diharapkan kepada masyarakat untuk merubah gaya hidupnya ke arah yang
lebih sehat, terutama mengurangi atau bahkan berhenti merokok, mengurangi
konsumsi makanan berlemak dan berkadar garam tinggi, berolahraga yang
rajin dan mematuhi program pengobatan.
77
b. Bagi Pelayanan kepada masyarakat :
Upaya sosialisasi kepada masyarakat, terkait dengan faktor-faktor risiko
hipertensi hendaknya dilakukan terus-menerus baik oleh pemerintah maupun
instansi terkait untuk menurunkan kejadian hipertensi yang merupakan salah
satu penyakit yang memiliki risiko kematian tinggi
c. Bagi penelitian yang akan datang :
Dapat dijadikan sebagai acuan dan diharapkan mengambil populasi yang
lebih spesifik dan lebih besar. Dan agar dapat mengendalikan faktor perancu
atau counfounding factor dengan analisis lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tj. Y. 2005. Mayo Clinic Hipertensi. PT. Duta Prima. Cetakan I.Jakarta.
Adriansyah. 2010. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan KetidakpatuhanPasien Penderita Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSU H. AdamMalik Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Aisyiyah, Farida Nur. 2009. Faktor Risiko Hipertensi pada EmpatKabupaten/Kota dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi di Jawa danSumatera. Skripsi. IPB.
Alamsyah, Rika Mayasari. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KebiasaanMerokok dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja diKota Medan Tahun 2007. Tesis. Universitas Sumatera Utara
Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama.
Amira, Nor. 2010. Gambaran Tekanan Darah pada Mahasiswa FakultasKedokteran Universitas Sumatera Utara Sebelum dan Sesudah Olahraga.Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Arjatmo T, Hendra U., 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI.
Arora, Anjali, 2008. 5 Langkah Mencegah Dan Mengobati Tekanan DarahTinggi. PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta.
Beevers, Gareth, D., Lip, Gregory Y. H., Eoin, O., 2002. ABC of Hypertension, 5th
ed. Blackwell Publishing.
Bustan, N.M., 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. PT. Rineka Cipta.Jakarta.
Chaplin, J.P. 1997. Kamus Lengkap Psikologi. (Terjemahan Dr. Kartini Kartono).Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Corwin, Elizabeths J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan Brahman U.Jakarta : EGC.
Departemen Kesehatan R.I. 2007. Pedoman Pengendalian Penyakit Paruobstruktif kronik, Jakarta.
___________ 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) IndonesiaTahun 2007. Jakarta : Balitbangkes-Depkes RI.
___________ 2010. Rencana Program Nasional Pencegahan danPenanggulangan Penyakit Tidak Menular Tahun 2010-2014, KementerianKesehatan RI, Direktorat Jenderal PP&PL, Direktorat Pengendalian PTM,2010, Jakarta.
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2006. Pharmeceutical CareHipertensi. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Gondodiputro, Sharon , 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk SediaanTembakau. Fakultas kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung.
Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Penerjemah Irawati Setiawan, dkk.Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan TeknikAnalisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Irza, Syukraini. 2009. Analisis Faktor Resiko Hipertensi pada Masyarakat NagariBungo Tanjung, Sumatera Barat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Jaya, Nandang Tisna Ali Ami. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan denganTingkat Kepatuhan Pasien dalam Minum Obat Anti Hipertensi diPuskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten Tahun2009. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah.
Joewono, Boedi Soesetyo. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya : AirlanggaUniversity Press.
Khomsan A. 1996. Defisiensi dan Kelebihan Gizi. Bogor : IPB Press.
Komasari, D. & Helmi, AF. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku MerokokPada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2. Yogyakarta :Universitas Gadjah Mada Press.
Krummel DA. 2004. Medical Nutrition Therapy in Hypertension. USA: Saundersco.
Kurniati, Apriana Et Al. 2012. Gambaran Kebiasaan Merokok dengan ProfilTekanan Darah pada Mahasiswa Perokok Laki-Laki Usia 18-22 Tahun.Jurnal Kesehatan Mayarakat FKM Universitas Diponedoro, Volume 1, No.1, Tahun 2012.
Lawson R.Wulsin and Arthur J, BarskyVictor RG, Kaplan NM, 2007. Systemichypertension: mechanisms and diagnosis. In: Libby P, Bonow RO, Mann
DL, Zipes DP, eds.,. Braunwald's Heart Disease: A Textbook ofCardiovascular Medicine. 8th ed. Philadelphia, Pa; Saunders Elsevier: chap86.
Majid, Abdul., 2005. Fisiologi Kardiovaskular. edisi 2: Fakultas KedokteranUniversitas Sumatera Utara.
Mansjoer A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta:Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen PenelitianKeperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Peraturan Pemerintah, 2003. Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. PP No 19 tahun2003.
Potter, Patricia A; Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar FundamentalKeperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4 Volume 2. Jakarta:EGC
Price, S.A. & Wilson L.M., 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-ProsesPerjalanan Penyakit, 6th ed. Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 517-688.
Rezky, Aisyah. 2011. Efektifitas Bunga Rosella untuk Menurunkan TekananDarah Tinggi di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang. Skripsi.Universitas Sumatera Utara.
Rochadi, K, 2005. Berbagai Upaya Penanggulangan Perilaku Merokok DiIndonesia, Info Kesehatan Majalah Kesehatan Masyarakat, FKM USU,Medan.
Salamah, Raudatus. 2010. Hubungan Antara Komunikasi Pasien-Dokter, OtonomiPasien, dan Kepatuhan Pasien Terhadap Aturan Pengobatan padaPenderita Hipertensi. Tesis. UGM
Sarwono, S. 1993. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: CV. Rajawali.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: GrahaIlmu.
Sheps, Sheldon G 2002. Mayo Clinic Hipertensi, Jakarta: Intisari
Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Pembuluh Darah danTekanan Darah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 297-340.
Sitepoe, M., 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Gramedia.
Sitepu, Rahmadani. 2012. Pengaruh Kebiasaan Merokok dan Status GiziTerhadap Hipertensi pada Pegawai kantor Wilayah Kementerian AgamaProvinsi Sumatera Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Sitorus, Ronald, 2005. Gejala Penyakit Dan Pencegahannya. Yrama Widya,Bandung.
Situmorang, Kamri, 2009. Perbedaan Tekanan Darah Perokok Nikotin Tinggi danNikotin Rendah pada Laki-Laki Berumur 15-30 Tahun di Lingkungan IKelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat Kotamadya MedanTahun 2009. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Smet, B., 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.Indonesia.
Soeharto I., 2001. Kolesterol & Lemak Jahat Kolesterol & Lemak Baik. YayasanPembina Kardiovaskuler Indonesia.
Suhardi., 1995. Perilaku Merokok di Indonesia menurut Susenas dan SKRT 1995.Jurnal Cermin Dunia Kedokteran.
Sulchan, Muhammad, Vindy Destiany. 2012. Asupan Tinggi Natrium dan LamaMenonton TV Sebagai Faktor Risiko Hipertensi Obeistik pada RemajaAwal. Journal of Nutrition College, No. 1, Tahun 2012.
Sustrani L., 2006. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Syazana, Nur Adibah. 2010. Pengaruh Tekanan Darah pada Perokok diKalangan Mahasiswa Lelaki Angkatan 2007 Fakultas KedokteranUniversitas Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Walgito, B. 1994. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) Edisi Revisi. Yogyakarta:Penerbit Andi Offset.
Wardoyo, 1996. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Solo: Toko BukuAgency.
Wau, Herbert. 2011. Faktor Risiko Hipertensi Esensial pada Dewasa Muda diKecamatan Manyudono Kabupaten Boyolali. Tesis. UGM.
Whincup, P.H., Glig, J.A., Emberson, J.R., Jarvis, M.J., Feyerabend, C., Bryant,A., et al., 2004. Passive Smoking and Risk of Coronary Heart Disease and
Stroke: Prospective study with cotinine measurement. BMJ,bmj.38146.427188.55
Williams GH. 1991. Hypertensive vascular disease. Di dalam: Wilson Jean D. Etal.,editor. Harrison’s Principles of Internal Medicine - 12th ed. Spanish :McGraw-Hill, Inc. hlm. 1001-1015.
Lampiran I. Cara Ukur Tekanan Darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat sphygmomanometer
dan stetoskop. Ada tiga tipe dari sphygmomanometer yaitu dengan
menggunakan air raksa atau merkuri, aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa
adalah jenis sphygmomanometer yang paling akurat. Karena itu dalam
penelitian kali ini yang digunakan adalah sphygmomanometer air raksa.
Tingkat bacaan dimana detak tersebut terdengar pertama kali adalah tekanan
sistolik. Sedangkan tingkat dimana bunyi detak menghilang adalah tekanan
diastolik. Sebelum mengukur tekanan darah yang harus diperhatikan yaitu :
a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran
dilakukan.
b. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan
sejajar dengan jantung (istirahat).
c. Pakailah baju lengan pendek.
d. Buang air kecil dulu sebelum diukur , karena kandung kemih yang penuh
dapat mempengaruhi hasil pengukuran (Sustrani, 2006).
Adapun cara pengukuran tekanan darah adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien setelah
istirahat yang cukup, yaitu sesudah duduk paling sedikit 5 menit.
2. Pengukuran dilakukan pada posisi duduk sebanyak 2 kali atau lebih
dengan interval 2 menit.
3. Ukuran manset harus cocok dengan ukuran lengan atas. Manset harus
melingkari paling sedikit 80% lengan atas dan lebar manset paling sedikit
2 atau 3 kali panjang lengan atas, pinggir bawah manset harus 2 cm diatas
fosa cubiti untuk mencegah kontak dengan stetoskop. Sebaiknya
disediakan barbagai ukuran manset untuk dewasa, anak dan orang gemuk.
4. Balon dipompa sampai ke atas tekanan diastolik kemudian tekanan darah
diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap denyut
jantung.
5. Tekanan sistolik tercatat pada saat terdengar bunyi yang pertama
(korotkoff I) sedangkan tekanan diastolik dicatat jika bunyi tidak terdengar
lagi (korotkoff V).
6. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada lengan kanan dan pada posisi
duduk (Arjatmo & Hendra, 2001).
Lampiran 2. Formulir Persetujuan Menjadi Responden
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ..................................................
No. Responden : ..................................................
Setelah mendapatkan penjelasan dari penulis, saya menyatakan (bersedia / tidak
bersedia*) menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, atas nama Arga Indera Wahyudi dengan judul “Gambaran Tekanan Darah
Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi pada Pasien Hipertensi Perokok di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat, Tangerang Selatan Tahun 2013”.
Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa ada
paksaan dan tekanan dari pihak manapun.
Ciputat, Januari 2013
Responden
( ..................................... )
Nama Terang
*) Coret yang tidak perlu
Lampiran 3. Kuisioner
GAMBARAN TEKANAN DARAH BERDASARKAN FAKTOR
PEMBERAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PEROKOK DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT, TANGERANG SELATAN
TAHUN 2013
Petunjuk Pengisisan
a. Isilah terlebih dahulu biodata anda pada tempat yang telah disediakan !
b. Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan, sebelum anda menjawabnya !
c. Berilah tanda check list (√ ) pada jawaban yang anda benar !
A. Identitas/Data Demografi Responden
Nama/Inisial Responden :
Tanggal wawancara :
TTL/Umur :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan :
B. Perilaku Merokok
Pertanyaan Diisi Oleh
Peneliti
1. Apakah anda merokok?
a. Ya
b. Tidak
2. Sudah berapa lama anda merokok?
a. Kurang dari lima tahun
b. 5-10 tahun
c. Lebih dari 10 tahun
3. Berapa jumlah rokok yang anda konsumsi setiap harinya ?
a. 1-10 batang
b. 11-20 batang
c. Lebih dari 20 batang
4. Apakah dalam keluarga anda terdapat riwayat atau
keturunan hipertensi?
a. Ya
b. Tidak
5. Berapa kali keluarga anda mengkonsumsi makanan berlemak
tinggi (susu, jeroan, goreng-gorengan, daging kambing)?
a. >1x/hari
b. 1x/hari
c. 3-6x/minggu
d. 1-2x/minggu
6. Berapa kali keluarga anda mengkonsumsi makanan asin (mie
instant, ikan asin, telur asin, kecap asin, keju, saus tomat) ?
a. >1x/hari
b. 1x/hari
c. 3-6x/minggu
d. 1-2x/minggu
7. Apakah anda dan keluarga melakukan aktivitas fisik seperti
berolahraga?
a. Jarang/tidak pernah
b. Ya, <30 menit/hari dan atau <3 hari/minggu
c. Ya, ≥30 menit/hari dan ≥3 hari/minggu
8. Apakah anda rutin (sesuai petunjuk dokter) mengkonsumsi
obat anti hipertensi?
a. Ya
b. Tidak
C. Tekanan Darah
Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
-rKEMET.{TERIAN AGAMA
ITNTVERSTTAS ISLAM NEGERT ( UrN )SYARIF HIDAYATT]LLAII JAKARTA
FAKT]LTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEIIATAN.r
ttd
Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15419
NomorLampiranHal
NamaNim
Telp. : (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail : [email protected]
: Un.01/F.1 0/KM/01 .91 \'lolZOt g
:-: lzin Penelitian
Jakarta, \6 Januari 2013
Kepada yang terhormat,Kepala Puskesmas Ciputatdi
Tempat.
Assal am u' al ai ku m Wr.Wb.
Bersama ini kami sampaikan bahwa yang nama dibawah ini :
: Arga lndera Wahyudi:1 081 04000046
Semester : lX (sembilan)TTL : Pasuruan,5 November 1989Prodi : llmu KepenruatanAlamat : Suikorejo Pohjentrek Pasuruan - Jawa Timur
Mahasiswa tersebut diatas akan melakukan pengambilan dataPenelitian dengan judul " Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan FrekuensiMerokok Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat tahun2013
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon mahasiswa tersebutdapat diizinkan di lnstansi yang Bapak/ibu pimpin.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Wass al am u' al ai ku m Wr.Wb.
sos,M.tjr t198003 1 00c
aidi,S sos,M.Si