8
Faktor Risiko dan Prognostik Lingkungan. Musim melahirkan telah dikaitkan dengan insidensi skizofrenia, termasuk akhir musim dingin/awal musim semi di beberapa lokasi dan musim panas untuk bentuk defisit penyakit. Insidensi skizofrenia dan penyakit terkait lebih tinggi untuk anak-anak yang tumbuh pada lingkungan perkotaan dan untuk beberapa kelompok kecil etnis minoritas. Genetik dan fisiologis. Terdapat kontribusi kuat dari faktor genetik dalam menentukan risiko skozofrenia, walaupun kebanyakan individu yang telah terdiagnosa dengan skizofrenia tidak memiliki riwayat keluarga dengan psikosis. Kewajiban yang diberikan oleh spektrum alel yang beresiko, umum dan langka, dengan masing- masing alel memberikan kontribusi hanya fraksi kecil dalam varian seluruh populasi. Alel risiko teridentifikasi sampai saat ini juga dikaitkan dengan gangguan mental lainnya, termasuk gangguan bipolar, depresi, dan gangguan spektrum autisme. Kehamilan dan komplikasi kelahiran dengan hipoksia dan usia ayah yang lebih besar dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi terhadap skizofrenia pada janin yang sedang berkembang. Selain itu, hal-hal kurang baik lainnya pada prenatal dan perinatal, termasuk stres, infeksi, malnutrisi, diabetes maternal, dan kondisi medis lainnya, telah dikaitkan dengan skizofrenia. Namun, sebagian besar keturunan dengan faktor risiko tersebut tidak berkembang menjadi skizofrenia.

Gangguan Skizoafektif

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gangguan Skizoafektif

Faktor Risiko dan Prognostik

Lingkungan. Musim melahirkan telah dikaitkan dengan insidensi skizofrenia, termasuk akhir

musim dingin/awal musim semi di beberapa lokasi dan musim panas untuk bentuk defisit

penyakit. Insidensi skizofrenia dan penyakit terkait lebih tinggi untuk anak-anak yang tumbuh

pada lingkungan perkotaan dan untuk beberapa kelompok kecil etnis minoritas.

Genetik dan fisiologis. Terdapat kontribusi kuat dari faktor genetik dalam menentukan risiko

skozofrenia, walaupun kebanyakan individu yang telah terdiagnosa dengan skizofrenia tidak

memiliki riwayat keluarga dengan psikosis. Kewajiban yang diberikan oleh spektrum alel yang

beresiko, umum dan langka, dengan masing-masing alel memberikan kontribusi hanya fraksi

kecil dalam varian seluruh populasi. Alel risiko teridentifikasi sampai saat ini juga dikaitkan

dengan gangguan mental lainnya, termasuk gangguan bipolar, depresi, dan gangguan spektrum

autisme.

Kehamilan dan komplikasi kelahiran dengan hipoksia dan usia ayah yang lebih besar

dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi terhadap skizofrenia pada janin yang sedang

berkembang. Selain itu, hal-hal kurang baik lainnya pada prenatal dan perinatal, termasuk stres,

infeksi, malnutrisi, diabetes maternal, dan kondisi medis lainnya, telah dikaitkan dengan

skizofrenia. Namun, sebagian besar keturunan dengan faktor risiko tersebut tidak berkembang

menjadi skizofrenia.

Isu Diagnostik Terkait Kebudayaan

Faktor budaya dan sosioekonomi harus dipertimbangkan, khususnya saat individual dan klinisi

tidak memiliki latar belakang budaya dan sosioekonomi yang sama. Ide yang muncul sebagai

delusi pada suatu budaya (misalnya, sihir) biasanya dipercayai di negara lain. Dalam beberapa

budaya, halusinasi visual atau auditori dengan isi religius (seperti mendengar suara Tuhan)

merupakan suatu hal yang normal dari pengalaman religius. Selain itu, penilaian berbicara tak

teratur mungkin sulit dibuat karena variasi linguistik dalam gaya narasi lintas budaya. Penilaian

pengaruh memerlukan sensitivitas untuk membedakan ekspresi emosional, kontak mata, dan

bahasa tubuh, yang bervariasi lintas budaya. Jika penilaian dilakukan dalam bahasa yang berbeda

dari bahasa utama individu tersebut, perawatan harus dilakukan untuk memastikan alogia tidak

Page 2: Gangguan Skizoafektif

terkait dengan hambatan bahasa. Dalam budaya tertentu, tekanan dapat membentuk halusinasi

atau pseudo-halusinasi dan ide-ide yang dinilai berlebihan mungkin muncul secara klinis

menyerupai psikosis sebenarnya tetapi bersifat normatif untuk subkelompok pasien.

Isu Diagnostik Terkait Jenis Kelamin

Beberapa tanda yang dapat membedakan ekspresi klinis skizofrenia pada wanita dan pria.

Insidensi umumnya skizofrenia cenderung sedikit lebih rendah pada perempuan, khususnya pada

kasus yang diobati. Usia saat onset muncul pada wanita biasanya sudah lanjut, dengan

puncaknya pada pertengahan kehidupan kedua seperti yang telah dijelaskan sebelumnya ( lihat

bagian “Pengembangan dan Perjalanan” untuk gangguan ini). Gangguan cenderung lebih sarat

mempengaruhi perempuan, dan lebih banyak tanda psikotik, serta kecenderungan yang lebih

besar untuk gejala psikotik memburuk dikemudian hari. Perbedaan gejala lainnya termasuk

kurangnya gejala negatifdan ketidak teraturan. Akhirnya, fungsi sosial cenderung tetap lebih

bertahan pada perempuan. Namun demikian, sering terdapat pengecualian terhadap peringatan

umum.

Risiko Bunuh Diri

Sekitar 5% - 6% individu dengan skizofrenia meninggal karena bunuh diri, sekitar 20% usaha

bunuh diri pada satu atau lebih kesempatan, dan masih banyak lagi memiliki keinginan untuk

bunuh diri. Perilaku bunuh diri terkadang merupakan respon dari perintah halusinasi untuk

menyakiti diri sendiri atau orang lain. Risiko bunuh diri tetap tinggi pada seluruh umur baik pria

ataupun wanita, walaupun mungkin khususnya lebih tinggi pada laki-laki muda dengan

komorbid penggunaan zat. Faktor risiko lainnya termasuk memiliki gejala depresi atau perasaan

putus asa dan menjadi pengangguran, dan risiko lebih tinggi, juga, pada periode setelah episode

psikotik atau keluar dari rumah sakit.

Konsekuensi Fungsional dari Skizofrenia

Skizofrenia dikaitkan dengan disfungsi sosial dan pekerjaan yang signifikan. Membuat kemajuan

pendidikan dan mempertahankan pekerjaan sering terganggu oleh avolition atau manifestasi

gangguan lainnya, bahkan saat kemampuan kognitif cukup untuk pekerjaan di tangan.

Kebanyakan individu dipekerjakan pada tingkat yang lebih rendah dari pada orang tuanya, dan

Page 3: Gangguan Skizoafektif

sebagian besar, khususnya laki-laki, tidak menikah atau memiliki keterbatasan kontak sosial

diluar dari keluarga mereka.

Diagnosis Banding

Gangguan depresi mayor atau bipolar dengan psikotik atau tanda katatonik. Perbedaan

antara skizofrenia dan gangguan depresi mayor atau bipolar dengan tanda psikotik atau dengan

katatonia tergantung dari hubungan sementara antara gangguan mood dan psikosis, dan tingkat

keparahan gejala depresi atau mania. Jika delusi atau halusinasi muncul secara eksklusif selama

episodee depresi mayor atau mania, diagnosisnya adalah gangguan depresi atau bipolar dengan

tanda psikotik.

Gangguan skizoafektif. Pada diagnosis gangguan skizoafektif wajib terdapat episode mania

atau depresi mayor yang muncul bersamaan dengan gejala fase aktif dan gejala mood muncul

pada mayoritas dari durasi total periode aktif.

Gangguan skizofreniform dan gangguan psikotik singkat. Gangguan ini adalah suatu

gangguan dengan durasi yang lebih pendek dari pada skizofrenia yang telah dispesifikkan dalam

kriteria C, yang memerlukan adanya gejala selama 6 bulan. Pada gangguan skizofreniform,

gangguan muncul kurang dari 6 bulan, dan pada gangguan psikotik singkat, gejala muncul

minimal 1 hari tetapi kurang dari 1 bulan.

Gangguan Delusi. Gangguan delusi dapat dibedakan dari skizofrenia dengan tidak adanya gejala

khas lainnya dari skizofrenia (contoh, delusi, halusinasi visual atau pendengaran yang menonjol,

berbicara tidak teratur, sangat tidak teratur atau perilaku katatonik, gejala negatif).

Gangguan kepribadian schizotipal. Gangguan kepribadian skizotipal mungkin dapat

dibedakan dari skizofrenia dengan gejala subthreshold yang terkait dengan tanda kepribadian

menetap.

Gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan dismorfik tubuh. Individu dengan gangguan

obsesif-kompulsif dan gangguan dismorfik tubuh mungkin muncul dengan insight yang buruk

atau bahkan tidak muncul, dan kebingungan mungkin muncul pada proporsi delusi. Tetapi

gangguan ini dapat dibedakan dari skizofrenia melalui menonjolnya obsesi, kompulsi,

Page 4: Gangguan Skizoafektif

kelinglungan dengan adanya bau badan, pengumpulan, atau perilaku berulang terfokus pada

tubuh.

Gangguan stres pasca trauma. Gangguan stres pasca trauma mungkin termasuk kilas balik

yang memiliki kualitas halusinasi, hypervigilance mungkin terjadi pada proporsi paranoid. Tetapi

kejadian traumatik dan gejala khas yang berhubungan dengan membangkitkan atau bereaksi

terhadap kejadian tersebut diperlukan dalam pembuatan diagnosis.

Gangguan spektrum autisme atau gangguan komunikasi. Gangguan ini mungkin juga

memiliki gejala menyerupai episode psikotik tetapi dibedakan melalui defisit masing-masing

dalam interaksi sosial dengan perilaku berulang dan dibatasi dan kognitif lainnya dan defisit

komunikasi. Individu dengan gangguan spektrum autisme atau gangguan komunikasi harus

memiliki gejala yang memenuhi seluruh kriteria skizofrenia, dengan halusinasi atau delusi yang

menonjol selama setidaknya satu bulan, dalam rangka untuk didiagnosa dengan skizofrenia

sebagai kondisi komorbid.

Gangguan mental lainnya terkait dengan episode psikotik. Diagnosis dari skizofrenia dibuat

hanya bila episode psikotik menetap dan tidak menyebabkan efek psikologikal dari zat atau

kondisi medis lainnya. Individu dengan delirium atau gangguan neurokognitif mayor ataupun

minor mungkin dapat muncul dengan gejala psikotik, tetapi hal ini mungkin memiliki hubungan

sementara terhadap onset perubahan kognitif konsisten dari gangguan ini. Individu dengan

zat/medikasi menginduksi gangguan psikotik mungkin muncul dengan gejala khas kriteria A

skizofrenia, tetapi zat/medikasi menginduksi gangguan psikotik biasanya dapat dibedakan

melalui kronologis kaitan penggunaan zat terhadap onset dan remisi psikosis pada saat tidak

menggunakan zat.

Komorbiditas

Tingkat komorbiditas dengan gangguan terkait-zat, cukup tinggi pada skizofrenia. Lebih dari

setengah individu dengan skizofrenia memiliki gangguan penggunaan tembakau dan merokok

secara teratur. Komorbiditas dengan gangguan cemas diakui meningkat pada skizofrenia.

Tingkat gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan panik meningkat pada individu dengan

skizofrenia dibandingkan dengan populasi umum. Skizotipal atau gangguan kepribadian

paranoid terkadang mendahului onset dari skizofrenia

Page 5: Gangguan Skizoafektif

Harapan hidup menurun pada individu dengan skizofrenia karena terkait dengan kondisi

medis. Berat badan meningkat, diabetes, sindrom metabolik, dan penyakit jantung dan paru lebih

sering pada skizofrenia dari pada populasi umumnya. Keterlibatan yang buruk dalam perilaku

menjaga kesehatan (contoh, skrining kanker, latihan) meningkatkan risiko penyakit kronis, tetapi

faktor gangguan lainnya, termasuk pengobatan, pola hidup, merokok, dan diet, mungkin juga

memiliki peran. Kerentanan bersama terhadap psikosis dan gangguan medis mungkin

menjelaskan beberapa komorbiditas medis dari skizofrenia.

Gangguan Skizoafektif

Kriteria Diagnostik

A. Periode gangguan pada penyakit dimana terdapat episode mood mayor (depresi atau maniak

mayor) bersamaan dengan kriteria A dari skizofrenia.

Catatan: episode depresi mayor harus termasuk dalam kriteria A1: mood depresi.

B. Delusi atau halusinasi selama dua minggu atau lebih tanpa adanya episode mood mayor

(depresi atau mania) selama durasi seumur hidup penyakit.

C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood mayor muncul pada mayoritas dari

durasi total porsi aktif ataupun residual penyakit.

D. Gangguan dianggap tidak berasal dari efek zat (contoh, penyalahgunaan zat, pengobatan)

atau kondisi medis lainnya.