27
BAB V GAMBARAN UMUM ATRAKSI WISATA DI KOTAGEDE Kotagede merupakan daerah di pinggiran kota Yogyakarta. Kotagede merupakan suatu kawasan yang memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi. Selain dikenal sebagai kota perak, tahun 1578 Kotagede adalah ibukota Kerajaan Mataram Islam, yang menjadi cikal bakal Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman. Kota ini terdiri dari jalan-jalan sempit disertai dengan toko- toko perak. Kotagede sekarang terkenal sebagai pusat industri perak di Yogya. Ada sejumlah workshop dimana pengunjung dapat berhenti dan menonton bagaimana perak dibentuk menjadi barang- barang yang unik dan indah. Kawasan Kotagede memiliki empat ruas jalan utama menuju pusat kawasan, yaitu Jalan kemasan, Jalan Mondorakan, Jalan Karanglo dan Jalan Masjid Besar. Dari keempat jalan yang ada di Kotagede, Jalan Kemasan merupakan ruang jalan yang mempunyai pelingkup berupa bangunan lama yang mampu mewakili keunikan kawasan Kotagede dengan perpaduan perkembangan sosial ekonomi di kawasan Kotagede. Sebagai koridor gerbang menuju kawasan Kotagede sekaligus penghubung antara kawasan Kotagede dengan kawasan pusat kota Yogyakarta membawa dampak terhadap perkembangan pelingkup ruang Jalan Kemasan. 5.1. Jenis-Jenis Atraksi Wisata di Kotagede

Gambaran Umum Atraksi Wisata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kotagede

Citation preview

Page 1: Gambaran Umum Atraksi Wisata

BAB V

GAMBARAN UMUM ATRAKSI WISATA

DI KOTAGEDE

Kotagede merupakan daerah di pinggiran kota Yogyakarta. Kotagede merupakan

suatu kawasan yang memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi. Selain dikenal sebagai kota

perak, tahun 1578 Kotagede adalah ibukota Kerajaan Mataram Islam, yang menjadi cikal

bakal Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan

Kadipaten Pakualaman. Kota ini terdiri dari jalan-jalan sempit disertai dengan toko-toko

perak. Kotagede sekarang terkenal sebagai pusat industri perak di Yogya. Ada sejumlah

workshop dimana pengunjung dapat berhenti dan menonton bagaimana perak dibentuk

menjadi barang-barang yang unik dan indah.

Kawasan Kotagede memiliki empat ruas jalan utama menuju pusat kawasan, yaitu

Jalan kemasan, Jalan Mondorakan, Jalan Karanglo dan Jalan Masjid Besar. Dari keempat

jalan yang ada di Kotagede, Jalan Kemasan merupakan ruang jalan yang mempunyai

pelingkup berupa bangunan lama yang mampu mewakili keunikan kawasan Kotagede dengan

perpaduan perkembangan sosial ekonomi di kawasan Kotagede. Sebagai koridor gerbang

menuju kawasan Kotagede sekaligus penghubung antara kawasan Kotagede dengan kawasan

pusat kota Yogyakarta membawa dampak terhadap perkembangan pelingkup ruang Jalan

Kemasan.

5.1. Jenis-Jenis Atraksi Wisata di Kotagede

Menurut Inskeep (1991) atraksi wisata dibagi menjadi tiga, yaitu atraksi wisata alam,

buatan dan budaya.

1. Atraksi wisata alam, menawarkan keaslian alam sebagai daya tarik seperti pantai,

danau, ngarai, goa, dan lain-lain.

2. Atraksi wisata buatan, yang sengaja dibuat manusia untuk menarik wisatawan,

seperti theme park, tempat perbelanjaan, pasar wisata, dan lain-lain.

3. Atraksi wisata budaya, seperti pola hidup masyarakat, adat istiadat, serta bentuk

kebudayaan lain.

Page 2: Gambaran Umum Atraksi Wisata

Atraksi wisata yang berada di Kotagede yaitu Atraksi wisata budaya dan Atraksi

wisata buatan.

Tabel 5.1

Jenis – Jenis Atraksi Wisata di Kotagede

Jenis Atraksi Jenis Kegiatan Nama Atraksi Alamat

Atraksi

Budaya

Sejarah

Kawasan Cagar Budaya

Kotagede

Jalan Masjid BesarHastorenggo

Alun-alun

Between Tho Gates

Mesjid Mataram

Arsitekstur

Kampung Wisata Jl.benteng ciduri

Pasar Legi Jl. Mentaok Raya

Bangunan Tua

Jalan Kemasan, Jalan

Kemasan dan Jalan

Mandorokan

ReligiMakam Bahoewinangoen

Kel. PrengganMakam Keluarga Sastrodipoero

Atraksi Buatan

Kerajinan

Pengrajin Kulit Kec. Rejowinangun

Pengrajin Perak Jalan Kemasan

HS Silver 800-925 Jalan Mondorokan 1,

Tom’s Silver Manifacture Jalan Ngeksigondo

Djoglo Moeljo ArtJalan Mondaraka

UKM Perak

Sepanjang Jalan

Ngeksigondo, Jalan

Kemasan dan Jalan

Mondoraka

Kampung Dalem Jalan Kampung Dalem

Hiburan Gambira Loka Zoo Jalan Kebun Raya No.

1F

Page 3: Gambaran Umum Atraksi Wisata

Kuliner

Roti Kembang WaruJL Bumen, RT 24 RW

06

Coklat Monggo Jl.Kampung Ndalem

Omah Dhuwur Restaurant Jalan Mondorokan

ArsitekturRumah Kalang Tersebar di Seluruh

KotagedeRumah Joglo

5.2. Kondisi Atraksi Wisata di Kotagede

Kondisi Atraksi Wisata di Kotagede yaitu :

a. Atraksi Budaya

Atraksi budaya di Kotagede sendiri dirawat oleh pemerintah melalui masyarakat.

Kondisi dari atraksi budaya senidir saat ini mengalami penurunan dari tahun ke tahun

dikarnakan kurang sadarnya pengunjung wisata untuk menjaga tempat wisata, seperti

membuang sampah sembarangan. Bangunan-bangunan tua pun kurang dipelihara

padahal jika dilihat bangunan tua di Kotagede merupakan asset daerah yang harus

dijaga, banyaknya PKL yang berjualan didepan Bangunan tua membuat bangunan

tersebut terlihat tidak terawat.

b. Atraksi Buatan

Atraksi buatan seperti UKM perak yang berada disepanjang jalan utaman di

Kotagede sampai saat ini belum dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti lahan

parkir. Distributor perak seperti HS Silver, Tom’s dan Djoglo art menampilkan

arsitektur bangunan untuk memikat pembeli. HS Silver termasuk salah satu industri

besar yang membuat workshop tentang cara pembuatan perak. Munculnya berbagai

kampung pengrajin perak dan kulit di Kotagede menjadi perhatian wisatawan pada

saat ini.

5.3. Daya Tarik Atraksi Wisata di Kotagede

Adapun beberapa daya Tarik Atraksi Wisata yang dapat diperhitungkan untuk

mampu mendukung Pariwisata Kotagede yaitu:

a. Sejarah/peninggalan kerajaan Mataram

b. Keanekaragaman kesenian

c. Nilai-nilai Tradisional

d. Bahasa, Aksara, dan Sastra

Page 4: Gambaran Umum Atraksi Wisata

e. Arsitektur Bangunan Tua

f. Bisnis usaha perak dan kulit

Daya Tarik Atraksi di Kotagede dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Atraksi Budaya

Atraksi budaya, seperti pola hidup masyarakat, adat istiadat, serta bentuk

kebudayaan lain.

1. Sejarah

Kawasan Cagar Budaya Kotagede

Kotagede merupakan Ibukota Kerajaan Mataram Islam Pertama (1577),

sebagai penerus Kerajaan Demak dan Pajang. Adat-tradisi yang berkembang

saat itu menjadi cikal bakal budaya Jawa Mataraman yang adi luhung dalam

arti sebagai sumber kekuatan dalam memberi semangat pengabdian pada Sang

Pencipta dan pengabdian pada sesama untuk mencapai keselarasan hidup,

kehidupan dan penghidupan.

Walaupun mengalamai berbagai goncangan seiring dengan perkembangan

zaman (waktu), namun sisa-sisa budaya leluhur tersebut masih dapat dijumpai

sampai saat ini. Kemerosostan tajam budaya Kotagede terjadi sejak

pertengahan abad XX sehingga menjadi perhatian dunia yang menetapkan

Kawasan Kotagede  menjadi salah satu dari 100 pusaka dunia yang

dikhawatirkan akan punah.

Untuk itu pelestarian/ pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Kotagede

perlu segera dilakukan agar  bisa bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan

masayarakat, jati diri daerah, menggugah semangat nasionalisme dan menjaga

salah satu pusaka dunia. Yang unik dalam pengelolaan KCB Kotagede adalah:

“Melestarikan pusaka budaya leluhur (masa lalu) yang masih hidup dalam

kehidupan masa kini untuk meraih kesejahteraan di masa mendatang”. Hal

yang terkandung dalam ungkapan ini adalah:

a) Adanya hidup/ kehidupan yang berarti tumbuh dan berkembang dengan

segala romantika, dinamika dan dialektikanya.

b) Ada dimensi waktu (masa lalu-masa kini-masa depan) berupa satu

rangkaian berkesinambungan dan berkelanjutuan. Keterlibatan semua

pemangku kepentingan perlu digalang untuk mengelola KCB Kotagede ini

Page 5: Gambaran Umum Atraksi Wisata

terutama kemitraan antara Pemerintah, Masyarakat dan Swasta yang sangat

diharapkan untuk bersama mewujudkan salah satu visi Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Masjid Mataram

Mesjid Mataram Merupakan Mesjid utama kerajaan, dimana segala

kehidupan keagamaan Islam negara diselenggarakan. Mesjid Mataram

memiliki sejumlah nama lain yang terkait dengan peran dan fungsinya, yakni

Mesjid Agung, Mesjid Gedhe, Mesjid Jami’. Mesjid Mataram terletak di

selatan Pasar Kotagede, barat Kampung Alun-alun. Mesjid berdiri dalam stu

kompleks dengan Pasareyan Agung Kotagede, dikelilingi oleh tembok

pasangan bata setinggi sekitar 2,5 meter. Mesjid memiliki dua gerbang, yakni

gerbang utama untuk jamaah di sisi timur dan gerbang pelayanan untuk kaum

kudus di sisi utara. Denah bangunan utama berbentuk bujur sangkar, ditutup

dengan din-ding tembok bahan batu putih. Atap utama adalah tajug tumpang

tiga, didukung oleh empat tiang utama saka guru dari kayu. Di dalam ruang

utama terdapat sebuah mimbar yang konon berasal dari Palembang.

Kelengkapan ruangan mesjid antara lain adalah pawestren yaitu serambi

khusus untuk kaum wanita yang berada di sebelah sisi selatan. Selain itu juga

terapat serambi depan yang dikelilingi oleh parit.

Dalam struktur keruangan pusat kerajaan Islam di Jawa, Mesjid

Mataram merupakan salah satu elemen pokok catur gatra Kotagede sebagai

kuthanegara kerajaan Mataram, terletak di sisi barat Alun-alun. Mesjid ini

adalah pusat sakral kerajaan. Di balik Mesjid dimakamkan orang-orang yang

mempunyai kaitan erat dengan ke-beradaan kerajaan Mataram. Dengan

demikian area ini memiliki nilai religius sekaligus spiritual yang sangat tinggi

bagi Keraton Mataram. Mesjid ini adalah juga sebuah simbol dan tengaran

masuknya Islam ke dalam masyarakat tradisional di pedalaman Jawa yang

pada saat itu masih didominasi oleh kepercayaan asli dan Hindu. Kepercayaan

asli muncul dalam penata¬annya yang menyatu dengan ma¬kam para tokoh,

sedang karakter Hindu terlihat pada langgam rancangan pagar keliling dan

gapura. Unsur air yang mengelilingi tempat ibadah juga merupakan kelanjutan

dari unsur Hindu. Bangunan mesjid merupakan salah satu bangunan tertua

non-candi di wilayah Yogyakarta, meski sudah mengalami beberapa kali

Page 6: Gambaran Umum Atraksi Wisata

renovasi, dan telah dimasukkan dalam bangunan yang harus dilestarikan.

Bahwa ini adalah mesjid kerajaan ditandai di antaranya dengan mus¬taka yang

berciri khas mesjid keprabon. Arsitektur mesjid pada ruang sholat utama

menggunakan tipe bangunan tajug. angunan serambi Mesjid ditutup dengan

atap limasan, emperan menggunakan konstruksi kuda-kuda sederhana

(trusses), sedang kuncung-nya berupa pelana atau kampung. Dalam

sejarahnya, pada masa Pemanahan awalnya mesjid masih berupa langgar.

Oleh Senapati, bangunan langgar ini kemudian dipindahkan atau digeser

menjadi cungkup makam, sedangkan di tempat tersebut didirikan bangunan

mesjid induk. Hal itu terjadi tahun 1587, sebagai¬mana tertera pada kelir

gapura mesjid. Tahun itu adalah saat keruntuhan Pajang, dan pendirian

kerajaan Mataram. Dengan demikian Mesjid Mataram menandai sa-at

penobatan Senapati menjadi raja di Keraton Mataram.

Mesjid kemudian ditambah dengan serambi oleh Sultan Agung. Di

dalam kompleks Mesjid Mataram terdapat sejumlah bangunan lain, seperti

bangsal paseban dalam serta tempat wudhu. Bangunan tertentu adalah

tambahan saat Mataram sudah pecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta,

sehingga bangunan-bangunan tersebut juga di-siapkan oleh dan bagi kedua

pi¬hak. Mesjid ini juga dilengkapi kolam di depan serambinya, agar orang

yang masuk sudah suci dan terbebas dari hal-hal yang kotor atau najis. Pada

tahun 1919, Mesjid pernah mengalami kebakaran besar. Sekitar tahun 1920,

Yayasan Muhammadiyah ikut memberikan kontri¬busi terhadap peningkatan

mesjid. Diberikan tambahan emperan pada serambi mesjid. Selain itu parit

depan dan samping serambi ditutup, dan sebagai gantinya disiap¬kan tempat

wudhu memakai kran. Atap sirap juga diganti dengan genteng.

Hastorenggo

Hastarenggo merupakan makam dari kerabat dari keluarga Sultan.

pengunjung yang datang tidak hanya hanya keluarga keraton tetapi

parawisatawan maupun peziarahnya pun banyak yang berdatangan kemakam

ini. perayaan ataupun acara yang sering dilakukan dimakam ini diadakan

setiap Malam Jumat Pon karena diadakan tahlilan untuk memperingati

meninggalnya Kanjeng Panembahan Senopati Raja Mataram 1 dan juga

malam 1 syuro.

Page 7: Gambaran Umum Atraksi Wisata

Alun-alun

Alun-alun yang pada jaman kerajaan mataram terdahulu saat ini telah

berubah menjadi permukiman warga

Between Tho Gates (di antara dua Gerbang)

Di kampung alun-alun Purbayan terdapat sebuah lingkungan kecil yang

terdiri dari beberapa rumah yang bernuansa adat jawa, untuk masuk ke

lingkungan tersebut terdapat Gerbang penyambutan

2. Arsitektur

Kampung Wisata

Di kampung wisata ini merupakan kelompok swadaya masyarakat yang

peduli cagar budaya (local partner) dan bertindak untuk pelestarian bangunan

cagar budaya yang rusak karena gempa tahun 2009. dalam kampung wisata ini

terdapat puing-puing sisa dari kerjaan mataram dan kegiatan warga lainnya

berupa sanggar kesenian

Pasar Legi

Tata kota kerajaan Jawa biasanya menempatkan kraton, alun-alun dan

pasar dalam poros selatan - utara. Kitab Nagarakertagama yang ditulis pada

masa Kerajaan Majapahit (abad ke-14) menyebutkan bahwa pola ini sudah

digunakan pada masa itu. Pasar tradisional yang sudah ada sejak jaman

Panembahan Senopati masih aktif hingga kini. Setiap pagi legi dalam kalender

Jawa, penjual, pembeli, dan barang dagangan tumpah ruah di pasar ini.

Bangunannya memang sudah direhabilitasi, namun posisinya tidak berubah.

Bila ingin berkelana di Kotagede, Anda bisa memulainya dari pasar ini lalu

berjalan kaki ke arah selatan menuju makam, reruntuhan benteng dalam, dan

beringin kurung.

Bangunan Tua

Bangunan Tua ini dibangun oleh penduduk asli dan berstatus miliki

masyarakat (individu). Dari tahun 1941 hingga saat ini fungsi bangunan

sebagai tempat tinggal yang diwariskan kepada ahli warisnya. Saat pagi

bagian depan bangunan tua ini digunakan untuk berdagangan sayur.

Page 8: Gambaran Umum Atraksi Wisata

3. Religi

Makam Bahoewinangoen dan Makam Keluarga Sastrodipoero

Makam peninggalan secara yang statusnya diakui pemerintah sebagai aset

daerah, pada waktu tertentu ramai pengunjung untuk berdoa.

b. Atraksi Buatan

Atraksi buatan, yang sengaja dibuat manusia untuk menarik wisatawan, seperti

theme park, tempat perbelanjaan, pasar wisata, dan lain-lain.

1. Kerajinan

Pengrajin Kulit

Pengrajin Perak

Usaha membuat barang-barang seni dari perak. Mula-mula barang tersebut

belum dimaksudkan untuk mencari keuntungan secara besar-besar, tetapi

sekedar untuk men-cukupi kebutuhan sehari-hari. Usaha Pengrajin perak

tersebut pada akhirnya mengalami perkembang-an dengan adanya organisasi

dan spesialisasi menjadi perusahaan perak. Walaupun sudah disebut sebagai

perusahaan yang tujuan-nya adalah untuk mencari keun-tungan, tetapi sifat

kerajinan perak tidak banyak mengalami peru-bahan. Perak masih dikerjakan

dengan cara yang sama, yaitu se-bagai bentuk kerajinan yang me-nuntut

keterampilan tangan. Peralatan dan proses pembuatan kerajinan perak secara

tradisional di rumah-rumah penduduk Kotagede.

Ciri perak Kotagede pada masa lalu, berupa bentuk yang khas dan

tradisional, dan cenderung statis. Baik cara mengerjakan maupun bentuk

motifnya selalu mengikuti naluri yang telah diwariskan nenek moyang, serta

sesuai dengan pe-tunjuk para ahli dari keraton, ka-rena keraton sebagai pusat

seni dan kebudayaan. Hubungan para pedagang perak menjadi sangat dekat

dengan para keluarga kera-ton, sebab mereka selalu melayani pesanan barang-

barang kerajinan emas dan perak yang dibutuhkan. Oleh karenanya barang-

barang ke-rajinan perak Kotagede mempu-nyai bentuk dan motif tertentu, se-

suai dengan kebutuhan dan pe-sanan keraton. Misalnya adalah ti-mang (untuk

Page 9: Gambaran Umum Atraksi Wisata

ikat pinggang), kalung tempat sirih, tempat bedak, ceplok guling, ceplok

bantal.

Dalam perkembangan Pengrajin perak tersebut, kini para perajin perak, tidak

lagi mengerjakan berdasarkan pesanan dari pihak keraton. Mereka kini

mengerjakan secara bebas, bahkan berkreasi sendiri dengan bentuk-bentuk

yang cenderung populer, kontemporer dan disesuaikan dengan selera para

konsumen perak.

Hasil produk perak Kotagede dengan beraneka macam variasi, dengan

nilai estetika tinggi Sekurangnya ada empat jenis tipe produk yang ada di

Kotagede, saat ini ialah: tatah ukir (bertekstur me-nonjol), casting

(menggunakan alat-alat cetak), filigri (tekstur ber-lubang-lubang), dan

kerajinan tangan (handmade). Khususnya pada kerajinan yang handmade, me-

merlukan kecermatan, ketelitian dan keahlian tertentu.

HS Silver 800-925

Tom’s Silver Manifacture

Djoglo Moeljo Art

UKM Perak

Terdapat di sepanjang Jalan Ngeksigondo, Jalan Mondoraka dan Jalan

kemasan Kotagede merupakan toko penjual kerajinan dari perak. Ada yang

memiliki pegawai sendiri dan juga ada yang hanya mensuplai dari pengrajin

rumahan,

Kampung Dalem

Kampung dalem merupakan kampung yang mana di dalamnya mayoritas

para pengrajin-pengrajin perak ,emas , dll

2. Kuliner

Roti Kembang Waru

Kampung Bumen berada di sekitar 600 meter di timur laut Pasar Kotagede.

Nama Bumen berasal dari Mangkubumen. Mangkubumen artinya tempat

kediaman Mangkubumi seorang Pangeran yang masih saudara dengan

Panembahan Senapati. Kampung Bumen merupakan sentra industri

pengelolaan roti kembang waru secara tradisional. Pengolah roti kembang

waru berhimpun dalam paguyuban koperasi yang bernama Purba Arum,

beranggotakan 23 keluarga. Peralatan pengolah roti kembang waru yaitu,

Page 10: Gambaran Umum Atraksi Wisata

memanfaatkan sisa-sisa ketrampilan kejayaan industri rumah tangga blek yang

cara membuatnya banyak mempergunakan sentuhan patri nyuk. Perkakas roti

kembang waru mempergunakan jasa patri nyuk seperti alat oven, berbagai

bentuk loyan persegi, dan cetakan kembang waru sendiri

Makanan tradisional khas Kotagede yang dibuat dari bahan tepung beras

dengan bumbunya: telur, gula pasir, mentega/minyak kelapa, vanili, kayu

manis jangan yang dihaluskan, dan santan. Cara membuatnya: telur dan gula

dikocok sampai rata, kemudian tepung dan vanili dimasukkan dia¬duk-aduk

sampai rata, setelah itu dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk kembang

waru dan di pan dengan dioseri (diolesi) mentega/ minyak kelapa. Makanan

ini disaji¬kan dan disimpan ke dalam lodhong/toples.

Salah satu pengusaha roti kembang waru yang masih bertahan, adalah

“Roti Kembang Waru Bu Teguh” , beralamat di Bumen RW 06/24 Kotagede.

Untuk memperoleh roti kembang waru Bu Teguh, harus memesan terlebih

dahulu (tidak menjual bebas di pasaran)

Coklat Monggo

Tempat wisata kuliner coklat "the finest indonesian chocolate" ini adalah

wisata kuliner yang terdapat di Kotagede. Coklat Monggo sudah terkenal

hingga ke penjuru dunia dikarnakan keasliaan coklat bernuansakan adat Jawa,

coklat dibuat dari rempah-rempah yang menjadikan daya Tarik.

Omah Dhuwur Restaurant

3. Hiburan

Gambira Loka Zoo

Awal pembangunan Kebun Binatang dan Kebun Raya Gembira Loka

berasal dari keinginan Sri Sultan Hamengkubuwono XIII pada tahun 1933

akan sebuah tempat hiburan yang di kemudian hari dinamakan kebun Rojo.

Ide tersebut direalisasikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dengan

bantuan Ir. Karsten (arsitek asal Belanda). Di Gembira Loka Zoo terdapar

berbagai jenis hewan seperti halnya di kebun binatang lainnya. Adapun jenis

hewan yang terdapat didalamnya antara lain: harimau, simpanse, Arapaima,

Ular dan juga terdapat Bird Park (taman burung) yang merupakan lokasi

paling lengkap diantara semua wahana yang ada di Gembira Loka Zoo.

Terdapat sedikitnya 60-an jenis burung dan lebih dari 340aan ekor satu

Page 11: Gambaran Umum Atraksi Wisata

avesyang dantara ny seperti elang,pelikan, cendrawasih. Dalam Gembira Loka

Zoo memiliki gelar satwa terampil diamana bermacam-macam. Dimana

bermacam macam satwa menampilkan keterampilan diatas panggung. Satwa

satwa yang dapat disaksikan antara lain Kakatua Jambul Kuning, Lindsang,

Burung Kankareng, Burung Julang emas, beruang madu dan orang utan.

4. Arsitektur

Rumah Kalang

Merupakan satu tipe rumah khas Kotagede yang dimiliki oleh masyarakat

Kalang, yakni kaum saudagar yang tinggal di Tegalgendhu dan sekitarnya.

Omah kalang pada dasarnya adalah rumah tradisional Jawa namun sudah

mendapat sentuhan dan pengaruh luar, teru¬tama Barat, serta memiliki citra

megah. Arsitektur omah kalang memakai basis tata ruang rumah Jawa, namun

dalam sistem kons¬truksi dan penyelesaian akhirnya (finishing) ditandai

dengan adopsi teknologi dan gaya estetika dari Barat. Misalnya rumah struktur

tembok, konstruksi rangka atap kuda-kuda, tiang besi cor atau tiruan dari

kayu, kaca patri, aplikasi jendela atas, gaya barok dan neo-klasik, dan

sebagainya. Dari sudut pandang lokal, omah kalang memberikan wacana baru

dalam berarsitektur; meski bagi beberapa orang Barat penyelesaian omah

kalang pada awalnya dulu kadang dianggap aneh atau tidak wajar

Berbeda dengan rumah tradisional yang bentuk penyelesaiannya selalu

bersifat tetap-berulang, pembangunan omah kalang tidak lepas dari mode pada

zamannya, sesuai dengan sifat masyarakat Kalang yang terbuka terhadap

pengaruh luar. Omah kalang dari periode awal masih kental bernuansa Jawa

(misalnya Dalem Prayadranan), produk periode modernisme ba¬nyak

mengaplikasi teknologi beton bertulang, periode awal kemerde¬kaan ditandai

dengan atap tinggi berventilasi, dan seterusnya hingga muncul faham

regionalisme da¬lam arsitektur yang diwujudkan de-ngan implementasi

kembali bentuk klasik Jawa.

Rumah Joglo

Salah satu tipe bentuk rumah atau bangunan tradisional Jawa selain Tajug,

Limasan, Kampung, dan Panggang Pe, adalah Joglo. Tipe ini memiliki ciri

atap yang meninggi atau memuncak di bagian tengah yang disebut brunjung.

Oleh sebab itu joglo disebut juga tikelan (tikel = patah), karena atap joglo

Page 12: Gambaran Umum Atraksi Wisata

seakan¬akan patah-patah oleh perbedaan sudut kemiringan bidang atap. Joglo

merupakan bangunan hunian tipe ideal dari rumah Jawa. Bangunan jenis ini

memiliki sistem struktur dan konstruksi yang cukup rumit dan membutuhkan

material khusus dan banyak. Misalnya untuk saka guru diperlukan kayu

dimensi besar, panjang, dan lurus. Bangunan tipe joglo memiliki sejumlah

varian, di antaranya joglo lawakan, sinom, pangrawit, mang¬kurat, hageng,

semar tinandhu.

Karena memiliki nilai prestisius tersendiri, joglo biasanya dibangun oleh

para ningrat atau bangsawan atau untuk fungsi dan fasilitas yang berhubungan

dengan kepen-tingan kerajaan. Di Kotagede, kehadiran bangunan tipe joglo

terasa sangat kental. Rumah joglo dapat dijumpai di setiap kampung asli

dalam jumlah yang cukup signifikan. Dapat dipahami mengingat pada

awalnya dahulu Kotagede merupakan pusat kekuasaan Keraton Mataram,

sebuah kerajaan Jawa yang sangat berpengaruh.

Selain sejumlah joglo besar tempat tinggal para bangsawan dan peja¬bat

tinggi kerajaan, lebih banyak lagi joglo-joglo yang dimiliki oleh kaum abdi

dalem yang lebih rendah. Justru pada saat sekarang, joglo-joglo inilah yang

masih bertahan sehingga membentuk ciri arsitektur Kotagede. Joglo milik

orang biasa umumnya lebih sederhana dalam hal tata ruang dan sistem

konstruksinya, yakni berupa joglo lawakan. oglo milik masyarakat biasa di

wilayah kota tidak memiliki gandhok dan pawon tersendiri, namun berupa

bangunan pelengkap yang disebut kulon omah untuk bangunan tam-bahan

yang berada di barat dalem, dan wetan omah untuk yang berada di timur

dalem. Sedangkan pawon karena posisinya di belakang dalem disebut mburi

omah (lihat juga entri wetan omah, kulon omah, gandhok, pa-won). Perlu

dicatat bahwa yang dimaksud dengan masyarakat biasa di Kotagede adalah

anak-turun perangkat dan abdi dalem Keraton Mataram.

Rumah joglo yang terdapat di alun-alun terdapat 9 joglo yang berstatus

miliki masyarakat ditempat tersebut. Rumah joglo sesudah runtuhnya kerajaan

mataram yaitu pada tahun 1830 salah satu pemilik rumah jogo adalah Joko

Nugroho. Terdapat juga rumah joglo bercampur nuasan modern di kelurahan

Prenggan. Secara umum perkembangan rumah Joglo di Kotagede berkembang

pesat dikarnakan tidak ada lagi peraturan yang membatasi kalangan tertentu

Page 13: Gambaran Umum Atraksi Wisata

untuk membangun Rumah Joglo. Pembangunan Rumah Joglo saat ini telah

bercampur dengan nuansa modern.

Page 14: Gambaran Umum Atraksi Wisata

5.4. Potensi dan Masalah Atraksi Wisata di Kotagede

Atraksi wisata yang ada di Kotagede tentunya memiliki potensi yang dapat mengembangangkan atraksi dan masalah yang

dihadapi hingga saat ini. Untuk lebih jelasnya dapat melihat tabel di bawah ini

Tabel 5.3

Potensi dan Masalah Atraksi Wisata di Kotagede

Jenis Atraksi Jenis Kegiatan Nama Atraksi Potensi Masalah

Atraksi Budaya

Sejarah

Kawasan Cagar Budaya

Kotagede

Hastorenggo

Alun-alun

Between Tho GatesMemiliki kisah sejarah di dalamnya dan

memiliki bentuk arsitektur di dalamnya.

Kurang bersihnya daerah disekitar gerbang

Mesjid Mataram

Arsitekstur Kampung Wisata

Pasar Legi

Jika dirawat, terutama untuk masalah

kebersihan dan ketertiban tentu akan lebih

meningkatkan kenyamanan wisatawan yang

berkunjung untuk sekedar melihat proses jual

beli ataupun ikut serta dalam berbelanja di

pasar tersebut.

Kurang teraturnya sistem parkir disekitar tempat

tersebut membuat tingkat kenyamanan pengguna

jalan yang melintas di sekitar daerah tersebut.

Bangunan Tua Jika dirawat dan di perbaiki dapat dijadikan

museum yang menonjolkan keindahan

arsitektur.

Kurangnya perhatian pemerintah pada bangunan-

bangunan tua. Dan di depan bangunan tua

terdapat banyak PKL yang berjualan

Page 15: Gambaran Umum Atraksi Wisata

Religi

Makam Bahoewinangoen

Merupakan makam orang penting di

Kotagede, yang membuat wisatawan datang

berkunjung.

Kurangnya infrastruktur pendukung seperti

pencahayaan.Makam Keluarga

Sastrodipoero

Makam keluarga Sastrodipoero yang

dijadikan aset daerah, dikarnakan makam ini

telah ada sejak tahun 18xx-an. Sehingga jika

dilihat banyak nisan keluarga yang berbeda

mengikuti jaman.

Atraksi Buatan Kerajinan

Pengrajin Kulit

kegiatan masih layak dikembangkan

dikarenakan banyaknya peminat setiap

bulannya.

Stok bahan baku yang sulit didapatkan.

Pengrajin Perak

Banyak peminat asing yang datang ke

Kotagede hanya untuk melihat pengrajin

perak

Pemerintah belum mendukung sepenuhnya

kegiatan ini, terutama pada bagian pemasaran

HS Silver 800-925

HS Silver adalah industri besar yang rutin

mengadakan workshop tentang pembuatan

perak, sehinnga HS Silver tidak pernah sepi

pengunjung. Lokasi HS Silver 800-925 juga

dekat dengan gerbang awal masuk ke

Kecamatan Kotagede.

Jika padat pengunjung, bis yang datang membuat

macet jalan sekitar.

Tom’s Silver Manifacture Luas kawasan sangat besar dan dapat diisi

oleh kendaraan wisata yang besar serta dapat

dilihat hasil karya terbaik yang diabadikan

pada etalase. Pengunjung yang datang tidak

hanya dari luar Jawa melainkan dari luar

Kurangnya pemasaran dan lamanya waktu

operasional toko

Page 16: Gambaran Umum Atraksi Wisata

negeri

Djoglo Moeljo Art

Atraksi ini memikat dikarnakan berada pada

rumah adat Joglo dan telah lama berada pada

lokasi tersebut (usaha turun-temurun)

Kurangnya lahan parkir pada lokasi atraksi

sehingga jika pada musim liburan kendaraan

wisatawan menyebabkan macet

UKM Perak

Berada pada satu koridor jalan yang dapat

memuaskan hasrat berbelanja wisatawan

dengan pilihan yang banyak

Kurangnya lahan parkir pada lokasi atraksi

sehingga jika pada musim liburan kendaraan

wisatawan menyebabkan macet

Kampung Dalem

Kampung yang berisikan pengrajin perak,

emas dll. Sehingga membuat wisatawan dapat

menyaksikan proses pembuatan perak dll

secara langsung.

Kurangnya dukungan pemerintah.

HiburanGambira Loka Zoo

Merupakan satu satunya hiburan modern

keluarga yang ada di Kotagede.

Pemasaran yang kurang.

Kuliner

Roti Kembang Waru

Roti kembang waru merupakan makanan

khas Kotagede. Salah satu pengusaha roti

kembang waru yang masih bertahan, adalah

“Roti Kembang Waru Bu Teguh”.

Untuk memperoleh roti kembang waru Bu

Teguh, harus memesan terlebih dahulu (tidak

menjual bebas di pasaran) sehingga bagi

wisatawan yang datang dalam waktu singkat

tidak dapat menikmati kuliner khas ini.

Coklat Monggo

Coklat bernuansakan adat jawa, terdapat

coklat yang dibuat dari rempah-rempah asli

Jogja yang terkenal hingga ke luar negeri. Di

toko sendiri terdapat pertunjukan pembuatan

coklat yang bias dinikmati pengunjung.

Harga yang cukup mahal.

Omah Dhuwur Restaurant Dapat menjadi tujuan tetap wisatawan yang

berkunjung ke kota jogja yang ingin

Jam operasional toko yang tidak menentu

sehingga membingungkan pengunjung untuk

Page 17: Gambaran Umum Atraksi Wisata

menikmati kuliner khas. datang.

Arsitektur

Rumah Kalang

Rumah khas Jogja yang memiliki arsitektur

indah mencirikan Kotagede.

Hanya kalangan tertentu yang dapat membuat

rumah kalang, dikarnakan biaya yang sangat

besar diperlukan untuk membuat rumah kalang.

Rumah Joglo

Rumah khas Jogja yang memiliki arsitektur

indah mencirikan Kotagede. Rumah Joglo

bisa dibuat oleh seluruh kalangan di

Kotagede

Pembuatan rumah Joglo yang tidak beraturan,

membuat pemerintah mengeluarkan peraturan

sendiri untuk mencegah ketidakberaturan

pembangunan.

Page 18: Gambaran Umum Atraksi Wisata

5.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Atraksi Wisata di Kotagede