Gangguan Yang Terjadi Pada Jaringan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian utama yaitu sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi. Dari ketiga sistem tersebut, sistem distribusi merupakan bagian yang letaknya paling dekat dengan konsumen, fungsinya adalah menyalurkan energi listrik dari suatu Gardu Induk distribusi ke konsumen. Adapun bagian-bagian dari sistem distribusi tenaga listrik adalah :

Citation preview

GANGGUAN YANG TERJADI PADA JARINGANDISTRIBUSIApril 1, 2012 by itsmen Sistem Distribusi Tenaga ListrikSistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian utama yaitu sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi. Dari ketigasistem tersebut, sistem distribusi merupakan bagian yang letaknya paling dekat dengan konsumen, fungsinya adalah menyalurkan energi listrik dari suatu Gardu Induk distribusi ke konsumen. Adapun bagian-bagian dari sistem distribusi tenaga listrik adalah : Gardu Induk Distribusi Jaringan Primer (JTM) Transformator Distribusi Jaringan Sekunder (JTR)Klasifikasi Sistem Jaringan DistribusiJaringan distribusi dikategorikan kedalam beberapa jenis, sebagai berikut ;a. Tegangan pengenalnya : JTM 20 KV JTR 380/220 Voltb. Konfigurasi jaringan primer Jaringan distribusi pola radial Jaringan distribusi pola loop Jaringan distribusi pola loop radial Jaringan distribusi pola grid Jaringan distribusi pola spindelc. Konfigurasi penghantar jaringan primer Konfigurasi penghantar segitiga Konfigurasi penghantar vertikal Konfigurasi penghantar horisontald. Sistem Pentanahan Jaringan Distribusi di IndonesiaPentanahan titik netral adalah hubungan titik netral dengan tanah, baik langsung maupun melalui tahanan reaktansi ataupun kumparan Petersen. Di Indonesia sistem pentanahan meliputi empat macam, yaitu ;1. Sistem distribusi tanpa pentanahan2. Sistem distribusi pentanahan tak langsung (dengan tahanan)3. Sistem distribusi pentanahan langsung (solid)4. Sistem distribusi pentanahan dengan kumparan PetersenGangguan Sistem DistribusiJenis gangguan hubung singkat yang sering terjadi :a. Hubung singkat satu fasa ke tanahHubung singkat satu fasa ke tanah adalah gangguan hubung singkat yang terjadi karena flashover antara penghantar fasa dan tanah(tiang travers atau kawat tanah pada SUTM). Gangguan ini bersifat temporer, tidak ada kerusakan yang permanen di titik gangguan. Pada gangguan yang tembusnya (breakdown) adalah isolasi udaranya, oleh karena itu tidak ada kerusakan yang permanen. Setelah arus gangguannya terputus, misalnya karena terbukanya circuit breaker oleh relay pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu tersebut siap dioperasikan kembali. Jika terjadi gangguan satu fasa ke tanah, arus gangguannya hampir selalu lebih kecil daripada arus hubung singkat tiga fasa. Adapun formula perhitungan arus hubung singkatnya adalah :I= 3 . E / ( Z1 + Z2 + Z0 + 3 Zf)b. Hubung singkat dua fasaHubung singkat dua fasa adalah gangguan hubung singkat yang terjadi karena bersentuhannyaantara penghantar fasa yang satu dengan satu penghantar fasa yang lainnya sehingga terjadi arus lebih (over current). Gangguan ini dapat diakibatkan oleh flashover dengan pohon- pohon yang tertiup oleh angin. Jika terjadi gangguan hubung singkat dua fasa, arus hubung singkatnya biasanya lebih kecil daripada arus hubung singkat tiga fasa. Adapun formula perhitungan arus hubung singkatnya adalah :I = E . 3 / ( Z1 + Z2 + Zf)c. Hubung singkat tiga fasaHubung singkat tiga fasa adalah gangguan hubung singkat yang terjadi karena bersatunya semua ketiga penghantar fasa. Gangguan ini dapat diakibatkan oleh tumbangnya pohon kemudian menimpa kabel jaringan. Adapun formula perhitungan arus hubung singkatnya adalah :I = E / ( Z1 + Zf)Keterangan :E = Tegangan fasa = Tegangan fasa-fasa / 3 dalam VoltZ1 = Impedansi urutan positip rangkaian dalam OhmZ2 = Impedansi urutan Negatip rangkaian dalam OhmZ0 = Impedansi urutan Nol rangkaian dalam OhmZf = Impedansi Gangguan dalam OhmSistem JTM 20 KV PLNa. Pasokan daya distribusi 20 KVPasokan daya listrik pada sistem distribusi 20 KV PLN didapat dari sitem penyaluran 150 KV atau 70 KV melalui trafo tenaga yang berfungsi sebagai trafo step down 150/20 KV atau 70/20 KV yang terpasang di Gardu Induk dengan kapasitas yang bervariasi antara 5, 10, 20, 30 s/d 60 MVA. Dengan berkembangnya sistem kelistrikan, sistem penyaluran 150 KV PLN menjadi sudah besar sekali terinterkoneksi antara area satu dengan area lainnya. Khusus di pulau Jawa, kapasitas saluran 150 KV sudah sampai pada level 1000 s/d 2000 A per sirkit dan kapasitas hubung singkat di Bus 150 KV sudah mencapai ribuan MVA.b. Sistem distribusi 20 KVKeluaran dari trafo daya dikumpulkan dulu pada Bus 20 KV di kubikel Gardu Induk untuk kemudian di distribusikan melalui beberapa penyulang 20 KV ke konsumen dengan jaringan berupa Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) atau Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM). Khusus SUTM, jaringan bisa ditarik sepanjang puluhan sampai ratusan Km termasuk percabangannya dan biasanya ada diluar kota besar. Seperti diketahui di Indonesia, jaringan dengan konduktor telanjang yang digelar di udara bebas banyak mengandung resiko terjadi gangguan hubung singkat fasa-fasa atau satu fasa-tanah. Disepanjang SUTM terdapat percabangan yang dibentuk didalam Gardu Distribusi atau Gardu Tiang. Sementara jaringan SKTM relatif lebih pendek dan berada di dalam kota besar dengan jumlah gangguan relatif sedikit. Bila terjadi gangguan itu biasanya pada sambungan yang akan merupakan gangguan permanen. Seperti halnya di jaringan SUTM, di jaringan SKTM juga terdapat Gardu Distribusi untuk percabangan ke beban konsumen atau percabangan SKTM.Seringnya gangguan hubung singkat di jaringan menyebabkan sering pula relay proteksi bekerja dan sesering itu pula trafo daya menderita pukulan hubung singkat yang dapat memperpendek umur trafo daya tersebut. Dengan sudah besarnya kapasitas sistem 150 KV, boleh dikatakan hubung singkat di Bus 20 KV tergantung dan dibatasi oleh besarnya kapasitas trafo daya.Peralatan Proteksi Pada Sistem Distribusi JTM 20 KVPeralatan proteksi pada sistem distribusi JTM 20 KV terdiri dari :1. Relay arus lebih (Over Current Relay/OCR)Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya ( I set ).Prinsip kerja OCR pada dasarnya adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh melewatinya disebut dengan setting.Macam-macam karakteristik relay arus lebih (Over Current Relay/OCR) :a. Relay waktu seketika (Instantaneous relay)Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda), ketika arus yang mengalir melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 20 ms).Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay arus lebih dengan karakteristik yang lain.b. Relay arus lebih waktu tertentu ( Definite time relay)Relay ini akan memberikan perintah pada PMT (pemutus tenaga) pada saat terjadi gangguan hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Iset), dan jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay.c. Relay arus lebih waktu terbalik (Inverse time)Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara terbalik, makin besar arus makin kecil waktutundanya. Karakteristik ini bermacam-macam, setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga kelompok yaitu standar inverse, very inverse dan extreemely inverse.2. Relay gangguan ke tanah (Ground Fault Relay/GFR)Relay gangguan ke tanah (Ground Fault Relay/GFR) adalah alat yang berfungsi untuk mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan satu fasa ketanah.3. RecloserPemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser = Recloser) ini secara fisik mempunyai kemampuan seperti pemutus beban yang dapat bekerja secara otomatis untuk mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat.4. Saklar seksi otomatis (sectionaliser)Sectionaliser adalah alat perlindungan terhadap arus lebih, hanya dipasang bersama-sama dengan PBO yang berfungsi sebagai pengaman back-up nya. Alat ini menghitung jumlah operasi pemutusan yang dilakukan oleh perlindungan back-up nya secara otomatis disisi hulu dan SSO ini membuka pada saat peralatan pengaman disisi hulunya sedang dalam posisi terbuka.5. Pelebur (fuse cut out)Fuse cut out adalah suatu alat pemutus, dimana dengan meleburnya bagian dari komponen yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya untuk membuka rangkaian dimana pelebur tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai dalam waktu tertentu. Oleh karena pelebur ditujukan untuk menghilangkan gangguan permanen, maka pelebur dirancang meleleh pada waktu tertentu pada nilai arus gangguan tertentu.Perencanaan Kontruksi JTM dan Gardu Trafo Distribusi PERENCANAAN KONTRUKSI JTM DAN GARDU TRAFO DISTRIBUSI

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Distribusi Tenaga Listrik

Oleh :

Kelompok VIIDesi JayantriPidelis PurbaLodien HutapeaHoras Sinaga

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI MEDAN2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini . Judul makalah ini adalah Perencanaan Kontruksi JTM , Gardu Trafo Distribusi . Makalah ini disusun sebagai Tugas kelompok mata kuliah Distribusi Tenaga Listrik. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dari kelompok VII mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Medan, 5 Maret 2012 Penulis,

Kelompok VII

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR ................................................................................ iDAFTAR ISI ............................................................................................... iiBAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1 1.2 Tujuan ..................................................................................... 1BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 2 2.1 Jaringan tegangan Menengah................................................... 2 2.2 Jenis Gardu JTM...................................................................... 5........ 2.3 Gardu Trafo Distribusi............................................................. 9 2.4 Pemasangan Trafo Distribusi................................................. 19 2.5 Gangguan Pada Gardu Trafo Distribusi................................ 21BAB III PENUTUP ................................................................................. 27 3.1 Kesimpulan ........................................................................... 27DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 28

BAB IPENDAHULUAN1.1.Latar BelakangSistem distribusi dibedakan atas jaringan distribusi primer dan sekunder. Jaringan distribusi primer adalah jaringan dari trafo gardu induk (GI) ke gardu distribusi, sedangkan sekunder adalah jaringan saluran dari trafo gardu ditribusi hingga konsumen atau beban. Jaringan distribusi primer lebih dikenal dengan jaringan tegangan menengah (JTM 20kV) sedangkan distribusi sekunder adalah jaringan tegangan rendah ( JTR 220/380V ). Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang terdekat dengan pelanggan atau beban dibanding dengan jaringan transmisi. Salah satu peralatan utama jaringan distribusi yaitu trafo distribusi, trafo distribusi adalah peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi ke tegangan rendah, agar tegangan yang dipakai sesuai dengan rating peralatan listrik pelanggan atau beban pada umumnya. Untuk mencapai performa yang maksimal, keandalan trafo distribusi harus tetap dijaga dengan maintenance berkala dan memiliki sistem proteksi yang baik.

1.2.Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : Untuk memenuhi tugas kelompok matakuliah Distribusi Tenaga listrik mengenai Perencanaan Konstruksi JTM dan Gardu Trafo Distribusi. Mahasiswa mampu mengidentifikasi perencanaan kontruksi JTM, gardu trafo distribusi. Mahasiswa mampu merencanakan rancangan JTM gardu trafo distribusi.

BAB IIPERENCANAAN KONTRUKSI JTM GARDU TRAFO DISTRIBUSI

2.1. Jaringan Tegangan Menengah Jaringan tegangan menengah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit atau gardu induk ke gardu distribusi. Jaringan ini dikenal dengan feeder atau penyulang. Tegangan menengah yang digunakan PT. PLN adalah 12 kv dan 20 kv antar fasa (VL-L).A. Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM)Konstruksi JTM terdiri dari :a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi. Bagian utamanya adalah tiang (beton, besi), Cross arm dan konduktor. Konduktor yang digunakan adalah aluminium (AAAC), berukuran 240 mm2, 150 mm2, 70 mm2 dan 35 mm2.Beberapa keuntungan dan kerugian sistem hantaran udara :a) Keuntungan : Pemasangan lebih mudah dibandingkan dengan sistem hantaran kabel bawah tanah. Pemeliharaan jaringan lebih mudah dibandingkan dengan sistem kabel bawah tanah. Biaya pemasangan jauh lebih murah. Lokasi gangguan langsung dapat dideteksi. Mudah untuk perluasan jaringan.

b) Kerugian Mudah mendapat gangguan Pencurian melalui jaringan mudah dilakukan.Beberapa keuntungan dan kerugian hantaran bawah tanah:a) Keuntungan : Tidak mudah mengalami gangguan. Faktor keindahan lingkungan tidak terganggu. Tidak mudah dipengaruhi keadaan cuaca, seperti : cuaca buruk, taufan, hujan angin, bahaya petir dan sebagainya. Faktor terhadap keselamatan jiwa terjamin.b) Kerugian : Biaya pembuatan mahal. Gangguan biasanya bersifat permanent. Pencarian lokasi gangguan jauh lebih sulit dibandingkan menggunakan sistem hantaran udara.

b. Saluran Kabel Tegangan Menegah (SKTM) Kabel yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam langsung di tanah pada kedalaman tertentu dan diberi pelindung terhadap pengaruh mekanis dari luar. Kabel tanah ini memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga mampu menahan tegangan tembus yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan kawat pada SUTM maka kabel tanah banyak memiliki keuntungan diantaranya : Tidak mudah mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang. Tidak merusak estetika (keindahan) kota. Pemeliharaannya hampir tidak ada.

1. Peralatan Kontruksi Untuk SKTM KabelJenis kabel tegangan menengah adalah :a. Poly Vinil Chlorida (PVC) Digunakan untuk tegangan rendah dan tegangan menengah sampai 12 KV.b. Poly Ethylene (PE) Digunakan untuk tegangan diatas 10 KV. Contoh : CPT dan VICc. X Cross Linked Poly Ethylene (XLPE) Contoh : CVC5ZV

Jointing Termination Sepatu kabel (Schoen cable) Instalasi Pembumian

2. Peralatan Konstruksi Untuk SUTMa. Tiang ListrikTiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali untuk gardu tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya dipasang di tepi jalan baik jalan raya maupun gang. Pemasangan tiang dapat dikurangi dengan pemakaian sistem saluran bawah tanah pada sistem distribusi. Tiang listrik biasanya berupa pipa makin ke atas makin kecil diameternya, jadi tiang bawah mempunyai diameter besar. Tiang besi berangsur-angsur diganti dengan tiang beton.Perencanaan material dan ukuran tiang listrik ditentukan oleh faktor-faktor mekanis seperti momen, kecepatan angin, kekuatan tanah, besar beban penghantar, kekuatan tiang dan sebagainya. Jenis tiang listrik menurut kegunaanya : Tiang awal / akhir Tiang penyangga Tiang sudut Tiang Peregang / tiang tarik Tiang Topangb. Cross Arm (Lengan Tiang) Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu dipasang diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang pada tiang. Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan baut dan mur secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga isolator dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk membuat lubang-lubang baut.c. Isolator Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau Cross Arm. Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM adalah isolator tumpu. Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir dan isolator tumpu biasanya dipasang pada tiang penyangga.2.2. Jenis Gardu Yang Digunakan Untuk Tegangan Menegah

a. Gardu Hubung (GH) Gardu hubung ini berfungsi sebagai penyalur daya dari gardu induk ke gardu distribusi tanpa penurunan tegangan. Untuik membagi feeder menjadi beberapa jurusan dan bias juga untuk pertemuan beberapa feeder dimana dapat digunakan manuver jaringan apabila diperlukan.

b. Gardu Distribusi (GD)Gardu Distribusi pada dasarnya adalah transformator atau trafo yang berfungsi sebagai pengubah tegangan. Trafo ini dapat berupa trafo satu fasa atau tiga fasa dengan kapasitas antara 400 5000 KVA. Selain trafo terdapat juga peralatan penunjang lainnya., yaitu arrester, fuse (pelebur) serta panel tegangan rendah.Ada tiga jenis Gardu Distribusi, yaitu : Gardu Tiang Sesuai namanya, gardu tiang merupakan gardu distribusi yang dipasang di tiang pada jaringan distribusi. Gardu tiang ini ada dua macam, yaitu : Gardu Cantol yang dicantolkan pada tiang Gardu yang menggunakan PlatformTrafo pada Gardu Cantol dapat berupa trafo satu fasa atau 1 buah trafo 3 fasa. Pada gardu distribusi yang menggunakan trafo satu fasa, gardu jenis ini telah dilengkapi pengaman yang berupa pelebur (fuse) TM dan pemutus (circuit Breaker) TR. Gardu Tiang sangat cocok digunakan untuk beban-beban daerah yang sangat padat seperti perumahan-perumahan, pertokoan, dan lain-lain.Kapasitas Gardu Tiang lebih kecil dibandingkan dengan Gardu Beton maupun Gardu Metal Clad. Kapasitas Gardu Tiang biasanya dibatasi sampai 250 kVA. Pembangunan Gardu Tiang lebih cepat, mudah dan biayanya lebih murah dibandingkan Gardu Beton dan Gardu Metal Clad.

b. Gardu Beton Gardu Distribusi jenis beton merupakan peralatan Gardu Distribusi yang dipasang dalam bangunan dari beton. Gardu beton memiliki kapasitas lebih besar dari Gardu Tiang dan gardu Metal Clad dan dapat juga dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Kerugian Gardu Beton ini adalah memerlukan tempat yang luas dan biaya lebih mahal serta pembangunannya yang lebih mahal. Gardu ini pada umumnya digunakan untuk daya yang besar, sehingga pada Gardu Beton ini dapat diletakkan beberapa trafo. Keuntungannya adalah peralatan yang ada didalamnya terlindungi dari cuaca dan pengamanannya lebih mudah.

Gambar : gardu betonKeterangan :1. Kabel masuk-pemisah atau sakelar beban (load break)2. Kabel keluar-sakelar beban (load break)3. Pengaman transformator-sakelar beban+pengaman lebur.4. Sakelar beban sisi TR.5. Rak TR dengan 4 sirkit bekan.6. Pengaman lebur TM (HRC-Fuse)7. Pengaman lebur TR (NH - Fuse)8. TransformatorKetentuan teknis komponen gardu beton, komponen tegangan menengah (contoh rujukan PHB tegangan menengah), yaitu; a) Tegangan perencanaan 25 kV; b) Power frekuensi withstand voltage 50 kV untuk 1 menit; c) Impulse withstand voltage 125 kV; d) Arus nominal 400A; e) Arus nominal transformator 50A; f) Arus hubung singkat dalam 1 detik 12,5 kA; g) Short circuit making current 31,5 kA.

Gambar 3.20 Bagan Satu Garis Gardu Beton

Komponen tegangan rendah (contoh rujukan PHB tegangan rendah), yaitu;a) Tegangan perencanaan 414 Volt(fasa-fasa);b) Power frekuensi withstand 3 kV untuk 1 menit test fasa-fasa;c) Impulse withstand voltage 20 kV;d) Arus perencanaan rel/busbar 800 A, 1.200 A, 1.800 A;e) Arus perencanaan sirkit keluar 400A;f) Test ketahanan tegangan rendah.

Tabel 3.1 Perhitungan Harga Efektif (RMS)Harga Efektif (RMS)

Rel(Waktu 0.5 detik)Peak

800A16 kA32 kA

1200A25 kA52 kA

1800A32 kA72 kA

c. Gardu Metal Clad (MC) Gardu Metal Clad (MC) sebagian besar kontruksinya terbuat dari plat besi dengan bentuk menyerupai kios. Pembuatan gardu MC lebih cepat dibandingkan gardu Beton dan peralatannya merupakan satuan set lengkap.

Gambar : gardu metal clat2.3.Gardu Trafo Distribusi Gardu Trafo adalah gardu yang akan berfungsi untuk membagikan energi listrik pada konsumen yang memerlukan tegangan rendah. Dengan demikian pada gardu trafo dipasang/ditempatkan satu atau dua trafo distribusi yang dipergunakan untuk merubah tegangan menengah menjadi tegangan rendah selain dari peralatan hubungnya untuk melayani konsumen tegangan rendah.Gardu trafo distribusi berlokasi dekat dengan konsumen. Transformator dipasang pada tiang listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk mengamankan transformator dan sistemnya, gardu dilengkapi dengan unit-unit pengaman. Karena tegangan yang masih tinggi belum dapat digunakan untuk mencatu beban secara langsung, kecuali pada beban yang didisain khusus, maka digunakan transformator penurun tegangan ( step down) yang berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah 20kV ke tegangan rendah 400/230Volt. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan grounding, dan lain-lain.Gardu trafo distribusi ini terdiri dari dua sisi, yaitu : sisi primer dan sisi sekunder. Sisi primer merupakan saluran yang akan mensuplay ke bagian sisi sekunder. Unit peralatan yang termasuk sisi primer adalah :a. Saluran sambungan dari SUTM ke unit transformator (primer trafo).b. Fuse cut out.c. Ligthning arrester.

1. Komponen Utama GTTSecara umum komponen utama GTT adalah sebagai berikuta) Transformator : berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20 kV) menjadi tegangan rendah (380/200) Volt.b) Fuse Cut Out (CO) : sebagai pengaman penyulang, bila terjadi gangguan di gardu (trafo) dan melokalisir gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak rusak. CO di pasang pada sisi tegangan menengah (20 kV).c) Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh samabaran petir dan switching (SPLN se.002/PST/73).d) NH Fuse : sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi tegangan rendah (220 Volt), untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih yang disebabkan karena hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun karena beban lebih.e) Grounding Arrester : untuk menyelurkan arus ketanah yang disebabkan oleh tegangan lebih karena sambaran petir dan switching.f) Graunding Trafo : untuk menghindari terjadi tegangan lebih pada phasa yang sehat bila terjadi gangguan satu fasa ketanah mauoun yang disebutkan oleh beban tidak seimbang.g) Grounding LV Panel : sebagai pengaman bila terjadi arus bocor yang mengalir di LV panel.

a. Transformator DistribusiTujuan dari penggunaan transformator distribusi adalah untuk mengurangi tegangan utama dari sistem distribusi listrik untuk tegangan pemanfaatan penggunaan konsumen.Transformator distribusi yang umum digunakan adalah transformator step-down 20kV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan tegangan rendah adalah 380 V. Karena terjadi drop tegangan, maka pada tegangan rendahnya dibuat diatas 380V agar tegangan pada ujung penerima tidak lebih kecil dari 380V. Sebuah transformator distribusi perangkat statis yang dibangun dengan dua atau lebih gulungan digunakan untuk mentransfer daya listrik arusbolak-balik oleh induksi elektromagnetik dari satu sirkuit ke yang lain pada frekuensi yang sama tetapi dengan nilai-nilai yang berbeda tegangan dan arusnya. Transformator distribusi yang terpasang pada tiang dapat dikategorikan menjadi : Transformator konvensional (Conventional transformers). Transformator lengkap dengan pengaman sendiri (Completely self-protecting ( CSP ) transformers). Transformator lengkap dengan pengaman pada sisi sekunder (Completely self-protecting for secondary banking ( CSPB ) transformers).

Conventional transformers tidak memiliki peralatan proteksi terintegrasi terhadap petir,gangguan dan beban lebih sebagai bagian dari trafo. Oleh karena itu dibutuhkan fuse cutout untuk menghubungkan conventional transformers dengan jaringan distribusi primer. Lightning arrester juga perlu ditambahkan untuk trafo jenis ini.Completely self-protecting ( CSP ) transformers memiliki peralatan proteksi terintegrasi terhadap petir, baban lebih, dan hubung singkat. Lightning arrester terpasang langsung pada tangki trafo sebagai proteksi terhadap petir. Untuk proteksi terhadap beban lebih, digunakan fuse yang dipasang di dalam tangki. Fuse ini disebut weak link. Proteksi trafo terhadap gangguan internal menggunakan hubungan proteksi internal yang dipasang antara beliran primer dengan bushing primer.Completely self-protecting for secondary banking ( CSPB ) transformers mirip dengan CSP transformers, tetapi pada trafo jenis ini terdapat sebuah circuit breaker pada sisi sekunder, circuit breaker ini akan membuka sebelum weak link melebur.Ada beberapa Macam-macam transformator distribusi yaitu :Trafo yang umum dipakai distribusi yaitu trafo 3 fasa dan trafo satu fasa. Trafo tiga fasa paling banyak pemakaiannya karena:

a. Tidak memerlukan ruangan yang besarb. Lebih murahc. Pemeliharaan persatuan barang lebih mudah dan lebih murah.

Transformator 1 Fasa dan 3 FasaTransformator distribusi 3 fasa dapat juga dibangun di antara3 pilihan, yaitu : 3 x 1 fasa, dimana terdiri dari 3 transformator 1 fasa identik 1 x 3 fasa, terdiri dari satu transformator konstruksi 3 fasa 2 x 1 fasa, terdiri dari konstruksi 2 transformator satu fasa yang identik

Transformator 3 x 1 fasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :a) Kumparan primer dan sekunder dapat dibuat beberapa vektor grup dan angka lonceng sesuai dengan yang diinginkan.b) Ketiga transformator tersebut dapat juga dioperasikan ke beban menjadi satu fasa, yaitu dihubungkan paralel (karena ketiga transformator tersebut identik)c) Dengan daya yang sama untuk ketiga fasa, maka fasa untuk 3 x 1 fasa dibanding dengan 1 x 3 fasa lebih berat dan lebih mahal.d) Tegangan-tegangan untuk ketiga fasanya, primer dan sekunder bener-benar seimbang.

Sedangkan transformator 1 x 3 fasa mempunyai cirri-ciri yaitu :a) Konstruksinya sudah di rancang permanen dari pabrik pembuatnyab) Dapat digunakan untuk mensuplai beban satu fasa, maka tiap fasa maksimal beban yang dapat ditanggungnya hanya sepertiga dari daya tiga fasa.c) Transformator ini lebih ringan, sehingga lebih murah karena bahan.materialnya lebih kecil.d) Keseimbangan tegangan antara ketiga fasanya, primer dan sekunder tidak terlalu simetris.

Transformator.1) Pemilihan tipe dan kapasitas.a) Tipe transformador dapat dipakai: Konvensional tiga fasa CSP (completly self protection), tiga fasa Tegangan primer 20 kV antar fasa dan 11,54 kV fasanetral, tegangan sekunder 380 V antara fasa dan 220 V fasa-netral. Model cantol, yaitu dicantolkan/digantungkan pada tiang SUTM.b) Kapasitas trafo tiga fasa. Secara umum mulai dari : 25, 50, 100, 160, 200, 250 kVA.2) Papan bagi dan perlengkapan.(a) Papan bagi Pada trafo CSP fasa tiga tidak diperlukan papan bagi, SUTR langsung dihubungkan dengan terminal TR dari Trafo. Hal ini dimungkinkan karena pada CSP trafo sudah dilengkapi dengan saklar pengaman arus lebih. Tidak demikian halnya pada konvensional trafo, diperlukan pengaman arus lebih tegangan rendah berupa fuse/pengaman lebur, atau pemutus tegangan rendah (LVCB/low voltage circuit breaker) sehingga diperlukan almari fuse, sekaligus sebagai papan bagi untuk keluaran lebih dari satu penyulang. Menyesuaikan dengan penyebaran konsumen, dapat dipilih papan bagi 2 group dan 4 group.

(b) Pengaman untuk trafo konvensional Pemisah lebur 20 kV / Fuse Cut Out, dengan rating arus kontinyu 100A, dan kawat lebur disesuaikan dengan kapasitas trafo. Arrester 24 kV, 5 kA. Pentanahan, terpisah antara pentanahan arrester dan pentanahan trafo. Pemutus daya tegangan rendah (LVCB) untuk trafo sampai dengan dengan 50 kVA.

b. Konstruksi TransformatorTransformator merupakan alat listrik statis yang digunakan untuk memindahkan daya dari satu rangkaian ke rangkaian yang lain dengan mengubah tegangan, tanpa mengubah daya dan frekuensi. Transformator terdiri dari dua kumparan yang saling berinduksi ( mutual inductance ). Kumparan ini terdiri dari lilitan konduktor berisolasi sehingga kedua kumparan tersebut terisolasi secara elektrik antara yang satu dengan yang lain. Ratio perubahan tegangan tergantung dari ratio perbandingan jumlah lilitan kedua kumparan itu. Kumparan yang menerima daya listrik disebut kumparan primer sedangkan kumparan yang terhubung ke beban disebut kumparan sekunder. Kedua kumparan itu dililitkan pada suatu inti yang terbuat dari laminasi lembaran baja yang kemudian dimasukkan ke dalam tangki berisi minyak trafo. Apabila kumparan primer dialiri arus listrik bolak balik, maka akan timbul fluks magnetik bolak balik sepanjang inti yang akan menginduksi kumparan sekunder sehingga kumparan sekunder akan menghasilkan tegangan. Konstruksi dasar transformator ditunjukkan pada Gambar dibawah ini.

Gambar : Kontruksi dasar transformator

Apabila trafo diasumsi sebagai trafo ideal dimana tidak terjadi rugi-rugi daya pada trafo, maka daya pada kumparan primer (P1) sama dengan daya pada kumparan sekunder (P2). Besar tegangan dan arus pada kumparan sekunder diatur menggunakan perbandingan banyaknya lilitan antara kumparan primer dan kumparan sekunder berdasarkan rumus :

dimana :Np = Banyaknya lilitan kumparan sisi primerNs = Banyaknya lilitan kumparan sisi sekunderVp = Tegangan sisi primer (V)Vs = Tegangan sisi sekunder (V)Ip = Arus sisi primer (Amp)Is = Arus sisi sekunder (Amp)

c. Prinsip Kerja TransformatorTransformator miliki dua kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder, dan kedua kumparan ini bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi ( reluctance ) rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi ( self induction ) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama ( mutual induction ) yang menyebabkan timbulnya fluksmagnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder dibebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan.

dimana :e = Gaya gerak listrik (Volt)N = Banyaknya lilitan = Perubahan fluks magnetik (weber/sec)Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis (common magnetic circuit).

d. Inti TransformatorSecara umum inti transformator dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tipe inti (core type), dan tipe cangkang (shell type). Tipe inti dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi panjang dan kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Sedangkan tipe cangkang dibentuk dari lapisan inti berisolasi dan kumparan transformatornya di belitkan di pusat inti. Transformator dengan tipe konstruksi shell memiliki kehandalan yang lebih tinggi dari pada tipe konstruksi core dalam menghadapi tekanan mekanis yang kuat pada saat terjadi hubung singkat. Kedua tipe inti transformator ini ditunjukkan pada Gambar dibawah ini.

Gambar : Inti Transformator

e. Minyak TransformatorMinyak transformator memegang peranan penting dalam sistem isolasi trafo dan juga berfungsi sebagai pendingin untuk menghilangkan panas akibat rugi-rugi daya pada trafo. Kandungan utama minyak trafo adalah naftalin, paraffin dan aromatik. Keuntungan minyak trafo sebagai isolator dalam trafo adalah : Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi gas, sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi. Isolasi cairakan mengisicelah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak melalui proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat rugi daya. Isolasi cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing) jika terjadi pelepasan muatan (discharge).Kekuatan dielektrik adalah ukuran kemampuan elektrik suatu material sebagai isolator. Kekuatan dielektrik didefenisikan sebagai tegangan maksimum yang dibutuhkan untuk mengakibatkan dielectric breakdown pada material yang dinyatakan dalam satuan Volt/m. Semakin tinggi kekuatan dielektrik minyak trafo, maka semakin bagus kualitas minyak tersebut sebagai isolator. Hasil uji kekuatan dielektrik yang rendah, menunjukkan adanya benda-benda pengotor minyak seperti air atau partikel penghantar dalam minyak. Sebaliknya, apabila hasil uji kekuatan dielektrik tinggi, bukan berarti bahwa tidak terjadi pengotoran dalam minyak tersebut. Untuk mencegah kemungkinan timbulnya kebakaran pada peralatan, perlu dipilih minyak dengan titik nyala yang tinggi. Titik nyala minyak baru tidak boleh lebih kecil dari 135 C, sedangkan untuk minyak bekas tidak boleh kurang dari 130 C. Menurut SNI 04 - 6954.2 - 2004 batas kenaikan suhu minyak bagian atas yang diperbolehkan adalah 60 K pada suhu lingkungan sekitar normal ( 25C sampai 40C ).

f. Bushing TransformatorUntuk tujuan keamanan, konduktor tegangan tinggi dilewatkan menerobos suatu bidang yang dibumikan melalui suatu lubang terbuka yang dibuat sekecil mungkin dan biasanya membutuhkan suatu pengikat padu yang disebut bushing.Konstruksi suatu bushing sederhana ditunjukkan pada Gambar dibawah ini :

Gambar : Konstruksi Suatu Bushing Sederhana

Bagian utama suatubushingterdiri dari inti atau konduktor, bahan dielektrik dan flans yang terbuat dari logam. Inti berfungsi untuk menyalurkan arus dari bagian dalam peralatan ke terminal luar dan bekerja pada tegangan tinggi. Dengan bantuan flans, isolator diikatkan pada badan peralatan yang dibumikan.

g. Sistem Pendingin TransformatorSistem pendinginan trafo dapat dikelompokkan sebagai berikut :1. ONAN ( Oil Natural Air Natural )Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak dan sirkulasi udarasecara alamiah. Sirkulasi minyak yang terjadi disebabkan oleh perbedaan berat jenis antara minyak yang dingin dengan minyak yang panas.2. ONAF ( Oil Natural Air Force )Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak secara alami sedangkan sirkulasi udaranya secara buatan, yaitu dengan menggunakan hembusan kipas angin yang digerakkan oleh motor listrik. Pada umumnya operasi trafo dimulai dengan ONAN atau dengan ONAF tetapi hanya sebagian kipas angin yang berputar. Apabila suhu trafo sudah semakin meningkat, maka kipas angin yang lainnya akan berputar secara bertahap.3. OFAF ( Oil Force Air Force )Pada sistem ini, sirkulasi minyak digerakkan dengan menggunakan kekuatan pompa, sedangkan sirkulasi udara mengunakan kipas angin.

2.4. Pemasangan Transformator Distribusi1. pemasangan dari luarTransformator dapat dipasang dari luar dengan salah satu cara antara lain : Pemasangan langsungLangsung diklem dengan klem yang cocok pada tiang . cara ini cukup baik untuk transformator kecil sampai 25 KVA saja. Pemasangan pada tiang HTransformator dipasang dengan lengan silang yang dipasang di antara dua tiang dan diikat erat terhadapnya. Cara ini cocok untuk transformator berkapasitas sampai 200 KVA. Pemasangan pada platformSebuah platform dibuat pada suatu struktur terdiri dari empat tiang untuk menempatkan transformator . cara ini dianjurkan bagi tempat tempat yang berbahaya bila menempatkan transformator diatas tanah. Pemasangan dilantaiCara ini cocok untuk semua ukuran transformator . permukaan lantai harus lebih tinggi dari sekelilingnya guna mengatasi banjir . sebiknya dibuat pondasi dari beton. Jika jumlah transformator ditempatkan berdekatan sekali , harus dibuat dinding pemisah yang tahan api untuk mengurangi kerusakan yang timbul jika terjadi kecelakaan atas salah satu transformator berikut. Disekeliling transformator yang terpasang dilantai harus direncanakan adanya aliran udara bebas pada semua transformator. Jika mungkin transformator yang terpasang diluar harus dilindungi terhadap sinar matahari secara langsung. Hal ini akan meningkatkan umur cat dan juga memperpanjang umur transformator . untuk menjaga agar tidak terjadi gerakan jika ada badai roda roda transformator harus diganjal sesudah dipasang ditempat yang tetap.2. pemasangan di dalam Bangunan untuk rumas transformator harus cukup luas agar dapat bebas masuk dari setiap sisi dan cukup tinggi agar dapat membuka transformator tersebut. Jarak miimum berikut ini dari sisi dinding dianggap memuaskan.Jarak minimum dari sisi dinding (m)

Dinding pada satu sisi saja1,25

Dinding pada dua sisi0,75

Dinding pada tiga sisi1,00

Dinding pada empat sisi(dalam ruang tertutup)1,25

Jalan dan pintu harus cukup lebar sehingga transformator yang paling besar dapat dengn mudah dipindahkan untuk perbaikan dan lain lain. Transformator yang terpasang didalam ruangan harus dilengkapi dengan ventilasi yang baik, karena hal ini sangat vital.Aliran udara bebas pada semua sisi transformator dan didalam gedung harus terjamin. Lubang pemasukan udara harus ditempatkan sedekat mungkin dari lantai, sedangkan lubang pembuang udara setinggi mungkin agar udara panas dapat keluar. Menurut aturan ibu jari luas ventilasi untuk pembuangan paling sedikit dua meter persegi dan satu meter persegi untuk pemasukan udara, bagi setiap kapasitas transformator 1000 KVA. Bila hal ini tidak mungkin , harus menggunakan kipas angin untuk memaksa aliran udara. Lubang masuk dan keluarnya udara harus dilindungi terhadap percikan air hujan , burung , dan lain lain.

2.5. Gangguan Pada Gardu Trafo Distribusi

A. Gangguan Sambaran PetirGangguan sambaran petir dibagi atas dua, yaitu sambaran langsung dan sambaran tidak langsung. Sambaran langsung adalah sambaran petir dari awan yang langsung menyambar jaringan sehingga menyebabkan naiknya tegangan dengan cepat. Daerah yang terkena sambaran dapat terjadi pada tower dan juga kawat penghantar. Besarnya tegangan dan arus akibat sambaran ini tergantung pada besar arus kilat, waktu muka, dan jenis tiang saluran. Sambaran tidak langsung atau sambaran induksi adalah sambaran petir ke bumi atau sambaran petir dari awan ke awan di dekat saluran sehingga menyebabkan timbulnya muatan induksi pada jaringan. Pada saluran udara tegangan menengah (SUTM), gangguan akibat sambaran tidak langsung ini tidak boleh diabaikan. Gangguan akibat sambaran tidak langsung ini pada umumnya lebih banyak terjadi dibandingkan akibat sambaran langsung, dikarenakan luasnya daerah sambaran induksi. Spesifikasi gelombang petir ditunjukkan pada Gambar dibawah ini :

Gambar : Spesifikasi Gelombang Petir

Spesifikasi dari suatu gelombang petir :a) Puncak (crest) gelombang, E (kV), yaitu amplitudo maksimum dari gelombang.b) Muka (front) gelombang, t1 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai puncak. Ini diambil dari 10% E sampai 90% E.c) Ekor (tril) gelombang, yaitu bagian belakang puncak. Panjang gelombang, t2 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai titik 50% E pada ekor gelombang.

B. Gangguan Hubung SingkatHubung singkat dapat terjadi melalui dua atau tiga saluran fasa sistem distribusi. Arus lebih yang dihasilkan hubung singkat tergantung pada besar kapasitas daya penyulang, besar tegangan, dan besar impedansi rangkaian yang mengalami gangguan. Hubung singkat menghasilkan panas yang cukup tinggi pada sisi primer trafo sebagai akibat dari naiknya rugi-rugi tembaga sebagai perbandingan dari kuadrat arus gangguan. Arus gangguan yang besar ini mengakibatkan tekanan mekanik (mechanical stress) yang tinggi pada trafo. Arus hubung singkat pada trafo dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

dimana :S = Daya trafo (kVA)%Z = Impedansi trafo dalam persenV = Tegangan fasa-fasa pada sisi tegangan rendah (kV)

Dari rumus

maka dapat diperoleh

dimana,If3= Arus gangguan 3 fasa (A)IfL-L = Arus gangguan fasa ke fasa (A)VL-N = Tegangan fasa ke netral (V)Z1 = Impedansi total urutan positif ()Arus beban penuh dapat diketahui dengan menggunakan persamaan :

dimana,S = Daya trafo 3 fasa (VA)V = Tegangan fasa-fasa pada sisi tegangan rendah (V)

C. Gangguan Kegagalan Minyak TransformatorKegagalan isolasi (insulation breakdown) minyak trafo disebabkan oleh beberapa hal antara lain minyak trafo tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya kekuatan dielektrik dankarena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih. Pada prinsipnya tegangan pada isolator merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress) yang harus dilawan oleh gaya dalam isolator itu sendiri agar isolator tersebut tidak gagal. Dalam struktur molekul material isolator, elektron-elektron terikat erat pada molekulnya, dan ikatan ini mengadakan perlawanan terhadap tekanan yang disebabkan oleh adanya tegangan. Bila ikatan ini putus pada suatu tempat maka sifat isolasi pada tempat itu akan hilang. Bila pada bahan isolasi tersebut diberikan tegangan akan terjadi perpindahan elektron-elektron dari suatu molekul ke molekul lainnya sehingga timbul arus konduksi atau arus bocor. Karakteristik isolator akan berubah bila material kemasukan suatu ketidakmurnian (impurity) seperti adanya arang atau kelembaban dalam isolasi yang dapat menurunkan tegangan tembus.Oksigen yang terdapat di udara yang berhubungan dengan minyak yang panas dapat mengakibatkan terjadinya oksidasi dan terbentuknya bahan asam dan endapan. Kadar asam yang terdapat pada minyak trafo merupakan suatu ukuran taraf deteriorasi dan kecenderungan untuk membentuk endapan. Endapan ini sangat mengganggu karena melekat pada semua permukaan trafo dan mempersulit proses pendinginan. Endapan ini juga akan meningkatkan kemungkinan terjadinya bunga api antara bagian-bagian trafo yang terbuka. Suatu endapan setelah mencapai tebal 0,2 mm sampai 0,4 mm pada inti dan kumparan akan dapat meningkatkan suhu sampai 10C sampai 15C. Bila dalam minyak terdapat kelembaban, maka kelembaban tersebut dapat membentuk jalur-jalur yang membuka jalan terhadap terjadinya hubung singkat. Kelembaban tidak saja menurunkan daya isolasi minyak, melainkan kelembaban itu dapat pula diserap oleh bahan isolasi lainnya, sehingga seluruh trafo menjadi terancam.

D. Proteksi Pada Gardu Trafo Distribusi

a) FuseFuse adalah peralatan proteksi arus lebih yang bekerja dengan menggunakan prinsip melebur. Terdapat dua tipe fuse berdasarkan kecepatan melebur elemen fusenya (fuse link), yaitu tipe K (cepat) dan tipe T (lambat). Fuse yang didesain untuk digunakan pada tegangan diatas 600V dikategorikan sebagai fuse cutout. Fuse cutoutjenis ekspulsi (expulsion type) adalah jenis yang paling sering digunakan pada sistem distribusi saluran udara. Fuse jenis inimenggunakan elemen fuse yang relatif pendek yang dipasang di dalam fuse catridge. Pada umumnya fuse cutout dipasang antara trafo distribusi dengan saluran distribusi primer. Pada saat terjadi gangguan, elemen fuse akan melebur dan memutuskan rangkaian sehingga akan melindungi trafo distribusi dari kerusakan akibat gangguan dan arus lebih pada saluran primer, atau sebaliknya memutuskan saluran primer dari trafo distribusi apabila terjadi gangguan pada trafo atau jaringan sisi sekunder sehingga akan mencegah terjadinya pemadaman pada seluruh jaringan primer.

b) Lightning ArresterPenggunaan lightning arrester pada sistem distribusi adalah untuk melindungi peralatan dari gangguan akibat sambaran petir. Arrester juga dipergunakan untuk melindungi saluran distribusi dari flashover. Arrester dipasang pada peralatan yang dihubungkan dari fasa konduktor ke tanah. Agar perlindungan saluran menjadi lebih efektif, arrester harus dipasang pada setiap fasa pada tiap tiang. Pada saat sistem bekerja keadaan normal, arrester memiliki sifat sebagai isolator. Apabila terjadi sambaran petir, arrester akan berubah menjadi konduktor dan membuat jalan pintas (bypass) ke tanah yang mudah dilalui oleh arus petir, sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi pada trafo. Jalur ke tanah tersebut harus sedemikian rupa sehingga tidak akan mengganggu aliran daya normal. Setelah petir hilang, arrester harus menutup dengan cepat kembali menjadi isolator, sehingga tidak mengakibatkan pemutus daya terbuka. Pada kondisi operasi normal, arus bocor pada arrester tidak boleh melebihi 2 mA. Apabila arus bocor melebihi angka tersebut, kemungkinan besararrester mengalami kerusakan. Pada saluran distribusi, arrester yang biasanya digunakan adalah arrester jenis katub (valve type). Arrester jenis katub terdiri dari sela percik dan sela seri yang terhubung dengan elemen tahanan yang mempunyai karakteristik tidak linier. Tegangan frekuensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri. Apabila sela seri tembus pada saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi, sela tersebut berfungsi menjadi penghantar. Sela seri tidak bisa memutuskan arus susulan. Dalam hal ini sela seri dibantu oleh tahanan non linier yang mempunyai karakteristik tahanan kecil untuk arus besar dan tahanan besar untuk arus susulan dari frekuensi dasar. Lightning arrester jenis katub ditunjukkan pada Gambar dibawah ini :

Gambar : Lightning Arrester Jenis Katub

c) Pembumian ( Grounding )Pembumian adalah penghubungan suatu bagian dari rangkaian listrik atau bagian yang bersifat konduktor tetapi bukan bagian dari rangkaian listrik yang pada keadaan normal tidak bertegangan ke bumi. Tujuan dari pembumian adalah : Mengurangi tegangan kejut listrik pada peralatan. Memberi jalan bagi arus gangguan, baik akibat terjadinya arus hubung singkat ke tanah maupun akibat terjadinya sambaran petir. Untuk membatasi tegangan pada fasa yang tidak mengalami gangguan.Sesuai dengan SNI 04-0225-2000 Pasal 3.13.2.10 dan Pasal 3.19.1.4, nilai tahanan pembumian seluruh sistem tidak boleh lebih besar dari 5 dan jarak antar elektroda pembumian minimal 2 kali panjang elektroda. Resistivitas tanah dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

dimana, = Resistivitas tanah (m)a = Jarak antara elektroda (m)R = Tahanan ()

d) TiangPada umumnya tiang listrik yang sekarang pada Saluran Udara Tegangan Menengah ( SUTM ) 20 kV terbuat dari beton bertulang dan tiang besi. Pemakaian tiang kayu sudah jarang digunakan karena daya tahannya ( umurnya ) relatif pendek dan memerlukan pemeliharaan khusus. Dilihat dari fungsinya, tiang listrik dibedakan menjadi dua yaitu tiang pemikul dan tiang tarik. Tiang pemikul berfungsi untuk memikul konduktor dan isolator,sedangkan tiang tarik berfungsi untuk menarik konduktor. Pada SUTM 20 kV, jarak antar tiang ditetapkan sebesar 40 meter, tetapi jarak tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi wilayah sehingga diberi standar yang jelas sejauh 30 - 50 meter. Untuk pemasangan tiang, sudah ada standar untuk kedalaman tiang yang harus ditanam dibawah permukaan tanah yaitu 1/6 dari panjang tiang.

BAB IIIPENUTUP

3.1.Kesimpulan.

Dari pembahasan diatas maka dapat kami simpulkan bahwa Gardu Trafo adalah gardu yang akan berfungsi untuk membagikan energi listrik pada konsumen yang memerlukan tegangan rendah. Dengan demikian pada gardu trafo dipasang/ditempatkan satu atau dua trafo distribusi yang dipergunakan untuk merubah tegangan menengah menjadi tegangan rendah selain dari peralatan hubungnya untuk melayani konsumen tegangan rendah.Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan grounding, dan lain-lain.Gardu trafo distribusi ini terdiri dari dua sisi, yaitu : sisi primer dan sisi sekunder. Sisi primer merupakan saluran yang akan mensuplay ke bagian sisi sekunder. Unit peralatan yang termasuk sisi primer adalah :a. Saluran sambungan dari SUTM ke unit transformator (primer trafo).b. Fuse cut out.c. Ligthning arrester.

DAFTAR PUSTAKA

Gardu_trafo_distribusi.Pdf Suhadi,dkk.2008.Teknik Distribusi Tenaga Listrik. Kumpulan Judul Skripsi Teknik Elektronika Dalam ulasan kali ini saya akan menbagikan kepada anda semua yakni Kumpulan Judul Skripsi Teknik Elektronika, mungkin judul yang saya berikan ini masih sebahagian namun jika kira-kira bisa membantu anda dapat mengambil samplenya dari contoh Kumpulan Judul Skripsi Teknik Elektronika berikut :

1. PENERAPAN METODE PENTAHAN NETRAL RESISTANSI TINGGI PADA GENERATOR YANG BERKAPASITAS 250 MVA 902. ANALISA KUAT MEDAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK RADIO FM STEREO DI YOGYAKARTA 003. KOSONG4. PENGUKUR ARUS SEARAH DENGAN PC - 975. KOSONG6.VOLTMETER DC ELEKTRONIK 817. PENGATURAN KECEPATAN DAN PERAWATAN MOTOR LISTRIK 008. INTEGRATED CIRCUIT OPERATIONAL AMPLIFIER DAN PENGGUNAANNYA DALAM RANGKAIAN DASAR9. KOSONG10. SISTEM DISTRIBUSI PRIMER 20 KV DI BANDAR SOEKARNO HATTA 8811. EVALUASI SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH KOTA JAKARTA 9012. APLIKASI STASIUN BUMI DIGITAL DT 7000 PADA KOMUNIKASI DATA VIA SATELIT 0213. KOSONG14. KOSONG15. PERBAIKAN FAKTOR DAYA DI PG. JATIBARANG BREBES JATENG 9416. KOSONG17. PIRANTI-PIRANTI GARDU INDUK 9418. TYRISTOFF SEBAGAI PENGGERAK MOTOR INDUKSI DENGAN KENDALI SISTEM MIKROPROSESOR Z80 9419. TEKNIK DIGITALISASI ISYARAT BIDANG DASAR - 8720. KOSONG21. OPTIMASI PENGGUNAAN TRANSPONDER SATELIT TELKOM-I UNTUK SISTEM INTERMEDIATE DATA RATE (IDR) 0122. PENERAPAN MULTI-CLASS CONECCTION ADMISSION CONTROL (CAC) PADA ATM SWITCHES 0223. PERENCANAAN JARINGAN ANTRIAN DENGAN MEKANISME LEAKY BEAKET PADA ATM 0124. ALAT PEMANTAU DENYUT JANTUNG JANIN SEBAGAI PENDETEKSI PRIMER KELAINAN KEHAMILAN 0125. ANALISIS KINERJA GENERAL PACKET RADIO SERVISE (GPRS) UNTUK APLIKASI WEB BROWSING - 0226. KOSONG27. PERENCANAAN LAN DENGAN TEKNOLOGI FAST ETHERNET DI PT. PETROKIMIA GRESIK 0128. ANALISIS PENERAPAN TP/IP OVER DVB SATELITE PADA LAYANAN INTERNET DIRECT PC - 0229. KOSONG30. PERENCANAAN LOCAL MUTIPOINT DISTRIVUTION SERVICE (LMDS) SEBAGAI SISTEM KOMUNIKASI BROAD BRAND WIRELESS DI WILAYAH MALANG - 0231. KOSONG32. ANALISIS PENERAPAN RADIO TRUNKING DI PT. BADAK NGL 0133. PERENCANAAN JARINGAN HYBRID FIBER-COAX (HFC) UNTUK LAYANAN MULTIMEDIA DI UNIBRAW 0234. PERENCANAAN IMPLEMENTASI VOICE OVER INTERNET PROTOCOL (VOLP) PADA SENTRAL35. KOSONG36. ENSKRIPSI INFORMASI SUARA DENGAN RIVEST SHAMIR ADLEMAN CRYPTO SYSTEM (RSAT) 0137. PENERAPAN METODE C2 CELL RESELECTION PADA JARINGAN BERLAPIS GSM DI PT. TELKOMSEL JAKARTA - 0238.. KOSONG39. PERENCANAAN SISTEM KOMUNIKASI UNTUK PEMANTAU KUALITAS AIR SUNGAI SECARA ON-LINE - 0240. KOSONG41. PERENCANAAN PENERAPAN CDMA C-PHONE DI WILAYAH KEDIRI 0142. ANALISIS ARUS AWAL OTOTRANSFORMATOR 9643. PERENCANAAN PENGENDALI BEBAN KOMPENSASI DENGAN SENSOR FREKUENSI DIGITAL PADA PLTM NYAWANGAN 9344. MENENTUKAN HARGA KAPASITANSI MINIMUM PADA PENGEREMAN DINAMIK MOTOR TAK SEREMPAK ROTOR SANGKAR 9545. ANALISIS KEMAMPUAN PLTD KAHAYAN BARU TERHADAP PERKEMBANGAN BEBAN SAAT SEKARANG SAMPAI 10 TAHUN MENDATANG DI PLN WILAYAH VI CABANG PALANGKARAYA 9646. PERENCANAAN PENERAPAN C-PRIONE DI WILAYAH JEMBER - 0147. RENCANA PERLUASAN JARINGAN TEGANGAN RENDAH PADA PENYULANG KOLONEL SUGIONO GARDU INDUK KEBON AGUNG DI DESA TANGKIL SARI DAN DESA RANDU GADING KECAMATAN TAJINAN MALANG 9648. PERENCANAAN PENEMPATAN AUTOMATIC VACUUM SWITCH PADA JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER 20 KV DI KEDIRI 9649. SISTEM PENGATUR SUHU RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN 0250. PERENCANAAN ATM PADA JARINGAN AKSES PASSIVE OPTICAL NETWORK (PON) 0151. PERENCANAAN JARINGAN FIRBER TO THE BUILDING (FITB) UNTUK CATU I DAERAH KUTA BALI 0252. KOSONG53. RANCANG BANGUN SISTEM DISPLAY TEKS LAGU KARAOKE DENGAN MEDIA CASETTE TAPE MENGGUNAKAN KOMPUTER IBM PC-AT 9454. PERENCANAAN ATM PADA JARINGAN PON 0255. STUDI TENTANG PEMILIHAN RELE PENGAMAN ARUS LEBIH PADA JARINGAN SISTEM TENAGA LISTRIK 8856. SISTEM KOMUNIKASI DATA SERIAL ANTAR KOMPUTER MELALUI PERANGKAT SERIAL RS-232-C 9457. KOSONG58. STUDI SISTEM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN INSTALASI TENAGA LISTRIK UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI PADA PT. INDUSTRI SANDANG V UNIT PATAL LAWANG - 9659. KOSONG60. KOSONG61. KOSONG62.KOSONG63. ANALISA PEMBANGKIT GELOMBANG BERJALAN DENGAN ELEKTROMAGNETIC TRANSETIS PROGRAM (EMTP) 9864. KOSONG65. PEREKITAN DAN UJI COBA BEBERAPA RANGKAIAN PENGUBAH TEGANGAN 0266. PROTEKSI GANGGUAN ARUS LEBIH PADA TRANSFORMATOR TENAGA GARDU INDUK 9967. PENGOLAHAN SINYAL PADA PACE TIME BLOCK CODE 0368. KOSONG69. STAMPING MACHINE USING PLC - 0370. KOSONG71. RELAI TERKENDALI FREKUENSI SEBAGAI PENGAMAN GENERATOR BEBAN LEBIH 0072. PENERAPAN SIM PRODUKSI PT. PETROKIMIA GRESIK 0173. PERENCANAAN PERUBAHAN JARINGAN SISTEM RADIAL MENJADI SISTEM OPEN LOOP DENGAN MENGGUNAKAN AVS PADA PENYULANG PATIMURA DAN BUNUL DI PT. PLN DISTRIBUSI JATIM CAB. MALANG 9674. STUDI SUPPLY DAYA DAN PROTEKSI MELALUI GENERATOR CONTROL UNIT PADA PESAWAT TERBANG JENIS FOKER F-28 9675. SIMULASI REAL TEAM SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN TELEMETERING 9676. PENGARUH BESARNYA NILAI KAPASITOR TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA YANG DIOPERASIKAN DENGAN SUMBER TEGANGAN SATU FASA 0177. SISTEM PENGOLAHAN DATA DALAM PROSES PEMBUATAN REKENING LISTRIK (SK : PLN UNIT PELAYANAN WATES) 0378. TELAAH KINERJA JUMPER PADA TRAFO DISTRIBUSI TERHADAP KUALITAS JARINGAN (SK : PLN SLEMAN) 0379. PENGASUTAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA MELALUI RESISTAN ASUT DENGAN MENGGUNAKAN SCR - 0380. KOSONG81. ANALISIS OTPIMASI PERENCANAAN PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DI DIENG PLAZA MALANG 9582. PENGGUNAAN PHASSE SHIFTER TRANSFORMETER BAGI PENGENDALIAN ALIRAN DAYA 9583. ANALISA KEMAMPUAN GENERATOR SINKRON DALAM MENARIK DAYA REAKTIF 9984. STUDY ANALSA SAMBUNGAN KABEL 20 DENGAN MENGGUNAKAN ISOLASI BEBAS 9385. PENGATURAN SUDU ROTOR DAN SUDU ANTAR PADA PENGATURAN TURBIN DAN PENGONTROL SUDU ROTOR DI PLTA SENGGURUH 9586. STUDY SISTEM PENGATURAN TEGANGAN ALTERNATOR PADA PESAWAT HELIKOPTER SUPER PUMA NAS-332 - 9487. KOSONG88. EVALUASI PENINGKATAN PELAYANAN DENGAN PERUBAHAN TEGANGAN MENENGAH DARI 6 KV KE 20 KV DAN PERUBAHAN TEGANGAN RENDAH DARI 110/220 V KE 220/380 V DI PLN DISTRIBUSI JATIM KARANG MALANG 9389. APLIKASI PENGATUR BEBAN BANYANGAN DENGAN SISTEMPEMICU DIGITAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MICROHIDRO 9590. PERENCANAAN GENERATOR EKSITASI PADA SISTEM GENERATOR SEREMPAK DENGAN METODA OPTIMASI SIMPLEK DAN FUNGSI PENALTI INTERIOR 9491. OPTIMASI PENGGUNAAN LISTRIK WAKTU GILING DI PG. KREBET BARU I MALANG 9492. PERANCANGAN KOMPENSATOR FAKTOR DAYA ELEKTRONIK SEBAGAI ALTERNATIF ALAT HEMAT ENERGI UNTUK MOTOR TAK SEREMPAK 9593. STUDI PERLUASAN JARINGAN DISTRIBUSI BERDASARKAN INVESTASI AWAL 9494. STUDY PENERAPAN SISTEM KOMBINASI KASKADE DAN DISKRIMINASI PADA KOORDINASI PEMUTUS BEBAN DI PLTGU GRESIK 9495. PERENCANAAN DAN PEMBUATAN PENGAMAN URUTAN NEGATIF UNTUK GENERATOR TIGA FASA 127/220 V, 550 VA, 50 HZ 9496. PENENTUAN BREAKING CAPACITY CIRCUIT BREAKER DI GARDU INDUK DENGAN TEGANGAN KERJA 150 KV DI SALURAN GI WARU GI TANDES97. STUDI PERHITUNGAN TEKNIS KEBUTUHAN TRAFO DISTRIBUSI 9498. PERENCANAAN DAN PEMBUATAN REAKTOR JENUH SEBAGAI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN 9599. KOSONG100. ANALISIS PERENCANAAN SISTEM PERTANAHAN ALTERNATIF PADA GARDU INDUK ISO KV BANYUDONU BOYOLALI 95101. OPERASI EKONOMIS DARI KOMBINASI ANTARA PLTA DAN PLTU PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DI JATIM 95102. PENGARUH BEBAN PUNCAK TERHADAP JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER DI KANDANGAN KAB. KEDIRI 95103. STUDI PENGGUNAAN 2 KAWAT TANAH PADA MENARA TRANSMISI UNTUK TEGANGAN 150 KV 94104. PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGASUT MOTOR INDUKSI TIGA FASA DENGAN AUTOTRANSFORMATOR SECARA AUTOMATIS 95105. PENGGUNAAN POWER LINE CARRIER UNTUK TELEKOMUNIKASI MELALUI SALURAN TRANSMISI 150 KV PADA GARDU INDUK JEMBER 94106. PENGGUNAAN RECLOSER DAN SECTIONALIZER MC. GRAW DAN EDISON UNTUK MENINGKATKAN KEANDALAN PENYALURAN DAYA LISTRIK PADA SUTM 20 KV PENYULANG LUWUS DI GARDU INDUK KAPAL BALI 95107. ANALISIS JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH SISTEM 20 KV DI PLN WILAYAH XI RANTING TABANAN UNTUK MASA 10 TAHUN YANG AKAN DATANG 94108. STUDI KONTIUNITAS PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK RUANG BEDAH PADA RSUD DR. SYAIFUL ANWAR MALANG 93109. KOSONG110. ANALISIS PENGUJIAN TAN DELTA DAN KAPASITANSI TRANSFORMATOR DENGAN ALAT UJI OLMAN CB-100 94111. STUDI KOORDINASI ANTARA CIRCUIT BREAKER DENGAN AUTOMATIC VACUUM SWITCH PADA JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER 20 KV UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN TENAGA LISTRIK DI BANJARMASIN 94112. STUDI PERHITUNGAN TAHANAN PENTANAHAN KAKI MENARA TEGANGAN TINGGI 150 KV ANTARA GI SEKAR PUTIH DAN GI NGOPO 95 (kosong)113. STUDI MENGENAI KABEL LAUT 150 KV JAWA-BALI 95114. PERKIRAAN PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DENGAN PENINGKATAN KUALITAS LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER 20 KV PADA GARDU INDUK KAPAL DENPASAR BALI 94115. STUDI PENENTUAN RATING BUSBAR PADA SWITCH YARD 150 KV GARDU INDUK KEBON AGUNG MALANG 88116. PEMAKAIAN PETERSEN COLL DAN NEUTRAL GROUNDING RESISTOR PADA SISTEM 70 KV DI GARDU INDUK WARU 95117. PERENCANAAN CURRENT LIMITING REAKTOR HUBUNG SINGKAT ANTAR BEBAN UNIT III DAN UNIT IV DI PLTU PT. KERTAS LECES PROBOLINGGO - 95118. KOSONG119. KOSONG120. KOSONG121. TEKNIK INTERPOLASI PERCAKAPAN DIGITAL PADA TIME DIVISION MULTI PLACE ACCESS (TDMA) INTELSAT 95122. PERENCANAAN DAN PEMBUATAN RANGKAIAN PENGENDALI INSTALASI POMPA LISTRIK 380 V 3 FASA 94123. SISTEM PENGGUNAAN RELAI APUR LEBIH SEBAGAI PENGAMAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA DI PLTN PERAK UNIT III DAN IV SURABAYA 95124. STUDI ALTERNATIF PENGGANTI FORMAT DATA SINKRO MENUJU FORMAT DATA MOTOR STEPPER 96125. PERANCANGAN KOMPENSATOR FAKTOR DAYA ELEKTRONIK SEBAGAI ALTERNATIF ALAT HEMAT ENERGI UNTUK MOTOR TAK SEREMPAK 95126. ANALISA PENGEMBANGAN KAPASITAS SISTEM PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI PULAU LOMBOK TAHUN 19945-2004127. INVERTER GELOMBANG SINUS - 95128. KOSONG129. ANALISIS JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH SISTEM 20 KV DI PLN WILAYAH VI RANTING BANJARMASIN UNTUK MASA 10 TAHUN YANG AKAN DATANG 94130. STUDI TENTANG KEANDALAN JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER 20 KV KOTA SURABAYA 95131. PENGGUNAAN METODA EVALUASI RUGI-RUGI TRANSFORMATOR UNTUK MENENTUKAN BIAYA KOMPARATIF KESELURUHAN TRANSFOMRATOR DISTRIBUSI TIPE WOUND BERKAPASITAS 110 KVA 94132. PERENCAAAN DAN PEMBUATAN PERALATAN PENGATUR KECEPATAN MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN PERSONAL KOMPUTER 95133. ANALISA PENGARUH KUTUB BANTU TERHADAP REAKSI JANGKAR DAN KOMUTASI PADA GENERATOR DC DI PLTA SUTAMI MALANG - 94134. KOSONG135. RAMALAN BEBAN BERDASARKAN BEBAN PUNCAK UNTUK KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK DI KOTA MALANG SAMPAI TAHUN 2000 94136. PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM PROTEKSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA TERHADAP PENGARUH PUTUSNYA SALAH SATU KAWAT CATU DAYA 95137. PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC-SHUNT MENGGUNAKAN RANGKAIAN DC-CHOPPER YANG DIKENDALIKAN OLEH KOMPUTER 95138. STUDI KOORDINASI ANTARA FUSE CUT OUT DENGAN CIRCCUIT BREAKER PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV PENYULANG PAKISAJI DI JATIM UNTUK PENINGKATAN KWALITAS SISTEM TENAGA LISTRIK 94139. PERHITUNGAN TEGANGAN INDUKSI DAN ANGKA KELUAR AKIBATA SAMBARAN KILAT TIDAK LANGSUNG PADA JARINGAN DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER 95140. RENCANA PENGEMBANGAN DISTRIBUSI PRIMER 20 KV DI TANGERANG JAWA TENGAH - 96141. KOSONG142. ANALISA PRAKIRAAN PERTUMBUHAN BEBAN PADA PERUMAHAN BURING SATELIT MALANG DALAM JANGKA WAKTU 10 TAHUN MENDATANG 94143. PENGGUNAAN TELEPROTEKSI SEBAGAI PENGAMAN GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV ANTARA GI JEMBER GI BONDOWOSO 94144. PENGEREMAN DINAMIK MOTOR INDUSTRI 30 ROTOR SANGKAR DENGAN PENGUATAN SENDIRI 94145. PENGENDALI MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN DC CHOPPER 2 KUADRAN 94146. STUDI PENGKAJIAN PENYEBAB, MACAM DAN UPAYA PENANGGULANGAN GANGGUAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DALAM KAITANNYA DENGAN KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI DI MALANG 95147. STUDI PENELITIAN PENGGUNAAN TEORI ANTRIAN DALAM SISTEM TELEKOMUNIKASI DI SENTRAL OTOMAT MALANG 94148. STUDI STABILITAS PADA GENERATOR SINKRON UNTUK MENENTUKAN WAKTU PEMUTUSAN KRITIS SAAT TERJADI GANGGUAN 94149. PENGGUNAAN ZSCT UNTUK SISTEM PROTEKSI GANGGUAN SATU FASA KE TANAH PADA PENYULANG 20 KV DI PLAN PEMBANGKIT DAN PENYALURAN JAWA BAGIAN TIMUR DAN BALI 94150. STUDI PENGGUNAAN KOMPENSATOR PADA SISTEM TRANSMISI UHV 94151. ANALISIS KUALITAS TRANSMISI CELLULAR MOBILE PHONE DI RBS GUNUNG GEBUG AKIBAT PROPAGASI GELOMBANG PERMUKAAN 94152. APLIKASI JAM DAN PENANGGALAN DIGITAL UNTUK MENENTUKAN WAKTU SHALAT - 97153. KOSONG154. MEDOIA PEMBELAJARAN LEMARI PENDINGIN 03155. ANALISIS SISTEM KERJA PENGUAT SERAT TERDADAH ERBIUM DALAM SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIS - 03156. KOSONG157. MEDIA PEMBELAJARAN MESIN LISTRIK ARUS SEARAH 03158. SMART BUILDING BERBASIS KOMPUTER - 04159. PERENCANAAN RANGKAIAN AMPLIFIER YANG MENGGUNAKAN PENGUAT BASS DAN TRIBLE DILENGKAPI PEREDAM NOISE UNTUK KEJERNIHAN KUALITAS SUARA 03160. PERENCANAAN UMUM DALAM PEMBUATAN SEBUAH UNIT BATTERE CHARGER /ACCU OTOMATIS MENGGUNAKAN IC 741 SEBAGAI PENGENDALI ARUS 03161. ANALISIS RANGKAIAN KAPASITOR PENGGANTI UNTUK MOTOR INDUKSI SATU FASA 03162. MODIFIKASI PESAWAT TELEREPORT SEBAGAI LINK REPORTASE 02163. PENGARUH JUMLAH BULUNGAN OSILATOR TERHADAP PENERIMAAN SIARAN PADA MW MF-008 02164. SISTEM ALAT PERBAIKAN FAKTOR KERJA DENGAN KAPASITOR BANK SECARA OTOMATIS - 02165. KOSONG166. PENGGUNAAN SAKLAR ELEKTRONIK SEBAGAI PENGGANTI SAKLAR SENTRIFUNGAL TERHADAP BELITAN BANTU PADA MOTOR KAPASITOR 03167. PERENCANAAN PEMBUATAN LILITAN ROTOR (MOTOR LISTRIK) YANG DI APLIKASIKAN PADA POMPA AIR - 03168. KOSONG169. PENGATURAN KECEPATAN MOTOR AC PENGUATAN TERPISAH MENGGUNAKAN KONTROL PROPORTIONAL INTEGRATOR DERIVATIF (PID) 03170. MODIFIKASI SIGNAL GENERATOR BUNYI UNTUK PERCOBAAN RESONANSI KOLOM UDARA 02171. MEMANFAATKAN JARINGAN KOMPUTER SEBAGAI PENGENDALI SUHU RUANGAN DENGAN PPI-8255 - 01172. KOSONG173. KOSONG174. KOSONG175. PERANCANGAN SISTEM PENGATUR OTOMATIS INTENSITAS PENERANGAN DENGAN MEMANFAATKAN RANGKAIAN PENGENDALI DAYA BEBAN - 02176. KOSONG177. SISTEM KOORDINASI RELE PENGAMAN ARUS LEBIH DI PT. SURABAYA AGUNG INDUSTRI PULP & KERTAS DRIYOREJO GRESIK - 03178. KOSONG179. PEMBUATAN INVERTER 12 VOLT AC KE 220 VOLT AC BERBASIS DIGITAL 03180. PENGARUH KUAT ARUS LISTRIK TERHADAP PANJANG PENGELASAN TANPA DIAYUN PADA PERMUKAAN BAJA CARBON RENDAH KETEBALAN 10 MM 01181. PENGGUNAAN RANGKAIAN TRIAC-DIAC DALAM HUBUNGAN STAR-DELTA MOTOR INDUKSI TIGA FASA 03182. PERANCANGAN PERANGKAT PENCATAT WAKTU PENERBANGAN DENGAN BORLAND DELPHI 3.0 01183. SISTEM ALAT DETEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG BANYAK RUANGAN 02184. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SPRAYGUN ELECTROSTATIS TERHADAP HASIL PENGECATAN - 03185. KOSONG186. MENGATUR INTENSITAS PENERANGAN LAMPU TL 20 WATT, 220 VOLT MEMAKAI DIMMER - 02187. KOSONG188. PERHITUNGAN INTENSITAS PENERANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS REGRESI 03189. PERANCANGAN UNIT PERBAIKAN FAKTOR KERJA DENGAN KAPASITOR BANK SECARA OTOMATIS 01190. PERANCANGAN ALAT UJI DIODE MELALUI PENAMPAKAN GRAFIK KARAKTERISTIK KOMPONEN BERBASIS KOMPUTER 01191. PERANCANGAN ALAT STIMULASI PARKIR MODEL LIFT GEDUNG BERTINGKAT BERBASIS KOMPUTER 01192. RANCANGAN PROTEKSI PERLENGKAPAN ELEKTRONIK TEGANGAN LEBIH SURYA 02193. PERBANDINGAN INTENSITAS PENERANGAN DAN DAYA TAHAN LAMPU ANTARA YANG MENGGUNAKAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA DENGAN BALLAST PADA LAMPU TL - 03194. KOSONG195. KOSONG196. PERBEDAAN SISTEM RANGKAIAN MEMBALIK ARAH PUTARAN MOTOR TIGA FASA MENGGUNAKAN SISTEM SAKLAR HANDEL DAN KOTRAKTOR TERHADAP EFEKTIVITAS PENGGUNAAN RANGKAIAN 01197. KOSONG198. SOFTWARE ACCUMARK SEBAGAI ALTERNATIF PEMBUATAN MARKER 02199. PENGARUH TINGKAT KEASAMAN ELECTROLYTE TERHADAP ISI (MUATAN) BATTERY 01200. KOSONG201. PENGATUR LAMPU LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN JALAN 98202. EKSPERIMEN ALAT PEMANTAU KOTAK POS DENGAN SISTEM DIGITAL - 99203. KOSONG204. KOSONG205. KINERJA 4 TRANSFORMATOR 20KV/400V DI PT. TRISULA BANTEN TEXTILE MILL CIMAHI - 00206. KENDALI KECEPATAN MOTOR DC DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN MODULASI LEBAR PULSA 02207. PEMANFAATAN KUMPARAN SEBAGAI SENSOR KUAT ARUS LISTRIK BOLAK BALIK SINUSOIDAL 04208. AKUISISI DATA TEGANGAN AC MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER AT 89 C 51 03209. GANGGUAN KEBAKARAN PADA INTALASI TEGANGAN LISTRIK RENDAH210. STUDI PERANCANGAN JARINGAN LISTRIK INDUSTRI DENGAN BANTUAN PERANGKAT LUNAK DESA 03211. MOTOR LISTRIK 3 PHASE SEBAGAI PENGGERAK ELEVATOR DI NATOUR GARUDA HOTEL 02212. PENERAPAN METODE AKSES JAMAK PEMBAGIAN SANDI UNTUK SISTEM OPERASI PADA SISTEM KOMUNIKASI BERGERAK SELUL OF DIGITAL - 97213. KOSONG314. MOBILITAS IPV6 04215. PERANCANGAN SISTEM PENSINYALAN BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89 C SI - 04216. KOSONG217. STUDI PENGGUNAAN LYDT SEBAGAI ELEMEN MASUKAN BAGI SISTEM INSTRUMENTASI SUDU HANTAR DI PLTA SENGGURUH 94218. ANALISIS PEMBEBANAN TAK SEIMBANG PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA DENGAN KOMPONEN SIMETRIS 94219. ANALISIS PERHITUNGAN DAYA TERPASANG UNTUK JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK DI DESA KARANGREJO KAB. BLITAR SAMPAI LIMA TAHUN MENDATANG - 95220. AKUISISI DATA TEGANGAN AC MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT 89 C SI 03221. PENGGUNAAN PHASE LOCKED LOOP UNTUK PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT 1 KW 220 VOLT - 93222. ANALISIS DAERAH CAKUPAN RADIO AKSES ULTRAPHONE DENGAN STUDI KASUS DAERAH BASE STATION UJUNG PANDANG 99223. INTEGRASI APLIKASI PERBANKAN MENGGUNAKAN J.2 EE (JAVA TO ENTERPRISE EDITION) APLIKSI SERVER 05224. PENERAPAN TAPIS KALMAN UNTUK MENGHAPUS INTERFERENSI DERAU HARMONIK 98225. PEGGUNAAN KOMUNIKASI ANTAR PLC UNTUK MENGENDALIKAN POSISI MOTOR DC DENGAN MENGIMPLEMENTASIKAN KENDALI LOGIKA FUZZY 01226. PERENCANGAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER DALAM PROSES PENGISIAN UBAT SIRUP DALAM INDUSTRI FARMASI - 03