Upload
danghanh
View
224
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
REAKSI KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI)
DPT/HB COMBO DI POSYANDU DESA DOYONG
KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
SUSANTI EKA SARI
B 09 113
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
iv
CURICULUM VITAE
Nama : Susanti Eka Sari
Tempat Lahir/Tanggal Lahir : Balikpapan, 11 Oktober 1990
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Doyong RT 008, Kecamatan Miri Kabupaten Sragen
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Doyong 2 LULUS TAHUN 2003
2. SMP Negeri 1 Gemolong LULUS TAHUN 2006
3. SMA Negeri 1 Sumberlawang LULUS TAHUN 2009
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan 2012
v
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012
Susanti Eka Sari
09.113
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
REAKSI KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI)
DPT/HB COMBO DIPOSYANDU DESA DOYONG
KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN
XIV + 39 Halaman+14 Lampiran+5 Tabel+2 Gambar
ABSTRAK
Latar Belakang : Imunisasi penting untuk mencegah penyakit berbahaya.
Terdapat efek samping setelah pelaksanaan imunisasi DPT/HB Cmbo yang
dikenal dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Pemahaman persepsi
dan pengetahuan ibu tentang imunisasi membantu pengembangan program
kesehatan. Berdasarkan studi pendahuluan di Posyandu desa doyong didapatkan
hampir semua ibu balita yang membawa anaknya ke posyandu merasa cemas
setelah mengimunisasikan anaknya pernyatan tersebut didukung oleh survey yang
dilakukan di 4 BPS hanya 1 BPS yang pernah menyampaikan tentang KIPI.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Reaksi Kejadian IkutanPasca Imunisasi(KIPI) DPT/HB Combo di
Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen.
Metode Penelitian : Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 Mei 2012 di
posyandu desa Doyong. Jenis penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 30 orang dengan meggunakan
purposive sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Alat pengumpulan data
yang digunakan adalah kuesioner. Sedangkan analisa data dilakukan secara
univariat dengan distribusi frekuensi.
Hasil Penelitian : Berdasarkan analisa didapatkan hasil 16 responden (54%)
memiliki pengetahuan yang cukup baik, sedangkan 12 responden (40%)
berpengetahuan baik 2 responden (6%) yang berpengetahuan kurang baik dan
tidak ada responden yang mempunyai pengetahuan tidak baik 0%.
Kesimpulan : Pengetahuan ibu tentang reaksi KIPI DPT/HB Combo di desa
Doyong kecamatan Miri kabupaten Sragen cukup baik yaitu sebesar 16 responden
(54%)
Kata Kunci : Pengetahuan, Kejadian ikutan pasca imunisasi
Kepustakaan : 19 (2002 s/d 2011)
vi
MOTTO
· Semua manusia berada dalam keadaan merugi apabila tidak mengisi
waktunya dengan perbuatan-perbuatan baik (Q.S Al’Ashr)
· Hal baik merupakan rtefleksi dari fikiran yang positif (Penulis)
· Terlalu berhati-hati sama buruknya dengan tidak berhati-hati karena terlalu
berhati-hati akan membuat orang lain sangsi dengan kemampuan yang kita
miliki
· Hal yang kita anggap paling sulit justru akan menjadi hal termudah
dikemudian hari
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis
persembahkan :
à Alloh SWT atas karunianya yang tak terhingga
à Mama dan Papa tercinta yang selalu memberikan
semua yang terbaik dan tak ternilai pengorbanannya
à Ibu Siti Nurjanah, SST yang dengan sabar
membimbingku hingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai
dengan baik
à Ibu Eny Rumuyati, SST yang telah memberikan ACC
ratusan askeb sehingga membuat ku bersemangat
menjalankan tugas-tugas kampus
à Mahasiswi Tingkat III prodi Kebidanan stikes
Kusuma Husada angkatan 2012 yang menjadi teman
seperjuanganku
à Almamater tercinta
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu
Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun
dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si , selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S. SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan Kusuma
Husada Surakarta.
3. Ibu Siti Nurjanah, SST selaku pembimbing teknis dan materi dalam
penyusunan proposal yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Ibu Endang Pertiwi, Amd. Keb, selaku bidan desa Doyong, yang telah
bersedia memberikan ijin pada penulis dalam melakukan penelitian.
5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
viii
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan l Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… iii
CURICULUM VITAE………………………………………………………… iv
ABSTRAK……………………………………………………………………... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………………… vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI…………………………………………………….…………… viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….… xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................3
C. Tujuan Penelitian............................................................................3
D. Manfaat Penelitian..........................................................................4
E. Keaslian Penelitian.........................................................................5
F. Sistematika Penulisan.....................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TinjauanTeoritis..............................................................................8
1. Pegetahuan …………………………………………………..8
a. Pengertian…………………………………………….……8
b. Tingkat Pengetahuan……………………………………....8
x
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan………….10
d. Kategori Pengetahuan …………………………………….12
2. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ……………………………..13
a. Pengertian………………………………………….………13
b. Penyebab…………………………………………………..13
c. Gejala KIPI ……………………………………………….17
d. Reaksi KIPI DPT/HB Combo ……………………………18
B. Kerangka Teori..............................................................................21
C. Kerangka Konsep..........................................................................22
BAB III METODLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian..........................................................23
B. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................23
C. Populasi Sampel dan Teknik Sampling........................................24
D. Instrumen Penelitian.................................................................... 25
E. Teknik Pengumpulan Data...........................................................28
F. Variabel Peneliti...........................................................................29
G. Definisi Operasional.....................................................................29
H. Metode Pengolahan dan Analisis data.........................................30
I. Masalah Etika...............................................................................31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………33
B. Hasil Penelitian……………………………………………....…33
C. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………....…35
xi
D. Keterbatasan………………………………………………..…37
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………..….. 38
B. Saran……………………………………………………...……39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Gejala KIPI…………………….......................................... 18
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner.............................................................. 25
Tabel 3.2 Hasil Validitas Proposal……………………………..…… 27
Tabel 3.3 Definisi Operasioal………………...................................... 29
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Tingkat Pengetahuan Tentang Reaksi Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi DPT/HBCombo………….……………… 34
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori..................................................................... 20
Gambar 2.2 Kerangka Konsep................................................................. 21
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data Awal
Lampiran 3 Surat Permohonan Uji Validitas
Lampiran 4 Surat Balasan Permohonan Uji Validitas
Lampiran 5 Surat Permohonan Penggunaan Lahan
Lampiran 6 Surat Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 7 Surat Recomendasi Research
Lampiran 8 Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9 Surat Persetujuan Responden
Lampiran 10 Lembar Kuesioner
Lampiran 11 Data Tabulasi Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi KIPI DPT/HB
Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten
Sragen
Lampiran 12 Validitas Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi KIPI DPT/HB Combo
di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen
Lampiran 13 Tabel Distribusi Kuesioner Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi
KIPI DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan
Miri Kabupaten Sragen
Lampiran 14 Perhitungan Mean dan Standart Deviasi
Lampiran 15 Perhitungan Prosentase
Lampiran 16 Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem kesehatan nasional imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi
kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi
dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan bidang preventif merupakan
prioritas. Pada tahun 1974 cakupan imunisasi baru mencapai 5% dan setelah
dilaksanakannya imunisasi global yang disebut dengan extended program on
immunization (EPI) cakupan terus meningkat dan hampir setiap tahun minimal
sekitar 750.000 anak terhindar dari kecacatan. Namun demikian, masih ada
satu dari empat orang anak yang belum mendapatkan imunisasi dan dua juta
anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dari
imunisasi (Ranuh dkk, 2008).
Imunisasi penting untuk mencegah penyakit berbahaya, salah satunya
adalah imunisasi DPT (Diphteria, Pertussis, Tetanus). Imunisasi DPT
merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit Diphteria,
Pertussis, Tetanus (Hidayat, 2008).
Terdapat efek samping setelah pelaksanaan imunisasi DPT yang
dikenal dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events
Following Immunization (AEFI). Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
merupakan suatu kejadian sakit yang terjadi setelah menerima imunisasi
yang diduga berhubungan dengan imunisasi (Depkes, 2000).
1
2
Di Indonesia sendiri KIPI yang paling serius pada anak adalah reaksi
anafilaksis , angka kejadian reaksi anafilaksis pada DPT diperkirakan 2 dalam
100.000 dosis. Tetapi yang benar-benar reaksi anafilatik hanya 1-3 kasus
diantara 1 juta dosis. Anak yang lebih besar dan orang dewasa lebih banyak
mengalami sincope segera atau lambat. Episode hipotonik-hiporesponsif juga
tidak jarang terjadi, secara umum dapat terjadi 4-24 jam setelah imunisasi
(Ranuh dkk, 2008).
Peran seorang ibu pada program imunisasi sangat penting, Karena
pengetahuan tentang imunisasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan
imunisasi (Tawi, 2008). Pemahaman persepsi dan pengetahuan ibu tentang
imunisasi membantu pengembangan program kesehatan (Manjunath, 2003).
Kebanyakan anak menderita panas setelah mendapat imunisasi DPT,
tetapi itu adalah hal yang wajar, namun seringkali ibu-ibu tegang, cemas
dan khawatir (Tecyya, 2009). Banyak ibu yang cemas sekali karena timbul
bengkak di bekas tempat suntikan. Untuk anak yang memiliki riwayat
kejang demam, imunisasi DPT tetap aman dan tidak membahayakan.
Adapun penyebab kecemasan ibu dikarenakan pemberitaan miring tentang
efek samping imunisasi (Antono dkk, 2009).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di posyandu desa Doyong,
didapatkan hasil hampir semua ibu balita yang membawa anaknya ke
posyandu merasa cemas setelah mengimunisasikan anaknya. Pernyataan
tersebut didukung oleh survey di beberapa BPS di wilayah kabupaten Sragen
pada tanggal 13 maret 2012 melalui metode wawancara, dengan hasil dari 4
3
BPS hanya 1 BPS yang pernah menyampaikan kejadian ikutan yang terjadi
pasca imunisasi pada ibu, padahal banyak ibu-ibu yang selalu mengeluh dan
merasa khawatir karena anak-anak demam setelah diberikan imunisasi, selain
itu pengetahuan mengenai kejadian ikutan pasca imunisasi juga harus benar-
benar dimiliki oleh tenaga kesehatan terutama bidan agar dapat lebih berhati-
hati dalam menjalankan tugas imunisasi.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang reaksi Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu desa Doyong
Kecamatan Miri Kabupaten Sragen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang maka penulis membuat rumusan
masalah penelitian : “Bagaimanakah Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di
Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan
Ibu Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB
Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen.
4
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di
Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen pada
tingkat baik.
b. Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di
Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen pada
tingkat cukup baik.
c. Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di
Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen pada
tingkat kurang baik.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan
pengetahuan tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
DPT/HB Combo
5
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan
pengetahuan lebih lanjut mengenai reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI) DPT/HB Combo
3. Institusi
a. Pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan referensi tambahan serta
informasi bagi penelitian selanjutnya
b. Posyandu
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan
dan masukan serta bantuan dalam memberikan promosi kesehatan pada
ibu yang membawa bayinya ke posyandu
4. Bagi Ibu
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
pemahaman tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
DPT/HB Combo
E. Keaslian Penelitian
1. Hubungan antara Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Reaksi Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi ( KIPI ) DPT/HB Combo dengan Kecemasan Ibu Sebelum
Melaksanakan Imunisasi di Polindes Desa Karangrejo Wilayah Kerja
Puskesmas Ngasem Kediri. Dengan menggunakan metode desain korelasi
cross sectional. Dengan hasil penelitian pengetahuan ibu cukup ke arah
baik, responden yang mengalami cemas ringan 67,6% (25 responden),
6
cemas sedang 13,5% (5 responden), tidak cemas 13,5% (5 responden),
cemas berat 2,7% (1 responden), cemas berat sekali 2,7% (1 responden)
serta tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu bayi tentang reaksi KIPI
DPT/HB Combo dengan kecemasan ibu sebelum melaksanakan imunisasi
DPT/HB Combo. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian
sebelumnya terletak pada tempat, subjek, metode, variabel dan waktu
penelitian.
F. Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Merupakan gambaran tentang isi Karya Tulis Ilmiah secara
keseluruhan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas tentang Pengetahuan (Pengertian
Pengetahuan, Tingkat Pengetahuan, Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengetahuan) dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(Pengertian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, Penyebab Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi, Gejala Klinis Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi, Reaksi KIPI pada Imunisasi DPT/HB combo) serta
Kerangka Teori dan Kerangka Konsep.
7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang jenis dan Desain Penelitian, Lokasi dan
Waktu Penelitian, Populasi dan Sampel, Instumen Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, Variabel Penelitian, Definisi Operasional
Variabel, Metode Pengolahan dan Analisis Data, serta Etika
Penelitian.
BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil
penelitian, pembahasan hasil penelitian serta keterbatasan penelitian.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan
jawaban atas perumusan masalah dari tujuan penulisan dan
merupakan inti dari penelitian ini, sedangkan saran merupakan
alternatif pemecahan masalah dan tanggapan dari kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu
terjadi melalui panca indera manusia, yakni penciuman, rasa dan raba.
Sebagian penginderaaan diperoleh melaui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya (Soekanto, 2003).
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian
pengetahuan adalah hasil peginderaan manusia yang didapatkan
menggunakan panca indera.
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan
yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
8
9
mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
sutau struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
10
kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Soekanto (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan antara lain :
1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan
sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
Pendidikan akan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia dalam
membuka pikiran untuk menerima hal-hal baru dan dapat berpikir
secara ilmiah.
11
2) Informasi
Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak dan
memiliki pengetahuan yang lebih luas.
3) Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
4) Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.
5) Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang semakin tinggi, tingkat sosial ekonomi akan semakin
mudah dalam menambah tingkat pengetahuan.
Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) antara lain :
1) Cara coba-coba salah (Trial and error)
Cara ini dilakukan dengan maksud kemungkinan dalam
pemecahan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil akan dicoba kemungkinan yang lain.
2) Cara kekuasaan (otoritas)
Sumber pengetahuan dapat berupa pimpinan-pimpinan
masyarakat lebih formal, maupun ahli agama, pemerintah dan
sebagainya dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh
berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan.
12
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa itu.
4) Melalui jalan pikiran
Manusia telah menggunakan penalaran dalam memperoleh
pengetahuan, atau dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang
ingin diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan dalam
domain kognitif. Sumber pengetahuan diperoleh manusia lewat
kemampuan berpikir rasional dan melalui pengalaman yang konkrit
yaitu berasal dari seminar, penyuluhan, pendidikan formal dan
pendidikan nonformal.
d. Kategori pengetahuan
Kategori pengetahuan dibedakan berdasarkan beberapa tingkatan, yaitu :
1) Baik, bila nilai responden (x) > mean + 1 SD
2) Cukup, bila nilai mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1SD
3) Kurang baik, bila nilai responden (x) < mean – 1SD
(Riwidikdo, 2010)
13
2. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
a. Pengertian
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) adalah kejadian medik yang
berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek
samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis atau kesalahan
program koinsidensi, reaksi suntikan atau hubungan kausal tidak dapat
ditentukan (Depkes, 2005).
Menurut KN PP KIPI dalam Proverawati dan Andhini (2010) Kejadian
ikutan pasca imunisas (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian
yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada beberapa keadaan
tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari.
Dari pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa kejadian ikutan
pasca imunisasi (KIPI) adalah kejadian penyerta yang terjadi setelah
pemberian imunisasi, baik berupa kesakitan maupun kematian dalam kurun
waktu 1 bulan setelah pemberian imunisasi.
b. Penyebab
Tidak semua kejadian ikutan pasca imunisasi ( KIPI) disebabkan oleh
imunisasi karena sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan
imunisasi oleh karena itu , untuk menentukan KIPI diperlukan beberapa
keterangan seperti :
14
1. Besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu .
Sangat jarang terjadi KIPI berat , 1 kejadian dalam 2 juta dosis. Kalau
ada 22 juta balita, kemungkinan terjadinya KIPI berat sekitar 11 anak
(Soedjatmiko, 2009).
2. Sifat kelainan tersebut lokal atau sistemik
3. Derajat sakit resipien
4. Apakah penyebab dapat dipastikan, diduga atau tidak terbukti.
Berita kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) harus dikonfirmasi
oleh orang yang berkompeten. Adanya berita di media masa tentang
kejadian ikutan pasca imunisasi yang berat, perlu di informasi kepada
ahli-ahli dibidangnya. Beberapa KIPI berat lain, setelah diperiksa oleh
ahli-ahli di bidangnya terbukti bahwa KIPI tersebut akibat penyakit lain
yang sebelumnya sudah ada, bukan oleh imunisasi. Oleh karena itu
setiap berita KIPI harus dikaji secara ilmiah oleh ahli-ahlinya, antara lain
di Komisariat daerah (Komda) KIPI yang ada di Propinsi atau
Komisariat Nasional (Komnas) KIPI di Jakarta.
5. Apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan dengan vaksin,
kesalahan produksi atau kesalahan prosedur
(Proverawati dan Andhini, 2010).
15
KN PP KIPI membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok faktor
etiologi menurut klasifikasi lapangan WHO Western Pasific (1999)
dalam Ranuh (2008) antara lain:
a. Kesalahan program atau teknik pelaksanaan (programmic errors)
Sebagian kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan
teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program
penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin.
Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur
imunisasi, misalnya:
1) Dosis antigen ( terlalu banyak)
2) Lokasi dan cara menyuntik
3) Sterilisasi spuit dan jarum suntik
4) Jarum bekas pakai
5) Tindakan aseptic dan antiseptic
6) Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik
7) Penyimpanan vaksin
8) Pemakaian sisa vaksin
9) Jenis dan jumlah pelarut vaksin
10) Tidak memperhatikan petunjuk produsen
Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan
apabila terdapat kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas
yang sama.
16
b. Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik
baik langsung ataupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi
KIPI. Reaksi suntikan langsung, misalnya rasa sakit, bengkak dan
kemerahan pada tempat suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak
langsung misalnya rasa takut, pusing, mual sampai sincope.
c. Induksi vaksin (Reaksi vaksin)
Gejala KIPI yang disebabkan oleh induksi vaksin biasanya
sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi
simpangan vaksin dan secara klinis biasanya ringan. Walaupun
demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi
anafilaksis sistemik dengan resiko kematian. Reaksi simpangan ini
sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam petunjuk
pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi
khusus, perhatian khusus, atau berbagai tindakan dan perhatian
spesifik lainnya termasuk kemungkinan reaksi obat atau vaksin lain.
Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh
pelaksana imunisasi.
d. Faktor kebetulan ( koinsiden)
Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul ini
terjadi secara kebetulan saja setelah diimunisasi. Indikator faktor
kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama
17
disaat yang bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan
karakteristik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.
e. Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat
dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab maka untuk
sementara dimasukkan dalam kelompok ini sambil menunggu
informasi lebih lanjut, biasanya dengan kelengkapan informasi
tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat
terjadi karena kesalahan teknik pembuatan, pengadaan dan distribusi
serta penyimpanan vaksin, kesalahan prosedur dan teknik
pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul
secara kebetulan. Sesuai telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety
Committee, Institute of Medicine (IOM) USA menyatakan bahwa
sebagian besar KIPI terjadi karena kebetulan saja. Kejadian yang
memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur
dan teknk pelaksanaan (programmic error)
(Ranuh dkk, 2008).
18
c. Gejala KIPI
Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat ataupun lambat dan dapat
dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat , serta
reaksi lainnya. Pada umumnya semakin cepat KIPI terjadi , makin cepat
gejalanya.
Tabel 2.1 Gejala KIPI
No Reaksi KIPI Gejala KIPI
1 Lokal Abses pada tempat suntikan
Limfadenitis
Reaksi lokal lain yang berat misalnya
selulitis,BCG-Itis
2 SSP Kelumpuhan akut
Ensefalopati
Ensefalitis
Meningitis
Kejang
3 Lain-lain Reaksialergi:urtikaria,
dermatitis,
edema reaksi anafilaksis
Syok anafilaksis
Artralgia
Demam tinggi > 38,5°C
Episode Hipotensif-hiporesponsif
Osteomielitis
Menangis menjerit terus-menerus
selama 3 jam
Sindrom syok septic
Sumber : Artikel fakultas kedokteran UNAIR, 2006
Tidak semua jenis vaksin aman tanpa efek samping, maka jika seorang
anak telah medapatkan imunisasi perlu diobservasi beberapa saat, sehingga
dapat dipastikan tidak terjadi KIPI (reaksi cepat)
( Proverawati dan Andhini, 2010).
19
d. Reaksi KIPI DPT/HB Combo
Imunisasi DPT berfungsi untuk mencegah 3 penyakit sekaligus , yaitu
difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri corynebacterium diphtheria. Gejalanya adalah demam lebih kurang
38°C, mual, muntah, sakit pada waktu menelan dan terdapat
pseudomembran putih keabu-abuan di faring, laring atau tonsil. Sedangkan
pertusis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bordetella
Pertusis. Bakteri ini mengeluarkan racun yang menyebabkan ambang
rangsang batuk jadi rendah sehingga bila terjadi sedikit saja rangsangan
akan terjadi batuk yang hebat dan lama. Penyakit terakhir yang dapat
dicegah dengan imunisasi DPT adalah tetanus. Tetanus adalah penyakit
yang disebabkan oleh bakteri clostridium tetani. Tetanus dapat menyerang
bayi, anak-anak dan juga orang dewasa. Biasanya ditularkan melalui luka
yang kotor atau luka terkontaminasi spora kuman tetanus. Sedangkan
Imunisasi hepatitis B ditujukan untuk memberi kekebalan terhadap penyakit
hepatitis B yang disebabkan oleh virus yang telah mempengaruhi organ
liver (hati). Virus ini akan timbul selama-lamanya dalam tubuh. Virus
hepatitis B ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh penderita
penyakit ini atau dari ibu ke anak saat melahirkan (Ranuh dkk, 2008).
1) Kontra Indikasi
Saat ini didapatkan dua hal yang diyakini sebagai kontra indikasi mutlak
terhadap pemberian vaksin pertusis, yaitu :
20
a) Riwayat anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya
b) Ensefalopati sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya
c) Keadaan lain dapat dinyatakan sebagai perhatian khusus
(Precaution). Misalnya sebelum pemberian vaksin pertusis
berikutnya bila pada pemberian pertama dijumpai, riwayat
hiperpireksia, keadaan hypotonic-hiporesponsif dalam 48 jam, anak
menangis terus menerus selama 3 jam dan riwayat kejang dalam 3
hari sesudah imunisasi DPT.
2) Kejadian ikutan pasca imunisasi DPT menurut Hidayat (2008)
a) Demam dalam 24-48 jam
b) Sakit, kemerahan, bengkak pada daerah injeksi
c) Rewel
d) Mengantuk
e) Anoreksia
f) Urtikaria
g) Malaise
h) Kehilangan Kesadaran
i) Reaksi alergi sistemik
21
B. Kerangka Teori
Kerangka teori atau kerangka pikir adalah kesimpulan dari tinjauan pustaka
yang berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan
dengan penelitian yang akan dilaksanakan (Silalahi, 2003).
Gambar 2.1 Kerangka teori
Sumber: Soekanto (2003) dan Notoatmodjo (2003)
Faktor yang mempengaruhi :
1. Tingkat pendidikan
2. Informasi
3. Budaya
4. Pengalaman
5. Sosial Ekonomi
Pengetahuan Reaksi
KIPI DPT/HB
Combo
Tingkat Pengetahuan :
1. Tahu (Know)
2. Memahami (Comprehention)
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
22
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-
penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005).
Variabel Penelitian
Gambar 2.2 Kerangka konsep
Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang KIPI
DPT/HB Combo
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1. Tingkat pendidikan
2. Informasi
3. Budaya
4. Pengalaman
5. Sosial Ekonomi
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis peneltian
yang penulis gunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif
kuantitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengangkat fakta
keadaan atau memberikan gambaran tentang fenomena-fenomena yang terjadi
sekarang dalam bentuk angka-angka (Subana dan Sudrajat, 2011).
B. Waktu Dan Lokasi
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian merupakan waktu penelitian tersebut dilakukan
(Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Mei
2012.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti
dalam melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2007). Penelitian ini
dilakukan di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen.
24
C. Populasi , Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
membawa bayi atau balitanya rutin ke Posyandu Desa Doyong yang
berjumlah 60 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti, atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Aziz, 2010). Sampel dalam
penelitian ini adalah ibu-ibu yang rutin ke Posyandu Desa Doyong dan
memenuhi kriteria inklusi yang berjumlah 30 orang atau 50% dari total
populasi. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah pusposive sampling
yaitu menekankan pada pertimbangan karakteristik tertentu dari subjek
penelitiannya (Subana dan Sudrajat, 2011). Sebagai pertimbangan
pengambilan sampel penulis menetapkan kriteria inklusi. Kriteria inklusi
adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target dan
terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini
kriteria inklusinya adalah:
1) Ibu-ibu yang anaknya telah mendapat imunisasi DPT/HB combo dan
bersedia menjadi responden
2) Ibu-ibu yang bisa baca tulis
3) Ibu-ibu yang rutin datang ke posyandu
25
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.
Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik dan
sudah matang dimana responden tinggal memberikan tanda-tanda tertentu
pertanyaan yang diberikan pada responden mengenai pengetahuan responden
tentang kejadian ikutan pasca imunisasi. Kuesioner ini diisi dengan memilih
jawaban, apabila jawaban benar maka diberi nilai 1 dan apabila jawaban salah
diberi nilai 0. Pada kuesioner yang terdiri dari 23 item pertayaan ini terdapat
11 pertanyaan favorable dan 12 pertanyaan unfavorable.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner
Variabel Indikator No Soal Favorable
Pengetahuan ibu
tentang reaksi
KIPI DPT/HB
Combo
1. Imunisasi DPT/HB
Combo
2. Pengetahuan tentang
KIPI DPT/HB
Combo
3. Reaksi KIPI
DPT/HB Combo
4. Kecemasan ibu
1, 2, 3, 4, 5,15
6, 7, 8, 9, 17, 18,
20, 21
10, 11, 16, 19
12, 13,14, 22, 23
1, 2, 3,4, 5, 6,
9, 10, 12, 18,
21
a. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2006). Untuk mengetahui
apakah kusioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang
hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai)
26
tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Apabila
kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruk (korelasi yang
bermakna) berarti item (pertanyaan) yang ada dalam kuesioner itu
mengukur konsep yang kita ukur (Notoatmodjo, 2005).
Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan di posyandu dusun Candirejo
dengan jumlah sampel 30 orang.
Rumus korelasi yang digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson
yaitu rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar sebagai berikut:
Keterangan :
Rxy : Koefisien antara x dan y
X : Jumlah skor setiap item
Y : Jumlah total skor
X2 : Jumlah X2
Y2 : Jumlah Y2
N : Jumlah responden
XY : Skor pertanyaan dilakukan skor total
(Arikunto, 2006)
Uji validitas yang dilakukan penulis dengan menggunakan SPSS for
windows seri 16 dengan taraf signifikan 0,05 (p=5%) dengan nilai r tabel
( ) ( ) }Y Y {N }x X{
Y)( - Y) - X( N
222 2 SSS-S
S-SS=
N
XRxy
27
0,361 didapatkan dua butir soal yang tidak valid. Soal dikatakan valid jika
nilai r hitung lebih besar dari r table dan nilai p<0,05.
Tabel 3.2 Validitas Kuesioner
b. Uji Reliabilias
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana pengukuran
individu-individu pada situasi-situasi yang berbeda memberikan hasil yang
sama (Arikunto, 2006).
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dengan cara mencoba
instrument 1 kali saja, analisa data yang digunakan adalah Alfa Cronbach
Rumusnya :
r11 = reliabilitas intrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σσb2
= jumlah varian butir
σt2
= varians total
Instrumen dikatakan reliabel bila nilai nilai reabilitas seluruh
instrumennya > 0,75 (Riwidikdo, 2008). Pada penelitian ini peneliti
melakukan uji reliabilitas menggunakan rumus Alfa Cronbach dengan
Valid Tidak Valid No Soal yang tidak valid Nilai r hitung
21 2 7
19
0,286
-0,07
÷÷ø
öççè
æ-÷
ø
öçè
æ= åta
abr
2
2
11 11-k
k
28
hasil reliabilitas seluruh instrument 0,876 > 0,75 yang berarti seluruh
instrument reliabel.
E. Teknik Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari subjek
penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau alat pengambil data,
langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Dalam
penelitian ini data primer diperoleh dari responden (Saryono, 2010). Data
primer yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang
sebelumnya telah di uji validitas terlebih dahulu. Data primer dalam
penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang reaksi KIPI DPT/HB
Combo.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian. Biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan
yang sudah tersedia (Saryono, 2010). Data sekunder pada penelitian ini
didapatkan melalui dokumentasi dan interview kepada bidan desa. Data
sekunder pada penelitian ini adalah jumlah populasi yang ada di Posyandu
desa Doyong.
29
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2005).
Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan ibu
tentang reaksi kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/HB combo.
G. Definisi operasional
Definisi operasional yaitu definisi peneliti terhadap suatu istilah yang
memberikan suatu deskripsi tentang metode riset konsep dengan menyebutkan
tindakan penting yang digunakan (Patricia, 2002).
Tabel 3.3 Definisi Operasional
Variabel Definisi Skala
Pengukuran Kategori Pengetahuan
Pengetahuan Ibu
tentang Reaksi KIPI
DPT/HB Combo
Kemampuan Wanita
yang membawa anak
balitanya keposyandu
untuk memahami
reaksi KIPI dengan
menjawab pertanyaan
dengan benar dalam
bentuk kuesioner
tentang kejadian
penyerta yang terjadi
setelah pemberian
imunisasi DPT/HB
combo
Ordinal 1) Baik, bila nilai
responden (x) >
mean + 1 SD
2) Cukup, bila nilai
mean – 1SD ≤ x ≤
mean + 1SD
3) Kurang, bila nilai
responden (x) <
mean – 1SD
30
G. Metode Pengolahan dan Analisis data
1. Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data (Arikunto, 2006)
antara lain :
a. Editing
Memeriksa kelengkapan data yang ada dan memperjelas pengecekan
terhadap data yang telah dikumpulkan
b. Coding
Memberikan kode untuk mempermudah proses pengolahan data.
c. Tabulating
Kegiatan memasukan data hasil penelitian kedalam tabel-tabel sesuai
dengan kriteria.
2. Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif, analisis univariat yaitu menganalisis
variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi dan
prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Untuk melakukan
analisis deskriptif perlu dipelajari tentang skala memusat. Skala yang
digunakan yaitu nilai rata-rata (mean), simpangan baku (standart deviasi).
Dengan mengetahui ukuran pusat tersebut, maka kita dapat mencari
ukuran pusat yang lain. Dari data mean dan standart deviasi dapat dibuat
beberapa kategori yaitu:
1) Baik, bila nilai responden (x) > mean + 1 SD
2) Cukup, bila nilai mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1SD
3) Kurang baik, bila nilai responden (x) < mean – 1SD
31
Sedangkan untuk menghitung prosentase atau banyaknya responden
dengan masing-masing kategori digunakan rumus
Prosentase =
I. Masalah Etika
Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, mengingat penelitian tingkat pengetahuan ibu berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.
menurut Hidayat (2007) masalah etika yang harus diperhatikan antara lain
sebagai berikut :
1. Informed Consent ( Persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya, jika subjek bersedia, maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak responden.
2. Anonimity (Tanpa nama)
Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
32
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di posyandu desa Doyong kecamatan Miri
kabupaten Sragen. Posyandu di desa Doyong dilaksanakan setiap tanggal 11
pada setiap bulannya. Seperti posyandu-posyandu pada umumnya posyandu
desa Doyong memiliki program pemantauan tumbuh kembang bayi dan
balita, imunisasi, penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan lansia. Posyandu di
desa Doyong dikelola oleh 1 orang bidan desa dan dibantu oleh 8 orang kader
kesehatan dengan jumlah pengujung sekitar 60 orang setiap kali posyandu.
Desa Doyong merupakan suatu desa yang terletak di km 55 jalan Solo-
Purwodadi. Desa Doyong berbatasan dengan desa Modro di bagian utara,
desa Ngleri dibagian Selatan, desa Ngalub dibagian barat dan desa
Kedungdowo dibagian timur. Sebagian besar penduduk desa Doyong bermata
pencaharian sebagai petani dan wiraswasta.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif
kuanitatif dengan jumlah responden 30 orang. Tingkat pengetahuan responden
diukur dengan skor berdasarkan jawaban dari kuesioner yang dibagikan.
Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang dimiliki responden
mengenai reaksi kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/HB Combo. Deskripsi
33
34
pengetahuan responden menunjukan tingkat pengetahuan ibu tentang reaksi
kejadian ikutan pasca imunisasi. Setelah diulakukan analisis data didapatkan
nilai mean 14,63 dan standart deviasi 2,092. Berdasarkan nilai mean dan
standart deviasi, pengetahuan responden dapat dikategorikan dalam 3
tingkatan sebagai berikut:
1) Baik (x) > mean + 1 SD
(x) > 14,63 + 1 X 2,092
(x) > 16,72
Jadi pengetahuan yang baik adalah bila nilai responden
>16,72
2) Cukup mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1SD
14,63 – 2,092 ≤ x ≤ 14,63 + 1 X 2,092
12,53 ≤ x ≤ 16,72
Jadi pengetahuan yang cukup adalah bila nilai responden
12,53 ≤ x ≤ 16,72
3) Kurang (x) < mean – 1SD
(x) < 14,63 – 1 X 2,092
(x) < 12,53
Jadi pengetahuan yang kurang adalah bila nilai responden
<12,53
Berdasarkan perhitungan diatas, tingkat pengetahuan ibu tentang reaksi
kejadian ikitan pasca imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo dapat
diklasifikasikan pada tabel 4.1
35
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi DPT/HB Combo
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan hasil penelitian dalam hal tingkat pengetahuan yang telah
disajikan dalam bentuk tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden mempunyai pengetahuan cukup baik tentang reaksi kejadian ikutan
pasca imunisasi DPT/HB Combo yaitu 20 responden (66,66%), sedangkan 5
responden (16,67%) berpengetahuan baik, 5 responden (16,67%) yang
berpengetahuan kurang. Hasil perhitungan prosentase jumlah responden
dalam masing-masing kategori terlampir pada lampiran 13.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu desa
Doyong kecamatan Miri kabupaten Sragen mengenai tingkat pengetahuan ibu
tentang reaksi KIPI DPT/HB Combo, didapatkan hasil pengetahuan cukup
baik. Pencapaian ini kemungkinan dipengaruhi oleh beragai faktor
diantaranya adalah informasi, pengalaman, pendidikan dan letak geografis
wilayah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekanto (2003) yang
menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan,
diantaranya pendidikan, informasi, budaya, pengalaman dan sosial ekonomi.
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
5
20
5
16,67%
66,66%
16,67%
Jumlah 30 100%
36
Menurut hasil analisa kuesioner, responden yang berpengetahuan cukup
baik kurang memahami tentang Imunisasi DPT/HB Combo dan pengetahuan.
Imunisasi DPT/HB Combo adalah imunisasi yang berfungsi untuk mencegah
penyakit difteri, pertusis, tetanus dan hepatitis B (Ranuh dkk, 2008). Menurut
Soekanto (2003) pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai
hasil penggunaan panca inderanya.
Tingkat pengetahuan yang baik pada responden mungkin dipengaruhi oleh
pengalaman dan informasi yang lebih banyak serta pendidikan yang tinggi.
Pada tingkat baik ini responden mampu menjawab hampir semua soal dengan
baik terutama soal mengenai reaksi KIPI DPT/HB Combo. Reaksi KIPI
DPT/HB Combo meliputi demam, sakit dan merah pada bekas suntikan,
rewel, anoreksia, urtikaria, malaise, kehilangan kesadaran serta reaksi alergi
(Hidayat, 2008).
Tingkat pengetahuan responden yang kurang baik kemungkinan
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah kurangnya konsentrasi
responden dalam menerima informasi dan pengalaman. Responden dengan
pengetahuan kurang baik tidak mampu menjawab pertanyaan dengan baik
soal-soal tentang Imunisasi DPT/HB Combo, Pengetahuan dan Reaksi KIPI
DPT/HB Combo.
Kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/HB Combo bukanlah suatu hal yang
berbahaya, namun adanya reaksi kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/HB
Combo akan menyebabkan kecemasan pada ibu dan akhirnya akan
mengurangi cakupan imunisasi. Pengetahuan yang cukup baik mengenai
37
kejadian ikutan pasca imunisasi DPT/HB Combo diharapkan cakupan
imunisasi terus meningkat dan ibu-ibu tidak cemas lagi mengimunisasikan
anaknya.
D. Keterbatasan
1. Kendala Penelitian
Pada penelitian ini penulis mengalami beberapa kendala dalam penelitian,
diantaranya adalah alokasi waktu yang terbatas dan waktu Posyandu yang
sering bertabrakan dengan agenda institusi.
2. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini terletak pada instrument yang
digunakan, peneliti menggunakan kuesioner tertutup sehingga tidak bisa
digunakan untuk menggali informasi yang lebih dalam dari responden.
38
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai pengetahuan ibu tentang reaksi kejadian
ikutan pasca imunisasi ( KIPI) DPT/HB Combo di posyandu desa Doyong
Kecamatan Miri kabupaten Sragen dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten
Sragen pada tingkat baik sebanyak 5 responden (16,67%)
2. Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten
Sragen pada tingkat cukup baik sebanyak 20 responden (66,66%)
3. Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten
Sragen pada kurang baik sebanyak 5 responden (16,67%)
38
39
B. Saran
Saran yang dapat diberikan penulis sehubungan dengan penelitian ini adalah
1. Bagi ilmu pengetahuan
Bagi peneliti selanjutnya perlu diadakan penelitian dengan variabel
yang lebih luas, sehingga diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih
bervariasi.
2. Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan)
Tenaga kesehatan sebaiknya dapat memberikan konseling dan
pemahaman lebih dalam pada ibu-ibu yang membawa anaknya untuk
imunisasi tentang reaksi kejadian ikutan pasca imunisasi. Agar ibu mantap
dan tidak ragu untuk mengimunisasikan anaknya.
3. Bagi Institusi
Institusi sebaiknya memperbanyak referensi tentang imunisasi dan
kejadian ikutan pasca imunisasi sehingga diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa.