42

Click here to load reader

Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

swdwdw

Citation preview

Page 1: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

GAMBARAN UMUM TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

1. Kondisi Geografis

1.1 Iklim

Berdasarkan klasifikasi tipe iklim Schimidt dan Ferguson, kawasan TNKj

memiliki tipe iklim C dengan rata-rata curah hujan 3.000 mm per tahun.

Temperatur udara berkisar antara 30° - 31° C. Hujan turun sepanjang tahun, dalam

bulan April – November jumlah hari hujan rata-rata 10 hari hujan tiap bulannya.

Sedangkan pada bulan Juni hujan rata-rata hanya turun 1 hari. Musim kering atau

kemarau terjadi pada bulan April-November dan musim hujan terjadi pada bulan

Desember-Maret. Pada saat musim hujan, angin bertiup sangat kuat dari arah barat

(musim barat) dan menyebabkan gelombang laut yang besar, hal ini pun terjadi

pada bulan Juli-Agustus, ketika bertiup angin dari arah timur (musim timur).

Karakteristik oseanografi Kepulauan Karimunjawa sangat dipengaruhi oleh

kondisi musim yang ada di Indonesia. Pada musim barat atau barat laut, arus kuat

di Perairan Karimunjawa berasal dari Laut Cina Selatan. Kecepatan angin pada

musim timur di Indonesia dapat mencapai 3,5 – 5 m/dt dan 7,5 m/dt pada musim

barat, sedangkan di perairan sekitar Jepara kecepatan angin rata-rata berkisar

antara 1,23 – 2,89 m/dt. Salinitas laut pada musim barat yaitu 32,6 ppm dan 32,2

ppm pada musim timur. Arus di perairan Kepulauan Karimunjawa pada musim

barat/barat laut berasal dari laut Cina Selatan yang menyeret massa air laut

menuju ke Laut Jawa sampai kearah 6 timur yaitu Laut Flores, Laut Banda, Laut

Arafura dan sebaliknya pada musim tenggara. Kecepatan arus permukaan rata-rata

Page 2: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

berkisar antara 8-25 cm/detik. Kondisi ini sangat mempengaruhi kehidupan

perairan, terutama ekosistem terumbu karang (Anggraeni, 2008).

1.2 Geologi dan Geomorfologi

Kepulauan Karimun Jawa, secara geografis, terletak antara 5' 40" - 5' 57"

LS dan 110' 4" - 110' 40" BT, berada di perairan Laut Jawa yang jaraknya ± 45

mil laut dari kota Jepara, termasuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan

Karimunjawa, Kabupaten Dati II Jepara. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.

161/Menhut/1988, Kepulauan Karimun Jawa ditunjuk sebagai taman nasional

dengan luas wilayahnya sekitar 111.625 Ha, terdiri dari luas daratan 7.033 Ha dan

luas perairan 104.592 Ha (Ariyati, 2007).

Gambar x. Peta kepulauan Karimun Jawa

Kepulauan Karimun Jawa memiliki luas 107.225 ha, yang terdiri dari

lautan seluas 100.105 ha, dan daratan seluas 7.120 ha yang tersebar di 27 pulau.

Dari 27 pulau tersebut, 5 diantaranya telah berpenghuni yaitu P. Karimunjawa, P.

Kemujan, P. Parang, P. Nyamuk dan P.Genting. Pulaupulau yang termasuk ke

Page 3: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa terdiri dari 22 pulau, sedangkan 5

pulau lainnya tidak termasuk ke dalam kawasan tersebut, yaitu P. Genting, P.

Sambangan, P. Seruni, P. Cendikian, dan P. Gundul. Pulau-pulau yang berada di

Karimunjawa berdasarkan ukuran luas dapat dibagi ke dalam 4 ukuran, yakni

ukuran besar terdiri dari pulau Karimunjawa seluas 4.302,5 ha; P.Kemujan

1.501,5 ha. Pulau yang berukuran sedang meliputi P. Parang seluas 690 ha; P.

Nyamuk 125 ha; dan P. Genting 135 ha. Pulau yang termasuk pulau kecil

diantaranya P. Menjangan Besar seluas 56 ha; P. Menjangan Kecil 46 ha; P.

Geleang 24 ha; P. Cemara Besar 3,5 ha. Pulau yang termasuk sangat kecil adalah

P. Kecil 2,0 ha; P. Cemara Kecil 1,5 ha; P. Mrico 1 ha; P. Burung 1,0 ha; dan P.

Batu 0,5 ha (Yusuf, 2013).

Kepulauan Karimunjawa terbentuk sekitar 65 juta tahun yang lalu, hal ini

dibuktikan dengan ditemukannya batuan yang terbentuk pada zaman pra-tertier

yang dikenal dengan formasi karimunjawa (pTK) yang terdiri dari batu pasir

kuarsa, pasir mikaan, konglomerat kuarsa, lanau kuarsa, dan urat kuarsa. Selain

itu ditemukan batuan gunung api yang dibedakan menjadi formasi parang dan

anggota lava genting yang terbentuk antara 54 hingga 65 juta tahun yang lalu.

Subtrat dasar tanah rata-rata terdiri dari batu karang dan pada beberapa pulau

terbentuk endapan-endapan pasir di atas karang. Endapan pasir tersebut terdiri

dari batuan aluvial, sedimen, tanah liat, dan asosiasi mediteran coklat kemerahan.

Batuan aluvial tersebar di Pulau Menjangan, Kemujan, Geleang, Karimunjawa,

Parang, dan Genting dengan ketebalan bisa mencapai puluhan meter. Batuan

sedimen terdapat di Pulau Karimunjawa, Kemujan, Gundul, Bengkoang,

Page 4: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

Menjangan Besar, dan Menjangan Kecil dengan ketebalan bisa mencapai 1200 m.

Pada lereng timur dan barat Pulau Karimunjawa bisa ditemukan tanah liat dan

asosiasi mediteran coklat kemerahan (Anggraeni, 2008).

Kepulauan Karimunjawa memiliki topografi lahan berupa perbukitan

curam dengan ketinggian mencapai 500 mdpl. Secara morfologi Kepulauan

Karimunjawa dapat dibedakan menjadi tiga satuan, yaitu perbukitan, perbukitan

bergelombang, dan dataran rendah. Daerah perbukitan terbentang luas di Pulau

Karimunjawa dengan ketinggian 200 – 500 mdpl dengan puncak tertinggi di

Gunung Bendera yang disusun oleh batuan sedimen pra-tersier. Perbukitan

bergelombang dan dataran rendah terbentang di Pulau Karimunjawa, Kemujan,

Parang, dan Genting. Perbukitan bergelombang memiliki ketinggian antara 25 –

200 mdpl yang disusun oleh batuan sedimen dan batuan gunung api, dan daerah

dataran rendah memiliki ketinggian antara 0 – 25 mdpl yang disusun oleh batuan

sedimen dan aluvial (Anggraeni, 2008).

1.3 Lahan dan Vegetasi

Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal PHKA No. SK 79/IV/Set-3/2005

tentang mintakat/ zonasi di Taman Nasional Karimunjawa, saat ini terdapat tujuh

zona dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Zona-zona yang ada di

kawasan Taman Nasional Karimunjawa adalah (Nababan, 2010):

1. Zona Inti,

2. Zona Perlindungan,

3. Zona Pemanfaatan Pariwisata,

Page 5: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

4. Zona Pemukiman,

5. Zona Rehabilitasi,

6. Zona Budidaya,

7. Zona Pemanfaatan Perikanan Tradisional.

Tabel x.x Kawasan dan Luasannya

Tabel x.x Zonasi Taman Nasional Karimunjawa

Page 6: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

Tabel xxx Peruntukan tiap Zona dalam Kawasan Taman Nasional Karimunjawa

Vegetasi yang terdapat pada Kepulauan Karimun Jawa antaralain:

a. Ekosistem terumbu karang

Luas ekosistem terumbu karang TNKJ adalah 713,107 ha. Gugusan

terumbu karang di Kep.Karimunjawa merupakan terumbu karang tepi dan

taka (gosong). Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan oleh Wildlife

Page 7: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

Conservation Society (WCS) pada tahun 2003-2004 di 69 lokasi, tutupan

rata-rata karang keras bervariasi antara 7% - 69% dan secara keseluruhan

memiliki rata-rata sekitar 40 %. Selama survey tahun 2003-2006 jumlah

genera karang keras yang tercatat adalah sebanyak 64 genus yang

termasuk kedalam ordo Slclectina 14 famili dan 3 ordo non-Scleratinia.

Acropora dan Porites merupakan jenis genera karang yang mendominasi

di seluruh gugusan terumbu karang. Dominasi bentuk pertumbuhan karang

di masing-masing lokasi tergantung kapada sifatnya yang terbuka atau

terlindungi terhadap angin dan gelombang. Bentuk pertumbuhan karang di

daerah yang terbuka terhadap angin dan gelombang relatif beragam seperti

bercabang (branching), meja (tabulate), lembaran (foliose), mengerak

(encrusting), masif (massive), dan sebagainya, yang tumbuh lebih ringkas

dan padat (Anggraini, 2008) .

b. Ekosistem Mangrove

Ekosistem hutan mangrove Taman Nasional Karimunjawa terdapat di

Pulau Karimunjawa, Kemujan, Cemara Kecil, Cemara Besar, Krakal

Kecil, Krakal Besar, Mrico, Menyawakan, dan Sintok. Hutan mangrove

terluas terdapat di Pulau Kemujan dan Karimunjawa seluas 396,90 ha

yang didominasi oleh jenis Exoccaria agallocha sedangkan jenis

Rhizhophora stylosa menyebar di seluruh wilayah. Spesies mangrove yang

ditemukan di Karimunjawa terdiri dari 44 spesies yang terdiri atas 26

spesies mangrove sejati dan 13 spesies mangrove ikutan yang berada di

Page 8: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

dalam kawasan dan 5 spesies di luar kawasan taman nasional (Anggraini,

2008).

c. Ekosistem Padang Lamun

Padang lamun tersebar diseluruh kawasan taman nasional hingga

kedalaman 25 m. Jenis lamun yang ditemukan sebanyak 9 jenis yaitu

Enhalus acroides, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodocea

rotundata, C.Serulata, Halodule pinifolia, H.univervis, Syringodium

isotifolium, dan Thalassodendrum ciliatum. Dengan persentase penutupan

dan kerapatan relatif cukup banyak pada jenis Thalassia hemprichii,

Cymodocea rotundata, dan Halophila ovalis (Anggraini, 2008).

d. Ekosistem Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah

Ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah menempati ketinggian 0-506

m dpl di Pulau Karimunjawa. Hutan hujan tropis dataran rendah yang ada

di Pulau Karimunjawa merupakan hutan sekunder yang dicirikan dengan

keberadaan perintis seperti Medang Wangi (Crytocarya tementosa)

(Nababan et al, 2010). Tumbuhan yang ada merupakan sisa kebakaran

hutan yang terjadi pada tahun 1950-1960an. Berdasarkan hasil Eksplorasi

Flora yang dilakukan oleh LIPI tahun 2003 ditemukan 124 spesies dan 5

genus flora di kawasan hutan hujan tropis dataran rendah Karimunjawa.

Jenis pohon yang sering dijumpai adalah Sentul (Sandoricum koetjape),

Ande-ande (Antidesma montanum), Berasan (Gomphia serrata), Gondorio

(Bouea macrophylla). Termasuk di dalamnya keberadaan flora khas

Karimunjawa yaitu Dewadaru (Fragrarea fragrans) dan Kalimosodo

Page 9: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

(Cordia subcordata) yang populasinya mulai menurun karena banyak

digunakan sebagai bahan baku industri kerajinan oleh masyarakat.

Dewadaru tidak ditemukan dalam kawasan konservasi kecuali tunggaknya,

umumnya tumbuh di luar kawasan yaitu di daerah AlangAlang, Ujung

Gelam, Nyamplungan, dan Legon Nipah. Berbagai jenis fauna menghuni

kawasan hutan hujan tropis dataran rendah ini. Jenis fauna darat yang

umum dijumpai adalah Rusa (Cervus timorensis), Monyet Ekor Panjang

(Macaca fascicularis karimondjawae), kalong besar (Pteropus vampyrus),

tikus pohon ekor polos (Niviventer cremoniventer), landak (Hystrik

javanica), musang rase (Vivericula indica). Terdapat 16 jenis reptilia dan 2

jenis amphibia di Taman Nasional Karimunjawa, diantara reptil terdapat

jenis Ular Edor (Calloselasma rhodostoma). Lebih lanjut Mogea et al

(2003) menyatakan bahwa di Karimunjawa ditemukan 23 jenis kupu dari 8

famili. Jenisjenis kupu endemik adalah Euploea crameri

karimondjawaensis, Euploea sylvester karimondjawaensis dan Idea

leuconoee karimondjawae. Ditemukan sebanyak 8 jenis Capung

sedangkan pada jenis Belalang dijumpai 6 jenis. Selain itu ditemukan 54

spesies burung yang tergabung dalam 27 famili, 16 jenis diantaranya

merupakan spesies yang dilindungi Undang-Undang. Berbagai jenis

burung khas yang dapat dijumpai di Karimunjawa adalah Pergam Ketanjar

(Ducula rosaceae), Trocokan (Picnonotus govier var.karimunjawa) dan

Betet Karimunjawa (Psitacula alexandri var.karimunjawa). selain itu

Page 10: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

ditemukan pula sekitar 22 spesies burung air migran yang melintasi

kawasan Taman Nasional Karimunjawa (www.dephut.go.id).

1.4 Sumber Daya Alam

Sumber daya alam pada kepulauan karimun jawa sangat beragam terutama

pada keragaman fauna lautnya yang melimpah. Meliputi florahutan hujan tropis

dataran rendah, hutan hujan mangrove, flora hutan pantai, flora padang lamun,

flora rumput laut, lumut, jamur, mamlia seperti kera ekor panjang, hingga lumba-

lumba, reptil, pisces, aves, kerang dan coral. Flora khas seperti Dewadaru

(Fragaea fagran), Kalimasada (Cordia subcordata), Setigi (Pemphis acudula) dan

fauna yang dilindungi seperti Penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik

(Eretmochelys imbricata), Junai Emas (Caloenas nicobarica), dan Keong Gelung

(Nautilus pompillus) (www.dephut.go.id)..

2. Kondisi Pariwisata

2.1 Potensi dan daya tarik

Menurut Faricha (2015), potensi dan daya tarik pariwisata Karimunjawa

adalah:

• Potensi hutan mangrove

Hasil monitoring menyebutkan di Karimunjawa ditemukan 45 jenis

mangrove dan dua diantaranya termasuk jenis langka, yaitu Schyphiphora

hidrophylacea dan Sonneratia ovate. Zonasi mangrove pada kawasan pelestarian

di Karimunjawa dan Pulau Kemujan dari arah laut ke darat didominasi oleh

Page 11: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza,

Bruguiera cylindrica, Ceriops tagal, Xylocarpus moluccensis, Luminitzera

littorea, Heritiera littoralis, Acanthus ebracteatus dan Acrostichum speciosum.

• Potensi terumbu karang

Ekosistem terumbu karang terdiri dari 3 tipe terumbu, yaitu terumbu karang pantai

(fringing reef), penghalang (barrier) dan taka (patch reef). Pada tahun 2009, Balai

Taman Nasional Karimunjawa menetapkan 72 titik monitoring yang tersebar di

seluruh perairan Karimunjawa. Penelitian tahun 2003 oleh WCS diperoleh 62

jenis karang keras. Sedangkan data statistik BTNKj tahun 2009 ditemukan 64

jenis karang keras di Taman Nasional Karimunjawa, dengan tutupan karang pada

tahun 2009 berkisar 51.5 – 64%.

• Potensi padang lamun

Sebaran lamun di Taman Nasional Karimunjawa dipengaruhi oleh kondisi

geografis. Daerah yang teduh dan tidak banyak dipengaruhi oleh arus dan

gelombang, lebih didominasi jenis Enhalus accoroides dan Thalasia hemprichii.

Persentase tutupan lamun tertinggi di dominasi oleh jenis Enhalus acoroides dan

Thalassia hemprichii berkisar antara 10-70 % di setiap lokasi pengamatan.

• Potensi biota dilindungi

Dua jenis biota yang dilindungi yaitu karang hitam atau lebih dikenal dengan

akar bahar (Antiphates sp.), dan karang merah (Tubipora musica). Biota laut

lainnya yang dilindungi seperti kepala kambing (Cassis cornuta), triton terompet

(Charonia tritonis), nautilus berongga (Nautilus pompillius), batu laga (Turbo

marmoratus), dan 6 jenis kima lainnya.

Page 12: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

• Potensi endemik

Tumbuhan yang menjadi endemik Karimunjawa yaitu dewadaru (Crystocalyx

macrophyla) yang terdapat pada hutan hujan dataran rendah.

• Potensi keanekaragaman biota

Satwa darat yang umum dijumpai antara lain rusa (Cervus timorensis subspec),

kera ekor panjang (Macaca fascicularis karimondjawae), 40 jenis burung seperti

pergam hijau (Ducula aenea), elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster),

trocokan atau merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), betet (Psittacula

alexandri), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas)

dan ular edhor. Burung elang laut perut putih merupakan satwa yang terancam

punah di dunia.

• Potensi budaya

Kesenian rakyat dan budaya yang berkembang dan membudaya merupakan salah

satu daya tarik pariwisata karena kekhasannya atasa identitas daerah tersebut.

Budaya tersebut antaralain Reog Barongan, Perkawinan suku Bugis yang terdiri

atas acara Mapuce-puce, Masuro, Maduppa, Mappaenre dan Anggaukeung.

Upacara peluncuran perahu yang dilakukan setelah perahu sudah selesai dibuat,

dan kekhasan rumah adat suku Bugis Dukuh Batu Lawang, Legon Gede dan

Tlogo di Pulau Kemujan (Umardiono, 2011).

2.2 Aktivitas wisata

Page 13: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

Pariwisata yang dilakukan pada kawasan karimun jawa dapat dilakukan pada

pulau-pulaunya maupun hamparan laut yang terbentang disekeliling pulau.

Pariwisata yang dilakukan antara lain (Sono, 2012):

1. Menyelam atau diving

Kegiatan ini dapat dilakukan disebelah utara dan barat pulau karimunjawa,

sebelah timur pulau menjangan besar, sekitar pulau Menjangan Kecil,

sebelah selatan dan barat pulau Geleang, sebelah barat pulau parang,

sebelah timur pulau kembar, sekita pulau Katang, sebelah utara dan timur

Krakal kecil dan sebelah barat pulau Kumbang

2. Snorkling

Aktivitas ini dapat dilakukan di pulau Menjangan Besar dan Menjangan

Kecil, sebelah barat pulau Bengkoang, sekitar pulau Kembar, sebelah

utaradan timur pulau Krakal Kecil.

3. Memancing

Memancing dapat dilakukan di sekitar pulau Menjangan Besar dan Kecil,

Pulau Menyawakan, pulau Tengah, pulau kemujaan, Pulau Parang, sekitar

pulau Kembar dan sebelah barat pulau Bengkoang

4. Berenang

Lokasi yang dapat dilakukan untuk aktifitas ini adalah pulau

Karimunjawa, bagian selatan dan barat pulau Menjangan Kecil, bagian

barat pulau Tengah, sekitar pulau Parang, pulau Kembar dan pulau

Kumbang.

5. Menjelajah laut

Page 14: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

Selain berenang, snorkling dan diving, aktivitas lain yang dapat dilakukan

untuk menimkati indahnya keragaman flora fauna laut karimun jawa dapat

dilakukan dengan menggunakan kapal yang dilengkapi kaca pada bagain

bawahnya.

6. Melihat akuarium air laut

Pada pulau Menjangan Besar terdapat fasilitas akuarium air

laut.disinidapat menikmatai keindahan ikan hias dan kehidupan ikan hiu

serta ikan ikan lainnya dengan nuasnsa khas yang tidak dapat ditemui di

tempat lain.

Wisatawan domestik yang melakukan kunjungan ke Taman Nasional Laut

Karimunjawa, berdasarkan data temuan, dapat dideskripsikan sebagai berikut

(Umardiono, 2011):

Berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaannya, diketahui bahwa wisatawan

yang berkunjung berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 64% dan

perempuan sebesar 36% dengan variasi jenis pekerjaan sebesar 43,20%

adalah mahasiswa, sebesar 32,00% karyawan swasta, sebesar 8,80%

pedagang, sebesar 7,20% lain-lain, sebesar 4,80 persen pelajar dan sebesar

4,00% PNS.

Berdasarkan latar belakang pendidikan, wisatawan diketahui sebesar

52,80% adalah perguruan tinggi, sedangkan tingkat pendidikan sebesar

45,60% adalah SLTA dan sisanya berpendidikan di luar dua kategori

tersebut.

Page 15: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

Berdasarkan asal wisatawan, wisatawan yang berasal dari Semarang

sebesar 32%, sebesar 20% berasal dari Jepara dan sebesar 48% dari luar

Semarang dan Jepara (termasuk Surabaya, Jakarta, Balikpapan dan

Makassar).

Berdasarkan karakteristik kunjungan wisatawan, dapat diketahui bentuk

kedatangan wisatawan sebesar 56,80% secara rombongan, sebesar 14,40%

berpasangan, sebesar 13,60% bersama keluarga, sebesar 12,80% dan

2,40% dilakukan bersama teman dan sendiri-sendiri.

Berdasarkan tujuannya, kedatangan wisatawan yaitu sebesar 60,00%

adalah tujuan rekreasi, sebesar 28,00% tujuan penelitian, sebesar 8,00%

tujuan lain-lain dan sebesar 5,00% tujuan tugas dinas.

Berdasarkan sumber-sumber informasi yang digunakan wisatawan untuk

mengunjungi kawasan ini, adalah sebesar 36% dari media, sebesar 30,40%

berasal dari teman dan sebesar 24% berasal dari travel/ biro perjalanan.

Objek-objek yang dikunjungi adalah pantai dengan persentase sebesar

52%, sebesar 28% laut, sebesar 12% daratan (desa dan lingkungan sekitar)

dan 8% pegungungan dan hutan.

Terkait dengan hal itu pula dapat diketahui sebenarnya kawasan

Karimunjawa menarik minat cukup besar dari para pengunjung di mana terjadi

peningkatan jumlah kunjungan baik wisatawan manca negara maupun domestik

tiap tahunnya. Hal tersebut tampak pada tabel kunjungan wisatawan berikut ini:

Page 16: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

Tabel x.x Kunjungan dan Tingkat Pertumbuhan Wisatawan di Taman Nasional

Laut Karimunjawa Periode Tahun 1998-2005

Sumber: UPTD Dispar Kab. Jepara, 2007 dalam Umardiono, 2011.

2.3 Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju Pulau Karimunjawa menurut Dephut (2015) dapat

ditempuh dengan:

Transportasi laut

Perjalanan menuju Pulau Karimunjawa dapat dilakukan dengan

menggunakan Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Muria dan Kapal Motor Cepat

(KMC) Kartini I.

a) Transportasi laut berangkat dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dilayani

oleh KMC Kartini dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam. Jadwal

keberangkatannya setiap hari Sabtu dengan tujuan Karimunjawa, selanjutnya

Page 17: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

pada hari Minggu berangkat dari Karimunjawa menuju Semarang. Tarif kelas

bisnis sebesar Rp. 130.000,- dan kelas eksekutif sebesar Rp. 160.000,-.

b) Transportasi laut berangat dari Pelabuhan Kartini Jepara dilayani oleh KMP

Muria dengan waktu tempuh selama 6 jam. Jadwal keberangkatannya silih

berganti setiap harinya. Jika hari ini berangkat dari Jepara ke Karimunjawa,

maka besoknya akan berangkat dari Karimunjawa ke Jepara. Jadwal tersebut

dimungkinkan untuk berubah karena sangat berantung pada kondisi cuaca dan

ijin berlayar dari Syahbandar. Tarifnya terdiri dari kelas ekonomi sebesar Rp.

32.500,- dan kelas VIP sebesar Rp. 60.500,-.

c) Penyeberangan dapat juga dilakukan sewaktu-waktu dengan kapal nelayan,

namun membutuhkan waktu yang lebih lama. Tarif sewa kapal tergantung

kesepakatan dengan pemilik kapal.

d) Sampai saat ini belum ada kapal yang melayani transportasi antar pulau. Saat

ini transportasi antar pulau masih dilayani oleh kapal nelayan milik

penduduk.

Transportasi Udara

Transportasi udara dapat ditempuh dari Bandara Ahmad Yani Semarang

menuju Bandara Dewadaru di Pulau Kemujan. Saat ini penerbangan regular sudah

dihentikan, yang ada adalah sistem sewa pesawat kepada Sky White Aviation

yang berkantor di Jakarta.

Transportasi Darat

Transportasi darat di Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan dapat

dilakukan dengan menyewa kendaraan roda dua atau roda empat milik

Page 18: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

masyarakat. Angkutan bak terbuka biasanya dipakai oleh penduduk setempat,

namun umumnya hanya beroperasi pada waktu keberangkatan dan kedatangan

kapal Muria saja. Untuk wisatawan tersedia beragam mobil yang dikelola oleh

agen wisata maupun guide lokal dengan sistem sewa.

2.4 Fasilitas

Menurut Dephut Dirjen PHKA (2004), fasilitas umum yang telah ada di

Karimunjwa adalah:

Tabel x.x Fasilitas umum yang tersedia di Kecamatan Karimujawa

Sumber: PHKA, 2004

Fasilitas penginapan tersebar di Pulau Karimunjawa, Menjangan Besar,

Tengah dan Menyawakan dengan tarifnya berkisar antara Rp 50.000,- hingga Rp

500.000,-. Selain itu, terdapat pula fasilitas penyewaan sarana transportasi bagi

wisatawan yang ingin berkeliling BTNKj. Sarana transportasi ini berupa perahu

Page 19: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

wisata (Rp 200.000,- – Rp 500.000,-), perahu kaca untuk melihat keindahan

terumbu karang (Rp 400.000,-), speed boat (Rp 250.000,-), sepeda motor (Rp

30.000,- – Rp 50.000,- per hari) dan mobil (Rp 150.000,- – Rp 300.000,- per hari)

(Anggraeni, 2008).

2.5 Kelembagaan

Diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah

mendorong Balai Taman Nasional Karimunjawa untuk merancang suatu sistem

pengelolaan bersama (Collaborative Management). Daerah berkewajiban untuk

mengelola dan melestarikan sumber daya nasional yang ada di wilayahnya. Usaha

pengelolaan dan pelestarian ini harus melibatkan semua pihak yang memiliki

kepentingan di Karimunjawa, seperti Pemerintah Daerah, lembaga swadaya

masyarakat, perguruan tinggi, lembaga penelitian, masyarakat, sektor swasta dan

pihak-pihak lain. Melihat kompleksitas permasalahan di Karimunjawa, diperlukan

suatu pendekatan yang menyeluruh dengan visi bersama dan satu proses

koordinasi yang terencana, agar mekanisme kerjasama dapat berjalan

sebagaimana mestinya. Diperlukan komitmen kelembagaan yang kuat dalam

melakukan pengelolaan Karimunjawa. Alternatif solusi dibawah ini diharapkan

dapat menjadi acuan untuk menyusun strategi pengelolaan dalam rangka

menyelesaikan permasalahan yang ada di Karimunjawa (PHKA, 2004):

Membangun Forum Stakeholders Karimunjawa

Forum Stakeholders Karimunjawa dapat menjadi media komunikasi untuk

berbagai kepentingan yang berkaitan dengan pengelolaan Karimunjawa. Balai

Page 20: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

Taman Nasional diharapkan berperan sebagai inisiator forum, masyarakat

berperan sebagai pengguna sumberdaya alam dan MUSPIKA berperan sebagai

rekanan BTN dalam melaksanakan penegakan hukum di Karimunjawa. Forum ini

berfungsi mencari solusi bagi permasalahan yang berkaitan dengan pemanfaatan

sumberdaya alam di Karimunjawa, termasuk mencari alternatif livelihood bagi

masyarakat Karimunjawa, apabila sistem pengelolaan yang baru

diimplementasikan.

Mengembangkan Mekanisme Konsultasi Publik Balai Taman Nasional

Pengembangan ini perlu melakukan sosialisasi program pengelolaan yang

akan dilakukan sehingga dapat membuka ruang partisipasi aktif bagi masyarakat.

Proses sosialisasi tentang zonasi yang gencar akan meningkatkan kesukarelaan

masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Komunikasi yang satu arah dari pihak

BTNKj ke masyarakat telah mengarahkan pemikiran bahwa konservasi identik

dengan larangan. Salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

kawasan TNKj adalah tanggung jawab untuk mengelola HPWP (Hak

Pengelolaan Wilayah Perikanan), yaitu hak untuk menghalangi orang lain untuk

ikut serta dalam wilayah tertentu yang telah dijadikan obyek hak, hak untuk

menetapkan jenis dan jumlah penggunaan sumberdaya alam dalam wilayah

tersebut, hak untuk mengambil derma (pungutan) dari pemakai sumberdaya alam,

pajak atau sewa dari penjualan hak-hak tersebut.

Penegakan Hukum

Tidak efektifnya pelaksanaan pengamanan kawasan sangat tergantung

kepada keseriusan pihak berwajib dalam menegakkan hukum sesuai aturan yang

Page 21: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

berlaku. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah adanya kejelasan

mekanisme dan prosedur hukum yang bisa menjadi pedoman pihak yang

berwajib dalam menindak setiap pelanggaran yang terjadi. Selain itu, masalah

yang sering terjadi adalah kebocoran informasi tentang jadwal patroli. Hal ini

harus diantisipasi dengan membentuk tim khusus yang mempunyai wewenang

untuk menentukan kapan dan di mana patroli akan dilaksanakan sehingga dapat

mencapai target yang diinginkan.

3. Kondisi Sosial, Budaya, Ekonomi

3.1 Kependudukan

Tabel x.x Data kependudukan Kecamatan Karimunjawa

Sumber: BPS, 2010 dalam Dephut, 2013

Kependudukan Penduduk Karimunjawa berasal dari etnis Jawa, Madura,

Bajo, Bugis, Muna, Luwu, Buton, dan Mandar. Mayoritas penduduk berasal dari

Jawa, namun sebagian besar etnis telah berbaur dan berinteraksi dengan etnis lain

(Yulianto et al., 2007 dalam Anggraeni, 2008). Sebagian besar penduduk

beragama Islam dan bermatapencaharian sebagai nelayan. Pola pemukiman

penduduk pada umumnya bersifat mengelompok. Masyarakat pada umumnya

Page 22: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

berpendidikan Sekolah Dasar dengan tingkat pendapatan yang kecil. Di samping

itu, kesadaran penduduk terhadap kehidupan masa depan yang berkaitan dengan

masalah lingkungan masih kurang (Sardiyatmo. 2005).

Tabel x.x Distribusi pekerjaan penduduk produktif di Pulau Karimunjawa

Sumber: Sardiyatmo. 2005

Tabel x.x Distribusi pendidikan masyarakat usia sekolah

Sumber: Sardiyatmo. 2005

3.2 Aktivitas kehidupan sehari-hari

Kegiatan perikanan tangkap Jumlah nelayan di Kecamatan Karimunjawa

sebanyak 2.944 orang yang tersebar di tiga desa. Dari data tersebut, 761 orang

Page 23: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

adalah nelayan berstatus juragan dan 2.813 orang adalah nelayan pandega.

Armada penangkapan ikan di kecamatan ini terdiri dari dua jenis yaitu kapal

motor sebanyak 473 dan perahu motor tempel sebanyak 124 unit dengan tonase

kira-kira < 5 GT. Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan berupa jaring,

pancing, bubu, panah, branjang, dan muroami (Anggraeni, 2008).

Tabel x.x Jenis alat tangkap, musim (masa operasi) dan jenis ikan tangkapan

Sumber: Anggraeni, 2008

Produksi ikan laut yang tertangkap di perairan TNKJ dikelompokkan ke

dalam 2 kelompok yaitu kelompok ikan segar dan ikan hidup. Kelompok ikan

segar terdiri dari tongkol, tenggiri, cumi-cumi, badong, kakap merah, ekor kuning,

manyung, dan ikan campuran, sedangkan jenis ikan hidup terdiri dari sunuk,

kerapu, dan lobster (Anggraeni, 2008).

Saat ini terdapat 10 kelompok tani rumput laut di sekitar kawasan Taman

Nasional Karimunjawa dengan jumlah anggota 517 orang yang tersebar di Desa

Karimunjawa, Kemujan, dan Parang. Kelompok tani ini dibentuk dan dimodali

oleh seorang pengusaha rumput laut lokal dibawah organisasi bernama Forum

Page 24: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

Komunikasi Pembudidaya Rumput Laut Seluruh Indonesia cabang Jepara. Alat

produksi (tambang, tali rafia dan bibit) yang dibutuhkan pembudidaya disediakan

oleh pengusaha tersebut dengan sistem peminjaman yang disalurkan melalui ketua

kelompok masing-masing. Hasil produksi rumput laut dari tiap kelompok tani,

dibeli dalam keadaan basah seharga Rp 500,- /kg, lalu oleh pengusaha tadi

dikeringkan dan dipasarkan kedaerah Surabaya dengan harga jual Rp 6000,- /kg.

Secara umum, lokasi penanaman rumput laut pembudidaya berjarak 50-500 m

dari garis pantai, daerahnya terlindungi dari arus dan gelombang dan berada pada

daerah bersubtrat pasir atau karang, dengan kedalaman perairan antara 2,5 – 10 m

(Anggraeni, 2008).

3.3 Tradisi setempat

Masyarakat Karimunjawa yang terdiri atas beberapa suku mempunyai

kebudayaan yang unik dan menarik. Acara tradisional, meliputi perkawinan suku

bugis yang dimulai dengan acara mapuce-puce, masuro, madupa, mappaenre

belanja dan pesta anggaukeng. Selain itu terdapat pula tradisi upacara peluncuran

perahu, yaitu acara syukuran telah selesainya pembuatan perahu hari dengan cara

mendorong perahu kepinggir pantai kemudian dilepas sampai perahu berhenti

dengan sendirinya (Dephut, 2013).

3.4 Pasar tradisional

Kegiatan perekonomian masyarakat didukung dengan adanya dua unit

koperasi simpan pinjam yang terletak di Desa Karimunjawa dan Kemujan, satu

pasar umum dan satu pasar ikan di Desa Karimunjawa, selain itu terdapat 8 unit

Page 25: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

kios yang menjual cinderamata bagi para pengunjung yang dipusatkan pada satu

tempat, dan beberapa kios yang diusahakan sendiri oleh penduduk dan letaknya

menyebar (Anggraeni, 2008).

3.4 Sejarah

Berdasarkan legenda yang beredar di kepulauan, Pulau Karimunjawa

ditemukan oleh Sunan Muria. Legenda itu berkisah tentang Sunan Muria yang

prihatin atas kenakalan putranya, Amir Hasan. Dengan maksud mendidik, Sunan

Muria kemudian memerintahkan putranya untuk pergi ke sebuah pulau yang

nampak "kremun-kremun" (kabur) dari puncak Gunung Muria agar si anak dapat

memperdalam dan mengembangkan ilmu agamanya. Karena tampak "kremun-

kremun" maka dinamakanlah pulau tersebut Pulau Karimun (Gamawisata, 2012).

3.6 Peninggalan purbakala

Menurut Dephut (2013), peninggalan purbakala di Karimunjawa adalah:

*Makam Sunan Nyamplungan: merupakan objek wisata religi yang ada di

Karimunjawa tepatnya di Dukuh Nyamplungan. Sunan Nyamplungan

dipercaya sebagai orang pertama yang mendiami kepulauan Karimunjawa

dan juga murid Sunan Kudus.

*Sumur wali di Pulau Parang merupakan sumur yang disucikan. Apabila

mendapati air dalam sumur tersebut dan bisa mengambilnya, dipercaya akan

membawa keberuntungan bagi yang mengambilnya.

3.7 Kesenian

Page 26: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

Kesenian rakyat masyarakat karimunjawa adalah Reog Barongan dan

Pencaksilat (Dephut, 2013). Reog Barongan yang terdapat di Pulau Parang sudah

hampir punah karena tidak ada yang meneruskan. Selain itu, kesenian Pencaksilat

yang diiringi gamelan juga hampir punah karena tidak ada yang meneruskan

(Umardiono, 2011).

Page 27: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

Anggraeni, Retno. 2008. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Taman

Nasional Karimunjawa. Prodi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan

Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor.[Skripsi].

Ariyati, R. W., Sya'rani, L., Dan Arini, E. 2007. Analisis Kesesuaian Perairan

Pulau Karimunjawa Dan Pulau Kemujan Sebagai Lahan Budidaya Rumput

Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Pasir Laut, Vol.3,

No.1, 27-45

Dephut. 2013. Informasi Taman Nasional Karimunjawa.

http://www.dephut.go.id/uploads/files/INFORMASI%20TAMAN

%20NASIONAL%20KARIMUNJAWA.pdf (Diakses pada Rabu, 2

Desember 2015, pukul: 18:13 WIB).

Dephut. 2015.Visit Karimunjawa. http://tnkarimunjawa.dephut.go.id/visit-

karimunjawa (Diakses pada Rabu, 2 Desember 2015, pukul 18:41 WIB).

Faricha, Anna. 2015. Ekowisata yang Berkelanjutan, Studi Kasus Kepulauan

Karimunjawa. http://www.taka.or.id/ekowisata-yang-berkelanjutan-studi-

kasus-kepulauan-karimunjawa.html (Dikses pada Rabu, 2 Desember 2015,

pukul: 20.02 WIB).

Gamawisata. 2012. Kepulauan Karimunjawa.

http://www.gamawisata.com/index.php/component/content/article/39-

tempat-wisata/94-kepulauan-karimun-jawa?format=pdf (Diakses pada 2

Desember 2015, pukul 18:37).

Page 28: Gambaran Umum Taman Nasional Karimunjawa Fix

Nababan. 2010. Statistik Balai Taman Nasional Karimun Jawa. Kementrian

Kehutanan Directorat Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Balai

Taman Nasional Karimun Jawa

PHKA. 2004. Penataan Zonasi Taman Nasional Karimunjawa Kabupaten Jepara

Provinsi Jawa Tengah. Balai Taman Nasional Karimunjawa. Semarang.

Sardiyatmo. 2005. Kepedulian Masyarakat Pesisir Karimunjawa terhadap

Masalah Pencemaran. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Diponegoro. Semarang.

Sono, Y. W. 2012. Analisis Strategis Bersaing Pariwisata Bahari Indonesia

(Studi Kasus: Tiga Gili, Karimunjawa Dan Kepulauan Seribu). Universitas

Indonesia. Depok

Umardiono, Andy. 2011. Pengembangan Obyek Wisata Taman Nasional Laut

Kepulauan Karimun Jawa. Journal Unair 24 (3): 192-201.

Yusuf, M. 2013. Kondisi Terumbu Karang Dan Potensi Ikan Di Perairan Taman

Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Buletin Oseanografi Marina

Vol. 2 54 – 60.