Upload
aajinosoco
View
244
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
1.1. LATAR BELAKANG
Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pengertian dikuasai ini bukan dimiliki tetapi
dilakukan pengelolaan sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab negara.
Konsekuensi dari hal tersebut, bidang kelautan dan perikanan yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari bumi dan air dan kekayaan alamnya menjadi tanggung
jawab Pemerintah, yaitu Pemerintah yang mempunyai kewenangan untuk
mengelola laut sebagai bagian dari bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya.
Penegasan hal tersebut di atas, tercantum di dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Pasal 17 dan Pasal 18) yang
menyatakan bahwa daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk
mengelola sumberdaya di wilayah laut. Daerah mendapatkan bagi hasil atas
pengelolaan sumberdaya alam di bawah dasar dan/atau di dasar laut sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan kewenangan daerah untuk mengelola
sumberdaya di wilayah laut dimaksud meliputi :
a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut;
b. pengaturan administrasi;
c. pengaturan tata ruang;
d. penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau
yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah;
e. ikut serta dalam pemeliharaan keamanan; dan
f. ikut serta dalam pertahanan kedaulatan negara.
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor strategis dalam pembangunan
perekonomian nasional, karena merupakan kebutuhan yang paling azasi dimana
ketersediaannya harus terjamin, mampu memenuhi kualitas hidup yang lebih maju
dan mandiri. Keberadaan sektor perikanan hendaknya mampu menyediakan
pangan yang cukup, berkualitas dan merata.
Undang-undang No. 31/2004 menyebutkan bahwa perikanan adalah semua
kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, pengolahan sampai dengan
pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu system. Pemanfaatan sumberdaya
ikan adalah kegiatan penangkapan ikan dan atau pembudidayaan ikan, sedangkan
penangkapan didefinisikan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh
ikan di perairan, yang sedang tidak dibudidayakan, dengan alat atau cara apapun,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
mendinginkan, mengolah, dan atau mengawetkannya. Dengan luas laut 5,8 juta
km², Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan laut yang besar dan
beragam.
Usaha perikanan tangkap memegang peran cukup penting dan telah
memberikan sumbangan yang cukup besar bagi pembangunan ekonomi nasional.
Produksi penangkapan di laut berperan penting dalam menyumbang produksi
perikanan tangkap nasional. Data yang ada menunjukkan, perkembangan produksi
perikanan tangkap mengalami peningkatan rata-rata 4,63%, yaitu dari 4.276.720
ton pada tahun 2001 menjadi 4.651.121 ton pada tahun 2004. Selama kurun
periode 2000-2004 Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sektor perikanan naik
sebesar 15,65% (Statistik Perikanan Tangkap 1999-2004, DJPT 2005). Pada tahun
2004 terjadi peningkatan PDB sektor perikanan sebesar 18,90% dibandingkan
dengan 2003. Adapun PDB nasional yang berasal dari lima sektor pengelolaan
sumberdaya alam sebesar 10,36% dari PDB nasional. Pada tahun 2004 devisa
dari sektor perikanan mencapai US$ 2,14 miliar dengan volume ekspor sebesar
921.000 ton. Volume ekspor pada tahun 2000-2004 mengalami penigkatan rata-
rata 17,23% pertahun, sedangkan untuk nilai ekspor secara nasional mengalami
kenaikan rata-rata 7,16%. Neraca perdagangan hasil perikanan selama tahun 2000
sampai dengan 2003.
Pemanfaatan daging ikan sebagai sumber protein bagi manusia sangat
digalakkan. Selain dalam bentuk ikan segar yang langsung dapat dikonsumsi, ikan
juga dapat diolah menjadi daging ikan fillet, paste daging ikan (fish jelly produck)
atau dalam bahasa Jepang disebut kamaboko (Suzuki 1981). Paste daging ikan
selanjutnya dapat diolah menjadi berbagai makanan olahan lanjutan seperti bakso
ikan, surimi, nugget, otak-otak dan kaki naga.
Pemanfaatan daging ikan dalam bentuk olahan di Indonesia ini umumnya
berupa ikan asin, ikan asap, produksi fermentasi (terasi, peda dan lain-lain). Analis
trend (kecenderungan) menunjukkan peningkatan jumlah produksi dari tahun
sebelumnya. Sebagian besar produksi perikanan di Indonesia diolah dengan cara-
cara yang masih tradisional.
Wilayah kabupaten Pati termasuk dalam kawasan Pantai Utara Pulau Jawa,
memiliki kawasan laut yang cukup luas dan memiliki potensi besar untuk
pengembangan perikanan dan kelautan. Permasalahan spesifik yang menyangkut
kebijakan pengembangan perikanan dan kelautan maupun sektor lain yang terkait
dengan bidang tersebut adalah belum terstrukturnya kebutuhan akan ketersediaan
tempat pengolahan hasil perikanan, sementara jumlah hasil perikanan tersebut
terus bertambah.
Dalam upaya untuk mendorong kembali aktivitas ekonomi daerah, maka
salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah adalah
meningkatkan mutu, sarana prasarana dan mengembangkan potensi hasil
perikanan yang ada di daerahnya. Seperti halnya Pekerjaan Penyusunan Sentra
Fillet. Dengan upaya ini, maka diharapkan aktivitas perekonomian rakyat yang
mendukung berkembangnya ekonomi kerakyatan dapat berlangsung lebih lancar,
sehingga dapat memberikan peningkatan pendapatan bagi para nelayan dan
pedagang pada khususnya, serta bagi masyarakat disekitar pada umumnya.
Disertai dengan langkah-langkah pengembangan yang baik dan terpadu,
pembangunan ini diharapkan dapat memberikan multiplier effects baik bagi
masyarakat maupun pemerintah. Dengan demikian secara tidak langsung akan
meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pati.
Pengolahan Fillet di kabupaten Pati terletak di Desa Bajomulyo Kecamatan
Juwana. Pengolahan fillet ikan di Desa Bajomulyo ini menggunakan bahan baku
dari berbagai jenis ikan laut, seperti kurisi, kapasan, swangi mata besar, kuniran
dan lain-lain.
Pengolahan fillet ikan di Bajomulyo ini menyerap banyak sekali tenaga kerja
di sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bajomulyo, khususnya dari wanita
nelayan. Industri fillet ikan di Bajomulyo ini dikelola oleh suatu kelompok Usaha
Bersama yang terdiri dari enam pengolah. Satu pengolah usaha fillet ikan ini bisa
menyerap tenaga kerja antara 150-200 pekerja yang terdiri dari pekerja wanita dan
laki-laki.
Jumlah maksimal daging fillet ikan yang dapat dihasilkan oleh satu tenaga
wanita dalam satu hari sebesar 30-40 kg sehingga rata-rata daging fillet ikan yang
dihasilkan 1 pengolah di Bajomulyo mencapai 5-8 ton/hari, ketika sedang musim
ikan.
Pengolahan fillet ikan di Bajomulyo saat ini bertempat di bangunan TPI I
Bajomulyo dengan sistem sewa. Tempat yang digunakan untuk pengolahan ini
sangat tidak sesuai dengan standar pengolahan ikan, karena desain awalnya
memang untuk tempat pelelangan ikan, sehingga saat ini dari jarak 50 meter sudah
tercium bau busuk ikan, hal ini kemungkinan disebabkan karena banyak sisa-sisa
daging ikan maupun air bekas mencuci daging yang tertinggal di lantai yang hanya
berupa plester semen kasar yang banyak mengandung pori-pori.
Dengan adanya permasalahan tersebut maka disusunlah Sentra Fillet ikan
supaya pengolahan fillet ikan di Bajomulyo di Kabupaten Pati lebih terpusat dan
tertata dengan rapi sebagai satu kawasan khusus sentra fillet.
1.2. TUJUAN DAN SASARAN
1.2.1. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai adalah :
1. Mendesain kawasan sentra fillet ikan yang sesuai standar
2. Menyusun Kebutuhan Prasarana dan Sarana Penunjang Proses Produksi
Fillet Ikan.
3. Memberikan wadah terhadap masyarakat pemfillet ikan dengan
memperhatikan lingkungan sekitar.
1.2.2. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah :
1. Tersusunnya Rencana Pembangunan Prasarana dan Sarana Penunjang
Proses Produksi Fillet Ikan.
2. Tercapainya upaya Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Perbaikan
Peningkatan Kesehatan di sekitar kawasan.
1.3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penyusunan Sentra Fillet Ikan ini adalah meliputi aspek
fungsional, aspek kontekstual, aspek arsitektural, aspek kinerja dan aspek
teknis.
1.4. KONDISI UMUM KABUPATEN PATI
1.4.1.Letak dan Wilayah Administratif Kabupaten Pati
Secara administratif Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten
yang berada di Propinsi Jawa Tengah, yang terletak pada posisi geografis
110°50’-111°15 BT dan 6°25’-7°00 LS. Dengan batas administrasi wilayah
Kabupaten Pati adalah sebagai berikut :
Utara : Kabupaten Jepara dan Laut Jawa
Barat : Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara
Selatan : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora
Timur : Kabupaten Rembang dan Laut Jawa
Gambar 2.1
Peta Kabupaten Pati
Dengan luas wilayah kurang lebih 150.368 Ha yang terdiri dari 58.448
Ha lahan sawah dan 91.920 Ha lahan bukan sawah, Kabupaten Pati secara
administratif terbagi dalam 401 desa/kelurahan, 1.106 pedukuhan, 1.464 rukun
warga dan 7.463 rukun tetangga. Nama dan luas wilayah untuk masing-masing
kecamatan yang ada pada Kabupaten Pati secara rinci terlihat pada Tabel II.1
berikut ini.
Tabel II.1Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Rw dan Rt di Kabupaten Pati
Dirinci Tiap Kecamatan Tahun 2009
No. KecamatanLuas
Wilayah (Ha)
Banyaknya Desa/Kel
Banyaknya RT
Banyaknya RW
1. Sukolilo 15.874 16 483 802. Kayen 9.603 17 416 703. Tambakromo 7.247 18 332 624. Winong 9.994 30 471 815. Pucakwangi 12.283 20 332 676 Jaken 6.852 21 302 817. Batangan 5.066 18 266 528. Juwana 5.593 29 362 879 Jakenan 5.304 23 341 5810. Pati 4.249 24/5 555 9811. Gabus 5.551 24 398 7512 Margorejo 6.181 18 325 6213 Gembong 6.730 11 276 8514 Tlogowungu 9.446 15 318 7015 Wedarijaksa 4.085 18 338 5716 Trangkil 4.284 16 375 6017 Margoyoso 5.997 22 333 8018 Gunungwungkal 6.180 15 243 4719 Cluwak 6.931 13 287 7420 Tayu 4.759 21 368 7221 Dukuhseti 8.159 12 342 46
Jumlah 150.368 401/5 7.463 1464Sumber : Kabupaten Pati Dalam Angka 2009
Sedangkan Struktur perkotaan daerah-daerah yang termasuk dalam Kawasan
Pesisir di Kabupaten Pati berdasarkan RTRW Kabupaten Pati yaitu :
Kecamatan Juwana termasuk dalam Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yang
memiliki lingkup pelayanan beberapa kabupaten (Regional).
Kecamatan Tayu termasuk dalam Pusat Kegiatan Lokal-1 (PKL-1), adalah kota-
kota yang kawasan fungsionalnya telah berkembang lebih dari 1 administrasi
kecamatan. Skala fasilitas/ kegiatan yang dikembangkan di kota ini memiliki
pelayanan sebagian wilayah kabupaten.
Kecamatan Trangkil dan Wedarijaksa termasuk dalam Pusat Kegiatan Lokal-2
(PKL-2), adalah kota-kota ibukota kecamatan atau kota pusat kegiatan setingkat
kecamatan. Kota-kota ini merupakan pusat pemerintahan, aktifitas sosial, serta
kegiatan perekonomian ditingkat lokal (kecamatan).
Kecamatan Batangan, Margoyoso dan Dukuhseti termasuk dalam pusat desa
yang berfungsi sebagai pusat kegiatan perekonomian, yaitu pusat pemasaran
dan distribusi input produksi pada daerah yang bersangkutan.
Sedangkan, sistem perwilayahan merupakan tindak lanjut dari hirarki kota-kota yang
telah ditentukan. Pada hirarki kota, kota-kota hanya dilihat sebagai titik-titik dalam
ruang. Sementara dalam sistem perkotaan, kota-kota membentuk suatu sistem yang
didasari hubungan saling ketergantungan (interdependency) dan keterkaitan
(linkage) antara kota satu dengan yang lain secara hirarkis. Dalam sistem perkotaan
ini pada hakikatnya terdapat unsur jangkauan wilayah pelayanan.
Sistem perkotaan selanjutnya digunakan untuk mengarahkan pengembangan
wilayah di Kabupaten Pati melalui pembagian satuan wilayah pembangunan (SWP).
Penentuan SWP dilakukan dengan mempertimbangkan pola keterkaitan (linkage)
dan kemiripan karakteristik (homogenitas) setiap kawasan. Berdasarkan pada
hirarki kota-kota yang ada serta potensi dan permasalahan masing-masing wilayah,
maka pembagian SWP dalam rangka pengembangan wilayah ini adalah sebagai
berikut:
Kecamatan Trangkil dan Kecamatan Margoyoso termasuk dalam SWP II yang
mempunyai fungsi kegiatan perdagangan dan jasa, pertanian, peternakan dan
agroindsutri.
Kecamatan Tayu dan Dukuhseti termasuk dalam SWP III, fungsi kegiatannya
meliputi perdagangan dan jasa, perikanan, transportasi, pertanian dan
agroindustri.
Kecamatan Juwana, Batangan dan Wedarijaksa termasuk dalam SWP IV,
dengan fungsi kegiatannya meliputi perdagangan, transportasi (pelabuhan),
perikanan, industri dan pertanian.
1.4.2.Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Pati dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan. Kenaikan jumlah penduduk di Kabupaten Pati juga diikuti dengan
kenaikan jumlah penduduk ditiap kecamatan. Data kependudukan yang disajikan
dalam publikasi mulai tahun 2004 bersumber dari Pendaftaran Pemilih dan
Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B) yang dilaksanakan pada pertengahan
tahun 2003. Jadi pada publikasi ini ada perbedaan dengan publikasi sebelumnya,
dimana pada publikasi menggunakan pendataan yang baru, Penduduk akhir
tahun 2007 berdasarkan hasil P4B adalah 1.247.881, yang terdiri dari :
Penduduk Laki-laki = 615.780
Penduduk Perempuan = 632.101
Sedangkan penduduk akhir tahun 2008 adalah = 1.256.182, terdiri dari :
Penduduk Laki-laki = 620.175
Penduduk Perempuan = 636.007
Selama kurun waktu 2007-2008 pertambahan penduduk Kabupaten Pati
sebanyak 8.301 orang atau mempunyai pertumbuhan sebesar 0,66% dari tahun
sebelumnya. Dari 21 kecamatan di Kabupaten Pati, Kecamatan Pati mempunyai
penduduk terbanyak dibandingkan dengan kecamatan yang lain yaitu sebanyak
107.512 jiwa.
Berdasarkan data Kabupaten Pati dalam angka 2009, jumlah
penduduk terbesar pada tahun 2008 yaitu di Kecamatan Pati yaitu sebesar
107.512 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terkecil pada Kecamatan
Gunungwungkal yaitu sebesar 36.670 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah
penduduk dan perkembangannya dapat dilihat pada tabel II.2 berikut ini :
Tabel II.2Jumlah Penduduk Kabupaten Pati Dirinci Tiap Kecamatan
Tahun 2004-2008
No. Kecamatan Jumlah Penduduk/Tahun2004 2005 2006 2007 2008
1 Sukolilo 74.043 74.150 83.141 86.699 90.3772 Kayen 69.559 69.634 71.594 72.261 73.7223 Tambakromo 49.650 49.786 49.557 49.704 50.0374 Winong 57.998 58.605 58.145 58.250 59.3865 Pucakwangi 50.321 50.456 46.534 46.583 51.7096 Jaken 43.002 43.401 44.545 45.060 45.7837 Batangan 39.342 39.601 40.542 40.752 40.9528 Juwana 79.885 81.361 88.653 84.875 90.1739 Jakenan 45.959 46.128 43.956 44.043 44.50510 Pati 100.312 101.423 101.752 103.483 107.51211 Gabus 56.846 57.071 54.509 54.885 55.58712 Margorejo 51.028 51.784 52.423 52.388 54.10913 Gembong 42.552 42.763 40.525 40.752 41.77214 Tlogowungu 49.018 49.610 49.407 49.488 49.86415 Wedarijaksa 56.471 56.802 57.282 57.557 58.27016 Trangkil 58.769 58.914 60.280 60.343 60.72417 Margoyoso 63.746 64.357 72.105 72.832 73.81018 Gunungwungkal 34.906 36.062 35.786 35.116 36.67019 Cluwak 42.362 42.382 44.029 44.194 44.28720 Tayu 66.915 67.072 66.400 68.024 68.74621 Dukuhseti 54.678 55.270 57.093 57.528 58.181
Jumlah 1.187.562 1.195.632 1.218.267 1.224.867 1.247.881Sumber : Kabupaten Pati Dalam Angka 2009
1.4.3.Kebijakan Kelautan dan Perikanan
Kebijakan umum pembangunan urusan kelautan dan perikanan diarahkan
pada revitalisasi usaha kelautan dan perikanan yang meliputi:
a. Peningkatan usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.
b. Peningkatan pengendalian dan sumberdaya kelautan
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna dalam peningkatan produktivitas
sumberdaya kelautan dan perikanan.
d. Peningkatan peranserta masyarakat dalam upaya mengembangkan usaha
dengan memperhatikan komoditas unggulan dan tetap menjaga kelestarian
sumberdaya
e. Peningkatan kualitas dan profesionalisme sumberdaya manusia di bidang
perikanan.
Tabel II.3Produksi Ikan laut Segar Per TPI Kabupaten Pati Tahun 2009
No. BulanBajomulyo I Juwana Bajomulyo II Juwana
Pecangaan Batangan
Kg Rp (000) Kg Rp (000) KgRp
(000)1.2.3.
JanuariPebruariMaret
424.834219.772308.082
1.071.500524.500827.500
1.072.710930.033
1.110.195
5.010.0105.159.7806.232.745
1.322134
0
13.2206.000
0
No. BulanBajomulyo I Juwana Bajomulyo II Juwana
Pecangaan Batangan
Kg Rp (000) Kg Rp (000) KgRp
(000)4.5.6.7.8.9.
10.11.12.
AprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOktoberNopemberDesember
432.097536.446474.981514.343514.155616.185107.658602.291443.833
1.124.0001.261.9001.111.1501.214.9001.129.2001.346.700
243.2001.391.5001.098.300
989.7201.147.2651.602.7432.896.8523.962.8313.667.3561.298.4332.737.0383.103.547
5.672.5407.368.4459.714.625
16.303.65921.075.59821.720.930
8.737.61519.440.52518.545.095
85274722
0250160800
1.076
4.0001.0402.120
8200
3.0002.400
12.00010.760
Jumlah 5.194.677
12.344.350
24.518.723 144.981.567
3.923 55.360
Sumber : Kabupaten Pati Dalam Angka 2009
1.5. KONDISI LOKASI PEMFILLETAN IKAN DI KABUPATEN PATI
1.5.1. Lokasi Pemfilletan Ikan Kabupaten Pati
Kegiatan pemfilletan ikan Kabupaten Pati berpusat di kecamatan Juwana
tepatnya di kawasan PPI Bajomulyo unit 1. Pada awalnya PPI bajomulyo unit
1 merupakan kawasan pangkalan pendaratan Ikan yang memiliki kegiatan
utama di kawasan tersebut adalah pelelangan ikan. Namun kondisi sekarang
pelelangan ikan di tempat tersebut dipindahkan di PPI Bajomulyo unit 2
sedangkan pada PPI Bajomulyo unit 1 ini digunakan untuk sentra fillet ikan
Kabupaten Pati.
PPI Bajomulyo secara geografis terletak antara 11108’30’’ BT dan 6042’30’’
LS di Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati dengan panjang
pantai 60,0 Km serta berada di sisi Barat sungai Juwana sepanjang 1.346 m
dengan luas lahan ± 5.790 m2 Kondisi tanah lahan PPI Bajomulyo adalah
lumpur berpasir dan kondisi pantai cukup landai dengan indikasi gerakan
sedimen di muara sungai dari arah timur menuju ke arah barat.
Gambar Foto udara kawasan PPI Bajomulyo unit 1Sumber: www.googleearth.com
1.5.2. Fasilitas-fasilitas di PPI Bajomulyo unit 1
A. Fasilitas Dasar
Luas Lahan : 5.790 m2
Kedalaman Alur : 10 m
Lebar alur : 80 m
Dermaga
B. Fasilitas Fungsional
Tanah TPI
Lantai TPI
Tower 12 m3
Ground Reservoar 24 m3
C. Fasilitas Penunjang
Areal parkir
Kamar mandi/WC
Mushola
Ruang Genset
Pagar
Kantor PPI
Gudang Basket
FOTO FASILITAS PPI BAJOMULYO SEBAGAI LOKASI PEMFILLETAN IKAN
Dermaga Bangunan TPI (digunakan untuk fillet)
Bangunan TPI (digunakan untuk pemfilletan ikan ) Bangunan PPP
MCK Musholla
Pos satpam Gudang Basket
Tempat sampah
FOTO KEGIATAN PEMFILLETAN IKAN DI BAJOMULYO
1.5.3. Usaha Pemfilletan Ikan
Kapasitas produksi harian dari usaha pemfilletan ikan di PPI Unit I
Bajomulyo berkisar dari 5.000 – 18.000 Kg/hari. Besaran produksi ini ditentukan
oleh banyaknya pekerja maupun ketersediaan bahan baku ikan.
Tabel IV.3Profil Pengusaha Pemfilletan Ikan di PPI Unit I Bajomulyo
No.
NAMA ALAMATJENIS IKAN YANG
DIFILLET
KAPASITAS PRODUKSI
(Kg/hari)
JUMLAH TENAGA KERJA
(Orang)1 Wangti Bendar Kapasan, Kuniran,
Mata Besar, Swangi
18.000 300
2 Tri Tamin
Bajomulyo Sda 18.000 300
3 Warti Bajomulyo Sda 17.000 2504 Wagini Bajomulyo Sda 5.000 1005 Waluyo Bajomulyo Sda 10.000 2006 Jitati Bendar Sda 5.000 100
JUMLAH 0 0Sumber : Observasi, 2010
Tiap pekerja dalam sehari mampu berproduksi 10-25 Kg fillet ikan. Selain
dipengaruhi oleh keterampilan, besaran produksi tergantung pada pasokan bahan
baku ikan yang tersedia.