60
Laporan Pendahuluan Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 1 BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN DAN ISSUE PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN BOJONEGARA 2.1 Kedudukan Wilayah Bojonegara 2.1.1 Kedudukan Administrasi Kawasan Bojonegara dalam Propinsi Banten Kawasan Bojonegara termasuk dalam Wilayah Kabupaten Serang Propinsi Banten. Propinsi Banten terbagi menjadi empat wilayah kabupaten dan dua wilayah kota dengan total area 8.651.20 km2, yaitu: (Wilayah Administrasi Propinsi banten dapat dilihat pada peta 2.1) Kabupaten Serang, 1.643,72 km 2 Kabupaten Lebak, 2.941,40 km 2 Kabupaten Pandeglang, 2.595,35 km 2 Kabupaten Tangerang, 1.124,65 km 2 Kota Tangerang, 179,06 km 2 Kota Cilegon, 167,06 km 2 Jumlah kecamatan di seluruh Banten sebanyak 124, jumlah desa sebanyak 1.337 dan kelurahan sebanyak 144. Untuk jelasnya lihat tabel berikut Tabel 2.1 Jumlah Kecamatan, Kelurahan dan Desa di Provinsi Banten 2001 Kabupaten / Kota Kabupaten Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah Pandeglang 22 322 13 335 Lebak 19 295 5 300 Tangerang 26 325 - 325 Serang 32 349 20 369 Kota Tangerang 13 - 104 104 Cilegon 4 41 2 43 Jumlah 166 1330 146 1476 Sumber: BPS Propinsi Banten

Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 1

BAB 2

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN DAN ISSUE

PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN BOJONEGARA

2.1 Kedudukan Wilayah Bojonegara

2.1.1 Kedudukan Administrasi Kawasan Bojonegara dalam Propinsi Banten

Kawasan Bojonegara termasuk dalam Wilayah Kabupaten Serang Propinsi

Banten. Propinsi Banten terbagi menjadi empat wilayah kabupaten dan dua

wilayah kota dengan total area 8.651.20 km2, yaitu: (Wilayah Administrasi

Propinsi banten dapat dilihat pada peta 2.1)

• Kabupaten Serang, 1.643,72 km2

• Kabupaten Lebak, 2.941,40 km2

• Kabupaten Pandeglang, 2.595,35 km2

• Kabupaten Tangerang, 1.124,65 km2

• Kota Tangerang, 179,06 km2

• Kota Cilegon, 167,06 km 2

Jumlah kecamatan di seluruh Banten sebanyak 124, jumlah desa sebanyak

1.337 dan kelurahan sebanyak 144. Untuk jelasnya lihat tabel berikut

Tabel 2.1 Jumlah Kecamatan, Kelurahan dan Desa di Provinsi Banten 2001

Kabupaten / Kota

Kabupaten

Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah

Pandeglang 22 322 13 335 Lebak 19 295 5 300 Tangerang 26 325 - 325 Serang 32 349 20 369

Kota Tangerang 13 - 104 104 Cilegon 4 41 2 43

Jumlah 166 1330 146 1476 Sumber: BPS Propinsi Banten

Page 2: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 2

Gambar 2.1

Peta Administrasi Propinsi

Page 3: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 3

Kawasan Bojonegara terletak di Kabupaten Serang Propinsi Banten. Kawasan

Bojonegara terletak di sebelah barat (sekitar 130 km) Ibukota DKI. Secara

administratif Kawasan Bojonegara termasuk dalam Wilayah Kabupaten Serang

tepatnya di Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Pulo Ampel (merupakan

pemekaran dari Kecamatan Bojonegara). Kecamatan Pulo Ampel dan

Bojonegara memiliki luas keseluruhan sekitar 6.700,2 hektare dan dihuni hampir

75.000 jiwa.

Saat ini diwilayah Bojonegara telah dibangun Pelabuhan internasional seluas

1100 Ha dengan pantai yang menghadap kelaut sepanjang 11,3 Km. Disekitar

kawasan tersebut telah berdiri kawasan industri yang direncanakan mencapai

1372 hektar meliputi sebagian desa Salira, Mangunreja, Sumureja,

Mangkunegara, Bojonegara, Ukisari, Margasari, Argawana, Margagiri, jenis

industri yang dikembangkan adalah industri logam dasar, kimia dasar, rekayasa

dan rancang bangun. (Wilaah administrasi wilayah Bojonegara dapat dilihat pada

peta 2.2)

2.1.2 Tinjauan Sejarah Banten Tempo Dulu dan Isue Pengembangan

Wilayah Bojonegara erait dengan Lokasi dan Sejarah Banten

Perkembangan wilayah Banten memang tidak dapat dilepaskan dari perjalanan

sejarah Jawa Barat. Awalnya Banten adalah salah satu pelabuhan kecil milik

Kerajaan Padjajaran (salah satu kerajaan Hindu terbesar di Jawa Barat pada

abad 14 masehi), yang pusat kerajaannya berada di Pakuan (di sekitar kota

Bogor sekarang). Perkembangan wilayah Banten semakin pesat setelah seorang

muslim bernama Hasanuddin pada tahun 1527 merebut Banten Girang dari

tangan Kerajaan Padjajaran. Wilayah Banten Girang akhirnya menjadi wilayah

vassal (bawahan) dari Kerajaan Demak. Namun pada tahun 1550, Banten

melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Kerajaan Demak dan berdiri sendiri

menjadi sebuah kesultanan yang independen. Hasanuddin diangkat menjadi

sultan pertama yang memerintah wilayah tersebut.

Pada abad 16 hingga 17, Banten adalah kota terbesar di Asia Tenggara.

Penduduknya mencapai 100.000 jiwa. Transportasi perdagangan menggunakan

rakit dalam kanal-kanal buatan yang melintas di tengah kota. Banten pada saat

itu sudah maju dan berkembang pesat seperti beberapa kota besar di eropa

Page 4: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 4

Peta 2.2

Wilayah administrasi Kecamatan Bojonegara

Page 5: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 5

Sebagai salah satu kota pelabuhan yang megah, Banten mempunyai dua buah

pelabuhan yang besar. Pelabuhan pertama adalah pelabuhan yang

menghubungkan Banten dengan para pedagang asing yang lokasinya terdapat

di sebelah barat sungai Cibanten, sedangkan pelabuhan yang digunakan untuk

kepentingan perdagangan regional terdapat di sebelah timur sungai. Sedangkan

pusat kota sekaligus pusat pemerintah terdapat di tengah tengah dua pelabuhan

tersebut.

Sebagai salah satu pelabuhan besar di Asia Tenggara pada saat itu, Banten

memiliki pelabuhan yang tidak hanya besar tetapi juga lengkap dengan

prasarana pelabuhan lainnya seperti, dermaga yang panjang menjorok ke laut,

dok kapal, hingga gudang-gudang penyimpanan. Gambaran tentang pelabuhan

tersebut secara detail dilukiskan oleh seorang pelaut W Shouten"s yang sempat

berkunjung ke Banten pada tahun 1670. Lukisan W Shouten"s kini tersimpan di

National Library di Paris. Pelabuhan Banten saat itu terlihat sangat besar dan

teratur. Sepanjang pelabuhan bersandar kapal kapal dagang asing berlayar

tinggi berjajar dan merapat di sana. Seiring dengan makin pesatnya aktivitas

perdagangan di Banten, wilayah ini kemudian berubah menjadi salah satu pusat

perdagangan yang cukup besar, melibatkan banyak negara Eropa dan Asia

Timur Jauh.

Bahkan Banten disebut sebut sebagai salah satu pelabuhan paling strategis

yang menghubungkan Asia dengan bangsa Eropa pada saat itu. Selain

mengandalkan aktivitas perdagangan melalui dua pelabuhannya, Banten juga

mempunyai modal lain di bidang ekonomi yaitu perkebunan. Sedangkan jenis

tanaman yang ditanam dan menjadi andalan ekonomi Banten adalah gula dan

rempah- rempah (merica, lada dan kayu manis).

Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara Terkait dengan Lokasi dan

Sejarah Banten

Terdapat beberapa issue pengembangan wilayah Bojonegara terkait dengan

lokasi dan sejarah, dianaranya :

1. Apakah Banten dapat mengembalikan citranya sebagai pusat

pengembangan pelabuhan terbesar di Asia tenggara setelah

dibangunnya Pelabuhan internasional di wilayah Bojonegara ?

Page 6: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 6

2. Selain lokasi wilayah Banten yang strategis dibutuhkan pendukung

Aspek-aspek ekonomi andalan untuk mendukung keberadaan pelabuhan

internasional. Pengembangan kegiatan ekonomi saat ini (industri, listrik,

kelautan, pertanian dan pariwisata) apakah dapat mendukung

keberadaan IHP Bojonegara ?

3. Lokasi strategis Kawasan Bojonegara diharapkan dapat mendorong

pengembangan wilayah Propinsi Banten. Strategi apa yang diperlukan

agar pengembangan wilayah Bojonegara dapat membantu

pengembangan wilayah sekitarnya di Propinsi Banten ?.

4. Upaya apa yang perlu dilakukan untuk mendukung pengembangan

wilayah Banten umumnya serta Kawasan Bojonegara sebagai kawasan

pelabuhan internasional agar dapat merebut kejayaannya sebagai yang

terbesar di Asia Tenggara ?

2.2 Tinjauan Kebijaksanaan Penetapan Fungsi Wilayah Bojonegara

2.2.1 Tinjauan Kebijaksanaan Tata Ruang Nasional

Dalam kebijaksanaan mengenai tata ruang nasional Propinsi Banten ditetapkan :

• Sebagai penghubung antara Pulau Jawa bagian Barat dengan Pulau

Sumatera;

• Sebagai roda penentu perekonomian dari dan ke Pulau Sumatera;

• Menetapkan Banten sebagai Pintu Gerbang ke dunia luar/Internasional

(Bandara Soekarno - Hatta).

Dalam PP No. 47/1997 tentang RTRWN dan dalam konsep RTR Pulau Jawa-Bali

telah ditetapkan bahwa pengembangan pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan

Bojonegara merupakan satu sistem yang saling melengkapi (komplementer)

sebagai IHP (International Harbour Port).

Disamping itu Pelabuhan Bojonegara yang terletak dalam Kawasan Andalan

Bojonegara - Merak - Cilegon diharapkan dapat menjadi salah satu pemicu

dalam pengembangan wilayah Bojonegara sehingga perlu di dukung prasarana

dan sarana yang memadai. Kebijaksanaan Tata Ruang Nasional Pengembanan

Wilayah Andalan Bojonegara dapat dilihat pada gambar 2.3.

Page 7: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 7

Gambar 2.3

Kawasan Andalan Bojnegara

Page 8: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 8

Kawasan Andalan Bojonegara memiliki aksesibiitas yang tinggi karena didukung

keberadaan Pelabuhan Udara Sukarno Hatta, Pelabuhan Tanjung Priok,

Pelabuhan Bojonegara dan akses jalan Tol menuju Wilayah Kawasan Andalan

Bojonegara. Aksesibilitas Kawasan Andalan Bojonegara dapat dilihat pada

gambar 2.4.

2.2.2 Kebijaksanaan Wilayah JABODETABEK

Menurut Kebijaksanaan Wilayah JABODETABEK Wilayah Propinsi Banten

ditetapkan sebagai :

• Megacity yang kompetitif dalam mewujudkan sistem kota-kota,

pengelolaan tata ruang, dan transportasi yang efesien dan efektif;

• Untuk mengurangi tekanan penduduk di wilayah DKI Jakarta melalui

pengembangan industri, perdagangan, dan permukiman di daerah

perbatasan untuk mempermudah iklim investasi;

• Mendorong pengembangan pusat permukiman/perkotaan baru dengan

pengembangan pusat industri dalam kerangka peningkatan kemandirian

ekonomi kota-kota baru khususnya di Kabupaten/Kota Tangerang;

• Sebagai kawasan penyangga Ibukota Negara yang berfungsi sebagai

mitra pembangunan agar melalui kemandirian ekonomi dapat berfungsi

sebagai counter magnet bagi Ibukota Negara.

2.2.3 Tinjauan Kebijaksanaan Tata Ruang Wilayah Propinsi

Direncanakan hingga 15 tahun mendatang, pembagian wilayah Propinsi Banten

dibagi dalam 3 Wilayah Kerja Pembangunan, meliputi :

1. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) I, meliputi: Kota Tangerang dan

Kabupaten Tangerang dengan kegiatan utama industri, perdagangan, jasa

dan permukiman;

2. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) II, meliputi: Kota Cilegon dan Kabupaten

Serang dengan kegiatan utama pariwisata, pertanian, pertambangan,

industri, kehutanan dan pendidikan.

3. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) III, meliputi: Kabupaten Pandeglang dan

Kabupaten Lebak dengan kegiatan utama pariwisata, pertanian,

pertambangan, kehutanan dan pendidikan

Page 9: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 9

Gambar 2.4

Aksesibilitas Kawasan andalan Bojonegara

Page 10: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 10

2.2.4 Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara Terkait dengan

Penetapan Fungsi Wilayah

Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait dengan Penetapan Fungsi

Wilayah diantaranya :

1. Dengan dibangunnya IHP Bojonegara, wilayah Bojonegara menjadi

kawasan strategis karena menjadi salahsatu Pusat Kegiatan Nasional.

2. Kawasan Bojonegara dan sekitarnya (kawasan andalan Bojonegara -

Merak – Cilegon) diharapkan dapat berkembang menjadi Megacity yang

dapat bersaing kompetitif dengan DKI Jakarta.

3. Wilayah Bojonegara dalam konstelasi pengembangan wilayah Propinsi

Banten diharapkan dapat sebagai pendorong pengembagan Wilayah

Kerja Pembangunan (WKP) II, meliputi: Kota Cilegon dan Kabupaten

Serang dengan kegiatan utama pariwisata, pertanian, pertambangan,

industri, kehutanan dan pendidikan.

4. Pengembangan wilayah Bojonegara sebagai PKN, kawasan andalan dan

pusat WKP II menuntut penyediaan sarana dan prasarana dengan tingkat

pelayanan nasional, propinsi, kabupaen dan lokal.

2.3 Tinjauan Kebijaksanaan dan Isue pengaruh Kebijaksanaan terhadap

Wilayah Bojonegara

2.3.1 Tinjauan Kebijaksanaan Pembangunan Wilayah Propinsi Banten

A. Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang

Didalam RTRWP Banten disebutkan bahwa kebijaksanaan pengembangan

tata ruang adalah sebagai berikut :

• Penyebaran penduduk secara merata keseluruh wilayah di

Provinsi Banten terutama ke wilayah Banten Selatan, untuk

mengimbangi penyebaran penduduk antar Wilayah Utara -

Selatan;

• Menterpadukan ruang ekonomi, sosial budaya, dan biofisik

sebagai kesatuan ruang yang mampu mendorong perkembangan

ekonomi wilayah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat,

dunia usaha dan lingkungan hidup secara bekesinambungan;

• Meningkatkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar

wilayah serta keserasian antar sektor melalui pemanfaatan ruang

Page 11: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 11

kawasan lindung dan budidaya secara serasi, selaras, dan

seimbang;

• Penyediaan sarana dan prasarana transportasi dan fasilitas

perkotaan yang memungkinkan munculnya wilayah-wilayah yang

memiliki potensi pertumbuhan;

• Merevitalisasi kawasan cepat tumbuh kembang dan memproteksi

kawasan lindung;

• Pengembangan jaringan transportasi terdiri jaringan jalan, jaringan

kereta api, terminal, antar Provinsi, Angkutan Sungai Danau dan

Penyeberangan (ASDP).

B. Kebijaksanaan Kawasan Lindung Budidaya

Kebijaksanaan mengenai pengelolaan kawasan lindung dan budidaya

Propinsi Banten adalah sebagai berikut:

• Meningkatkan fungsi dan kualitas kawasan lindung dan budidaya guna

mencegah kerusakan ekosistem dan lingkungan hidup;

• Meningkatkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar

wilayah dan sektor melalui pemanfaatan ruang kawasan lindung dan

budidaya;

• Mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup, menjaga ekosistem

antar wilayah guna pembangunan berkelanjutan;

• Tercapainya proporsi luas kawasan lindung dan budidaya;

• Tidak adanya alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya;

• Menjaga keseimbangan lingkungan dan kesinambungan kegiatan

pembangunan yang memanfaatkan kawasan lindung dan budidaya.

C. Kebijaksanaan Prasarana Wilayah

Kebijaksanaan yang berkaitan dengan prasarana wilayah adalah :

• Pembangunan prasarana wilayah harus sesuai dengan fungsi dan

peranan kota;

• Prasarana wilayah dapat mengarahkan pembangunan pada wilayah-

wilayah yang akan didorong perkembangannya;

• Pemenuhan prasarana wilayah tidak hanya lingkup lokal juga

wilayah/kawasan;

Page 12: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 12

• Mengembangkan outlet yang berfungsi sebagai pintu masuk/keluar

Banten;

• Pengembangan jaringan prasarana wilayah di Banten Selatan.

D. Kebijaksanaan Wilayah Kerja Pembangunan

Kebijaksanaan Wilayah Kerja Pembangunan Propinsi Banten tercermin

dalam :

(a) Penetapan wilayah kerja pembangunan, dimana digariskan ketentuan

penataan Wilayah Kerja Pembangunan

(b) Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah, yang antara lain mencakup

kebijaksanaan kewilayahan / keruangan mengenai

• Arahan pengelolaan kawasan budidaya dan kawasan lindung

• Arahan pengelolaan kawasan pedesaan, perkotaan dan kawasan

tertentu

• Arahan pengembangan kawasan permukiman, kehutanan,

pertanian, pertambangan, perindustrian, pariwisata dan kawasan

lainnya.

• Arahan pengembangan sistem pusat permukiman pedesaan dan

perkotaan.

• Arahan pengembangan sistem pusat prasarana wilayah yang

meliputi prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, pengairan,

dan prasarana pengelolaan lingkungan

• Arahan pengembangan kawasan yang diprioritaskan

• Arahan kebijaksanaan tata guna tanah, tata guna air dan tata guna

sumber alam lainnya yang memperhatikan keterpaduan dengan

sumber daya manusia dan sumber daya buatan

2.3.2 Strategi Pengembangan Wilayah

Ada beberapa konsep dalam strategi pengembangan Wilayah Propinsi

Banten yakni :

• Konsep 'ring' atau cincin yang dapat dilihat dari struktur prasarana

transportasi (jalan) yang bentuknya mengelilingi/ sebagai ring (cincin)

bagi Provinsi Banten;

• Konsep 'radial' merupakan konsep pembangunan yang akan

menghubungkan daerah pedalaman dengan pesisir, perdesaan

Page 13: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 13

dengan perkotaan, wilayah pinggiran dengan pusat melalui

pembangunan prasarana jalan, baik untuk jalur jalan nasional, jalan

Provinsi maupun jalan Kabupaten/Kota;

• Lingkaran paling luar sampai dengan pusat/lingkaran paling dalam,

saling bergradasi dari kawasan terbangun ke kawasan tidak

terbangun;

• Pusat-pusat pengumpul dan distribusi di pedalaman yang merupakan

wilayah budidaya pertanian dan penunjangnya dengan memakai

konsep agropolitan;

• Masing-masing cluster, secara faktual dan operasional, merupakan

aktivitas kegiatan-kegiatan campuran. Namun untuk selanjutnya,

cluster-cluster tersebut akan diarahkan pemanfaatannya berdasarkan

konsep 'flexible zone' yang memakai sistem 'dominasi orientasi'.

2.3.3 Rencana Pemanfaatan Ruang

Berdasarkan strategi pengembangan wilayah, maka strategi pemanfaatan ruang

yang dikembangkan adalah :

1. Ruang Propinsi sebagai ruang publik dapat dikembangkan untuk

manampung berbagai kegiatan masyarakat dan diarahkan pada ruang yang

boleh dibangun dan ruang publik yang tidak boleh dimanfaatkan

2. Ruang publik yang boleh dibangun diarahkan untuk kesejahteraan

masyarakat melalui kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan pemerintah.

Pengaturan pemanfaatan ruang dilakukan dengan menetapkan ruang budi

daya sebagai kawasan yang dikembangkan menurut karakteristik fisik dan

potensi yang dimilikinya. Selanjutnya didalam pemanfaatan ruang di kawasan

budidaya selain menumbuhkan potensi yang ada namun juga perlu

mempertimbangkan persyaratan teknis ruang yang berbeda antara satu

kawasan dengan kawasan lainnya.

3. Ruang publik yang tidak boleh dibangun diarahkan untuk mempertahankan

ekosistem dan kelestarian lingkungan hidup guna mewujudkan kesembangan

yang selaras antara lingkungan alam dan lingkungan buatan. Ruang publik ini

terdiri dari kawasan lindung yang harus dihindari dari kerusakan dan

penyusutan, maka pengaturan pemanfatan ruang sebagai pengisian daripada

ruang publik diarahkan sebagai berikut :

Page 14: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 14

(a) Mengembangkan kota kecil dan menengah yang mempunyai potensi

untuk berlembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk

mewujudkan keselarasan pertumbuhan kota besar

(b) Mengembangkan pusat–pusat pertumbuhan pada kota–kota kecil/ kota

kecamatan yang berperan sebagai pusat pengolahan hasil pertanian,

guna mendukung keterkaitan antara pusat produksi, koleksi dan

distribusi.

(c) Mensinergikan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya

buatan guna mendorong perkembangan ekonomi wilayah dengan

meminimalkan kerusakan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan.

(d) Mengembangkan agribisnis pertanian guna mewujudkan perluasan

pasar yang kondusif serta memperkuat ketahanan pangan

(e) Mengembangkan industri perdagangan dan jasa sebagai sektor utama

yang memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi skala besar,

menengah, dan kecil yang keterkaitan antara satu dan lainnya

(f) Memberikan ruang gerak yang leluasa kepada prasarana dasar yang

memiliki tingkat internasional dan nasional agar mampu memberikan

efek ganda terhadap peningkatan Produk Domestik Regional Bruto serta

menumbuhkan kegiatan usaha kecil menengah/koperasi.

(g) Menyediakan jaringan jalan dan utilitas (prasarana) sebagai elemen

pengikat kegiatan ekonomi wilayah dan sekaligus memperkuatan

keterkaiatan antara satu sektor, antar wilayah dan antar kawasan.

(h) Memproteksi kawasan yang berfungsi lindung dan penyangga serta

peninggalan bersejarah/aset budaya yang bermanfaat selain untuk

mempertahankan ekosistem dan nilai-nilai budaya namun juga

dimaksudkan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Rencana pemanfaatan ruang Propinsi Banten dapat dilihat pada gambar 2.5.

Strategi pengembangan kawasan disesuaikan dengan paradigma baru saat ini

yakni berdasarkan Undang–Undang Nomor 22 Tahun 1999, mengenai

kewenangan daerah propinsi. Untuk memudahkan operasional, sinkronisasi,

koordinasi dan intergrasi maka Wilayah Propinsi Banten di rencanakan dengan

sistem “ cluster” kawasan fungsional sebagai berikut:

Page 15: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 15

Gambar 2.5

Rencana Pemanfaatan Ruang Propinsi Banten

Page 16: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 16

a. Kawasan Fungsional I (KF 1) : Tangerang - Bojonegara

Pola pemanfaatan lahannya didominasi oleh aktivitas pada sektor perkotaan

yang dicirikan oleh pertumbuhan sektor-sektor jasa perkotaan (industri,

pariwisata, permukiman).

b. Kawasan Fungsional II (KF 2): Bojonegara - Cilegon.

Karakteristik KF 2 tidak jauh berbeda dengan KF 1, perbedaannya terletak pada

perbedaan proporsi pemanfaatan ruang, dimana fungsi permukiman pada KF 2

lebih dominan dibandingkan dengan KF 1 karena faktor perkembangan

penduduk dan aktivitas pemerintahan.

c. Kawasan Fungsional III (KF 3): Cilegon - Labuan.

Wilayah KF 3 memiliki karakteristik terletak pada wilayah pantai, keberadaan

potensi pariwisata potensial serta mempunyai pull factor besar terhadap gejala

urbanisasi.

d. Kawasan Fungsional IV (KF 4): Muara Binuangeun - Bayah.

Kegiatan agroindustri yang dikembangkan pada KF 4 merupakan bagian dari

bentuk industri pencemaran rendah yang dikembangkan pada wilayah Lebak;

untuk kegiatan industri akan terjadi peningkatan kebutuhan ruang untuk

menampung pengembangan infrastruktur perhubungan darat dan

pengembangan pelabuhan; peruntukan ruang untuk fungsi permukiman

disesuaikan dengan prediksi pertambahan kuantitas penduduk; kegiatan

pariwisata yang dikembangkan didominasi oleh bentuk wisata pantai yang

kebutuhan ruangnya relatif tidak signifikan; sementara alokasi ruang untuk

kebutuhan konservasi terutama adalah wilayah sempadan sungai dan pantai.

e. Kawasan Fungsional V (KF 5): Bayah - Pelabuhan Ratu.

KF 5 secara dominan digunakan untuk menampung fungsi permukiman dan pariwisata.

f. Kawasan Fungsional VI (KF 6): Serpong - Serang.

Perkembangan aktivitas perkotaan dalam masa rencana pada KF 6 akan

menyebabkan terjadinya penambahan jumlah dan kepadatan penduduk,

peningkatan intensitas kegiatan perkotaan terutama pada sektor industri serta

Page 17: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 17

perlunya ruang konservasi dalam jumlah memadai untuk mempertahankan daya

dukung lingkungan.

g. Kawasan Fungsional VII (KF 7): Tigaraksa - Serang - Pandeglang -

Malingping

Fungsi ruang pada KF 7 adalah menampung fungsi permukiman dan

perkantoran dengan pertimbangan pertumbuhan penduduk, status pemerintahan

dan aktivitas perkotaan lainnya.

h. Kawasan Fungsional VIII (KF 8): Tigaraksa - Rangkasbitung - Malingping

- Bayah

Sesuai dengan potensi yang dimiliki wilayah Tigaraksa-Rangkasbitung-

Malingping-Bayah, maka ruang pada KF 8 digunakan untuk fungsi konservasi,

permukiman, pengembangan agroindustri serta hutan produksi dan tanaman

keras.

i. Kawasan Fungsional IX (KF 9): TN. Ujung Kulon dan sekitarnya serta

Kawasan Gunung Halimun dan sekitarnya.

KF IX merupakan kawasan konservasi skala regional dan nasional sehingga

fungsi lindung yang diperuntukkan pada KF 9 mencapai 80 % dari keseluruhan

lahan.

j. Kawasan Fungsional Perairan 4 (empat) Mil.

Dominan kegiatan pada KF 4 mil adalah kegiatan penangkapan ikan yang dapat

meliputi sebagian besar wilayah perairan pada kawasan, budidaya perikanan

pada lokasi-lokasi tertentu disekitar garis pantai serta pengembangan kegiatan

wisata pantai dan pengembangan infrastruktur transportasi laut.

k. Kawasan Fungsional Perairan 12 Mil dan Kepulauan.

Pada KF 12 mil, aktivitas penangkapan ikan merupakan aktivitas yang

membutuhkan ruang dominan yang dapat dikembangkan, selain kegiatan

pertambangan lepas pantai (terutama pada wilayah pantai utara) dan jasa-jasa

lingkungan.

Page 18: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 18

2.3.4 Sistem Pelayananan Perkotaan

Sistem pelayanan perkotaan di Provinsi Banten dibedakan atas 3 bagian yakni,

pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal. Daerah

– daerah yang termasuk dalam sistem pelayanan perkotaan adalah:

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) : Kota Tangerang, Cilegon, dan Serang

2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) : Serpong, Pandeglang, Rangkasbitung,

Teluknaga, Tigaraksa, Bayah, Anyer, Labuan, Malingping dan Cibaliung;

3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) : Menes, Balaraja, Pasar Kemis, Cikupa,

Cikande, Ciomas, Muara Binuangeun dan Sumur;

2.3.5 Arahan Pengembangan Wilayah Propinsi Banten

Arahan pengembangan wilayah Propinsi Banten, diantaranya :

1. Arahan Pengembangan Transportasi

a. Transportasi Darat

• Membentuk sistem jaringan jalan arteri penghubung antar PKN melalui

peningkatan ruas jalan arteri Serang - Cilegon;

• Penetapan jalan Teluk Naga - Mauk, Pontang - Kramatwatu sebagai jalan

arteri;

• Membentuk jaringan jalan kolektor antar PKN dengan PKW dan antar

PKW diantaranya jalan horizontal Banten Selatan;

• Pengembangan jalan Kereta Api Double Track Jakarta - Merak,

Pembangunan Cilegon - Bojonegara, Revitalisasi Lintas Rangkasbitung -

Pandeglang - Labuan;

• Membangun Terminal Terpadu di Kota Tangerang, Teriminal Tipe A di

Merak (Cilegon) dan Malingping Tipe B;

• Penyempurnaan sistem jaringan jalan melingkar (jalan cincin).

• Terbangunnya jaringan Jalan Tol pendukung PKN (Cilegon - Labuan dan

Serpong - Rangkasbitung);

• Peningkatan jaringan jalan poros (Rangkasbitung - Malingping);

• Peningkatan aksesibilitas sistem transportasi ke Bandara Soekarno-

Hatta;

• Pembangunan jalur Warunggunung - Petir - Ciruas, Palima - Pakupatan;

• Pembangunan jembatan Selat Sunda penghubung wilayah Pulau Jawa -

Sumatera ± 35 Km.

Page 19: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 19

b. Transportasi Laut

• Meningkatkan kapasitas pelayanan Pelabuhan Merak dan Ciwandan

sebagai Pelabuhan Utama (Cilegon);

• Rencana pengembangan Pelabuhan Internasional Bojonegara (Serang).

c. Transportasi Udara

• Meningkatkan fungsi pelayanan Bandara Soekarno-Hatta sebagai

Bandara Internasional dengan memperluas areal seluas 3.300 Ha;

• Meningkatkan kapasitas Bandara Gorda (Serang), Bandara Wisata

Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon, Bandara Calon

Penerbang Curug (Kab. Tangerang), dan Bandara Khusus Pondok Cabe

(Tangerang)

Arahan pengembangan sistem transportasi Propinsi Banten dapat dilihat pada

gambar 2.6

2. Arahan Pengembangan Industri

Berikut ini adalah arah pengembangan sektor industri untuk masing-masing

kabupaten/ kota :

• Kabupatan Serang ditunjang oleh kelompok industri besar dan sedang,

industri kecil (formal), industri kerajinan, rumah tangga (non-formal).

Industri tersebut di wilayah Serang Barat (Kecamatan Kragilan dan

Kecamatan Cikande). Adapun industri yang termasuk pada zona industri

baru terkonsentrasi di Kecamatan Cikande. Potensi industri besar dan

sedang, industri kecil, serta industri kerajinan meliputi industri mesin,

kimia, elektronik, tekstil, sepatu, aneka industri dan kawasan industri

agro.

• Kabupaten Lebak lebih diarahkan pada industri kecil dan kerajinan.

Potensi industri kecil dan industri kerajinan yang meliputi industri

pangan, industri sandang dan kulit, industri barang dari logam, kayu,

bambu, pandan, serta aneka industri lainnya. Kabupaten Lebak

berpotensi untuk pengembangan industri semen, namun perlu dilakukan

usaha penanggulangan kendala yang menghambat pengembangannya.

• Di Kabupaten Pandeglang perkembangan industrinya lebih diarahkan

pada industri kecil dan kerajinan. Industri kerajinan (Kecamatan Menes

dan Labuan) perlu lebih dikembangkan untuk mendukung industri

pariwisata

Page 20: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 20

Gambar 2.6

Konsep transportasi propinsi Banten

Page 21: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 21

Potensi industri kecil dan industri kerajinan yang berkembang meliputi

industri tekstil, gula aren, emping, kerupuk, kerajinan bordir, dan aneka

industri lainnya.

• Kabupaten Tangerang pengembangannya meliputi kelompok industri

besar dan sedang, industri kecil dan kerajinan yang meliputi industri

mesin, elektronika, tekstil, dan aneka industri lainnya. Wilayah

pengembangannya diarahkan di sebelah Barat Tangerang (Kecamatan

Pasarkemis, Cikupa dan Balaraja). Sedangkan industri yang termasuk

pada zona industri dikonsentrasikan di Kecamatan Pasarkemis dan

Cikupa.

• Kota Tangerang diarahkan pada kelompok industri sedang, industri

kecil, dan industri jasa pelayanan, meliputi industri mesin, elektronik,

tekstil dan aneka industri lainnya. Pengembangan kegiatan industri ini

difokuskan di Kecamatan Jatiuwung, Batuceper dan Tangerang. Untuk

kegiatan industri yang berlokasi di dekat permukiman hanya untuk jenis

industri kecil non-polutif teruteme di Kecamatan Batuceper, Cipondoh,

Kecamatan Batu Pinang Karang Tengah, dan Kecamatan Pembantu

Larangan.

3. Arahan Pengembangan Budidaya Perikanan Air Payau dan Air Laut

Arahan lokasi budidaya air payau dan laut adalah kawasan pesisir sekitar

Pulau Panaitan, Kawasan Pesisir Ujung Kulon, Kawasan Pesisir Labuhan –

Penimbang. Pulau–pulau kecil di bagian selatan dan pulau–pulau yang

terdapat pada kawasan Kepulauan Seribu. Komoditas potensial yang

dikembangkan untuk usaha budidaya air payau dan laut meliputi udang

windu, udang putih, bandeng, kakap putih, kerapu, beronang, tiram mutiara,

dan rumput laut.

Arahan lokasi sentra pengembangan perikanan tangkap dan permukiman

nelayan adalah Karangratu dan Anyer (Kabupaten Serang), Labuan,

Cimanggu dan Penimbang (Kabupaten Pandegelang, serta bayah dan

Malingping).

Untuk mendukung pengembangan kegiatan perikanan, khususnya perikanan

laut perlu dilakukan pengembangan pelabuhan dan pangkalan pendaratan

Page 22: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 22

ikan yang tingkat pemanfaatannya telah melebihi kapasitas. Untuk lebih

jelasnya lihat tabel berikut :

Tabel 2.2

Arahan Pengembangan Pelabuhan Dan Pangkalan Pendaratan Ikan Di Produksi Banten

No Nama Pelabuhan/PPI

Lokasi Pengembangan

1 PPI Karangratu Kab.Serang Ditingkatkan Menjadi PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara)

2 PPI Labuhan Kab.Pandeglang Ditingkatkan menjadi PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai)

3 PPI Binuangeun Kab.Lebak Pengoptimalan fungsi 4 PPI Dadap Kab.Tangerang Pengoptimalan fungsi 5 PPI Kronjo Kab.Tangerang Pengoptimalan fungsi 6 PPI Cituis Kab.Tangerang Pengoptimalan fungsi 7 PPI Tengkurak Kab.Serang Pengoptimalan fungsi 8 PPI Pasuruang Kab.Serang Pengoptimalan fungsi 9 PPI Penimbang Kab.Pandeglang Ditingkatkan menjadi PPI (Pangkalan

Pendaratan Ikan) Tipe A 10 PPI Bayah Kab.Lebak Pengoptimalan fungsi 11 PPI Ketapang Kab.Tangerang Pengoptimalan fungsi 12 PPI Lontar Kab.Tangerang Pengoptimalan fungsi 13 PPI Kemayungan Kab.Serang Pengoptimalan fungsi 14 PPI Terate Kab.Serang Pengoptimalan fungsi 15 PPI Wadas Kab.Serang Pengoptimalan fungsi 16 PPI Merak Kab.Serang Pengoptimalan fungsi 17 PPI Anyer Kab.Serang Pengoptimalan fungsi 18 PPI Kepuh Kab.Serang Pengoptimalan fungsi 19 PPI Cirata Kab.Serang Pengoptimalan fungsi 20 PPI P.Panjang Kab.Serang Ditingkatkan menjadi PPI (Pangkalan

Pendaratan Ikan) Tipe C 21 PPI Citeureup Kab.Pandeglang Ditingkatkan menjadi PPI (Pangkalan

Pendaratan Ikan) Tipe C 22 PPI Sukanegara Kab.Pandeglang Pengoptimalan fungsi 23 PPI Sumur Kab.Pandeglang Ditingkatkan menjadi PPI (Pangkalan

Pendaratan Ikan) Tipe C

24 PPI Taman Jaya Kab.Pandeglang Pengoptimalan fungsi 25 PPI Sukahujan Kab.Lebak Pengoptimalan fungsi 26 PPI Sawarna Kab.Lebak Pengoptimalan fungsi

Sumber RTRWP Banten, 2001

4. Arahan Pengembangan Kawasan Pariwisata

Pengembangan wisata secara khusus di Provinsi Banten mencakup 5 (lima)

kawasan yaitu :

a . Kawasan Pantai Barat

Kawasan pantai barat meliputi wilayah Anyer, Labuan (Carita) dan

Tanjung Lesung yang diarahkan untuk aktivitas rekreasi dan olahraga

jetski, selancar, berlayar, snorkeling, memancing, perahu dayung, polo

Page 23: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 23

air, voli pantai, menyelam, ekskursi, track hiking ke Gunung Krakatau dan

Taman Nasional Ujung Kulon.

b . Kawasan Pantai Utara

Kawasan Pantai Utara meliputi Tanjung Pasir, Tanjung Kait dan Pulo

Cangkir yang diarahkan untuk aktivitas rekreasi dan olahraga jetski,

memancing, wisata pantai, wisata budaya wisata ziarah makam Pangeran

Jaga Lautan dan bisa dilanjutkan ke wisata Kepulauan Seribu.

c . Kawasan Pantai Selatan dan Permukiman Masyarakat Baduy

Pengembangan obyek wisata di sepanjang pantai selatan dari Pantai

Rancecet, Pantai Muarabinuangeun sampai Bayah serta di sekitar

kawasan permukiman Suku Baduy.

d. Kawasan Wisata Sejarah/ Budaya

Kawasan wisata ziarah meliputi kompleks Banten Lama, Pelabuhan

Karangantu, Makam Syekh Mansur di Cikadueun dan Syekh Asnawi di

Caringin Kabupaten Pandeglang, Makam Syekh Nawawi di Tanara dan

Pemakaman Gunung Santri di Bojonegoro Kabupaten Serang, dan Lebak

Sibedug Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak.

e. Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon

Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon ini tergabung dengan pulau-pulau

kecil lainnya yang berdekatan yaitu Pulau Panaitan, Pulau Handeuleum,

Pulau Peucang, Taman Jaya, Pantai Ciputih, dan Gunung Honje.

Pengembangan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon ini bersifat eklusif

dan terbatas yang mengharuskan adanya pembatasan wisatawan.

5. Arahan Pengembagan Kawasan Pertambangan

Untuk arahan pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan

memperhatikan potensi bahan galian tambang yang tersebar hampir

diseluruh Wilayah Banten, meliputi: Bahan Galian Industri Bangunan (

Andesit, Basalt, Sirtu, Marmer dan batu Apung, Aneka Industri (batu

Gamping, Fosfat, Zeolit, Gips dan Bentonit), Industri Keramik (Lembung

Residu, Toseki, Pasir Kuarsa, batu Mulia, Emas dan Bahan Galian Golongan

A dan B Lainnya.

Arahan lokasi pengembangan sumber daya pertambangan adalah sebagai

berikut:

Page 24: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 24

• Bahan Galian Logam (emas, perak, tembaga, timbal, seng, besi/ limonit)

di wilayah Kabupaten Lebak (Cibareno, Cihara, Cipicung, Ciawitali dan

Cipurut)

• Batubara di wilayah Kabupaten lebak (Bojongmanik merupakan wilayah

paling potensial, Cimandiri dan Bayah) dan Kabupaten Pandeglang

(belum diketahui secara pasti kwalitas dan besarnya sumber daya)

• Bahan galian Industri adalah bahan galian mineral industri dan batuan

yang mempunyai kegunaan langsung dalam industri seperti fosfat, zeolit,

marmer, batu gamping. Arahan lokasinya adalah Kabupaten lebak dan

Kabupaten Serang.

• Bahan galian tambang lainnya (lempung, toseki, pasir kuarsa, bondelay,

kalsedon dan agaat, opal, kayu tersikan yang mempunyai nilai komersial

yang cukup tinggi) lokasinya tersebar di Wilayah banten.

2.3.6 Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait dengan

Kebijaksanaan Pengembangan wilayah Propinsi Banten

Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait dengan pengembangan

wilayah Propinsi Banten, diantaranya :

1. Keberadaan Pelabuhan Internasional Bojonegara diharapkan dapat

mendorong pengembangan wilayah sekitarnya, diantaranya dapat

berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi bagi kegiatan

perekonomian di kabupaten-kabupaten dalam wilayah Propinsi

Banten.

2. Pengembanga Pelabuhan Bojonegara menuntut Kebutuhan

Operasional Pelabuhan, diantaranya :

- Penyediaan Air Bersih (Water Resources Development) melalui:

* Water Drinkable kapasitas 100 ton / hari di Kaw. Bojonegara

* Instalasi Pengolahan Air Bersih (20 lt/detik) di Kaw. Bojonegara

* Perbaikan Bendung Pamarayan (Ciujung) dan inter-koneksi dengan

rencana DAM Karian sbg Persediaan Air Baku

- Pembangunan Jaringan Listrik melalui Gardu Induk Suralaya

- Pembangunan Depo BBM di Kaw. Bojonegara V

- Pembangunan Pergudangan dl Kaw. Pelabuhan Bojonegara

Page 25: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 25

3. Kebutuhan Prasarana Dasar Pendukung:

- Pembangunan Jaringan Jalan:

* Serdang — Bojonegara (14 Km)

* Bojonegara — Merak (20,85 Km)

* Konsep Jalan Cincin / Ring Road

- Pembangunan Jalan Tol Cilegon - Bojonegara (14,5 Kin)

- Pembangunan Lintasan KA Serdang - Bojonegara (15 Kin)

- Peningkatan Rapasitas Terminal Penumpang Type A di Cilegon

- Pembangunan Dermaga Alternatif Lintas Jawa - Sumatera di Kaw.

Bojonegara V

4. Tumbuhnya kawasan ekonomi produktif :

- Pembangunan terminal Agro sebagai pasar penampung hasil

pertanian regional berlokasi di Kawasan Industri PT Krakatau Steel

- Pembangunan Kawasan Industri Agro (Banten Agro Park) di

Kawasan Bojonegara (450 Ha) :

• Industri/ Pabrik pengolah hasil pertanian

• Pergudangan

• Laboratorium pengujian/ sertifikasi

• Riset & development

- Meningkatnya kegiatan & produktifitas pertanian lokal

5. Kebutuhan peningkatan SDM Banten yang profesional :

- Penyerapan tenaga kerja lokal, terutama di bidang :

• Kelautan

• Kepelabuhan

• Perikanan

- Pembangunan sekolah tinggi/ Institut dibidang :

• Perkapalan (mesin & konstruksi)

• Kepelabuhan

• Kelautan

- Pembagunan Balai Latihan kerja (BLK) sesuai kebutuhan kepelabuhan

5. Peningkatan PAD Propinsi Banten :

Page 26: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 26

- Pembangunan BUMN / BUMD Sesuai Kebutuhan antara SWASTA -

PEMERINTAH

- Peningkatan Investasi Lainnya dari kegiatan industri / pabrik

pengolahan, perhubungan, pariwisata, perikanan

6. Adanya perbedaan kepentingan dalam pemanfaatan ruang dengan Kota

Cilegon, diantaranya :

- Kota Cilegon dengan Kecamatan Ampel (Kabupaten Serang)

dipisahkan oleh perbukitan. Pada RUTR Kecamatan Bojonegara Pulau

Ampel, daerah perbukitan tersebut menjadi daerah konservasi yang

dibatasi pemanfaatannya, sedangkan daerah perbukitan diwilayah

Kota Cilegon pada saat ni telah dimanfaatkan menjadi daerah

permukiman.

- Pemanfaatan daerah perbatasan pada kota Cilegon telah

menyebabkan banjir pada Kecamatan Bojonegara

7. Pengembangan kegiatan IHP Bojonegara akan berpengaruh terhadap

sistem dan status jalan :

a. Terjadinya perubahan status jalan kabupaten dan jalan propinsi

menjadi jalan nasional.

b. Terjadi perubahan sistem janingan jalan, dan perubahan moda

transportasi.

8. Terjadinya konflik penggunaan perairan laut :

Mengingat banyaknya kepentingan baik pihak pusat, propinsi dan

kabupaten dalam pengembangan wilayah laut akan mengakibatkan

terjadingan konflik perairan laut. Kegiatan perairan penangkapan ikan

nelayan akan terganggu dengan adanya aktifitas pelabuhan internasional.

9. Dampak Lainnya:

- Peningkatan Keamanan Wilayah Laut:

- Perubahan Status LANAL dari Type C (Wil. Selat Sunda) menjadi Type B (Wil. Laut Propinsi)

- Peningkatan Eksport Banten

- Mendukung kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok

Page 27: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 27

2.4 Tinjauan Wilayah Propinsi Banten dan Isue Pengembangan Wilayah

Bojonegara

2.4.1 Tinjauan Kependudukan

A. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Perkembangan jumlah penduduk dari tahun ke tahun di Propinsi Banten tidak

mengalami lonjakan yang terlalu besar. Jumlah penduduk ter besar terdapat di

Kabupaten tengareng dengan jumlah penduduk lebih dari 2 juta jiwa bahkan

pada tahun 2000 sudah hampir mendekati 3 juta jiwa. Kecenderungan jumlah

penduduk pada tiap kabupaten/kota di propinsi Banten dari tahun ke tahun

mengalami kenakan, namun terdapat juga penurunan jumlah penduduk yaitu

pada Kabupaten Serang tahun 1999. Untuk jelasnya lihat tabel 2.2.

Kepadatan penduduk tertinggi di Propinsi Banten terdapat di Kota Tangerang

yang mencapai 77.193 jiwa/hektar pada tahun 2001, sedangkan kepadatan

terendah di Kabupaten Pandeglang dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar

2.776 jiwa / ha. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.3.

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Propinsi Banten (jiwa)

Dirinci Per Kabupaten/Kota Tahun 1996 – 2001

Tahun Kabupaten / Kota

Luas Wilayah

(Ha) 1996 1997 1998 1999 2000 2001

Kab. Serang 177.742 1.638.852 1.659.436 1.691.767 1.464.398 1.631.571 1.669.119

Kab.Lebak 259.905 963.307 983.900 988.585 1.010.470 1.072.053 1.034.710

Kab.Pandeglang 369.308 926.316 956.637 972.373 984.369 1.010.741 1.025.088

Kab. Tangerang 102.784 2.548.200 2.680.100 2.817.300 2.959.600 2.975.435 2.873.256

Kota Tangerang 16.545 1.138.584 1.180.930 1.223.922 1.267.547 1.311.746 1.354.657

Kota Cilegon 17.549 - - - 278.452 295.766 301.225

Jumlah 943.833 7.215.259 7.461.003 7.693.947 7.964.846 8.252.312 8.258.055

Sumber : BPS Kab/Kota dan Banten Dalam Angka, 2001

Page 28: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 28

Tabel 2.4. Kepadatan Penduduk Propinsi Banten

Dirinci per Kabupaten/Kota Tahun 1996 – 2001 (jiwa/ha)

Tahun Kabupaten / Kota Luas Wilayah

(Ha) 1996 1997 1998 1999 2000 2001

Kab. Serang 177.742 9.220 9.336 9.518 8.239 9.179 9.391

Kab.Lebak 259.905 3.706 3.786 3.804 3.888 3.952 3.981

Kab.Pandegelang 369.308 2.508 2.590 2.633 2.665 2.737 2.776

Kab. Tangerang 102.784 24.792 26.075 27.410 28.794 28.948 27.954

Kota Tangerang 16.545 68.817 71.377 73.975 76.612 79.284 77.193

Kota Cilegon 17.549 0.000 0.000 0.000 15.868 16.854 18.206

Jumlah 943.833 7.645 7.905 8.152 8.439 8.743 8.749

Sumber : BPS Kab/Kota dan Banten Dalam Angka, 2001

B. Laju Petumbuhan Penduduk

Perkembangan laju pertumbuhan rata–rata selama 10 tahun terakhir (1990 –

2000) Propinsi Banten sebesar 2,90% / tahun. Pada beberapa daerah memiliki

pertumbuhan yang pesat seperti di Kabupaten Tangerang, dengan tingkat

pertumbuhan rata-rata mencapai 4,35%, akan tetapi pada periode tahun 1990 –

2000 terjadi penurunan pertumbuhan penduduk hampir di setiap Kabupaten/

Kota. Kondisi tersebut menyebabkan menurunnya pertumbuhan rata–rata

Propinsi Banten mengingat Kabupaten Tangerang, Serang, Kota Tangerang dan

Cilegon merupakan kawasan industri dimana penduduknya sebagian besar

adalah pendatang.

Beberapa kondisi menarik antara lain terjadinya penurunan laju pertumbuhan

penduduk pada Kabupaten/ Kota yang sudah berorientasi pada sektor sekunder

dalam pembangunannya pada awal krisis ekonomi, yaitu pada tahun 1997 –

1998. Penurunan laju pertumbuhan penduduk ini terjadi di Kota dan Kabupaten

Tangerang yaitu pada tahun 1998 – 1999 dengan penurunan sebesar 0,07% dan

0,08% masing–masing untuk Kabupaten dan Kota Tangerang. Untuk jelasnya

lihat tabel berikut :

Page 29: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 29

Tabel 2.5 Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi Banten

Dirinci Per Kabupaten / Kota Tahun

Kabupaten / Kota 1961 –

1971 1971 – 1980

1981 –

1990 1991 – 2000

Kab.Pandegelang 2,66 2,17 2,14 1,71

Kab.Lebak 2,48 2,51 2,49 7,72

Kab. Tangerang 4,07 4,07 5,00 4,35

Kab.Serang 2,69 2,63 2,54 2,98

Kota Tangerang 2,96 4,11 8,77 3,83

Kota Cilegon 2,59 4,71 4,85 2,79

Rata-rata Propinsi 2,91 3,37 4,30 2,90

Sumber : Banten Dalam Angka, 2001

C. Komposisi Penduduk

Penduduk Propinsi Banten sebagain besar 780.217 jiwa (25,37%) bekerja pada

sektor pertanian, sedangkan yang paling kecil adalah yang bekerja pada sektor

listrik, gas dan air. Penduduk yang berkerja pada sektor pertanian sebagian

besar terdapat di Kabupaten Serang, Kabupaten lebak dan Kabupaten

Pandegelang. Adapun daerah yang sudah berorientasi pada kegiatan industri

seperti Kabupaten dan Kota tangerang memiliki jumlah penduduk yang umumnya

bekerja pada sektor industri.

Penduduk yang bekerja pada pertambangan dan penggalian paling banyak

terdapat di Kabupaten Lebak dengan jenis pertambangan berupa emas, batu,

pasir dan lainnya. Kabupaten Tangerang memiliki jumlah penduduk terbanyak

yang bekerja di sektor perdagangan, hotel, restoran, angkutan, bank dan jasa

dibandingkan daerah lainnya.

Tingkat pendidikan penduduk akan mempengaruhi kualitas sumber daya

manusia, semakin tinggi tingkat pendidikannya maka kualitas sumber daya

manusianya juga akan bertambah begitu juga sebaliknya. Data tahun 2000

menunjukan bahwa penduduk yang tamat SD/ MI adalah yang paling besar yaitu

2.031.418 orang dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain, sedangkan

penduduk dengan pendidikan S2 / S3 mencapai 4.794 jiwa

Daerah yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang tinggi tingkat

pendidikannya adalah Kabupaten dan Kota Tangerang, serta Kabupaten Serang.

Page 30: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 30

Mengenai jumlah penduduk yang bekerja dan tingkat pendidikan tiap

kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Yang Bekerja

Menurut lapangan pekerjaan Utama Dirinci Per Kabupaten / Kota Di Propinsi Banten Tahun 2001

Kabupaten / Kota

Pertanian

Pertambangan & Penggalian

Industri Listrik,Gas, dan Air

Bangunan

Perdagangahotel & restoran

Angkutan

Bank & Lemb. keuangan

Jasa - Jasa

Kab.Serang 200.997 4.534 110.326 436 20.383 135.264 53.517 2.611 52.807 Kab. Lebak 263.228 159 19.739 200 12.428 46.731 24.858 1.968 15.245 Kab.Pandeglang 202.236 174 48.428 248 16.621 73.104 21.322 1.850 29.995 Kab.Tangerang 95.084 4.620 305.516 2.772 51.140 265.292 102.120 57.820 177.948 Kota Tangerang 9.110 3.644 191.310 4.639 32.824 130.273 37.351 30.063 112.852 Kota Cilegon 93.562 415 28.864 458 8.211 28.366 9.164 2.018 14.206 Jumlah 864.217 9.388 704.183 8.753 141.607 679.030 248.332 96.330 403.053

Sumber: Banten Dalam Angka, 2001

Tabel 2.7

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Propinsi Banten Tiap Kabupaten / Kota Tahun 2000

No Pendidikan Kab.

Serang Kab.

Pandegelang Kab.

Lebak Kab.

Tangerang Kota

Tangerang Jumlah

1 Tidak/belum Sekolah

79.080 42.549 95.603 148.836 67.144 433.212

2 Tidak Tamat SD

403.361 258.252 244.342 472.263 16.149 1.394.367

3 Tamat SD / MI 508.859 324.013 318.274 625.826 254.446 2.031.418 4 Tamat SLTP 237.474 72.256 82.231 352.673 208.880 953.514 5 Tamat SMU 130.409 57.936 23.109 314.667 238.011 764.132 6 Tamat SMK 59.949 14.440 14.252 121.613 76.372 286.626 7 D1 / D2 7.221 4.393 1.752 183175 13.423 44.964 8 D3 8.922 3.714 1.098 20.616 6673 60.538 9 D4 / S1 21.647 4.805 2.942 39.633 27.787 133.505 10 S2 / S3 1.434 546 1.425 1.389 4.794

Jumlah 1.458.356 782.904 839.812 2.115.724 910.274 6.107.070 Sumber : Susenas, 2000

Struktur umur penduduk disuatu daerah akan dapat menentukan tingkat

produkstifitas penduduk pada daerah tersebut. Hal ini dikarenakan analisis

struktur umur penduduk akan berkaitan dengan banyaknya penduduk di usia

produktif di suatu daerah. Penduduk usia produktif berkisar antara usia 15 - 64

tahun. Jika dilihat dari data yang ada, penduduk Propinsi Banten secara

keseluruhan paling banyak berada pada usia anak – anak dan remaja antara 44

– 19 tahun. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Page 31: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 31

Tabel 2.8 Struktur Umur Penduduk Propinsi Banten Berdasarkan Kabupaten / Kota Tahun 2000

Kelompok

Umur Kabupaten

Serang Kabupaten

Pandegelang Kabupaten

Lebak Kabupaten Tangerang

Kota Tangerang

0 – 4 94.004 93.422 101.788 308.704 103.723 4 – 9 258.758 128.003 138.418 315.270 128.276

10 – 14 251.783 138.937 131.185 275.304 129.661 15 – 19 204.805 113.690 109.143 297.924 161.139 20 – 24 177.682 73.680 72.900 287.174 141.693 25 – 29 156.038 75.051 93.200 306.688 125.014 30 – 34 128.477 69.587 75.105 227.909 124.571 35 – 39 137.418 77.380 79.106 242.675 104.860 40 – 44 120.148 65.585 59.862 160.544 87.975 45 – 49 88.679 44.650 46.926 105.416 68.994 50 – 54 58.157 39.956 33.713 67.639 35.194 55 – 59 39.028 31.393 26.609 53.026 25.006 60 + 78.157 54.067 53.617 113.401 58.800

Sumber : Susenas, 2000

Berdasarkan pembagian antara jumlah penduduk usia produktif (15 – 64 tahun)

dengan usia non produktif akan didapatkan rasio ketergantungan penduduk di

suatu daerah. Jika dilihat dari hasil data diatas, terlihat bahwa penduduk usia

produktif di Propinsi Banten baik secara keseluruhan maupun dirinci tiap daerah

lebih banyak dibandingkan dengan usia non produktifnya. Ini menunjukan bahwa

penduduk Propinsi Banten memiliki peluang untuk dikembangkan. Rasio

ketergantungan yang paling besar terdapat di Kabupaten Lebak yang mencapai

33,01%, sedangkan yang paling kecil di Kota Tangerang yaitu 23,11%. Untuk

jelasnya lihat tabel 2.8.

Tabel 2.9 Rasio Ketergantungan Penduduk Propinsi Banten

Tahun 2000

Kelompok Usia Kab.

Serang Kab.

Pandegelang Kab.Lebak

Kab. Tangerang

Kota Tangerang

Usia Produktif 1.362.215 729.909 727.749 2.024.299 1.004.107 Usia Non Produktif 352.762 721.425 240.206 623.974 231.999 Rasio Ketergantungan 25,89% 30,33% 33,01% 30,82% 23,11% Sumber: RTRWP Banten, 2001

Page 32: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 32

D. Sebaran Penduduk Antar Wilayah

Perkembangan persebaran penduduk di Propinsi Banten dirinci tiap Kabupaten /

Kota dari tahun ke tahun proporsinya masih sama. Sebaran penduduk terbesar

berada di Kabupaten Tangerang sekitar 34 – 37%, sedangkan yang terkecil

terdapat adalah Kabupaten Lebak dan Pandegelang sekitar 12 – 13%. Untuk

jelasnya lihat tabel berikut :

Tabel 2.10 Sebaran Penduduk Antar Kabupaten / Kota

Propinsi Banten 1995 – 2000 (%)

Kab / Kota 1995 1996 1997 1998 1999 2000

Kab. Serang 22,23 23,71 22,24 21,99 18,39 19,77 Kab.Lebak 13,76 13,35 13,19 12,85 12,69 12,45 Kab.Pandegelang 13,29 12,84 12,82 12,64 12,36 12,25 Kab. Tangerang 34,91 35,32 35,92 36,62 37,16 36,06 Kota Tangerang 15,81 15,78 15,83 15,91 15,91 15,90 Kota Cilegon 0,00 0,00 0,00 0,00 3,50 3,58

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: RTRWP Propinsi Banten, 2001

E. Jumlah Penduduk Miskin

Besarnya jumlah keluarga miskin di Propinsi Banten merupakan permasalahan

tersendiri yang harus segara diatasi. Keluarga miskin yang terbesarterdapat di

Kabupaten Tangerang yang mencapai 124.051 keluarga, sedangkan yang

terkecil terdapat di Kota tangerang sebanyak 9.237 keluarga. Untuk jelasnya lihat

tabel berikut :

Tabel 2.11

Jumlah Keluarga Miskin Propinsi Banten Tahun 2000

Kabupaten / Kota Jumlah

Keluarga Keluarga

Miskin Sekali Keluarga

Miskin Jumlah

Kab. Serang 82.819 35.455 63.907 182.181 Kab. Pandegelang 271.299 41.476 41.343 354.118 Kab.Lebak 99.874 34.792 65.082 199.748 Kab. Tangerang 134.051 67.351 66.700 268.102 Kota Tangerang 33.595 1.311 7.926 42.832 Kota Cilegon 30.148 19.236 26.572 75.956 Jumlah 651.786 199.621 271.530 1.122.937

Sumber: Rekapitulasi Pendapatan Keluarga dan keluarga Miskin Prop. Jabar dan Banten Tahun 2000

Banyaknya jumlah keluarga yang belum sejahtera diharapkan menjadi salah satu

perhatian dalam usaha pengentasan kemiskinan di Propinsi Banten. Jika dilihat

Page 33: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 33

dari tabel tingkat kesejahteraan di bawah ini, ternyata keluarga pra sejahtera

lebih banyak dibandingkan dengan keluarga sejahtera. Keluarga pra sejahtera

terbanyak terdapat di Kabupaten Tangerang, yaitu sebanyak 99.340 keluarga,

sedangkan jumlah keluarga prasejahtera yang paling sedikit terdapat di Kota

Tangerang.

Tabel 2.12 Tingkat Kesejahteraan Keluarga Propinsi BantenTahun 2000

Kabupaten / Kota Pra

Sejahtera Sejahtera

I Sejahtera

II Sejahtera

III

Keluarga Sejahtera III

+

Kab. Serang 65.822 12.768 98.601 50.927 10.558 Kab. Pandegelang 55.706 88.662 42.501 36.914 8.028 Kab.Lebak 53.089 101.824 54.593 29.821 4.930 Kab. Tangerang 99.340 151.052 187.304 116.572 45.884 Kota Tangerang 16.442 61.263 65.517 75.040 29.468 Kota Cilegon 3.817 16.869 16.992 18.398 6.495

Jumlah 887.276 432.438 462.508 327.672 105.363

Sumber: Rekapitulasi Pendapatan Keluarga dan keluarga Miskin Prop. Jabar dan Banten Tahun 2000

F. Proyeksi Jumlah Penduduk

Proyeksi jumlah penduduk ini akan dapat menggambarkan peramalan jumlah

penduduk pada masa yang akan datang, dalam hal ini antara tahun 2002 sampai

tahun 2017. Perhitungan dilakukan dengan metoda bunga berganda dengan

menggunakan tahun dasar 1995. Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi yang

telah dilakukan, penduduk Propinsi Banten akan mencapai lebih dari 9 juta jiwa

pada tahun 2007, dan akan mencapai lebih dari 11 juta jiwa pada tahun 2017.

Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 2.13 Proyeksi Penduduk

Kab / Kota 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2007 2012 2017

Kab.Serang 1,638,852 1,659,436 1,691,767 1,464,398 1,631,571 1,669,119 1,680,742 1,717,523 1,767,597 1,819,340

Kab.Lebak 963,307 983,900 988,585 1,010,470 1,027,053 1,034,710 1,049,639 1,097,827 1,165,083 1,236,478

Kab.Pandegelang 926,316 956,637 972,373 984,369 1,010,741 1,025,088 1,046,103 1,115,296 1,213,704 1,321,338

Kab.Tangerang 2,548,200 2,680,100 2,817,300 2,959,600 2,975,435 2,873,256 2,944,785 3,183,568 3,525,485 3,904,755

Kota Tangerang 1,138,584 1,180,930 1,223,922 1,267,547 1,311,746 1,354,657 1,402,564 1,565,983 1,811,176 2,094,300

Kota Cilegon 0 0 0 278,462 295,766 301,225 313,364 403,642 541,301 725,952

Jumlah 7,215,259 7,461,003 7,693,947 7,964,846 8,252,312 8,258,055 8,437,197 9,083,839 10,024,346 11,102,163

Sumber: BPS, Banten Dalam Angka dan Hasil Analisis, 2001

Page 34: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 34

2.4.2 Tinjauan Perekonomian

A. Potensi Pertanian

1. Produkstivitas Pertanian

Berdasarkan jumlah produksi dan luas panen setiap komoditas, maka dapat

dilhat bahwa komoditas yang memiliki produktivitas terbesar adalah ubi kayu

yaitu 131,89 kw / ha dan ubi jalar yaitu 108,89 kw / ha sedangkan padi sawah

yaitu 45,25 kw / ha dan padi ladang yaitu 21,37 kw / ha. Pada tahun 2001

menunjukan adanya penurunan produktivitas padi sawah sebesar 2,83% dan

padi ladang 3,12%.

2. Komoditas Pertanian Unggulan

Berdasarkan data tahun 2001 dapat diketahui komoditas pertanian unggulan

untuk Propinsi Banten adalah ubi kayu, ubi jalar, padi sawah, dan padi ladang.

Komoditas ini lebih dominan berada didaerah di Kabupaten Pandeglang dan

untuk komoditas sayuran yang menjadi unggulan Propinsi Banten adalah

ketimun dan kacang panjang, masing masing produksinya adalah 41.550 ton dan

19.762 ton. Adapun buah–buahan yang menjadi unggulan adalah pisang, durian,

dan mangga, masing–masing produksinya adalah 230.376 ton, 52.611 ton dan

31.145 ton.

3. Sentra Produksi Pertanian

Potensi sentra – sentra produksi pertanian dapat ditemukan di keempat wilayah

kabupaten untuk komodytas padi secara umum relatif tersebar merata di

keempat wilayah tersebut, namun sebaran untuk jenis komoditas tanaman buah

buahan dan sayuran sangat ber variasi. Jenis komoditas tanaman buah –

buahab paling banyak ditemui di Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak.

Untuk jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 2.14

Sentra Produksi Pertanian

Lokasi Komoditas

Kabupaten Serang Rambutan, durian, mangga, sawo, pisang, bawang merah, cabe merah, kacang panjang, ketimun, sawi

Kabupaten Lebak Rambutan, durian, mangga, salak, sipukat dan manggis

Kabupaten Pandegelang Durian, manggis, salak, rambutan dan kedelai

Kabupaten Tangerang Rambutan, mangga, kacang panjang, ketimun, sawi dan cabe merah

Sumber: RTRWP Banten, 2001

Page 35: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 35

2.4.3 Peluang Investasi

Sebagai realisasi dari adanya investasi, baik PMA maupun PMDN, di Banten

terdapat beberapa industri yang memerlukan pasokan jagung dalam jumlah yang

sangat besar. Sebagai contoh : PT. Charoen Phokpan (PMA dari Thailand)

memerlukan pasokan jagung 1000 ton/hari. Demikian juga PT. Suba Indah

(PMDN) memerlukan pasokan jagung 1000 ton/hari.

Keberadaan industri-industri tersebut memerlukan jagung dalam jumlah yang

sangat besar. Hal ini menjadikan Banten sangat menarik dan terbuka bagi

potensi investasi pertanian, khususnya jagung. Peluang potensi ini dimungkinkan

mengingat :

• Masih luasnya lahan produktif yang belum dimanfaatkan tersebar di

Kabupaten Lebak, Serang, dan Pandeglang.

• Ketersediaan sumber daya air yang mencukupi.

• Jaringan transportasi yang baik.

Selain itu untuk meningkatkan produktifitas hasil pertanian di Propinsi Banten

akan didirikan terminal Agribisnis di Balaraja Kabupaten Tanggerang dan

ditetapkannya Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang sebagai kota

pertanian.

2.4.4. Potensi Industri

Sektor Industri merupakan sektor unggulan bagi Propinsi Banten. Hal ini dapat

dilihat dari besarnya sumbangan sektor industri terhadap PDRB (Pendapatan

Domestik Regional Bruto) Propinsi Banten.

Upaya pengembangan potensi industri di Propinsi Banten diarahkan pada

kegiatan yang berskala nasional, mengingat adanya sumberdaya yang cukup

banyak dan sesuai dengan RTRWN (PP No.47/1997).

Banten memiliki 17 kawasan industri strategis yang menampung sejumlah besar

investasi dari banyak negara. Diantaranya Krakatau Industrial Estate Cilegon

yang mengembangkan industri baja terbesar di Asia Tenggara dan merupakan

aset nasional.

Kawasan ini memiliki total luas lahan 550 ha dan yang sudah terbangun 205 ha.

Dengan demikian masih ada lahan yang tersedia untuk industri umum dan

Page 36: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 36

perdagangan. Kawasan ini dilengkapi dengan berbagai infrastruktur, termasuk

pelabuhan laut dan mempunyai posisi geografis yang strategis.

Kawasan Industri di Kabupaten Tangerang diantaranya terdiri dari Balaraja

Industrial Park, Taman Tekno Bumi Serpong Damai, Pasar Kemis Industrial Park,

West Tangerang Industrial Estate Cikupa, Graha Balaraja Sentra Produksi dan

Distribusi, Kawasan Industri dan Pergudangan Cikupa Mas, dan Balaraja

Industrial Estate. Total luas lahan yang dialokasikan sebesar 1.726 ha.

Sedangkan yang sudah dimanfaatkan seluas 504 ha.

Semua kawasan berlokasi di wilayah strategis. Dekat dengan jalan bebas

hambatan Jakarta - Merak. Dilengkapi berbagai fasilitas telekomunikasi, sumber

air, tenaga listrik dan lain sebagainya.Kawasan potensi industri dikelola dengan

tujuan memenuhi kebutuhan ruang serta pengembangan kegiatan industri,

dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan.

Tabel 2.15

Kawasan Industri Propinsi Banten

Luas (Ha) No Nama Kawasan

Rencana Terbangun

1 Balaraja Industrial Park 300 0 2 Taman Tekno Bumi Serpong Damai 200 80 3 Balaraja Industrial Estate 300 21 4 West Tangerang Industrial Estate Cikupa 500 150 5 Graha Balaraja Sentra Prod & Distribusi 76 53 6 Jababeka Cilegon Industrial Estate 1800 0 7 Krakatau Industrial Estate Cilegon 550 205 8 Langgeng Sahabat Industri Estate 500 40 9 Kawasan Ind & Pergudangan Cikupa Mas 250 100 10 Nikomas Gemilang Industrial Estate 165 89 11 Petrochemical Industri Estate Pancapuri 500 0 12 Pancatama Industrial Estate 100 12 13 Modern Cikande Industrial Estate 900 414 14 Pasar Kemis Industrial Park 100 100 15 Samanda Perdana Industrial Estate 150 0 16 Saur Industrial Estate 250 200 17 Kawasan Industri Terpadu MGM 662 0

Jumlah 7303 1464 Sumber: BKPMD Propinsi Banten 2001

2.4.5 Potensi Perikanan dan Kelautan

Banten memiliki garis pantai sepanjang 501 km dengan tiga muka pantai yaitu

sebeleh utara yang berhadapan dengan laut Jawa, sebelah barat dengan selat

sunda dan sebelah selatan dengan samudra Hindia. Dari kondisi ini Banten

Page 37: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 37

memiliki sumber daya laut yang besar yang masih belum tergali potensinya

secara maksimal.

Produksi perikanan pada tahun 2001 tercatat sebesar 79.331,80 ton dimana

58.805 ton (74,13%) diantaranya berasal dari produksi ikan laut. Sedangkan

untuk produksi perikanan darat berasal dari budi daya tambak seluas 9.208,20

Ha dan kolam seluas 3.903,45 Ha dengan kapasitas produksi 20.526,80 ton.

Potensi perikanan dan kelautan dibedakan atas:

a. Perikanan Tangkap

Sentra pengembangan perikanan tangkap di Karangantu, Anyer (Kabupaten

Serang), Labuan Panimbang, (Kabupaten Pandeglang), Cimanggu, dan

Malimping (Kabupaten Lebak). Jenis ikan yang paling potensial untuk

dikembangkan ialah jenis ikan palagis besar, palagis kecil, demersal, udang

lobster dan cumi-cumi. Perairan selatan lebih potensial dibandingkan dengan

perairan utara untuk jeis palagis besar.

b. Budidaya Air Laut

Perikanan laut dikembangkan melalui budidaya rumput laut, kerapu, mutiara,

udang, dan peningkatan produksi perikanan laut. Pengembangan diarahkan

pada kawasan perairan laut yang cukup potensial seperti Teluk Banten

(Kabupaten Serang ), Kepulauan Seribu (Kabupaten Ttangerang) dan perairan

laut Kecamatan Sumur (Kabupaten Pandeglang).

c. Budidaya Air Payau

Pengembangan budidaya ikan payau dengan mengembangkan areal tambak di

daerah Pandeglang dan Lebak. Areal untuk mengembangkan budidaya ikan ini

masih sangat luas, ditunjang oleh kondisi topografi yang memiliki elevasi lebih

besar, kisaran pasang surut lebih tinggi serta kualitas air yang relatif lebih baik

dibanding di kawasan pantai utara.

d. Budidaya Air Tawar

Budidaya ikan mas (cypinus carpio), gurame (osphronemu goramy), lele (claria

sp), dan Nila (oreochronomis niloticus) dilakukan secara komersial oleh

masyarakat. Ikan mas asal Kabupaten Pandeglang mempunyai ciri khas yang

disebut "sinyonya kadegendong". Strain ini telah direlease oleh menteri pertanian

dan dikembangkan sebagai plasma nutfah yang khas.

Berdasarkan data satelit TOPEX, potensi tangkapan ikan di wilayah perairan

pantai dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Kabupaten Lebak, jauh lebih besar

dari produksi yang ada, diperkirakan 10.557,24 ton/tahun yaitu:

Page 38: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 38

1. Perairan pantai 3.712,40 ton/tahun, meliputi :

a. Ikan Pelagis 1.836,12 ton/tahun

b. Ikan Demersial 1.674,68 ton/tahun

c. Udang 201,6 ton/tahun

2. Perairan ZEE 6.884,84 ton/tahun, meliputi :

a. Ikan Tuna 259,85 ton/tahun

b. Ikan Cakalang 124,55 ton/tahun

c. Ikan Pelagis 3.589,24 ton/tahun

d. Ikan Demersial 2.871,30 ton/tahun

Tidak tergarapnya produksi ikan tersebut disebabkan belum adanya fasilitas

pelabuhan perikanan untuk menampung kapal besar.

2.4.6. Potensi Kehutanan dan Perkebunan

Perkebunan di Propinsi Banten dikelola oleh Pemerintah dalam bentuk

perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta serta perkebunan rakyat.

Luas keseluruhan areal perkebunan di Propinsi Banten meliputi 176.733,03 Ha,

yang terdiri atas :

a. Perkebunan rakyat 169.889,83 Ha,

b. Perkebunan besar swasta : 7.443,82 Ha, dan

c. Perkebunan negara : 9.744,87 Ha

Dibawah ini terdapat luas areal dan kapasitas produksi komoditas unggulan

perkebunan Propinsi Banten, meliputi :

A. Kelapa

Potensi terbesar perkebunan kelapa terletak di Kecamatan Ciomas, Kramatwatu,

Cinangka dan Padarincang, Kabupaten Serang. Areal perkebunan (berupa tanah

milik rakyat) seluas 17.358 ha dan kapasitas produksi 88.063 ton pertahun.

Kapasitas produksi seluruh Banten 41.854,66 ton dengan luas areal 100.221 ha.

B. Kelapa Sawit

Kapasitas produksi 48.226,33 ton, luas areal 11.360,82 Ha. Perkebunan Kelapa

Sawit tumbuh di lahan dataran rendah lahan kering di Kecamatan Angsana dan

Munjul, Pandeglang.

Page 39: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 39

C. Kakao

Kapasitas produksi kakao dari perkebunan seluruh wilayah Banten mencapai

996,26 ton dengan luas areal 12.591a,50 ha. Tersebar dilahan subur daerah

tropis yang mempunyai kemiringan 30 derajat di lereng pegunungan di

Kecamatan Malimping, Cigeles, Cijaku, Bojongmanik dan Rangkasbitung,

Kabupaten Lebak.

D. Karet

Kapasitas produksi 12.438,43 ton, luas areal 24.719,37 Ha. Tersebar diantaranya

di Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang. Luas areal yang tersedia di daerah

ini 396,161 Ha, kapasitas produksi karet 302,662 ton per tahun.

E. Rambutan

Asal Kabupaten Lebak memiliki ciri khas yang disebut 'tangkue'. Lokasi untuk

pengembangan komoditas rambutan terdapat di Kecamatan Maja, Sajira,

Rangkasbitung, Cibadak dan Cimarga, Kabupaten Lebak serta Kecamatan

Legok, Curug, Panonga, Pagedangan, Cisauk, Serpong, Tigaraksa, Jambe,

Pondok Aren, Ciputat dan Pamulang, Kabupaten Tangerang.

F. Aren

Aren asal Banten dikenal ke berbagai penjuru Indonesia. Kapasitas porduksi

aren mencapai 183.02 ton dengan areal 404 ha, yang berkembang di Kecamatan

Muncang, Cijaku, Bojongmanik, Panggarangan, Leuwidamar dan Gunung

Kencana, Kabupaten Lebak. Luas lahan yang masih potensial untuk menjadi

perkebunan aren 1.189 ha dengan jumlah kapsitas produksi bisa mencapai

997,35 ton.

G. Kopi

Kapasitas produksi kopi asal Banten sebanyak 2.171 ton dengan luas areal

8.889,50. Potensi paling banyak diareal perkebunan milik rakyat di Kecamatan

Mancak, Kramat Watu, Baros, dan Ciomas, Kabupaten Serang dengan luas areal

perkebunan 4.075 ha dan kapasitas produksi 528.08 ton pertahun.

Page 40: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 40

H. Melinjo

Banten penghasil melino paling besar dengan kapasitas produksi 6.489,13 ton

dengan luas areal 6,830 ha, berkembang di Kecamatan Labuan, Cadasari,

Mandalawangi, Menes, Jiput Cibaliung dan Cimanggu Kabupaten Pandeglang.

Selain sebagai bahan sayuran juga menjadi bahan baku pembuatan kerupuk

emping.

I. Produk Olahan

Sektor perkebunan menghasilkan sejumlah olahan yang memiliki nilai ekonomi

tinggi, diantaranya produksi minyak cengkeh, gula semut, teh mengkudu,

kerajinan tempurung kelapa yang mempunyai potensi pasar cukup besar didalam

dan luar negeri

Di Propinsi Banten terdapat potensi lahan untuk pengembangan kebun kelapa

sawit dengan dukungan pabrik pengolahan CPO yang sudah ada di Kabupaten

Lebak. Selain itu terdapat kebun kelapa rakyat yang cukup berpotensi untuk

dikembangkan dan dikelola secara profesional.

2.4.7. Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait Potensi Wilayah

Propinsi Banten

Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait potensi Wilayah Propinsi

Banten diantaranya :

a. Tingginya pertumbuhan penduduk Propinsi Banten dan Kabupaten

Serang merupakan potensi dalam penyediaan lapangan kerja untuk

mendukung pengembangan wilayah Bojonegara

b. Masih rendahnya tingkat pendidikan merupakan ancaman bagi

pengembangan wilayah Bojonegara

c. Masih belum optimalnya pengolahan produk hasil peranian, perkebunan

dan kelautan yang mengakibatkan nilai tambah PDRB pertanian

pertumbuhannya rendah.

d. Pelabuhan Internasional Bojonegara dapat dijadikan pendukung eksport

dan import bagi wilayah belakangnya/ Propinsi Banten.

e. Pengembangan kegiatan industri di wilayah Bojonegara diharapkan dapat

menyerap tenaga kerja dan produksi pertanian, perkebunan, hasil

kelautan sebagai bahan baku kegiatan industri.

Page 41: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 41

2.5. Tinjauan Sarana dan Prasarana

2.5.1 Transportasi

a. Transportasi Darat

Banten sebagai jalur perekonomian bagi mayoritas penduduk di negeri ini

memiliki jaringan kereta api yang menghubungkan Jakarta - Serpong -

Rangkasbitung - Merak. Selain itu, jalan bebas hambatan terbentang antara

Jakarta - Merak sepanjang 100 km serta berbagai sarana angkutan darat lainnya.

b.Transportasi Laut

Banten mempunyai Pelabuhan Merak yang berperan ganda. Selain sebagai

penunjang kegiatan sektor industri, juga sebagai sarana penyeberangan darat

dari Pulau Jawa menuju Sumatera. Terdapat juga Pelabuhan Ciwandan yang

dikelola oleh PT Pelindo II dan 19 buah pelabuhan lain yang terdiri dari

pelabuhan khusus, pelabuhan penyebrangan dan pelabuhan perikanan.

Termasuk dermaga khusus (Dersus) di daerah Anyer sebanyak lima buah. Satu

diantaranya dikelola langsung oleh pemerintah dan empat dikelola pihak swasta.

Dua buah Dersus lain di daerah Karangantu dikelola Pemerintah Kabupaten

Serang. Sedangkan Pelabuhan khusus tersebar di wilayah administratif Kota

Cilegon dan merupakan pelabuhan Samudera Nusantara yang melayani kapal-

kapal niaga dan non niaga.

c. Transportasi Udara

Keberadaan Bandara Soekarno - Hatta di Cengkareng Tangerang yang

merupakan Bandara Internasional terbesar dan tersibuk di Indonesia telah

menjadikn Banten sebagai pintu gerbang dunia untuk setiap kegiatan usaha.

Selain itu terdapat taksi udara yang siap memberikan layanan penerbangan dari

Karawaci - Tangerang ke Jakarta, Anyer, Tanjung Lesung dan ke beberapa kota

lainnya.

2.5.2 Energi

PLTU Suralaya yang terdapat di Cilegon, merupakan sumber energi listrik bagi

Pulau Jawa dan Bali dengan kapasitas 3.400 MW. Banten juga memiliki delapan

gardu induk dengan kapasitas 150 MW yang tersebar di lima wilayah. Tiga di

Kabupaten Serang, satu di Kabupaten Lebak, tiga di Kabupaten Tangerang dan

satu lagi di Kota Tangerang.

Page 42: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 42

2.5.3 Telekomunikasi

Jaringan telekomunikasi yang tersedia di propinsi ini telah menjangkau sebagian

besar wilayah Banten sehingga kegiatan masyarakat dan dunia usaha yang

memerlukan fasilitas telekomunikasi dapat terpenuhi secara baik.

2.5.4 Air Baku

Pesatnya perkembangan beragam aktivitas industri, sangat membutuhkan

adanya pasokan air baku. Menyadari hal itu, pemerintah dengan berbagai

kebijakan mengupayakan terpenuhinya kebutuhan air baku. Selain menjaga dan

melestarikan berbagai sumber air baku yang ada seperti Rawadano, sungai

Ciujung, Ciliman, Cisadeg, Kuningan, Cisadane dan Ciliwung, pemerintah juga

akan membangun Waduk Karian di Kabupaten Lebak.

2.5.5 Issue Pengembangan wilayah Bojonegara terkait Ketersediaan Sarana

dan Prasarana

Issue Pengembangan wilayah Bojonegara terkait ketersediaan sarana dan

prasarana, diantaranya :

a. Tersedianya sarana dan prasarana transport, energi, dan telekomunikasi

yang cukup memadai untuk mendorong pengembangan wilayah

Bojonegara

b. Ancaman bagi ketersediaan bahan baku air untuk mendorong

pengembangan wilayah Bojonegara mengingat semakin meningkatnya

permintaan dan terus berkurangnya pasokan air akibat mulai

berkurangnya hutan/ kawasan resapan air.

c. Tuntutan peningkatan aksesibilitas jalan menuju ke Pelabuhan

Bojonegara

2.6 Tinjauan Kawasan Pelabuhan Bojonegara

2.6.1 Latar Belakang Pembangunan IHP Bojonegara

Beberapa Hal yang melatar belakangi pengembangan Pelabuhan Bojonegara

sebagai IHP ( Internasional Hub Port ) adalah sebagai berikut:

1) Menurunnya tingkat pelayanan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan

multifungsi primer, terutama terkait dengan isu–isu kecepatan “ cargo transit

time ” karena tingginya tingkat gangguan lalu– lintas pada kawasan.

2) Berdasarkan studi yang dilakukan oleh JICA dan Ditjen Perhubungan Laut,

pada tahun 2002 arus bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok

Page 43: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 43

mencapai 2,18 juta TEUs dan diperkirakan terus meningkat sehingga pada

tahun 2010 akan mencapai 3,5 juta TEUs yang merupakan kapasitas

maksimum dari Pelabuhan Tanjung Priok

3) Inefisiensi proses ekspor – impor barang produk Indonesia sebesar 350 juta

USD per tahun karena sangat bergantung pada Singapura

4) Adanya peluang transportasi peti kemas Asia Pasific sebesar 44 juta TEUs

5) Tata guna lahan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok saat ini sudah mixed

development yang bercampur berbagai peruntukan diantaranya didalam

areal komersial pelabuhan juga terdapat kompleks fasilitas militer.

6) Adanya kebijakan dari Menteri Perhubungan melalui KM Perhubungan No.35

Tahun 2002 Pelabuhan Bojonegara/ Tanjung Priok dinyatakan sebagai

Pelabuhan Internasional Hub

7) Berdasarkan RTRW Propinsi Banten, pelabuhan Bojonegara memiliki peran

sebagai simpul transportasi yang merupakan satu kesatuan pengembangan

Pelabuhan Tanjung Priok yang disebut sistem Tanjung Priok dan merupakan

Pelabuhan Internasional

8) Secara teknis dan ruang, Pelabuhan Bojonegara memiliki peluang untuk

dikembangkan sebagai IHP ( Internasional Hub Port )

9) Letak Bojonegara yang sangat strategis dilihat dari kondisi geografisnya

berdekatan dengan kawasan industri di wilayah Jawa Barat bagian barat,

serta lalu lintas perdagangan melalui Selat Sunda.

10) Kondisi Oceanografi kawasan Pelabuhan Bojonegara juga sangat

mendukung, yaitu dengan kedalaman laut yang mencapai -16 m (LWS), tidak

berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, serta kondisi perairannya

tenang karena berada di teluk Banten sehingga terlindung oleh pulau-pulau di

sekitarnya.

11) Lahan yang luas juga tersedia dengan harga murah, serta cukup jauh dari

permukiman penduduk. Hal ini sangat mendukung untuk mengurangi dampak

sosial yang mungkin timbul akibat pembebasan tanah atau hal-hal lainnya. Di

lokasi itu juga tersedia cukup banayak material bangunan untuk kontruksi

beton dan breakwater, sehingga biaya pembangunannya bisa menjadi lebih

murah.

Page 44: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 44

2.6.2 Gambaran Umum Kawasan Pelabuhan Bojonegara

Kawasan Pelabuhan Internasional Bojonegara terletak di sebelah barat (sekitar

130 km) Ibukota DKI, dengan ketersediaan lahan 500 Ha di Wilayah Desa

Margasari, Pulo Ampel dan Sumureja. Pihak Perum Pelindo II menganjurkan

areal tambahan seluas ± 600 ha dengan garis pantai yang menghadap kelaut

sepanjang 8,7 Km, sehingga direncanakan luas total kawasan pengembangan

Pelabuhan Bojonegara adalah 1100 Ha dengan pantai yang menghadap kelaut

11,3 Km

Disekitar kawasan tersebut telah berdiri kawasan industri yang direncanakan

mencapai 1372 hektar meliputi sebagian desa Salira, Mangunreja, Sumureja,

Mangkunegara, Bojonegara, Ukisari, Margasari, Argawana, Margagiri, jenis

industri yang dikembangkan adalah industri logam dasar, kimia dasar, rekayasa

dan rancang bangun. Jumlah penduduk di kedua kecamatan tersebut ± 61.717

jiwa dengan tingkat kepadatan 115 jiwa/Km2

Secara administratif termasuk Pelabuhan Bojonegara termasuk dalam Wilayah

Kabupaten Serang tepatnya di Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Pulo

Ampel (merupakan pemekaran dari Kecamatan Bojonegara). Kecamatan

Puloampel dan Bojonegara memiliki luas keseluruhan sekitar 6.700,2 hektare

dan dihuni hampir 75.000 jiwa. Sebagian besar penghasilan warganya berasal

dari nelayan dan pertanian. Morfologi Kecamatan Bojonegara dan Pulo Ampel

bervariasi dari dataran pantai dan perbukitan terjal dengan kemiringan diatas

40% yang mendominasi bagian barat wilayah kecamatan. Saat ini areal

perbukitan digunakan oleh masyarakat sebagai perkampungan, tegalan dan

penambangan batu.

Di wilayah Bojonegara memiliki potensi sumberdaya kelautan yang

memungkinkan untuk pengembangan kegiatan penangkapan ikan dan daya

dukung fisik untuk pengembangan IHP Bojonegara. Wilayah Bojonegara

menghadap langsung ke Teluk Banten dengan perairan teluk yang tenang.

Terdapat beberapa pulau yang masih alami dengan beberapa aktifitas kelautan

seperti kegiatan nelayan, usaha rumput laut, pariwisata pantai dll. Potensi

kelautan wilayah Bojonegara dapat dilihat pada peta 2.7 dan gambar 2.8

Page 45: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 45

Peta 2.7

Potensi kelautan Bojonegara

Page 46: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 46

Gambar 2.8

Foto potensi kelautan

Bojonegara

Page 47: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 47

Hinterland Kawasan Pelabuhan Bojonegara meliputi wilayah Jawa bagian barat

yang mencakup Propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten. Wilayah ini

dikenal sebagai daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi paling tinggi di

Indonesia, dengan kontribusi GDP 30%. Pada tahun 2002, ketiga provinsi

tersebut menyerap penanaman modal asing sebesar US$ 4,4 milyar atau 45%

dari total penanaman modal asing di Indonesia, sedangkan penanaman modal

dalam negeri mencapai Rp 9,6 triliyun atau 38,4% dari total penanaman dalam

negeri.

Pembangunan Pelabuhan Internasional Bojonegoro Banten, sebenarnya sudah

dilakukan penjajagan dan pembebasan serta penelitian sejak tahun 1997.

Namun karena diterjang krisis moneter, akhirnya terhenti.

Rencana pengembangan pembangunan kawasan terpadu di Pelabuhan

Bojonegara dilanjutkan kembali setelah dikeluarkannya Keputusan Presiden No.

15 tahun 2002 tanggal 22 Maret lalu, tentang pencabutan Keppres No. 39 tahun

1997 tentang penangguhan/pengkajian kembali proyek pemerintah, BUMN, dan

swasta yang berkaitan dengan pemerintah/BUMN, termasuk di dalamnya proyek

pembangunan Pelabuhan Bojonegara.

Pelabuhan Bojonegara nantinya akan memiliki dermaga raksasa yang berbentuk

huruf "U" itu akan mampu menampung 50.000 terus atau kontainer ukuran 20

feet dan mampu disandari kapal kontainer generasi III dan IV yaitu generasi Post

Panamax dan Super Panamax, atau lebih besar dari kemampuan Pelabuhan

Tanjung Priok yang hanya mampu didarati kapal peti kemas generasi II. Luas

areal pelabuhan seluruhnya mencapai 455 hektar terdiri atas 120 hektar

bangunan terminal peti kemas dan 335 hektar untuk kawasan industri yang

berada terpisah sekitar tiga kilometer dari pelabuhan.

Keunggulan Pelabuhan Bojonegoro yaitu meiliki gelombang laut yang tenang,

terbebas dari pengaruh angin barat, kedalaman air terendah 10 meter, dukungan

kawasan industri, berada di sisi jalan ruas Serdang-Bojonegara, dan hanya

sekitar 12 kilometer dari jalan tol Jakarta-Merak. Jika pelabuhan itu terwujud

maka ribuan peti kemas dari kawasan industri di Cilegon dan Serang yang

selama ini dikapalkan di Tanjung Priok, bisa dikapalkan dari Bojonegara yang

berarti menghemat biaya transportasi dan memacu pertumbuhan daerah.

Page 48: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 48

Terdapat tiga skenario yang diusulkan JICA dalam mewujudkan alternatif

pengembangan Pelabuhan Bojonegara yang tidak terlepas dari Pelabuhan

Tanjung Priok. Skenario pertama, Pelabuhan Tanjung Priok diperluas untuk

meningkatkan alur pelayaran dan juga akan dibangun terminal kargo kendaraan.

Skenario kedua, kondisi alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Priok diperluas, tetapi

terminal kargo dibangun di Bojonegara. Dan ketiga, kondisi Tanjung Priok tidak

diperluas dan dibangun Pelabuhan Bojonegara. Dengan ketiga skenario

tersebut, Pelabuhan Bojonegara membutuhkan 10 dermaga dengan panjang

keseluruhan sekitar 3000 meter.

Sebagai pelabuhan modern, BIP nantinya akan dilengkapi dengan berbagai

infrastruktur pendukung yang meliputi jaringan jalan tol dan kereta api. Jaringan

tersebut menghubungkan pelabuhan dengan kawasan–kawasan industri

sehingga memperlancar distribusi barang. Selain dari itu juga akan dibanguan

fasilitas–fasilitas lain seperti terminal peti kemas, terminal curah, terminal cair,

serta sarana dasar penunjang pelabuhan seperti breakwater, navigation aid,

causeway, serta kolam dan alur pelayaran.

2.6.3 Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait dengan

Pengembangan IHP Bojonegara

Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait dengan Pengembangan IHP

Bojonegara, diantaranya :

a. Pengembangan IHP Bojonegara berpotensi memberikan dampak

terhadap munculnya kawasan-kawasan perkotaan secara ekspansif

b. Akan terjadi resettlement permukiman nelayan, tempat pelelangan ikan,

yang membutuhkan alokasi ruang dalam Rencana Tata Ruang

Kabupaten Serang baik untuk permukiman maupun usaha.

c. Peningkatan pemanfaatan air tanah/ air bersih dibarengi dengan

penurunan kualitas air oleh pencemaran.

d. Terganggunya fungsi kawasan lindung disekitar pelabuhan, yang saat ini

banyak terjadi penambangan/ galian, memerlukan pengendalian.

e. Terjadinya perubahan sistem pusat permukiman dan kegiatan

perekonomian.

Page 49: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 49

f. Terjadinya bangkitan dan tarikan transportasi yang besar di wilayah

Bojonegara yang diakibatkan oleh bongkar muat barang di kawasan

pelabuhan Bojonegara

g. Terjadinya efekmultiplier kegiatan pelabuhan terhadap kegiatan ekonomi

lainnya di wilayah Bojonegara

h. Terjadinya reklamasi pantai yang tidak terkendali sehingga menimbulkan

konflik dengan kegiatan nelayan.

i. Terjadinya perkembangan ancaman kegiatan perkotaan di sepanjang

sempadan pantai dan sungai

j. Terjadinya perubahan pola arus laut dan pemanfaatan laut oleh IHP

Bojonegara yang berpengaruh terhadap ekosistem laut dan mata

pencaharian nelayan Bojonegara.

2.7 Potensi dan Masalah Kawasan Bojonegara

2.7.1 Potensi Pengembangan Wilayah Bojonegara

Terdapat beberapa Potensi Pengembangan Wilayah Bojonegara, diantaranya :

a. Posisi dan letak geografis wilayah Bojonegara dalam konstelasi regional

cukup strategis

b. Aksesibilitas wilayah Bojonegara yang tinggi (terdapat jalan propinsi, jalan

tol Jakarta – Merak)

c. Tersedianya sumberdaya lahan relatif besar di wilayah Bojonegara yang

sesuai dikembangkan untuk pengembangan perkotaan.

d. Tersedianya sumberdaya mineral berupa batu pasir dan tanah urug untuk

mendukung pembangunan fisik kota.

e. Terdapatnya sumberdaya kelautan yang memungkinkan untuk

pengembangan kegiatan penangkapan ikan dan daya dukung fisik untuk

pengembangan IHP Bojonegara

f. Tersedianya sumberdaya manusia yang terdiri dari berbagai tingkat

pendidikan dan keterampilan untuk menunjagn kegiatan di wilayah

Bojonegara.

g. Keterbukaan masyarakat dalam menerima pembaharuan dan

pembangunan nasional.

h. Terdapatnya sumberdaya binaan yakni sarana dan pasarana

pemerintahan, pendidikan, kesehatan, peribadatan dll)

Page 50: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 50

i. Ketersediaan energi listrik yang mencukupi yang berasal dari PLTU

Suryalaya.

j. Terdapat sarana telekomunkasi yang memadai dengan akan

dibangunnya sentral telepon otomatis (STO) di Desa Argawana.

2.7.2 Masalah Pengembangan Wilayah Bojonegara

Terdapat beberapa masalah Pengembangan Wilayah Bojonegara, diantaranya :

a. Curah hujan yang kecil (kurang dari 1000mm/tahun) di bagian timur, hal

ini berakibat di wilayah ini relatif kering.

b. Adanya penduduk yang menempati area dengan kelerengan > 40 %

c. Terdapatnya kegiatan penambangan, pertanian di kawasan hutan lindung

d. Terjadinya penggusuran/ pembebasan lahan masyarakat, seperti

perumahan, sawah, tegalan, kebun campuran serta perkantoran dan

fasilitas umum sebagai dampak pengembangan pelabuhan, kawasan

industri, kawasan perkotaan, jalan tol dan kereta api

e. Kualifikasi/ kualitas penduduk setempat di wilayah Bojonegara yang

masih rendah

f. Peningkatan harga tanah yang tinggi

g. Ancaman terjadinya pemukiman kumuh di kawasan nelayan atau di

sempadan sungai/ di tanah-tanah negara.

2.8 Rencana Pengembangan Wilayah Bojonegara Menurut RUTR

Kecamatan Bojonegara Tahun 2010

Rencana pengembangan Wilayah Bojonegara yang akan diuraikan dalam

laporan ini meliputi Rencana Pengembangan Fungsi Pusat Pelayanan dan

Satuan Pengembangan, Rencana Lalu – Lintas Angkutan Umum, dan Rencana

Alokasi Pemanfaatan Ruang.

2.8.1 Rencana Pengembangan Fungsi Pusat Pelayanan dan Satuan

Pengembangan

Rencana pengembangan fungsi pusat pelayanan menurut satuan kawasan

pengembangan (SKP) dibedakan atas 5 wilayah pengembangan. Untuk lebih

jelasnya lihat tabel berikut :

Page 51: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 51

Tabel 2.16 Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan dan Satuan Pengembangan

Di Wilayah Perencanaan Pada Akhir Tahun Perencanaan (Tahun 2010)

No Nama SKP

Proyeksi Pengembangan Fungsi Pusat Pelayanan Proyeksi Pengembangan Fungsi Satuan Kawasan Pengembangan

1 SKP A

1. Pusat Pemerintahan Kecamatan Utama:

2. Pusat Pemerintahan Kelurahan 1. Kawasan Pengembangan Perumahan Perkotaan dan Perumahan Pekerja Industri

3. Pusat Pelayanan Transportasi Wilayah 2. Kawasan Pengembangan Kegiatan Perkotaan

4. Pusat Perdagangan Wilayah 3. Kawasan Pengembangan Industri/Pelabuhan Nelayan

5. Pusat Pelayanan Jasa Perkotaan 4. Kawasan Pengembanga Fasiltas Penunjang, seperti terminal, pasar, hotel dan perbankan

6. Pusat Pengembangan Industri Kecil/Rumah tangga Pendukung:

7. Pusat Pelayanan Pendidikan Dasar dan Menengah 5. Kawasan Pengembangan Industri Kecil / Rumah Tangga

8. Pusat Kesehatan Wilayah 6. Kawasan Pengembangan Kegiatan Nelayanan

9. Pusat Pengembangan Kesenian dan Budaya 7. Kawasan Pengembangan Pertanian Pangan dan Perkebunan

10. Pusat Rekreasi Perkotaan dan Olah Raga 8. Kawasan Lindung dan Penyangga

2 SKP B

1. Pusat Pemerintahan Desa Utama:

2. Pusat Pelayanan Transportasi 1. Kawasan Pengembangan Perumahan Perkotaan

3. Pusat Perdagangan dan Pelayanan Jasa kawasan 2. Kawasan Pengembangan Pertanian Pangan dan Perkebunan

4. Pusat Pelayanan Pendidikan dasar dan menengah (Pertama)

Pendukung:

5. Pusat Pelayanan Kesehatan 3. Kawasan Pengembangan Industri Kecil/Rumah Tangga

4. Kawasan Lindung dan Penyangga

3 SKP C

1. Pusat Pemerintahan Desa Utama:

2. Pusat pelayanan Transportasi Kawasan 1. Kawasan Pengembangan Pertanian Pangan dan Perkebunan

3. Pusat Perdagangan dan Pelayanan Jasa kawasan 2. Kawasan Lindung dan Penyangga

4. Pusat Pelayanan Pendidikan dasar dan menengah (Pertama)

Pendukung:

5. Pusat Pelayanan Kesehatan 3. Kawasan Pengembangan Indusstri Kecil/Rumah Tangga

6. Pusat Pengembangan Pelayanan Kegiatan Pertanian

4. Kawasan Pengembangan Kegiatan Penambangan Bahan Galian C (Batu) terbatas

Page 52: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 52

No Nama SKP

Proyeksi Pengembangan Fungsi Pusat Pelayanan Proyeksi Pengembangan Fungsi Satuan Kawasan Pengembangan

4 SKP D

1. Pusat Pemerintahan Kecamatan Utama:

2. Pusat pemerintahan Kelurahan 1 kawasan Pengembangan Industri Kimia Dasar , Logam Dasar dan rancang Bangun

3. Pusat Pelayanan Transportasi Kawasan 2. Kawasan Pengembangan Pariwisata

4. Pusat Perdagangan dan Pelayanan Jasa Wilayah 3. Kawasan Pengembangan Pertanian Pangan dan Perkebunan

5. Pusat Pelayanan Pendidikan Dasar dan Menengah Pendukung:

6.Pusat Pelayanan Kesehatan 4. Kawasan Pengembangan Kegiatan Nelayan

5. Kawasan Pengembangan Kegiatan Penambangan Bahan Galian C(Batu) terbatas

6. Kawasan Lindung dan Penyangga

5 SKP E

1. Pusat Pemerintahan Desa Utama:

2. Pusat Pelayanan Transportasi Kawasan 1. Kawasan Pengembangan Pelabuhan Laut dan Penunjangnya

3. Pusat Perdagangan dan Pelayanan Jasa Kawasan 2. Kawasan Pengembangan Industri

4. Pusat Pelayanan Pendidikan dasar dan Menengah 3. Kawasan Pengembangan pertanian Pangan dan Perkebunan

5. Pusat Pelayanan Kesehatan kawasan Pendukung:

4. Kawasan Pengembangan Industri Kecil / Rumah Tangga

5. Kawasan Pengembangan Kegiatan Penambangan Bahan Galian C (Batu)

6. Kawasan Lindung dan Penyangga

7 Kawasan Pengembangan Kegiatan Nelayan

2.8.2 Rencana Lalu – Lintas Angkutan Umum

Lalu – lintas umum di Wilayah Bojonnegara diproyeksikan terkait dengan

operasional angkutan umum dari arah barat daya (Kota Cilegon), arah selatan (

melalui Serang baik dari Serang atau Kota Cilegon) dan dari arah barat (Kota

Merak).

Rencana sistem lalu – lintas angkutan umum wilayah perencanaan disusun

melalui rute berikut :

Page 53: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 53

1) Dari Kota Merak

• Merak – Salira (Lokasi Pariwisata) – Pangunreja ( Pusat Kecamatan Pulo

Ampel / Pusat SKP D) – Sumuranja – Margasari – Banyuwangi –

Pelabuhan – Argawana ( Pusat SKP A) – Teluk Bako – Kertasana

– Gedong Dalam – Wanakerta – Lambangsari (Pusat SKP C) –

Pengarengan – Pakuncen – Kedungsoka – Mangunreja – Salira – Merak.

• Merak – Salira – Mangunreja – Kedungsoka – Pakuncen – Pangerangan

– Lambansari – Wanakerta – Gedong Dalam – Lertasana – Telik Bako –

Margagiri – Argawana – Pelabuhan – Banyuwangi – Margasari –

Sumuranja – Mangunreja – Salira – Merak.

2) Dari Kota Cilegon

• Cilegon – Kertasana – Gedung Dalam – Wanakerta – Mangkunegara (

Pusat SKP B) – Teluk Bako – Wadas – Karang Kepuh – Lambang Sari –

Pengarengan – Ukisari – Margagiri – Argawana – Pelabuhan –

Banyuwangi – Margasari – Sumuraja – Mangunreja – Salira –

Mangunreja – Kedungsoka – Pakuncen – Pangarengan – Ukisari –

Margagiri – Sumurgading – Kejangkungan – Merapit – Karang Kepuh –

Mangkunegara – Kartasana – Cilegon.

• Cilegon – Kertasana – Mangkunegara – Merapit – Kejangkungan –

Sumur Daging – Margagiri – Ukisari – Pangarengan – Pakuncen –

Kedungsoka – Mangunreja – Salira – Mangunreja – Sumuranja –

Margasari – Banyuwangi – Pelabuhan – Argawana – Margagiri – Ukisari –

Pangarenangan – Lambangsari – Karangkepuh – Wadas – Teluk Bako –

Mangkunegara – Wanakerta – Gedong Dalam – Kertasana – Cilegon.

3) Dari Arah Serdang (Serang / Cilegon)

• Serdang – Wadas – Cirangon – Margagiri – Sumur Gading – Argawana –

Pelabuhan – Banyuwangi – Margasari – Sumuraja – Mangunreja – Salira

– Mangunreja – Kedungsoka – Pakuncen – Pangarengan – Lambangsari

– Wanakerta – Gedong Dalam – Kertasana – Mangkunegara – Merapit –

Cirangon – Margagi – Sumur Gading – Serdang.

• Serdang – Wadas – Sumur Gading – Margagiri – Cirangon – Teluk Bako

– Wanakerta – Lambangsari – Panagrengan – Pakuncen – Kedungsoka –

Pelabuhan – Argawana - - Margagiri – Ukisari – Merapit – Mangkunegara

– Kertasana – Wadas – Serdang.

Page 54: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 54

2.8.3 Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang

Rencana alokasi pemanfataan ruang dimaksudkan untuk mengatur penggunaan

ruang berbagai kegiatan sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan di setiap

kawasan pada akhir tahun rencana. (lihat gambar 2.9)

1) Kawasan Lindung

Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup mencakup sumber alam, sumber

daya buatan dan nilai sejarah dan budaya bangsa, guna kepentingan

pembangunan berkelanjutan antara lain,

Penyebaran kawasan lindung di wilayah Bojonegara adalah 1.793 Ha atau

25,08% dari luas Kecamatan Bojonegara, yang terdiri atas areal konservasi

perbukitan berlereng lebih dari 40% = 1.604 Ha (22,43%), kawasan

sempadan pantai = 110 Ha (1,54%) dan sisanya kawasan sempadan sungai

= 79 Ha (1,11%).

2) Kawasan Budidaya

Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan untuk fungsi budidaya

baik budidaya pertanian maupun non pertanian. Kawasan ini merupakan

kawasan yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dapat dan

perlu dimanfaatkan guna kepentingan produksi dalam rangka memenuhi

kebutuhan manusia (termasuk permukiman) dan perkebunan.

(a) Kawasan Budidaya Pertanian

Kawasan budidaya pertanian di wilayah perencanaan meliputi kawasan untuk

pertanian lahan basah, tanaman pangan lahan kering, tanaman tahunan/

perkebunan, peternakan dan kegiatan nelayan. Khusus untuk budidaya

ternak yang diusahakan oleh penduduk setempat menyatu dengan kawasan

tanaman pahan lahan kering.

I. Kawasan Pengembangan Tanaman Pangan Lahan Basah

Kawasan pengembangan tanaman lahan basah adalah kawasan yang

diperintukan bagi tanaman lahan basah, yang pengairannya dapat

diperoleh secara alamiah maupun teknis. Di wilayah perencanaan

penduduk membudidayakan tanaman pertanian lahan basah berupa

sawah tadah hujan, pada areal berlereng datar (0 – 3%) hingga areal

bergelombang (9 – 15%) yakni pada perbukitan yang terdapat anak

sungai dan alur – alur

Page 55: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 55

Penyebaran kawasan pengembangan tanaman pertanian lahan

basah dialokasikan pada areal persawahan eksisting yang tidak terkena

alokasi pengembangan kegiatan pertanian. Alokasi kawasan tanaman

pertanian lahan basah pada akhir tahun perencanaan seluas 435 Ha

(6,08%) dari luas wilayah tersebar dalam blok–blok relatif sempit di semua

SKP dan disepanjang sungai dan alur pada daerah perbukitan.

II. Kawasan Pengembangan tanaman pertanian lahan kering

Adalah kawasan yang diperuntukan bagi tanaman pangan lahan kering

ialah tanaman palawija, hortikultura atau tanaman pangan tahunan. Pada

umumnya penduduk membudidayakan tanaman pertanian lahan kering

pada tegalan yang menempati areal berlereng lebih dari 15%, bahkan

pada bagian puncak perbukitan yang berlereng diatas 40%

Penyebaran: Alokasi kawasan pengembangan tanaman pertanian lahan

kering sudah semakin sempit sehubungan sebagian besar areal tersebut

(tegalan) telah beralih fungsi sebagai kawasan pengembangan tanaman

tahunan serta ditetapkan sebagai kawasan lindung. Kawasan ini

dialokasikan sebesar 180 Ha (2,52%) dari luas Kecamatan, tersebar

dalam blok – blok kecil di semua SKP.

III. Kawasan Pengembangan Tanaman Perkebunan

Kawasan pengembangan tanaman tahunan adalah kawasan yang

diperuntukan bagi tanaman tahunan/perkebunan yang menghasilkan baik

bahan pangan maupun bahan baku industri. Penduduk setempat

membudidayakan tanaman keras pada kebun campuran dengan jenis

komoditas antara lain, kelapa, nelinjo, mangga, nangka, petai dan bambu.

Penyebaran: alokasi kawasan pengembangan tanaman perkebunan/

Keras masih cukup besar ± 975 Ha (13,64%) meskipun sebagian

diantaranya ditetapkan sebagai kawasan lindung, penyebaran kawasan ini

bervariasi dari blok–blok kecil hingga blok besar di semua SKP. Blok

pengembangan tanaman tahunan/ perkebunan terbesar terdapat di SKP

C.

IV. Kawasan Pengembangan Kegiatan Nelayan

Kawasan pengembangan kegiatan nelayan yang dimaksud berupa

Pelabuhan Nelayan dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Sedangkan lahan

usahanya sendiri adalah Laut Jawa dan Selatan Banten.

Page 56: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 56

Penyebaran: Lokasi kegiatan nelayan berikut TPI – nya di alokasikan di 3

tempat, yakni di Sungai Wadas (SKP A), Pantai Ckubang/Argawana (SKP

E) dan di Salira (SKP D).

(b) Kawasan Budidaya Non Pertanian

Kawasan budidaya non-pertanian adalah kawasan yang diperuntukan bagi

pengembangan kegiatan pertanian.Alokasi ruang bagi kawasan tersebut di

wilayah perencanaan meliputi : kawasan pengembangan perumahan

perkotaan, kawasan pengembangan perumahan pedesaan, kawasan

pengembangan pelabuhan, kawasan pengembangan industri, kawasan

pengembangan industri/ pelabuhan, kawasan pengembangan obyek

pariwisata dan pengembangan penambangan bahan galian.

I. Kawasan Pengembangan Perkotaan

Kawasan pengembangan perkotaan adalah kawasan yang diperuntukan

bagi pengembangan perumahan di kawasan perkotaan, termasuk fasilitas

pelayanan sosial ekonomi, seperti : pemerintahan, pendidikan,

kesehatan, peribadatan, perhubungan dan komunikasi, perdagangan dan

lembaga keuangan, akomodasi, kesenian, olahraga dan rekreasi, jasa

pelayanan lainnya.

Penyebaran : Kawasan pengembangan perumahan perkotaan

dialokasikan di Pusat Kecamatan Bojonegara (IKK) , Pusat Kecamatan

Pulo Ampel, dan SKP B yang masing-masing seluas 523 Ha, 117 Ha, dan

262 Ha.Pemanfaatan ruang tersebut menggunakan lahan sebesar

12.62% dari luas areal kecamatan.

II. Kawasan Pengembangan Permukiman Pedesaan

Kawasan pengembangan pemukiman pedesaan adalah kawasan yang

diperuntukan bagi pengembangan perumahan di kawasan pedesaan,

termasuk fasilitas pelayanan sosial ekonomi, ditingkat SP maupun SKP.

Penyebaran Kawasan pengembangan perumahan pedesaan tersebar

pada Pusat SKP dan Pusat SP dan blok perkampungan, di sepanjang

jalan kolektor primer, lokal primer dan lokal sekunder/ lingkungan, dengan

alokasi seluas 368 Ha (5,15%) dari luas perencanaan.

III. Kawasan Pengembangan Pelabuhan

Kawasan Pengembangan Pelabuhan adalah kawasan yang

diperuntukkan bagi kegiatan pelabuhan. Kegiatan yang diperkirakan

paling memacu pertumbuhan wilayah ini adalah adanya pengembangan

Page 57: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 57

Pelabuhan Laut Bojonegara, selain kegiatan industri yang telah

berproduksi. Keberadaan pelabuhan akan memacu bangkitan kegiatan di

berbagai sektor.

Penyebaran: Kawasan pengembangan pelabuhan seluas 500 Ha berada

pada sebagian besar SKP E seluas 450 Ha, dan sisanya 50 Ha di SKP D.

IV. Kawasan Pengembangan Industri

Kawasan pengembangan industri adalah kawasan yang diperuntukkan

bagi pemusatan kegiatan industri baik industri besar maupun sedang,

yakni industri kimia dasar, logam dasar, rekayasa dan rancangan

bangunan.

Penyebaran : Kawasan industri tersebut menempati areal seluas 700 Ha

atau hampir 10% dari wilayah kecamatan, terkonsentrasi di SKP D dan C.

V. Kawasan Pelabuhan / Industri

Kawasan pengembangan industri / pelabuhan merupakan kawasan yang

berpotensi untuk pengembangan industri maupun bagi pengembangan

Pelabuhan Bojonegara. Jadi perlu ditetapkan alokasi pemanfaatan,

secara jelas terlebih dahulu.

Penyebaran : Kawasan ini terdapat di pantai timur sebelah timur jalan

kabupaten di wilayah desa Bojonegara, Mengkunegara, Margagiri dan

Argawana, dengan total areal sebesar 627 Ha (9,40%), terbagi di SKP

A,B, dan SKP E.

VI. Kawasan Pengembangan Objek Wisata

Kawasan pengembangan objek pariwisata adalah kawasan yang

diperuntukkan bagi pengembangan kegiatan pariwisata. Di wilayah

Kecamatan Bojonegara terdapat sebuah lokasi pariwisata yang berobjek

keindahan alam dan keindahan paronama pantai dan lautnya, yakni di

Lokasi Wisata Pantai Salira Indah. Kawasan Pariwisata Salira yang

berbatasan langsung dengan kawasan industri perlu diperhatikan dengan

memberikan ruang transisi antara keduanya, misalnya dengan

memberikan buffer daan menggunakan ruang transisi itu dengan fungsi-

pendukung pariwisata seperti wartel, hotel/ penginapan, kantin/ restoran,

taman, dan sejenisnya.

Pengembangan pariwisata juga diarahkan ke wisata pegunungan, yang

dapat disinergikan dengan objek wisata Gunung Gede, Kota Cilegon.

Wisata pegunungan ini dapat di kembangkan di Desa Salira,

Page 58: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 58

Kedungsoka, dan Pakuncen. Wisata zairah di Gunung Santri tetap

dipertahankan dan perlu pengantiran khusus, terutama untuk menata

ketertiban di kawasan Ibukota Kecamatan Bojonegara. Beberapa lokasi

juga dapat diberi sentuhan pariwisata walaupun sifatnya terbatas seperti

di beberapa lokasi perbukitan yang dapat mengakses panorama laut dan

pelabuhan, dan lokasi-lokasi TPI yang ada di Bojonegara.

Penyebaran : Khusus untuk Kawasan Pengembangan Objek Pariwisata

Salira dialokasikan sebesar 100 Ha, yang sebagian berupa areal

perbukitan, terdapat di SKP D.

VII. Kawasan Pengembangan Bahan Galian

Kawasan pengembangan penambangan bahan galian adalah kawasan

yang diperuntukan bagi kegiatan penambangan bahan galian, baik di

wilayah yang sedang maupun yang akan segera dieksploitasi. Kategori

bahan galian yang dimaksud di wilayah Bojonegara adalah bahan galian

golongan C, berupa batu split.

Dari peta geologi didapatkan bahwa batuan yang terkandung di areal

perbukitan kecamatan inni berupa breksi vulkanik, lava cukup banyak.

Namun ditinjau dari aspek geologi lingkungan kurang layak di tambang

secara besar-besaran.

Penyebaran : Penyebaran alokasi kawasan penambangan bahan

galian hanya ditujukan pada alokasinya saja yaitu diperbukitan

Panngerangan (SKP C), Kaki Gunung Pratu (SPK D) dan Kaki Gunung

Sumur Batu dan Cikubang (SPK C), sebab tidak diketahui, depositnya

dari atas peta.

VIII. Kawasan Pergudangan

Kawasan pergudangan difungsikan untuk menyimpan barang/ komoditas

khususnya yang dikirim dari atau ke pelabuhan. Kawasan ini dialokasikan

seluas 175 Ha di SKP A dan sisanya di SKP E.

Untuk lebih jelasnya rencana alokasi pemanfaatan ruang wilayah

perencanaan (Kecamatan Bojonegara) pada akhir tahun rencana 2010

dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 59: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 59

Tabel 2.17 Rencana alokasi pemanfaatan ruang wilayah perencanaan (Kecamatan Bojonegara) pada akhir tahun rencana 2010

Luas Penyebaran (Ha) No Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang

SKP A SKP B SKP C SKP D SKP E

Wilayah Perencanaan

1 Kawasan Lindung

a. Konservasi Perbukitan (lereng) > 40% 119 24 289 700 472 1604

b. Sempadan Laut 30 0 0 42 38 110

c. Sempadan Sungai 22 8 13 20 16 79

Jumlah 171 32 302 762 526 1793

2 Kawasan Budidaya

I. Budidaya Pertanian

a. KP TPLB (sawah tadah hujan) 25 10 287 80 33 435

b. KP TPLK 48 2 8 91 31 180

c. KP Perkebunan 66 3 592 214 175 1050

d. KP Kegiatan Nelayan 0 0 0 0 0 0

Jumlah 139 15 887 385 239 1665

II. Budidaya Non Pertanian

a. KP Perumahan Perkotaan 523 262 0 117 0 902

b. KP Perumahan Pedesaan 0 90 110 83 85 368

c. KP Pelabuhan Industri 0 0 0 50 450 500

d. KP Industri 0 0 200 500 0 700

e. KP Industri/Pelabuhan 409 100 0 0 163 672

f. KP Pariwisata 0 0 0 100 0 100

h. KP Penunjang Pelabuhan 0 0 0 0 350 350

i. KP Pergudangan 100 0 0 0 0 100

j. KP Penambangan Bahan Galian 0 0 0 0 0 0

Jumlah 1032 452 310 850 1048 3692

Jumlah Total 1342 499 1499 1997 1813 7150

Sumber: RUTR Kecamatan Bojonegara (Buku Rencana)

Page 60: Gambaran Umum Wilayah an Dan Isu an Wilayah Kabupaten Bojonegara

Laporan Pendahuluan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 60

Gambar 2.9

Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Bojonegara