27
KATA PENGANTAR Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat karunia-Nya akhirnya saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Gangguan Medula Spinalis”. Referat disusun agar berguna bagi para pembacanya untuk memperluas pengetahuannya tentang Gangguan Medula Spinalis dan serta dalam rangka memenuhi tugas saya selama mengikuti Kepaniteraan Klinik dalam bagian Ilmu Penyakit Saraf di Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa, Jakarta periode 10 Juni 2013 – 13 Juli 2013. Pada kesempatan kali ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Rini Ismarijanti, Sp.S selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini hingga selesai. Terima kasih pula kepada teman – teman sejawat koas saraf Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa serta semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang sedikit banyak juga turut membantu dalam menyelesaikan referat ini. Akhir kata saya sangat menyadari bahwa pengumpulan data-data dan penyusunan referat ini masih sangat jauh dari sempurna dan banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu saya sangat akan menerima kritik dan saran yang membangun terhadap referat ini. Sekali lagi saya berharap 1

Gangguan Medula Spinalis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gangguan Medula Spinalis

KATA PENGANTAR

Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena dengan berkat karunia-Nya akhirnya saya dapat menyelesaikan referat yang

berjudul “Gangguan Medula Spinalis”. Referat disusun agar berguna bagi para

pembacanya untuk memperluas pengetahuannya tentang Gangguan Medula Spinalis

dan serta dalam rangka memenuhi tugas saya selama mengikuti Kepaniteraan Klinik

dalam bagian Ilmu Penyakit Saraf di Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. Esnawan

Antariksa, Jakarta periode 10 Juni 2013 – 13 Juli 2013.

Pada kesempatan kali ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada dr. Rini Ismarijanti, Sp.S selaku pembimbing dalam penyusunan

referat ini hingga selesai. Terima kasih pula kepada teman – teman sejawat koas saraf

Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa serta semua pihak yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu yang sedikit banyak juga turut membantu dalam

menyelesaikan referat ini.

Akhir kata saya sangat menyadari bahwa pengumpulan data-data dan

penyusunan referat ini masih sangat jauh dari sempurna dan banyak sekali kekurangan.

Oleh karena itu saya sangat akan menerima kritik dan saran yang membangun terhadap

referat ini. Sekali lagi saya berharap semoga referat ini bermanfaat bagi kita semua

para pembaca. Terima kasih.

Jakarta, Juni 2013

Penulis

1

Page 2: Gangguan Medula Spinalis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …..……………………………..……….……....4

Cedera Medulla Spinalis………………….........................................................7

Tumor dan Kompresi Spinalis ………..……………………………………....11

Mielopati Vaskuler ……….…………………………………………………..12

Infark Medulla Spinalis.…………………..…......................................12

Hematom Epidural dan Subdural ….....................................................13

Mielopati Mielinisasi………….………………………………………….…...13

Multiple Sclerosis…….……………………….....................................13

Mielopati Traumatik..........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................18

2

Page 3: Gangguan Medula Spinalis

BAB I

PENDAHULUAN

Medulla spinalis adalah saraf yang tipis yang merupakan perpanjangan dari

system saraf pusat dari otak dan melengkungi serta dilindungi oelh tulang belakang.

Fungsi utama medulla spinalis adalah transmisi pemasukan rangsangan antara perifer

dan otak.

Medulla spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat. Terbentang dari

foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang disebut

conus terminalis atau conus medularis. Terbentang dibawah cornu terminalis serabut-

serabut bukan saraf yang disebut bukan filum terminale yang merupakan jaringan ikat.

Terdapat 31 pasang saraf spinal, 8 pasang saraf servikal, 12 pasang saraf torakal, 5

pasang saraf lumbal, 5 pasang saraf sakral dan 1 pasang saraf coxigeal. Akar saraf

lumbal dan sakral terkumpul yang disebut dengan cauda equine. Setiap pasangan saraf

keluar melalui intervertebral foramina. Saraf spinal dilindungi oleh tulang vertebra dan

ligamen dan juga oleh meningen spinal dan CSF.

3

Page 4: Gangguan Medula Spinalis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN MEDULA SPINALIS

Lesi pada medula spinalis susah dibedakan dengan lesi pada myelum karena

keduanya berjalan pada jaras yang sama. Lesi medula spinalis yang mengalami lesi

sampai pada myelum akan didapatkan gengguan pada saraf otonomnya misalnya

adanya gangguan kencing menandakan adanya manifestasi klinis dari gangguan

myelum. Lesi pada medula spinalis atau lesi myelum kita bagi menjadi dua yaitu:

1. Lesi ekstradural :

Partial block yaitu dura terdorong sebagian akibat adanya kelainan dari

vertebra. Misalnya akibat fraktur atau dislokasi yang ringan dari vertebra

servikal, thorakal bawah, atau bagian lumbal atas

Complete block yaitu lesi pada vertebra yang menyebabkan spinalis

tertekan ke salah satu sisi vertebra secara total. Misalnya transeksi total.

2. Lesi intradural :

Ekstramedulary block yaitu spinal tertekan kesatu sisi dari vertebra sama

Seperti akstradura. Misalnya akibat neurofibromas, meningiomas, metastase

carsinoma, myeloma.

Intramedulary block yaitu akibat lesi yang menyerang antara dura dan

medula spinal sehingga pada myelografi terlihat kontras mengisi seluas spinal.

Misalnya pada myelitis, meningitis dan berbagai jenis gliorna dan trauma yang

menyebakan perdarahan.

Tiap gangguan diatas bisa menyebabkan berbagai macam manifestasi klinis

tergantung dimana tempat terdapatnya lesi. Tiap lesi di medula spinalis yang merusak

daerah jaras kortikospinal lateral menimbulkan kelumpuhan UMN pada otot-otot

bagian tubuh yang terletak dibawah lesi. Misalnya lesi C5 berarti lesi pada kedua

lengan yang berasal dari miotom C6 sampai miotom C8 dan otot toraks dan abdomen

serta segenap muskular kedua tungkai. Kelumpuhannya dinamakan tetraplegi atau

kuadriplegi dengan gejala klinis :

Tidak dapat merasakan perasaan apapun

4

Page 5: Gangguan Medula Spinalis

Tidak bisa buang air besar dan kecil

Tidak memperlihatkan reaksi neuro vegetatif

Lesi transversal yang merusak segmen C.5 itu tidak saja memutuskan jaras

kortikospinal lateral, melainkan ikut memotong segenap lintasan asendens dan

desendens lain. Disamping itu kelompok motorneuron yang berada didalam segmen

C.5 ikut terusak. Ini berarti bahwa pada tingkat lesi kelumpuhan ini bersifat LMN.

Lesi transversal yang memotong medula spinalis pada tingkat torakal atau

tingkat lumbal atas mengakibatkan kelumpuhan yaitu pada tingkat lesi terjadi

kelumpuhan LMN dan dibawah Lesi terdapat kelumpuhan UMN. Tingkat lesi

transversal dimedula spinalis mudah terungkap oleh batas defisit sensorik. Dibawah

defisit tersebut tanda UMN dapat ditemukan pada kedua tungkai secara lengkap,

namun pada thoraks tanda-tanda UMN tidak dapat diungkapkan. Tanda UMN satu-

satunya yang dapat dibangkitkan pada.otot abdominal ialah hipertonia. Oleh karena

tonun otot perut meningkat maka refleks dinding, perut menghilang. Kelumpuhan yang

melanda bagian bawah tubuh yang terlukis diatas dinamakan paraplegia.

Paraplegia da kuadriplegia dapat disebabkan oleh infeksi (mielitis transversa).

Satu sampai dua seglnen medula spinalis dapat terusak sekaligus. Infeksi dapat terjadi

melalui emboli septik, luka terbuka dari tulang belakang, penjalaran osteornielitis atau

perluasan proses meningitis piogenik. Adakalanya reaksi imunologik dapat timbul

dimedula spinalis, setelah beberapa minggu sembuh dari penyakit viral, seperti

varisella, veriola dan morbili dijuluki mielitis disaminata difusa. Serabut-serabut

asendens dan desendens panjang dapat terputus oleh salah satu lesi sehingga dapat

timbul kelumpuhan parsial dan defisit sensorik yang tidak masif disekujur badan

(kuadriparesis) atau bagian bawahnya saja (paraparesis).

Pada umumnya, lesi menduduki sebagian besar atau sebagian kecil potongan

medula spinalis yang disebut hemilesi. Akibat hemilesi di medula spinalis timbul

sindroma Brown Sequard, yang terdiri dari dua bagian. Yang pertama : manifestasi

ditingkat lesi dan kedua manifestasi dibawah tingkat lesi. Setinggi lesi terdapat

5

Page 6: Gangguan Medula Spinalis

kelumpuhan LMN ipsilateral pada otot yang dipersarafi oleh kelompok motorneuron

yang terkena hemilesi. Pada hemilesi juga terdapat pada sisi ipsilateral defisit sensorik

yang terbatas pada kawasan sensorik segmen medula spinalis yang terkena hemilesi.

Dibawah tingkat lesi terdapat pada sisi ipsilateral kelumpuhan UMN dan defisit

sensorik proprioseptik (tidak dapat merasakan getaran, gerakan dan posisi bagian

tubuh). Sedangkan pada sisi kontralateralnya terdapat defisit sensarik protopatik (tidak

dapat merasakan nyeri, suhu, dan perabaan).

Proses patologik yang mendesak/menindih medula spinalis dari samping dapat

menghasilkan sindroma Brown - Sequard pula dan secara berangsur-angsur terjadi

kuadriplegia dan paraplegia yang akhirnya dikenal dengan sindroma kompresi medula

spinalis. Dimana daerah kortikospinallah yang terlebih dim mengalami gangguan

karena desakan atau tindihan. Penyakitnya dikenal dengan nama Hidromielia, dimana

daerah kortikospinal justru tertekan/terdesak dari medial. Pada Hidromielia terdapat

lubang substansia grisea sentralis, yang menggembung karena penuh terisi oleh cairan.

Penggembungan ini akan mendesak medulaspinalis sehingga mengganggu fungsi jaras

kortikospinalis berikut lintasan asendens/desendens dan motorneuron-motorneuron

dari dalam. Dibawah tingkat hidromielia terdapat tanda-tanda kelumpuhan UMN.

Selain pada mielitis dan kompresi medula spinalis, kelumpuhan UMN akibat

gangguan terhadap serabut-serabut kortikospinal dapat dijumpai pada penderita

amyotropik lateral sklerosis. Penyebabnya ialah slow viral infection yang merusak

serabut-serabut kortikospinal dan motorneuron di trunkus serebri dan merula spinals

secara selektif Susunan somatosensorik sama sekali tidak tergenggu. Manifestasinya

terdiri atas gangguan gerakan yang memperlihatkan tanda kelumpuhan UMN dan

LMN secara berbauran. Seperti hiperrefleksia, klonus, dan refleks patologik dapat

ditemukan secara berdampingan dengan atrofi otot dan arefleksi pada satu penderita

yang sama.

Tanda-tanda kelumpuhan UMN ialah:

Tonus otot meninggi atau hipertonia

Hiperrefleksia

6

Page 7: Gangguan Medula Spinalis

Klonus

Refleks patologik misalnya fleksi jari-jari atas akibat perangsangan terhadap

kuku jari tengah

Tidak ada atrofi pada otot yang lumpuh

Refleks automatisme spinal misalnya lengan yang lumpuh bergerak waktu

menguap

Tanda-tanda kelumpuhan LMN ialah :

Seluruh gerakan, baik involunter maupun reflektorik tidak dapat dibangkitkan

seperti : hilangnya refleks tendon dan tak adanya refleks patologik

Bagian aferen lengkung refleks, gamma gallop, tidak berfungsi sehingga tonus

otot hilang

Akibat musnahnya motorneuran dan aksonnya kesatuan motorik runtuh

sehingga atrofi otot cepat terjadi.

Lesi pada medula spinalis dapat menyebabkan gangguan motorik, sensorik, dan

gangguan otonom atau kombinasi dari gangguan tersebut. Lesi yang lebih rendah dari

sedvikal melibatkan ekstermitas atas, dan pada lesi yang lebih rendah dari T1 hanya

mempengaruhi satu atau kedua sisi, tapi perlu diingat bahwa lesi pada kolom posterior

ipsilateral bisa menyebabkan gangguan proprioseptik ipsilateral.

CEDERA MEDULLA SPINALIS

Akibat cedera pada medulla spinalis dan kauda ekuina telah dikenal oleh

manusia purba, namun sumbangan yang berharga ketika Perang Dunia II dimana

George Ridoch, memutuskan untuk mengobati penderita medulla spinalis pada suatu

unit khusus yaitu unit trauma spinal. Kecelakaan lalu lintas, terjatuh, kecelakaan

industri , luka tembak dan luka bacok, ledakan bom merupakan penyebab cedera

medulla spinalis.

Patogenesis. Efek trauma terhadap tulang belakang bis berupa fraktur

dislokasi, fraktur, dan dislokasi. Dengan perbandingan frekuensi ketiga jenis adalah 3 :

1 : 1. Medulla spinalis dan radiks dapat rusak melalui empat mekanisme berikut :

7

Page 8: Gangguan Medula Spinalis

1. Kompresi oleh tulang, ligamentum, herniasi discus intervertebralis dan hematom.

Yang paling berat adalah kerusakan akibat kompresi tulang dan kompresi oleh

korpus vertebra yang mengalami dislokasi ke posterior dan trauma hiperekstensi.

2. Regangan jaringan yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pada jaringan,

hal ini biasanya terjadi pada hiperfleksi. Toleransi medulla spinalis terhadap

regangan akan menurun dengan bertambahnya usia.

3. Edema medulla spinalis yang timbul segera setelah trauma menyebabkan

gangguan aliran darah kapiler dan vena.

4. Gangguan sirkulasi akibat kompresi tulang atau system arteri spinalis anterior dan

posterior.

Manifestasi lesi traumatic :

1. Commotio medulla spinalis

Jarang terjadi, dianggap analog dengan commotio otak, bersifat sementara

akibat trauma yang sembuh setelah beberapa jam atau beberapa hari tanpa

menimbulkan gejala sisa. Hilangnya fungsi medulla spinalis menyebabkan

paralisis motorik, menghilangnya sensasi dan paralisis sphincter yang akan dapat

pulih kembali/reversible. Bila paralysis total dan hilangnya sensibilitas menetap

lebih dari 48 jam kemungkinan sembuh sempurna menipis.

2. Contusio medulla spinalis

Terjadi setelah fraktur atau dislokasi tulang belakang, atau akibat hiperekstensi,

hiperfleksi, atau rotasi tulang belakang tanpa kelainan tulang belakang pada foto

Rontgen. Gejala berat yaitu hilangnya fungsi medulla spinalis dini, namun derajat

akhir dari kepulihannya hanya dapat dinilai setelah observasi lama. Pada stadium

akut biasanya disertai LCS yang berdarah. Posisi/Jolly’s sign menunjukan lesi

unilateral pada segmen radiks C7. Lengan bawah penderita dalam keadaan fleksi

dengan abduksi bahu. Bila kelainan ini bilateral, dinamakan Bradburne’s sign

atau Thornburn’s sign.

8

Page 9: Gangguan Medula Spinalis

3. Compressi medulla spinalis.

Dislokasi fraktur pada tulang belakang cenderung menyebabkan kompresi

tranversal yang dapat total kalau terjadi cedera tulang derajat berat. Pada kompresi

medulla spinalis dapat terjadi blok total atau parsial di dalam saluran subarachoid.

Sering terdapat sequele hilangnya fungsi di bawah level lesi bersifat total.

Biasanya terdapat kerusakan parenkim yang parah dan ireversibel, fibrosis elemen

saraf, glia, perlengketan meningen.

Di samping itu dijumpai juga gangguan otonom yang berupa retensio urin serta

pada pria dapat terjadi impotensi. Kompresi kauda ekuina akan menimbulkan

gejala, yang bergantung pada serabut saraf spinalis mana yang terlibat. Akan

dijumpai paralysis flaksid dan atrofi otot. Gangguan sensorik sesuai dengan

dermatom yang terlibat. Kompresi pada saraf spinalis S2,S3, dan S4 akan

menyebabkan retensio urin dan hilangnya control voluntary vesika urinaria,

inkontinensia alvi dan impotensi.

Diagnosis

1. Pemeriksaan neurologis lengkap secara teliti segera setelah pasien tiba

di rumah sakit.

2. Pemeriksaan tulang belakang : deformitas, pembengkakkan,. nyeri

tekan, gangguan gerakan (terutama leher). Jangan banyak manipulasi tulang

belakang.

3. Pemeriksaan radiologis : foto polos vertebra AP dan lateral. Pada

servikal diperlukan proyeksi khusus mulut terbuka (odontoid). Bila hasil

meragukan lakukan CT Scan. Bila terdapat defisit neuroligis, harus dilakukan MRI

atau CT mielografi.

Penatalaksanaan

1. Lakukan tindakan segera pada cedera medulla spinalis. Tujuannya adalah

mencegah kerusakan lebih lanjut pada medulla spinalis. Sebagian cedera medulla

spinalis diperburuk oleh penanganan yang kurang tepat, efek hipotensi atau

hipoksia pada jaringan saraf yang terganggu.

9

Page 10: Gangguan Medula Spinalis

a. Letakkan pasien pada alas yang keras dan datar untuk pemindahan

b. Beri bantal, guling atau bantal pasir pada sisi pasien untuk mencegah

pergeseran

c. Tutupi dengan selimut untuk menghindari kehilangan panas badan.

d. Pindahkan pasien ke rumah sakit yang memiliki fasilitas penangan

kasus cedera medulla spinalis.

2. Perawatan khusus.

a. Komosio medula spinalis : fraktur atau dislokasi tidak stabil harus

disingkirkan. Jika pemulihan sempurna pengobatan tidak diperlukan

b. Kontusio/transeksi/kompresimedula spinalis.

Kortikosteroid:

- Metil prednisolon 30 mg/kgBB bolus intravena selama 15 menit

dilanjutkan dengan 5,4 mg/kgBB/jam, 45 menit. Setelah bolus,

selama 23 jam hasil optimal bila pemberian dilakukan < 8 jam

onset.

- Deksametason ( dosis : 16-48 mg/hari)

Tambahkan profilaksis stres ulkus : antasid/antagonis H2

3. Tindakan operasi diindikasikan pada :

a. Reduksi terbuka pada dislokasi

b. Fraktur servikal dengan lesi parsial medulla spinalis.

c. Cedera terbuka dengan benda asing/tulang dalam kanalis spinalis

d. Lesi parsial medula spinalis dengan perdarahan yang progresif

4. Perawatan umum.

a. Perawatan vesika urinaria dan fungsi defekasi

b. Perawatan kulit/dekubitus

c. Nutrisi yang adekuat

d. Kontrol nyeri : analgetik, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dll.

5. Fisioterapi, terapi vokasional, dan psikoterapi sangat penting terutama pada

10

Page 11: Gangguan Medula Spinalis

pasien yang mengalami skuele neurologis berat dan permanen.

TUMOR DAN KOMPRESI SPINALIS

Penyebab kompresi spinalis biasanya karena disk protrusion, trauma, tumor,

dan penyakit tuberkulosis.

Klasifikasi

Tumor dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni intramedular (10%) dan

ekstramedular (90%). Ependymomas merupakan tumor intramedular tersering selain

beberapa jenis glioma. Tumor ekstramedular dapat terletak ekstradural ataupun

intradural. Diantara tumor-tumor ekstramedular, neurifibromas dan meningiomas

paling sering dan bersifat jinak. Metastase karsinoma (biasanya dari bronkus,

mammae, dan prostat), dan myeloma bianya terletak ekstradural.

Gambaran klinik

Tumor dapat menyebabkan :

Disfungsi spinal dan defisit neurologi oleh kompresi langsung

Sekunder iskemik

Obstruksi arteri dan vena

Infiltrasi invasif pada kasus intramedular.

Gejala klinik dapat berkembang secara perlahan-lahan atau secara cepat pada

kasus metastase karsinoma. Nyeri merupakan gejala yang paling menonjol pada pasien

tumor ekstradural, yang dapat terlokalisir pada belakang maupun tersebar. Gejala

motorik berupa kelemahan, kekakuan pada satu atau lebih ekstrenmitas, juga bisa

ditemukan parastesia terutama pada ekstremitas bawah, serta gangguan sfinter.

Pemeriksaan penunjang

Cairan serebrospinal biasanya xanthocromic akibat peningkatan konsentrasi

protein, hitung sel darah putih yang normal atau meningkat, konsentrasi glikosa yang

normal atau menurun; Queckenstedt’s test pada fungsi lumbal bisa terblok sebagian

atau total. Foto spinal dapat abnormal, myelografi, CT scan, MRI sangat akurat dalam

rnenentukan lokasi tumor.

11

Page 12: Gangguan Medula Spinalis

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tergantung lokasi tumor. Pada metastase estradural harus

ditangani segera. Tergantung pada neoplasma primernya, penanganan berupa

pemberian analgesik, kortikosteroid, radioterapi, dan terapi hormorial; laminectomi

dekompresi sering tidak diperlukan. Tumor ekstramedular; intradural sebaiknya

dioperasi jika memungkinkan. Pada tumor intramedular dapat diangkat jika

memungkinkan dan perlu radioterapi.

Pada prinsipnya apapun gejala klinis yang muncul pada lesi akibat gangguan

medula spinalis kita perlu melakukan CT-scan, MRI, atau Myelografi untuk

menentukan setinggi mana lesi dan apakah lesi akibat gangguan pada medula atau

myelum dan apaka lesi ada di ekstradural atau di intradural. Untuk mengetahui lesi

intradural yang akstramedular atau intramedular dilakukan pemeriksaan Myelografi

dimana bila lasi ekstramedular gambaran kontras tertekan kesatu sisi mengikuti saraf

yang terdesak tapi bila lesi intrameduler maka kontras akan mengisi seluruh

permukaan madula spinalis yang terkena lesi.

MIELOPATI VASKULER

Infark Medula spinalisKasus jarang ini hanya terjadi pada daerah arteri spinal anterior yang

memperdarahi 2/3 anterior medula spinalis, yang mendapat suply darah yang terbatas.

Sindrom arteri spinal anterior disebabkan oleh gangguan aliran pada salah satu

pembuluh darah yang mensuplinya. Penyebabnya dapat berupa trauma, pembedahan

aneurisma aorta, aortografi, poliartritis nodosa, dan krisis hipotensi.

Gambaran kliniknya berupa flaksid yang onsetnya akut, paraparesis areflek,

ketika syok spinal berlalu setelah beberapa hari atau minggu, keadaan akan

berkembang menjadi paraperesis spastik, disertai reflek tendon dan respon plantar

ekstensor yang tajam. Sebagai tambahan, terdapat kerusakan sistem sensorik berupa

kehilangan sensasi terhadap suhu dan nyeri, namun sensorik propioseptiknya masih

12

Page 13: Gangguan Medula Spinalis

bagus karena mendapat supli darah dari arteri spinal posterior. Pengobatan bersifat

simptomatik.

Hematom Epidural Dan Subdural

Hematom epidural dan subdural spinalis biasanya akibat dari kecelakaan,

tumor, pengobatan antikoagulan, terapi aspirin, trombositopenia, kateter epidural atau

fungsi lumbal. Biasanya muncul spontan. Pada pungsi lumbal sebaiknya dilakukan

pemeriksaan trombosit, protrombine time, partial protromboplastin time sebelum

tindakan dilakukan. Jika trombosit kurang dari 20.000 perlu dilakukan transfusi

dahulu.

Gejala biasanya berupa nyeri pada bagian belakang punggung (back pain),

paraparese, quadriparesis, gangguan sensorik pada ekstermitas bawah, disfungsi

kandung kemih dan rektum dapat berkembang cepat. Untuk melihat setinggi mana

lesinya maka segera dilakukan pemeriksaan CT scan, MRI, atau Myelografi segera.

Setelah diketahui lokasi lesi segera lakukan operasi untuk menghilang hematomnya.

Bila kita mencurigai adanya lesi setinggi L3 maka pada pemeriksaan myelografi kita

lakukan pada pada T12-Ll karena lesi akibat myelum menyebabkan manifestasi klinis

dibawah lesi mengikuti jaras myelum setinggi lesi.

MIELOPATI DEMIELINISASI

Multiple Sclerosis

Multiple Sclerosis merupakam salah satu gangguan neurologi yang tersering,

dengan insiden tinggi pada dewasa muda dan wanita 2 kali lebih sering dibandingkan

pria. Suatu epidemiologi menunjukan bahwa penyalit ini lebih sering pada daerah

dingin.

Patofisiologi

Penyebab multiple sclerosis tidak diketahui. Tetapi kerusakan jaringan dan

geala neurologi dan diperkirakan akibat mekanisme imunitas yang menyerang antigen

myelin. Virus infeksi dan beberapa faktor pencetus lain dapat meningkatkan

pemasukkan sel T dan antibody kedalam system saraf pusat dengan menembus sawar

otak. Hal ini menyebabkan peningktan molekul adhesi sel, metalloproteinase matrik,

13

Page 14: Gangguan Medula Spinalis

sitokin proinflamasi yang akan meningkatkan sel imun yang mnerang antigen seperti

protein dasar myelin, glikoprotein myelin, protein protelipid, fosfoclieterase dan S-100.

Autoimun menyerang akson myelin yang gundul (myelin denudes axon), yang

menyebabkan konduksi nervus menjadi lambat dan gejala neurologi.

Gambaran klinik

Gejala awal sangat bervariasi, biasanya berupa :

Kelemahan, kekebasan dan perasaan geli pada ekstermitas

Visus turun mendadak pada satu mata (neuritis optikus)

Diplopia

Disequilibrium

Gangguan saluran kemih (urgensi atau hesistensi)

Gangguan ini biasanya bersifat sementara, akan menghilang dalam beberapa hari atau

minggu.

Gejala berikutnya dapat terjadi dalam interval beberapa bulan atau tahun dari

gejala awal. Gejala baru bisa muncul atau gejala lama muncul kembali atau bertambah

parah. Kekambuhan mungkin dipicu oleh infeksi, dan 3 bulan setelah melahirkan.

Peningkatan suhu tubuh dapat memperburuk keadaan pasien. Dengan berjalannya

waktu, setelah beberapa hari relaps dan remisi yang inkomplit gejala menjadi semakin

parah, berupa kelemahan, kekakuan, gangguan sensorik, visus terganggu,

ketidaknyamanan ekstermitas dan inkontinensia urin.

Pada pemeriksaan fisik kasus yang parah sering ditemukan atrofi optikus,

nystagmus, dysatria, defisit sereberal, gangguan sensorik pada ekstremitas.

Pada pemeriksaan laboratorium cairan serebrospinal ditemukan lymfositosis

dan peningkatan konsentrasi protein.

Penatalaksanaan

Pada penyakit relaps-remisi, pemberian interferon 1a secara intramuskulus

sekali per minggu atau interferon 1b secara subkutaneus pada hari tertenu dapat

menurunkan tingkat kekambuhan. Pemberian Glatiramer acetate secara subkutaneus

setiap hari juga dapat menurunkan kekambuhan.

14

Page 15: Gangguan Medula Spinalis

MIELOPATI TRAUMATIK

Kerusakan medula spinalis bisa disebabkan oleh whiplash, tetapi seringnya

berhubungan dengan fraktur atau dislokasi vertebra servikal, thorakal bawah, atau

bagian lumbal atas.

Gambaran klinik

a. Transeksi Total

Transeksi total segera menyebabkan paralysis permanen dan kehilangan

sensasibitas dibawah lesi. Walaupun aktivitas refleks hilang dalarn beberapa waktu

setelah cedera, peningkatan fungsi reflek yang persisten akan menyusul.

Pada stadium akut, terjadi paralisis flaksid disertai kehilangan reflek tendon

dan reflek lainnya, gangguan sensorik, rentensi urin dan feses. Stadium ini dikenal

sebagai tahap dari spinal syok.

Setelah beberapa minggu, fungsi reflek kembali, gambaran klinik berupa

paraplegia atau quadriplegia spastik, disertai reflek tendon dan respon plantar

ekstensor yang tajam namun, paralisis atrofi dapat terjadi pada otot-otot yang

diinervasi oleh segmen medula spinalis di bawah lesi, di mana sel kornu

anteriornya cedera.

Spasme fleksor dan ekstensor pada kaki meningkat, bahkan oleh rangsangan

ringan pada kulit.

b. Cedera yang lebih ringan.

Pada cedera yang lebih ringan, gejalanya lebih ringan dan tidak komplit, bisa

terjadi hemiparesis atau quadriparesis dan gangguan sensorik bawah, bisa juga

terjadi sfinter yang menyebabkan urgensi (tidak dapat menahan kencing).

Penatalaksanaan

a. lmobilisasi

Penanganan imobilisasi segera sampai tingkat kerusakan dapat ditentukan.

b. Kortikosteroid.

15

Page 16: Gangguan Medula Spinalis

Kortikosteroid (misalnya metlrylprenidsolone, 30 mg/kgBB bolus intravena,

dilanjutkan 5,4 mg/kgBB/24jam per drip/infuse) dapat memperbaiki fungsi motorik

dan sensorik dalam waktu 6 bulan, jika pemberian kortikosteroid dalam waktu

tidak lebih dari 8 jam setelah cedera.

c. Penanganan nyeri spasme.

Nyeri akibat spasme dapat diatasi dengan pemberian obat yang meningkatkan

mekanisme inhibisi spinal (baclofen 5 mg per oral 2 kali sehari, atau diazepam 2

mg per oral 2 kali sehari) .

d. Perawatan kulit

Cegah kulit dan infeksi dan dekubilus dengan menggunakan tempat tidur

khusus.

e. Perawatan kandung kemih dan rectum.

Tujuan perawatan kandung kemih dan rectum supaya pasien dapat mengontrol

reflek kandung kemih dan defekasi. Lakukan kateterisasi dan pemberian vitamin C

1 gram 4 kali per hari untuk mencegah infeksi saluran kemih dan batu saluran

kemih. Berikan enema atau rektal tube, jika peristaltik sudah timbul berikan

pencahar dan jika rektum sudah aktif berikan supositoria.

Ada karakteristik khusus dalam lesi transversal pada segmen bawah saraf spinal yaitu

sindroma epiconus dan conus medularis :

Sindroma epiconus

- pemeliharaan dari fleksi pinggul dan ekstensi lutut

- perbedaan luasnya gerakan ekstensi dan rotasi dari pinggul, fleksi lutut dan

pergerakan kaki dan jari kaki.

- Pemeliharaan dari menyentakkan pinggul

- Tidak ada sentakan jari kaki

- Melemahnya sensorik dibawah dermotom L4

- Melemahnya fungsi kandung kencing dan rectal

Sindroma conus : S3 dan distal dari segmennya sering terkena lesi trauma,

tumor, hernia hal ini akan menyebabkan lesi pada akar spinal pada segmen lesi L3

dan dibawah radiksnya,hal ini tidak selalu memberi efek pada pergerakan tapi bisa

menimbulkan :

16

Page 17: Gangguan Medula Spinalis

- Saddle anestesia

- Flaksid dari kandung kencing atau paralisis dari spingter anus

- Tidak adanya refleks anus dan bulbocavernosa dengan miotik yang normal

dan tidak adanya tanda pyramidal.

Penatalaksaan :

Imobilisasi

Kortikosteroid sebelum 8 jam setelah cedera lebih efektif untuk

memperbaiki fungsi motorik dan sensorik.

Penanganan nyeri spasme dengan memberi diazepam 2 mg 2x1hari

Cegah kulit jangan sampai dekubitus

Perawatan kandung kemih dan rectum.

17

Page 18: Gangguan Medula Spinalis

DAFTAR PUSTAKA

1. Kenneth W.Linsay : Spinal cord compresion Neurology and neurosurgery

Ilustrated, department of neurosurgery Southern General Hospital,Glosgow 377 -

388.

2. Hamid. A. Penatalaksanaan Kedaruratan medulla Spinal Gya Baru, Jakareta 2004 :

83-93

3. Marjono.M : Neurologik klinis dasar, Mekanisme Proses Imunologik di Susunan

Saraf Dian Ralcyat. Jakarta. 1997:346-347 dan Petofisiologi susunan

Neuromuskular hal : 27-3 7.

4. Mark Mumenthaler,M.D, Neurologic Diffential Diagnosis, Thieme Siratton Inc,

New York 1985: 12-14.

18