71
GAMBARAN UMUM KABUPATEN BOVEN DIGOEL A. Kondisi Fisik Wilayah Secara astronomi Kabupaten Boven Digoel terletak diantara 4 o 98’ – 7 o 10’ Lintang Slattern dan 139 o 90’ – 141 o Bujur Timur. Kabupaten Boven Digoel berbatasan dengan beberapa kabupaten dan satu negara tetangga, dengan batas-batas sebagai berikut: • Sebelah utara : Berbatasan dengan Distrik Suator Kabupaten Asmat dan Distrik Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang • Sebelah selatan : Berbatasan dengan Distrik Muting Kabupaten Merauke • Sebelah barat : Berbatasan dengan Distrik Edera, Distrik Oba’a dan Distrik Citak Mitak Kabupaten Mappi • Sebelah timur : Berbatasan dengan Negara Papua New Guinea (PNG) Luas wilayah Kabupaten Boven Digoel berdasarkan hasil planimetris peta administrasi Bappeda Tahun 2007 mencapai 27.836,68 km 2 . Tabel I.1 Luas Daerah Kabupaten Boven Digoel Menurut Distrik No Distrik Luas ( Km 2 ) Rasio Terhadap Total ( % ) 1 Jair 3.005,23 10,80 2 Subur 2.444,86 8,78 3 Kia 1.885,26 6,77 4 Mindiptana 849,89 3,05 5 Iniyandit 310,33 1,11 6 Kombut 756,27 2,72 7 Sesnuk 915,79 3,29 8 Mandobo 2.693,87 9,68 9 Fofi 1.893,20 6,80 10 Arimop 1.298,77 4,67

Gambaran Umum Boven Digoel

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Gambaran Umum Boven Digoel dari aspek fisik, lahan, sosial budaya, kependudukan, ekonomi, sarana prasaran dan transportasi

Citation preview

Page 1: Gambaran Umum Boven Digoel

GAMBARAN UMUM

KABUPATEN BOVEN DIGOEL

A. Kondisi Fisik Wilayah

Secara astronomi Kabupaten Boven Digoel terletak diantara 4o 98’ – 7o 10’ Lintang Slattern dan 139o 90’ – 141o Bujur Timur. Kabupaten Boven Digoel berbatasan dengan beberapa kabupaten dan satu negara tetangga, dengan batas-batas sebagai berikut:

• Sebelah utara : Berbatasan dengan Distrik Suator Kabupaten Asmat dan Distrik Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang

• Sebelah selatan : Berbatasan dengan Distrik Muting Kabupaten Merauke

• Sebelah barat : Berbatasan dengan Distrik Edera, Distrik Oba’a dan Distrik Citak Mitak Kabupaten Mappi

• Sebelah timur : Berbatasan dengan Negara Papua New Guinea (PNG)

Luas wilayah Kabupaten Boven Digoel berdasarkan hasil planimetris peta administrasi Bappeda Tahun 2007 mencapai 27.836,68 km2.

Tabel I.1 Luas Daerah Kabupaten Boven Digoel Menurut Distrik

No Distrik Luas ( Km 2 ) Rasio Terhadap Total ( % )1 Jair 3.005,23 10,802 Subur 2.444,86 8,783 Kia 1.885,26 6,774 Mindiptana 849,89 3,055 Iniyandit 310,33 1,116 Kombut 756,27 2,727 Sesnuk 915,79 3,298 Mandobo 2.693,87 9,689 Fofi 1.893,20 6,80

10 Arimop 1.298,77 4,6711 Kouh 1.129,45 4,0612 Manggelum 1.931,95 6,9413 Firiwage 1.278,12 4,5914 Bomakia 1.339,40 4,8115 Yaniruma 3.255,91 11,7016 Kawagit *) - -17 Kombay*) - -18 Waropko 1.290,08 4,6319 Ambatkwi 1.558,30 5,6020 Ninati - -

Jumlah 2009 27.836,68 100Sumber : Bappeda Kabupaten Boven Digoel, 2009

Keterangan*) : masih tergabung dalam Distrik Induk

Page 2: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.1 Luas Kabupaten Boven Digoel Menurut Distrik

Sumber : Bappeda Kabupaten Boven Digoel , 2009

Dari Tabel 1 dan Gambar 1 di atas nampak bahwa Distrik Yaniruma merupakan distrik yang terluas mencapai 3.255,91 km2 (11,70 %). Distrik Jair berada pada posisi kedua dengan luas wilayah tercatat 3.005,23 km2 (10,80 %). Distrik Iniyandit merupakan distrik dengan luas wilayah yang paling kecil, yaitu mencapai 310,33 km2 (1,11%).

a. Topografi

Kabupaten Boven Digoel sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian 25 100 m di atas permukaan laut.

Page 3: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.2 Peta Wilayah Kabupaten Boven Digoel Berdasarkan Ketinggian (DPL)

Page 4: Gambaran Umum Boven Digoel

Tabel I.2 Tabel Persentase Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian

Sumber : Bappeda Kab.Boven Digoel, 2008

b. Kemiringan Tanah

Kemiringan tanah di Kabupaten Boven Digoel beragam, mulai dari tanah datar hingga bergunung, namun yang paling dominan yaitu kemiringan tanah yang agak datar hingga berombak seperti yang terlihat pada Gambar di bawah ini.

Wilayah Ketinggian ( m ) Persentase Luas ( % )0 – 25 8,92

25 – 100 71,90100 – 250 11,01250 – 500 5,24500 - 750 1,74

750 – 1000 0,70 1000 0,50

Jumlah 100

Page 5: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.3 Peta Wilayah Kabupaten Boven Digoel Berdasarkan Kemiringan

Lereng

Page 6: Gambaran Umum Boven Digoel

Tabel I.3 Persentase Luas Wilayah Berdasarkan Kemiringan Tanah

Kemiringan Tanah Penjelasan Persentase %0 - 2 % Datar – Agak Datar 3,902 – 8 % Agak Datar - Berombak 61,33

8 – 15 % Berombak - Bergelombang

22,28

15 – 25 % Bergelombang - Berbukit 9,9125 – 40 % Berbukit – Bergunung 2,12

> 40 % Bergunung 0,45Jumlah 100

Sumber : Bappeda Kab.Boven Digoel, 2008

c. Fisiografi

Sebagian besar wilayah Boven Digoel didominasai oleh dataran, selebihnya merupakan wilayah bergelombang dan hanya sebagian kecil wilayah merupakan daerah gambut/rawa, perbukitan dan pegunungan, seperti yang tampak pada

Page 7: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.4 Peta Kabupaten Boven Digoel Berdasarkan Fisiografi Wilayah

Page 8: Gambaran Umum Boven Digoel

Tabel I.4 Luas Wilayah berdasarkan Klasifikasi Fisiografi

Klasifikasi Persentase Luas %Wilayah Gambut / Rawa 7,10Wilayah Dataran 71,07Wilayah Bergelombang 13,00Wilayah Perbukitan 5,29Wilayah Pegunungan 3,53

Jumlah 100 Sumber : Bappeda Kab.Boven Digoel, 2008

d. Klimatologi

Tabel I.5 Keadaan Iklim ( Rata – Rata ) Kabupaten Boven Digoel 2004 – 2009

TahunSuhu Udara

(0C)Kelembaban Udara (%)

Curah Hujan

(mm / th)

Kecepatan Angin (Knot)

Penyinaran Matahari (%)

2004 26,9 94,0 299,7 04 -2005 26,1 86,0 319,4 04 35,22006 26,9 87,7 237,9 04 44,52007 26,3 88,0 420,9 04 38,32008 26,2 87,0 370,3 04 37,82009 27,5 86,0 269,5 04 45,3

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Kabupaten Boven Digoel, 2009

Kabupaten Boven Digoel termasuk wilayah beriklim panas., suhu udara rata-rata berkisar antara 260C – 280C. Kelembaban udara relatif normal yaitu berkisar antara 86% hingga 94%. Rata-rata curah hujan beberapa tahun terakhir cukup tinggi. Dari Tabel diatas dapat kita lihat, curah hujan tertinggi terjadi pada Tahun 2007 yaitu mencapai 420,9 mm. Kecepatan angin umumnya tidak terlalu banyak berubah pada enam tahun terakhir dari Tahun 2004. Kecepatan angin berkisar hanya rata-rata 4 – 4,5 Knot pertahun dan termasuk kategori angin teduh. Matahari bersinar sepanjang tahun dengan intensitas penyinaran rata-rata 35% hingga 45% pertahun.

B. Penggunaan Lahan

Alokasi Fungsi Hutan :

Tabel I.6 Tabel Luas Wilayah Berdasarkan Alokasi Fungsi Hutan

Fungsi Hutan Luas ( Ha )Hutan Lindung 50.031Hutan Suaka Alam dan Pelestarian Alam 2.859Hutan Produksi Tetap 1.580.049Hutan Produksi Terbatas 23.181Hutan Yang dapat Dikonversi 847.633Areal Penggunaan Lain 36.968

Jumlah 2.540.721

Page 9: Gambaran Umum Boven Digoel

Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Boven Digoel, 2009

Luas Penggunaan Lahan jika dilihat dari alokasi fungsi hutan, maka Hutan Produksi Tetap memiliki luas lahan yang paling besar, yaitu berkisar 1.580.049 Ha, sedangkan Hutan Suaka Alam memiliki luas lahan terkecil, yaitu hanya berkisar 2.859 Ha, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel diatas.

Lahan Persawahan :

Tabel I.7 Luas Wilayah Berdasarkan Luas Persawahan

Jenis Sawah Luas ( Ha )Sawah Teririgasi -Sawah Tadah Hujan 65Sawah Pasang Surut -Sawah Lainnya -

Jumlah 65Sumber : Dinas Kehutanan Kab.Boven Digoel, 2009

Dari Tabel di atas, terlihat luas lahan yang digunakan untuk persawahan hanya 65 Ha, dan jenis sawah yang diusahakan di Boven Digoel hanyalah sawah tadah hujan.

C. Sosial Budaya

Dalam mitos suku-suku tua di pedalaman Bumi Papua disebut sebagai TUMOLUP (Sang Gaib atau Tuhan Allah). Legenda itu oleh Suku Wambon, Tumolup adalah Dewa Mereka. Dialah yang menurunkan putranya dalam wujud rupa tak dapat di jelaskan secara realistis. Makhluk putra sang Tumolup ini disebut Beten, yang menjadi  cikal aneka etnik besar dari rimba belantara Papua, tetapi kemudian telah menyebar ke berbagai penjuru negeri antah berantah.

Kisah teologi purba komunitas wambon dan juga Suku Awuyu ini, persis mirip dengan prosesi Taurat hingga Injil dalam keyakinan kaum Nasrani. Bahwa pada mulanya adalah Firman dan Firman itu adalah Allah yang menjadikan langit, bumi beserta segala isinya. Lalu Allah Bapa Yang Maha Kasih itu menjadikan Manusia dalam wujud Kristus Yesus, Putra TunggalNya. Dialah Tuhan dan Juru Selamat Dunia, sang Kepala Gereja sekaligus Solusi atau Jalan Menuju Surga Yang Kekal.

Sementara bagi kalangan tetua adat Suku Wambon khususnya yang telah dibaptis sejak Injil masuk ke wilayah Boven Digoel oleh Karya Para Misionaris/Zending (Tokoh Agama Khatolik ataupun Protestan), Betenlah sosok pembaru itu pemberian Tumolup yang dianggab sebagai nenek moyang Suku Wambon untuk memulai perikehidupan manusia atau menjadi cikal bakal peradaban itu sendiri.

Page 10: Gambaran Umum Boven Digoel

Ada berjuta misteri tersimpan rapih, akan ada proses waktu untuk menguak beragam misteri peradaban mereka, tergantung dari apa kata alam yang begitu menyatu dengan kultur manusianya.

Suku Wambon merupakan komunitas suku terbesar di Boven Digoel. Secara epistimologis, istilah Wambon adalah nama awal yang menjadi personikasi Orang Wambon. Penamaan ini dilakukan sendiri oleh masyarakat Wambon.

Kemudian, ada penyebutan lain dalam istilah Mandobo. Tetapi sesungguhnya ini merupakan nama yang diberikan oleh orang asing Belanda. Mandobo secara umum diartikan sebagai manusia pipa.

Akan tetapi ada juga pendapat, bahwa yang menamakan masyarakat di Wambon adalah Orang Muyu, yakni suku terbesar kedua di Boven DIgoel. Suku inilah yang memiliki peran strategis dalam sejumlah aktivitas masyarakat. Merekalah yang pertamakali bersikap menerima faktor pengaruh berwujud geliat pencerahan, khususnya dari kaum Misionaris Katholik tempo dulu.

Dibandingkan dengan suku lainnya, kebudayaan Suku wambon pada mulanya dikenal dengan kebudayaan peramu konsumtif. Sedangkan Suku Awuyu (=yakni komunitas yang di sebagian kalangan Orang Wambon dianggab memiliki nenek moyang sama dengan mereka) adalah kebudayaan peramu sumatif. Kebudayaan ini menunjuk pada sikap yang menerima apa saja sesuai hasil yang ada. Dia menyesuaikan dengan kebudayaan Suku Muyu, tapi strukturnya tinggi. Sedangkan kebudayaan Suku Muyu sendiri adalah kebudayaan petani.

Suku Wambon merupakan salah satu suku dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Boven Digoel khususnya, dan “bangsa” Papua umumnya. Secara geografis, Suku wambon hidup di antara Kali Kau dan Digoel.

Data dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boven Digoel memang belum merinci kuantitas (jumlah penduduk) dan perwilayahan menurut suku. Tetapi jika dilihat dari peta penguasaan kawasan/tanah ulayat, maka dapat disimpulkan, bahwa Orang Wambon memiliki jumlah sekitar separuh dari total penduduk Kabupaten Boven Digoel. Hal ini terlihat pada komposisi wilayah saat lepas dari Kabupaten Merauke dan berdiri sendiri secara otonom sebagai Kabupaten Boven Digoel pada Tahun 2002. Yakni tersebarnya orang Wambon dilebih dari 70% wilayah Kabupaten Boven Digoel. Malahan jika diukur seksama, bisa mencapai angka sekitar 90%.

Orang Wambon ini berdiaspora mulai dari Silir kemudian ke Waropko, lalu memutar ke atas (arah Utara) di Manggelum, turun lagi di kawasan Koway, berlanjut ke Kouh, Bomakia, hingga Tanah Merah. Di Distrik Mindiptana pun yang merupakan sentral Orang Muyu (Suku terbesar kedua), begitu juga di Distrik Waropko, ternyata sekitar separuh tanah di sana menjadi hak adat Orang Wambon.

Page 11: Gambaran Umum Boven Digoel

Oleh Data Badan Pusat Statistik Merauke tentang Luas Wilayah Kabupaten Boven Digoel, berarti Orang Wambon sesungghnya berada di minimal 16.900 Km2 dari total wilayah keseluruhan yang mencapai 27.108 Km2. Sedangkan jumlah penduduk Orang Wambon, dengan mengikuti persebarannya menurut kawasan distrik-distrik tersebut di atas, bisa mencapai paling kurang 21.900 dari total 43.830 jiwa keseluruhan penduduk Kabupaten Wambon (Data BPS Kab. Boven Digoel Tahun 2006 dan BPS Merauke Tahun 2005).

Distrik Mandobo di sentrum Kabupaten Boven Digoel merupakan pusat utama berhimpunnya komunitas Orang Wambon. Ketika sebelum pemekaran distrik-distrik baru terjadi di Kabupaten Boven Digoel (semester pertama 2006), secara administratif pemerintahan mereka menguasai luas wilayah mencapai 6.551 Km2. Atau merupakan 24,17% dari total wilayah Kabupaten Boven Digoel yang tercatat sebesar 27.108 Km2. (Data BPS, Boven Digoel Dalam Angka 2004/2005).

Sebagaimana data data diatas, posisi terluas kedua oleh Distrik Jair (21,11%) yang banyak dihuni komunitas Suku Awuyu, kemudian Distrik Mindiptana (17,90%) sentra utama Suku Muyu. Selebihnya dikuasai oleh tiga distrik kecil, yaitu Waropko (12,49%), Bomakia (8,42%) dan Kouh (5,92%).

Sesuai konsep pemekaran distrik baru telah ditetapkan Oleh Pemkab Boven Digoel, sembilan wilayah administratif baru, menjadi total 15 Distrik yaitu Fofi, Arimop, Kombut, Iniyandit, Ambatkwi, Manggelum, Firiwage, Yaniruma dan Subur.

Diseluruh wilayah distrik tersebut, penduduknya tetap saja didominasi oleh tiga suku besar secara kuantitas yaitu Suku Wambon Alenggonop yang mencapai sekitar 70%, lalu Suku Muyu atau Kati kemudian Suku Awuyu.

Sejumlah penulisan menyebut Suku Wambon Anggonop dengan nama Suku Mandobo. Mandobo (man=laki-laki atau manusia dan dobo=pipa) dapat diartikan sebagai manusia pipa.

Suku Wambon Alenggonop terdiri dari dua belas sub-suku. Perbedaanya hanya pada dialeknya. Anak Suku Wambon diantaranya Wanggom, Wambon Kokenop, Wambon Akayop, Wambon Lungganiop, Wambon Lukalop, Wambon Kombay, Koroway, Wambon Sau Kambo, Wambon Said, Wambon Luande berdasarkan penuturan dalam dialog intensif bersama para tokoh masyarakat, tetapi ada juga yang menyebut suku wambon atau mandobo memiliki sekitar 40 sub-suku. Hal ini dikatakan dalam diskusi yang dihadiri oleh Bpk. Dominicus Amote (Tokoh Adat), Frans Tingge (Birokrat), Jack Allu (Kepala kampung), Osiomo Kinggo (Kepala Kampung), Tulemus Maluop (Tokoh agama Katholik), Lukas Tonggut (Tokoh adat), Paulus Gena (Tokoh adat), Chr K Andaap (Tokoh adat) dan Ekunanda (Tokoh adat).

Sementara itu, Suku Kati atau Muyu, berdasarkan dialek yang dipakai sehari-hari, kini terdistribusi ke dalam tujuh sub-suku, yakni : Kati Kumendip, Kati Kokaib, Kati

Page 12: Gambaran Umum Boven Digoel

Ale, Kati Yonggom, Kati Are, Kati Komindip Okpari dan Kati Ninggurum. Sedangka suku Awuyu atau Jair, dilihat dari dialek, tidak terdapat perbedaan.

Ke-3 Suku Besar tersebut mengakui memiliki akar etnik dan budaya yang sama dengan masyarakat asli (Mereka masuk dalam rumpun Melanesia) di Tanah Papua dalam Wilayah NKRI.

Ekspresi konkret dari kultur yang punya keterkaitan erat dengan natur setempat tersebut, antara lain bisa disimak dari konsep manajemen dan Kepemimpinan Tradisional. Juga tatacara serta arsitektur Rumah Tinggi. Berikut pula pada distribusi sekaligus hak-hak atas tanah. Begitu juga hal ini tergambar dalam apresiasi kultural berbentuk upacara-upacara adat serta bermacam-macam pesta tradisional.

Berikut secara ringkas diruntun beberapa dari aktivitas ritual yang merupakan ekspresi budaya yang telah mentradisi di sekitar Boven Digoel : (1) Pesta Babi, (2) Pesta Rumah Baru, (3) Pesta Kenari, (4) Pesta Kumbili (Ubi Jalar), (5) Tradisi Penguburan, (6) Tradisi Perkawinan, dan (7) Pesta Anak Pertama. Itulah secuil ritual yang mentradisi dan terus dirayakan turun temurun dari generasi satu ke generasi seterusnya.

D. Kependudukan

E. Perekonomian

a. Pertanian

Pertanian tanaman pangan yang terdapat di Kabupaten Boven Digoel meliputi tanaman padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, keladi, sayuran dan buah-buahan.

Padi

Gambar I.5 Luas dan Produksi Padi, Tahun 2004-2009

 

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Page 13: Gambaran Umum Boven Digoel

Luas tanam padi seperti yang ditunjukkan pada Gambar diatas tidak berubah dari tahun 2004 hingga tahun 2007, yaitu sebesar 2,7 Hektar. Pada tahun 2008 luas tanam padi meningkat sebesar 3,5 Hektar dan di tahun 2009 meningkat pesat menjadi 8 Hektar. Luas panen padi dari tahun 2004 hingga tahun 2007 sama sebesar 2,65 Hektar. Di tahun 2008 dan 2009 luas panen padi sama dengan luas tanamnya yaitu sebesar 3,5 Hektar pada tahun 2008 dan 8 Hektar di tahun 2009. Produksi padi meningkat seiring meningkatnya luas tanam dan luas panen padi. Produksi padi dari tahun 2004 hingga 2007 sama kuantitasnya, yaitu sebesar 2,11 Ton, kemudian meningkat sedikit menjadi 2,30 Ton pada tahun 2008 dan di tahun 2009 produksi padi meningkat signifikan hingga mencapai 32 Ton. 

Jagung

Gambar I.6 Luas dan Produksi Jagung, Tahun 2004-2009

 

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Gambar di atas menunjukkan bahwa dari tahun 2004 hingga tahun 2007, baik luas tanam, luas panen dan produksi jagung tetap sama, yaitu luas tanam sebesar 19,25 Hektar, luas panen sebesar 18,25 Hektar dan produksi sebesar 27,39 Ton. Di tahun 2008 luas tanam jagung meningkat menjadi 22 Hektar, begitu juga dengan luas panen dan produksi jagung, luas penen meningkat manjadi 19,50 Hektar dan produksi naik menjadi 28,74 Hektar. Pada tahun 2009 terjadi penurunan yang sangat signifikan, baik luas tanam, luas panen maupun produksi jagung. Luas tanam turun dari 22 Hektar pada tahun 2008 menjadi hanya 1,36 Hektar di tahun 2009. Sama halnya dengan luas panen dan produksi jagung. Luas panen menurun dari 19,50 Hektar pada tahun 2008 menjadi 1,36 Hektar di tahun 2009. Produksi jagung tentunya ikut menurun tajam dari 28,74 Ton pada tahun 2008 menjadi hanya 1,06 Ton di tahun 2009.

Page 14: Gambaran Umum Boven Digoel

 

 Kedelai

Gambar I.7 Luas dan Produksi Kedelai, Tahun 2004-2009

 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Luas tanam dan luas penen tanaman kedelai sangat kecil. Seperti yang tampak pada Gambar diatas, dari tahun 2004 hingga 2007 luas tanam dan luas panen kedelai tidak sampai mencapai 1 Hektar, yaitu hanya sebesar 0,75 Hektar. Pada tahun 2008, luas tanam dan luas panen meningkat menjadi 1,35 Hektar, dan di tahun 2009 kembali terjadi peningkatan, namun sangat kecil meningkat sebesar 0,01 Hektar menjadi 1,36 Hektar. Begitupun dengan tingkat produksi kedelai yang meningkat seiring dengan meningkatnya luas tanam dan luas panen. Produksi kedelai dari tahun 2004 hingga 2007 hanya mencapai 0,45 Ton, meningkat menjadi 1,05 Ton pada tahun 2008 dan 1,06 Ton di tahun 2009.

 Kacang Tanah

Gambar I.8 Luas dan Produksi Kacang Tanah, Tahun 2004-2009

Page 15: Gambaran Umum Boven Digoel

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Luas tanam dan Luas panen kacang tanah tidak berubah dari tahun 2004 hingga 2007. Luas tanam sebesar 8,58 Hektar dan luas penen sebesar 7,78 Hektar. Pada tahun 2008 luas tanam dan luas panen meningkat menjadi 9,35 Hektar dan 8,57 Hektar. Sedangkan di tahun 2009 luas tanam dan luas penen mengalami penurunan. Luas tanam menurun dari 9,35 Hektar pada tahun 2008 turun menjadi 6,75 Hektar di tahun 2009, dan luas panen menurun dari 8,57 Hektar di tahun 2008 menjadi 6,57 Hektar di tahun 2009. Pola peningkatan dan penurunan luas tanam dan luas panen diikuti pula dengan pola tingkat produksinya. Produksi kacang tanah sebesar 6,22 Ton terjadi dari tahun 2004 hingga 2007, dan pada tahun 2008 produksi kacang tanah meningkat menjadi 6,80 Ton, sedangkan di tahun 2009 produksi kacang tanah menurun seiring menurunnya luas tanam dan luas panen menjadi 5,64 Ton

Kacang Hijau

Gambar I.9 Luas dan Produksi Kacang Hijau, Tahun 2004-2009

 

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Page 16: Gambaran Umum Boven Digoel

Luas tanam dan luas panen kacang hijau dari tahun 2004 hingga 2007 tidak mengalami perubahan, begitu juga dengan tingkat produksinya. Seperti yang terlihat pada Gambar diatas luas tanam dari tahun 2004 hingga 2007 sebesar 3,09 Hektar, dan luas panen sebesar 3,03 Hektar, sedangkan tingkat produksinya sebesar 2,42 Ton. Di tahun 2008 dan 2009, baik luas tanam, luas panen dan tingkat produksi kacang hijau meningkat namun tidak terlalu signifikan. Luas tanam meningkat dari 3,88 Hektar pada tahun 2008 menjadi 3,92 Hektar di tahun 2009 dan luas panen meningkat dari 3,82 Hektar pada tahun 2008 menjadi 3,86 di tahun 2009, begitu juga dengan produksi kacang tanah yang mengalami peningkatan dari 3,21 Ton pada tahun 2008 menjadi 3,24 Ton di tahun 2009.

 Ubi Kayu

Gambar I.10 Luas dan Produksi Ubi Kayu, Tahun 2004-2009

 

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Pada Gambar diatas di atas menunjukkan luas tanam ubi kayu sebesar 17,66 Hektar pada tahun 2004 hingga 2007. Begitu juga dengan luas panen dan produksinya. Luas panen dari tahun 2004 hingga 2007 sebesar 14,50 Hektar dengan produksi sebesar 101,50 Ton. Dari tahun 2007, luas tanam mengalami peningkatan di tahun 2008 sebesar 18,60 Hektar, dan terus meningkat di tahun 2009 sebesar 18,78 Hektar. Berbeda dengan luas tanam, luas panen justru mengalami penurunan dari tahun 2008 sebesar 17,25 Hektar menjadi 15,43 Hektar di tahun 2009.  Meskipun luas panen mengalami penurunan dari tahun 2008 hingga 2009, namun produksi ubi kayu justru mengalami peningkatan dari tahun 2008 sebanyak 106,75 Ton menjadi 107,99 Ton di tahun 2009. 

Ubi Jalar

Page 17: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.11 Luas dan Produksi Ubi Jalar, Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Tanaman ubi jalar memiliki luas tanam, luas panen dan tingkat produksi yang sama dari tahun 2004 hingga 2007. Luas tanam sebesar 13,77 Hektar dari tahun 2004 hingga 2007 meningkat menjadi 21,57 Hektar pada tahun 2008 dan di tahun 2009 luas tanam ubi jalar meningkat pesat menjadi 30 Hektar. Demikian halnya dengan luas panen ubi jalar yang meningkat cukup tinggi dari tahun 2007 sebesar 10,07 Hektar menjadi 17,87 Hektar di tahun 2008 dan mencapai 30 Hektar di tahun 2009. Produksi ubi jalar juga mengalami kenaikan dari tahun 2007 sebanyak 78,56 Ton menjadi 86,36 Ton pada tahun 2008 dan mencapai 94,16 Ton di tahun 2009.

Keladi

Gambar I.12 Luas dan Produksi Ubi Jalar, Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Keterangan *) : Data Tahun 2009 Tidak Tersedia

Tanaman Keladi memiliki luas tanam dari tahun 2004 hingga 2007 sebesar 262,32 Hektar, meningkat menjadi  268,25 di tahun 2008. Begitu juga dengan luas

Page 18: Gambaran Umum Boven Digoel

panen keladi yang meningkat dari tahun 2007 sebesar 136,41 Hektar menjadi 177,98 Hektar di tahun 2008. Produksi keladi dari tahun 2004 hingga 2007 sebanyak 809,97 Ton meningkat cukup tinggi di tahun 2008 hingga mencapai 821,86 Ton.

 

Sayuran

Gambar I.13 Luas dan Produksi Sayuran, Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Keterangan *) : Data Tahun 2009 Tidak Tersedia

Gambar di atas menunjukkan luas tanam tanaman sayuran sebesar 7,76 Hektar dari tahun 2004 hingga 2007. Di tahun 2008 luas tanam sayuran meningkat menjadi 10,61 Hektar. Luas panen tanaman sayuran sangat kecil hanya sebesar 0,1 Hektar dari tahun 2004 hingga 2007. Luas panen sayuran mengalami peningkatan di tahun 2008 sebesar 2,95 Hektar. Meskipun luas penen tanaman sayuran tidak begitu besar, hanya mencapai 0,1 sampai 2,95 Hektar, namun produksi sayuran bisa mencapai 350 Ton dari tahun 2004 hingga 2007 dan meningkat menjadi 352,85 Ton di tahun 2008.

Buah-Buahan

Page 19: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.14 Luas dan Produksi Buah-Buahan, Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Keterangan *) : Data Tahun 2009 Tidak Tersedia

Luas Tanam tanaman buah-buahan cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2004 hingga 2008. Luas tanam tanaman buah-buahan pada tahun 2004 sebesar 9,71 Hektar meningkat menjadi 9,80 Hektar pada tahun 2005 hingga tahun 2007 dan di tahun 2008 luas tanam tanaman buah-buahan bertambah menjadi 9,82 Hektar.  Luas panen buah-buahanpun tidak mengalami perubahan dari tahun 2004 hingga 2007 sebesar 8,50 Hektar. Hanya bertambah sedikit luas panen di tahun 2008 menjadi 8,52 Hektar. Sama halnya dengan produksi buah-buahan yang tidak berubah tingkat produksinya dari tahun 2004 hingga 2007 sebanyak 340 Ton, namun di tahun 2008 produksi buah-buahan meningkat 4,52 Ton menjadi 348,52 Ton.

b. Perkebunan

Tanaman yang banyak diusahakan oleh rakyat atau perkebunan rakyat antara lain tanaman Kelapa, Karet, Jambu Mete, Kakao dan Kopi. Luas Areal tanaman perkebunan dan produksinya serta jumlah petani yang mengusahakan tanaman perkebunan

Gambar I.15 Luas Areal Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman  di Kabupaten Boven Digoel,Tahun 2004-2009

Page 20: Gambaran Umum Boven Digoel

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Berdasarkan Gambar diatas, luas areal tanaman karet adalah yang terbesar. Luas areal tanaman karet terus meningkat dari tahun 2004 sebesar 1.531 Hektar pada tahun 2004 hingga mencapai 1.786 Hektar di tahun 2007. Namun pada tahun berikutnya, tahun 2008 luas areal tanaman karet berkurang menjadi 1.342,15 Hektar. Akan tetapi di tahun 2009 luas areal tanaman karet kembali meningkat cukup pesat menjadi 1.813 Hektar. Luas areal tanaman kelapa cenderung mengalami penurunan dari tahun 2004 hingga 2009. Pada tahun 2004 luas areal tanaman kelapa sebesar 363 Hektar berkurang menjadi 360 Hektar di tahun 2007. Peningkatan luas areal tanaman kelapa terjadi di tahun 2008 namun tidak begitu besar, yaitu mencapai 362,08 Hektar. Di tahun 2009, luas areal tanaman kelapa kembali mengalami penurunan hingga mencapai 273 Hektar. Peningkatan dan penurunan luas areal tanaman jambu mete tidak begitu terlihat signifikan dari tahun 2004 hingga 2009. Luas areal tanaman jambu mete pada tahun 2004 sebesar 218 Hektar, mengalami penurunan tetapi tidak begitu besar di tahun 2008 yaitu sebesar 206 Hektar, dan di tahun 2009 meningkat 2 Hektar menjadi 208 Hektar. Sama halnya dengan jambu mete, luas areal tanaman kopi tidak terlalu mengalami perubahan yang berarti dari tahun 2004 hingga 2009. Luas areal tanaman kopi menurun dari tahun 2004 dan 2005 sebesar 117 Hektar menjadi 104 Hektar di tahun 2006 dan 2007 dan kembali bertambah menjadi 117 Hektar di tahun 2008. Sementara pada tahun 2009, luas areal tanaman kopi menurun hanya 1 Hektar menjadi 116 Hektar. Tanaman kakao mengalami peningkatan luas areal yang cukup pesat dari tahun 2004 dan 2005 sebesar 19 Hektar menjadi 77 Hektar di tahun 2006 dan 79 Hektar di tahun 2007. Namun pada tahun 2008, luas areal tanaman kakao menurun cukup signifikan menjadi 36 Hektar dan terus menurun di tahun 2009 hingga hanya sebesar 10 Hektar saja.

Page 21: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.16 Jumlah Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Jenis Tanaman di Kabupaten Boven Digoel,Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Dari Gambar diatas terlihat bahwa, pada tahun 2004 dan 2005, jumlah produksi tanaman karet lebih besar dibandingkan tanaman kelapa, jambu mete, kakao dan kopi. Namun dari tahun 2006 hingga 2009 jumlah produksi tanaman kelapa lebih besar dibanding tanaman lainnya.

Produksi tanaman kelapa dari tahun 2004 sebesar 112.500 Kg meningkat menjadi 251.235 Kg di tahun 2007. Pada tahun 2008 produksi kelapa turun tapi tidak terlalu besar, yaitu mencapai 250.784 Kg. Namun penurunan produksi kelapa sangat signifikan terjadi di tahun 2009, yaitu hanya mencapai 120 Kg. Begitu juga dengan jumlah produksi tanaman karet yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2004 sebesar 125.000 Kg hingga mencapai jumlah produksi 197.966 Kg di tahun 2008. Namun penurunan jumlah produksi secara sangat signifikan juga terjadi pada tahun 2009, yaitu hanya sebesar 19 kg. Penurunan jumlah produksi juga dialami tanaman jambu mete dan kopi. Jumlah produksi jambu mete cenderung mengalami penurunan dari tahun 2004 sebesar 17.165 Kg menjadi hanya 9.199 Kg di tahun 2008. Jumlah produksi sebesar 29.350 Kg yang dihasilkan tanaman kopi pada tahun 2004 cenderung menurun jumlahnya, hingga pada tahun 2008 jumlah produksinya menjadi 25.100 Kg. Jumlah produksi tanaman kakao yang terdata dari tahun 2006 hingga 2008 menunjukkan adanya peningkatan jumlah produksi, yaitu dari tahun 2006 sebesar 1.210 Kg meningkat di tahun 2007 dan 2008 sebesar 1.290 Kg.

Gambar I.17 Jumlah Petani Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Boven Digoel,Tahun 2004-2009

Page 22: Gambaran Umum Boven Digoel

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Jumlah petani tanaman perkebunan rakyat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah petani kelapa meningkat dari tahun 2004 dan 2005 sebanyak 1.059 petani menjadi 1.500 petani di tahun 2006. Pada tahun 2007 dan 2008 jumlah petani kelapa berkurang menjadi 1.059 petani dan ditahun 2009 jumlah petani kelapa berkurang sangat signifikan hingga hanya mencapai 503 petani. Jumlah petani karet juga mengalami penurunan yang cukup pesat dari tahun 2004 dan 2005 sebanyak 2.044 petani, menjadi 1.255 petani di tahun 2006, setelah itu di tahun 2007 dan 2008 jumlah petani karet kembali meningkat menjadi 1.644 petani dan terus meningkat di tahun 2009 hingga menjadi 1.680 petani.

Jumlah petani jambu mete turun cukup signifikan dari tahun 2004 dan 2005 yang berjumlah 798 petani menjadi 212 petani di tahun 2006. Pada tahun 2006 hingga 2008 jumlah petani jambu mete tetap sama, yaitu sebanyak 212 petani. Namun di tahun 2009, jumlah petani jambu mete turun secara signifikan hingga hanya mencapai 38 petani. Petani kakao yang berjumlah 244 pada tahun 2004 dan 2005, dan 243 pada tahun 2006, meningkat cukup pesat di tahun 2007 dan 2008 sebanyak 445 petani, kemudian pada tahun 2009 jumlah petani kakao mengalami penurunan yang sangat signifikan hingga hanya mencapai 15 orang petani saja. Sementara itu, jumlah petani kopi cenderung sama dari tahun 2004 hingga 2008, yaitu sebanyak 251 petani, sedangkan di tahun 2009 jumlah petani kopi menurun menjadi 116 orang.

c. Peternakan

Page 23: Gambaran Umum Boven Digoel

Ternak yang banyak diusahakan di Kabupaten Boven Digoel diantaranya adalah Sapi Potong, Kambing, Babi, Ayam Buras dan Itik. Jumlah ternak dan produksi daging terlihat seperti pada Gambar berikut.

Gambar I.18 Jumlah Ternak yang Diusahakan di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

 

Ternak yang paling banyak diusahakan di Kabupaten Boven Digoel adalah Ayam Buras. Berdasarkan Gambar diatas, jumlah Ayam Buras cenderung meningkat setiap tahunnya dari tahun 2004 hingga 2008. Jumlah Ayam Buras meningkat dari tahun 2004 sebanyak 10.572 ekor menjadi 15.192 ekor di tahun 2008, namun pada tahun 2009 jumlah Ayam Buras menurun hingga menjadi 12.845 ekor. Babi adalah ternak terbanyak kedua yang diusahakan setelah Ayam Buras. Jumlah ternak Babi cenderung meningkat dari tahun 2004 hingga 2009. Jumlah ternak Babi meningkat dari 4.189 pada tahun 2004 menjadi 5.298 di tahun 2009. Jumlah ternak Kambing sebanyak 737 ekor pada tahun 2004 dan 2005 meningkat menjadi 777 ekor di tahun 2006 dan 2007. Pada tahun 2008 jumlah ternak Kambing naik cukup pesat hingga mencapai 1.066 ekor, dan di tahun 2009 jumlahnya terus naik menjadi 1.134 ekor. Ternak Sapi Potong menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah dari tahun 2004 hingga tahun 2009. Jumlah ternak Sapi Potong meningkat dari tahun 2004 sebanyak 432 ekor menjadi 654 ekor di tahun 2009. Itik merupakan ternak yang paling sedikit diusahakan dibanding ternak lainnya. Jumlah Itik pada tahun 2004 sebanyak 155 ekor meningkat menjadi 212 ekor pada pada tahun 2008, namun pada tahun 2009

Page 24: Gambaran Umum Boven Digoel

jumlah ternak Itik menurun tetapi tidak terlalu besar dari tahun 2008, yaitu sebanyak 195 ekor.

Gambar I.19 Produksi Daging Ternak di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009 

Berdasarkan Gambar diatas, produksi daging ternak yang terbanyak adalah daging Babi. Peningkatan jumlah produksi daging Babi cenderung cukup signifikan dari tahun 2004 hingga 2009. Produksi daging Babi pada tahun 2004 dan 2005 sebanyak 28.492 Kg meningkat sebanyak 64.800 Kg di tahun 2006 dan 2007. Produksi daging Babi terus mengalami peningkatan pada tahun 2008 sebanyak 81.700 Kg dan mencapai 94.220 Kg di tahun 2009.

Produksi daging Ayam Buras pada tahun 2004 dan 2005 sebanyak 26.448 Kg menurun di tahun 2006 dan 2007 sebanyak 7.438 Kg, namun kembali menunjukkan peningkatan cukup pesat di tahun 2008 sebanyak 11.412 Kg dan mencapai 12.255 Kg pada tahun 2009. Produksi daging Sapi Potong mengalami penurunan yang cukup besar dari tahun 2004 dan 2005 yang berjumlah 15.552 Kg, menjadi 5.405 Kg di tahun 2005 dan 2006, akan tetapi produksi daging Sapi Potong kembali meningkat sangat signifikan di tahun 2008 menjadi 22.800 Kg dan terus meningkat pada tahun 2009 sebanyak 23.896 Kg. Pada tahun 2004 dan 2005, produksi daging Kambing sebesar 5.527 Kg. Jumlah ini menurun di tahun 2006 dan 2007 sebesar 2.130 Kg. Namun produksi daging Kambing kembali meningkat menjadi 4.200 Kg pada tahun 2008 dan 4.720 Kg di tahun 2009. Jumlah produksi daging Itik adalah yang terkecil dibandingkan dengan jumlah produksi daging ternak lainya. Produksi daging Itik pada tahun 2004 dan 2005 sebesar 62 Kg meningkat menjadi 64 Kg di tahun 2006 dan 2007. Di tahun 2008,

Page 25: Gambaran Umum Boven Digoel

jumlah produksi daging Itik menurun menjadi hanya 44 Kg. Namun pada tahun 2009, jumlah produksi daging Itik naik secara signifikan hingga mencapai 250 Kg.

d. Perkebunan

Tanaman yang banyak diusahakan oleh rakyat atau perkebunan rakyat antara lain tanaman Kelapa, Karet, Jambu Mete, Kakao dan Kopi. Luas Areal tanaman perkebunan dan produksinya serta jumlah petani yang mengusahakan tanaman perkebunan seperti tampak pada Gambar berikut.

Gambar I.20 Luas Areal Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Boven Digoel,Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009 

Berdasarkan Gambar diatas, luas areal tanaman karet adalah yang terbesar. Luas areal tanaman karet terus meningkat dari tahun 2004 sebesar 1.531 Hektar pada tahun 2004 hingga mencapai 1.786 Hektar di tahun 2007. Namun pada tahun berikutnya, tahun 2008 luas areal tanaman karet berkurang menjadi 1.342,15 Hektar. Akan tetapi di tahun 2009 luas areal tanaman karet kembali meningkat cukup pesat menjadi 1.813 Hektar. Luas areal tanaman kelapa cenderung mengalami penurunan dari tahun 2004 hingga 2009. Pada tahun 2004 luas areal tanaman kelapa sebesar 363 Hektar berkurang menjadi 360 Hektar di tahun 2007. Peningkatan luas areal tanaman kelapa terjadi di tahun 2008 namun tidak begitu besar, yaitu mencapai 362,08 Hektar. Di tahun 2009, luas areal tanaman kelapa kembali mengalami penurunan hingga mencapai 273 Hektar. Peningkatan dan penurunan luas areal tanaman jambu mete tidak begitu terlihat signifikan dari tahun 2004 hingga 2009. Luas areal tanaman jambu mete pada tahun 2004 sebesar 218 Hektar, mengalami penurunan tetapi tidak begitu besar di tahun 2008 yaitu sebesar 206 Hektar, dan di tahun 2009 meningkat 2 Hektar menjadi 208 Hektar. Sama halnya dengan jambu mete, luas areal tanaman kopi tidak terlalu mengalami perubahan yang berarti dari tahun 2004 hingga 2009. Luas

Page 26: Gambaran Umum Boven Digoel

areal tanaman kopi menurun dari tahun 2004 dan 2005 sebesar 117 Hektar menjadi 104 Hektar di tahun 2006 dan 2007 dan kembali bertambah menjadi 117 Hektar di tahun 2008. Sementara pada tahun 2009, luas areal tanaman kopi menurun hanya 1 Hektar menjadi 116 Hektar. Tanaman kakao mengalami peningkatan luas areal yang cukup pesat dari tahun 2004 dan 2005 sebesar 19 Hektar menjadi 77 Hektar di tahun 2006 dan 79 Hektar di tahun 2007. Namun pada tahun 2008, luas areal tanaman kakao menurun cukup signifikan menjadi 36 Hektar dan terus menurun di tahun 2009 hingga hanya sebesar 10 Hektar saja.

Gambar I.21 Jumlah Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Jenis Tanaman di Kabupaten Boven Digoel,Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009 

Dari Gambar diatas terlihat bahwa, pada tahun 2004 dan 2005, jumlah produksi tanaman karet lebih besar dibandingkan tanaman kelapa, jambu mete, kakao dan kopi. Namun dari tahun 2006 hingga 2009 jumlah produksi tanaman kelapa lebih besar dibanding tanaman lainnya.

Produksi tanaman kelapa dari tahun 2004 sebesar 112.500 Kg meningkat menjadi 251.235 Kg di tahun 2007. Pada tahun 2008 produksi kelapa turun tapi tidak terlalu besar, yaitu mencapai 250.784 Kg. Namun penurunan produksi kelapa sangat signifikan terjadi di tahun 2009, yaitu hanya mencapai 120 Kg. Begitu juga dengan jumlah produksi tanaman karet yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2004 sebesar 125.000 Kg hingga mencapai jumlah produksi 197.966 Kg di tahun 2008. Namun penurunan jumlah produksi secara sangat signifikan juga terjadi pada tahun 2009, yaitu hanya sebesar 19 kg. Penurunan jumlah produksi juga dialami tanaman jambu mete dan kopi. Jumlah produksi jambu mete cenderung mengalami penurunan dari tahun 2004 sebesar 17.165 Kg menjadi hanya 9.199 Kg di tahun 2008. Jumlah produksi sebesar 29.350 Kg yang dihasilkan tanaman kopi pada tahun 2004 cenderung menurun jumlahnya, hingga

Page 27: Gambaran Umum Boven Digoel

pada tahun 2008 jumlah produksinya menjadi 25.100 Kg. Jumlah produksi tanaman kakao yang terdata dari tahun 2006 hingga 2008 menunjukkan adanya peningkatan jumlah produksi, yaitu dari tahun 2006 sebesar 1.210 Kg meningkat di tahun 2007 dan 2008 sebesar 1.290 Kg.

Gambar I.22 Jumlah Petani Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Boven Digoel,Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009 

 

Jumlah petani tanaman perkebunan rakyat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar diatas di atas menunjukkan bahwa jumlah petani kelapa meningkat dari tahun 2004 dan 2005 sebanyak 1.059 petani menjadi 1.500 petani di tahun 2006. Pada tahun 2007 dan 2008 jumlah petani kelapa berkurang menjadi 1.059 petani dan ditahun 2009 jumlah petani kelapa berkurang sangat signifikan hingga hanya mencapai 503 petani. Jumlah petani karet juga mengalami penurunan yang cukup pesat dari tahun 2004 dan 2005 sebanyak 2.044 petani, menjadi 1.255 petani di tahun 2006, setelah itu di tahun 2007 dan 2008 jumlah petani karet kembali meningkat menjadi 1.644 petani dan terus meningkat di tahun 2009 hingga menjadi 1.680 petani.

Jumlah petani jambu mete turun cukup signifikan dari tahun 2004 dan 2005 yang berjumlah 798 petani menjadi 212 petani di tahun 2006. Pada tahun 2006 hingga 2008 jumlah petani jambu mete tetap sama, yaitu sebanyak 212 petani. Namun di tahun 2009, jumlah petani jambu mete turun secara signifikan hingga hanya mencapai 38 petani. Petani kakao yang berjumlah 244 pada tahun 2004 dan 2005, dan 243 pada tahun 2006, meningkat cukup pesat di tahun 2007 dan 2008

Page 28: Gambaran Umum Boven Digoel

sebanyak 445 petani, kemudian pada tahun 2009 jumlah petani kakao mengalami penurunan yang sangat signifikan hingga hanya mencapai 15 orang petani saja. Sementara itu, jumlah petani kopi cenderung sama dari tahun 2004 hingga 2008, yaitu sebanyak 251 petani, sedangkan di tahun 2009 jumlah petani kopi menurun menjadi 116 orang.

e. Kehutanan

Kabupaten Boven Digoel memiliki  hutan yang sangat luas dengan berbagai macam hasil hutan yang dapat diolah, sehingga dapat meningkatkan pemasukan bagi daerah.

Gambar I.23 Volume Penjualan Dalam Negeri Hasil Hutan Menurut Jenisnya di Kabupaten Boven Digoel,Tahun 2005-2009

  Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Boven Digoel, 2009

Keterangan *) : Data Tahun 2007 dan 2009 Tidak Tersedia

 

Hasil-hasil hutan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar diatas adalah hasil-hasil hutan yang ditujukan untuk penjualan dalam negeri, diantaranya adalah kayu bulat, kayu gergaji, plywood dan film faced. Hasil-hasil hutan tersebut sebagian besar diusahakan oleh perusahaan besar swasta. Volume penjualan kayu bulat mengalami peningkatan semenjak tahun 2005 hingga 2006. Volume kayu bulat meningkat dari tahun 2005 sebesar 253.541,9 m3 menjadi 345.009,8 m3 di tahun 2006. Namun dari data yang diperoleh, pada tahun 2008 volume penjualan kayu bulat mengalami penurunan menjadi 307.892,9 m3.  Volume penjualan kayu gergaji meningkat dari tahun 2005 sebesar 2.909,85 m3, menjadi 2.948,42 m3 di tahun 2006. Pada tahun 2008, volume penjualan kayu gergaji menurun hingga menjadi sebesar 2.104,31 m3. Dari tahun 2005 hingga 2006, volume penjualan plywood mengalami peningkatan. Volume penjualan plywood meningkat cukup pesat dari tahun 2005 sebesar 1.105,68 m3, menjadi 2.495,45 m3 di tahun 2006. Kemudian pada tahun 2008, volume penjualan plywood mengalami penurunan hingga mencapai 2.198,43 m3. Volume penjualan film faced meningkat dari tahun 2005 sebesar 145,11 m3, menjadi 158,14 m3 di tahun 2006.

Page 29: Gambaran Umum Boven Digoel

f. Perikanan

Kondisi geografis Kabupaten Boven Digoel yang terdiri dari banyak sungai kecil dan beberapa sungai besar memungkinkan masyarakatnya untuk mengusahakan kegiatan perikanan baik yang bersifat penangkapan ataupun pemeliharaan.

Gambar I.24 Jumlah Armada Penangkapan Ikan, Tahun 2004-2009

 Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Boven Digoel, 2009

 

Armada penangkapan ikan merupakan sarana yang sangat penting guna menunjang kegiatan penangkapan hasil sungai. Armada yang terdapat di Kabupaten Boven Digoel adalah perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor. Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar diatas, dari tahun 2004 hingga 2009 jumlah armada penangkapan ikan yang terbanyak adalah perahu tanpa motor kemudian perahu motor tempel dan hanya sedikit yang memiliki kapal motor. Jumlah perahu tanpa motor terus mengalami peningkatan dari tahun 2004 yang hanya berjumlah 18 armada menjadi 80 armada di tahun 2009. Begitu juga dengan perahu motor tempel yang cenderung mengalami peningkatan jumlah dari tahun 2004 hingga 2009. Sedangkan armada yang berupa kapal motor hanya berjumlah 3 unit pada tahun 2009.

Gambar I.25 Jumlah Nelayan, Tahun 2004-2009

Page 30: Gambaran Umum Boven Digoel

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Keterangan *) : Data Tahun 2004, 2005, dan 2006 Tidak Tersedia

Jumlah nelayan di Kabupaten Boven Digoel seperti yang tampak pada Gambar diatas di atas sebanyak 28 nelayan pada tahun 2007 dan meningkat cukup tinggi menjadi 65 nelayan di tahun 2008 dan ditahun 2009 jumlah nelayan tidak berubah dari tahun 2008 yaitu sebanyak 65 nelayan.

 

Gambar I.26 Banyaknya Alat Penangkap Ikan di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2004-2009

Page 31: Gambaran Umum Boven Digoel

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Dalam Gambar diatas terlihat dari tahun 2005 hingga 2009, alat penangkap ikan yang paling banyak digunakan masyarakat adalah jaring insang tetap, kemudian pancing terus meningkat penggunaannya dari tahun 2004 hingga 2009. Jaring insang tetap juga mengalami peningkatan cukup pesat hampir setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2007 dan 2008 jumlah alat jaring insang tetap tidak berubah sebanyak 1.875. Alat penangkap ikan berupa jaring insang hanyut meningkat dari tahun 2004 berjumlah hanya 7 buah menjadi 48 buah di tahun 2006, namun menurun jumlahnya di tahun 2007 hingga 2009, yaitu menjadi 35 buah. Alat penangkap ikan yang paling sedikit adalah serok yang hanya berjumlah 8 buah pada tahun 2007 hingga 2009.

Gambar I.27  Jumlah Produksi Ikan (Kg) di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Keterangan *) : Data Tahun 2004, 2005, dan 2006 Tidak Tersedia

 

Page 32: Gambaran Umum Boven Digoel

Jumlah produksi ikan di Kabupaten Boven Digoel seperti yang ditunjukkan oleh Gambar di atas, sebesar 29.880 Kg pada tahun 2007. Kemudian meningkat di tahun 2008 sebesar 31.842 Kg. Namun di tahun 2009, produksi ikan di Kabupaten Boven Digoel mengalami penurunan hingga mencapai 25.439 Kg.

Gambar I.28 Jumlah Rumah Tangga Perikanan di Kabupaten Boven Digoel,Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, 2009

Keterangan *) : Data Tahun 2004 dan 2005 Tidak Tersedia

Rumah tangga perikanan terbagi kedalam beberapa jenis menurut kegiatan usahanya, yaitu Rumah Tangga Pembudidaya, Rumah Tangga Penangkapan, Rumah Tangga Pengolah dan Rumah Tangga Pengumpul. Berdasarkan Gambar di atas, Rumah Tangga Penangkapan atau rumah tangga yang jenis kegiatan usahanya adalah menangkap ikan merupakan rumah tangga yang terbanyak. Namun dari tahun 2006 hingga 2007, jumlah rumah tangga ini mengalami penurunan hingga menjadi 109 rumah tangga, tetapi di tahun 2008 kembali bertambah jumlahnya menjadi 117 rumah tangga dan terus naik pada tahun 2009 hingga menjadi 126 rumahtangga. Jumlah Rumah Tangga Pembudidaya atau rumah tangga yang membudidayakan ikan meningkat cukup pesat dari tahun 2006 yang berjumlah hanya 17 rumah tangga menjadi 83 rumah tangga di tahun 2007. Rumah tangga ini terus mengalami peningkatan, pada tahun 2008 berjumlah 104 rumah tangga menjadi 117 rumah tangga di tahun 2009. Rumah Tangga Pengumpul atau rumah tangga yang kegiatannya mengumpulkan hasil ikan tiap tahunnya mengalami peningkatan, mulai dari tahun 2006 yang berjumlah hanya 45 rumah tangga menjadi 96 rumah tangga di tahun 2009. Sedangkan Rumah Tangga Pengolah atau rumah tangga yang kegiatannya

Page 33: Gambaran Umum Boven Digoel

mengolah hasil ikan sehingga mempunyai nilai tambah berjumlah sangat sedikit dibandingkan dengan rumah tangga lainya. Pada tahun 2006 dan 2008, rumah tangga ini hanya berjumlah 8 rumah tangga dan pada tahun 2008 hingga 2009, jumlahnya hanya bertambah menjadi 9 rumah tangga saja.

g. Energi dan Sumber Daya Alam

Tidak dipungkiri lagi, bahwa energi listrik memainkan peranan yang sangat vital dalam menggerakan segala aktivitas manusia yang menggunakan sumber energi listrik. Di Kabupaten Boven Digoel terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PLTD dikelola oleh PT PLN (Persero), yang meliputi wilayah Ranting Tanah Merah, Liskamp. Mindiptana, dan Liskamp. Getentiri.

Gambar I.29 Jumlah Tenaga Listrik yang Diproduksi, Dijual dan Susut di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2005-2009

Sumber: PT PLN (Persero) Wilayah Papua Cabang Merauke, Ranting Tanah Merah, 2009

Jumlah tenaga listrik yang diproduksi dari PLTD menunjukkan peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2005 hingga 2009. Berdasarkan Gambar diatas

, produksi tenaga listrik meningkat sangat signifikan dalam 5 tahun terakhir. Produksi tenaga listrik pada tahun 2004 sebesar 453.007 Kwh meningkat tajam di tahun 2009 dengan jumlah produksi tenaga listrik sebesar 62.460.713 Kwh. Demikian halnya dengan jumlah tenaga listrik yang terjual. Jumlah tenaga listrik yang terjual meningkat secara signifikan dari tahun 2006 ke tahun 2007, yaitu dari 416.459 Kwh menjadi 1.118.708 Kwh. Peningkatan jumlah tenaga listrik terjual secara signifikan juga terjadi dari tahun 2008 ke tahun 2009, yaitu dari 2.202.894 Kwh pada tahun 2008 menjadi 57.957.749 Kwh di tahun 2009. Dari

Page 34: Gambaran Umum Boven Digoel

tahun 2005 hingga 2009, penyusutan tenaga listrik terbesar terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 4.502.964 Kwh.

Tabel I.8 Jumlah Mesin, Daya Terpasang, Jumlah Konsumen dan KVA Terpasang Pada PLTD Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2004-2009

Tahun Jumlah Mesin Daya TerpasangJumlah

KonsumenKVA Terpasang

2004 7 280 682 370,702005 8 420 705 566,602006 10 710 784 715,902007 11 1265 1108 1201,952008 7 940 1262 1640,202009 10 2760 1614 1894,840

Sumber: PT PLN (Persero) Wilayah Papua Cabang Merauke, Ranting Tanah Merah, 2009

Jumlah mesin pada PLTD Kabupaten Boven Digoel mengalami peningkatan dari tahun 2004 sebesar 7 unit menjadi 11 unit di tahun 2007 dengan daya terpasang sebesar 1.265 Kwh. Pada tahun 2008, jumlah mesin berkurang hingga menjadi 7 unit dengan daya terpasang sebesar 940 Kwh. Namun pada tahun 2009, jumlah mesin pada PLTD kembali bertambah menjadi 10 unit mesin, dengan daya terpasang sebesar 2.760 Kwh. Jumlah konsumen atau pelanggan listrik meningkat setiap tahunnya dari tahun 2004 hingga 2009. Peningkatan signifikan jumlah konsumen terlihat dari tahun 2006 hingga 2007, yaitu dari 784 konsumen menjadi 1.108 konsumen, dan dari tahun 2008 hingga 2009, dari 1.262 konsumen menjadi 1.614 konsumen, dengan KVA terpasang sebesar 1.894.840.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kabupaten Boven Digoel berjumlah tidak terlalu banyak, seperti yang ditunjukkan pada Tabel dibawah. PLTS ini berupa sel-sel solar yang biasa dipasang di atas atap rumah atau dibuatkan empat tersendiri.

Tabel I.9 Jumlah Unit dan Kapasitas Pada PLTS di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2004-2009

Tahun Jumlah Unit Kapasitas (wp)2004 - -2005 - -2006 - -2007 200 100002008 330 165002009 100 500

Sumber : Dinas Pertambangan Kabupaten Boven Digoel, 2009

Berdasarkan Tabel di atas, jumlah PLTS di Kabupaten Boven Digoel pada tahun 2007 sebanyak 200 unit, meningkat menjadi 330 unit di tahun 2008, dengan kapasitas sebesar 16.500 Wp, lebih 6.500 Wp dari tahun 2007. Akan tetapi jumlah

Page 35: Gambaran Umum Boven Digoel

PLTS menurun di tahun 2009 hingga hanya mencapai 100 unit, dengan kapasitas sebesar 500 Wp, lebih sedikit dibandingkan jumlah PLTS di tahun 2007 sebanyak 200 unit.

Sumberdaya Mineral

 Sumberdaya mineral yang terbanyak di Kabupaten Boven Digoel merupakan sumberdaya mineral yang masuk kedalam Bahan Galian Golongan C, antara lain tanah timbun dan pasir kerikil.

Gambar I.30 Produksi Pertambangan Bahan Galian Tanah Timbun dan Pasir Kerikil di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2006-2009

Sumber : Dinas Pertambangan Kabupaten Boven Digoel, 2009

Volume bahan galian tanah timbun mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2006 sebesar 80.962,5 m3, menjadi hanya 8.984,68 m3 di tahun 2007, seperti yang tampak dalam Gambar diatas Pada tahun 2008 dan 2009, volume bahan galian tanah timbun terus mengalami kenaikan secara signifikan. Dari tahun 2007 ke tahun 2008, volume tanah timbun meningkat tajam dari 8.984,68 m3 menjadi 40.600 m3 di tahun 2008, dan pada tahun 2009, volume tanah timbun naik secara pesat hingga mencapai 81.516,91 m3. Begitu pula dengan pasir kerikil yang mengalami penurunan signifikan dari tahun 2006 sebesar 43.761,1 m3 menjadi hanya 9.602,1 m3 di tahun 2007. Peningkatan volume pasir kerikiil secara signifikan terjadi dari tahun 2007 ke tahun 2008 dan dari tahun 2008 menuju tahun 2009, yaitu dari 88.363 m3 pada tahun 2008, menjadi 155.168,03 m3 di tahun 2009.

F. Sarana – Prasarana

a. Pendidikan

Page 36: Gambaran Umum Boven Digoel

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan tingkat pendidikan yang baik, seseorang dapat meningkatkan taraf hidupnya. Sekolah merupakan sarana yang sangat penting guna menunjang berlangsungnya kegiatan pendidikan. Banyaknya sekolah di Kabupaten Boven Digoel dapat dilihat dari Gambar berikut.

Gambar I.31 Banyaknya Sekolah Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun Ajaran 2004/2005 – 2009/2010

 Sumber: BPS Boven Digoel, Boven Digoel Dalam Angka 2009/2010

Sekolah yang paling banyak adalah Sekolah Dasar (SD), baik swasta maupun negeri. Pada tahun ajaran 2004/2005, jumlah SD Negeri lebih banyak jika dibandingkan dengan SD Swasta. Namun dari tahun ajaran 2005/2006 hingga 2009/2010 jumlah SD Swasta lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah SD Negeri.

Jumlah sekolah Taman Kanak-kanak (TK) Swasta dan Negeri pada tahun ajaran 2004/2005 berjumlah 6 sekolah. Pada tahun ajaran 2005/2006 dan 2006/2007 jumlah sekolah TK bertambah menjadi 10 sekolah TK Negeri, lebih banyak bila dibandingkan dengan TK Swasta yang berjumlah 7 sekolah. Namun pada tahun ajaran 2008/2009 dan 2009/2010 jumlah TK Swasta lebih banyak dibandingkan TK Negeri. Bahkan jumlah TK Negeri berkurang hingga pada tahun ajaran

Page 37: Gambaran Umum Boven Digoel

2009/2010 hanya berjumlah 1 sekolah saja, sedangkan TK Swasta berjumlah 7 sekolah.

Pada tahun ajaran 2004/2005 dan 2005/2006 jumlah sekolah SLTP Negeri dan Swasta sama berjumlah 3 sekolah. Di tahun ajaran 2006/2007 jumlah sekolah SLTP Negeri meningkat menjadi 7 sekolah, sedangkan SLTP Negeri berkurang jumlahnya menjadi 2 sekolah. Pada tahun ajaran 2007/2008 jumlah SLTP Swasta meningkat lagi menjadi 3 sekolah sampai pada tahun ajaran 2009/2010. Jumlah sekolah SLTP Negeri ditahun ajaran 2007/2008 meningkat lagi menjadi 8 sekolah, namun ditahun ajaran berikutnya 2008/2009 berkurang menjadi 7 sekolah, kemudian kembali bertambah 1 sekolah hingga menjadi 8 sekolah ditahun ajaran 2009/2010.

Jumlah sekolah SLTA Negeri dari tahun ajaran 2004/2005 hingga 2006/2007 hanya berjumlah 1 sekolah. Kemudian pada tahun ajaran 2007/2008 hingga 2009/2010 jumlah sekolah SLTA Negeri bertambah menjadi 2 sekolah. Sedangkan jumlah sekolah SLTA Swasta dari tahun ajaran 2006/2007 hingga 2009/2010 hanya berjumlah 1 sekolah saja.

Jumlah sekolah SMK Negeri dari tahun ajaran 2004/2005 berjumlah 1 sekolah naik jumlahnya menjadi 2 sekolah ditahun ajaran 2005/2006 dan 2006/2007. Ditahun ajaran 2007/2008 hingga 2009/2010 jumlah sekolah SMK Negeri naik menjadi 3 sekolah.

Page 38: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.32 Banyaknya Siswa/Murid Sekolah Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun Ajaran 2004/2005 – 2009/2010

 Sumber: BPS Boven Digoel, Boven Digoel Dalam Angka 2009/2010

Pada Gambar diatas tampak bahwa jumlah siswa yang terbanyak adalah siswa SD baik SD Swasta maupun SD Negeri, di ikuti siswa SLTP. Hal ini wajar karena jenjang pendidikan SD dan SLTP termasuk pendidikan wajib belajar yang sudah lama dicanangkan pemerintah. Dari tahun ajaran 2004/2005 hingga 2005/2006 jumlah siswa SD Swasta lebih banyak dibandingkan jumlah siswa SD Negeri. Namun dari tahun ajaran 2006/2007 hingga 2009/2010, jumlah siswa SD Negeri lebih banyak dibandingkan jumlah siswa SD Swasta.

Pada tahun ajaran 2004/2005, jumlah siswa TK Swasta dan Negeri sama berjumlah 252. Di dua tahun ajaran berikutnya, yaitu 2005/2006 dan 2006/2007 jumlah siswa TK Negeri jauh lebih banyak dibandingkan siswa TK Swasta. Namun pada tahun ajaran 2008/2009 hingga 2009/2010, jumlah siswa TK swasta berbalik menjadi yang terbanyak dibandingkan jumlah siswa TK Negeri. Hal ini dikarenakan jumlah sekolah TK Negeri yang hanya memiliki 1 unit sekolah, sedangkan TK Swasta berjumlah 7 unit sekolah pada tahun ajaran 2009/2010.

 

Page 39: Gambaran Umum Boven Digoel

Jumlah siswa SLTP Negeri dari tahun ajaran 2004/2005 hingga 2009/2010 jauh lebih banyak dibandingkan jumlah siswa SLTP Swasta. Sama halnya dengan jumlah siswa SLTA Negeri yang lebih banyak dari jumlah siswa SLTA Swasta dari tahun ajaran 2004/2005 hingga 2009/2010.

Jumlah siswa SMK Negeri rata-rata mengalami peningkatan jumlah siswa setiap tahun ajarannya. Jumlah siswa SMK Negeri meningkat dari tahun ajaran 2004/2005 yaitu sebanyak 164 menjadi 598 siswa pada tahun ajaran 2009/2010.

 

b. Kesehatan

Kesehatan masyarakat merupakan faktor penting dalam menunjang kegiatan pembangunan. Baik tidaknya tingkat kesehatan masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan sarana kesehatan yang layak.

Tabel I.10 Jumlah Sarana Kesehatan Kabupaten Boven Digoel, 2004-2009

TahunDokter

Bidan ApotekerAsisten

ApotekerPerawat Gizi Sanitarian

Analisis KesehatanUmum Ahli Gigi

2004 8 - - 72 - - 74 - - -2005 10 - - 18 - 1 67 - - -2006 12 - - 70 - 1 86 - - -2007 23 - 3 78 - 5 106 - - -2008 24 - 7 82 1 3 92 9 5 12009 25 - 4 73 2 4 95 10 4 5

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel, 2009

Kabupaten Boven Digoel hanya memiliki satu Rumah Sakit yang telah beroperasi dan terletak di Distrik Mindiptana. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel diatas, jumlah Puskesmas Perawatan terus mengalami peningkatan dari tahun 2004 yang hanya berjumlah 2 unit meningkat menjadi 17 unit pada tahun 2009. Sama halnya dengan jumlah Puskesmas Induk yang terus mengalami peningkatan dari tahun 2004 yang berjumlah 6 unit menjadi 15 unit pada tahun 2009. Jumlah Puskesmas Pembantu tidak berubah dari tahun 2004 hingga 2006 yaitu berjumlah 27 unit, diatas kemudian pada tahun 2007 meningkat menjadi 32 unit, namun pada tahun 2008 jumlah Puskesmas Pembantu menurun menjadi 27 unit. Balai pengobatan yang terdapat di Kabupaten Boven Digoel, terdiri dari Balai Pengobatan Swasta dan Poskeskam. Balai Pengobatan Swasta yang tercatat hingga tahun 2008 hanya berjumlah 2 unit dan Balai Pengobatan Poskeskam dari tahun 2007 hingga 2008 tetap berjumlah 10 unit. Sarana kesehatan berupa Posyandu jumlahnya terus meningkat dari tahun 2007 yang berjumlah 72 unit menjadi 85 unit pada tahun 2009. Polindes yang jumlahnya pada tahun 2005 mencapai 20 unit turun menjadi 15 unit pada tahun 2008. Sarana lainnya yang menunjang bidang kesehatan di Kabupaten Boven Digoel, yaitu terdapat hanya 1 Apotek dan 1 Gudang Farmasi di tahun 2008 dan 2009.

Page 40: Gambaran Umum Boven Digoel

Tabel I.11 Jumlah Sarana Kesehatan Pada Puskesmas Keliling Kabupaten Boven Digoel 2004 – 2009

TahunPuskesmas Keliling

Roda Empat (Mobil)

Roda Dua (Motor)

Speed Boat Long Boat

2004 2 9 5 32005 4 16 6 -2006 - 17 8 -2007 8 30 4 22008 10 31 8 -2009 11 58 10 -

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel, 2009

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan hingga ke pelosok-pelosok kampung, pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel mengadakan sarana kesehatan berupa Puskesmas Keliling dengan fasilitas pelayanan berupa kendaraan roda empat (mobil), roda dua (motor), speed boat dan long boat. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel diatas, jumlah Puskesmas keliling berupa kendaraan roda empat meningkat jumlahnya dari 2 unit mobil pada tahun 2004 menjadi 11 unit mobil pada tahun 2009. Begitu juga dengan kendaraan roda dua yang jumlahnya terus meningkat dari tahun 2004 berjumlah 9 unit menjadi 58 unit pada tahun 2009. Puskesmas keliling yang menggunakan speed boat jumlahnya meningkat dari 5 unit pada tahun 2004 menjadi 8 unit pada tahun 2006, namun pada tahun 2007 jumlahnya menurun menjadi hanya 4 unit, kemudian pada tahun 2008, jumlah speed boat bertambah lagi manjadi 8 unit dan pada tahun 2009 naik menjadi 10 unit. Long boat adalah sarana kesehatan pada puskesmas keliling yang paling sedikit jumlahnya. Pada tahun 2004, jumlah long boat mencapai 3 unit dan pada tahun 2007 jumlahnya berkurang menjadi hanya 2 unit.

c. Peribadatan

Kantor Kementrian Agama Kabupaten Boven Digoel mencatat terdapat lima agama yang ada di Kabupaten Boven Digoel. Kelima agama tersebut adalah Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.

Page 41: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.33 Jumlah Pemeluk Agama di Kabupaten Boven Digoel Tahun 2009

 Sumber: Kantor Kementrian Agama Kabupaten Boven Digoel, 2009 

Data tahun 2009 seperti yang taampak pada Gambar di atas menunjukkan, Agama Katolik adalah agama yang memiliki paling banyak pemeluknya, yaitu berjumlah 23.077 orang. Agama Kristen memiliki jumlah pemeluk terbanyak kedua, yaitu berjumlah 12.534 orang, diikuti Agama Islam sebagai agama ketiga terbanyak pemeluknya yaitu berjumlah 10.125 orang. Sedangkan Agama Hindu dan Budha hanya memiliki jumlah pemeluk masing-masing 22 dan 8 orang saja.

Sarana Ibadah

Tempat ibadah merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang berlangsungnya kegiatan ibadah suatu agama. Banyaknya tempat ibadah dari masing-masing agama di Kabupaten Boven Digoel, tampak seperti dalam Gambar di bawah ini.

Page 42: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.34 Jumlah Sarana Ibadah di Kabupaten Boven Digoel Tahun 2006-2009

Sumber: Kantor Kementrian Agama Kabupaten Boven Digoel, 2009

Dari kelima agama yang ada, Gereja Katolik merupakan tempat ibadah yang paling banyak dibandingkan tempat ibadah agama lain dan jumlahnya terus meningkat dari tahun 2006 berjumlah 134 menjadi 229 di tahun 2009. Agama Kristen memiliki tempat ibadah terbanyak kedua pada tahun 2006 yaitu sebanyak 62 Gereja, namun pada tahun 2007 dan 2008 jumlah Gereja Kristen berkurang hingga hanya berjumlah 10 Gereja, kemudian pada tahun 2009 jumlahnya meningkat menjadi 36 Gereja. Pada tahun 2006, jumlah Mushola lebih banyak dibandingkan dengan jumlah Masjid yang merupakan tempat ibadah Agama Islam, namun mulai tahun 2007 hingga 2009, jumlah Mushola cenderung berkurang dan jumlah Masjid yang cenderung bertambah dari tahun 2006 hanya sebanyak 6 Masjid menjadi 15 Masjid di tahun 2009. Sedangkan tempat ibadah untuk umat beragama Hindu dan Budha yaitu Pura dan Wihara tidak terdapat di Kabupaten Boven Digoel.

Page 43: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.35 Jumlah Rohaniawan di Kabupaten Boven Digoel Tahun 2005-2009

Sumber: BPS Kab. Boven Digoel, Boven Digoel Dalam Angka 2009/2010

 Berdasarkan Gambar diatas, jumlah rohaniawan yang beragama Islam meningkat sangat pesat, khususnya dari tahun 2007 ke tahun 2008, yaitu dari 18 rohaniawan pada tahun 2007 menjadi 90 rohaniawan ditahun 2008, dan jumlah ini tetap ditahun 2009. Rohaniawan yang beragama Kristen jumlahnya tetap 51 orang dari tahun 2005 hingga tahun 2007, sedangkan pada tahun 2008 hingga 2009 jumlahnya berkurang menjadi 21 rohaniawan. Agama Katolik meskipun memiliki jumlah pemeluk dan tempat ibadah terbanyak dibanding dengan agama lain, namun memiliki jumlah rohaniawan yang relatif lebih sedikit. Dari tahun 2005 hingga 2007, jumlah rohaniawan Katolik berjumlah 20 orang, dan kemudian bertambah hanya 2 orang pada tahun 2008 dan 2009 menjadi 22 rohaniawan. Sedangkan bagi yang beragama Hindu dan Budha tidak terdapat seorang rohaniawan.

d. Industri dan Perdagangan

Pada tahun 2009 terjadi penurunan  jumlah unit usaha yang bergerak pada bidang industri kecil formal yang sangat drastis dibandingkan tahun sebelumnya yakni dari 40 unit menjadi 22 unit dengan kata lain mengalami penurunan sebesar 45 persen. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah sebab dalam kurun waktu tiga tahun sebelumnya selalu mengalami peningkatan. Berkurangnya jumlah unit usaha tersebut berdampak pada jumlah tenaga kerjanya, dimana terjadi penurunan

Page 44: Gambaran Umum Boven Digoel

jumlah tenaga kerja dari 86 menjadi 44 tenaga kerja atau sebesar 48,84 persen. Dapat disimpulkan bahwa industri kecil merupakan sektor ekonomi yang cukup banyak menyerap tenaga kerja.

Gambar I.36 Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Formal Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Boven Digoel, 2009

Keterangan *): Data Tahun 2004 dan 2005 Tidak Tersedia

 

Industri Kecil Non Formal

Begitu juga halnya kegiatan ekonomi di bidang industri kecil non formal, baik unit usahanya maupun tenaga kerjanya mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Unit usaha pada bidang ini mengalami penurunan sebesar 54,41 persen yakni dari 65 unit menjadi 28 unit. Penurunan tenaga kerja pada bidang ini mencapai 67,05 persen yakni dari 170 menjadi 56 tenaga kerja. Sedangkan dalam kurun waktu tiga tahun sebelumnya yakni tahun 2006 sampai 2008, jumlah unit usaha dan tenaga kerja industrri kecil non formal mengalami peningkatan.

 

Page 45: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.37 Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Non Formal Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Boven Digoel, 2009

Keterangan *): Data Tahun 2004 dan 2005 Tidak Tersedia

 

Industri Menengah

Lain halnya dengan Industri Menengah yang ada di Kabupaen Boven Digoel, yakni jumlah unit  usaha pada bidang ini meningkat sangat drastis mencapai 4 kali lipat dari tahun depan atau dengan kata lain meningkat sebesar 400 persen dari tahun sebelumnya dari 2 unit menjadi 10 unit. Namun seiring meningkatnya jumlah unit usaha, justru jumlah tenaga kerja pada bidang ini menurun drastis sebesar 82,61 persen yakni dari 115 menjadi 20 tenaga kerja.  Hal ini mengindikasikan perubahan industri menengah dari yang padat karya menjadi padat modal, serta menunjukkan industri yang menggunakan teknologi sehingga tidak memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak lagi.

 

Page 46: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.38 Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Menengah Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Boven Digoel, 2009

Keterangan *): Data Tahun 2004 Tidak Tersedia

 

Industri Besar

Untuk kelompok Industri besar, dimana perkembangan unit usaha dan tenaga kerjanya dapat dilihat melalui gambar grafik dibawah ini. Pada umumnya, jumlah unit usaha dalam bidang industri besar ini selalu tetap tidak ada yang berubah, terkecuali pada tahun 2004 dimana jumah unit usaha pada tahun tersebut mencapai 5 unit. Sedangkan untuk 5 tahun berikutnya sampai tahun 2009 berkisar 3 unit saja. Untuk jumlah tenaga kerja pada bidang industrri besar ini, pada tahun 2004 mencapai 3.179 tenaga. Unutk tahun 2005 sampai 2008, jumlah tenaga kerja sama yakni mencapai 4.528 tenaga kerja. Sedangkan tahun 2009 mengalami penurunan jumlah tenaga kerja sebesar 20,63 persen menjadi 3.594 tenaga.

 

Page 47: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.39 Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Besar Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Boven Digoel, 2009

Sarana Perdagangan

Sarana perdaganan yang terdapat di kabupaten Boven Digoel berupa Pasar Trasidional, Pasar Lokal, Pasar Regional, Pasar Swalayan, Hipermarket dan Pasar Grosir. Berdasarkan sumber perekda setda tahun 2009, sarana perdagangan yang terbanyak adalah pasar grosir yakni terdapat 13 unit disusul oleh hipermarket dengan jumlahnya adalah 5 unit. Sedangkan sarana perdagangan yang sedikit ditemui adalah pasar regional yakni hanya da satu unit saja. Pada tahun 2009 jumlah pasar tradisional mencapai 4 unit. Sedangkan pasar lokal pada tahun 2009 mencapai 3 unit. Unutk sarana pasar swalayan di kabupaten ini terdapat 2 unit saja.

Page 48: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.40 Jumlah Sarana Perdagangan Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2009

Sumber: Bagian Bina Perekda Setda Kabupaten Boven Digoel, 2009

 

Koperasi Unit Desa (KUD)

Perkembangan jumlah koperasi unit desa dan jumlah anggotanya dapat dilihat dari gambar dibawah ini. Jumlah koperasi unit desa di kabupaten ini dalam kurun waktu 6 tahun yakni dari tahun 2004 sampai 2009 berkisar antara 4 dan 5 unit saja. Dimana jumlah anggota kopersai yang terbanyak pada tahun 2004 sampai 2006 yakni mencapai 301 anggota. Pada tahun 2009 KUD di kabupaten ini mencapai 5 unit dengan jumah anggotanya sebanyak 169 anggota. Pada tahun 2008 dimana dengan jumlah anggota yang sama dengan tahun 2009 namun jumlah KUD hanya 4 unit saja.

 

Page 49: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.41 Jumlah KUD dan Jumlah Anggota Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Boven Digoel, 2009

Koperasi Primer

Perkembangan jumlah koperasi primer dan jumlah anggotanya di Kabupaten Boven Digoel dalam kurun waktu 2004 sampai 2009 dapat dilihat dari gambar grafik dibawah ini. Pada tahun 2004, jumlah koperasi primer pada saat itu mencapai 41 unit dengan total anggota 1.292 anggota. Kemudian pada tahun 2005 jumlah koperasi primer mengalami peningkatan sebesar 17,07 persen menjadi 48 unit, sedangkan jumlah anggotanya justru menurun sebesar 2,09 persen menjadi 1.265 anggota. Pada tahun 2006, jumlah koperasi primer menurun sebesar 14,58 persen dan kembali menjadi 41 unit, begitu juga dengan jumlah anggotanya yang meningkat 2,13 persen dan kembali menjadi 1.292 anggota. Pada tahun 2007 jumlah koperasi primer meningkat sebesar 39,02 persen menjadi 57 unit, dan jumlah anggotanya juga meningkat sebesar 25,39 persen menjadi 1.620 anggota. Jumlah koperasi primer kembali meningkat pada tahun 2008 sebesar 12,28 persen menjadi 64 unit, begitu juga dengan jumlah anggotanya yang meningkat sebesar 31,48 persen menjadi 2.130 anggota. Untuk tahun 2009 tidak terjadi perubahan jumlah koperasi primer maupun jumlah anggotanya.

 

Page 50: Gambaran Umum Boven Digoel

Gambar I.42 Jumlah Koperasi Primer dan Jumlah Anggota Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Boven Digoel, 2009

e. Telekomunikasi

Tabel I.12 Jumlah Kantor Pos Pembantu dan Kantor Pos Desa di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2004-2009

Tahun Kantor Pos Pembantu Kantor Pos Desa2004 3 -2005 3 -2006 1 12007 2 12008 1 -2009 3 -

Sumber: Kantor Pos Tanah Merah Kabupaten Boven Digoel, 2009

Kantor Pos yang terdapat di Kabupaten Boven Digoel adalah Kantor Pos Pembantu. Seperti yang tertera pada Tabel diatas, jumlah Kantor Pos Pembantu berjumlah 3 unit pada tahun 2004 dan 2005. Pada tahun 2006 jumlahnya menurun menjadi hanya 1 unit. Di tahun 2008 jumlah Kantor Pos Pembantu bertambah 1 unit menjadi 2 unit Kantor, namun kembali menjadi hanya 1 unit saja di tahun 2008. Pada tahun 2009 jumlah Kantor Pos Pembantu bertambah 2 unit menjadi 3 unit Kantor Pos Pembantu. Kantor Pos Desa juga pernah terdapat di Kabupaten Boven Digoel, namun hanya 1 unit pada tahun 2006 dan 2007, di tahun 2009 tidak terdapat Kantor Pos Desa lagi.

Page 51: Gambaran Umum Boven Digoel

Tabel I.13 Banyaknya Kapasitas Sentral dan Kapasitas Terpasang Telkom di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2004-2009

 Sumber: Kantor Cabang Telkom Tanah Merah, 2009

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dibidang telekomunikasi, Kantor Cabang Telkom Tanah Merah telah memiliki kapasitas sentral sebesar 250 SST yang bertahan dari tahun 2004 hingga 2009. Sedangkan kapasitas terpasang dari tahun 2004 hingga 2009 cenderung mengalami penurunan, seperti yang tampak dalam Gambar diatas. Hal ini bisa disebabkan karena telah berkembangnya teknologi selular berupa telepon genggam yang harganya terjangkau dan memungkinkan semua orang untuk memilikinya.

Menunjang telekomunikasi dan telematika di Kabupaten Boven Digoel, peranan Dinas Komunikasi dan Informatika melalui pendayagunaan pemanfaatan teknologi informasi berupaya menata penggunaan asset daerah yang dimiliki dan dibiayai Pemerintah Kabupaten Boven Digoel, berupa 2 buah V-Sat sudah dapat mengakses internet. Kedepan diprogramkan pengembangan E-Government dengan membangun Portal Web E-Gov Kabupaten Boven Digoel yang siap On-Line, sudah dapat mentransformasikan pelayanan pemerintah dalam format elektronik digital dengan pendayagunaan seluruh sumber daya yang ada, termasuk sumber daya aparatur ke arah komputerisasi yang seefisien dan seefektif mungkin.

Dunia maya dewasa ini sudah merupakan kebutuhan yang menjadi konsumsi masyarakat dan saat ini di Kabupaten Boven Digoel telah muncul 4 Warung Internet yang telah beroperasional dengan pengunjung rata-rata 100 Orang setiap harinya.

Page 52: Gambaran Umum Boven Digoel

Tabel I.14 Banyaknya Wartel (Warung Telepon) di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2004-2009

  Sumber: Kantor Cabang Telkom Tanah Merah, 2009

Pelayanan telekomunikasi yang berupa jasa wartel (Warung Telepon) di Kabupaten Boven Digoel, jumlahnya masih sangat sedikit. Dari Gambar diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah wartel dari tahun 2004 hingga 2005 sebanyak 2 unit, terus mengalami penurunan hingga hanya 1 unit wartel yang bertahan dari tahun 2006 hingga tahun 2009.

G. Transportasi

Angkutan Jalan di Kabupaten Boven Digoel sebagian besar masih berkonsentrasi di Ibu kota kabupaten Tanah Merah. Banyaknya angkutan kendaraan bermotor penumpang umum, barang dan khusus seperti tampak pada Gambar berikut.

• Angkutan Penumpang Umum

Tabel I.15  Jumlah Angkutan Penumpang Umum yang Terdaftar Dalam Trayek/Operasi Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2005-2009

Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Boven Digoel, 2009

 

Page 53: Gambaran Umum Boven Digoel

Angkutan penumpang umum di Kabupaten Boven Digoel masih didominasi oleh mikrolet atau angkot, baik yang berijin maupun yang tidak memiliki ijin. Berdasarkan Gambar diatas, jumlah mikrolet pada tahun 2005 adalah sebanyak 45 unit dan hanya mikrolet yang tidak memiliki ijin. Dari tahun 2006 hingga 2007, jumlah mikrolet yang memiliki ijin lebih banyak dari mikrolet yang tidak memiliki ijin. Jumlah mikrolet yang tidak memiliki ijin bertambah cukup pesat dari tahun 2007 sebanyak 15 unit menjadi 40 unit di tahun 2008. Pada tahun 2009, jumlah mikrolet yang tidak memiliki ijin berkurang menjadi 31 unit, sedangkan mikrolet yang berijin lebih banyak jumlahnya, yaitu sebanyak 55 unit di tahun 2009. Angkutan pedesaan pada tahun 2005 lebih banyak yang tidak memiliki ijin, yaitu sebanyak 10 unit, sedangkan yang memiliki ijin hanya sebanyak 1 unit saja. Di tahun 2006 dan 2007 tidak terdapat angkutan pedesaan. Angkutan pedesaan mulai beroperasi lagi pada tahun 2008 sebanyak 2 unit, baik yang memiliki ijin maupun tidak memiliki ijin. Dalam perkembangannya, pada tahun 2009 tidak terdapat lagi angkutan pedesaan yang memiliki ijin, sedangkan yang memiliki ijin terdapat sebanyak 2 unit. Jenis angkutan bus, khususnya bus yang memiliki ijin, hanya pernah terdapat sebanyak 2 unit di tahun 2006. Sedangkan angkutan bus yang tidak memiliki ijin, jumlahnya sebanyak 5 unit pada tahun 2005 dan kemudian berkurang jumlahnya menjadi 4 unit pada tahun 2006 dan 2007. Pada tahun 2008 dan 2009 tidak terdapat lagi angkutan bus baik yang memiliki ijin maupun yang tidak memilki ijin.

• Angkutan Barang 

Tabel I.16 Jumlah Angkutan Barang yang Terdaftar Dalam Trayek/Operasi Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2005-2009

Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Boven Digoel, 2009

 Jumlah angkutan barang seperti yang terlihat dari Gambar di atas, menunjukkan bahwa angkutan barang jenis pick up yang tidak memiliki ijin jumahnya lebih banyak dibandingkan yang memiliki ijin dari tahun 2005 hingga tahun 2009. Jumlah pick up, baik yang memiliki ijin maupun yang tidak memiliki ijin

Page 54: Gambaran Umum Boven Digoel

menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun 2005 hingga 2009. Angkutan pick up yang memiliki ijin berjumlah 3 unit pada tahun 2006, meningkat menjadi 15 unit di tahun 2009. Angkutan pick up yang tidak memiliki ijin juga mengalami peningkatan dari 7 unit pada tahun 2005 menjadi 21 unit di tahun 2009. Demikian halnya dengan angkutan pick up, dari tahun 2005 hingga 2009, jumlah turck yang tidak memiliki ijin lebih banyak dari truck yang memiliki ijin. Jumlah truck, baik yang berijin maupun tidak, mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2005 hingga 2009.

 • Angkutan Khusus

 Tabel I.17 Jumlah Angkutan Barang yang Terdaftar Dalam Trayek/Operasi Di

Kabupaten Boven Digoel, Tahun 2005-2009

Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Boven Digoel, 2009

 Angkutan khusus seperti Tangki BBM yang tidak memiliki ijin pada tahun 2009  yang terdaftar di Kabupaten Boven Digoel terdapat 3 buah, bertambah satu bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya tahun 2008. Dari Tahun 2006 sampai

Page 55: Gambaran Umum Boven Digoel

2008 jumalah angkutan ini tidak mengalami perubahan yakni 2 buah, sedangkan pada tahun 2005 hanya terdapat 1 tangki saja. Angkutan khusus berupa tangki air yang mempunyai ijin di kbupaten ini baru ada pada tahun 2009 ini, yakni hanya ada 1 unit. Sedangkan tangki air yang tidak memiliki ijin pada tahun 2009 hanya ada satu, begitu juga pada tahun 2008 dan tahun 2005. Angkutan ini terbanyak terdapat pada tahun 2006 dna 2007 yakni 3 buah. Angkutan khusus berupa mobil box yang memiliki ijin terbanyak yang ada dikabupaten ini pada tahun 2007 yakni 2 buah. Dan hingga pada tahun 2009 terdapat hanya satu saja. Sedangkan tahun 2005, 2006, dan 2008 tidak terdaftar satupun di kabupaten ini. Angkutan khusus berupa mobil box yang tidak memiliki ijin yang terdaftar pada tahun 2005 hingga tahun 2008 sebanyak 2 buah. Dan pada tahun 2008 dan 2009 mengalami peningkatan menjadi 3 buah. Dari tahun 2007 sampai 2009 tidak terdaftar sama sekali angkutan khusus berupa ambulance yang memiliki ijin. Padahal pada tahun 2005 terdaftar 3 unit dan 2006 terdaftar 5 unit. Justru berkebalikan untuk angkutan khusus berupa ambulance yang tidak memiliki ijin, dimana pada tahun 2005 dan 2006 tidak terdaftar sama sekali. Dan pada tahun 2007 sampai 2009 terdaftar masing-masing yakni 5, 7 dan 9 unit. Sama halnya dengan angkutan khusus jenazah , yakni yang memiliki ijin pada tahun 2007 sampai 2009 tidak terdaftar sama sekali. Dan pada tahun 2005 dan 2006 hanya terdaftar satu unit yang beroperasi di kabupaten ini. Sedangkan angkutan khusus jenazah yang tidak memiliki ijin pada tahun 2005 dan 2006 tidak terdaftar sama sekali. Dan hanya satu unit yang terdaftar beroperasi di kabupaten ini pada tahun 2007 sampai 2009.

 TRANSPORTASI LAUT/SUNGAIKabupaten Boven Digoel memiliki dua pelabuhan yang tergolong dalam pelabuhan perintis, yaitu di Tanah Merah Distrik Mandobo dan di Asiki Distrik Jair. Gambar dibawah ini menerangkan alat transportasi air yang dimiliki 6 distrik yaitu :

Page 56: Gambaran Umum Boven Digoel

 

 Pada gambar dibawah ini menunjukkan data dermaga pada 6 Distrik yaitu :

  

TRANSPORTASI UDARA

Di Kabupaten Boven Digoel terdapat 5 lapangan terbang. Kelima lapangan terbang tersebut masih dikategorikan kedalam lapangan terbang perintis. Lapangan terbang yang paling banyak disinggahi pesawat adalah Bandara Tanah Merah yang terletak di Ibu kota kabupaten. Dua lapangan terbang lainya yaitu Bandara Mindiptana yang terletak di Distrik Mindiptana dan Bandara Bomakia yang terletak di Distrik Bomakia. Pada gambar berikut menunjukan data bandara sebagai berikut :

 

Page 57: Gambaran Umum Boven Digoel