Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT IGD RSUD DR
SOETOMO TAHUN 2019 TERHADAP TRIASE
(Penelitian Deskriptif Kualitatif)
SKRIPSI
Oleh:
FARIZA NUR AINI WIDYANI
NIM: 011611133205
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT IGD RSUD DR
SOETOMO TAHUN 2019 TERHADAP TRIASE
(Penelitian Deskriptif Kualitatif)
SKRIPSI
Oleh:
FARIZA NUR AINI WIDYANI
NIM: 011611133205
Pembimbing:
Dr. April Poerwanto Basoeki, dr., Sp.An, KIC
dr. Djohar Nuswantoro, MPH, AKK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Yang saya cintai, orang tua, adik serta keluarga yang telah memberikan do’a, semangat,
dan dukungan yang tiada henti.
2. Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga yang telah memberi kesempatan untuk menempuh pendidikan di Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga.
3. Dr. Maftuchah Rochmanti, dr., M.Kes. selaku Koordinator Program Studi Kedokteran
yang telah memberikan izin dalam pembuatan skripsi.
4. Dr. Pudji Lestari, dr., M.Kes. selaku Penanggung Jawab Blok Penelitian 1 dan 2 yang
telah memberikan fasilitas dalam pembuatan skripsi.
5. Dr. April Poerwanto Basoeki, dr., Sp.An KIC selaku dosen pembimbing utama yang
selalu memberikan bimbingan, masukan, arahan, serta meluangkan waktu selama
penyusunan skripsi.
6. dr. Djohar Nuswantoro, MPH selaku pembimbing serta yang turut memberikan
masukan, evaluasi, koreksi, serta meluangkan waktu selama penyusunan skripsi.
7. Dr. Urip Moertedjo Sp.B-KL, PGD Pal.Med.ECU selaku dosen penguji yang telah
membantu melalui kritik dan saran serta berbagi ilmu yang berguna dalam penyusunan
skripsi ini.
8. Atika, S.Si., M.Kes selaku pembimbing metodologi dan statistik yang telah
memberikan arahan dan bantuan selama pengerjaan skripsi.
vii
9. Seluruh tenaga kependidikan dan staff Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
10. Kabag Litbang RSUD dr Soetomo yang telah memberikan izin melakukan penelitian.
11. IGB Adria Hariastawa dr., Sp.B., Sp.BA. Kepala IGD RSUD dr Soetomo Kota
Surabaya yang telah memberikan izin melakukan penelitian di IGD RSUD dr Soetomo.
12. Ibu Kurniawati, Ibu Dessy, dan seluruh perawat IGD RSUD dr Soetomo yang telah
banyak membantu dalam pelaksanaan pengambilan data penelitian saya yang ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini.
13. Keluarga besar Kelompok Pengkaji Lingkungan Aesculap (KPLA) yang senantiasa
memberikan dukungan, doa dan pengalaman dalam pengerjaan karya tulis ini
14. Teman teman Keluarga Samawa yang juga turut memberikan support dalam kehidupan
sehari hari dan khususnya pengerjaan karya tulis ini.
15. Ibu Sapto Moeladi dan rekan-rekan di Fotocopy Perpustakaan yang memudahkan
proses pencetakan karya tulis ilmiah ini.
16. Teman-teman Pendidikan Dokter FK UNAIR 2016 SINOATRIAL yang telah
memberikan banyak pelajaran berharga selama 3 tahun ini
17. Segala pihak yang telah membantu menyukseskan proses penelitian dan penulisan
karya tulis ilmiah ini.
Peneliti menyadari masih terdapat kekurangan dalm penulisan karya tulis ilmiah
ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Besar harapan kami agar penelitian ini dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan..
Surabaya, 11 Juni 2019
Penulis
viii
GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT IGD RSUD DR SOETOMO
TAHUN 2019 TERHADAP TRIASE
(Penelitian Deskriptif Kualitatif)
Triase adalah sistem pemilahan kondisi pasien pada keadaan gawat darurat
(Permenkes,2009). Selain dapat menentukan tingkat kegawatan pasien dengan
penggunaan waktu seefisien mungkin, triase juga memiliki peran penting dalam
mengurangi insiden terjadinya overcrowding pasien di IGD rumah sakit (Khankeh,
2013). Menurut American College of Surgeons (Resources of Optimal Care for Injures
Patient 2014), kesalahan triase yang umum dilakukan di IGD rumah sakit yaitu
overtriage, persentasenya tidak boleh melebihi dari 35% total pasien yang ditriase dan
kesalahan undertriage, persentasenya tidak boleh melebihi dari 5% total pasien yang
ditriase.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo sebagai rumah sakit tipe A serta
rumah sakit rujukan utama memiliki kerentanan tinggi untuk mengalami overcrowding
pasien. Banyaknya pasien dan tingginya tuntutan mutu sebagai rumah sakit rujukan
utama menuntut kualifikasi tenaga medis yang tinggi baik dari aspek kognitif,afektif,
maupun psikomotorik.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif menggunakan
instrumen kuisioner yang dibuat untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan
perawat Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2019 terhadap
triase.
Hasil dari penelitian ini didapatkan dari total 32 perawat IGD RSUD dr
Soetomo tahun 2019 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian
mayoritas berjenis kelamin perempuan (52%). Perawat IGD RSUD dr Soetomo
mayoritas berusia 26-35 tahun( 46%) dan didominasi oleh lulusan D3 (61%).
Mayoritas perawat telah bekerja >15 tahun (46%) di IGD RSUD dr Soetomo. Pelatihan
terbanyak yang diikuti oleh subjek penelitian adalah pelatihan PPGD (33%). Hasil
penilaian pengetahuan perawat IGD RSUD dr Soetomo terhadap triase mayoritas
masuk kedalam kategori cukup (61%).
Kata kunci: Triase, Perawat, Kegawatdaruratan, IGD.
ix
OVERVIEW OF THE NURSE'S KNOWLEDGE OF THE GENERAL HOSPITAL
OF DR. SOETOMO YEAR 2019 TOWARDS TRIAGE
(Qualitative Descriptive Research)
Triage is a sorting system used for assessing patients in emergency situation
(Permenkes,2009). Besides determining patient’s severity with the most efficient use of
time, it also has an important role in reducing the line of patients in the emergency
room (Khankeh, 2013). According to American College of Surgeons (Resources of
Optimal Care for Injures Patient 2014), common triage error made in hospital
emergency room such as overtriage or undertriage must not exceed the limit of 35%
and 5% of total numbers of patients consecutively.
Dr. Soetomo Regional Hospital of Surabaya as a type A hospital that also holds
the title of main reference hospital has a high vulnerability to patients overcrowding.
The high number of patients and high quality demands as a main reference hospital
needs to be balanced with a high qualification of health care proffesionals in cognitive,
affective, and psychomotoric aspect.
This is a descriptive qualitative research using questionnaire as an instrument
to know the overview of 2019th nurses at regional hospital dr Soetomo Surabaya’s
emergency room’s knowledge in triage.
The results of this research is obtained from 32 nurses that met inclusion and
exclusion criteria. The majority of nurses are female (52%), in the range of age 26 –
35 years old ( 46%). Subjects are dominated by nurses with diploma degree
(61%).Majority of the nurses have worked in this field for >15 years (46%).The most
attended training by nurses in regional hospital dr Soetomo Surabaya’s emergency
room is Basic Life Support Training (33%). The results of nurse’s triage knowledge
assessment mostly falls into ‘moderate’ category (61%).
Keywords: Triage, Nursing, Emergency, Emergency Department
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii
LEMBAR KEPUTUSAN TIM PENGUJI ................................................ iv
SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................... vi
RINGKASAN………………………………………………………......viii
ABSTRAK…………………………………………………………...…..ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………...x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
BAB I ......................................................................................................... 1
1.1. Latar belakang .................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
1.3.1. Tujuan Umum .......................................................................... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ......................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
1.4.1. Manfaat Teoritis ....................................................................... 5
1.4.2. Manfaat Praktis ........................................................................ 5
BAB II ........................................................................................................ 6
2.1. Triase .................................................................................................. 6
2.1.1. Pengertian Triase ......................................................................... 6
2.1.2. Prinsip Triase ............................................................................... 6
2.1.3. Jenis Triase ................................................................................... 7
2.1.4 Tagging Warna Triase .................................................................. 9
2.1.5. Pedoman Penilaian Triase ...................................................... 10
2.2. Algoritma Triage Internasional ........................................................ 11
2.2.1. Australasian Triage Scale (ATS) ........................................... 11
2.2.2. Emergency Severity Index (ESI)............................................. 14
2.2.3. Manchester Triage Scale (MTS) ........................................... 15
xi
2.2.4. Canadian Triage and Acuity Scale ......................................... 16
2.3. Triase di IGD RSUD dr Soetomo ................................................... 167
2.3.1. Kriteria Triase RSUD dr Soetomo untuk Pasien Umum ........ 17
2.3.2. Kriteria Triase RSUD dr Soetomo untuk Pasien Pediatri ..... 20
2.3.3. Kriteria Triase RSUD dr Soetomo untuk Pasien Obgyn ........ 21
2.3.4. Petugas Triase di IGD RSUD dr Soetomo ............................. 23
BAB III ..................................................................................................... 24
3.1. Kerangka Konsep ............................................................................. 24
3.2. Penjelasan Kerangka Konsep ........................................................... 24
BAB IV .................................................................................................. 265
4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................... 265
4.2. Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ....................... 265
4.2.1. Populasi Penelitian ............................................................... 265
4.2.2. Sampel Penelitian ................................................................. 265
4.2.3. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ................................ 27
4.3. Kriteria Sampel ................................................................................ 27
4.3.1. Kriteria Inklusi ....................................................................... 27
4.3.2. Kriteria Eksklusi .................................................................... 27
4.4. Bahan Penelitian ............................................................................... 27
4.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................. 27
4.5.1. Variabel Penelitian ................................................................. 27
4.5.2. Definisi Operasional Penelitian ............................................. 28
4.6. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 30
4.6.1. Tempat Penelitian .................................................................. 30
4.6.2. Waktu Penelitian .................................................................... 30
4.7. Prosedur Pengambilan Data ............................................................. 30
4.8. Analisis Data .................................................................................... 31
BAB V ...................................................................................................... 32
5.1 Jenis Kelamin Perawat ....................................................................... 32
5.2. Usia Perawat ...................................................................................... 33
5.3. Pendidikan Terakhir Perawat ............................................................ 34
xii
5.4. Lama Kerja Perawat .......................................................................... 35
5.5. Pelatihan Perawat .............................................................................. 36
5.6. Pengetahuan Perawat terhadap Triase ............................................... 39
BAB VI .................................................................................................... 42
6.1. Jenis Kelamin Perawat IGD RSUD dr Soetomo .............................. 42
6.2. Usia Perawat IGD RSUD dr Soetomo ............................................. 43
6.3. Pendidikan Perawat IGD RSUD dr Soetomo ................................... 45
6.4. Lama Kerja Perawat IGD RSUD dr Soetomo .................................. 47
6.5. Pelatihan Perawat IGD RSUD dr Soetomo ...................................... 48
6.6. Pengetahuan Perawat IGD RSUD dr Soetomo terhadap Triase ...... 49
6.7. Analisis Statistika Hubungan Karakteristik Perawat terhadap
Pengetahuan Triase Perawat IGD RSUD dr Soetomo ............................. 50
BAB VII ................................................................................................... 53
7.1. Kesimpulan ........................................................................................ 53
7.2. Saran .................................................................................................. 53
LAMPIRAN I ......................................................................................... 625
LAMPIRAN II ......................................................................................... 56
LAMPIRAN III ........................................................................................ 57
LAMPIRAN IV ........................................................................................ 59
LAMPIRAN V ....................................................................................... 670
LAMPIRAN VI ........................................................................................ 64
LAMPIRAN VII ...................................................................................... 66
LAMPIRAN VIII ................................................................................... 675
LAMPIRAN IX ........................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 792
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Algoritma ESI…………………………..…………………… 15
Gambar 3.1 Kerangka Konsep……………………………………………. 24
Gambar 4.1 Alur penelitian……………………………………………….. 30
Gambar 5.1 Distribusi Jenis Kelamin Perawat IGD RSUD Dr. Soetomo…. 32
Gambar 5.2 Distribusi Usia Perawat IGD RSUD Dr. Soetomo…………… 33
Gambar 5.3 Distribusi Pendidikan Terakhir Perawat IGD RSUD Dr.
Soetomo……………………………………………………... 35
Gambar 5.4 Distribusi Lama Kerja Perawat IGD RSUD Dr. Soetomo…… 36
Gambar 5.5.1 Distribusi Jenis Pelatihan Perawat IGD RSUD Dr. Soetomo... 37
Gambar 5.5.2 Distribusi Frekuensi Pelatihan Perawat IGD RSUD Dr.
Soetomo……………………………………………………... 39
Gambar 5.6.1 Distribusi Pengetahuan Perawat IGD RSUD Dr. Soetomo…... 40
Gambar 5.6.2 Distribusi Ketepatan Penilaian Triase Perawat IGD RSUD
Dr. Soetomo…………………………………………………. 41
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Aplikasi Triase dalam ATS………………………….. 11
Tabel 2.2 Kategori Triase MTS………………………………………… 15
Tabel 2.4 Kategori Triase CTAS……………………………………….. 16
Tabel 2.2 Kategori Triase RSUD dr Soetomo untuk Pasien Umum……. 17
Tabel 2.3 Kategori Triase RSUD dr Soetomo untuk Pasien Pediatri…… 23
Tabel 2.4 Kategori Triase RSUD dr Soetomo untuk Pasien Obgyn…….. 26
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel……………………………….. 31
Tabel 5.1 Tabel Frekuensi Jenis Kelamin Perawat IGD RSUD dr
Soetomo……………………………………………………... 32
Tabel 5.2 Tabel Frekuensi Usia Perawat IGD RSUD dr Soetomo…… 33
Tabel 5.3 Tabel Frekuensi Pendidikan Terakhir Perawat IGD RSUD dr
Soetomo……………………………………………………... 34
Tabel 5.4 Tabel Frekuensi Lama Kerja Perawat IGD RSUD dr Soetomo 35
Tabel 5.5.1 Tabel Frekuensi Jenis Pelatihan Perawat IGD RSUD dr
Soetomo……………………………………………………... 37
Tabel 5.5.2 Tabel Frekuensi Jenis Pelatihan Perawat IGD RSUD dr
Soetomo 38
Tabel 5.6.1 Tabel Frekuensi Pengetahuan Perawat IGD RSUD dr
Soetomo…………………………………………………....... 39
Tabel 5.6.2 Tabel Frekuensi Ketepatan Penilaian Triase Perawat IGD RSUD
dr Soetomo……………………………………………………... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kegawatdaruratan adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan (Kemenkes,
2016). Kegawatdaruratan dapat terjadi dimana, kapan dan kepada siapa saja.
Kegawatdaruratan dapat terjadi baik di rumah, sekolah, maupun fasilitas umum lainnya
tak terkecuali fasilitas kesehatan. Oleh karena fungsi utamanya sebagai tempat
perawatan bagi banyak pasien yang membutuhkan penanganan medis tentu fasilitas
kesehatan merupakan tempat paling sering dimana kasus kasus kegawatdaruratan
terjadi.
Setiap fasilitas kesehatan, baik faskes kelas D seperti puskesmas hingga rumah
sakit kelas A dengan fasilitas lengkap diharuskan untuk memiliki sebuah Unit/Instalasi
Gawat Darurat untuk menangani kasus kasus kegawatdaruratan yang terjadi setiap
waktu. Unit IGD ini dipimpin oleh seorang dokter jaga dengan tenaga dokter ahli dan
berpengalaman dalam melayani kasus gawat darurat, yang kemudian bila dibutuhkan
akan merujuk pasien kepada dokter spesialis tertentu (Hidayati,2014).Posisi IGD
rumah sakit yang seringkali dianggap sebagai barikade terdepan bagi pasien selain unit
pelayanan lainnya seperti poliklinik dan Instalasi Rawat Jalan (IRJ) kemudian
menimbulkan masalah berupa banyaknya pasien yang datang dan mungkin menumpuk
di IGD setiap hari. Dari semua pasien yang datang itu tentu tidak semuanya berstatus
2
gawat darurat, sehingga diperlukan suatu system untuk memilah pasien menurut
tingkat kegawatannya untuk menanggulangi terjadinya kegawatan yang lebih tinggi.
Triase merupakan suatu system yang memberikan solusi untuk mencegah
terjaidnya penumpukan pasien baik dalam kasus kegawatdaruratan sehari hari maupun
di kondisi ekstrim seperti pada bencana dan musibah massal. Triase adalah system
pemilahan kondisi Korban/Pasien Gawat Darurat.Selain untuk mendeteksi tingkat
kegawatan pasien, triase juga memiliki peranan penting dalam mengurangi wasting
time dan overcrowding pasien di IGD (Khankeh, 2013). Oleh karena pentingnya peran
triase tersebut, maka akan didapati konsekuensi yang fatal apabila terjadi kesalahan
dalam melakukan triase kepada pasien.
Kesalahan dalam penilaian triase menurut ketepatannya dapat diigolongkan
menjadi dua yakni undertriage dan overtriage. Undertriage adalah penempatan triase
yang tidak memadai (dibawah tingkatan kegawatan yang seharusnya), sehingga
meningkatkan resiko penurunan status kegawatan pasien selama menunggu
(Grossman,2014). Overtriage adalah kesalahan triase dimana pasien yang seharusnya
tingkat kegawatannya rendah dianggap tingkat kegawatannya tinggi (American
College of Surgeons,2014). Menurut American College of Surgeons (Resources of
Optimal Care for Injures Patient 2014) kesalahan dalam triase seperti overtriage
persentasenya tidak boleh lebih dari 35% total pasien yang ditriase dan kesalahan
undertriage persentasenya tidak boleh lebih dari 5% total pasien yang ditriase.
Kesalahan dalam triase tentu akan sangat erat kaitannya dengan prognosis dan lama
berobat pasien. Sedikitnya data yang mendokumentasikan kesalahan kesalahan ini juga
3
menjadi masalah karena selama tidak adanya penelitian atau bukti yang
mendokumentasikan kesalahan undertriage atau overtriage tersebut maka kesalahan
ini akan terus dipandang sebelah mata dan tidak akan terselesaikan. Dalam sebuah
penelitian yang dilakukan Yogyakarta, ternyata masih terjadi kesalahan dalam triase
setidaknya 20% (Prasetyantoro,2013). Kesalahan ini kemudian dikaitkan dengan
prognosis dan lama dirawatnya pasien di RS yang bersangkutan. Angka yang cukup
tinggi tersebut tentu memunculkan masalah mengenai bagaimana cara mengantisipasi
hal tersebut supaya tidak terjadi di rumah sakit lain.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo dengan predikatnya sebagai salah
satu rumah sakit tipe A yang memiliki fasilitas, sarana, dan prasarana lengkap serta
merupakan rumah sakit rujukan utama dari faskes tingkat satu maupun dua. Sebagai
rumah sakit rujukan tersier dari berbagai daerah maka tentu diperlukan kualifikasi dan
tingkat kesiapan yang lebih tinggi bagi perawat RSUD dr. Soetomo dalam menangani
pasien gawat darurat yang masuk ke IGD sehingga muncul pertanyaan bagaimana
pengetahuan tenaga medis, khususnya perawat IGD RSUD Dr. Soetomo mengenai
triase, sudah cukupkah sehingga akan terhindar dari kesalahan fatal seperti undertriage
ataupun overtriage.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian dengan judul “Gambaran
Tingkat Pengetahuan Perawat IGD RSUD Dr. Soetomo tahun 2019 terhadap Triase”
ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya terhadap triase.
4
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, rumusan masalah
yang dapat diambil adalah “Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan perawat
Instalasi Gawat Darurat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2019 terhadap triase?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat Instalasi Gawat Darurat
RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2019 terhadap triase.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi data tentang karakteristik dasar perawat RSUD Dr.
Soetomo periode 2019: usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama masa
kerja, dan pelatihan yang pernah diikuti .
2. Menyajikan data mengenai tingkat pengetahuan perawat Instalasi Gawat
Darurat mengenai triase di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3. Menentukan hubungan antara usia dengan pengetahuan perawat Instalasi
Gawat Darurat mengenai triase.
4. Menentukan hubungan antara jenis kelamin dengan pengetahuan perawat
Instalasi Gawat Darurat mengenai triase.
5. Menentukan hubungan antara pendidikan terakhir dengan pengetahuan
perawat Instalasi Gawat Darurat mengenai triase.
5
6. Menentukan hubungan antara lama masa kerja dengan pengetahuan
perawat Instalasi Gawat Darurat mengenai triase.
7. Menentukan hubungan antara frekuensi pelatihan dengan pengetahuan
perawat Instalasi Gawat Darurat mengenai triase.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Menyediakan informasi berupa tingkat pengetahuan perawat jaga Instalasi
Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2019 mengenai triase.
1.4.2. Manfaat Praktis
Mendapatkan data berupa tingkat pengetahuan perawat jaga Instalasi Gawat
Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2019 mengenai triase sebagai
pertimbangan untuk dilaksanakan evaluasi maupun pelatihan triase secara terstruktur
oleh instansi apabila diperlukan
60 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Triase
2.1.1. Pengertian Triase
Triase atau yang dalam bahasa Inggris adalah Triage berasal dari bahasa prancis
Trier yang arti dasarnya mengelompokkan atau memilih (Ignatavicius, 2006 dalam
Krisanty, 2009). Proses pemilahan di dunia medis pertama kali dilaksanakan sekitar
tahun 1792 oleh Baron Dominique Jean Larrey, seorang dokter kepala di Angkatan
perang Napoleon. Pemilahan pada serdadu yang terluka dilakukan agar mereka yang
masih bisa ditolong mendapatkan prioritas penanganan. (Steel, 2006). Dalam
Permenkes (2009), triase adalah pemilahan kondisi Korban/Pasien Gawat Darurat.
Dari pengertian tersebut maka triase dapat didefinisikan sebagai upaya
pengelompokan pasien secara cepat dengan memperhatikan gejala berupa berat ringan
cedera yang dialami pasien dan peluang hidup pasien melalui waktu intervensi medis
yang cepat. Oleh karena itu perlu ditekankan pula bahwa triase bukanlah suatu proses
untuk mendiagnosis pasien, namun lebih condong kepada suatu proses screening
keadaan pasien.
2.1.2. Prinsip Triase
Triase pada awalnya dibentuk oleh Baron dan Jean Larrey, seorang dokter di
masa peperangan yang dipimpin oleh Napoleon, untuk menyesuaikan sumber daya
7
yang terbatas dalam menyelamatkan korban perang (Frykberg,2005).Akibat sumber
daya yang terbatas itu pula, maka tidak mungkin semua korban dapat ditangani dengan
segera secara tuntas. Pada titik ini lah dunia tenaga medis mulai memikirkan suatu
peristiwa secara global(populasi), dan bukan hanya merujuk pada keadaan kesehatan
seseorang atau per individu saja. Pada mass casualties inilah konsep prioritas
penanganan sedikit berubah, dimana tenaga medis tidak memulai penanganan dari
korban dengan cedera terparah, namun diutamakan korban dengan survival rate yang
tinggi dan menghabiskan paling sedikit sumber daya. Maka dapat disimpulkan bahwa
prinsip triase adalah menyelamatkan sebanyak banyaknya pasien dengan sumber daya
yang terbatas.(Brooker,2008).
2.1.3. Jenis Triase
Jenis triase dapat digolongkan menjadi berbagai jenis tergantung cara
penggolongannya. Apabila Triase dibedakan berdasarkan tempat maka dapat
dibedakan menjadi 3 jenis triase yaitu (Pakaya,2007) :
a. Triase di Tempat
Triase di tempat dilakukan di “tempat korban ditemukan” atau padatempat
penampungan yang dilakukan oleh tim Pertolongan Pertama atau
TenagaMedis Gawat Darurat.
b. Triase Rumah Sakit
Triase ini dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oleh tenaga
medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter yang bekerja di
8
Unit Gawat Darurat, kemudian ahli anestesi dan terakhir oleh dokter
bedah).
c. Triase Evakuasi
Triase ini ditujukan pada korban yang dapat dipindahkan ke Rumah Sakit
yang telah siap menerima korban bencana massal.
Ada pula jenis jenis triase yang digolongkan berdasar situasinya seperti yang
dikemukakan oleh Iserson dan Moskop (2007) sebagai berikut:
a. Triase IGD (ED Triage)
Triase ini dilakukan di IGD, dimana IGD memiliki perbandingan sumber
daya dan pasien lebih besar dari ruangan atau situasi lainnya. Sehingga di
IGD pasien akan terjamin tertangani, namun tidak akan ditangani
semuanya secara bersamaan. Di IGD semua pasien akan dicatat dan
ditriase sebelum ditangani, namun urutan penanganan akan diurutkan dari
korban yang paling parah cederanya terlebih dahulu, sehingga korban
dengan cedera yang ringan akan menunggu.
b. Triase ICU
Triase ICU dilakukan pada pasien yang akan atau sudah masuk rumah
sakit. Triase ini tidak menentukan siapa yang perlu pendahuluan
penanganan lebih cepat, namun triase ini dapat menentukan pasien mana
yang harus segera ditransfer ke ICU untuk perawatan lebih lanjut.
c. Triase Insiden (Multi casualty)
9
Triase Insiden biasanya dilakukan pada keadaan dengan banyak korban
namun kemungkinan tertolong dengan sumber daya terbatas masih bias
terjadi. Contoh insiden yang akan dilakukan triage ini yaitu kecelakaan
kendaraan bermotor, kebakaran kecil di pemukiman, dll.
d. Triase Medan Perang
Triase Medan Perang dilakukan sesuai namanya, di medan perang. Tidak
banyak hal yang berbeda dari triase ini dan triase ekstra hospital yang lain,
hanya saja yang melakukan triase adalah dokter tentara yang bertugas
disana.
e. Triase Bencana
Triase bencana dilakukan di setting bencana, baik alamiah maupun man-
made disaster. Contohnya : Gempa bumi, kebakaran, longsor,dll. Triase
bencana ini berbeda dari triase insiden, karena pada triase insiden, korban
tidak sebanyak saat bencana, sumber daya lebih banyak dari saat bencana,
dan situasi insiden dapat diprediksi/dicegah sedangkan pada situasi
bencana tidak dapat diprediksi/dicegah.
2.1.4 Tagging Warna Triase
Triase umumnya menggunakan warna dalam membedakan kondisi pasien.
Warna yang umum digunakan yaitu Merah, Kuning, Hijau, dan Hitam. Berikut adalah
penjabaran dari arti keempat warna yang umum digunakan dalam triase (Pakaya,
2007):
a. Merah, sebagai penanda korban yang perlu stabilisasi segera.
10
b. Kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat,
tetapi perawatan dapat ditunda sementara.
c. Hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan
pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda
d. Hitam, sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia.
Selain empat warna yang telah disebutkan, terdapat beberapa guideline triase
seperti pada Australasian Triage Scale (ATS), Canadian Triage and Acuity Scale
(CTAS), Emergency Severity Index (ESI) yang menggunakan warna tambahan seperti
putih dan biru.
2.1.5. Pedoman Penilaian Triase
Dalam menilai prioritas triase, diperlukan indikator penilaian yang terstandar. Poin
poin penilaian triase dapat dijabarkan sebagai berikut (Rahardjo et Al, 2009) :
1. Primary Survey (A,B,C)
Merupakan proses deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi fungsi
organ vital yang terancam. Primary Survey dilakukan dengan mengecek
kesadaran korban dilanjutkan dengan memeriksa fungsi vital dengan
sistematika A,B<C secara cepat.
2. Secondary Survey (Head to Toe)
Didefinisikan sebagai proses pencarian perubahan perubahan fisik anatomis
yang dapat berkembang menjadi lebih gawat dan dapat mengancam jiwa
apabila tidak segera diatasi. Secondary Survey dilakukan setelah survey primer
tuntas.
3. Pementauan korban/pasien akan kemungkinan terjadinya perubahan perubahan
kondisi :
a. Fungsi jalan nafas, fungsi pernafasan dan fungsi sirkulasi
11
b. Derajat kesadaran
c. Tanda tanda vital yang lain
4. Perubahan prioritas yang dikarenakan berubahnya kondisi korban / pasien
2.2. Algoritma Triage Internasional
Triase yang dilakukan di setiap rumah sakit tentu akan berbeda dengan rumah
sakit lain.Meski demikian, terdapat beberapa pedoman triase yang dikenal secara
Internasional dan banyak dirujuk oleh rumah sakit di seluruh dunia dalam menentukan
algoritma triase dalam rumah sakit.
2.2.1. Australasian Triage Scale (ATS)
ATS adalah pedoman triase yang dilakukan di Australia dan Selandia Baru,
menggunakan lima kategori dari Kategori 1 - kondisi yang segera mengancam jiwa
yang membutuhkan penilaian dan pengobatan simultan segera - untuk Kategori 5 -
kondisi kronis atau minor yang dapat dinilai dan diobati dalam waktu dua jam
(Australasian College For Emergency Medicine, 2016).
Tabel 2.1 Contoh Aplikasi Triase dalam ATS
Sumber : Guidelines ACEM on the Implementation of the ATS in ED
Kategori
ATS
Respon Deskripsi Kategori Deskripsi Klinis
Kategori
I
Segera, penilaian
dan tatalaksana
diberikan secara
simultan
Kondisi yang mengancam nyawa
atau berisiiko mengancam
nyawa bila tidak segera di
intervensi
- Henti Jantung /Henti nafas
- Sumbatan jalan nafas mendadak yang
berisiko menimbulkan henti jan-tung.
- Pernafasan <10x/menit
- Distress pernafasan berat
- Tekanan darah systole <80 (dewasa)
atau anak dengan klinis syok berat
12
- Kesadaran tidak ada respon/hanya
merespon dengan nyeri
- Kejang berkelanjutan
- Gangguan perilaku berat yang
mengancam diri pasien dan orang lain.
Kategori
2
Penilaian dan
tatalaksana
diberikan secara
simultan dalam
waktu 10 menit
Risiko mengancam nyawa,
dimana kondisi pasien dapat
memburuk dengan cepat, dapat
segera menimbulkan gagal organ
bila tidak diberikan tatalaksana
dalam waktu 10 menit setelah
datang / pasien memiliki kondisi
yang memiliki periode-terapi
efektif seperti trombolitik pasa
STEMI, stroke iskemik baru,
dan antidotum pada kasus
keracunan/ Nyeri hebat (VAS 7-
10) maka nyeri harus diatasi
dalam waktu 10 menit setelah
pasien datang
- Stridor dan distress nafas berat
- Gangguan Sirkulasi (akral dingin, HR
<50x per menit atau HR>150x/menit
pada dewasa, Hipotensi dengan
gangguan hemodinamik lain, Banyak
kehilangan darah)
- Nyeri dada tipikal/Nyeri hebat apapun
pe-nyebabnya
- Delirium atau gaduh gelisah
- Defisit neurologis akut
(hemiparesis,disfagia)
- Demam dengan letargi
- Mata terpercik zat asam / basa
- Trauma multipel yang membutuhkan
respon tim
- Trauma lokal namun berat (traumatic
amputation, fraktur terbuka dengan
perdarahan)
- Riwayat medis berisiko (Riwayat
tertelan bahan beracun dan berbahaya,
Riwayat tersengat racun binatang
tertentu, Nyeri yang diduga berasal
dari emboli paru, diseksi aorta,
kehamilan ektopik)
- Gangguan perilaku (Peri- laku agresif
dan kasar atau perilaku yang memba-
hayakan diri sendiri dan orang lain dan
memb-utuhkan tindakan restraint)
13
Kategori
3
Kategori
3
Penilaian dan
tatalaksana dapat
dilakukan dalam
waktu 30 menit
Penilaian dan
tatalaksana dapat
dilakukan dalam
waktu 30 menit
Kondisi potensi berbahaya,
mengancam nyawa/dapat
menambah keparahan bila
penilaian dan tatalaksana tidak
dilaksanakan dalam waktu 30
menit/Kondisi segera, dimana
ada pengobatan yang harus
segera diberikan dalam waktu 30
menit untuk mencegah risiko
per-burukan kondisi
pasien/Nyeri sedang yang harus
diatasi dalam 30 menit
- Hipertensi berat
- Kehilangan darah moderat
- Sesak nafas
- Saturasi O2 90-95%
- Paska Kejang
- Demam pada pasien
immunecompromised (AIDS, pasien
onkologi dengan terapi steroid)
- Muntah menetap dengan tanda
dehidrasi
- Nyeri kepala dengan ri-wayat pingsan,
saat ini sudah sadar
- Nyeri sedang apapun pe-nyebabnya
- Nyeri dada atipikal
- Nyeri perut tanpa tanda akut abdomen
- Pasien dengan usia >65 tahun
- Trauma ekstremitas mo-derat
(deformitas, laserasi, sensasi perabaan
menurun, pulsasi ekstremitas me-
nurun mendadak, meka-nisme trauma
memiliki risiko tinggi)
- Neonatus dengan kondisi stabil
- Gangguan perilaku yang sangat
tertekan, menarik diri, agitasi,
gangguan isi dan bentuk pikiran akut,
potensi menyakiti diri sendiri
Kategori
4
Penilaian dan
tatalaksana dapat
dimulai dalam
waktu 60 menit
Kondisi berpotensi jatuh menjadi
lebih berat apabila penilaian dan
tatalaksana tidak segera
dilaksanakan dalam waktu 60
menit / Kondisi segera, dimana
ada pengobatan yang harus
segera diberikan dalam waktu 60
menit untuk mencegah risiko
per-burukan kondisi pasien /
- Perdarahan ringan
- Terhirup benda asing tanpa ada
sumbatan jalan nafas dan sesak nafas
- Cedera kepala ringan tanpa riwayat
pingsan
- Nyeri ringan-sedang
- Muntah/diare tanpa de-hidrasi
- Radang atau benda asing di mata,
penglihatan normal
14
Kategori
4
Penilaian dan
tatalaksana dapat
dimulai dalam
waktu 60 menit
Kondisi medis kompleks pasien
membutuhkan pemeriksaan yang
banyak, konsultasi dengan
berbagai spesialis dan
tatalaksana diruang rawat inap /
Nyeri ringan
- Trauma ekstremitas minor (keseleo,
curiga fraktur, luka robek sederhana,
tidak ada gangguan neurovascular
ekstremitas) sendi bengkak
- Nyeri perut non spesifik
- Gangguanperilaku
- Pasien riwayat gangguan yang
merusak diri dan mengganggu orang
lain, saat ini dalam observasi
Kategori
5
Penilaian dan
tatalaksana dapat
dimulai dalam
waktu 120 menit
Kondisi tidak segera, yaitu
kondisi kronik atau minor
dimana gejala tidak berisiko
memberat bila pengobatan tidak
segera diberikan / Masalah klinis
admninistratif / Mengambil hasil
lab dan meminta
penjelasan/Meminta serti-fikat
kesehatan/Meminta
perpanjangan resep
- Nyeri ringan
- Riwayat penyakit tidak berisiko dan
saat ini tidak bergejala
- Keluhan minor yang saat berkunjung
masih di-rasakan
- Luka kecil (Luka lecet, luka robek
kecil)
- Kunjungan ulang untuk ganti verban,
evaluasi ja-hitan
- Kunjungan imunisasi
2.2.2. Emergency Severity Index (ESI)
ESI adalah pedoman triase yang dipakai di berbagai rumah sakit di Amerika
Serikat sebagai acuan dalam IGD/ER (Emergency Room). ESI mengelompokkan
pasien ke dalam 5 level yang berbeda. Kategori 1 dinilai sebagai pasien yang paling
mendesak dan kategori 5 dinilai sebagai pasien yang paling tidak mendesak untuk
dilakukan penanganan.
15
Gambar 2.1 Algoritma ESI
Sumber : ESI Implementation Handbook 2012 Edition
2.2.3. Manchester Triage Scale (MTS)
Manchester Triage Scale merupakan algoritma triase oleh Manchester Triage
Group yang dipublikasikan dalam bentuk handbook berjudul Emergency Triage. MTS
membagi kategori triasenya ke dalam 5 tag warna dari kategori pertama yang paling
mendesak hingga kategori kelima.
Tabel 2.2 Kategori Triase MTS
Sumber : Emergency Triage Handbook by Manchester Triage Group
Level Status Warna Assessment time
1 Immediate Merah 0 menit
16
2 Very Urgent Orange 10 menit
3 Urgent Kuning 60 menit
4 Standard Hijau 120 menit
5 Non-Urgent Biru 240 menit
2.2.4. Canadian Triage and Acuity Scale
CTAS merupakan model triase yang digunakan sebagai system triase nasional
di Kanada. CTAS pertama kali diperkenalkan oleh CAEP (Canadian Association of
Emergency Physicians) pada tahun 1997.
Tabel 2.3 Kategori Triase CTAS
Sumber : Analysis of Triage Worldwide (Lahdet et Al, 2009)
Level Kausa
Assessment and
treatment time
Frequency
1 Rescucitative Segera Penanganan kontinyu
2 Emergent Dalam 15 menit Setiap 15 menit
3 Urgent Dalam 30 menit Setiap 30 menit
4 Less Urgent Dalam 60 ment Setiap 60 menit
5 Non-Urgent Dalam 120 menit Setiap 120 menit
2.3. Triase di IGD RSUD dr Soetomo
Triase yang dilakukan di IGD RSUD dr Soetomo per tahun 2019 merupakan
modifikasi dari CTAS (Canadian Triage and Acuity Scale), setelah sebelumnya
menggunakan modifikasi dari ATS (Australasian Triage Scale) pada tahun 2018.
Adapun kategori triase yang digunakan kini ada 5 kategori yaitu :
17
a. Kategori I : Biru
b. Kategori II : Merah
c. Kategori III : Kuning
d. Kategori IV : Hijau
e. Kategori V : Putih
Selain pembagian menjadi 5 kategori tersebut, triase yang dilakukan di RSUD dr
Soetomo kini juga dibedakan berdasar subjeknya. Ada 3 skala triase yang dimiliki yaitu
skala untuk pasien umum, pediatri, dan Obgyn.
2.3.1. Kriteria Triase RSUD dr Soetomo untuk Pasien Umum
Tabel 2.4 Kategori Triase RSUD dr Soetomo untuk Pasien Umum
Sumber : Buku Panduan IGD RSUD dr Soetomo (2018)
Kategori
Triase Presentasi Klinis Umum Differential Diagnosis
Level 1
Rescucitation
Immediate
Code Arrest
Major Shock
Shock States
Near-fatal Asthma
Severe Respiratory Distress
Altered mental state
(unconscious/delirious)
Traumatic Shock
Pneumothorax (traumatic/tension)
Facial burns with airway
compromise
Severe burns > 30% BSA
Overdose with hypotension or
unconsciousness
AMI with complications (CHF or
hypotension)
Status Asthmaticus
Head Injury (major/unconscious)
Status epilepticus
Level II Head injury (risk features with/without
altered mental state)
Head injury
Trauma involving multiple sites
18
Emergent
<= 15 Min
Severe trauma
Altered mental state (lethargic, drowsy,
agitated)
Signs of serious infection (purpuric rash,
toxic)
Allergic reaction (severe)
Chemical exposure (eyes)
Non traumatic visceral chest pain
(with/without associated symptoms)
Vomiting/diarrhea, suspicion of
dehydration
Overdose (but conscious) / drug
withdrawal
Abdominal pain (age>50yr) with visceral
symptoms
Sexual assault
GI bleeding with abnormal vital signs
CVA with major deficit
Severe asthma (peak expiratory flow rate
<40%)
Moderate or severe dyspnea
Acute vaginal bleeding (pain scale>5
with/without abnormal vital signs)
Neonate (age=7 days) Fever (age=3 mo),
with rectal temp >38.0 Celcius
Acute psychotic episode/extreme agitation
Diabetic hypoglycaemia
Diabetic hyperglycemia
Headache, with pain scale 8-10/10
Chemotherapy or immunocompromised
Pain scale 8-10/10 (abdominal,
costovertebreal angle, back, eye)
Multiple rib fractures
Neck/spinal cord injury
Anaphylaxis
Alkaline/caustic ocular burns
AMI, unstable angina or CHF
Chest pain NOS
GER
Unspecified drug/medicinal
overdose
Abdominal aortic aneurysms
Appendicitis,cholecystitis
GI bleeding with hypotension
CVA
Severe asthma/COPD
Croup
Spontaneous abortion
Ectopic pregnancy/rupture
Epiglotitis,meningitis. Sepsis
Acute psychotic episode,agitation or
DTs
Diabetic ketoacidosis
Hypoglycemia,hyperglycemia,
migraine
Renal colic
Keratitis
Level III
Urgent
<= 30 Min
Head injury:alert with vomiting
Moderate trauma
Abuse, neglector assault
Head injury
Anterior shoulder dislocation
Tibia/fibula fracture
19
Signs of infection
Mild/moderate asthma (peak expiratory
flow rate=40%)
Mild/moderate dyspnea
Chest pain with no visceral symptoms
(sharp/MSK, no previous heart disease)
GI bleeding with normal vital signs
Acute vaginal bleeding with normal vital
signs
Seizures (alert on arrival)
Acute psychosis with/without suicidal
ideation
Pain scale 8-10/10 with headache,
costovertebral angle or back pain
Vomiting and diarrhea (age=2 yr) without
dehydration
Dialysis problems
Pyelonephritis/sepsis
Asthma without status/COPD
Bronchiolitis/croup
Pneumonia
Unspecified chest pain
NOS (MSK, GI, respiratory)
Uncomplicated GI Bleeding
Spontaneous abortion
Seizure
Acute psychosis with/without
suicidal ideation
Low back pain strain (disc
migraine)
Level IV
Less urgent
<= 1 h
Head injury : alert with no vomiting
Minor trauma
Acute abdominal pain
Vomiting and diarrhea (age>2 yr) without
dehydration
Headache:not migraine, not sudden
Earache
Chest pain, minor trauma or MSK
injury:no distress
Suicidal ideation/depression
Corneal foreign body
Minor allergic reaction
Chronic back pain
URI symptoms
Pain scale 4-7/10
Head injury:alert with no vomiting
Colles’ fracture
Ankle sprain
Appendicitis
Cholecystitis
URI
Otitis media/otitis externa
Chest pain NOS (MSK, GI,
respiratory)
GER
Suicidal ideation/depression
Urticaria
Corneal foreign body
Low back pain/strain
Level V
Non Urgent
<= 2 h
Minor trauma: not necessarily acute
Sore throat without respiratory symptoms
Diarrhea alone without dehydration
Low back pain/ strain
URI
Gastroenteritis
20
Vomiting alone, with normal mental status
and no dehydration
Menses
Minor symptoms
Chronic abdominal pain
Psychiatric complaints
Pain scale <4/10
Vomiting
Disorders of menstruation
Dressing changes/cast changes
Constipation
Neurotic, personality and non
psychotic mental disorders
Unspecified superficial laceration(s)
2.3.2. Kriteria Triase RSUD dr Soetomo untuk Pasien Pediatri
Tabel 2.5 Kategori Triase RSUD dr Soetomo untuk Pasien Pediatri
Sumber : Buku Panduan IGD RSUD dr Soetomo (2018)
Kategori
Triase Presentasi Klinis Umum Differential Diagnosis
Level 1
Rescucitation
Immediate
Child/infant in respiratory failure shock,
coma or cardiopulmonary arrest.
Any child/infant who requires continuous
assessment and intervention to maintain
physiological stability
Coma-Seizures,
Moderate to severe respiratory
distress,
Unconscious, major burns, trauma,
Significant bleeding and
cardiopulmonary arrest
Level II
Emergent
<= 15 Min
Any physiologically unstable child with
moderate to severe respiratory distress,
altered level of conscioussness
Dehydration that is difficult to accurately
assess
Fever on age <3mo >38.0 Celcius (but
temperature should not be the fixed
indicator of severity)
Sepsis
Altered level of conscioussness
Toxic ingestion
Asthma
Seizure (postictal), DKA
Child Abuse
Purpuric rash
Fever
Open fractures
Ingestion/overdose
Violent patients
Testicular pain
21
Lacerations/orthopaedic injuries with
neurovascular compromise
Dental injury with avulsed permanent
tooth
Level III
Urgent
<= 30 Min
Child /infant who is alert, oriented, well
hydrated, minor alterations in vital signs.
Interventions include assessment and
simple procedures.
Febrile child>3mo with temperature
>38,5 Celcius
Mild respiratory distress infant<1mo
Simple burns, fractures
Dental injuries
Pneumonia without distress
History of seizure,
Suicide ideation
Ingestion requiring observation only
Head trauma – alert/vomiting
Level IV
Less urgent
<= 1 h
Patient with vomiting/diarrhea and no
dehydration age>2yr
Simple lacerations /sprains /strains
Alert child with fever and simple
complaints such as ear pain, sore throat
or nasal congestion
Head trauma – no symptoms
Level V
Non Urgent
<= 2 h
Child/infant who is afebrile, alert
oriented, well hydrated with normal vital
signs. Only requires assessment or
discharge instructions.
Vomitiing alone or diarrhea alone with no
suspicion or signs of dehydration.
2.3.3. Kriteria Triase RSUD dr Soetomo untuk Pasien Obgyn
Tabel 2.6 Kategori Triase RSUD dr Soetomo untuk Pasien Obgyn
Sumber : Buku Panduan IGD RSUD dr Soetomo (2018)
Kategori
Triase Obstetri Komplikasi Medis
22
Level 1
Rescucitation
Immediate
Tanda inpartu atau pecah ketuban :
Segera akan partus, prolapse tali
pusat..
Asesmen Janin : Tidak ada gerakan
janin
Gejala hipertensi dan gangguan
saraf :kejang berulang, perubahan
kesadaran
Trauma abdomen : Trauma tusuk mayor
Tanda infeksi : Demam, menggigil, nyeri
Rahim bukan kontraksi, mual muntah diare
dengan tanda dehidrasi sedang
Pernapadan : Distress nafas hebat
Level II
Emergent
<= 15 Min
Tanda inpartu/pecah ketuban :
UK>37mg,kontraksi uterus <5menit
sekali UK>37 mg, ketuban telah
pecah;Partus yang tidak
direncanakan dan tidak ada
pendamping
Perdarahan antenatal: Perdarahan
aktif
Asesmen janin : Gerak janin
menurun, Doppler yang abnormal
Gejala hipertensi dan gangguan
saraf:nyeri kepala hebat mendadak;
Nyeri uluhati; gejala mirip CVA
Nyeri: Nyeri akut abdomen/pelvik yang
hebat, nyeri dada
Trauma abdomen : trauma tumpul mayor
Tanda infeksi : mual/muntah/diare yang
berpotensi dehidrasi sedang
Pernapasan : Distress nafas sedang
Pernapasan : Distres napas sedang
Penggunaan obat/kesehatan jiwa:resiko
tinggi (atau tidak diketahui) yang beresiko
terhadap keselamatan atau menimbulkan
depresi dan keinginan untuk bunuh diri.
Level III
Urgent
<= 30 Min
Tanda inpartu/pecah ketuban: UK >
37 mg, kontraksi setiap 2-4 menit
sekali.
Perdarahan antenatal : Riwayat
adanya perdarahan sebelumnya
Gejala hipertensi dan gangguan saraf
: Nyeri kepala subakut ringan/
sedang; Edema (non- dependen)
Nyeri : Nyeri abdomen ringan/sedang; Nyeri
punggung; Nyeri pinggang
Trauma abdomen : Trauma minor
Tanda infeksi:mual/ muntah/ diare yang
berpotensi dehidrasi sedang
Pernapasan : Distress nafas ringan
Penggunaan obat/kesehatan jiwa : Krisis
situasional sampai timbulnya efek
withdrawal hingga timbul depresi dan ide
untuk bunuh diri
Level IV
Less urgent
<= 1 h
Tanda inpartu/pecah ketuban :
Kontraksi > 5 menit sekali; UK >=
37 mg dan ketuban telah pecah
Trauma abdomen: Jatuh, tanpa trauma
langsung pada abdomen
23
Perdarahan antenatal : Perdarahan
bercak
Gejala hipertensi dan gangguan saraf
: Follow up hipertensi (poliklinis)
temasuk pemeriksaan lab/darah
Tanda infeksi: keluhan infeksi saluran
kemih; hematuri; demam; batuk; atau adanya
obstruksi
Penggunaan obat / kesehatan jiwa: Adanya
depresi tanpa disertai ide untuk bunuh diri
Level V
Non Urgent
<= 2 h
Tanda inpartu/pecah ketuban :
Pematangan serviks, Kunjungan
antenatal.
Asesmen janin : Pemeriksaan NST
(terdaftar); Versi luar pada kelainan
letak.
Gejala hipertensi dan gangguan sraaf
: Nyeri kepala kronis.
Nyeri : Rasa tidak nyaman terkait kehamilan
Tanda infeksi : bercak merah pada kulit
2.3.4. Petugas Triase di IGD RSUD dr Soetomo
Petugas triase RSUD Dr. Soetomo terdiri atas 3 komponen, yaitu :
1. Perawat yang mendapatkan rotasi jaga triase berjaga 24 jam setiap harinya.
2. Dokter jaga tetap triase yang berjaga pada pagi – siang setiap hari kerja.
3. PPDS jaga triase yang berjaga pada sore-malam dan di hari libur
60 30 24
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1.Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Keterangan :
: yang diteliti
: yang tidak diteliti
3.2.Penjelasan Kerangka Konsep
Triase merupakan usaha untuk memilah pasien berdasarkan tingkat keparahan
cedera/penyakitnya untuk menyelamatkan sebanyak banyaknya pasien dengan sumber
daya yang tersedia. Triase di IGD RS Dr. Soetomo dapat dilakukan oleh 3 komponen
25
tenaga medis yakni perawat jaga ruang triase IGD, dokter jaga tetap IGD, dan PPDS
jaga IGD sesuai shiftnya. Ketiga komponen tenaga medis tersebut haruslah memiliki
pengetahuan, sikap, dan penerapan yang baik dalam triase untuk menyegerakan
treatment yang dibutuhkan oleh pasien. Dalam penelitian ini yang akan diteliti
hanyalah tingkat pengetahuan triase dari perawat jaga IGD RS Dr. Soetomo untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.
Soetomo Surabaya tahun 2019 terhadap triase.
60 32 26
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.
Soetomo Surabaya tahun 2019 terhadap triase.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang meneliti satu atau lebih variabel
mandiri tanpa dihubungkan atau dibandingkan dengan variabel lainnya
(Sugiyono,2015). Fokus utama penelitian ini adalah menyajikan data variabel
penelitian dengan tambahan pengolahan data berupa analisis hubungan antar variabel
secara statistik. Hasil penelitian kuantitatif memiliki karakteristik yaitu hasilnya
disajikan dalam skema,gambar, atau dinarasikan menjadi kata kata (Sugiyono,2003).
Hasil penelitian ini nantinya akan disajikan dengan tabel frekuensi dibantu visualisasi
menggunakan diagram pie dan narasi penjelasan.
4.2.Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
4.2.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh perawat IGD RSUD Dr. Soetomo
Surabaya pada periode 2019.
4.2.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah seluruh perawat IGD di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
pada periode 2019 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
27
4.2.3. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
Sampel diambil secara total sampling yang memenuhi kriteria penerimaan
sampel.
4.3.Kriteria Sampel
4.3.1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi penelitian ini adalah perawat tetap yang lingkup kerjanya
berada di Lt. 1 IGD RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada periode 2019 berdasarkan data
karyawan sampai dengan per tanggal Januari 2019 dan menyetujui menjadi subjek
penelitian dengan mengisi informed consent.
4.3.2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi penelitian ini adalah perawat tetap yang lingkup kerjanya
berada di Lt. I IGD RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada periode 2019 berdasarkan data
karyawan yang diambil pada Januari 2019 yang melakukan resign selama periode
dibuatnya penelitian.
4.4.Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diambil
langsung dari perawat IGD RSUD dr Soetomo tahun 2019 menggunakan instrument
penelitian berupa kuisioner tervalidasi.
4.5.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini secara keseluruhan masuk dalam
klasifikasi variabel mandiri yang dapat berdiri sendiri, yaitu sebagai berikut:
28
1. Jenis kelamin Perawat
2. Usia Perawat
3. Pendidikan Terakhir Perawat
4. Lama kerja Perawat di RSUD Dr. Soetomo
5. Pelatihan yang pernah diikuti Perawat
6. Pengetahuan terhadap Triase
4.5.2. Definisi Operasional Penelitian
Tabel 4.1. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Kriteria
Hasil Skala
Jenis
Kelamin
Jenis kelamin
perawat. Kuisioner
- Laki Laki
Nominal - Perempuan
Usia
Usia perawat jaga
IGD pada saat
pengambilan data
penelitian.
Kuisioner
- Kurang dari
26 tahun
Ordinal
- 26 sampai
dengan 35
tahun
- 36 sampai
dengan 45
tahun
- Lebih dari
45 tahun
Pendidikan
Terakhir
Tingkat pendidikan
terakhir yang
ditempuh perawat.
Kuisioner
- D3
Ordinal - D4
- S1
29
Lama Masa
Kerja
Lamanya masa
perawat bekerja di
RSUD Dr.
Soetomo.
Kuisioner
- Kurang dari
5 tahun
Ordinal
- 6 sampai
dengan 10
tahun
- 10 sampai
dengan 15
tahun
- Lebih dari
15 tahun
Pelatihan
Pelatihan yang
pernah diikuti oleh
perawat dalam
menunjang
keterampilan
maupun menambah
wawasan yang
dibutuhkan dalam
keseharian kerja
sehari hari di IGD
RSUD Dr. Soetomo
Kuisioner
- BLS
Nominal
- ATLS
- EKG
- ACLS
- PPGD
- Code Blue
- BTCLS
30
Pengetahuan
Hasil penilaian
pengetahuan
perawat terhadap
triase yang diukur
dengan kuisioner
penelitian yang
valid berisi
pertanyaan seputar
materi triase rumah
sakit.
Kuisioner
Dikategorikan
menjadi :
Ordinal
1. Baik jika
skor benar 7-
8
2. Cukup jika
skor benar 4-
6
3. Kurang
jika skor
benar 1-3
4.6.Tempat dan Waktu Penelitian
4.6.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
4.6.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November 2018 hingga Juli 2019.
4.7.Prosedur Pengambilan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer
langsung dari subjek penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan instrumen
berupa kuisioner berisi pengetahuan seputar triase yang sudah tervalidasi diuji
validitas dan reliabilitasnya oleh software SPSS dan pengambilan data
31
Pengujian Proposal Penelitian
Penyusunan Proposal Penelitian
Administrasi Etik Penelitian
Pengumpulan Data (Sampling)
Penyusunan dan Analisis Data Hasil Penelitian
Penyusunan Skripsi
dilakukan oleh peneliti langsung di IGD RSUD dr Soetomo pada waktu di luar
jam kerja.
Gambar 4.1 Alur penelitian
4.8.Analisis Data
Data yang diperoleh akan dikelompokkan sesuai definisi operasional
variabel penelitian yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pengetahuan
terhadap triase. Selanjutnya, data yang telah tersusun disajikan dalam tabel
frekuensi dan diagram pie chart agar lebih jelas terlihat persentasenya dengan
diberikan narasi deskriptif sebagai penjelasan. Selain penyajian data juga
dilakukan analisis hubungan terhadap beberapa variabel menggunakan
software Microsoft Excel dan SPSS. Uji hubungan yang dilakukan ada dua
macam yaitu dengan uji Spearman untuk uji data ordinal-ordinal dan uji Mann-
Whitney untuk uji data nominal-ordinal.
32
38 32
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Jenis Kelamin Perawat
Berdasarkan data hasil kuisioner profil pengetahuan perawat IGD RSUD dr
Soetomo tahun 2019 didapatkan perawat berjenis kelamin laki-laki berjumlah
sebanyak 16 orang dengan persentase 48% sedangkan perawat berjenis kelamin
perempuan berjumlah sebanyak 17 orang dengan persentase 52% dari total 33 perawat.
Tabel 5.1. Tabel Frekuensi Jenis Kelamin Perawat IGD RSUD dr Soetomo
No Jenis Kelamin
Perawat
Frekuensi Persentase
1 Laki Laki 16 48%
2 Perempuan 17 52%
Total 33 100%
Gambar 5.1. Distribusi Jenis Kelamin Perawat IGD RSUD Dr. Soetomo.
52%48%
Jenis Kelamin Perawat IGD RSUD dr Soetomo
Perempuan
Laki Laki
33
5.2. Usia Perawat
Pengelompokkan usia ini berdasarkan pada pembagian kelompok usia pada
lembar kuesioner penelitian ini dibagi menjadi 4 kelompok usia yaitu kurang dari 26
tahun, 26-35 tahun, 36-41 tahun dan diatas 41 tahun.
Tabel 5.2. Tabel Frekuensi Usia Perawat IGD RSUD dr Soetomo
No Usia Perawat Frekuensi Persentase
1 <26 tahun 1 3%
2 26-35 tahun 15 24%
3 36-41 tahun 9 27%
4 >41 tahun 8 46%
Total 33 100%
Gambar 5.2. Distribusi usia Perawat IGD RSUD Dr. Soetomo.
34
Pada hasil penelitian ini kelompok usia terbanyak perawat IGD RSUD dr
Soetomo adalah kelompok usia 26 - 35 tahun berjumlah 15 orang dengan persentase
sebesar 46% diikuti dengan kelompok usia 36 – 41 tahun berjumlah 9 orang dengan
persentase sebesar 27%, kelompok usia >41 tahun berjumlah 8 orang dengan
persentase sebesar 24%, dan terakhir <26 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase
sebesar 3%.
Peneliti merasa pengelompokkan usia berdasarkan kuesioner penelitian ini
kurang tepat karena range yang lebar dan tidak sama besarnya, sehingga peneliti
mencoba menggolongkan kembali usia perawat sesuai kelompok usia menurut
DEPKES (2009) yaitu anak-anak (5-11 tahun), remaja awal (12-16 tahun), remaja akhir
(17-25 tahun), dewasa awal (26-35 tahun), dewasa akhir (36-45 tahun), lansia awal (46-
55 tahun), lansia akhir (56-65 tahun) dan manula (>65 tahun).
5.3. Pendidikan Terakhir Perawat
Pendidikan Terakhir yang dienyam perawat IGD RSUD dr Soetomo
dikelompokkan menjadi 4 golongan yakni D4,D3,S1, dan terakhir S2.
Tabel 5.3. Tabel Frekuensi Pendidikan Terakhir Perawat IGD RSUD dr Soetomo
No Pendidikan
Terakhir Perawat
Frekuensi Persentase
1 D4 1 9%
2 D3 15 61%
3 S1 9 30%
4 S2 0 0%
Total 33 100%
35
Gambar 5.3. Distribusi Pendidikan Terakhir Perawat IGD RSUD Dr. Soetomo.
Pada hasil penelitian ini pendidikan terakhir yang terbanyak dienyam oleh
perawat IGD RSUD dr Soetomo adalah setingkat D3 sebanyak 20 perawat dengan
persentase 61%, diikuti oleh setingkat S1 dengan jumlah 10 perawat dan persentase
sebanyak 30%, setingkat D4 dengan jumlah 3 orang dan persentase sebanyak 9% dan
terakhir setingkat S2 dengan persentase 0%.
5.4. Lama Kerja Perawat
Pengelompokkan usia ini berdasarkan pada pembagian kelompok usia pada
lembar kuesioner penelitian ini dibagi menjadi 4 kelompok usia yaitu kurang dari 5
tahun, 6 – 10 tahun, 11 - 15 tahun dan diatas lebih dari 15 tahun.
Tabel 5.4. Tabel Frekuensi Lama Kerja Perawat IGD RSUD dr Soetomo
No Lama Kerja
Perawat
Frekuensi Persentase
1 <5 tahun 2 6%
36
2 6-10 tahun 9 27%
3 11-15 tahun 7 21%
4 >15 tahun 15 46%
Total 33 100%
Gambar 5.4. Distribusi Lama Kerja Perawat IGD RSUD Dr. Soetomo
Pada hasil penelitian ini lama kerja perawat terbanyak di IGD RSUD dr
Soetomo adalah lebih dari 15 tahun sejumlah 15 orang dengan persentase sebanyak
46%, diikuti oleh 6 – 10 tahun sejumlah 9 orang dengan persentase sebanyak 27%, 11
– 15 tahun sejumlah 7 orang dengan persentase sebanyak 21% dan terakhir kurang dari
5 tahun sejumlah 2 orang dengan persentase sebanyak 6%.
5.5. Pelatihan Perawat
Pengelompokkan variabel pelatihan perawat ini dibagi menjadi 7 pelatihan
yaitu BLS,ATLS,EKG,ACLS,PPGD,Code Blue, dan terakhir BTCLS.
37
Tabel 5.5.1 Tabel Frekuensi Jenis Pelatihan Perawat IGD RSUD dr Soetomo
No Pelatihan Perawat Frekuensi Persentase
1 BLS 25 35%
2 ATLS 6 8%
3 EKG 4 6%
4 ACLS 3 4%
5 PPGD 24 33%
6 Code Blue 7 10%
7 BTCLS 3 4%
Total 72 100%
Gambar 5.5.1 Distribusi Jenis Pelatihan Perawat IGD RSUD Dr. Soetomo
Pada hasil penelitian ini pelatihan terbanyak yang pernah diikuti oleh perawat
IGD RSUD dr Soetomo adalah BLS sebanyak 35%, diikuti dengan PPGD sebanyak
33% perawat, Code Blue oleh 10% perawat, ACLS oleh 8% perawat, EKG oleh 6%
perawat, ACLS dan BTCLS oleh 4% perawat.
38
Selain jenis pelatihan yang diikuti oleh perawat, peneliti juga menyajikan data
berupa frekuensi pelatihan perawat IGD RSUD dr Soetomo dengan data dari kuisioner
yang sama. Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa perawat yang hanya mengikuti
1 pelatihan saja mencakup 30% dari total keseluruhan perawat, perawat yang
mengikuti 2 pelatihan mencakup 33% perawat, perawat yang mengikuti 3 pelatihan
mencakup 15% perawat, dan perawat yang mengikuti 5 dan 6 pelatihan memiliki
persentase yang sama yakni 6% dari total keseluruhan perawat.
Tabel 5.5.2 Tabel Frekuensi Jenis Pelatihan Perawat IGD RSUD dr Soetomo
No Pelatihan Perawat Frekuensi Persentase
1 1 pelatihan 13 40%
2 2 pelatihan 11 33%
3 3 pelatihan 5 15%
4 4 pelatihan 0 0%
5 5 pelatihan 2 6%
6 6 pelatihan 2 6%
7 7 pelatihan 0 0%
8 Diatas 7 pelatihan 0 0%
Total 33 100%
39
Gambar 5.5.2 Distribusi Frekuensi Pelatihan Perawat IGD RSUD Dr. Soetomo
5.6. Pengetahuan Perawat terhadap Triase
Kategori variable Pengetahuan Perawat terhadap Triase ini dibagi menjadi 3
kategori yakni Baik, Cukup, dan Kurang. Pada kategori Baik perawat dapat menjawab
lebih dari 75% pertanyaan secara tepat. Untuk kategori Sedang perawat dapat
menjawab sedikitnya 50% pertanyaan secara tepat. Terakhir pada kategori Kurang
perawat menjawab kurang dari 50% pertanyaan secara tepat.
Tabel 5.6.1 Tabel Frekuensi Pengetahuan Perawat IGD RSUD dr Soetomo
No Pengetahuan Frekuensi Persentase
1 Baik 9 27%
2 Cukup 20 61%
3 Kurang 4 12%
Total 33 100%
40
Gambar 5.6.1 Distribusi Pengetahuan Perawat IGD RSUD Dr. Soetomo
Pada hasil penelitian ini kategori pengetahuan perawat terbanyak di IGD RSUD
dr Soetomo adalah kategori cukup dengan jumlah 20 perawat dan persentase sebanyak
61%, lalu baik sejumlah 9 perawat dengan persentase sebanyak 27% dan terakhir
kategori kurang sejumlah 4 perawat dengan persentase sebanyak 12%.
Selain pengetahuan perawat secara umum mengenai triase, peneliti juga
menyajikan data berupa frekuensi kesalahan perawat IGD RSUD dr Soetomo dalam
menilai triase dengan data yang dikumpulkan dari kuisioner yang sama. Ketepatan
penilaian triase ini digolongkan menjadi tiga kategori yaitu undertriage,overtriage,
dan penilaian tepat.
Tabel 5.6.2 Tabel Frekuensi Ketepatan Penilaian Triase Perawat IGD RSUD dr Soetomo
No Pengetahuan Frekuensi Persentase
1 Undertriage 13 27%
27%
61%
12%
Pengetahuan Perawat IGD RSUD terhadap Triase
Baik (>6 benar)
Cukup (4-6 benar)
Kurang (<4 benar)
41
2 Overtriage 68 61%
3 Tepat 183 12%
Total 33 100%
Dari total 264 pertanyaan mengenai penilaian triase yang dijawab oleh 33
perawat IGD RSUD dr Soetomo, didapatkan data sebagai berikut: 13 jawaban perawat
masuk kedalam kategori kesalahan undertriage, 68 jawaban perawat masuk kedalam
kategori kesalahan overtriage, dan 183 jawaban sisanya merupakan jawaban tepat.
Gambar 5.6.2 Distribusi Ketepatan Penilaian Triase Perawat IGD RSUD Dr. Soetomo
42
42
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Jenis Kelamin Perawat IGD RSUD dr Soetomo
Data dalam penelitian ini menggunakan data primer hasil pengisian kuisioner
yang sudah tervalidasi kepada perawat yang bertugas di lantai 1 Instalasi Gawat
Darurat RSUD Dr. Soetomo periode 1 Februari 2019 – 15 Maret 2019. Dari 33 sampel
yang diteliti, ditemukan perawat IGD berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang
(75%), sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 5 orang (25%).
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Maslita (2017) di
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang, dimana dalam penelitian tersebut
didapatkan perawat didominasi oleh perempuan sebanyak 51 orang (76,1%), dibanding
dengan laki-laki sebanyak 16 orang (23,9%) (Maslita, 2017).
Hasil penelitian diatas juga sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh
Soeprodjo (2016) di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi
Sulawesi Utara pada September – Oktober tahun 2016 yang menyatakan distribusi
perawat berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada wanita yaitu 34 orang (85%) dan
pada laki-laki hanya 6 orang (15%) (Soeprodjo et al., 2016). Hasil distribusi jenis
kelamin ini juga dikemukakan studi lain oleh Meadus dan Twomey (2011) mengenai
fenomena sedikitnya perawat berjenis kelamin laki laki di Kanada dan Amerika,
dimana hanya mencapai 5% dari total perawat aktif.
43
Banyak faktor yang telah terbukti melalui penelitian memengaruhi besarnya
perbedaan antara jumlah perawat laki laki dan perempuan ini, seperti perawat laki laki
dianggap lebih sering melakukan pekerjaan berat dan kasar seperti mengangkat barang
barang berat (Fisher, 2009), isolasi dari perawat lain yang mayoritas peremupuan, dan
pengalaman tidak enak dari kolega perempuan seperti permusuhan (Stott, 2007).
Dominasi perempuan dalam dunia keperawatan dipengaruhi juga oleh sisi
feminine perempuan yang memunculkan perilaku caring yang lebih baik daripada sisi
maskulin yang dimiliki oleh laki laki (Evans,1997). Hal ini sesuai dengan pernyataan
Papathanassoglou et Al (2005) bahwa wanita lebih baik dalam hal memberikan
perawatan holistik sedangkan pria lebih baik dalam hal pengambilan keputusan dan
melakukan advance practice.
6.2.Usia Perawat IGD RSUD dr Soetomo
Pada hasil penelitian ini kelompok usia terbanyak perawat IGD RSUD dr
Soetomo adalah kelompok usia 26 - 35 tahun yaitu sebesar 46% kemudian diikuti
dengan kelompok usia 36 – 41 tahun yaitu sebesar 27%, kelompok usia >41 tahun yaitu
sebesar 24%, dan terakhir <26 tahun yaitu sebesar 3%.
Hasil penelitian ini serupa dengan apa yang ditemukan oleh Majore, Kalalo,
dan Bidjuni di Manado (2018). Perawat terbanyak berusia 26-35 tahun sebanyak
56.8%, diikuti dengan dibawah 26 tahun sebanyak 34.1%, dan terakhir diatas usia 35
tahun sebanyak 9.1%.
44
Hasil yang serupa juga ditemukan dalam penelitian Kurniawan (2014) dimana
47% dari perawat berusia 21-30 tahun. Diikuti dengan 23% perawat pada rentang usia
31 – 40 tahun, 22% perawat pada rentang usia 41 – 50 tahun, dan terakhir 8% sisanya
pada rentang 51-60 tahun.
Namun terdapat perbedaan yang ditemukan pada penelitian yang dilakukan
oleh Hidayat (2010) dimana perawat di IGD RS Premiere Surabaya justru jauh lebih
banyak yang mencakup usia kurang dari 26 tahun yaitu sebanyak 44,6% dari total
keseluruhan jumlah perawat.
Rentang umur 25-45 tahun merupakan tahap perkembangan generativitas vs
stagnasi, dimana seseorang memperhatikan ide-ide, keinginan untuk berbagi
pengetahuan, dan meningkatkan kreativitas (Sunaryo, 2004). Pada rentang usia
tersebut seseorang dapat dikatakan sedang melalui masa masa produktifnya. Pada usia
pertengahan 40-an (sekitar usia 45 tahun), secara fisiologis memang terjadi penurunan
kemampuan sensoris yang biasanya diawali dengan penurunan ketajaman penglihatan
yang dapat diikuti juga dengan penurunan fungsi pendengaran (Uthaman,2015).
Overworking pada usia senja juga sangat erat terkait dengan chronic pain seperti neck
pain,back pain, maupun nyeri terkait proses inflamasi seperti arthritis dan kelainan
penyakit musculoskeletal lainnya (Stichler,2013). Perawat yang masih bekerja hingga
usia senja (diluar masa produktifnya) dengan pekerjaan yang berat terbukti
memperparah kondisi chronic pain yang dimilikinya (Gabriella,2008).
45
Terlepas dari keterbatasan fisik di usia senja, sebuah studi mengenai perawat di
Australia meneliti tentang alasan perawat dengan usia lanjut tetap bekerja. Studi oleh
Warburton (2014) itu memaparkan beberapa alasan perawat tetap bekerja dapat
didasari oleh kepuasan yang mereka dapatkan dari hubungan intrapersonal dan
komunikasi mereka dengan pasien dalam tugas keperawatannya sehari hari.
6.3.Pendidikan Perawat IGD RSUD dr Soetomo
Pada hasil penelitian ini pendidikan terakhir yang terbanyak dienyam oleh
perawat IGD RSUD dr Soetomo adalah setingkat D3 sebanyak 61%, diikuti oleh
setingkat S1 sebanyak 30%, setingkat D4 sebanyak 9% dan terakhir setingkat S2
sebanyak 0%.
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian oleh Yanti dan Warsito (2013)
dimana proporsi responden berdasarkan pendidikan terakhirnya adalah DIII
Keperawatan sebesar 68,9%, mayoritas daripada S1 keperawatan.
Hal ini serupa dengan penelitian oleh Maslita (2017) dengan Pendidikan
terakhir perawat terbanyak yaitu DIII sebanyak 82,1% keseluruhan perawat diikuti
dengan S1 sebanyak 14,9% keseluruhan perawat dan terakhir pendidikan NERS
sebanyak 3% dari keseluruhan perawat.
Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Majore, Kalalo, dan
Bidjuni(2018). Perawat D3 terbanyak dengan persentase sebesar 77.3% diikuti dengan
S1 15.9% dan terakhir Ners sebesar 6.8%. Hal serupa juga didapatkan pada Kurniawan
46
dan Prasetyo (2014) dimana persentase terbesar didapatkan pada pendidikan terakhir
setingkat DIII sebesar 74% dan dilanjut dengan S1 sebesar 13% dan SPK sebesar 13%.
Hal serupa ditemukan Sutria (2017) pada dimana mayoritas responden
memiliki pendidikan terakhir D3 yaitu sebanyak 19 (61%) responden, sedangkan hanya
3 (10%) responden yang memiliki pendidikan terakhir S1, dan responden yang
memiliki pendidikan terakhir Ners yaitu sebanyak 9 (29%).
Menurut Siagian (1999) tenaga keperawatan yang berpendidikan tinggi
kinerjanya akan lebih baik karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih
luas. Selain itu, tingkat pendidikan diploma lebih mengedepankan praktek kerja
disbanding teori apabila dibandingkan dengan tingkat pendidikan sarjana. Tentu hal ini
relevan dengan pekerjaan perawat yang membutuhkan banyak praktek kerja dalam
memberikan pelayanan yang prima dan membentuk perilaku caring yang baik terhadap
pasien. Tingkat pendidikan formal yang semakin tinggi, berakibat pada peningkatan
harapan dalam hal karier dan perolehan pekerjaan dan penghasilan. Akan tetapi di sisi
lain, lapangan kerja yang tersedia tidak selalu sesuai dengan tingkat dan jenis
pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki oleh para pencari kerja tesebut (Ellitan,
2003). Perawat dengan pendidikan DIII keperawatan mempunyai efisiensi kerja dan
penampilan kerja yang lebih baik dari pada perawat dengan pendidikan SPK (Prima,
2010).
47
6.4.Lama Kerja Perawat IGD RSUD dr Soetomo
Pada hasil penelitian ini lama kerja perawat terbanyak di IGD RSUD dr
Soetomo adalah lebih dari 15 tahun sebanyak 46%, diikuti oleh 6 - 10 tahun sebanyak
27%, 11 – 15 tahun sebanyak 21% dan terakhir kurang dari 5 tahun sebanyak 6%.
Hal ini selaras dengan penelitian oleh Kumajas (2014) dimana proporsi
terbanyak sebesar 60 % perawat dengan lama kerja lebih dari 3 tahun dan 40% perawat
dengan lama kerja kurang dari 3 tahun.
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian oleh Pratiwi (2013) dimana
proporsi terbanyak sebesar 78,8% perawat dengan lama kerja lebih dari 5 tahun dan
21,2% perawat dengan lama kerja kurang dari 5 tahun.
Hal ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maslita (2017)
dimana proporsi terbanyak adalah perawat dengan masa kerja 1 – 5 tahun yaitu
sebanyak 37%, diikuti dengan perawat dengan masa kerja lebih dari 5 tahun yaitu
sebanyak 23%, dan terakhir perawat dengan masa kerja kurang dari 1 tahun yaitu 7%.
RSUD dr Soetomo merupakan rumah sakit rujukan tersier yang secara tidak
langsung akan membutuhkan tenaga kerja dengan kinerja bagus, ilmu yang mumpuni
serta pengalaman menangani pasien yang baik pula. Menurut Rudianti (2011), perawat
pelaksana yang memiliki masa kerja <7 tahun mempunyai kinerja kurang (55,6%) lebih
besar dibanding dengan masa kerja 7-12 tahun (45,3%). Menurut Nursalam (2009)
bahwa semakin banyak masa kerja perawat maka semakin banyak pengalaman perawat
48
tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar atau
prosedur tetap yang berlaku.
6.5.Pelatihan Perawat IGD RSUD dr Soetomo
Pada hasil penelitian ini pelatihan terbanyak yang pernah diikuti oleh perawat
IGD RSUD dr Soetomo adalah BLS sebanyak 35%, diikuti dengan PPGD sebanyak
33% perawat, Code Blue oleh 10% perawat, ACLS oleh 8% perawat, EKG oleh 6%
perawat, ACLS dan BTCLS oleh 4% perawat.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian oleh Hasanah et Al (2015)
dimana didapatkan 66,7% dari perawat paling banyak mendapatkan pelatihan PPGD
dan 33,3% dari perawat telah mendapatkan pelatihan BTCLS.
Menurut Kasenda (2013), tidak terdapat hubungan oleh pelatihan yang
dilakukan perawat terhadap kinerja perawat. Hal tersebut sejalan dengan penlitian oleh
Soleman (2017) yang juga tidak mendapatkan hubungan bermakna oleh pelatihan yang
dilakukan perawat terhadap kinerja dan motivasi perawat.
Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lontoh
(2013) tentang pengaruh pelatihan teori bantuan hidup dasar terhadap pengetahuan
resusitasi jantung paru menyatakan bahwa adanya hubungan antara pelatihan dengan
pengetahuan.
49
6.6.Pengetahuan Perawat IGD RSUD dr Soetomo terhadap Triase
Pada hasil penelitian ini kategori pengetahuan perawat terbanyak di IGD RSUD
dr Soetomo adalah kategori cukup sebanyak 61%, lalu baik sebanyak 27% dan terakhir
kategori kurang sebanyak 12%.
Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Pradana et Al (2016) yang menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan perawat dalam melakukan triase di IGD RSUD Kota
Surakarta mayoritas masuk dalam kategori cukup (53,3%). Kategori terbanyak
selanjutnya adalah baik (26,6%) dan diikuti oleh kategori kurang (20%).
Menurut Khairina et Al (2018) pengetahuan perawat merupakan variabel
terkuat yang dapat memengaruhi ketepatan penilaian triase. Ketepatan penilaian triase
oleh perawat triase nantinya juga dapat memengaruhi progonosis pasien di RS
(Prasetyantoro,2013). Oleh karena pentingnya penilaian triase tersebut, maka peneliti
berpendapat kesalahan dalam penilaian triase harus diminimalisir seminimal mungkin.
Pada penelitian ini juga didapatkan data mengenai keslaahan undertriage dan
overtriage dengan persentase sebesar 5% dan 26%. Angka persentase kesalahan
undertriage yang didokumentasikan lewat kuisioner penelitian ini menyamai batas atas
toleransi kesalahan undertriage yang direkomendasikan American College of Surgeons
yaitu 5% dari total pasien IGD. Sedangkan untuk persentase kesalahan overtriage
masih jauh dari batas kesalahan overtriage yang direkomendasikan American College
of Surgeons yakni 35%.
50
Berdasarkan hasil dan analisis penelitian, didapatkan bahwa usia, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, lama kerja, dan pelatihan perawat tidak memengaruhi
pengetahuan perawat terhadap triase. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian ini antara lain: (1) jumlah sampel penelitian, (2) kondisi subjek penelitian
saat mengisi kuisioner,dan (3) jobdesc perawat IGD yang dirotasi setiap periode
tertentu sehingga kesempatan perawat untuk melakukan dan memahami triase menjadi
terbatas.
6.7.Analisis Statistika Hubungan Karakteristik Perawat terhadap Pengetahuan
Triase Perawat IGD RSUD dr Soetomo
Data jenis kelamin perawat yang merupakan data nominal apabila akan
dicari hubungannya dengan variable pengetahuan yang merupakan data ordinal
dapat menggunakan uji Chi-Square atau uji Mann-Whitney. . Karena dengan uji
Chi-square didapatkan lebih dari 20% sel yang memiliki nilai harapan kurang dari
5, maka digunakan uji Mann-Whitney. Nilai signifikansi yang diperoleh adalah
0,262 (>0,05), yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik
antara jenis kelamin dan pengetahuan perawat IGD RSUD dr Soetomo Surabaya
terhadap triase. Hal ini sesuai dengan penelitian di RSUD Dr H Koesnadi
Bondowoso, dimana tidak ditemukan hubungan secara statistic antara jenis kelamin
perawat dan kinerja perawat (Asmuji,2016).
Data kelompok usia perawat merupakan data ordinal, sehingga digunakan
korelasi dengan uji Spearman rank. Nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,390
(>0,05), yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara
51
jenis kelamin dan pengetahuan perawat IGD RSUD dr Soetomo Surabaya terhadap
triase. Hal ini juga sesuai dengan penelitian di RSUD Dr H Koesnadi Bondowoso,
yang menyatakan bahwa p value hubungan antara umur perawat dan kinerja
perawat < 0,05 (p value: 0,301)sehingga secara statistic hubungan antara kedua
variable terebut tidak signifikan (Asmuji,2016).
Data pendidikan terakhir perawat merupakan data ordinal, sehingga
digunakan korelasi dengan uji Spearman rank. Nilai signifikansi yang diperoleh
adalah 0,322 (>0,05), yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna secara
statistik antara usia dan pengetahuan perawat IGD RSUD dr Soetomo Surabaya
terhadap triase.
Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Khairina et Al (2018) yang
menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan antara pendidikan
terakhir perawat dengan kemampuan perawat dalam melakukan triase di rumah
sakit. Hasil uji statistik antara kedua variable ini menunjukkan p value > p alpha
(0.274 > 0.05).
Data lama kerja perawat merupakan data ordinal, sehingga digunakan
korelasi dengan uji Spearman rank. Nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,920
(>0,05), yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara
pendidikan terakhir dan pengetahuan perawat IGD RSUD dr Soetomo Surabaya
terhadap triase.
52
Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Lutfi et Al (2015) yang
menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan antara lama kerja
perawat dengan kemampuan perawat dalam melakukan triase di rumah sakit. Hasil
analisa statistik dengan uji Spearman rho menunjukkan p value < p alpha (0.005 <
0.05).
Data frekuensi pelatihan perawat merupakan data ordinal, sehingga
digunakan korelasi dengan uji Spearman rank. Nilai signifikansi yang diperoleh
adalah 0,017 (<0,05), yang artinya terdapat hubungan yang bermakna secara
statistik antara frekuensi pelatihan yang diikuti oleh perawat dan pengetahuan
perawat IGD RSUD dr Soetomo Surabaya terhadap triase.
Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Juliati (2015) yang menunjukkan
bahwa secara statistik terdapat hubungan antara pelatihan dan kinerja perawat
pelaksana di rumah sakit dengan didapatkan p value 0,000 (< 0,05) dalam analisis
Chi Square Bivariat. Dalam penelitian lain juga disebutkan bahwa terdapat
hubungan antara pelatihan dan kinerja perawat dengan p value yang didapatkan
yaitu 0,03 (Duminggu,2016).
60 53
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian deskriptif terhadap pengetahuan perawat IGD RSUD dr
Soetomo tahun 2019 terhadap triase ini didapatkan :
1. Berdasarkan distribusi jenis kelamin, didapatkan perawat IGD RSUD dr
Soetomo didominasi oleh perawat dengan jenis kelamin perempuan (75%).
2. Berdasarkan kelompok usia, didapatkan perawat IGD RSUD dr Soetomo
didominasi oleh perawat dengan kelompok usia 26- 35 tahun (46%).
3. Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, didapatkan perawat IGD RSUD dr
Soetomo didominasi oleh perawat lulusan D3 (61%).
4. Berdasarkan distribusi data lama kerja di RSUD dr Soetomo, didapatkan
perawat IGD RSUD dr Soetomo didominasi oleh perawat dengan lama kerja
lebih dari 15 tahun (46%).
5. Berdasarkan distribusi pelatihan yang didapat, didapatkan perawat IGD
RSUD dr Soetomo paling banyak mendapatkan pelatihan BLS (35%).
6. Berdasarkan kategori pengetahuan perawat terhadap triase, didapatkan
perawat IGD RSUD dr Soetomo didominasi oleh perawat dengan kategori
pengetahuan terhadap triase cukup (61%).
7.2. Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat
diberikan, yaitu :
54
1. Sebaiknya jumlah sampel penelitian ditambah untuk mendapatkan hasil
penelitian yang lebih representatif.
2. Dibuat instrumen penilaian yang lebih optimal dalam menilai kemampuan
triase perawat baik dari aspek pengetahuan, sikap, maupun praktiknya secara
langsung di IGD.
3. Perluya penelitian lanjutan untuk menganalisis faktor faktor apa yang
memengaruhi pengetahuan perawat terhadap triase.
4. Penelitian ini menunjukkan pengetahuan perawat IGD RSUD dr Soetomo
terhadap triase mayoritas dalam kategori cukup. Sehingga dapat menjadi
motivasi untuk pihak manajemen maupun diklat RS untuk mengadakan
pelatihan dan penyegaran ilmu kembali mengenai materi triase, utamanya
triase rumah sakit.
62
55
LAMPIRAN I
JADWAL KEGIATAN
N
o
Keteranga
n
2018 2019
3 4 5 6 7 8 9 1
0
1
1
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
0
1
1
1
2
1 Pembuata
n
Proposal
2 Seminar
Proposal
3 Pengurusa
n Etik
4 Uji Coba
Validasi
Kuisioner
4 Persiapan
Penelitian
5 Pelaksana
an
Penelitian
6 Pembuata
n Hasil
Penelitian
63
56
LAMPIRAN II
RINCIAN BIAYA
No Keterangan Jumlah Biaya
1 Snack 40 buah x Rp5.000,00 Rp200.000,00
2 Fotocopy dan Print 1 rim kertas x Rp250,00 Rp 125.000,00
3 Jilid 4 buah x Rp3.000,00 Rp12.000,00
64
57
LAMPIRAN III
PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN
(Information for Consent)
Perawat tetap yang bekerja di lantai 1 Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.
Soetomo akan disertakan sebagai subyek dalam penelitian
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT IGD RSUD DR
SOETOMO TAHUN 2019 TERHADAP TRIASE
Manfaat praktis penelitian : Menyediakan informasi berupa tingkat
pengetahuan perawat jaga Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun
2019 mengenai triase
Manfaat teoritis penelitian : Mendapatkan data berupa tingkat pengetahuan
perawat jaga Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2019
mengenai triase sebagai pertimbangan untuk dilaksanakan evaluasi maupun pelatihan
triase secara terstruktur oleh instansi apabila diperlukan
Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Peneliti mengambil data primer menggunakan kuesioner autopsi verbal yang
telah disusun secara terstruktur terhadap subyek penelitian untuk kemudian disimpan
dan diproses datanya sesuai prosedur yang disetujui oleh peneliti dan dosen
pembimbing peneliti.
65
60
58
Tidak didapatkan resiko yang timbul pada subyek, dikarenakan penelitian ini
hanya berupa pengambilan data primer sesuai kuesioner penelitian.
Semua dokumen yang menyangkut tentang identitas diri subyek penelitian akan
dijamin kerahasiaannya. Penelitian ini dilakukan dengan sukarela, tidak ada paksaan
dan tidak bersifat mengikat. Bila setuju, dapat berpartisipasi dalam penelitian ini dan
sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri apabila merasa keberatan. Jika masih ada hal
yang kurang jelas bisa langsung ditanyakan kepada peneliti.
Bila bersedia berpartisipasi, dipersilahkan untuk menandatangani lembar
persetujuan yang terlampir.
Terima kasih atas kerja sama dan partisipasinya.
Surabaya,.......................................
Yang mendapat penjelasan, Yang memberi penjelasan,
............................................
........................................... No. HP 0895359175999
(Fariza Nur Aini W)
66
59
LAMPIRAN IV
LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No. HP :
Setelah mendengarkan penjelasan yang diberikan, dengan ini memberikan
PERSETUJUAN
Mengikuti penelitian GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT
IGD RSUD DR SOETOMO TAHUN 2019 TERHADAP TRIASE sebagai subyek
penelitian dan sewaktu-waktu berhak untuk mengundurkan diri.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Surabaya,...........................................
Yang membuat pernyataan, Saksi,
............................................ ............................................
67
60
LAMPIRAN V
KUISIONER PENELITIAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT IGD RSUD DR
SOETOMO TAHUN 2019 TERHADAP TRIASE
A. Identitas Responden
1. Nomor responden : (diisi peneliti)
2. Nama Lengkap responden :
3. Usia responden :
a. <26 tahun
b. 26 – 35 tahun
c. 36 - 41 tahun
d. >41 tahun
4. Pendidikan terakhir responden :
a. S1
b. D3
c. D4
5. Lama kerja responden di RSUD dr. Soetomo :
a. < 5 tahun
b. 6-10 tahun
c. 11-15 tahun
d. >15 tahun
6. Pelatihan yang pernah diikuti oleh perawat : (Silahkan pilih lebih dari 1)
a. BLS
b. ATLS
c. EKG
d. ACLS
e. PPGD
f. Code Blue
g. Lain lain :
……..
68
61
B. Pengetahuan Perawat tentang Triage
Dimohon untuk memilih SATU SAJA jawaban paling BENAR menurut responden.
1. Kegawatdaruratan dapat mengakibatkan kematian atau cacat dalam waktu
singkat. Keadaan berikut yang dapat dikategorikan sebagai keadaan gawatdarurat
adalah:
a. Mengancam jalan nafas dan
fungsi nafas
b. Mengancam fungsi sirkulasi
c. Mengancam fungsi kesadaran
d. Semua benar
2. Subjek triase di IGD rumah sakit adalah:
a. Pasien rawat jalan.
b. Pasien dengan kasus kegawatan trauma maupun non trauma
c. Pasien rujukan dari rumah sakit lain.
d. Semua pasien yang berkunjung atau dikirim dari ruangan ke IGD.
3. Yang dimaksud dengan Primary Survey adalah:
a. Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi fungsi
organ vital yang terancam.
b. Primary Survey adalah life support dan resusitasi segera terhadap
kelainan yang mengancam jiwa.
c. Dalam waktu kurang dari 2-5 menit penolong harus mampu
menyimpulkan kondisi kegawatan dan menanganinya.
d. Semua benar
69
60
62
Jawablah pertanyaan dibawah sesuai dengan Pelaksanaan Triase di RSUD Dr.
Soetomo
4. Ada berapa kategori kegawatan dalam model triase yang dilakukan diIGD
RSUD Dr. Soetomo?
a. 3. Merah,Kuning,Hijau.
b. 4. Merah,Kuning,Hijau,Hitam.
c. 5. Merah, Kuning, Hijau, Biru, Putih.
d. 5. Merah, Kuning, Hijau, Biru, Ungu.
Jawablah pertanyaan dibawah sesuai acuan Labelling Triage yang dilakukan di IGD
RSUD Dr. Soetomo
5. Pasien kecelakaan tunggal dibawa oleh ambulans ke RSUD Dr. Soetomo dan
mengalami cardiac arrest saat tiba di IGD. Maka triasenya diberi label warna apa?
a. Biru
b. Merah
c. Kuning
d. Hijau
6. Anak berusia 2 tahun dibawa oleh Ibunya ke IGD RSUD dr Soetomo karena
mengalami demam tinggi (temperature diukur : 39 derajat celcius) dan sempat kejang
selama 2 menit di rumah, maka triase diberi label warna apa?
a. Biru
b. Merah
c. Kuning
d. Hijau
70
60
63
7. Pasien datang dengan keluhan muntah berulang selama 1 jam terakhir namun
belum dijumpai tanda tanda dehidrasi,maka triase diberi label warna apa?
a. Merah
b. Kuning
c. Hijau
d. Putih
8. Pasien sadar datang dengan ruam ruam merah di tubuh, muka bengkak, dan
terlihat sesak maka triage diberi label warna apa?
a. Merah
b. Kuning
c. Hijau
d. Putih
71
64
LAMPIRAN VI
UJI VALIDITAS KUISIONER
Correlations
Soal_
1
Soal
_2
Soal
_3
Soal
_4
Soal
_5
Soal
_6
Soal
_7
Soal
_8
Skor_t
otal
Soal_
1
Pearson
Correlation
1 .268 -.022 .449** .200 .052 -.123 -.022 .375*
Sig. (2-
tailed)
.132 .904 .009 .264 .775 .496 .904 .032
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Soal_
2
Pearson
Correlation
.268 1 .238 .055 .351* .260 -
.619**
.365* .631**
Sig. (2-
tailed)
.132
.181 .761 .045 .143 .000 .037 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Soal_
3
Pearson
Correlation
-.022 .238 1 .055 -.175 .136 -.365* .112 .374*
Sig. (2-
tailed)
.904 .181
.761 .329 .451 .037 .537 .032
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Soal_
4
Pearson
Correlation
.449** .055 .055 1 .359* .023 -.055 .055 .387*
Sig. (2-
tailed)
.009 .761 .761
.040 .898 .761 .761 .026
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Soal_
5
Pearson
Correlation
.200 .351* -.175 .359* 1 .258 -.219 .219 .546**
Sig. (2-
tailed)
.264 .045 .329 .040
.147 .220 .220 .001
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
72
65
Soal_
6
Pearson
Correlation
.052 .260 .136 .023 .258 1 -.260 .510** .595**
Sig. (2-
tailed)
.775 .143 .451 .898 .147
.143 .002 .000
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Soal_
7
Pearson
Correlation
-.123 -
.619**
-.365* -.055 -.219 -.260 1 -
.492**
-.374*
Sig. (2-
tailed)
.496 .000 .037 .761 .220 .143
.004 .032
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Soal_
8
Pearson
Correlation
-.022 .365* .112 .055 .219 .510** -
.492**
1 .545**
Sig. (2-
tailed)
.904 .037 .537 .761 .220 .002 .004
.001
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
Skor_t
otal
Pearson
Correlation
.375* .631** .374* .387* .546** .595** -.374* .545** 1
Sig. (2-
tailed)
.032 .000 .032 .026 .001 .000 .032 .001
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
73 66
LAMPIRAN VII
UJI RELIABILITAS KUISIONER
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 33 100.0
Excludeda 0 .0
Total 33 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.613 9
75
74
74
67
LAMPIRAN VIII
TABULASI HASIL KUISIONER
N
o
Respon
den
Soal
_1
Soal
_2
Soal
_3
Soal
_4
Soal
_5
Soal
_6
Soal
_7
Soal
_8
Skor_to
tal
1. H 1 0 0 1 1 1 1 1 6
2. R U D 1 1 1 1 0 1 0 1 5
3. F 1 1 1 1 1 1 0 1 7
4. M 1 1 1 1 1 1 0 1 7
5. M A 1 0 1 1 1 1 0 0 5
6. I 1 1 1 1 1 0 0 0 5
7. K 1 1 1 1 0 1 0 1 6
8. S 1 1 1 1 0 1 0 1 7
9. U N 1 1 1 1 1 1 0 1 7
1
0. A 1 1 1 1 1 1 0 1 7
1
1. S A 1 1 1 1 1 1 0 1 7
1
2. H 1 1 1 1 1 1 0 1 7
1
3. D A 0 1 1 1 1 1 0 1 6
1
4. K 1 1 1 1 1 1 0 1 7
1
5. S 0 1 1 0 0 0 0 0 3
1
6. K 1 0 0 1 1 1 1 0 5
1
7. S P 0 0 0 0 0 1 1 1 3
1
8. H 0 0 0 1 1 1 1 0 4
1
9. S Y 1 1 1 1 1 0 1 0 7
76
74
75
68
2
0. E L M 0 0 1 1 1 0 1 1 5
2
1. S A 1 1 0 1 1 0 0 1 5
2
2. E A 1 1 0 1 1 0 0 1 5
2
3. P Y 0 1 0 1 1 1 0 1 5
2
4. Y B 1 1 0 1 1 1 1 1 7
2
5. M A 1 0 1 1 0 0 1 0 3
2
6. S 1 0 1 1 0 0 1 0 4
2
7. P 0 0 1 1 0 0 1 0 4
2
8. D 0 0 1 1 0 0 0 1 4
2
9. S 1 0 0 1 0 0 1 0 4
3
0. L 1 1 0 1 1 0 1 0 5
3
1. A 1 0 0 1 1 0 0 1 4
3
2. Y 1 1 0 1 1 0 0 0 4
3
3. I 1 0 0 1 0 0 1 0 2
76 69
LAMPIRAN IX
HASIL ANALISIS STATISTIKA HUBUNGAN SPSS
Hasil uji chi-square untuk mengkaji hubungan antara jenis kelamin perawat dengan
pengetahuan perawat
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic Significance
(2-sided)
Pearson Chi-Square 1.424a 2 .491
Likelihood Ratio 1.472 2 .479
Linear-by-Linear Association 1.315 1 .252
N of Valid Cases 33
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.94.
Hasil uji Mann-Whitney untuk mengkaji hubungan antara jenis kelamin perawat
dengan pengetahuan perawat
Test Statisticsa
pengetahuan
Mann-Whitney U 108.500
Wilcoxon W 261.500
Z -1.121
Asymp. Sig. (2-tailed) .262
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .326b
a. Grouping Variable: jeniskelamin
b. Not corrected for ties.
77
70
Hasil uji Spearman rank untuk mengkaji hubungan antara usia perawat dengan
pengetahuan perawat
Correlations
umur perawat
pengetahuan
perawat
Spearman's rho umur perawat Correlation Coefficient 1.000 -.155
Sig. (2-tailed) . .390
N 33 33
pengetahuan perawat Correlation Coefficient -.155 1.000
Sig. (2-tailed) .390 .
N 33 33
Hasil uji Spearman rank untuk mengkaji hubungan antara pendidikan terakhir
perawat dengan pengetahuan perawat
Correlations
pengetahuan
perawat
pendidikan
terakhir
Spearman's rho pengetahuan perawat Correlation Coefficient 1.000 -.178
Sig. (2-tailed) . .322
N 33 33
pendidikan terakhir Correlation Coefficient -.178 1.000
Sig. (2-tailed) .322 .
N 33 33
78
71
Hasil uji Spearman rank untuk mengkaji hubungan antara lama kerja perawat dengan
pengetahuan perawat
Correlations
pengetahuan
perawat
lama kerja
perawat
Spearman's rho pengetahuan perawat Correlation Coefficient 1.000 .018
Sig. (2-tailed) . .920
N 33 33
lama kerja perawat Correlation Coefficient .018 1.000
Sig. (2-tailed) .920 .
N 33 33
Hasil uji Spearman rank untuk mengkaji hubungan antara frekuensi pelatihan
perawat dangan pengetahuan perawat
Correlations
pengetahuan
perawat
frekuensi
pelatihan
perawat
Spearman's rho pengetahuan perawat Correlation Coefficient 1.000 -.412*
Sig. (2-tailed) . .017
N 33 33
frekuensi pelatihan
perawat
Correlation Coefficient -.412* 1.000
Sig. (2-tailed) .017 .
N 33 33
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
79
72
DAFTAR PUSTAKA
American College Of Surgeons. 2014. Resources For Optimal Care Of The Injured
Patient. Chicago : American College Of Surgeons.
Asmuji. 2010. Hubungan Faktor Karakteristik Perawat Dengan Kinerja Perawat Dalam
Pendokumentasi Asuhan Keperawatan Di Instalasi Rawat Inap Rsu Dr. H.
Koesnadi Bondowoso. The Indonesian Journal Of Health Science : Vol. 1, No. 1.
Australasian College For Emergency Medicine. 2016. Guidelines On The
Implementation Of The Australasian Triage Scale In Emergency Department.
Brooker, Cris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : Egc
Ellitan, L., 2003. Peran Sumber Daya Dalam Meningkatkan Pengaruh Tehnologi
Dalam Produktivitas. Universitas Kristen Petra : Surabaya
Evans, J. 1997. Men In Nursing: Exploring The Male Nurse Experience. Nursing
Inquiry, 4(2), Pp.142-145.
Duminggu, F., Mandagi, Chreissye K.F., dan Kawatu, Paul A.T. (2016). Hubungan
Antara Pendidikan Dan Pelatihan Serta Penghargaan Dengan Kinerja Perawat Di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih Gmim Kota Manado. .
E-Journal Unsrat : Vol. 5 No.1.
Fisher, M. . 2009. ‘Being A Chameleon’: Labour Processes Of Male Nurses
Performing Bodywork. Journal Of Advanced Nursing, 65(12), Pp.2668-2677.
80
73
Frykberg, E. 2005. Triage: Principles And Practice. Scandinavian Journal Of Surgery,
94(4), Pp.272-278.
Gabrielle, S., Jackson, D. & Mannix, J., 2008. Older Women Nurses: Health, Ageing
Concerns And Self-Care Strategies. Journal Of Advanced Nursing, 61(3),
Pp.316–325.
Gilboy, N., Tanabe, P., Travers, D. And Rosenau, A. 2012. Emergency Severity Index
(Esi) A Triage Tool For Emergency Department Care. 4th Ed. Rockville: Ahrq
Publication.
Grossman, Florian F., Et Al. 2014. Undertriage In Older Emergency Department
Patients: Tilting Against Windmills. Plos One 9(8) : E106203.
Hasanah, U.N., Nurhayati, Y. & Fitriana, R.N., 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Dan Keterampilan Perawat Dalam Melakukan Tindakan Bantuan Hidup Dasar
(Bhd) Di Rsud Kabupaten Karanganyar. Stikes Kusuma Husada.
Hidayat, Rahman. 2010. Hubungan Faktor Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Premier Surabaya. Electronic Theses And
Dissertations Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hidayati, H. 2014. Standar Pelayanan Kesehatan Pasien Igd Di Rumah Sakit Umum
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Ejournal Administrasi Negara 3(2) : 653-
665.
81
74
Iserson, K. And Moskop, J. 2007. Triage In Medicine, Part I: Concept, History, And
Types. Annals Of Emergency Medicine, 49(3), Pp.275-281.
Juliati. 2008. HUBUNGAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA PERAWAT
PELAKSANA DI RUMAH SAKIT PERTAMEDIKA PANGKALAN
BRANDAN. Jurnal Kesehatan Surya Nusantara : Vol. 2 no 5.
Kasenda, A. 2013. Hubungan Antara Pelatihan Dan Motivasi Dengan Kinerja Perawat
Di Ruang Rawat Inap Rsud Liun Kendage Tahuna. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
Kemenkes, Ri. 2009. Peraturan Menteri Kesehatan Replubik Indonesia Nomor :
856/Menkes/Sk/Ix/2009-Klasifikasi Igd . Jakarta : Kementerian Kesehatan Ri
Khairina, I., Malini, H. & Huriani, E., 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pengambilan Keputusan Perawat Dalam Ketepatan Triase Di Kota
Padang. Indonesian Journal For Health Sciences, 2(1), Pp.1–6.
Khankeh, Hr, Et Al. 2013. Triage Effect On Wait Time Of Receiving Treatment
Services And Patients Satisfaction In The Emergency Department : Example
From Iran. Iran Journals Nurs Midwifery Res 18(1):79-83.
Krisanty, P, Et Al. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Cetakan Pertama.
Jakarta: Penerbit Trans Info Media
82
75
Kumajas, F. W. (2014). Hubungan Karakteristik Individu Dengan Kinerja Perawat Di
Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rsud Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang
Mongondow. Jurnal Kedokteran Sam Ratulangi. 5(2), 210-220
Kurniawan, I. And Prasetyo, Y. (2014). Profil Demografi Dan Kepusan Kerja Perawat
Puskesmas Di Wilayah Kota Malang. Research Report Universitas
Muhammadiyah Malang.
Lāhdet, E., Suserud, B., Jonsson, A. And Lundberg, L. (2009). Analysis Of Triage
Worldwide. Emergency Nurse, 17(4), Pp.16-19.
Lutfi, et Al. (2015). Hubungan Lama Masa Kerja Tenaga Kesehatan Dengan
Kemampuan Triase Hospital Di Instalasi Gawat Darurat Rsud Dr. Abdoer Rahem
Situbondo Kabupaten Situbondo.Jember : Universitas Muhammadiyah Jember.
Lontoh, C. (2013). Pengaruh Pelatihan Teori Bantuan Hidup Dasar Terhadap
Pengetahuan Resusitasi Jantung Paru Siswa-Siswi Sma Negeri 1 Toili. Skripsi.
Manado : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi Manado.
Mackway-Jones, K., Marsden, J. And Windle, J. (2019). Emergency Triage. 3rd Ed.
West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd.
83
76
Majore, C., Kalalo, F. And Bidjuni, H. (2018). Hubungan Kelelahan Kerja Dengan
Kinerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap Rsu Pancaran Kasih Gmim
Manado. Jurnal Keperawatan Fakultas Kedokteran Unsrat, 6(1).
Maslita, Karen. 2017. Gambaran Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang. Jakarta : Uin Syarif Hidayatullah.
Meadus, R. And Twomey, J. (2011). Men Student Nurses: The Nursing Education
Experience. Nursing Forum, 46(4), Pp.269-279.
Nursalam. (2009). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dan Praktik Keperawatan
Profesional, Edisi Kedua. Salemba Medika, Jakarta.
Pakaya, Rustam S., Et Al., 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan
Akibat Bencana. Jakarta : Departemen Kesehatan Ri.
Papathanassoglou, E., et Al. (2005). Practice And Clinical Decision-Making
Autonomy Among Hellenic Critical Care Nurses. Journal Of Nursing
Management, 13(2), Pp.154-164.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu. 27 Mei 2016. Jakarta.
Pradana, A.P.K.A., Setyawan & Rahmawati, I., 2016. Gambaran Pengetahuan Perawat
Dalam Melakukan Triase Di Ugd Rsud Kota Surakarta. Stikes Kusuma Husada.
84
77
Prasetyantoro, I., 2013. Hubungan Ketepatan Penilaian Triase Dengan Tingkat
Keberhasilan Penanganan Pasien Cedera Kepala Di Igd Rsu Pku Muhammadiyah
Bantul. Stikes Aisyiyah:Yogyakarta.
Pratiwi, P.P., Suryani, M. & Sayono, 2013. Kumajas, F. W. (2014). Hubungan
Karakteristik Individu Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Penyakit
Dalam Rsud Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal
Kedokteran Sam Ratulangi. 5(2), 210-220. E-Journal : Stikes Telogorejo.
Prima, Mutia (2010). Studi Komparatif Kinerja Perawat Pelaksana Dalam
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Berdasarkan Karakteristik Ruangan Dan
Status Kepegawaian Di Rs Padang Panjang. Padang: Universitas Andalas.
Rahardjo, Eddy Et Al., 2009. Seri Ppgd Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat/General Emergency Life Support (Gels) Materi Teknis Standar (A B C
D E) Cetakan Keempat. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Rudianti, Yulistiana. (2011). Hubungan Komunikasi Organisasi Dengan Kinerja
Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Salah Satu Rumah Sakit Swasta
Surabaya. Tesis Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Jakarta
Siagian, S.P. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Soeprodjo, R., Mandagi, C. And Engkeng, S. (2017). Hubungan Antara Jenis Kelamin
Dan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V.
85
78
L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi, 6(4).
Soleman, A.A., Palealu, F.J.O. & Maramis, F.R.R., 2017. Hubungan Antara Pelatihan
Dan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Tenaga Keperawatan Di Rumah Sakit Ibu
Dan Anak Kasih Ibu Manado Tahun 2017. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Steel, I Robertson. 2006. Evolution Of Triage Systems. Emergency Medicine Journal
Stichler, J.F., 2013. Healthy Work Environments For The Ageing Nursing
Workforce. Journal Of Nursing Management, 21(7), Pp.956–963.
Stott, A. (2007). Exploring Factors Affecting Attrition Of Male Students From An
Undergraduate Nursing Course: A Qualitative Study. Nurse Education Today,
27(4), Pp.325-332.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Penerbit CV. Alfabeta: Bandung
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Egc.
Sutria, E. Et Al., 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Caring
Perawat Di Ruang Perawatan Interna. Journal Of Islamic Nursing, 2(2).
86
79
Uthaman, T., Chua, T. And Ang, S. (2015). Older Nurses: A Literature Review On
Challenges, Factors In Early Retirement And Workforce Retention. Proceedings
Of Singapore Healthcare, 25(1), Pp.50-55.
Warburton J, Et Al. 2014. Extrinsic And Intrinsic Factors Impacting On The Retention
Of Older Rural Health Care Workers In The North Victorian Public Sector: A
Qualitative Study. Rural Remote Health, 14(3): 2721
Yanti, R.I. & Warsito, B.E., 2013. Hubungan Karakteristik Perawat, Motivasi, Dan
Supervisi Dengan Kualitas Dokumentasi Proses Asuhan Keperawatan. Jurnal
Manajemen Keperawatan, 1(2).