Upload
ney-nella-chenil
View
42
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kotagede
Citation preview
BAB V
GAMBARAN UMUM ATRAKSI WISATA
DI KOTAGEDE
Kotagede merupakan daerah di pinggiran kota Yogyakarta. Kotagede merupakan
suatu kawasan yang memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi. Selain dikenal sebagai kota
perak, tahun 1578 Kotagede adalah ibukota Kerajaan Mataram Islam, yang menjadi cikal
bakal Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan
Kadipaten Pakualaman. Kota ini terdiri dari jalan-jalan sempit disertai dengan toko-toko
perak. Kotagede sekarang terkenal sebagai pusat industri perak di Yogya. Ada sejumlah
workshop dimana pengunjung dapat berhenti dan menonton bagaimana perak dibentuk
menjadi barang-barang yang unik dan indah.
Kawasan Kotagede memiliki empat ruas jalan utama menuju pusat kawasan, yaitu
Jalan kemasan, Jalan Mondorakan, Jalan Karanglo dan Jalan Masjid Besar. Dari keempat
jalan yang ada di Kotagede, Jalan Kemasan merupakan ruang jalan yang mempunyai
pelingkup berupa bangunan lama yang mampu mewakili keunikan kawasan Kotagede dengan
perpaduan perkembangan sosial ekonomi di kawasan Kotagede. Sebagai koridor gerbang
menuju kawasan Kotagede sekaligus penghubung antara kawasan Kotagede dengan kawasan
pusat kota Yogyakarta membawa dampak terhadap perkembangan pelingkup ruang Jalan
Kemasan.
5.1. Jenis-Jenis Atraksi Wisata di Kotagede
Menurut Inskeep (1991) atraksi wisata dibagi menjadi tiga, yaitu atraksi wisata alam,
buatan dan budaya.
1. Atraksi wisata alam, menawarkan keaslian alam sebagai daya tarik seperti pantai,
danau, ngarai, goa, dan lain-lain.
2. Atraksi wisata buatan, yang sengaja dibuat manusia untuk menarik wisatawan,
seperti theme park, tempat perbelanjaan, pasar wisata, dan lain-lain.
3. Atraksi wisata budaya, seperti pola hidup masyarakat, adat istiadat, serta bentuk
kebudayaan lain.
Atraksi wisata yang berada di Kotagede yaitu Atraksi wisata budaya dan Atraksi
wisata buatan.
Tabel 5.1
Jenis – Jenis Atraksi Wisata di Kotagede
Jenis Atraksi Jenis Kegiatan Nama Atraksi Alamat
Atraksi
Budaya
Sejarah
Kawasan Cagar Budaya
Kotagede
Jalan Masjid BesarHastorenggo
Alun-alun
Between Tho Gates
Mesjid Mataram
Arsitekstur
Kampung Wisata Jl.benteng ciduri
Pasar Legi Jl. Mentaok Raya
Bangunan Tua
Jalan Kemasan, Jalan
Kemasan dan Jalan
Mandorokan
ReligiMakam Bahoewinangoen
Kel. PrengganMakam Keluarga Sastrodipoero
Atraksi Buatan
Kerajinan
Pengrajin Kulit Kec. Rejowinangun
Pengrajin Perak Jalan Kemasan
HS Silver 800-925 Jalan Mondorokan 1,
Tom’s Silver Manifacture Jalan Ngeksigondo
Djoglo Moeljo ArtJalan Mondaraka
UKM Perak
Sepanjang Jalan
Ngeksigondo, Jalan
Kemasan dan Jalan
Mondoraka
Kampung Dalem Jalan Kampung Dalem
Hiburan Gambira Loka Zoo Jalan Kebun Raya No.
1F
Kuliner
Roti Kembang WaruJL Bumen, RT 24 RW
06
Coklat Monggo Jl.Kampung Ndalem
Omah Dhuwur Restaurant Jalan Mondorokan
ArsitekturRumah Kalang Tersebar di Seluruh
KotagedeRumah Joglo
5.2. Kondisi Atraksi Wisata di Kotagede
Kondisi Atraksi Wisata di Kotagede yaitu :
a. Atraksi Budaya
Atraksi budaya di Kotagede sendiri dirawat oleh pemerintah melalui masyarakat.
Kondisi dari atraksi budaya senidir saat ini mengalami penurunan dari tahun ke tahun
dikarnakan kurang sadarnya pengunjung wisata untuk menjaga tempat wisata, seperti
membuang sampah sembarangan. Bangunan-bangunan tua pun kurang dipelihara
padahal jika dilihat bangunan tua di Kotagede merupakan asset daerah yang harus
dijaga, banyaknya PKL yang berjualan didepan Bangunan tua membuat bangunan
tersebut terlihat tidak terawat.
b. Atraksi Buatan
Atraksi buatan seperti UKM perak yang berada disepanjang jalan utaman di
Kotagede sampai saat ini belum dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti lahan
parkir. Distributor perak seperti HS Silver, Tom’s dan Djoglo art menampilkan
arsitektur bangunan untuk memikat pembeli. HS Silver termasuk salah satu industri
besar yang membuat workshop tentang cara pembuatan perak. Munculnya berbagai
kampung pengrajin perak dan kulit di Kotagede menjadi perhatian wisatawan pada
saat ini.
5.3. Daya Tarik Atraksi Wisata di Kotagede
Adapun beberapa daya Tarik Atraksi Wisata yang dapat diperhitungkan untuk
mampu mendukung Pariwisata Kotagede yaitu:
a. Sejarah/peninggalan kerajaan Mataram
b. Keanekaragaman kesenian
c. Nilai-nilai Tradisional
d. Bahasa, Aksara, dan Sastra
e. Arsitektur Bangunan Tua
f. Bisnis usaha perak dan kulit
Daya Tarik Atraksi di Kotagede dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Atraksi Budaya
Atraksi budaya, seperti pola hidup masyarakat, adat istiadat, serta bentuk
kebudayaan lain.
1. Sejarah
Kawasan Cagar Budaya Kotagede
Kotagede merupakan Ibukota Kerajaan Mataram Islam Pertama (1577),
sebagai penerus Kerajaan Demak dan Pajang. Adat-tradisi yang berkembang
saat itu menjadi cikal bakal budaya Jawa Mataraman yang adi luhung dalam
arti sebagai sumber kekuatan dalam memberi semangat pengabdian pada Sang
Pencipta dan pengabdian pada sesama untuk mencapai keselarasan hidup,
kehidupan dan penghidupan.
Walaupun mengalamai berbagai goncangan seiring dengan perkembangan
zaman (waktu), namun sisa-sisa budaya leluhur tersebut masih dapat dijumpai
sampai saat ini. Kemerosostan tajam budaya Kotagede terjadi sejak
pertengahan abad XX sehingga menjadi perhatian dunia yang menetapkan
Kawasan Kotagede menjadi salah satu dari 100 pusaka dunia yang
dikhawatirkan akan punah.
Untuk itu pelestarian/ pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Kotagede
perlu segera dilakukan agar bisa bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan
masayarakat, jati diri daerah, menggugah semangat nasionalisme dan menjaga
salah satu pusaka dunia. Yang unik dalam pengelolaan KCB Kotagede adalah:
“Melestarikan pusaka budaya leluhur (masa lalu) yang masih hidup dalam
kehidupan masa kini untuk meraih kesejahteraan di masa mendatang”. Hal
yang terkandung dalam ungkapan ini adalah:
a) Adanya hidup/ kehidupan yang berarti tumbuh dan berkembang dengan
segala romantika, dinamika dan dialektikanya.
b) Ada dimensi waktu (masa lalu-masa kini-masa depan) berupa satu
rangkaian berkesinambungan dan berkelanjutuan. Keterlibatan semua
pemangku kepentingan perlu digalang untuk mengelola KCB Kotagede ini
terutama kemitraan antara Pemerintah, Masyarakat dan Swasta yang sangat
diharapkan untuk bersama mewujudkan salah satu visi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Masjid Mataram
Mesjid Mataram Merupakan Mesjid utama kerajaan, dimana segala
kehidupan keagamaan Islam negara diselenggarakan. Mesjid Mataram
memiliki sejumlah nama lain yang terkait dengan peran dan fungsinya, yakni
Mesjid Agung, Mesjid Gedhe, Mesjid Jami’. Mesjid Mataram terletak di
selatan Pasar Kotagede, barat Kampung Alun-alun. Mesjid berdiri dalam stu
kompleks dengan Pasareyan Agung Kotagede, dikelilingi oleh tembok
pasangan bata setinggi sekitar 2,5 meter. Mesjid memiliki dua gerbang, yakni
gerbang utama untuk jamaah di sisi timur dan gerbang pelayanan untuk kaum
kudus di sisi utara. Denah bangunan utama berbentuk bujur sangkar, ditutup
dengan din-ding tembok bahan batu putih. Atap utama adalah tajug tumpang
tiga, didukung oleh empat tiang utama saka guru dari kayu. Di dalam ruang
utama terdapat sebuah mimbar yang konon berasal dari Palembang.
Kelengkapan ruangan mesjid antara lain adalah pawestren yaitu serambi
khusus untuk kaum wanita yang berada di sebelah sisi selatan. Selain itu juga
terapat serambi depan yang dikelilingi oleh parit.
Dalam struktur keruangan pusat kerajaan Islam di Jawa, Mesjid
Mataram merupakan salah satu elemen pokok catur gatra Kotagede sebagai
kuthanegara kerajaan Mataram, terletak di sisi barat Alun-alun. Mesjid ini
adalah pusat sakral kerajaan. Di balik Mesjid dimakamkan orang-orang yang
mempunyai kaitan erat dengan ke-beradaan kerajaan Mataram. Dengan
demikian area ini memiliki nilai religius sekaligus spiritual yang sangat tinggi
bagi Keraton Mataram. Mesjid ini adalah juga sebuah simbol dan tengaran
masuknya Islam ke dalam masyarakat tradisional di pedalaman Jawa yang
pada saat itu masih didominasi oleh kepercayaan asli dan Hindu. Kepercayaan
asli muncul dalam penata¬annya yang menyatu dengan ma¬kam para tokoh,
sedang karakter Hindu terlihat pada langgam rancangan pagar keliling dan
gapura. Unsur air yang mengelilingi tempat ibadah juga merupakan kelanjutan
dari unsur Hindu. Bangunan mesjid merupakan salah satu bangunan tertua
non-candi di wilayah Yogyakarta, meski sudah mengalami beberapa kali
renovasi, dan telah dimasukkan dalam bangunan yang harus dilestarikan.
Bahwa ini adalah mesjid kerajaan ditandai di antaranya dengan mus¬taka yang
berciri khas mesjid keprabon. Arsitektur mesjid pada ruang sholat utama
menggunakan tipe bangunan tajug. angunan serambi Mesjid ditutup dengan
atap limasan, emperan menggunakan konstruksi kuda-kuda sederhana
(trusses), sedang kuncung-nya berupa pelana atau kampung. Dalam
sejarahnya, pada masa Pemanahan awalnya mesjid masih berupa langgar.
Oleh Senapati, bangunan langgar ini kemudian dipindahkan atau digeser
menjadi cungkup makam, sedangkan di tempat tersebut didirikan bangunan
mesjid induk. Hal itu terjadi tahun 1587, sebagai¬mana tertera pada kelir
gapura mesjid. Tahun itu adalah saat keruntuhan Pajang, dan pendirian
kerajaan Mataram. Dengan demikian Mesjid Mataram menandai sa-at
penobatan Senapati menjadi raja di Keraton Mataram.
Mesjid kemudian ditambah dengan serambi oleh Sultan Agung. Di
dalam kompleks Mesjid Mataram terdapat sejumlah bangunan lain, seperti
bangsal paseban dalam serta tempat wudhu. Bangunan tertentu adalah
tambahan saat Mataram sudah pecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta,
sehingga bangunan-bangunan tersebut juga di-siapkan oleh dan bagi kedua
pi¬hak. Mesjid ini juga dilengkapi kolam di depan serambinya, agar orang
yang masuk sudah suci dan terbebas dari hal-hal yang kotor atau najis. Pada
tahun 1919, Mesjid pernah mengalami kebakaran besar. Sekitar tahun 1920,
Yayasan Muhammadiyah ikut memberikan kontri¬busi terhadap peningkatan
mesjid. Diberikan tambahan emperan pada serambi mesjid. Selain itu parit
depan dan samping serambi ditutup, dan sebagai gantinya disiap¬kan tempat
wudhu memakai kran. Atap sirap juga diganti dengan genteng.
Hastorenggo
Hastarenggo merupakan makam dari kerabat dari keluarga Sultan.
pengunjung yang datang tidak hanya hanya keluarga keraton tetapi
parawisatawan maupun peziarahnya pun banyak yang berdatangan kemakam
ini. perayaan ataupun acara yang sering dilakukan dimakam ini diadakan
setiap Malam Jumat Pon karena diadakan tahlilan untuk memperingati
meninggalnya Kanjeng Panembahan Senopati Raja Mataram 1 dan juga
malam 1 syuro.
Alun-alun
Alun-alun yang pada jaman kerajaan mataram terdahulu saat ini telah
berubah menjadi permukiman warga
Between Tho Gates (di antara dua Gerbang)
Di kampung alun-alun Purbayan terdapat sebuah lingkungan kecil yang
terdiri dari beberapa rumah yang bernuansa adat jawa, untuk masuk ke
lingkungan tersebut terdapat Gerbang penyambutan
2. Arsitektur
Kampung Wisata
Di kampung wisata ini merupakan kelompok swadaya masyarakat yang
peduli cagar budaya (local partner) dan bertindak untuk pelestarian bangunan
cagar budaya yang rusak karena gempa tahun 2009. dalam kampung wisata ini
terdapat puing-puing sisa dari kerjaan mataram dan kegiatan warga lainnya
berupa sanggar kesenian
Pasar Legi
Tata kota kerajaan Jawa biasanya menempatkan kraton, alun-alun dan
pasar dalam poros selatan - utara. Kitab Nagarakertagama yang ditulis pada
masa Kerajaan Majapahit (abad ke-14) menyebutkan bahwa pola ini sudah
digunakan pada masa itu. Pasar tradisional yang sudah ada sejak jaman
Panembahan Senopati masih aktif hingga kini. Setiap pagi legi dalam kalender
Jawa, penjual, pembeli, dan barang dagangan tumpah ruah di pasar ini.
Bangunannya memang sudah direhabilitasi, namun posisinya tidak berubah.
Bila ingin berkelana di Kotagede, Anda bisa memulainya dari pasar ini lalu
berjalan kaki ke arah selatan menuju makam, reruntuhan benteng dalam, dan
beringin kurung.
Bangunan Tua
Bangunan Tua ini dibangun oleh penduduk asli dan berstatus miliki
masyarakat (individu). Dari tahun 1941 hingga saat ini fungsi bangunan
sebagai tempat tinggal yang diwariskan kepada ahli warisnya. Saat pagi
bagian depan bangunan tua ini digunakan untuk berdagangan sayur.
3. Religi
Makam Bahoewinangoen dan Makam Keluarga Sastrodipoero
Makam peninggalan secara yang statusnya diakui pemerintah sebagai aset
daerah, pada waktu tertentu ramai pengunjung untuk berdoa.
b. Atraksi Buatan
Atraksi buatan, yang sengaja dibuat manusia untuk menarik wisatawan, seperti
theme park, tempat perbelanjaan, pasar wisata, dan lain-lain.
1. Kerajinan
Pengrajin Kulit
Pengrajin Perak
Usaha membuat barang-barang seni dari perak. Mula-mula barang tersebut
belum dimaksudkan untuk mencari keuntungan secara besar-besar, tetapi
sekedar untuk men-cukupi kebutuhan sehari-hari. Usaha Pengrajin perak
tersebut pada akhirnya mengalami perkembang-an dengan adanya organisasi
dan spesialisasi menjadi perusahaan perak. Walaupun sudah disebut sebagai
perusahaan yang tujuan-nya adalah untuk mencari keun-tungan, tetapi sifat
kerajinan perak tidak banyak mengalami peru-bahan. Perak masih dikerjakan
dengan cara yang sama, yaitu se-bagai bentuk kerajinan yang me-nuntut
keterampilan tangan. Peralatan dan proses pembuatan kerajinan perak secara
tradisional di rumah-rumah penduduk Kotagede.
Ciri perak Kotagede pada masa lalu, berupa bentuk yang khas dan
tradisional, dan cenderung statis. Baik cara mengerjakan maupun bentuk
motifnya selalu mengikuti naluri yang telah diwariskan nenek moyang, serta
sesuai dengan pe-tunjuk para ahli dari keraton, ka-rena keraton sebagai pusat
seni dan kebudayaan. Hubungan para pedagang perak menjadi sangat dekat
dengan para keluarga kera-ton, sebab mereka selalu melayani pesanan barang-
barang kerajinan emas dan perak yang dibutuhkan. Oleh karenanya barang-
barang ke-rajinan perak Kotagede mempu-nyai bentuk dan motif tertentu, se-
suai dengan kebutuhan dan pe-sanan keraton. Misalnya adalah ti-mang (untuk
ikat pinggang), kalung tempat sirih, tempat bedak, ceplok guling, ceplok
bantal.
Dalam perkembangan Pengrajin perak tersebut, kini para perajin perak, tidak
lagi mengerjakan berdasarkan pesanan dari pihak keraton. Mereka kini
mengerjakan secara bebas, bahkan berkreasi sendiri dengan bentuk-bentuk
yang cenderung populer, kontemporer dan disesuaikan dengan selera para
konsumen perak.
Hasil produk perak Kotagede dengan beraneka macam variasi, dengan
nilai estetika tinggi Sekurangnya ada empat jenis tipe produk yang ada di
Kotagede, saat ini ialah: tatah ukir (bertekstur me-nonjol), casting
(menggunakan alat-alat cetak), filigri (tekstur ber-lubang-lubang), dan
kerajinan tangan (handmade). Khususnya pada kerajinan yang handmade, me-
merlukan kecermatan, ketelitian dan keahlian tertentu.
HS Silver 800-925
Tom’s Silver Manifacture
Djoglo Moeljo Art
UKM Perak
Terdapat di sepanjang Jalan Ngeksigondo, Jalan Mondoraka dan Jalan
kemasan Kotagede merupakan toko penjual kerajinan dari perak. Ada yang
memiliki pegawai sendiri dan juga ada yang hanya mensuplai dari pengrajin
rumahan,
Kampung Dalem
Kampung dalem merupakan kampung yang mana di dalamnya mayoritas
para pengrajin-pengrajin perak ,emas , dll
2. Kuliner
Roti Kembang Waru
Kampung Bumen berada di sekitar 600 meter di timur laut Pasar Kotagede.
Nama Bumen berasal dari Mangkubumen. Mangkubumen artinya tempat
kediaman Mangkubumi seorang Pangeran yang masih saudara dengan
Panembahan Senapati. Kampung Bumen merupakan sentra industri
pengelolaan roti kembang waru secara tradisional. Pengolah roti kembang
waru berhimpun dalam paguyuban koperasi yang bernama Purba Arum,
beranggotakan 23 keluarga. Peralatan pengolah roti kembang waru yaitu,
memanfaatkan sisa-sisa ketrampilan kejayaan industri rumah tangga blek yang
cara membuatnya banyak mempergunakan sentuhan patri nyuk. Perkakas roti
kembang waru mempergunakan jasa patri nyuk seperti alat oven, berbagai
bentuk loyan persegi, dan cetakan kembang waru sendiri
Makanan tradisional khas Kotagede yang dibuat dari bahan tepung beras
dengan bumbunya: telur, gula pasir, mentega/minyak kelapa, vanili, kayu
manis jangan yang dihaluskan, dan santan. Cara membuatnya: telur dan gula
dikocok sampai rata, kemudian tepung dan vanili dimasukkan dia¬duk-aduk
sampai rata, setelah itu dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk kembang
waru dan di pan dengan dioseri (diolesi) mentega/ minyak kelapa. Makanan
ini disaji¬kan dan disimpan ke dalam lodhong/toples.
Salah satu pengusaha roti kembang waru yang masih bertahan, adalah
“Roti Kembang Waru Bu Teguh” , beralamat di Bumen RW 06/24 Kotagede.
Untuk memperoleh roti kembang waru Bu Teguh, harus memesan terlebih
dahulu (tidak menjual bebas di pasaran)
Coklat Monggo
Tempat wisata kuliner coklat "the finest indonesian chocolate" ini adalah
wisata kuliner yang terdapat di Kotagede. Coklat Monggo sudah terkenal
hingga ke penjuru dunia dikarnakan keasliaan coklat bernuansakan adat Jawa,
coklat dibuat dari rempah-rempah yang menjadikan daya Tarik.
Omah Dhuwur Restaurant
3. Hiburan
Gambira Loka Zoo
Awal pembangunan Kebun Binatang dan Kebun Raya Gembira Loka
berasal dari keinginan Sri Sultan Hamengkubuwono XIII pada tahun 1933
akan sebuah tempat hiburan yang di kemudian hari dinamakan kebun Rojo.
Ide tersebut direalisasikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dengan
bantuan Ir. Karsten (arsitek asal Belanda). Di Gembira Loka Zoo terdapar
berbagai jenis hewan seperti halnya di kebun binatang lainnya. Adapun jenis
hewan yang terdapat didalamnya antara lain: harimau, simpanse, Arapaima,
Ular dan juga terdapat Bird Park (taman burung) yang merupakan lokasi
paling lengkap diantara semua wahana yang ada di Gembira Loka Zoo.
Terdapat sedikitnya 60-an jenis burung dan lebih dari 340aan ekor satu
avesyang dantara ny seperti elang,pelikan, cendrawasih. Dalam Gembira Loka
Zoo memiliki gelar satwa terampil diamana bermacam-macam. Dimana
bermacam macam satwa menampilkan keterampilan diatas panggung. Satwa
satwa yang dapat disaksikan antara lain Kakatua Jambul Kuning, Lindsang,
Burung Kankareng, Burung Julang emas, beruang madu dan orang utan.
4. Arsitektur
Rumah Kalang
Merupakan satu tipe rumah khas Kotagede yang dimiliki oleh masyarakat
Kalang, yakni kaum saudagar yang tinggal di Tegalgendhu dan sekitarnya.
Omah kalang pada dasarnya adalah rumah tradisional Jawa namun sudah
mendapat sentuhan dan pengaruh luar, teru¬tama Barat, serta memiliki citra
megah. Arsitektur omah kalang memakai basis tata ruang rumah Jawa, namun
dalam sistem kons¬truksi dan penyelesaian akhirnya (finishing) ditandai
dengan adopsi teknologi dan gaya estetika dari Barat. Misalnya rumah struktur
tembok, konstruksi rangka atap kuda-kuda, tiang besi cor atau tiruan dari
kayu, kaca patri, aplikasi jendela atas, gaya barok dan neo-klasik, dan
sebagainya. Dari sudut pandang lokal, omah kalang memberikan wacana baru
dalam berarsitektur; meski bagi beberapa orang Barat penyelesaian omah
kalang pada awalnya dulu kadang dianggap aneh atau tidak wajar
Berbeda dengan rumah tradisional yang bentuk penyelesaiannya selalu
bersifat tetap-berulang, pembangunan omah kalang tidak lepas dari mode pada
zamannya, sesuai dengan sifat masyarakat Kalang yang terbuka terhadap
pengaruh luar. Omah kalang dari periode awal masih kental bernuansa Jawa
(misalnya Dalem Prayadranan), produk periode modernisme ba¬nyak
mengaplikasi teknologi beton bertulang, periode awal kemerde¬kaan ditandai
dengan atap tinggi berventilasi, dan seterusnya hingga muncul faham
regionalisme da¬lam arsitektur yang diwujudkan de-ngan implementasi
kembali bentuk klasik Jawa.
Rumah Joglo
Salah satu tipe bentuk rumah atau bangunan tradisional Jawa selain Tajug,
Limasan, Kampung, dan Panggang Pe, adalah Joglo. Tipe ini memiliki ciri
atap yang meninggi atau memuncak di bagian tengah yang disebut brunjung.
Oleh sebab itu joglo disebut juga tikelan (tikel = patah), karena atap joglo
seakan¬akan patah-patah oleh perbedaan sudut kemiringan bidang atap. Joglo
merupakan bangunan hunian tipe ideal dari rumah Jawa. Bangunan jenis ini
memiliki sistem struktur dan konstruksi yang cukup rumit dan membutuhkan
material khusus dan banyak. Misalnya untuk saka guru diperlukan kayu
dimensi besar, panjang, dan lurus. Bangunan tipe joglo memiliki sejumlah
varian, di antaranya joglo lawakan, sinom, pangrawit, mang¬kurat, hageng,
semar tinandhu.
Karena memiliki nilai prestisius tersendiri, joglo biasanya dibangun oleh
para ningrat atau bangsawan atau untuk fungsi dan fasilitas yang berhubungan
dengan kepen-tingan kerajaan. Di Kotagede, kehadiran bangunan tipe joglo
terasa sangat kental. Rumah joglo dapat dijumpai di setiap kampung asli
dalam jumlah yang cukup signifikan. Dapat dipahami mengingat pada
awalnya dahulu Kotagede merupakan pusat kekuasaan Keraton Mataram,
sebuah kerajaan Jawa yang sangat berpengaruh.
Selain sejumlah joglo besar tempat tinggal para bangsawan dan peja¬bat
tinggi kerajaan, lebih banyak lagi joglo-joglo yang dimiliki oleh kaum abdi
dalem yang lebih rendah. Justru pada saat sekarang, joglo-joglo inilah yang
masih bertahan sehingga membentuk ciri arsitektur Kotagede. Joglo milik
orang biasa umumnya lebih sederhana dalam hal tata ruang dan sistem
konstruksinya, yakni berupa joglo lawakan. oglo milik masyarakat biasa di
wilayah kota tidak memiliki gandhok dan pawon tersendiri, namun berupa
bangunan pelengkap yang disebut kulon omah untuk bangunan tam-bahan
yang berada di barat dalem, dan wetan omah untuk yang berada di timur
dalem. Sedangkan pawon karena posisinya di belakang dalem disebut mburi
omah (lihat juga entri wetan omah, kulon omah, gandhok, pa-won). Perlu
dicatat bahwa yang dimaksud dengan masyarakat biasa di Kotagede adalah
anak-turun perangkat dan abdi dalem Keraton Mataram.
Rumah joglo yang terdapat di alun-alun terdapat 9 joglo yang berstatus
miliki masyarakat ditempat tersebut. Rumah joglo sesudah runtuhnya kerajaan
mataram yaitu pada tahun 1830 salah satu pemilik rumah jogo adalah Joko
Nugroho. Terdapat juga rumah joglo bercampur nuasan modern di kelurahan
Prenggan. Secara umum perkembangan rumah Joglo di Kotagede berkembang
pesat dikarnakan tidak ada lagi peraturan yang membatasi kalangan tertentu
untuk membangun Rumah Joglo. Pembangunan Rumah Joglo saat ini telah
bercampur dengan nuansa modern.
5.4. Potensi dan Masalah Atraksi Wisata di Kotagede
Atraksi wisata yang ada di Kotagede tentunya memiliki potensi yang dapat mengembangangkan atraksi dan masalah yang
dihadapi hingga saat ini. Untuk lebih jelasnya dapat melihat tabel di bawah ini
Tabel 5.3
Potensi dan Masalah Atraksi Wisata di Kotagede
Jenis Atraksi Jenis Kegiatan Nama Atraksi Potensi Masalah
Atraksi Budaya
Sejarah
Kawasan Cagar Budaya
Kotagede
Hastorenggo
Alun-alun
Between Tho GatesMemiliki kisah sejarah di dalamnya dan
memiliki bentuk arsitektur di dalamnya.
Kurang bersihnya daerah disekitar gerbang
Mesjid Mataram
Arsitekstur Kampung Wisata
Pasar Legi
Jika dirawat, terutama untuk masalah
kebersihan dan ketertiban tentu akan lebih
meningkatkan kenyamanan wisatawan yang
berkunjung untuk sekedar melihat proses jual
beli ataupun ikut serta dalam berbelanja di
pasar tersebut.
Kurang teraturnya sistem parkir disekitar tempat
tersebut membuat tingkat kenyamanan pengguna
jalan yang melintas di sekitar daerah tersebut.
Bangunan Tua Jika dirawat dan di perbaiki dapat dijadikan
museum yang menonjolkan keindahan
arsitektur.
Kurangnya perhatian pemerintah pada bangunan-
bangunan tua. Dan di depan bangunan tua
terdapat banyak PKL yang berjualan
Religi
Makam Bahoewinangoen
Merupakan makam orang penting di
Kotagede, yang membuat wisatawan datang
berkunjung.
Kurangnya infrastruktur pendukung seperti
pencahayaan.Makam Keluarga
Sastrodipoero
Makam keluarga Sastrodipoero yang
dijadikan aset daerah, dikarnakan makam ini
telah ada sejak tahun 18xx-an. Sehingga jika
dilihat banyak nisan keluarga yang berbeda
mengikuti jaman.
Atraksi Buatan Kerajinan
Pengrajin Kulit
kegiatan masih layak dikembangkan
dikarenakan banyaknya peminat setiap
bulannya.
Stok bahan baku yang sulit didapatkan.
Pengrajin Perak
Banyak peminat asing yang datang ke
Kotagede hanya untuk melihat pengrajin
perak
Pemerintah belum mendukung sepenuhnya
kegiatan ini, terutama pada bagian pemasaran
HS Silver 800-925
HS Silver adalah industri besar yang rutin
mengadakan workshop tentang pembuatan
perak, sehinnga HS Silver tidak pernah sepi
pengunjung. Lokasi HS Silver 800-925 juga
dekat dengan gerbang awal masuk ke
Kecamatan Kotagede.
Jika padat pengunjung, bis yang datang membuat
macet jalan sekitar.
Tom’s Silver Manifacture Luas kawasan sangat besar dan dapat diisi
oleh kendaraan wisata yang besar serta dapat
dilihat hasil karya terbaik yang diabadikan
pada etalase. Pengunjung yang datang tidak
hanya dari luar Jawa melainkan dari luar
Kurangnya pemasaran dan lamanya waktu
operasional toko
negeri
Djoglo Moeljo Art
Atraksi ini memikat dikarnakan berada pada
rumah adat Joglo dan telah lama berada pada
lokasi tersebut (usaha turun-temurun)
Kurangnya lahan parkir pada lokasi atraksi
sehingga jika pada musim liburan kendaraan
wisatawan menyebabkan macet
UKM Perak
Berada pada satu koridor jalan yang dapat
memuaskan hasrat berbelanja wisatawan
dengan pilihan yang banyak
Kurangnya lahan parkir pada lokasi atraksi
sehingga jika pada musim liburan kendaraan
wisatawan menyebabkan macet
Kampung Dalem
Kampung yang berisikan pengrajin perak,
emas dll. Sehingga membuat wisatawan dapat
menyaksikan proses pembuatan perak dll
secara langsung.
Kurangnya dukungan pemerintah.
HiburanGambira Loka Zoo
Merupakan satu satunya hiburan modern
keluarga yang ada di Kotagede.
Pemasaran yang kurang.
Kuliner
Roti Kembang Waru
Roti kembang waru merupakan makanan
khas Kotagede. Salah satu pengusaha roti
kembang waru yang masih bertahan, adalah
“Roti Kembang Waru Bu Teguh”.
Untuk memperoleh roti kembang waru Bu
Teguh, harus memesan terlebih dahulu (tidak
menjual bebas di pasaran) sehingga bagi
wisatawan yang datang dalam waktu singkat
tidak dapat menikmati kuliner khas ini.
Coklat Monggo
Coklat bernuansakan adat jawa, terdapat
coklat yang dibuat dari rempah-rempah asli
Jogja yang terkenal hingga ke luar negeri. Di
toko sendiri terdapat pertunjukan pembuatan
coklat yang bias dinikmati pengunjung.
Harga yang cukup mahal.
Omah Dhuwur Restaurant Dapat menjadi tujuan tetap wisatawan yang
berkunjung ke kota jogja yang ingin
Jam operasional toko yang tidak menentu
sehingga membingungkan pengunjung untuk
menikmati kuliner khas. datang.
Arsitektur
Rumah Kalang
Rumah khas Jogja yang memiliki arsitektur
indah mencirikan Kotagede.
Hanya kalangan tertentu yang dapat membuat
rumah kalang, dikarnakan biaya yang sangat
besar diperlukan untuk membuat rumah kalang.
Rumah Joglo
Rumah khas Jogja yang memiliki arsitektur
indah mencirikan Kotagede. Rumah Joglo
bisa dibuat oleh seluruh kalangan di
Kotagede
Pembuatan rumah Joglo yang tidak beraturan,
membuat pemerintah mengeluarkan peraturan
sendiri untuk mencegah ketidakberaturan
pembangunan.
5.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Atraksi Wisata di Kotagede