7
GANGGUAN TIDUR DAN CEMAS Tidur adalah keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda. Sehingga tanpa tidur yang cukup, kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi membuat keputusan serta melakukan kegiatan sehari-harinya dapat menurun (Potter & Perry, 2003). Sedangkan menurut Stuart (2012), ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya dengan keadaan emosi yang tidak memiliki objek.Kecemasan diklasifikasikan menjadi 4 yaitu cemas ringan, sedang, berat, panic (Videbeck, 2012). Kecemasan mempunyai andil yang sangat besar terhadap terhadap kualitas tidur seseorang. Sebanyak 63% dari 96 responden memiliki kualitas tidur yang buruk dengan masalah terbanyak berupa durasi tidur yang kurang (42,7%) dan disfungsi aktivitas siang hari akibat buruknya kualitas tidur tersebut (48%). Sebanyak 44,8% reponden memiliki tingkat kecemasan di atas normal. (Rohmaningsih, 2011). Didukung oleh penelitian Komalasari, dkk., (2012).menunjukan bahwa 63% dari 54 responden menunjukan tingkat kecemasan normal dan 72,2% menunjukan kualitas tidur

GANGGUAN TIDUR & CEMAS (P.WIGYO & P. BAMBANG).docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GANGGUAN TIDUR & CEMAS (P.WIGYO & P. BAMBANG).docx

GANGGUAN TIDUR DAN CEMAS

Tidur adalah keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang

merupakan urutan siklus berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak

dan badaniah yang berbeda. Sehingga tanpa tidur yang cukup, kemampuan seseorang untuk

berkonsentrasi membuat keputusan serta melakukan kegiatan sehari-harinya dapat menurun

(Potter & Perry, 2003).

Sedangkan menurut Stuart (2012), ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya dengan keadaan

emosi yang tidak memiliki objek.Kecemasan diklasifikasikan menjadi 4 yaitu cemas ringan,

sedang, berat, panic (Videbeck, 2012).

Kecemasan mempunyai andil yang sangat besar terhadap terhadap kualitas tidur

seseorang. Sebanyak 63% dari 96 responden memiliki kualitas tidur yang buruk dengan

masalah terbanyak berupa durasi tidur yang kurang (42,7%) dan disfungsi aktivitas siang hari

akibat buruknya kualitas tidur tersebut (48%). Sebanyak 44,8% reponden memiliki tingkat

kecemasan di atas normal. (Rohmaningsih, 2011).

Didukung oleh penelitian Komalasari, dkk., (2012).menunjukan bahwa 63% dari 54

responden menunjukan tingkat kecemasan normal dan 72,2% menunjukan kualitas tidur

buruk. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya hubungan antara tingkat kecemasan

dengan kualitas tidur ibu hamil.

1. Patofisiologi gangguan tidur berhubungan sering terbangun :

(Pada kerusakan transport oksigen)

Angina

Arteriosklerosis

Gangguan pernapasan

Gangguan sirkulasi

(Pada kerusakan eliminasi usus dan urine)

Diare

Konstipasi

Page 2: GANGGUAN TIDUR & CEMAS (P.WIGYO & P. BAMBANG).docx

Retensi Urine

Disuria

Frekuensi

(Pada Kerusakan metabolisme)

Hipertiroidisme

Ulkus gastrikum

Gangguan hepatik

Tindakan

Berhubungan dengan kesulitan menjalani posisi yang biasa

Bidai, traksi

Nyeri

Terapi IV

(Pada Obat-obatan)

Tranquilizer

Sedatif

Hipnotik

Antidepresan

Antihipertensif

Amfetamin

Kortikosteroid

Soporifik

Barbiturat

Pada Situasional (Personal, Lingkungan)

Berhubungan dengan hiperaktivitas yang berlebihan

Ansietas panik

Berhubungan dengan tidur siang hari yang berlebihan

Berhubungan dengan ketidakadekuatan aktivitas pada siang hari.

Berhubungan dengan depresi

Berhubungan dengan respons ansietas

Berhubungan dengan rasa tak nyaman

Berhubungan dengan gangguan gaya hidup

Emosional

Sosial

Page 3: GANGGUAN TIDUR & CEMAS (P.WIGYO & P. BAMBANG).docx

Berhubungan dengan perubahan irama sirkadian

Berhubungan dengan ketakutan

Maturisional

(Pada anak) : Berhubungan dengan ketakutan pada kegelapan

(Pada wanita dewasa) : Berhubungan dengan perubahan hormonal (misal

pramenopause)

Pathway gangguan tidur :

Penurunan frekuensi Gelombang Otak (Brainwave)

Adanya stimulus dari luar yang dapat mempengaruhi gangguan relaksasi gelombang alpha

Terjadinya gangguan pada REM dan Rapid Eye Movement

Sehingga memicu adanya gangguan kondisi kreatif pada gelombang theta

Mengakibatkan tidur tidak lelap

Mengakibatkan gangguan tidur

2. Psikofarmaka ansietas dan gangguan tidur, yaitu dengan menggunakan obat-obatan

yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmitter di susunan saraf pusat

otak (sistem limbik) . Sebagaimana diketahui bahwa sistem limbik merupakan bagian

dari otak yang berfungsi mengatur alam pikiran, perasaan dan perilaku atau dengan

kata lain mengatur fungsi psikik (kejiwaaan) seseorang. Cara kerja psikofarmaka ini

adalah dengan jalan memutuskan jaringan atau sirkuit psiko-neuro-imunologi,

sehingga stresor yang dialami oleh seseorang tidak lagi mempengaruhi fungsi

kognitif, afektif, psikomotor dan organ tubuh lainnya.

Adapun jenis obat-obatan yang diresepkan oleh dokter pada orang yang

ansietas dan gangguan tidur seperti analgesik, obat tidur, amfetamin, obat penenang,

dan biasanya dapat menimbulkan rasa ketergantungan pada pemakainya. Tiga kelas

obat-obatan dengan resep dokter yang sering kali disalahgunakan adalah, sebagai

Page 4: GANGGUAN TIDUR & CEMAS (P.WIGYO & P. BAMBANG).docx

berikut Opioid yang biasanya dipakai untuk menghilangkan rasa sakit (seperti pada

morfin); Antidepresan SSP (Sistem Saraf Pusat) yang biasanya digunakan untuk

mengatasi ansietas (kecemasan) dan gangguan tidur, seperti diazepam, alprazolam,

dan lain sebagainya; serta stimulan yang digunakan untuk mengobati narkolepsi

(gangguan tidur), seperti amfetamin.

Obat tidur yang sering digunakan adalah golongan benzodiazepin (misalnya,

ativan, esilgan, dan valium). Meskipun benzodiazepin bekerja cepat dan ditoleransi

dengan baik, ketergantungan, gangguan memori, dan sindrom penghentian obat dapat

terjadi. Selain itu, efek samping lainnya misalnya, sedasi dan gangguan kesimbangan

yang dapat terjadi di siang hari bisa mengakibatkan pasien terjatuh, sering pula

terjadi. Hal-hal ini harus menjadi pertimbangan dalam penggunaan obat tidur.

Saat ini ada obat baru untuk gangguan tidur yang mekanisme kerjanya

berbeda. Obat tersebut bekerja pada melatonin, kerjanya yang spesifik ini dapat

mengatasi insomnia yaitu mempercepat masuk tidur, mempertahankan tidur (tidak

terbangun di malam hari) dan tidak ada efek samping di siang hari misalnya,

mengantuk atau penurunan memori, obat tersebut adalah Ramelteon.

Ramelteon bekerja dengan menargetkan dua reseptor melatonin pada otak,

MT1 dan MT2 secara selektif. Reseptor-reseptor ini berada dalam nukleus

suprakiasmatik, suatu ‘jam utama’ tubuh’, yang mengatur irama sirkadian (24 jam),

termasuk di dalamnya siklus tidur-bangun.

Ramelteon telah diakui oleh Badan Administrasi Makanan dan Obat Amerika

Serikat (FDA) sebagai obat resep untuk gangguan tidur pertama dan satu-satunya anti

insomnia yang bukan merupakan obat yang dikontrol dan tidak menunjukkan bukti

terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan.

Page 5: GANGGUAN TIDUR & CEMAS (P.WIGYO & P. BAMBANG).docx

Daftar Pustaka

Guyton, A.C., John E. Hall, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Hawari, D., 2008. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta. Balai

Penerbit FK UI.

Komalasari, D.,Maryati Ida, Koeryaman, MT.(2012). Fakultas ilmu keperawatan universitaspadjadjaran bandung.Hubungn antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester 3 di puskesmas jatinangor kabupaten sumedang. Jurnal Keperawatan Unpad

Rohmaningsih .,(2011). Hubungan antara kualitas tidur dengan tingkat kecemasan. SkripsiProgram studi pendidikan dokter. fakultas kedokteran universitas DiponegoroSemarang

Stuart, G. W. (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa (edisi 5, edisi revisi ) (Ramona p. kapoh& egi komara yudha penejermah). Jakarta:EGC

Potter & Perry. (2003). Fundamentals of Nursing, (4th ed), St. Louis: MosbyVidebeck, Sheila (2012) Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Renata Komalasari, penerjemah). Jakarta:EGC.