17
MAKALAH TOPIK : TMJ DAN KELAINAN-KELAINANNYA YANG MENYEBABKAN MALOKLUSI SKENARIO II BLOK 3.5.9 Narasumber : drg Nur Masita Silviana, SpOrt Kelompok: Anggota : 1. Elvira Budianto (105070400111002) 2. Dhiaz Praptomo H. (105070400111004) 3. Din Asri Islami (105070400111014) 4. Sabilla Febrianita H. (105070400111018) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

Gangguan Tmj

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gangguan Tmj

MAKALAHTOPIK : TMJ DAN KELAINAN-KELAINANNYA YANG MENYEBABKAN

MALOKLUSISKENARIO IIBLOK 3.5.9

Narasumber : drg Nur Masita Silviana, SpOrt

Kelompok:

Anggota : 1. Elvira Budianto (105070400111002)

2. Dhiaz Praptomo H. (105070400111004)

3. Din Asri Islami (105070400111014)

4. Sabilla Febrianita H. (105070400111018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

Page 2: Gangguan Tmj

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN

2.1Klasifikasi gangguan TMJ

2.1.1 Nyeri pada TMJ dan otot mastikasi…………………………………2

2.1.2 Pertumbuhan abnormal………………………………………………3

2.1.3 Kelainan letak pada sendi temporomandibular……………………4

2.1.4 Degenerative joint disease atau inflamasi………………………….4

2.1.5 Dislokasi……………………………………………………….……….4

2.1.6 Ankylosis……………………………………………………………….4

2.1.7 Neoplasia………………………………………………………………6

2.1.8 Infeksi…………………………………………………………………..6

2.1.9 Crossbite anterior……………………………………………………..6

2.1.10 Lebar lengkung yang tidak sesuai…………………………………..8

2.1.11 Buccal crossbite (scissors bite)……………………………………...9

2.1.12 Menegakkan molar yang miring……………………………………..9

BAB III KESIMPULAN……………………………………………………….12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….13

Page 3: Gangguan Tmj

BAB II

PEMBAHASAN

Bila dilihat perawatan ortodontik pada orang dewasa dengan gejala disfungsi sendi

temporo-mandibular, yaitu termasuk ortodonti Interseptik di mana maloklusinya sudah

terjadi.

2.1 Klasifikasi gangguan TMJ

Ogus dan Toller (1990) mengklasifikasikan gangguan TMJ berdasarkan frekuensinya

sering timbul. Kelainan yang sering terjadi yaitu disfungsi dari TMJ, susunan dalam bagian

sendi yang tidak tepat, penyakit degenerasi, dan trauma. Kelainan yang jarang terjadi

yaitu ankylosis, peradangan, cacat kongenital, dan cacat perkembangan, tumor, osteoma,

kondroma, kondrosarkoma, karsinoma sekunder.

Myofacial paindysfunction merupakan gangguan pada otot akibat mekanisme para

fungsional (misal bruxism), akibat gangguan psikologis seperti depresi dan stress. Gejala

dari sindrom ini dapat berupa sakit pada palpasi sendi atau pada otot-otot mastikasi,

pembatasan dan deviasi gerakan mandibula, adanya suara sendi, dan kadang-kadang

sakit kepala. Sindrom rasa sakit-disfungsi dibentuk oleh beberapa gejala antara lain

adalah kliking (clicking) sendi, ketidak mampuan untuk membuka mulut lebar-lebar dan

rasa sakit yang berhubungan dengan sendi dan otot kunyah (Ogus dan Toller, 1990;

Gray,dkk., 1994 ; Dimittroulis dan Dolwick, 1995 )

Gangguan TMJ merupakan kumpulan kondisi klinis yang mempengaruhi otot-otot

mastikasidan atau sendi temporomandibular dan struktur terkait yang menghasilkan rasa

nyeri dan atau disfungsi. Gangguan TMJ merupakan kombinasi keadaan patologis dari

sendi temporomandibular dan otot-otot mastikasi. Gambaran klinis gangguan TMJ meliputi

: nyeri pada otot mastikasi, nyeri pada sendi TMJ, bunyi pada sendi, gerak rahang yang

terbatas, dan deviasi pada pergerakan rahang. Gejala awal gangguan TMJ yaitu kliking

atau krepitus yang dapat disertai rasa nyeri atau sensitif pada daerah kondilus atau otot

pengunyahan (Hedge, 2005; Delcanho, 1994; Nazrudin 2002)

2.1.1 Nyeri pada TMJ dan otot mastikasi

Page 4: Gangguan Tmj

Nyeri pada TMJ adalah Suatu gejala klinis yang sifatnya sangat subyektif, sangat

tergantung pada pengalaman masing-masing dengan keluhan yang berbeda-beda. Nyeri

orofasial merupakan istilah umum untuk menyatakan adanya masalah di sekitarjaringan

mulut dan wajah, termasuk otot-otot mastikassi dan sendi TMJ. Banyak faktor telah diduga

potensial menyebabkan terjadinya nyeri orofasial yang terkait dengan disfungsi sendi

temporomandibular. Kelainan dalam hubungan kontak oklusal antara geligi bawah dan

geligi atas, serta maloklusi orthodontik sering disebut sebagai penyebab utama

(Mardjono,2003)

Rasa nyeri atau disfungsi secara langsung berkaitan dan bertambah parah oleh karena

berfungsinya rahang atau pengujian fungsional otot-otot mastikasi atau struktur

persendian dan bukan karena penyakit lokal seperti karies yang melibatkan gigi dan

struktur rongga mulut. Rasa nyeri biasanya timbul saat mengunyah, berbicara dan fungsi-

fungsi rahang lainnya (solberg, 1986; Yap and Ho, 1999).

Apabila ada gigi hilang atau dicabut atau sesuatu hal tidak diganti, maka terjadi aktivitas

otot yang menyimpangdengan tekanan yang berlebihan. Secara bertahap, keadaan ini

akan menimbulkan kelelahan pada otot yang secara klinis terungkap sebagai nyeri.

Kejang otot kunyah merupakan hal pertama yang berpengaruh pada gejala sindrom rasa

nyeri-disfungsi. Rasa nyeri pada atau didekat sendi disebabkan oleh fungsi yang tidak

terkoordinasi atau tidak harmonis dari otot-otot mandibula (Schwartz dkk,.1975 cit.

Ogusdan Toller,1990; Mardjono,2003)

 2.2.2 Pertumbuhan abnormal

 Gangguan pertumbuhan pada sistem mastikasi dibagi kedalam 2 kategori umum menurut

jaringan yang terlibat::

- Gangguan pada tulang

- Gangguan pada otot

Gangguan Kongenital dan Perkembangan Tulang diantaranya agenesis (tidak tumbuh),

hypoplasia (perkembangan yang tidak sempurna), hyperplasia (pertumbuhan yang

berlebihan), atau neoplasia (pertumbuhan yang tidak terkontrol).

Trauma merupakan salah satu fantor penyebab terutama pada sendi seseorang yang

masih muda bisa ditandai dengan hypoplasia pada kondilusnya, yang mengakibatkan

Page 5: Gangguan Tmj

ketidakseimbangan pola pertumbuhannya. Pada akhirnya ini akan mengakibatkan

pergeseran mandibula yang berhubungan dengan maloklusi. Ketidakseimbangan pola

pertumbuhan mungkin juga mengakibatkan rheumatoid arthritis dari perkembangan yang

cepat.Trauma dapat menyebabkan reaksi hyperplastic, yang mengakibatkan pertumbuhan

yang berlebihan pada tulang. Ini biasanya dapat dilihat pada tempat fracture yang sudah

lama. .

Suatu perubahan fungsi atau rasa sakit yang ada bukan yang utama dalam perubakan

struktur. Ketidakseimbangan klinis mungkin berhubungan dengan perubahan struktur dan

juga menunjukan berhentinya pertumbuhan atau perkembangan. Radiograph padaTMJ,

sebagaimana CT scans, sangat penting dan mengidentifikasi perubahan struktur tulang .

2.2.3 Kelainan letak pada sendi temporomandibular 

Disc displacement Permukaan posterior dari disc menipis dan inferior retrodiscal lamina

dan lateral distal dan lateral ligamen memanjang, maka disc akan bergeser melalui

permukaan artikularis dari kondilus

2.2.4 Degenerative joint disease atau inflamasi

Bukan merupakan gangguan pada sendi temporalnya, kelainan ini jarang di temui pada

penderita kelainan pada sendit temporomandibularnya. Perawatan Obat anti inflamasi.

Untuk mengurangi inflamasi (peradangan) dan rasa sakit, dokter gigi mungkin akan

menyarankan aspirin atau obat anti inflamasi nonsteroid lainnya, misalkan ibuprofen

(Advil, Motrin, dll)

2.2.5 Dislokasi

Kelainan lain dapat berupa dislokasi dimana di bagi atas 2 bagian: Dislokasi tanpa adanya

pengurangan atau reduksi dan dislokasi dengan adanya pengurangan atau reduksi.

2.2.6 Ankylosis

Merupakan penyakit yang menyebabkan keterbatasan padasaat pembukaan mulut yang

di sebabkan oleh kelainan dari TMJ. dimana ankylosis terbagi atas 2 yaitu:

1.Extracapsular ankylosis

Page 6: Gangguan Tmj

2.Intracapsular ankylosis

Fibrous ankylosis

Bony ankylosis

Intracapsular ankylosis. Intracapsular ankylosis, atau penyatuan dari sendi, dapat

menyebabkan pembukaan/depresi pada mandibula berkurang. Intracapsular ankylosis

timbul akibat penyatuan dari kondilus, disk, dan kompleks fossa, juga merupakan hasil

dari pembentukan jaringan fibrosa, penyatuan tulang, atau kombinasi keduanya.

Penyebabnya yang paling umum mencakup macrotrauma, paling sering berhubungan

dengan fraktur kondilar.Penyebab lain dari ankylosis juga karena sebelumnya

menjalani perawatan surgical yang menimbulkan bekas/goresan dan juga infeksi. Evaluasi

pada pasien memperlihatkan pembatasan pada pembukaan maksimal yang cukup parah,

penyimpangan pada sisi yang kena, dan ekskursi lateral pada sisi kontralateral. Ankylosis

yang disebabkan jaringan fibrosa, mobilitas rahangnya lebih besar daripada ankylosis

yang disebabkan oleh penyatuan tulang.

Extracapsular ankylosis. Ankylosis tipe ini biasanya melibatkan prosessus koronoid dan

otot temporalis. Penyebab yang paling sering dari ankylosis extracapsular antara lain,

pembesaran dari prosessus koronoid, atau hiperplasia, dan trauma pada area lengkung

zygomatic. Infeksi di sekitar otot temporalis juga dapat menghasilkan ankylosis

extracapsular.Pasien ini biasanya mempunyai pembatasan pada pembukaan mulut dan

penyimpangan pada sisi yang kena. Pada kasus ini, sangat jarang terjadi restriksi total

pada pembukaan, dan pembatasan gerakan lateral dan protrusif  biasanya menunjukkan

tidak adanya ankylosis intracapsular.

 Trauma / Fraktur Luka pada bagian TMJ khususnya kondilus, bisa disebabkan oleh

mekanisme yang sangat bervariasi. Pada orang dewasa, penyebab dari fraktur ini

sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan kendaraaan bermotor, kekerasan,

kecelakaan kerja, serta kecelakaan saat melakukan olahraga, faktor lain yang juga

menjadi penyebabfraktur ini adalah jatuh.

Lindahl, membagi gaya traumatic penyebab luka pada kondilus ke dalam tiga kategori.

Pertama adalah energy yang yang dikeluarkan oleh masing ± masing individu karena

objek bergerak. Luka jenis ini digolongkan kedalam luka pukulan wajah oleh karena tinju,

Page 7: Gangguan Tmj

pemukul baseball, atau objek lain. Luka yang kedua adalah luka ketika seorang individu

yang bergerak mengenai benda yangdiam, sebagai contoh ketika seorang anak terjatuh

dan dagu menghantam aspal. Mekanisme jenis ini secara klasik di deskripsikansebagai

“parade ground fracture”. Kategori yang terakhir adalah energi yang merupakan

kombinasi dari yang pertama dan kedua, seperti pada kecelakaan ketika seorang

pengendara mobil menabrak mobil dari arah yang berlawanan, dan biasanya

menyebabkan lukayang lebih berat.

2.2.7 Neoplasia 

Neoplasma pada TMJ sangatlah jarang. Kadang-kadang menimbulkan

restriksi/pembatasan pada pembukaan rahang dan sakit pada sendi. Tumor di dalam TMJ

mengakibatkan kelainan pada kondilus dan hubungan fossa serta dapat mengakibatkan

ankylosis intracapsular.

2.2.8 Infeksi

Infeksi pada TMJ juga sangat jarang ditemukan, bahkan pada kasus trauma atau

pengobatan surgical pada area ini.Perluasan dari proses infeksi pada telinga kadang

melibatkanTMJ dan mengakibatkan ankylosis intracapsular.

Selama masa akut dari gejala disfungsi mandibula , metoda seperti splinting, latihan-

latihan dan perawatan menggunakan panas, sering digunakan dengan tidak

memperhatikan maloklusi yang ada.

Macam-macam kelainan yang menimbulkan gejala disfungsi sendi temporo mandibular :

2.2.9 Cross Bite Anterior

Kebanyakan pasien yang mendapatkan perawatan ketidaksesuaian oklusi secara

ortodontik mempunyai gejala cross bite anterior.

Penyembuhan ortodontik lebih disukai karena :

Penghilangan gangguan oklusal, dengan penggerindaan gigi depan kurang disukai

dengan alasan estetik/keindahan.

Page 8: Gangguan Tmj

Stabilitas oklusi tidak mungkin didapatkan setelah penggerindaan. Setelah gigi yang

mengganggu digerinda tidak ada oklusal stop.

- KASUS 1.

Wanita umur 37 tahun dikonsulkan ke Departemen Stomatognatik Fisiologi oleh dokter

giginya karena selama 2 tahun ia merasakan sakit yang intermiten pada muka sebelah

kanan. Pemeriksaan klinik msmperlihatkan kekendoran otot temporal sebelah kanan, otot

pterygoid lateral dan otot leher. Juga terdapat "clicking" (bunyi gemeletuk)di kedua sendi

temporomandibular. Gigi I1 atas mengalami cross bite,mengganggu posisi mandibula

paling belakang. Rahang bawah terpaksa bergeser ke anterior, sehingga jarak

anteroposterior antara posisi paling belakang dari mandibula dan posisi antar edge adalah

2 mm.

Perawatan ortodontik yang dilakukan adalah ekspansi ke sagital dari lengkung gigi atas

dengan busur labial, sehingga terdapat ruangan gigi I, yang berjejal pindah ke labial.

Selama perawatan harus dibebaskan dari beberapa gangguan oklusal dengan melakukan

bagian penggerindingan oklusal.

- KASUS 2.

Wanita umur 35 tahun mengeluh bruxism di malam hari dan clenching di siang hari dalam

keadaan stress. Pagi hari ia mengalami kelelahan pada sendi temporo mandibular dan

muka. Tak merasa sakit kepala setiap hari selama 6 bulan terakhir ini. Banyak otot-otot

mengendur pada palpasi, yaitu otot tempora dan pterygoid lateral kiri dan kanan, maseter

kanan dan otot digastrikus kiri. Sendi temporo mandibular sebelah kiri juga sakit pada

palpasi dan terdapat clicking di kedua sendi. Gerakan membuka, menutup dan protrusi

tidak teratur. Pasien mempunyai mandibula yang asimetris di mana hal ini menyebabkan

cross bite C kiri atas dan P1. Kaninus ini mengganggu posisi paling belakang dari

mandibula. Hal ini mengakibatkan pergeseran mandibula ke kiri ke dalam posisi antar

tonjol dan cenderung untuk mengunci oklusi. Insisif lateral atas hilang secara kongenital.

Pasien dirawat dengan splin dan latihan-latihan untuk membuat gerakan-gerakan yang

dapat meningkatkan kondisinya tapi tidak menghilangkan gejala ataupun problema

oklusinya. perawatan ortodontik dilakukan dengan menggunakan busur labial pada rahang

Page 9: Gangguan Tmj

atas, untuk memberikan tempat yang akan mengganti I2 dan menggerakkan C atas ke

labial. Perawatan ini berlangsung selama 9 bulan, akan menghilangkan rasa sakit dan

gangguan pada pasien. Setelah perawatan, termasuk penempatan 2 inlay bridge yang

kecil di depan atas, is merasakan sakit kepala hanya sekali sebulan.

2.2.10 Lebar Lengkung (Arch Width) Yang Tidak Sesuai.

Macam lain dari maloklusi yang memerlukan perawatan ortodontik adalah kasus

ketidaksesuaian antara lebar lengkung rahang atas dan bawah. Pada kasus seperti ini,

penghilangan gangguan oklusal dengan penggerindaan berarti bahwa banyak jaringan

gigi yang harus dibuang. Penggerindaan harus juga dilakukan secara praktis di semua gigi

dan juga gigi lateral.

KASUS

Gadis umur 17 tahun telah mempunyai gejala selama tiga bulan yaitu rasa sakit di sebelah

bawah kanan dan disertai dengan sukarnya membuka mulut. Pasien mengira bahwa hal

itu berhubungan dengan kebiasaannya melakukan clenching. Pemeriksaan klinis

memperlihatkan adanya pengurangan kapasitas membuka mulut dan semua gerakan

mandibula di sertai dengan rasa sakit di daerah maseter kanan. Lengkung gigi atas lebih

sempit dibandingkan dengan bawah, ada pergeseran ke lateral 1,5 mm dari garis tengah

antara oklusi sentrik dan posisi mandibula paling belakang. Perawatan dimulai dengan

pemasangan splint dan latihan-latihan. Hal ini mengurangi rasa sakit pada waktu

pergerakan dan sedikit membantu gerakan membuka mulut. Tidak memungkinkan

menghilangkan gangguan dari tonjol melalui penggerindaan, karena sejumlah besar gigi

harus digerinding.

Pilihan lain adalah dengan memperlebar lengkung gigi atas dengan ekspansi yang

dipasang pada garis tengah. Pelebaran yang memakan waktu 5 bulan ini, menghilangkan

pergeseran ke lateral, sehingga menghasilkan hubungan antar tonjol yang sesuai. Hal ini

tetap stabil selama satu tahun setelah retensi dihentikan dan berakhir dalam waktu enam

bulan. Semua gejala disfungsi pasien hilang selama ekspansi aktif.

2.2.11 Buccal Cross Bite (Schissors Bite).

Gigi posterior dengan bukal cross bite dapat menimbulkan gangguan tonjol (interference)

selama gerakan meluncur. Upaya untuk menghilangkan gangguan ini adalah dengan

Page 10: Gangguan Tmj

penggerindaan yang berarti "extensive grinding". Keterbatasan yang lain adalah tidak

adanya oklusi stop setelah penggerindaan dengan konsekuensi elongasi dan timbul

kembali gangguan. Pada kasus ini penghilangan gangguan dengan pencabutan lebih

disukai.

KASUS

Gadis usia 19 tahun hanya mempunyai gejala subyektif yang ringan, tetapi ia tidak mampu

menentukan posisi antar tonjol yang sesuai, hal ini dianggap sebagai masalah. Ia sadar

bahwa ia mempunyai kebiasaan mengerot-ngerot pada malam hari dan clenching pada

siang hari. Secara klinis ada sedikit rasa sakit pada palpasi otot temporal kanan dan otot

pterygoid lateral. Ia juga merasakan sakit yang ringan pada kedua sisi dari wajah selama

pergerakan mandibula. Oklusinya adalah post normal dan kekurangan tempat telah

menggeser P bawah ke lingual sehingga ada hubungan bukal cross bite antara P atas dan

P bawah. P kiri atas miring ke bukal. Latihan otot dapat menghilangkan kekenduran otot

dan rasa sakit dari pasien, tetapi ia terus mengeluh tentang posisi antar tonjol yang tidak

sesuai. Perawatan ortodonti dilakukan dengan ekspansi lengkung gigi bawah ke sagital

dengan busur labial. Secara bersamaan plat rahang atas dipasang. Plat ini mempunyai

bite plane anterior sehingga gigi posterior tidak beroklusi. Juga digunakan busur labial

untuk mendorong gigi P kiri atas ke lingual. Setelah 13 bulan perawatan, cross bite hilang

disertai dengan posisi antar tonjol dan posisi mandibula paling belakang yang stabil.

Pasien merasa puas dengan hasil tersebut. Tidak ada upaya yang dilakukan untuk

merawat oklusi post normal atau deep bite, karena dianggap tidak penting untuk

memperoleh oklusi yang sesuai.

2.2.12 Menegakkan Molar yang miring.

Kemiringan ke mesiolingual dari gigi M2 atau M3 setelah kehilangan M1 atau M2 sering

menimbulkan gangguan dan dapat mengakibatkan pembuatan jembatan menjadi sukar

atau tidak mungkin dilakukan.

KASUS

Laki-laki usia 34 tahun kehilangan M1 kiri bawah dan ini menyebabkan M2 miring ke

mesial. Pasien merasa adanya penambahan atrisi gigi posterior kiri, gigi-gigi ini lemah di

Page 11: Gangguan Tmj

pagi hari. Pada palpasi otot maseter kiri dan kedua sendi temporomandibula agak sakit

dan terdapat krepitasi di kedua sendi ini.

Perawatan ortodontik dilakukan dengan busur labial bawah dilengkapi dengan

pemasangan per-per untuk menegakkan gigi yang disolder pada band dari M1 kanan dan

M2 kiri yang dipakai selama empat bulan dan diikuti oleh pemasangan bridge di kedua sisi

rahang bawah dan mahkota pada segmen lateral rahang atas. Perawatan ortodontik ini

menghilangkan gangguan oklusal, menghilangkan gejala-gejalanya dan mempermudah

dilakukannya perawatan protetik.

Keuntungan besar dari perawatan ortodontik dalam menghilangkan gangguan tonjol pada

pasien dewasa dengan gangguan fungsi pada sistem pengunyahan adalah tidak adanya

gigi yang harus dicabut. Oleh karena itu, perawatan ortodontik dipilih bila penggerindaan

dapat mengganggu faktor estetik, contohnya :

1. Cross bite anterior.

2. Pengurangan permukaan oklusal secara besar-besaran.

3. Pasien dengan lebar lengkung rahang yang tidak sesuai.

Keuntungan lain dari pergerakan gigi ini adalah bawah gigi dapat ditempatkan pada posisi

tertentu sehingga kestabilan oklusal tercapai. Gigi yang cros-bite,contohnya,dapat

dipindahkan ke posisi baru yang dapat membantu kestabilan oklusal dari gigi-gigi secara

keseluruhan dan tidak dapat terjadi elongasi. Kalau hanya dilakukan penggerindaan nada

gigi yang mengganggu pada keadaan cross bite akan mempunyai risiko elongasi di masa

yang akan datang dan timbul lagi interference. Keadaan lain di mana perawatan ortodontik

dapat membantu stabilitas oklusi gigi adalah dengan menegakkan gigi yang miring.

Tipe perawatan ortodontik yang sederhana pada beberapa kasus dapat menghasilkan

perbaikan yang cukup banyak bahkan pada beberapa kasus suatu keadaan yang dramatik

bagi pasien. Gejala disfungsi mandibula mempunyai banyak penyebab, termasuk faktor

mental dan penyakit umum

yang dapat menambah ketidaksesuaian oklusal. Oleh karena itu, perawatan ortodontik

tidak dapat diharapkan untuk berhasil pada semua pasien tetapi sebaiknya

dipertimbangkan alternatif lain dari bentuk-bentuk terapi pada beberapa pasien

Page 12: Gangguan Tmj

BAB III

KESIMPULAN

Kelainan pada TMJ meliputi:

1. Nyeri pada TMJ dan otot mastikasi

2. Pertumbuhan abnormal

3. Kelainan letak pada sendi temporomandibular

4. Degenerative joint disease atau inflamasi

5. Dislokasi

6. Ankylosis

7. Neoplasia

8. Infeksi

9. Crossbite anterior

10.Lebar lengkung yang tidak sesuai

11.Buccal crossbite (scissors bite)

12.Menegakkan molar yang miring

DAFTAR PUSTAKA

1. Graber, T.M. : Orthodontics; Principle and Practice. 2nd ed., Philadelphia & London,

W.B. Saunders Co. ,1966 x + 922 h. (h. 59-6°, 165).

2. Ingervall, B. : Orthodontic Treatment in Adults with Temporomandibular Dysfunction

Symptome. J, of Orthodontic, 73 : 551-9, N0.5, May 1978.

3. Williamson, E.H. : Temporomandibular Dysfunction Pretreatment Adolescent Patients.

J, of Orthodontic 72 : 429-33, No-4, October 1977.